Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia merupakan tingkat tumbuh kembang akhir dari tumbuh

kembang manusia dan manusia sudah memiliki pengalaman hidup yang lebih

banyak di banding tumbuh kembang usia lain (Ferawati, dkk, 2021). Dengan

bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses

degeneratif (penuaan).

Proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa alamiah,

menghilangnya kemampuan jaringan pada tubuh untuk memperbaiki diri dan

mempertahankan fungsi tubuh sehingga terjadi penurunan daya tahan tubuh

secara perlahan, akibatnya terjadi penurunan derajat kesehatan dan masalah

kesehatan pada lansia secara progresif selain rentan mengalami penyakit menular

lansia rentan mengalami penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular pada

lansia di antaranya hipertensi (Harsismanto, 2020).

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular, penyakit degeneratif ini

banyak terjadi dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta

mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang. Menurut WHO

sekitar satu milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi dimana dua

pertiganya terdapat di negara-negara berkembang. Hipertensi menyebabkan

delapan juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya, dimana hampir 1,5 juta

penduduk diantaranya terdapat di kawasan Asia Tenggara (Hasnawati, 2021).

1
2

Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini

diseluruh dunia. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup

dengan hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun

di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-

Selatan, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2020)

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan

Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi

terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%),

umur 55-64 tahun (55,2%) (Kemenkes RI, 2018). Pada tahun 2020 jumlah

penderita Hipertensi di Aceh yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar

sebanyak 385.813 atau 32% (Dinkes Aceh, 2020).

Lansia penderita hipertensi yang tidak melakukan pengendalian

hipertensi tekanan darah dengan baik, maka akan berpotensi untuk mengalami

berbagai komplikasi cukup mematikan. Komplikasi hipertensi diantaranya

stroke, dimensia atau pikun, kerusakan pembuluh darah halus mata, komplikasi

juga terjadi dalam pembuluh darah beserta jantung. Peningkatan angka kematian

akibat komplikasi dapat dilakukan dengan upaya pengendalian hipertensi

(Nensy, 2023).

Salah satu bentuk perilaku untuk mengendalikan hipertensi adalah

dengan melakukan penatalaksanaan secara komprehensif baik secara

farmakologi dan non farmakologi. Perilaku pengendalian hipertensi pada lansia


3

dapat dilakukan dengan non-farmakologis meliputi menurunkan berat, diet

rendah garam dan rendah lemak, kontrol tekanan darah rutin dan berhenti

merokok. Penatalaksanaan hipertensi tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya

komplikasi terutama pada kelompok yang rentan seperti pada lansia (Feandi,

2021).

Pengendalian hipertensi dengan gerakan PATUH, yaitu atasi hipertensi

dengan pengobatan yang tepat dengan periksa kesehatan secara rutin, tetap diet

dengan pola makan gizi seimbang, menjaga pola istrahat yang cukup dan

upayakan aktivitas fisik dengan aman (P2PTM Kemenkes RI, 2019). Namun

demikian ternyata banyak penderita hipertensi yang tidak melakukan upaya

pengendalian hipertensi dengan baik diantaranya tidak melakukan pemeriksaan

rutin, tidak melakukan diet, kurangnya aktivitas fisik hingga istirahat yang

kurang. Salah satu faktor yang mempengaruhi upaya pengendalian hipertensi

pada lansia adalah dukungan keluarga (Nensy, 2023).

Keluarga memiliki peranan penting dalam proses pengawasan,

pemeliharaan, dan pencegahan terjadinya komplikasi hipertensi di rumah. Selain

itu, keluarga juga dapat memberikan dukungan dan membentuk keputusan

mengenai perawatan yang dilakukan oleh penderita hipertensi (Triono, 2020).

Dukungan keluarga merupakan cara untuk memberikan bantuan kepada

anggota keluarga lainnya baik dalam bentuk moril maupun materil. Dukungan

keluarga akan menambah rasa percaya diri dan motivasi untuk menghadapi

masalah dan meningkatkan kepuasan hidup. Dalam hal ini keluarga harus

dilibatkan dalam program pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi


4

kebutuhan pasien. Keluarga menjadi support system dalam kehidupan lansia

yang menderita hipertensi, agar keadaan yang dialami tidak semakin memburuk

dan terhindar dari komplikasi akibat hipertensi. Dukungan keluarga juga

diperlukan dalam perawatan hipertensi yaitu dengan cara mengatur pola makan

yang sehat, mengajak berolahraga, dan menemani dalam pemeriksaan kesehatan

(Nensy, 2023).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie bahwa jumlah

lansia umur 60-69 tahun berjumlah 27.689 orang, lansia di Kecamatan Muara

Tiga berjumlah 893 orang yang mengalami masalah hipertensi berjumlah 498

orang (Dinkes Kab. Pidie, 2022).

Berdasarkan wawancara dengan 10 lansia dengan hipertensi pada tanggal

di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga bahwa semua lansia tersebut tinggal

bersama keluarga inti. 7 Lansia mengatakan merasa kesal dan kurang

diperhatikan keluarga. Hasil wawancara dengan keluarga lansia dengan

hipertensi menyatakan bahwa 6 keluarga sudah berusaha memperhatikan lansia

dengan cara mengingatkan aturan makanan yang berisiko terjadi hipertensi

seperti menyiapkan makanan rendah lemak dan mengurangi garam, tetapi lansia

berupaya untuk mendapatkan makanan yang disukainya dengan membeli di

warung atau rumah makan, dengan alasan makan tidak terasa bila harus

mengikuti diet rendah garam dan lemak, 3 keluarga tidak mampu menyediakan

makanan yang sesuai anjuran dokter karena pendapatan keluarga yang kurang,

dan 1 keluarga mengatakan makanan yang disajikan kepada lansia di masak

bersamaan tidak di pisah.


5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengetahui hubungan dukungan keluarga dan perailaku lansia dalam

pengendalian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga Kabupaten

Pidie.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan perilaku dan dukungan keluarga

dalam pengendalian hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Muara

Tiga Kabupaten Pidie.?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan perilaku dan dukungan keluarga dalam pengendalian

hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga Kabupaten

Pidie.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan perilaku dalam pengendalian hipertensi pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga Kabupaten Pidie.

b. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dalam pengendalian

hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Muara Tiga Kabupaten

Pidie.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah


6

1. Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan semua ilmu yang telah peneliti dapat selama ini

khususnya ilmu tentang riset penelitian serta yang menyangkut dan mengkaji

tentang penelitian ini.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dan sebagai bahan informasi

bagi pengembangan ilmu penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi dan hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam

melakukan penelitian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas.

4. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

mengembangkan program pengendalian hipertensi yang melibatkan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai