Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia saat ini terjadi transisi penyakit, dimana trasisi tersebut
diakibatkan oleh jumlah kasus penyakit tidak menular (PTM) yang
melebihi angka penyakit menular. Berdasarkan hasil dari SRS (Sample
Registration Survey) yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI tahun 2014, mengtakan bahwa
angka kematian penyakit tidak menular di Indonesia terus mengalami
peningkatan yaitu sebesar 71% dibandingkan survey kesehatan rumah
tangga (SKRT) tahun 1995 yaitu sebanyak 41,7 SKRT tahun 2001
sebanyak 49,9%; dan Rikesdas tahun 2007 sebanyak (59,9%). Dari data
tersebut terdapat beberapa penyakit yang menyebabkan kematian, namun
penyakit yang termasuk paling banyakpada kelompok tersebut adalah
penyakit hipertensi.(Oktaviani, 2015).
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia. Berdasarkan prediksi WHO tahun 2025 angka
kejadian hipertensi di dunia pada orang dewasa mencapai 29,2%.
Penyakit hipertensi setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini bisa
dilihat dari hasil pervalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran tahun 2013 hingga 2018 pada penduduk yang berumur diatas
18 tahun mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 25,8%
menjadi 34,1%, sedangkan prevalensi berdasarkan usia, penyakit
hipertensi paling banyak di derita oleh lansia yaitu antara 45-75 tahun
keatas (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Pada usia yang semakin
bertambah akan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini
diakibatkan oleh penebalan pada dinding arteri yang menyebabkan zat
kolagen pada lapisan otot menjadi menumpuk sehingga pembuluh darah
menjadi sempit dan kaku (Dewi, 2015).

https://repository.unimus.ac.id
2

Berdasarkan hasil dari pengukuran tekanan darah pada tahun 2017


yang dilakukan oleh sejumlah penduduk Jawa Tengah yang berisiko diatas
18 tahun terdapat sebanyak 8.888.585 (36,53%) hasil pengukuran tekanan
darah tersebut, sebesar 1.153.371 (12,98%) dikatakan memiliki hipertensi.
Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten yang hasil
pengukurannya urutan nomor dua tertinggi penderita hipertensi yaitu
sebanyak 76,7%, sedangkan hipertensi tertinggi adalah Kota Salatiga yaitu
sebesar 77,72% (Rikesdas,2018)

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menjelaskan bahwa pravelensi


hipertensi menyerang remaja-lansia yaitu 25,8% dengan prevalensi untuk
Sumatera 20,8%, Jawa-Bali 24,3% dan pada kawasan Indonesia Timur
25,2%. Sedangkan angka prevalensi untuk Sumatera Barat sendiri adalah
22,6%. Peningkatan ini dipicu karna adanya gaya hidup, pola makan, dan
perilaku persepsi lansia terhadap penyakitnya. Berdasarkan studi
pendahuluan yang diambil pada tanggal 11 November 2019 prevalansi
penderita hipertensi pada usia lanjut di Puskesmas Mranggen 1 pada
tahun 2016 terdapat sebesar 3.105 orang, tahun 2017 sejumlah 3.196
orang, dan pada tahun 2018 sebanyak 3.295. Dari data yang ada dapat
disimpulkan bahwa angka hipertensi di Puskesmas Mranggen 1 yang ada
di Kabupaten Demak pada usia lanjut setiap tahunnya mengalami
peningkatan (Rikesdas, 2017).

Penyebab hipertensi digolongkan menjadi dua kelompok yaitu


kelompok yang tidak bisa diubah dan kelompok yang dapat diubah.
Kelompok yang tidak dapat diubah meliputi : keturunan, umur, jenis
kelamin, dan etnis. Sedangkan kelompok yang bisa diubah meliputi : gaya
hidup, stress, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kurangnya
aktifitas fisik dan mengkonsumsi garam berlebih (Dewi,2015). Dari
beberapa factor yang telah disebutkan terdapat terdapat salah satu faktor
utama yang sangat beresiko dan harus diubah yaitu perilaku atau gaya
3

hidup, sedangkan untuk mengubah gaya hidup atau perilaku seseorang


dipengaruhi oleh persepsi seseorang tersebut ( Kurnia, A, 2016).
Menurut health belief model (HBM) untuk mengubah perilaku
kesehatan harus mengubah persepsi yang ada di masyarakat . Dalam teori
HBM menyebutkan bahwa terdapat 6 persepsi yang mempengaruhi
perilaku yaitu persepsi kerentanan (susceptibiility), persepsi keparahan
(severiti), persepsi keuntungan (benefits), persepsi hambatan (barriers),
persepsi petunjuk untuk bertindak (coes to action) dan persepsi motivasi
(self efficaci). Dari 6 persepsi tersebut, dua diantaranya merupakan
persepsi yang penting untuk diketahui yaitu persepsi keuntungan (benefits)
dan hambatan (barries). Karena, apabila kedua dari persepsi ini tidak
diubah maka akan menyebabkan perilaku yang tidak sehat untuk penderita
hipertensi (Nugraheni, Hernien., wiyatini, tri., wiradona, 2018). Menurut
HBM (Health Belief Model) persepsi keuntungan (benefits) dan hambatan
(barries) pada individu dirinya akan merasa rentan terhadap penyakit-
penyakit yang dianggapnya gawat (serius), ia akan melakukan suatu
tindakan yang tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan yang
akan ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. HBM berfokus pada
dua aspek representasi individu dari kesehatan dan perilaku kesehatan
yang meliputi: persepsi ancaman dan penilaian perilaku. Persepsi
hambatan ditafsirkan sebagai dua ketetapan utama: persepsi kerentanan
pada penyakit seperti masalah kesehatan, dan keparahan yang diantisipasi
konsekuensi oleh penyakit. Penilaian perilaku terdiri dari dua set
kepercayaan yang mencakup persepsi manfaat dan kemanjuran perilaku
kesehatan yang direkomendasikan yang menyangkut biaya, atau persepsi
hambatan untuk memberlakukan perilaku tersebut. Selain itu, model
mengusulkan itu isyarat untuk bertindak dapat mengaktifkan perilaku
kesehatan ketika keyakinan yang tepat dipegang. (Notoatmodjo, 2014).
Berdasarkan penelitian edy Soesanto (2015) menjelaskan bahwa
sebagian banyak subjek peneliti pada persepsi keuntungan yang dapat
mengendalikan kesehatannya yaitu sebanyak 66%, akantetapi masih
4

terdapat 36,1% memiliki persepsi bahwa mengendalikan kesehatan tidak


dapat mencegah adanya komplikasi yang akan ditimbulkan,sebanyak
29,1% menganggap walaupun sudah menggunakan pelayanan
kesehatantetap tidak tahu cara perawatan yang benar dan tidak tau jenis
makanan yang harus dihindaridan sebanyak 11,6% mengatakan bahwa
tekanan darahnya tidak dapat dikontrol,sedangkan pada
persepsi hambatan tingkat persepsi pada lansia hipertensi dalam
mengendalikan kesehatannya sebesar 91,9%,dan ada 41,1% merasa
membebani keluarga, 34% merasa tempatnya jauh,31,2% biaya trasportasi
yang mahal dan 26,3% merasa membuang waktu.
Menurut hasil peneliti Biya tahun 2017 pada persepsi keuntungan
dan hambatan sebagian besar masyarakat masih berperilaku tidak baik.
Karena perilaku yang tidak baik di masyarakat ini maka masih banyak
pula penyakit hipertensi yang tidak dapat diobati secara maksimal. Pada
persepsi keuntungan perilaku yang kurang baik ditunjukkan pernyataan
kebiasaan merokok dan masih mengkonsumsi makanan dengan tinggi
garam. Sedangkan persepsi hambatan perilaku yang kurang baik
ditunjukkan pernyataan pada biaya periksa membebani keluarga, malas
periksa kesehatan karena merasa sehat, petugas kesehatan yang tidak
ramah, serta pelayanan kesehatan yang disediakan jauh dari rumah. Dari
hal tersebut ternyata dua persepsi ini juga dialami oleh lansia yang ada di
Desa Sumberejo. Berdasarkan survey awal terdapat Hasil Data dari
Puskesmas Mranggen Kabupaten Demak tahun 2019 yaitu Jumlah
penduduk di Desa Sumberjo sebesar 8317 orang, dengan jumlah lansia
hipertensi sebesar 897 orang dengan posbindu yang aktif. Prevalensi
hipertensi pada lansia di tahun 2016 diatas umur 45 tahun yaitu sebesar
3105, dan meningkat pada tahun 2017 sebesar 3196, pada tahun 2018
jumlah penduduk meningkat dengan jumlah 3295, sedangkan pada studi
pendahuluan dilakukan peneliti di Desa Sumberejo Kabupaten Demak
pada tanggal 11 November 2019 didapatkan hasil 140 orang lansia dengan
usia leh dari 60 tahun terdapat 127 yang mengalami hipertensi.
5

Berdasarkan penelitian tersebut perilaku kesehatan sebagian besar


masyarakat jarang memeriksakan tekanan darah, jarang melakukan olah
raga seperti senam lansia, sering mengkonsumsi gorengan saat makan,
sulit tidur dimalam hari, dan suka mengkonsumsi ikan asin dan telor asin,
selain itu pada persepsi keuntungan sebagian besar masyarakat Desa
Sumberjo pada lansia masih banyak yang mengkonsumsi garam berlebih
dan merokok sedangkankan pada persepsi hambatan kebanyakan
masyarakat mengeluh karna biaya dan tempat yang terlalu jauh dari
rumah. Studi pe3nelitian yang di buat bertujuan mengetahui hubungan
antara persepsi keuntungan dan persepsi hambatan dengan perilaku
kesehatan lansia hipertensi didesa sumberejo kabupaten demak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahi
“Hubungan Antara Persepsi Keuntungan Dan Persepsi Hambatan dengan
Perilaku Kesehatan Lansia Hipertensi di Desa Sumberejo Kabupaten
Demak”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara persepsi keuntungan dan hambatan
dengan perilaku kesehatan lansia hipertensi di Desa Sumberejo
Kabupaten Demak.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan persepsi keuntungan terhadap lansia hipertensi
b. Mendeskripsikan persepsi hambatan terhadap lansia hipertensi
c. Mendeskripsikan perilaku kesehatan terhadap lansia hipertensi
d. Menganalisis hubungan antara persepsi keuntungan dengan
perilaku kesehatan lansia hipertensi.
e. Menganalisis hubungan antara persepsi hambatan perilaku
kesehatan lansia hipertensi..
1

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pengetahuan
Hasil penelitian bisa diaplikasikan sebagai suatu sarana informasi
pengembangan ilmu pengetahuan tentang persepsi keuntungan dan
persepsi hambatan terhadap perilaku kesehatan pada lansia hipertensi.
2. Bagi peneliti
Peneliti akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam
melakukan suatu penelitian dan dapat mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan saat perkuliahan.
3. Bagi masyarakat
Masyarakat diharapkan mampu menguasai persepsi seseorang
terhadap perilaku kesehatan pada penyakit hipertensi dan dapat
menerapkan dalam kehidupannya.
4. Bagi institusi
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai sumber dari salah satu
bacaan pengembangan penelitian dalam bidang yang berkaitan
keperawatan komunitas.
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku kesehatan hiperteensi


1. Definisi perilaku
Perilaku merupakan respon seseorang pada suatu
rangsangan ataupun tindakan yang bisa diamati atau memiliki nilai
spesifik, durasi dan tujuan yang baik yang sering didasari bahwa
interaksi yang sangat kompleks sehingga tidak memikirkan
penyebab individu melakukan perilaku tertentu Sedangkan
perilaku kesehatan merupakan respos seseorang terhadap semua
rangsangan objek yang berhubungan dengan kesehatan sesorang
terhadap aspek dan faktor yang dapat mempengaruhi kesehatannya
(Wawan & Dewi, 2011).
2. Pengertian Perilaku Kesehatan menurut para ahli
a. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas individu yang
mempunyai aktivitas dan kegiatan misalnya : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, sekolah, membaca,
atapun lainnya. Aktivitas ini bisa dilihat dan diamati langsung
maupun dari pihak luar. (Notoatmodjo, 2014)
b. Perilaku Kesehatan adalah respons individu terhadap stimulus
yang berhubungan dengan sakit atau penyakit yang dialami,
system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Konteks pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan terbagi 2
yaitu : perilaku masyarakat yang dilayani atau menerima
pelayanan (consumerr), dan perilaku pemberi pelayanan atau
petugas kesehatan yang melayani (provider). (A Mawan,
2012).

9
10

3. Bentuk perilaku kesehatan hipertensi


Adapun kegiatan Perilaku kesehatan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan pada penderita hipertensi meliputi:
1) Aktifitas
Perawatan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan dengan
melihat dari aktifitas penderita hipertensi, pengaturan
aktifitas sangat penting pada pasien hipertensi karena dapat
mengurangi efek buruk dari pada penyakit yang dialaminya.
Adapun aktifitas perilaku kesehatan pada penderita lansia
hipertensi meliputi: aktifitas fisik seperti bersepeda setiap
hari, senam lansia, membersihkan rumah ataupun berkebun
(Manuntung, 2019).
2) Olahraga
Olahraga bermanfaat bagi kesehatan, tidak hanya kesehatan
fisik seperti memelihara kesehatan jantung, terhindar dari
stroke ataupun lainnya, akan tetapi beberapa peneliti juga
mengatakan bahwa olahraga rutin dapat membantu menjaga
kesehatan psikis seperti mengurangi stress, meringankan
suasana hati sampai meningkat fungsi kognitif seperti
berkonsentrasi. Adapun olahraga yang perlu dilakukan pada
penderita lansia hipertensi diantaranya yaitu, jalan pagi rutin
setiap hari, mengikuti senam lansia (Gemilang, 2015).
3) Istirahat tidur
Istirahat adalah suatu kesempatan agar dapat memperoleh
energi sel pada tubuh, istirahat bisa dilakukan dengan
menyempatkan waktu. Bersantai bukan berarti melakukan
rekreasi yang melelahkan, namun yang dimaksud dengan
istirahat ialah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan
menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh. Adapun
istirahat tidur yang dapat dilakukan pada penderita lansia
hipertensi adalah tidur lebih dari 6 jam/ hari.
11

4) Pola makan
Pola makan pada pasien hipertensi dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya:
a) Diet rendah garam, yang terdiri atas: diet ringan,
mengkonsumsi garam 3,75-75 gram per hari, diet sedang
1,25-3,75 gram per hari, dan diet tinggi <1,25 gram per
hari. Untuk mengatur diet pada penderita hipertensiyaitu
dengan memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula
jawa atau bawang putih atau bawang merah, jahe, kencur
ataupun bumbu lain yang tidak asin dan tidak
mengandung sedikit garam natrium. Makanan bisa
ditumis agar memperbaiki rasa, memberikan garam saat
di atas meja makan bisa dilakukan untuk mengontrol
penggunaan garam yang berlebih.
b) Diet tinggi serat
Diet tinggi serat pada penderita hipertensi sangatlah
penting, serat terdiri dari 2 jenis yaitu serat kasar (Crude
fiber) yang banyak terdapat pada sayuran dan buah-
buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan
karbohidrat seperti, kentang, beras, singkong, dan kacang
hijau.
c) Diet rendah kolesterol
Kolesterol bisa berbahaya apabila dikonsumsi lebih
banyak dari pada yang diperlukan oleh tubuh, tingginya
kolesterol dapat terjadi karena terlalu banyak
mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol
tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25-50%
dari setiap makanan. Adapun makanan yang
mengandung tinggi kolesterol yaitu: gorengan, susu
tinggi lemak.
12

d) Diet rendah energi (bagi obesitas)


Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi
seperti diabetes, penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Secara umum semakin berat tubuh semakin tinggi
tekanan darah jika penerapan pola makan seimbang maka
dapat mengurangi resiko penyakit tersebut.
5) Gaya hidup
Gaya hidup sehat bisa dilakukan untuk mengurangi
komplikasi yang akan di timbulkan dari penyakit hipertensi.
Selain melakukan mengubah pola makan pada penderita
hiopertensi perlu melakukan gaya hidup sehat dengan
meningkatkan aktifitas meminamilisasi stres. Gaya hidup
sehat yang perlu dilakukan diantaranya: tidak merokok lebih
dari 6 bulan terakhir, tidak mengkonsumsi alchol lebih dari 1
gelas/hari, tidak mengkonsumsi makanan tinggi lemak.
6) Kebiasaan
Kerbiasaan pada penderita hipertensi seharusnya menjadi hal
yang paling diutamakan karena adanya kebiasaan seseorang
yang menderita hipertensi apabila tidak dihentikan maka akan
memunculkan komplikasi pada penyakitnya, kebiasaan
tersebut meliputi: rajin mengontrol tekanan darah,
mengkonsumsi obat sesuai aturan dokter, berhenti merokok,
tidak mengkonsumsi alchol.

