Di susun Oleh :
KELOMPOK 3
ANGGOTA :
S1 – ILMU KEPERAWATAN
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya. Yang telah melimpahkan rahmat hidayah
serta inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelasaikan makalah tentang Makalah
Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Perubahan Fisiologis Sistem Pernafasan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca. Karna kebenaran hanya milik Allah SWT dan yang salah, dosa,
khilaf hanya milik kami.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LANSIA
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang
yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa di hindari siapapun. Usia tua
adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode dimana
seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock, 2012).
Wheeler, mengungkapkan usia tua tidak hanya dilihat dari perhitungan
kronologis atau berdasarkakan kalender saja, tetapi juga menurut kondisi kesehatan
seseorang ( health age ). Sehingga umur sesungguh nya dari seseorang merupakan
gabungan dari ketiga - tiganya (Nugroho, 2011).
(Stanley, 2012).
Penyebab kegawatan napas pada lansia meliputi obstruksi jalan napas atas,
hipoksi karenapenyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumotoraks, pneumonia
aspirasi, rasa nyeri, bronkopneumonia, emboli paru, dan asidosis metabolik. Akan
tetapi penyakit respirasi yang sering terjadi pada lansia adalah pneumonia,
tuberkulosis paru, sesak napas, nyeri dada.
TINGKATA
NILAI / DERAJAT PERSENTASI VEP I
N
Spirometry Normal
I Ringan ≥ 80 %
II Sedang < 80 %
6) Penatalaksanaan.
Dalam penatalaksanaan penderita PPOM perlu diperhatikau faktor-faktor yang
dapat memperjelek perjalanan penyakit, yanghams dicegah terjadinya pada penderita.
Apabila faktor-faktor tadi sudah ada pada penderita, hendaknya diusahakan
.meniadakannya atau menguranginya. Faktor-faktor yang dapat memperjelek keadaan
penyakit penderita, misalnya :
Faktor-faktor resiko, yaitu faktor yang dapat memperjelek penyakit, misalnya
kebiasaan merokok, polusi udara dan lingkungan pekerjaan, faktor genetik, infeksi
(saluran nafas) dan perubahan cuara.
Derajat obstruksi saluran nafas yang terjadi. Oleh karena itu identifikasi
komponen-komponen yang memungkinkan terdapatnya reversibilitas (obstruksi) sangat
perlu dilakukan.
Tahap perjalanan penyakit.
Perjalanan penyakit PPOM lambatprogresif. Oleh karena itu perlu diketahui
apakah penyakit PPOM sedang tenang atau progresif perjalanannya. Penyakit lain di
luar paru, misalnya sinusitis, faringitis dan sebagainya. Tujuan penatalaksanaan PPOM
adalah:
a) Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala, tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga pada fase kronik.
b) Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
c) Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih
awal.
d) Penanganan untuk penderita PPOM usia lanjut adalah sebagai berikut :
e) Meniadakan faktor etiologik/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara..
f) Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
g) Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi, antimikroba
tidakperlu diberikan. Pemberian anti-mikroba harus tepat sesuai dengan kuman
penyebab infeksi, yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
h) Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Pent gunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronko spasme) masih
kontroversial.
i) Pengobatan simtomatik (lihat tanda dan gejala yang muncul)
Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infus
j) Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. Pengobatan
oksiogen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat:
1 — 2 liter/menit.
k) Tindakan rehabilitasi.
Tindakan rehabilitasi terhadap penderita meliputi Aktivitas-aktivitas berikut :
Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret
bronkus.
Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa
melakukanpernafasan yang paling efektif baginya
Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan
uatukmemulihkan kesegaran jasmaninya.
Vocational guidance : usaha yang dilakukan terhadap pendeiita agar
dapat-dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
Pengelolaan psikososial: terutama ditujukan untuk penyesuaian
diripenderita dengan penyakit yang dideritanya.
7) Pencegahan penyakit paru pada usia lanjut
Proses penuaan pada seseorang tidak bisa dihindari. Perubahan struktur
anatomik maupun fisiologik alami juga tidak dapat dihindari, Pencegahan terhadap
timbulnya penyakit-penyakit paru pada usia lanjut dilakukan pada prinsipnya dengan
meningkatkan daya tahan tubuhnya dengan memperbaiki keadaan gizi,
menghilangkan hal-hal yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, misalnya
menghentikan kebiasaanmerokok, minum alkohol dan sebagainya.
