Anda di halaman 1dari 54

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian dari masyarakat yang perananya sangat


penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga pendidikan
kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat
yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan dimulai dari
keluarga (Padila, 2012).
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Tahap dari proses
keperawatan adalah sebagai berikut: pengkajian keluarga dan individu
didalam keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi (Harmoko,
2012). Tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan
kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya (Gusti, 2013).
Kesehatan manusia dapat dilihat dalam rentang sehat sakit. Dimana
dalam rentang sehat sakit ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian
status kesehatan yang dinamis dan dapat menjadi batasan oleh seorang
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang jelas. Sehat dalam
pengertian yang paling luas adalah keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental, sosial serta tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan akan
tetapi mampu hidup produktif (padila,2012). Sakit adalah suatu keadaan yang
tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan
gangguan aktifitas sehari-hari baik aktifitas jasmani, rohani, dan sosial (Sani,
2011).
Penyakit yang sering menyerang lingkungan masyarakat terutama
dipedesaan adalah hipertensi. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan
sebutan penyakit darah tinggi. Hipertensi merupakan penyakit degeneratif
yang menjadi masalah utama dimasyarakat yang banyak diderita bukan
hanya oleh usia lanjut saja, umumnya tekanan darah bertambah secara
perlahan dengan bertambahnya umur bahkan saat ini juga menyerang orang
1
dewasa muda (Raharjo, 2007). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
suatu kondisi dimana tekanan darah seseorang berada diatas angka normal
yaitu 120/80 mmHg. Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang paling
umum terjadi dan dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat
diseluruh dunia, baik lelaki maupun perempuan pada segala umur (Fitrina,
2013).
Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita
tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus
menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan
merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Agrina dkk, 2012).
Data Worlh Health Organization (WHO), di seluruh dunia sekitar 972 juta
orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada
di negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Hipertensi juga
menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan
dirumah sakit di Indonesia. Penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria
(29% ) sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara
berkembang (Triyanto, 2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut
Riskesdas tahun 2013 yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥ 18
tahun sebesar 25,8 %. dan meningkat menjadi 34,1 % pada tahun 2018
(RISKESDAS,2018). Di kota Malang jumlah penderita hipertensi sebanyak
182.762 jiwa pada tahun 2018. Puskesmas Janti didapatkan data bahwa pada
bulan januari-desember 2018 terdapat 16.293 pasien hipertensi.
Penyebaran jumlah penderita hipertensi sangat tidak merata.
Fenomena ini disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat secara
global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji, kurang
konsumsi sayuran segar sehingga membuat serat berkurang, kemudian
konsumsi garam, lemak, gula, dan kalori yang terus meningkat sehingga
berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi. Makanan
yang dimakan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap
kestabilan tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium
memiliki kaitan yang erat dengan munculnya hipertensi (Fitrina, 2013).

2
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
melainkan hanya dapat dikontrol. Seseorang yang mengalami hipertensi yang
terus menerus dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara
tepat, menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras, akhirnya kondisi
ini berakibatkan terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal,
otak, dan mata. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor
resiko untuk terjadinya stroke, serangan jantung dan gagal jantung (Fitrina,
2013).
Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga, pelayanan kesehatan yang
ditunjukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga
yang sahat (Muhlisin, 2012). Salah satu peran perawat adalah memberikan
pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan merupakan intervensi
keperawatan mandiri yang dapat direncanakan untuk meningkatkan
kemampuan keluarga yang mengalami hipertensi (Mardhiah dkk, 2015).
Tindakan promosi kesehatan terbukti signifikan menurunkan tekanan
darah dan cocok untuk segmen populasi yang luas. Peran perawat dalam
promosi kesehatan tidak hanya terbukti mampu dalam penatalaksanaan
penyakit tetapi memiliki kontribusi luas untuk pengembangan ilmu
keperawatan. Promosi kesehatan yang dilakukan perawat efektif dalam
memanajemen penyakit kronis seperti hipertensi karena perawat
menggunakan pengetahuan dan skill yang dimiliki untuk memberikan asuhan
proses perawatan (Suhardi dkk, 2014).
Tindakan promosi kesehatan yang biasanya dilakukan yaitu edukasi
pada klien. Pendekatan melalui edukasi merupakan salah satu cara terbaik
untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya pada masyarakat dan
membantu individu mengembangkan kemampuan membuat keputusan dan
memberikan pencitraan pada masyarakat untuk menggali dan
mengembangkan sikap yang semestinya. Hal ini dikarenakan sikap dan
pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi perilaku kesehatan. Edukasi
kesehatan merupakan hal penting dalam meningkatkan status kesehatan.
Salah satu faktor penghambat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk mengontrol tekanan darah dan menurunkan kepatuhan penderita
meminum obat hipertensi antara lain rendahnya tingkat pengetahuan,
pengaruh budaya dan sedikitnya informasi kesehatan (Suhardi dkk, 2014).