Perilaku seseorang dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu (Notoatmojo,


2014) :
a. Bentuk pasif
Bentuk pasif merupakan suatu respon luar yang terjadi pada
individu secara tidak langsung dan dapat dilihat oleh seseorang,
contohnya seorang lansia mengetahui bahwa mengurangi kadar
13

garam berlebih dapat mencegah terjadinya hipertensi meskipun


lansia tersebut masih mengkonsumsi garam berlebih.
b. Bentuk aktif
Bentuk aktif terjadi apabila individu dapat mengobservasi dan
menerapkan secara langsung dalam kehidupannya, contohnya
lansia tersebut telah bersikap positif seperti mengurangi kadar
garam yang berlebih untuk mencegah terjadinya hipertensi.
4. Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Menurut WHO faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan karena
adanya 4 pokok alasan (Notoatmojo, 2014)
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang diperoleh dari diri sendiri atau orang
lain. Dari pengalaman ternayata perilaku seseorang yang didasari
pengetahuan akan lebih langgengmdari pada perilaku yang tidak di
dasari pengetahuan. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya : pendidikan, usia, dan pekerjaan. (Wawan dan
Dewi, 2014)
b. Persepsi
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkannya. Terbentuknya persepsi terjadi oleh adanya
rangsangan pengindraan yang mennekan saraf sensorik
menggunakan suatu alat indera. Rangsangan terbut akan dicek
kembali, diorgaanisir dan diinterpretasikan oleh setiap individu
dengan bentuk perilaku yang berbeda-beda (Notoatmojo, 2014)
c. Sikap
Sikap merupakan suka atau tidak suka seseorang terhadap
suatu objek, melalui sikap seseorang dapat memahami proses
kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan yang tindakan
yang mungkin di lakukan individu dalam kehidupan sosialnya
14

sehingga akan berpengaruh terhadap perilakunya (Wawan dan


Dewi, 2014)
1. Batasan perilaku kesehatan
Batasan pada perilaku kesehatan tedapat 2 kempok unsur
yang berbeda yakni (Notoatmojo, 2014) :
a. Respons
Interaksi seseorang yang bersifat baik pasif meliputi : pengetahuan,
persepsi, sikap ataupun bersifat aktif seperti tindakan yang terjadi
(nyata).
b. Rangsangan
Rangsangan ini tersidiri dari :
1) Perilaku seseorang terhadap suatu penyakit merupakan proses
seseorang berespon, baik secara pasif bersikap, mengetahui
danmmempersepsikan penyakit yang diderita maupun aktif
suatu tindakan yang dilakukan berhubungan dengan penyakit
tersebut.
2) Perilaku pada system pelayanan kesehatan merupakan respon
individu pada system pelayanan kesehatan yang baik secara
modern ataupun secara tradisional.
3) Perilaku terhadap makanan merupakan respon individu
terhadap kebutuhan vital pada kehidupannya.
4) Perilaku pada lingkungan merupakan respon terhadap
lingkungan sebagai determinan kesehatannya.
2. Teori Perilaku Kesehatan
Teori yang menentukan perilaku yang dianalisis dari factor factor
yang mempengaruhi perilaku Kesehatan yaitu:
a. Teori Lawrence Green menyatakan bahwa Kesehatan seseorang
dipengaruhi dua factor perilaku (behavior causes) dan factor di
luar perilaku (non behavior causes).
b. Teori Snehandu B. Kar menyatakan terdapat 5 determinan yang
dapat mempengaruhi perilaku yaitu niat seseorang, dukungan
15

social dari masyarakat sekitar, informasi tentang Kesehatan,


kebebasan individu untuk mengambil keputusan, situasi yang
mendukung untuk bertindak.(Notoatmodjo, 2007)
c. HBM (Health Belive Model)
HBM adalah Persepsi yang mempengaruhi seseorang untuk
membentuk perilaku kesehatan (Brewer & Rimer, 2008). Tahun
1950 HBM dikembangkan pertama kali oleh psikolog social agar
masyarakat tidak menggunakan jasa pencegahan. Sejak ini teori
HBM banyak dieksplor untuk mengubah perilaku seseorang.
(Glanz & Bishop, 2010). Teori HBM membentuk perilaku
seseorang agar dapat melakukan upaya pencegahan atau
mengontrol penyakit. Konsep tersebut termasuk persepsi
kerentanan (perceived susceptibility), keseriusan/keparahan
merupakan dampak dari penyakit (perceived severity), manfaat
akan suatu perilaku kesehatan yang akan diambil (perceived
benefit),dan hambatan dalam melakukan perilaku kesehatan
tersebut (perceived barrier).Jika masyarakat mempersepsikan
kerentanan terhadap penyakit, dan percaya bahwa suatu penyakit
tersebut memiliki akibat yang serius, percaya adanya tindakan atau
langkah menguntungkan yang dapat dilakukan untuk menurunkan
kerentanan atau keseriusan suatu kondisi, dan percaya bahwa
keuntungan tersebut melebihi hambatan, maka seseorang tersebut
kemungkinan akan mengambil tindakan perilaku kesehatan yang
dapat dipercaya bisa mengurangi resiko tersebut.

B. Persepsi

1. Definisi Persepsi
Terbentuknya persepsi terjadi oleh adanya rangsangan pengindraan
yang menekan saraf sensorik menggunakan suatu alat indera.
Rangsangan terbut akan dicek kembali, diorganisir dan
diinterpretasikan oleh setiap individu dengan bentuk kegiatan yang
16

berbeda beda. Mekanisme terjadinya persepsi berlangsung pada


seseorang yang menerima rangsangan melalui panca indera. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah salah satu mekanisme untuk
membuat seseorang menentukan, menyimpulkan, dan mengaplikasikan
stimulus yang diperoleh dalam bentuk gambaran (Permana, 2012).
Persepsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu persepsi dari luar,yaitu
persepsi yang ditimbulkan oleh stimulus yang berasal dari luar
individu, sedangkan persepsi dari dalam, yaitu persepsi yang
ditimbulkan oleh rangsangan yang berasal dari dalam individu. Dapat
disimpulkan bahwa persepsi merupakan kegiatan untuk menerima
stimulus menggunakan panca indera yang diawali dengan perhatian
sehingga seseorang mampu mengetahui, mendefinisikan ataupun
menghayati suatu hal yang dialami baik itu dari luar maupun dari
dalam (Sunaryo. 2004).
2. Proses Terjadinya Persepsi
Terdapat tiga prosesmterjadinya persepsi (Pratisti, D., Yuwono,
2018):
a. Proses fisik
Terjadi karena adanya obyek yang menyebabkan rangsangan
menggunakan panca indra atau reseptor.
b. Proses fisiologis
Terjadi karena rangsangan didapat menggunakan panca indera
diteruskan oleh saraf sensorik ke otak.
c. Proses psikologis
Kegiatan ini merupakan proses terakhir dari persepsi dimana saat
rangsangan yang kirimkan ke dalam otak, kemudian otak dapat
menyadari dan menerima proses yang diserap oleh panca indera
sehingga akan mengaplikasikannya dalam kehidupanya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Sudargo, 2018 terdapat dua faktor yang mempengaruhi
persepsi, yaitu faktor dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam
17

meliputi setiap proses pemahaman individu seperti keyakinan,


perasaan, pandangan, pemikiran, dan pengalamannya. Faktor dari luar
terdiri dari faktor stimulus dan lingkungan pada saat proses persepsi
berlangsung.
4. Teori Persepsi
Pada persepsi terdapat beberapa faktor yang dapat diubah seperti
demografi,sosiopsikologi, dan dan variabel struktural, serta isyarat
untuk melakukan pencegahan, yang condong dapat mempengaruhi
kegiatan secara langsung melalui hubungan individu yang berkaitan
dengan ancaman. Health Belief Model (HBM) sebagai pola yang
dilakukan untuk mencegah penyakit dalam atau dalam pengertian
sebagai referensi untuk mempromosikan promosi kesehatan.
pada teori HBM terdapat beberapa faktor modifikasi yaitu faktor
demografis yaitu meliputi : usia, jenis kelamin,suku bangsa dan
kelompok atau etnis) sosiopsikologis (kepribadian,kelas social peer
dan referensi group) struktural (pengetahuan tentang penyakit ataupun
kontak sebelum dengan penyakit), sehingga seseorang selanjutnya
akan melakukan tindakan pencegahan jika persepsi keuntungan yang
dirasakan dapat mengurangi rintangan yang dilihat dari tindakan.
Selain itu, faktor modifikasi juga akan mempengaruhi persepsi
hambatan dimana sesorang yang melakukan tindakan pencegahan yang
dianjurkan persepsinya terancam (Pender, 2002).

5. Teori health belief model (HBM)


Pada model kepercayaan pada kehidupan, individu memiliki nilai
positif ataupun negatif dalam daerah atau tempat tertentu. Ketika
seseorang terdapat ditempat positif sehingga ia menolak wilayah yang
negatif, kaitannya dalam status kesehatan suatu penyakit merupakan
salah satu daerah negatif sedangkan sehat merupakan wilayah positif.
Ketika individu bertindak untuk mengendalikan penyakitnya, terdapat
enam persepsi yang mempengaruhi perilaku dalam tindakan tersebut,
18

yaitu persepsi kerentanan, persepsi keparahan,persepsi keuntungan,


persepsi hambatan, persepsi petunjuk untuk bertindak, dan persepsi
motivasi (Notoatmojo, 2014).
a. Persepsi kerentanan (Perceived Suspectibility)
Merupakan orang yang bertindak dalam mengobati ataupun
mencegah adanya penyakit, mereka akan merasakan mudah
terkena penyakit dengan kata lain tindakan ini akan timbul bila
seseorag lelah.
b. Persepsi keseriusan (Perceived severity)
Tindakan seseorang untuk mencari pengobatan atau mencegah
terjadinya penyakit yang didorong oleh keseriusan pada penyakit
tersebut, misalnya pada penyakit hipertensi yang dirasakan lebih
serius dibandingkan penyakit lain sehingga perlu dilakukan
tindakan pengobatan atau pencegahan lebih banyak.
c. Persepsi keuntungan (Perceived Benefits)
Menurut Notoatmodjo (2014) mengemukakan bahwa penderita hipertensi
melakukan tindakan tertentu yang tergantung pada manfaat yang
dirasakan oleh penderita agar memahami model kepercayaan kesehatan
atau health bilief model, yaitu dengan mempraktikkan persepsi-persepsi
dalam kehidupan sehari-hari. persepsi keuntungan dapat menjelaskan
bahwa seseorang akan memilih alternatif yang dapat bermanfaat
atau menurunkan risiko penyakit, persepsi ini berkaitan dengan
adanya keuntungan mengendalikan kesehatan seperti: keluhan
menjadi berkurang, tekanan darah terkontrol, mengetahui jenis
makanan yang harus dihindari, mengetahui cara perawatan yang
benar, dan mencegah terjadinya komplikasi sehingga persepsi ini
dapat dilaksanakan.
d. Persepsi hambatan (Perceived Barriers)
adalah persepsi yang memiliki aspek negatif sebagai penghalang
individu agar menentukan tindakan kesehatan, seperti
membutuhkan usaha,biaya, waktu,jarak tempuh, pengalaman yang
19

