Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PEROKOK DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI DI PUSKESMAS NGEMBAL


KULON KABUPATEN KUDUS TAHUN 2020
(Studi Kasus Hipertensi Pra Lansia di Puskesmas Ngembal Kulon Kudus)

Eka Puspa Marlena


Jurusan S-1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun Akademik 2020
Jl. Ganesha I Purwosari kudus jawa tengah (59316)
Email: epuspa118@gmail.com

Abstrack

Latar Belakang: Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia
tahun 2018 menunjukkan jumlah yang meningkat seiring bertambah umur dari 25,8% (2013) menjadi 34,1% (2018),
didominasi oleh perempuan (36,85%) dari pada laki – laki (31,34%), lebih tinggi di kota (34,43%) dibandingkan
dipedesaan (33,72%). Berasarkan profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017, prosentase hipertensi di Jawa
Tengah menempati proporsi terbesar dari penyakit tidak menular (hipertensi) yang dilaporkan yang melibihi prevelensi
hipertensi secara Nasional (34,11%) dan meningkat setiap tahunnya yakni berturut-turut 67,57% (2011), 72,13% (2012),
57,87% (2015) dan 64,83% (2017). Tujuan: mengetahui Hubungan Indeks massa tubuh (IMT) dan perokok dengan
kejadian hipertensi di Puskesmas Ngembal Kabupaten Kudus tahun 2020. Metode: Jenis penelitian korelasi analitik.
Metode pendekatan Cross Sectional, Sampel sebanyak 87 responden dari 660 pasien Puskesmas Ngembal Kulon
Kudus dengan teknik nonprobability sampling, alat ukur timbangan berat badan dan microtoise, checklist,
spignomanometer dan stetoskop. Uji hubungan penelitian menggunakan Chi Square. Hasil Penelitian: Penelitian
tentang hubungan IMT dan Perokok dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Ngembal Kulon Kudus 2020
menunjukkan ada hubungan IMT dan perokok dengan kejadian Hipertensi dengan p.value 0,000 (< 0,05). Kesimpulan:
Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Perokok dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Ngembal
Kulon Kudus tahun 2020.
Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Perokok, Hipertensi
Kepustakaan: (2010-2018)
Abstrack

Background : According to Basic Health Research (Riskesdas) in 2018, the prevalence of hypertension in Indonesia in
2018 shows an increasing number with age from 25.8% (2013) to 34.1% (2018), dominated by women (36.85). %) of
men (31.34%), higher in cities (34.43%) than in rural areas (33.72%). Based on the health profile of Central Java
Province in 2017, the percentage of hypertension in Central Java occupies the largest proportion of reported non-
communicable diseases (hypertension) which exceeds the prevalence of hypertension nationally (34.11%) and
increases each year, namely 67.57% successively. (2011), 72.13% (2012), 57.87% (2015) and 64.83% (2017 ).
Destination: to know the relationship between body mass index (BMI) and smokers with the incidence of hypertension
at the Ngunggung Public Health Center, Kudus Regency in 2020. Method: This type of research is analytic correlation.
The cross sectional approach method, a sample of 87 respondents from 660 Ngembal Kulon Kudus Health Center,
using nonprobability sampling techniques, measuring instruments for body weight and microtoise, checklists,
spignomanometer and stethoscope. Test the research relationship using the Chi Square. Results: Research on the
relationship between BMI and smokers and the incidence of hypertension at the Ngembal Kulon Kudus Public Health

1
Center 2020 showed that there was a relationship between BMI and smokers and the incidence of hypertension with a
p.value of 0.00 0 (<0.05). Conclusion: There is a relationship between Body Mass Index (BMI) and smokers with the
incidence of hypertension at Ngembal Kulon Kudus Health Center in 2020 .
Keywords: Body Mass Index (BMI), Smoker, Hypertension
Bibliography : ( 2010-2018)