Pencegahan terhadap timbulnya beberapa macam penyakit dilakukan
dengan Fara yang lazim.
a) Usaha pencegahan infeksi paru/saluran nafas
Usaha untuk mencegahnya dilakukan dengan jalan
menghambatmengurangi atau meniadakan faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya infeksi. Hal positif yang dapat dilakukan misalnya
dengan melakukan vaksinasi dengan vaksin pneumokok untuk
menghindari timbulnya pneumoni, tetapi sayangnya pada usia lanjut vaksinasi
ini kurang berefek (Mangunegoro, 2010. Didalam bukuR.Boedi-Dharmojo dan
H.Hadi Martono. 2010)
b) Usaha mencegah timbulnya TB paru.
Yang bisa dilakukan ialah menghindari kontak person
denganpenderita TB paru atau mengbindari Fara-cara penularan lainnya.
c) Usaha pencegahan timbulnya PPOM atau karsinoma paru.
Sejak usia muda, bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap
timbulnya kelainan paru (PPOM dan karsinoma paru), perlu
dilakukanpemantauan secara berkala: (1) pemeriksaan foto rontgen toraks, dan
(2) pemeriksaan faal paru, paling tidak setahua sekali. Sangat dianjurkan bagi
mereka yang beresiko tinggi tadi (perokok berat dan laki-laki)menghindari
atau segera berhenti merokok (Mangunegoro, 2010.Didalam buku R.Boedi-
Dharmojo dan H.Hadi Martono. 2010)
B) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim pada lansia dengan PPOM menurut
(Kushariyadi:2011), antara lain :
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Berhubungan dengan :
Infeksi
Trauma
Kerusakan perseptual / kognitif
Bronkospasme
Peningkatan produksi sekret,sekresi tertahan,tebal,sekresi kental
Penurunan energi / kelemahan
2. Kerusakan Pertukaran Gas
Berhubungan dengan :
Perubahan aliran darah
Perubahan kapasitas angkut oksigen oleh darah
Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronkus, dan jebakan udara).
Kerusakan membran alveo-kapiler.
3. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Berhubungan dengan :\
Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau
menyerap makanan karena faktor biologis dan psikologis.
Dipsnea.
Kelemahan.
Efek samping obat.
Produkasi sputum.
Anoreksia, mual/muntah.
4. Risiko Tinggi Terhadap Infeksi
Faktor risiko meliputi :
Kurangnya pengetahuan untuk menghindar dari lingkungan
patogen.Tidak adekuatnya pertahanan utama (kulit luka, penurunan
kerja silia, menetapnya sekret).
Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, penigkatan pemajanan
pada lingkungan).
Proses penyakit kronis.Malnutrisi.
5. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) mengenai kondisi, pengobatan
Berhubungan dengan:
Kurang informasi/tidak mengenal ssumber informasi
Salah mengerti tentang informasi
Kurang mengingat/keterbatasan kognitif
C. Intervensi / Perencanaan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Berhubungan dengan :
Infeksi
Trauma
Kerusakan perseptual / kognitif
Bronkospasme
Peningkatan produksi sekret,sekresi tertahan,tebal,sekresi kental
Penurunan energi / kelemahan
Kriteria hasil / kriteria evaluasi :
Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan bunyi napas bersih
Menunjukan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas,misal,batuk
efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi Keperawatan :
1) Bunyin nafas. Catat adanya bunyi napas, misal, mengi, ronhi, dan krekels.
2) Kaji frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi
3) Bantu untuk mengambil posisi batuk yang nyaman dan ajarkan teknik batuk
yang efektif.
4) Lakukan vibrasi pada daerah yang sesuai selama ekshalasi
5) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/ hari sesuai toleranasi jantung,
memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan sebagai pengganti makanan
6) Berobat sesuai indikasi.
Bronkodilator, misal, agonis: epineprin(adrenalin, paponeprin), albuterol
(proventil ,pentolin), terbutalin (brethinine, brethaire), isoetarin (bronkosol,
bronkometer)
2. Kerusakan Pertukaran Gas
Berhubungan dengan :
Perubahan aliran darah
Perubahan kapasitas angkut oksigen oleh darah
Perubahan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronkus, dan jebakan udara).
Kerusakan membran alveo-kapiler.