tidak menyenangkan, membebani keluarga,harus meninggalkan


pekerjaan, ataupun alasan yang lain. Salah satu alasan utama orang
tidak berubah perilaku kesehatan mereka adalah seseorang yang
berfikir bahwa melakukannya akan sulit.
e. Persepsi petunjuk untuk bertindak (coes to action)
Agar dapat meningkatkan penerimaan yang benar pada
kerentanan,kegawatan, keuntungan, oleh karena itu diperlukan
isyarat yang berupa beberapa aspek seperti pesan pada media
massa, nasihat, anjuran seseorang untuk anggota keluarga lain yang
sedang sakit.
f. Motivasi untuk melakukan pencegahan (self efficaci).
Self efficacy disebut juga sebagai suatu keyakinan yang dimiliki
oleh seseorang untuk mengambil suatu tindakan. Dimana
konstruksi ini terkait dengan suatu motivasi individu agar selalu
hidup sehat. (Notoatmojo, 2014).
C. Teori Lansia
1. Definisi Lansia
Berdasarkan MKRI No 67 tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lansia di Pusat Kesehatan Masyarakat pasal 1
ayat 1 dijelaskan bahwa lansia merupakan seseorang yang sudah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Kemenkes, 2016).
2. Batasan-batasan Lansia
Batasan lansia menurut WHO meliputi (Dewi, 2015):
a. Middle age (usia menengah) dari usia 45-59 tahun.
b. Elderly (lansia) dari usia 60-74 tahun.
c. Old (lansia tua) dari usia 75-90 tahun.
d. Very old (lansia sangat tua) diatas usia 90 tahun.
3. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia meliputi (Hartini & Setyawati, 2018). :
d. Seseorang yang umurnya < 60 tahun
20

e. Keinginan dan masalah bermacam-macam dari yang sehat sampai


sakit, dari keadaan adaptif sampai kondisi maladaptive ataupun
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual.
f. Keadaan domisili dan lingkungan yang bermacam-macam.
4. Tugas Perkembangan Lansia
Tugas perkembangan usia lanjut berhubungan dengan adanya
aktifitas seseorang. Hal ini dapat di definisikan sebagai suatu bentuk
perbaikan dakam merubah peran yang pernah dilakukan dalam
kehidupannya. Pada saat tumbuh dan berkembang sebelumnya
kegiatan yang dilakukan sehari-hari baik dan teratur dan membina
hubungan dengan serasi terhadap orang yang ada di sekitar, sedangkan
pada lanjut usia mereka akan melakukan kebiasaan yang telah mereka
akan melakukan tahapan seperti sebelumnya dengan berolah raga,
mengembangkan hobi dan bercocok tanam (Pieter, 2017).
5. Proses Menua
Menua merupakan suatu kejadian dalam kehidupan seseorang.
Proses menua adalah proses samapai meninggal, dan tidak hanya
dilakukan pada saat tertentu, namun dari awal pertama seseorang
dilahirkan. Menurut WHO (World Health Organization) dan UU
Nomer 13 tahun 1998 menyebutkan bahwa menua bukanlah
didasarkan pada suatu penyakit, namun suatu proses penurunan daya
tahan tubuh saat mengalami stimulus dari luar maupun dalam. Atau
dapat disebut juga suatu proses yang dikategorikan sebagai perubahan
yang dikaitkan dengan waktu, dan bersifat universal, intrinsic, profesif,
dan detrimental, sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan
kurangnya kemampuan beradaptasi dalam lingkungannya terhadap
upaya mempertahankan kehidupannya (Dewi, 2015).
6. Perubahan Fisik Lansia
Seseorang pada tahapan akhir dalam fase kehidupannya terdapat
mental yang disebut juga sebagai suatu yang berada dalam
kehidupannya (fisik) yang dapat mempengaruhi perilaku, sifat, watak
21

atau sikap seseorang dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.


Pada lanjut usia tidak hanya dihadapkan pada masalah kesehatan
jasmaninya saja, akan tetapi gangguan mental pada usia lanjut juga
dapat terpengaruhi. Perubahan pada mental yang dialami seperti
perubahan fisik, kesehatan, dan lingkungan. Hal ini ditunjukan pada
suatu bentuk ekspresi dari lansia tersebut seperti: kecemasan, depresi,
insomnia, paranoid, dan demensia (peiter, 2017).
7. Penurunan Fungsi Organ pada Sistem Kardiovaskuler
Tingginya usia, fungsi pada fisiologis yang dimilikinya akan
mengalami penurunan yang di sebabkan oleh adanya proses
degeneratif, oleh karena itu penyakit tidak menular banyak diderita
pada lanjut usia. Problem lain yang ditimbulkan dari penuaan juga
akan menurunkan imunitas sehingga mudah terkena penyakit pada
sistem kardivaskuler. Seorang lansia akan mengalami efesiensi, karena
kebutuhan oksigen saat beraktivitas ataupun beristirahat skurang.
banyak lansia yang mampu mengkompensasi perubahan para system
sirkulasi. Akan tetapi tingginya penyakit kardiovaskuler pada populasi
lansia akan membuat sulit untuk membedakan antara proses penyakit
dan proses menua (Ekasari, Hartini & Riasmini, 2019).
Perubahan pada sistem kardiovaskuler yang yang di timbulkan dari
proses menua meliputi :
a. Jantung
1) penurunan kemampuan otot jantung
2) Adanya penebalan pada katup jantung sehingga menjadi
kaku.
3) Nodus sinoatria yang berkonsistensi pada kelistrikan pada
jantung menjadi kurang efisien.
b. Pembuluh darah
1) Elastis pada dinding arteri menjadi terbatas.
2) Adanya pertukaran zat dan nutrisi sisa komponen sel dan
darah karena dinding kapiler mengalami penebalan.
22

3) Dinding pembuluh darah menjadi tegang dan akan


mempercepat tekanan darah sistolik.
c. Darah
1) Kapasitas darah akan menjadi turun searah dengan cairan
padatubuh.
2) kurangnya jumlah eritrosit, hematokrit, dan hemoglobin
karena aktivitas sumsum tulang mengalami menurun.
3) Kontraksi jantung menurun yang menyebabkan kapasitas
darah yang memompa menjadi kurang.