2
(Studi Kasus Hipertensi Pra Lansia di Puskesmas Ngembal Kulon Kudus)

proporsi terbesar dari penyakit tidak


A. Pendahuluan menular (hipertensi) yang dilaporkan
Seiring dengan bertambahnya usia yang melibihi prevelensi hipertensi
harapan hidup bangsa indonesia secara Nasional (34,11%) dan meningkat
masalah beralih dari penyakit infeksi ke setiap tahunnya yakni berturut-turut
penyakit degeneratif. Hipertensi 67,57% (2011), 72,13% (2012), 57,87%
merupakan salah satu penyakit (2015) dan 64,83% (2017). Dari 36,53%
degeneratif yang saat ini makin jumlah penduduk berisiko (> 18 tahun)
bertambah jumlahnya di Indonesia. yang dilakukan pengukuran tekanan
Hipertensi atau darah tinggi sampai darah, 12,98% diantaranya dinyatakan
sekarang masih menjadi penyakit mengalami penyakit hipertensi dan
pembunuh nomor satu di Indonesia, didominasi laki-laki (13,16%)
belakangan penyakit tersebut tak hanya dibandingkan perempuan (13,10%)
menyerang usia produktif tapi pada pra (Agustina 2019)
lansia karena faktor degeneratif (Nurul Berdasarkan data yang diperoleh
Wahdah, 2011). dari Dinas Kesehatan kabupten Kudus
Data WHO tahun 2015 mencatat pada tahun 2018 yang diteliti didapatkan
bahwa jumlah penderita hipertensi kurang dari 19 puskesmas yang ada di kota
lebih 700 juta orang menderita hipertensi Kudus, pravelensi angka kejadian
dan sekitar 34% di antaranya adalah hipertensi di Kudus sendiri dikatakan
penduduk usia Pra lansia usia 45-55 tahun.
tinggi yaitu terdapat sebanyak 9.059
Sedangkan di Indonesia pravelensi
(11,14%) laki-laki dan 11.075 (12,54%)
hipertensi rata-rata kurang lebih 20-25%,
perempuan penderita hipertensi.
terjadi peningkatan dibanding sebelumnya
Faktor resiko hipertensi antara lain
yaitu sekitar 15-17% (Arjatmo,2016).
umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
Prevalensi penyakit hipertensi di
dan genetik (faktor resiko yang tidak
Indonesia tahun 2018 menunjukkan
dapat diubah/dikontrol), serta kebiasaan
jumlah yang meningkat seiring
mengonsumsi garam, konsumsi lemak
bertambah umur dari 25,8% (2013)
jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
menjadi 34,1% (2018), didominasi oleh
konsumsi minuman beralkohol,
perempuan (36,85%) dari pada laki – laki
kebiasaan merokok, obesitas, kurang
(31,34%), lebih tinggi di kota (34,43%)
aktifitas fisik, stres, dan penggunaan
dibandingkan dipedesaan (33,72%).
estrogen/kontrasepsi pil KB (Kemenkes
(Riskesdas,2018).
RI, 2014). IMT sangat berpengaruh pada
Berasarkan profil kesehatan Provinsi
kejadian hipertensi dimana pada IMT
Jawa Tengah Tahun 2017, prosentase
berlebih atau kelebihan berat badan
hipertensi di Jawa Tengah menempati
dapat memicu terjadinya faktor resiko

3
(Studi Kasus Hipertensi Pra Lansia di Puskesmas Ngembal Kulon Kudus)

hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin,
seseorang dengan IMT normal (Dien, et ras dan umur. Sedangkan faktor resiko
al, 2014). yang dapat dikendalikan (minor) olah
IMT merupakan cara sederhana raga, makanan (kebiasaan makan
untuk memantau status gizi orang garam), alkohol stress, kelebihan berat
dewasa khususnya yang berkaitan badan (obesitas), kebiasaan makan
dengan kekurangan dan kelebihan berat makanan siap saji (junk food) (Pajario.
badan. Berat badan merupakan salah 2014).
satu aspek yang menentukan tingginya Langkah-langkah yang dapat diambil
tekanan darah. IMT >25 berhubungan untuk menurunkan tekanan darah secara
dengan peningkatan tekanan darah. terapi non farmakologis yaitu merubah
(Munawaroh,2013). gaya hidup, diet dan gaya hidup
Pravalensi nasional indeks massa seimbang, membatasi jumlah garam,
tubuh (IMT) berlebih (usia >15 tahun) di membatasi makan dengan kadar lemak
Indonesia diperkirakan sebesar 19,1% yang rendah menghindari minuman yang
(8,8% overweight dan 10.3% obesitas). mengandung alkohol, istirahat teratur,
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun menghindari setress dan olahraga teratur
2016. Pravalensi indeks massa tubuh (Federick, 2012). Penggunaan IMT juga
(IMT) berlebih di Jawa Tengah tahun bermanfaat pada penderita hipetensi
2007 sebesar 21,1% dan meningkat dengan IMT penderita hipertensi dapat
pada tahun 2013 yaitu sebesar 24,7% menjaga tekanan darah dengan kenaikan
(Hidayatullah & Pratama, 2019). berat badan yang dialami (Miraharini,
Berdasarkan data yang diperoleh 2016)
dari Dinas Kesehatan Kudus tahun 2018 Merokok dan hipertensi adalah dua
yang peneliti dapatkan pravelensi angka faktor risiko yang terpenting dalam
kejadian obesitas di Kudus sebanyak penyakit aterosklerosis, penyakit jantung
1.546 orang dengan IMT berlebih. koroner, infark miokard akut, dan
Fakor faktor yang mempengaruhi kematian mendadak. Merokok telah
Indeks massa tubuh pola makan yang menyebabkan 5,4 juta orang meninggal
buruk, kurangnya aktifitas fisik, ga ya setiap tahun (Gumus et al, 2013). Pada
hidup, umur, pekerjaan, informasi tentang penelitian yang telah banyak dilakukan,
kesehatan, sedangkan faktor yang dijelaskan bahwa efek akut yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi disebabkan oleh merokok antara lain
meliputi faktor resiko yang tidak dapat meningkatkan denyut jantung dan
dikendalikan (Mayor) dan faktor resiko tekanan darah dengan adanya
yang dapat dikendalikan (Minor). Faktor peningkatan kadar hormon epinefrin dan
resiko yang tidak dapat dikendalikan norepinefrin karena aktivasi sistem saraf

4
(Studi Kasus Hipertensi Pra Lansia di Puskesmas Ngembal Kulon Kudus)

simpatis. Banyak penelitian juga kandungan rokok dapat menurunkan


mengatakan bahwa efek jangka panjang kinerja jantung sehingga kebugarannya
dari merokok adalah peningkatan terganggu karena peredaran darah
tekanan darah karena adanya dalam jantung tidak lancer yang
peningkatan zat inflamasi, disfungsi disebabkan tersumbatnya oleh zat-zat
endotel, pembentukan plak, dan yang terdapat dalam rokok.
kerusakan vaskular (Gumus et al, 2013). Berdasarkan Data Riset Kesehatan
Para ahli kesehatan termasuk World Dasar (Riskesdas) tahun 2013
Health Organization (WHO) telah lama Kementerian Kesehatan RI menunjukkan
menyimpulkan, bahwa secara kesehatan bahwa prevalensi perokok di Indonesia
rokok banyak menimbulkan dampak tahun 2013 laki-laki sebanyak 68,8%,
negatif, terlebih bagi anak-anak dan perempuan 6,9%, dan total prevalensi di
masa depannya. Rokok mengandung Indonesia sebanyak 36,3%. Hasil
400 zat kimia dengan 200 jenis ringkasan Riskesdas menyebutkan
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat bahwa perilaku merokok penduduk 15
menyebabkan kanker), bahan racun ini tahun ke atas meningkat dari tahun 2007
didapatkan pada asap pertama yaitu ke tahun 2013. Pada tahun 2007 usia 15-
asap rokok yang terhisap langsung 19 tahun sebanyak 36,3%, usia 20-24
masuk ke paru-paru bagi perokok tahun 16,3%, usia 25-29 tahun sebanyak
maupun asap samping yaitu asap rokok 4,4% dan usia > 30 tahun sebanyak
yang di hasilkan oleh ujung rokok yang 3,2%. Jumlah perokok aktif yang
terbakar, misalnya karbon monoksida, meningkat ini didominasikan oleh remaja
benzopiren dan amoniak (KPAI / Komisi dan anak-anak. Sejak 2011 hingga saat
Perlindungan Anak Indonesia, 2013). ini terjadi peningkatan perokok aktif di
Adang (2011), menyatakan bahwa kalangan remaja dan anak-anak, yaitu
rokok dapat memberi pengaruh negative dari 5% menjadi 17% (Depkes, 2013).
pada kehidupan manusia dilihat dari segi Berdasarkan hasil suvei awal yang
fisik, rokok dapat menurunkan kebugaran peneliti lakukan pada tanggal 26
jasmani bagi perokok itu sendiri bahkan November 2019 di dapatkan data jumlah
bagi orang lain yang berada dalam hipertensi di Puskesmas Ngembal Kulon
lingkungan orang yang sedang merokok. Kudus dengan total 40 orang responden
Bagi perokok bukan hanya tar saja yang yang menderita hipertensi yang mana 19
dapat merusak kesehatan namun banyak orang dengan IMT berlebih dan 21 orang
juga kandungan yang lainnya seperti perokok.
nikotin, timah hitam, dan gas karbon Berdasarkan berbagai penjelasan
monoksida yang sangat berbahaya. diatas, maka peneliti tertarik untuk
Bahaya dari zat-zat yang ada dalam melakukan penelitian terhadap