Kriteria hasil/kriteria evaluasi :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan/situasi.
Berkurang atau tidak adanya gangguan status mental dan istirahat.
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot bantu napas,
pernapasan bibir, ketidakmampuan bicara
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu memilih posisi yang mudah untuk
bernapas. Dorong napas dalam perlahan/napas bibir sesuai kebutuhan atau
toleransi klien.
3) Dorong mengeluarkan sputum, lakukan penghisapan bila diindikasikan.
4) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas, berikan lingkungan tenang. Batasi aktivitas
atau dorong untuk tidu/istirahat di kursi selama fase akut. Lakukan aktivitas
bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi.
5) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan
toleransi klien.
6) Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik.
3. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau
menyerap makanan karena faktor biologis dan psikologis.
Dipsnea.
Kelemahan.
Efek samping obat.
Produkasi sputum.
Anoreksia, mual/muntah.
Kriteria hasil/kriteria evaluasi :
Menunjukan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Mengonsumsi diet tinggi kalori yang seimbang (±2400 kalori).
Menunjukan perilaku atu perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
2) Auskultasi bunyi usus
3) Berikan perawatan oral sering, buang sekrekt, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai dan tisu.
4) dorong periode istirahat semalam, serta 1 jam sebelum dan sesudah makan.
Berikan makan porsi kecil tapi sering.
5) Ajarkan dan awasi penggunaan makan sehari-hari.
6) Konsul ahli gizi/nutrisi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna,
nutrisi seimbang, misal, nutrisi tambahan oral atau selang, serta secara
parenteral.
4. Risiko Tinggi Terhadap Infeksi
Faktor risiko meliputi :
Kurangnya pengetahuan untuk menghindar dari lingkungan
patogen.Tidak adekuatnya pertahanan utama (kulit luka, penurunan
kerja silia, menetapnya sekret).
Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, penigkatan pemajanan
pada lingkungan).
Proses penyakit kronis.Malnutrisi.
Kriteria hasil/kriteria evaluasi :
Menyatakan pemahaman penyebab atau faktor risiko.
Tidak mengalami infeksi.
Mengidentifikasi intervensi utuk mencegah atau menurunkan risiko
infeksi.
Menunjukan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan
yang aman.
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan
masukan cairan adekuat.
2) Observasi warna, karakter, nau aputum.
3) . Tunjukan dan bantu tentang pembuangan tisu dan sputum. Tekankan teknik
cuci tangan yang benar dan penggunaan sarung tangan bila
memegang/membuang tisu, serta wadah sputum.
4) Dapatkan spesimen sputum dengan batuk/penghisapan untuk pewarnaan
kuman gram, kultur, atau sensitivitas.
5. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) mengenai kondisi, pengobatan
Berhubungan dengan:
Kurang informasi/tidak mengenal ssumber informasi
Salah mengerti tentang informasi
Kurang mengingat/keterbatasan kognitif
Kriteria hasil/kriteria evaluasi:
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan
hubungan dengan faktor penyebab.
Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi Keperawatan :
1) Jelaskan tentang proses penyakit. Dorong klien atau keluarga untuk
mengajukan pertanyaan.
2) Intruksikan klien untuk latihan napas, batuk efektif, dan latihan kondisi umum.
3) Tunjukan teknik penggunaan dosis inhaler seperti cara memegang, interval
semprotan 2-5 menit, bersihkan inhaler.
4) Diskusikan untuk menghindari orang yang terinfeksi pernafasan. Tekankan
perlunya vaksinasi influenza.
5) Diskusikan faktor yang meningkatkan kondisi, misal, udara terlalu kering,
angin, lingkungan suhu ekstrem, serbuk, asap tembakau, dll. Dorong klien
atau keluarga mencari cara mengontrol.
6) Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas dengan periode istirahat untuk
mencegah kelemahan, menghemat energi selama aktivitas menggunakan nafas
bibir, posisi berbaring.
7) Rujuk untuk evaluasi perawatan dirumah. Berikan rencana perawatan dan
pengkajian dasar fisik untuk perawatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo B, Martono H. 2011. Buku ajar geriatri edisi ke-3. Jakarta: balai penerbit
fakultas kedokteran universitas indonesia.
Lukman HM. 2012. Kegawat darutanan pada pasien geriatri. In: buku ajar ilmu
penyakit dalam. Interna publishing: jakarta. Ed V jilid 1.