D. Hipertensi pada lansia


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tingginya tekanan darah diatas normal, dimana
tekanan sistolik pada seseorang yang mengalami hipertensi diatas 140
mmHg dan pada tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Biasanya
pemeriksaan pada tekanan darah akan terdapatt dua kelompok angka,
pada kelompok angka yang paling tinggi dapat diambil ketika jantung
berkontraksi atau disebut juga dengan tekanan sistolik, namun pada
bagian angka yang lebih rendah biasanya peroleh ketika jantung mulai
beristirahat atau yang sebut tekanan diastolik. Menurut World Health
Organization batas tekanan darah yang normal yaitu 120-140 mmHg,
sedangkan untuk nilai tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg
(Manuntung, 2019).
2. Karakteristik tekanan darah
Karakteristik hipertensi menurut World Health Organization
a. Hipertensi ringan : 130-139 / 80-89 mmHg
b. Hipertensi sedang : ≥140 / ≥ 90 mmHg
c. Hipertensi berat : >180 / <90 mmHg
23

3. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi terbagi menjadi 2 yaitu (Manuntung, 2019):
a. Hipertensi primer
Penyebab hipertensi primer tidak dapat diketahui secara pasti
sampai saat ini, tetapi dari beberapa aspek yang diduga dapat
menimbulkan hipertensi primer seperti tingginya usia, stres
psikologis, dan faktor genetik suatu individu itu sendiri.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan tingginya tekanan darah
yang ditimbulkan oleh komplikasi dari suatu penyakit yang
menyebabkan terjadinya kerusakan di daerah pembuluh darah
ginjal, kelenjar tiroid atau hipertiroid, dan kelenjar
hiperaldosteronisme.
4. Faktor Resiko Hipertensi
Hipertensi dapat di bedakan menjadi dua faktor:
a. Faktor yang tidak bisa dimodifikasi
1) Usia
Penyebab terjadinya hipertensi adalah usia, pada dasarnya
bertambahnya usia maka akan meningkatkan resiko hipertensi,
sehingga angka kejadian hipertensi pada golongan lanjut usia
sebanyak 40% dengan kematian diatas usia 60 tahun.
Hipertensi pada lanjut usia pertama kali ditemukan yaitu
berupa kenaikan pada tekanan darah sistolik. Sedangkan
menurut World Health Organization yang menggunakan
tekanan sistolik sebagai tekanan dan digunakan untuk
menentukan adanya hipertensi. Bertambahnya usia maka akan
menambah tingginya tekanan darah, yang diakibatlan pada
perubahan stuktur pada pembuluh darah yang menjadi kaku,
mengakibatkan bertambahnya tekanan sistolik (Yunita, 2014).
24

2) Jenis kelamin
Jenis kelamin pria lebih besar yang mengalami tekanan
darah tinggi dari pada perempuan, dengan perbandingan ≥ 2,29
pada tekanan sistolik. Pada pria dicurigai memiki pola hidup
kurang sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dari pada
wanita. Sedangkan wanita pada masa menopause angka
kejadian hipertensi bnyak terdapat pada perempuan bahkan
pada usia diatas 60 tahun hipertensi pada perempuan lebih
banyak dibandingkan laki-laki (Aggie & Herbet, 2012).
3) Keturunan
Pada penderita hipertensi riwayat keluarga terdekat juga
akan beresiko mengalami hipertensi primer. Faktor keturunan
banyak dipengaruhi oleh aspek lingkungan, yang kemudian
akan mengakibatkan hipertensi, Selain itu faktor keturunan
juga dapat dihubungkan pada metabolisme pengaturan garam
dan renin membran sel yang ada didalam tubuh. Davidson
mengatakan apabila penyakit hipertensi dimiliki oleh kedua
orang tuanya maka akan menurun terhadap anaknya sekitar
≥45%, sedangkan apabila hanya salah satu dari orang tua yang
mengalami peningkatan tekanan darah maka sebanyak ≥30%
yang turun pada anaknya (Yunita, 2014).
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
Pada faktor resiko yang dapat diubah ada kaitannya dengan
perilaku ataupun pola hidup yang tidak baik, seperti: merokok,
rendah serat, kurang olahraga, obesitas, mengkonsumsi alkohol,
tinggi kolestrol, stress dan mengkonsumsi garam berlebihan.
1) Obesitas
Obesitas merupakan suatu gejala abnormal lemak pada
indeks masa tubuh atau sering disebut IMT yang merupakan
perbandingan antara tinggi badan dan berat badan dalam
kuadrat meter. Kaitan antara obesitas dan hipertensi
25

ditunjukkan dalam sebagian studi. Berat badan atau Indeks


masa tubuh akan berkaitan langsung pada tekanan darah
terutama pada tekanan sistolik. Resiko penderita hipertensi
pada seseorang yang obesitas lima kali lebih banyak dari pada
seseorang yang berat badan ideal. Sedangkan seseorang yang
memiliki berat badan berlebih 20-30% akan beriko menderita
hipertensi (Aggie & Herbet, 2012).
2) Stress
Sress merupakan ketegangan jiwa dimana seseorang yang
mengalami sres akan berperilaku seperti: murung, rasa
tertekan, mudah emosi, rasa takut, rasa dendam dan rasa
bersalah. Dari keadaan tersebut maka akan meningkatkan
rangsangan pada kelenjar anak ginjal yang mengeluarkan
hormon adrenalin yang memicu jantung untuk memompa lebih
kuat dan kencang yang menyebabkan tekanan darah di
pembuluh darah menjadi tinggi (Aggie & Herbet, 2012).
3) Merokok
Pada rokok terdapat beberapa beracun seperti nikotin dan
karbonoksida, zat tersebut dihisap dan masuk ke aliran darah
yang akan membuat kerusakan lapisan endotel pembuluh
darah pada arteri, sehingga menimbulkan proses
artereosklerosis pada hipertensi. Pada studi autopis yang
dibuktikan hubungan antara terbiasa mengkonsumsi rokok
dengan adanya artereosklerosis pada pembuluh darah. Selain
itu mengkonsumsi rokok juga akan mempengaruhi
peningkatan denyut jantung dan kebutuhan suplai oksigen
terhadap otot jantung. Seseorang perokok yang penderita
hipertensi dapat menyebabkan peningkatan gangguan pada
pembuluh darah arteri(Yunita, 2014).
26

4) Olah raga
Seseorang yang rajin berolah raga dapat membantu
meringankan tekanan darah yang sangat bermanfaat pada
penderita tekanan darah tinggi.
5) Mengkonsumsi alkohol
Hubungan alkohol pada hipertensi sudah terbukti. Proses
terjadinya hipertensi akibat alkohol masih belum jelas, akan
tetapi dari kndungan alcohol yang dapat menaikkan nilai
arsitol, sehingga terjadi peningkatan eritrosit serta
menyebabkan darah menjadi kental yang mengakibatkan
hipertensi(Aggie & Herbet, 2012).
6) Konsumsi garam yang berlebihan
Garam yang dikonsumsi secara berlebihan akan
menyebabkan peningkatan cairan didalam tubuh karena adanya
penarikan cairan yang terdapat diluar sel yang menyebabkan
cairan yang ada di sel tidak dapat keluar. Sekitar 60% kasus
tekanan darah tinggi primer terjadi karena adanya respon
peningkatan tekanan darah. Mereka harus mengurangi
konsumsi garam. Seseorang yang mengkonsumsi kurang dari 3
gram garam rata-rata mengalami hipotensi, sedangkan pada
seeorang yang mengkonsumsi garam sebanyak 7 hingga 8 gram
rata-rata mengalami hipertensi (Yunita, 2014).
7) Hiperkolesterolemia
Kelainan pada metabolisme lemak yang dilihat dari
tingginya kadar kolesterol total,trigliserida, kolestrol dan LDL
ataupun penurunan kadar kolestrol HDL pada darah.
Kolesterol merupakan salah satu aspek terpenting terjadinya
arterosklerosis yang dapat menimbulkan peningkatan
pertahanan perifer pembuluh darah yang menyebabkan
hipertensi (Aggie & Herbet, 2012).
27

5. Perilaku Pencegahan Hipertensi


Seseorang yang tidak mempunyai hipertensi dapat melaksanakan
atau mengerjakan pola hidup sehat untuk menjaga kestabilan darahnya.
Beberapa pola hidup sehat yang dapat dilakukan meliputi: makan
sehat, aktifitas fisik atau olah raga, mempertahankan bobot badan yang
normal, berhenti merokok, dan memanajemen stress (Ari, Tetti, 2014)
E. Hubungan Persepsi Dengan Perilaku Kesehatan
Secara menyeluh perilaku kesehatan dapat definisikan sebagai
suatu respond terhadap rangsangan.yang berhubungan dengan
kesehatannya (Wawan & Dewi, 2011). Menurut teori HBM untuk
mengubah perilaku seseorang dari yang pasif menjadi aktif maka harus
mengubah persepsi yang ada pada orang tersebut. Untuk mengubah
persepsi ada dua faktor penting yang perlu diketahui yaitu : faktor
demografik meliputi usia, jenis kelamin, ras, etnik dll dan faktor
sosiopsikologis meliputi pengaruh dari teman sebaya atau kempok lain
yang dapat meningkatkan perilaku pasif dan aktif (Notoatmojo, 2014).
Kedua faktor ini sangat berpengaruh terhadap persepsi keuntungan dan
persepsi hambatan sehingga seseorang mau untuk melakukan periku
kesehatan. Menurut penelitian Biya (2017) persepsi keuntungan dan
hambatan berkaitan langsung dengan upaya pencegahan hipertensi, karena
apabila kedua dari persepsi ini tidak diubah maka akan menyebabkan
perilaku yang tidak sehat untuk penderita.

F. Kerangka Teori
HBM berfokus pada 2 aspek representasi individu dari kesehatan
atau perilaku kesehatan yang meliputi: persepsii ancaman dan penilaian
perilaku. Persepsi ancaman ditafsirkan sebagai dua ketetapan utama:
persepsi kerentanan pada penyakit seperti masalah kesehatan, atau
keparahan yang diantisipasi konsekuensi oleh penyakit. Penilaian perilaku
terdiri dari dua set kepercayaan yang mencakup manfaat dan kemanjuran
perilaku kesehatan yang direkomendasikan, dan yang menyangkut biaya,
28

atau hambatan untuk memberlakukan perilaku tersebut. Selain itu,model


mengusulkan itu isyarat untuk bertindak dapat mengaktifkan perilaku
kesehatan ketika keyakinan yang tepat dipegang.

Skema 2.1 Kerangka Teori

Perceived
VARIABEL DEMOGRAFI perseptibility

(pendidikan, jenis kelamin, usia) Perceived severity

Perceived motivation Cues to action

PSIKOLOGIS KARAKTERISTIK
(Kepribadian, teman sebaya Perceived
tekanan kelompok) benefits Perilaku
Perceived kesehata
barriers n

(Abraham & Sheeran, 2014)

G. Kerangka Konsep

Skema 2.2 Kerangka Konsep

Persepsi keuntungan

perilaku kesehatan
Persepsi hambatan

Persepsi keuntungan dan persepsi hambatan yang dirasakan individu akan


memperngaruhi terhadap perilaku kesehatan.
29

H. Variabel Penelitian
Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah “Perilaku
Kesehatan”, sedangkan untuk variabel independenya adalah “persepsi
keuntungan” sebagai variabel independen 1 dan persepsi hambatan”
sebagai variabel independen 2.

I. Hipotesis
Ha:
1. Ada hubungan antara persepsi keuntungan dengan perilaku
kesehatan pada lansia hipertensi di Desa Sumberejo
Kabupaten Demak.
2. Ada hubungan antara persepsi hambatan dengan perilaku
kesehatan pada lansia hipertensi di Desa Sumberejo
Kabupaten Demak.

Anda mungkin juga menyukai