5
(Studi Kasus Hipertensi Pra Lansia di Puskesmas Ngembal Kulon Kudus)

“Hubungan Indeks massa tubuh (IMT) responden dan informan. Responden dan
dan perokok dengan kejadian hipertensi informan adalah orang yang memberikan
informasi terkait dengan fokus penelitian
di Puskesmas Ngembal Kabupaten
dapat berupa pertanyaanpertanyaan dari
Kudus tahun 2020” peneliti. Responden dan informan tersebut
akan diwawancara secara mendetail. Data
variabel yang diamati diukur melalui rating
B. Metode Penelitian scale yang kemudian dianalisa secara
Penelitian ini akan dilaksanakan di deskriptif.
Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Responden dalam penelitian ini terdiri
Kudus. Penelitian ini dilakukan dari Sampel sebanyak 87 responden dari
pengambilan data pada bulan November 660 pasien Puskesmas Ngembal Kulon
2019 sampai Januari 2020. Kudus sebagai sampel yang memenuhi
Penelitian ini menggunakan jenis kriteria inklusi, dan diambil dengan teknik
penelitian analitik korelatif menurut sampling non probability yang digunakan
Saryono (2010), yaitu peneliti tidak hanya berupa incidental sampling, data
mendeskripsikan saja tetapi juga dikumpulkan menggunakan alat ukur
menganalisis hubungan antar variabel. timbangan berat badan dan microtoise,
Penelitian ini bersifat korelasional yang checklist, spignomanometer dan
bertujuan mendapatkan gambaran stetoskop. Data terkumpul kemudian
tentang hubungan antara dua atau lebih dianalisa secara analisa Univariat dan
variabel penelitian (Putra, 2012). Bivariat, sedangkan untuk menjawab
Pendekatan waktu pengumpulan data hipotesis digunakan uji Chi Square.
dalam penelitian ini menggunakan Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga
pendekatan “Cross Sectional”, yaitu data tahap, yaitu: tahap pralapangan, tahap
yang dikumpulkan sesaat atau diperoleh pekerjaan lapangan, dan tahap analisis
saat itu juga. Cara ini dilakukan dengan dan interpretasi data.
melakukan survei, wawancara, atau Skala yang dipergunakan sebagai
dengan menyebarkan kuesioner kepada berikut:
responden penelitian (Putra, 2012). 1 : Ya
Jenis penelitian ini adalah penelitian 2 : Tidak
studi kasus (case study). Penelitian kasus
(case study) atau penelitian lapangan
dimaksudkan untuk mempelajari latar
belakang, keadaan, unit sosial tertentu
yang bersifat apa adanya secara
mendalam sehingga hasil penelitian
memberikan gambaran luas dan
mendalam mengenai unit sosial tertentu
(Damin, 2002: 54-55). Penelitian studi
kasus bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menyebabkan
permasalahan itu muncul (Tohirin, 2012:
23). Data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah data kualitatif atau tentang fakta
yang berupa katakata yang diperoleh dari
subyek yang disebut sumber data.
Sumber data penelitian ini adalah

6
Eka Puspa Marlena

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Umur
Tabel.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Responden Tahun 2020 (N=87)

UMUR RESPONDEN
Prosentase Mean Median Minimum Maximu
Umur Frekuensi % m
45 2 2,3 49,95 50,00 45 57
46 11 12,6
47 14 16,1
48 4 4,6
49 11 12,6
50 11 12,6
51 10 11,5
52 6 6,9
53 4 4,6
54 3 3,4
55 4 4,6
56 4 4,6
57 3 3,4
Total 87 100,0

Sumber: Data Primer, 2020.


2. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
di Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Kudus (N=87)

INDEKS MASA TUBUH


Frekuen
Prosentase %
si
KURUS 10 11,5
NORMAL 20 23,0
GEMUK 22 25,3
OBESITAS 35 40,2
Total 87 100,
0

Sumber: Data Primer, 2020.

7
Eka Puspa Marlena

3. Merokok
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Merokok
di Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Kudus (N=87)

MEROKOK
Frekuensi Prosentase %
Tidak Merokok 26 29,9
Merokok 61 70,1
Total 87 100,0

Sumber: Data Primer, 2020.


4. Hipertensi
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Urutan Hipertensi
di Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Kudus (N=87)

HIPERTENSI
Frekuensi Prosentase%
Tidak Hipertensi 24 27,6
Hipertensi 63 72,4
Total 87 100,0

Sumber: Data Primer, 2020.


5. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kejadian Hipertensi Di
Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Kudus Tahun 2020.
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Kudus Tahun 2020. Untuk mengetahui
hipotesis diatas, maka diperlukan uji hipotesis melalui bantuan program
komputerisasi. Setelah dilakukan uji hipotesis terdapat data sebagai berikut:

8
Eka Puspa Marlena

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan Hipertensi di Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Kudus
(N=87)
Indeks Perilaku Antisosial Total OR P
Massa Hipertensi Tidak (95% Value
Tubuh hipertensi CI)
(IMT) N % N % N %
Kurus 3 30,0% 7 70,0% 10 100 - 0,000

Normal 8 40,0% 12 60,0% 20 100

Gemuk 20 90,9% 2 9,1% 22 100

Obesitas 32 91,4% 3 8,6% 35 100

Jumlah 63,0 72,4 24 27,6 87 100

Sumber: Data Primer, 2020


6. Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Ngembal
Kulon Kabupaten Kudus Tahun 2020.
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan merokok dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Ngembal Kulon
Kabupaten Kudus Tahun 2020. Untuk mengetahui hipotesis diatas, maka
diperlukan uji hipotesis melalui bantuan program komputerisasi. Setelah
dilakukan uji hipotesis terdapat data sebagai berikut:
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dan Hipertensi di Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Kudus
(N=87)
Merokok Hipertensi Total OR P
Hipertensi Tidak (95% Value
hipertensi CI)
N % N % N %
Merokok 44,2 86,9 16,8 13,1 61,0 100 10,600 0,000

Tidak 18,8 38,5 7,2 61,5 26,0 100


Merokok
Jumlah 63,0 72, 24,0 27,6 87 100
4

Sumber: Data Primer, 2020.

9
(Studi Kasus Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus)

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat (40,0%), nilai IMT kurus menjadi paling sedikit
disimpulkan bahwa didapatkan rata-rata umur sejumlah 3 responden (30,0%), dan tidak
dari setiap responden adalah 50 tahun dan hipertensi pada responden dengan IMT
untuk umur responde paling tua adalah 57 normal lebih banyak terjadi sejumlah 12
tahun sedangkan responden dengan umur responden (60,0%), sedangkan nilai IMT
paling muda adalah 45 tahun. kurus menjadi terbanyak ke-2 sejumlah 7
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat responden (70,0%), nilai IMT obesitas
disimpulkan bahwa sebagian besar indeks menjadi terbanyak ke-3 sejumlah 3 responden
massa tubuh (IMT) responden adalah kurus (8,6%), nilai IMT gemuk menjadi paling sedikit
dengan 10 responden (11,5%), Normal sejumlah 2 responden (9,1%).
dengan 20 responden (23,0%), Gemuk Hasil uji statistik menggunakan chi-square
dengan 22 responden (25,3%), dan Obesitas diperoleh nilai p sebesar 0,000 (< 0,05), maka
dengan 35 responden (40,2%). Dengan Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang
jumlah responden 87 orang (100%). signifikan antara indeks massa tubuh (IMT)
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dan hipertensi pada pasien pra lansia di
disimpulkan bahwa sebagian besar Puskesmas Ngembal Kabupaten Kudus
responden memiliki perilaku merokok Tahun 2020.
sebanyak 61 responden (70,1%), dan Tabel 6 diatas menjelaskan tentang
sebagian kecil tidak merokok sebesar 26 penyebaran data antara 2 variabel yaitu
responden (29,9%). perilaku merokok dan hipertensi yang
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat menunjukkan bahwa, dari 87 responden
disimpulkan bahwa sebagian besar terdapat hipertensi pada perilaku merokok
responden mengalami hipertensi dengan 63 lebih banyak terjadi sejumlah 44,2 responden
responden (72,4%) dan responden yang tidak (86,9%), sedangkan pada perilaku tidak
mengalami hipertensi sebesar 24 responden merokok sejumlah 18,8 responden (38,5%),
(27,8%). dan tidak hipertensi padaperilaku merokok
Tabel 5 diatas menjelaskan tentang lebih banyak terjadi sejumlah 16,8 responden
penyebaran data antara 2 variabel yaitu (13,1%), sedangkan pada perilaku tidak
indeks massa tubuh (IMT) dan hipertensi merokok sejumlah 7,2 responden (61,5%).
yang menunjukkan bahwa, dari 87 responden Hasil uji statistik menggunakan chi-square
terdapat hipertensi pada responden dengan diperoleh nilai p sebesar 0,000 (< 0,05), maka
IMT obesitas lebih banyak terjadi sejumlah 32 Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang
responden (91,4%), sedangkan nilai IMT signifikan antara perilaku meroko dan
gemuk menjadi terbanyak ke-2 sejumlah 20 hipertensi pada pasien laki-laki di Puskesmas
responden (90,9%), nilai IMT normal menjadi Ngembal Kabupaten Kudus Tahun 2020. Dan
terbanyak ke-3 sejumlah 8 responden Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=

10
(Studi Kasus Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus)

10.600, artinya perilaku merokok mempunyai stenosis arteri renalis, penyakit-penyakit


peluang 10.600 kali untuk mengalami parenkim ginjal, hiperaldosteronisme, dan
hipertensi. sebagainya (Tanto, Hustrini, 2014).
Hipertensi adalah penyakit yang terjadi Beberapa contoh hipertensi sekunder
akibat peningkatan tekanan darah. Hipertensi antara lain: (1) Hipertensi ginjal. Sebagai
seringkali tidak menimbulkan gejala, contoh lesi aterosklerotik yang menonjol
sementara tekanan darah yang terus- ke dalam lumen suatu arteri renalis atau
menerus tinggi dalam jangka waktu lama penekanan eksternal pembuluh ini oleh
dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena suatu hormon dapat mengurangi aliran
itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan darah ke ginjal. (2) Hipertensi endokrin.
pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Sebagai contoh, feokromositoma adalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan suatu tumor medulla adrenal yang
darah adalah usia, jenis kelamin, tingkat mengeluarkan epinefrin dan nonepinefrin
pendidikan, aktivitas fisik, faktor genetik secara berlebihan. (3) Hipertensi
(keturunan), asupan makan, kebiasaan neurogenik. Salah satu contoh adalah
merokok, dan stres (Rosta, 2011). hipertensi yang disebabkan oleh
Berdasarkan etiologinya, hipertensi kesalahan kontrol tekanan darah karena
diklasifikasikan menjadi: defek di pusat kontrol kardiovaskular
a. Hipertensi primer/esensial (insidens 80- (Sherwood, 2012).
95%): hipertensi yang tidak diketahui Pada umumnya hipertensi tidak
penyebabnya (Tanto, Hustrini, 2014). mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi semacam ini dikenal sebagai Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan
hipertensi idiopatik. Hipertensi primer cardiac output atau peningkatan tekanan
adalah suatu kategori umum untuk perifer. Menurut Nuraini (2015) ada beberapa
peningkatan tekanan darah yang Adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya
disebabkan oleh beragam penyebab yang hipertensi antara lain:
tidak diketahui dan bukan suatu entitas a. Genetik
tunggal. Orang dapat memperlihatkan b. Obesitas
kecenderungan genetik yang kuat c. Jenis kelamin
mengidap hipertensi primer, yang dapat d. Stress
dipercepat atau diperburuk oleh faktor e. Kurang olahraga
kontribusi misalnya kegemukan, stres, f. Asupan garam yang tinggi dalam diet
merokok, atau kebiasaan makan g. Kebiasaan merokok
(Sherwood, 2012). h. Umur
b. Hipertensi sekunder: akibat suatu Penelitian terdahulu yang dilakukan Nita
penyakit atau kelainan mendasari, seperti Widjaya, Faishal Anwar, Ratih Laura Sabrina,

11
(Studi Kasus Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus)

Ranty Rizki Puspadewi, Erlina Wijayanti tahun 2020”. Maka dapat diambil
(2018) dengan judul “Hubunga Usia Dengan kesimpulan sebagai berikut:
Kejadian Hpertensi Di Kecamatan Kresek Dan 1 Diketahuinya Indeks massa tubuh
Tegal Angus, Kabupaten Tangerang”. Tujuan (IMT) di Puskesmas Ngembal
penelitian ini untuk mengetahui gambaran Kabupaten Kudus tahun 2020, dari 87
hipertensi di Kecamatan Kresek dan Tegal Responden (100%) sebagian besar
Angus Mei 2018. Metode penelitian indeks massa tubuh (IMT) responden
menggunakan metode analitik cross sectional. adalah dengan Obesitas yaitu dengan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua 35 responden (40,2%), Gemuk dengan
masyarakat yang berusia >17 tahun di 22 responden (25,3%), Normal dengan
Kecamatan Kresek dan Tegal Angus, 20 responden (23,0%), dan kurus
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten tahun dengan 10 responden (11,5%).
2018. Sampel penelitian dilakukan dengan 2 Diketahuinya perokok di Puskesmas
Quota Sampling sebanyak 115 orang. Ngembal Kabupaten Kudus tahun
Pengumpulan data dalam penelitian ini 2020. Dari 87 responden (100%)
dengan menggunakan kuesioner. Hasil didapatkan bahwa sebagian besar
penelitian yang didapatkan dari 115 responden memiliki perilaku merokok
responden yaitu rata-rata usia pada rentang sebanyak 61 responden (70,1%), dan
usia 18-40 tahun (61,7%), perempuan sebagian kecil tidak merokok sebesar
sebanyak (50,4%), pendidikan rendah (60 %), 26 responden (29,9%).
mayoritas pekerjaan yaitu ibu rumah tangga 3 Diketahuinya kejadian Hipertensi di
(34,8%) dan mayoritas tempat tinggal di Tegal Puskesmas Ngembal Kulon Kudus
Angus (53,9%). Analisis univariate hipertensi tahun 2020, dari 87 responden (87%)
sebanyak 66 (57,4%) dan tidak hipertensi 49 didapatkan bahwa responden
(42,6%). Analisis bivariate hubungan antara mengalami hipertensi dengan 63
usia dengan kejadian hipertensi p-value 0,00. responden (72,4%) dan responden
Terdapat hubungan antara usia dengan yang tidak mengalami hipertensi
kejadian hipertensi di Kecamatan Kresek and sebesar 24 responden (27,8%)
Tegal Angus, Kabupaten Tangerang, Banten. 4 Hasil penelitian melalui uji statistic
bivariate, Hasil uji statistik
D. KESIMPULAN menggunakan chi square diperoleh
nilai p sebesar 0,000 (< 0,05), maka
Berdasarkan penelitian yang
Ho ditolak yang berarti ada hubungan
dilakukan oleh peneliti dengan judul
yang signifikan antara indeks massa
“Hubungan Indeks massa tubuh (IMT)
tubuh (IMT) dengan kejadian hipertensi
dan perokok dengan kejadian hipertensi
di Puskesmas Ngembal Kabupaten Kudus

12
(Studi Kasus Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus)

di Puskesmas Ngembal Kabupaten Hasil penelitian ini diharapkan


Kudus Tahun 2020. peneliti selajutnya dapat menjadi
5 Hasil uji statistik menggunakan chi- sumber informasi dan pedoman untuk
square diperoleh nilai p sebesar 0,000 penelitian - penelitian selanjutnya yang
(< 0,05), maka Ho ditolak yang berarti berhubungan dengan Hipertensi.
ada hubungan yang signifikan antara
perilaku meroko dan hipertensi pada F. UCAPAN TERIMAKASIH
pasien laki-laki di Puskesmas Ngembal 1. Rusnoto, SKM, M. Kes (Epid), selaku
Kabupaten Kudus Tahun 2020. Dan Rektor Universitas Muhammadiyah
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Kudus serta yang telah memberikan
OR= 10.600, artinya perilaku merokok izin dan membantu terselesaikannya
mempunyai peluang 10.600 kali untuk penelitian ini.
mengalami hipertensi. 2. Yuli Setyaningrum S.Kep. Ners., M.Si.
Med, selaku Ketua Jurusan / Prodi
Keperawatan Universitas
E. SARAN
Muhammadiyah Kudus, serta yang
1 Bagi Peneliti
telah memberikan izin dan membantu
Hasil penelitian dapat
terselesaikannya penelitian ini.
dikembangkan lebih mendalam dan
3. Sukarmin,M.Kep.,Sp.Kep.MB, selaku
terperinci, sehingga dapat menjadi
pembimbing akademik yang telah
dasar untuk peneliti selanjutnya.
banyak membantu dan memberikan
2 Bagi Universitas Muhammadiyah
bimbingan selama menjalani
Kudus
perkuliahan di Universitas
Diharapkan untuk memanajerial di
Muhammadiyah Kudus.
institusi pendidikian dapat mendorong
4. Noor Hidayah,A.Kep.,M.Kes selaku
peneliti selanjutnya untuk melakukan
pembimbing Askep dari semester 2
penelitian lebih lanjut tentang hubunga
sampai semester 6 yang telah banyak
Indeks Massa Tubuh dan perokok
membantu dan memberikan
dengan kejadian Hipertensi.
bimbingan Askep selama menjalani
3 Bagi Mahasiswa
perkuliahan di Universitas
Dari hasil penelitian ini diharapkan
Muhammadiyah Kudus.
dapat menambah wawasan dan
5. Sri Karyati,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Mat,
kemampuan berpikir mengenai
selaku pembimbing II yang telah
penerapan teori yang telah di dapat
memberikan bimbingan dan arahan
dari mata kuliah yang telah di terima
penyusunan penelitian ini.
kedalam penelitian sebenarnya.
4 Bagi Peneliti Selanjutnya,

13
(Studi Kasus Siswa Usia Remaja Kelas VIII di SMP Muhammadiyah I Kudus)

6. Bapak dan Ibu dosen Universitas Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu
Muhammadiyah Kudus serta Seluruh Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P.
P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta:
sivitas akademik yang telah banyak Salemba Medika.
memberikan bekal ilmiah selama
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
penulis mengikuti pendidikan. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
7. Semua pihak yang telah membantu 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2017. [cited 2018 April 5]. Available
terselesaikannya Skripsi ini yang tidak
from
dapat disebutkan satu persatu. http://www.depkes.go.id/resources/do
wnload/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-
G. DAFTAR PUSTAKA Indonesia2016.pdf

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan


Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
Dharma (2011) Metodologi Penelitian R&D. Bandung: Alfabeta.
keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Media. Surakarta. Surakarta.Agus Riyanto, (2011).
Aplikasi Metodologi Penelitian
Gumus, A., Kayhan, S., Cinarka, H., Sahin, U. Kesehatan. Nuha. Medika Yogyakarta.
(2013). The Effect of Cigarette Smoking
on Blood Pressure and Hypertension. World Health Organization. A global brief on
ABCmed, 1:7-9. hypertension: silent killer, global public
health crisis2015.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2017. Metodologi
Penelitian Keperawatan dan kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. A. (2014). Metode penelitian


keperawatan dan teknis analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.

Ismail, Fajri. 2018. Statistikauntuk Penelitian


Pendidikan dan Ilmu-ilmu Sosial,
Jakarta: Prenadamedia Group.

Junaidi, I. (2010). Hipertensi Pengenalan


Pencegahan dan Pengobatan. Jakarta:
PT Bhuana Ilmu Populer.

Kemenkes Ri. 2013.Riset Kesehatan Dasar;


RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri.

Munawaroh, Munjiati. (2013). Manajemen


Operasi. Yogyakarta. LP3M UMY.

Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

14
15

Anda mungkin juga menyukai