3
Perkembangan keluarga adalah proses pertumbuhan yang terjadi
pada sistem keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara
anggotanya disepanjang waktu. Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa
tahap atau kurun waktu tertentu. Tahap perkembangan keluarga meliputi:
tahap perkembangan keluarga pemula/ pasangan baru (beginning family),
tahap perkembangan keluarga dengan kelahiran anak pertama (childbearing
family), tahap perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah (pre
school family), tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah
(school family), tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja
(teenagers family), tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa
(pelepasan), tahap perkembangan keluarga dengan usia pertengahan, tahap
perkembangan keluarga dengan lanjut usia (Harmoko, 2012). Pada setiap
tahapnya keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar
tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses (Muhlisin, 2012). Berdasarkan
latar belakang diatas penulis tertarik untuk membuat “Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan Tahap Perkembangan Keluarga Dewasa yang mengalami
hipertensi di RW 12,RT 07 wilayah kerja Puskesmas Janti.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan tahap
perkembangan keluarga lansia yang mengalami hipertensi di RT 07 RW 12
Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun wilayah kerja Puskesmas Janti
Kota Malang.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan tahap


Perkembangan keluarga lansia yang mengalami hipertensi di RT 07 RW
12 Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun wilayah kerja
Puskesmas Janti Kota Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami


hipertensi pada tahap perkembangan keluarga lansia.

4
2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami
hipertensi pada tahap perkembangan keluarga lansia.
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami
hipertensi pada tahap perkembangan keluarga lansia.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami
hipertensi pada tahap perkembangan keluarga lansia.
5) Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami hipertensi pada tahap
perkembangan keluarga lansia.

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis

Makalah ini dibuat agar dapat memberikan informasi mengenai


hipertensi pada masyarakat umum sehingga masyarakat dapat lebih
waspada terhadap penyebab dan faktor resiko yang berhubungan
dengan penyakit ini sehingga dapat mencegah dan mengatasi terjadinya
hipertensi.
1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi instansi pelayanan kesehatan (Puskesmas)

Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam pelaksanaan praktik


keperawatan khususnya keperawatan keluarga pada anggota
keluarga yang mengalami hipertensi.
2) Bagi institusi keperawatan

a) Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan


keluarga dengan kemampuan keluarga untuk mencegah dan
mengatasi terjadinya masalah.
b) Perawat lebih profesional dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga yang mengalami hipertensi.
3) Bagi Keluarga

Memberikan wawasan dan pengetahuan pada klien mengenai


hipertensi serta penatalaksanaannya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat, keluarga
merupakan lembaga sosial yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
anggotanya. Unit dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan seorang
individu, sehingga dapat menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan hidup
seseorang (Friedman dkk, 2010). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal satu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Padila, 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengankatan, dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Harmoko, 2012).
2.1.2 Struktur Keluarga
1) Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah.
2) Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

3) Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4) Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.

6
5) Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri (Harmoko, 2012).
Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai berikut :
a) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin, mengemukakan pesan secara jelas
dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesan, memberikan umpan balik dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup,
adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu
mengulang isu dan pendapat sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak
jelas, dan komunikasi tidak sesuai. Pengirim pesan gagal mendengarkan,
diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau
tidak valid.
b) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau
informal. Posisi/ status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status
sebagai istri/ suami.
c) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang
lain.
d) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang
diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga (Friedman dkk, 2010).

7
2.1.3 Tipe keluarga
1) Tipe keluarga tradisional, terdiri dari:
a) The nuclear family (keluarga inti)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung
atau angkat).
b) The extended family (keluarga besar)
Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi, atau keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti
nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan.
c) The dyad family (keluarga “dyad”)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
d) Single parent (orang tua tunggal)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
e) The single adult living alone/ single adult family
Yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang
hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal
kematian).
f) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
g) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barangbarang dan pelayanan yang
sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, dan lain-lain).
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i) Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat weekend.

8
j) Keluarga usila
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut
dengan anak yang sudah memisahkan diri.
k) Composit family
Yaitu keluarga yang perkawinanya berpoligami dan hidup bersama.
l) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/
pendidikan yang terjadi pada wanita.
2) Tipe keluarga non tradisional, terdiri dari:
a) The unmarrid teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b) Commune family
Beberapa pasangan keluarga yang tidak ada hubungan saudara yang
hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/ membebaskan anak bersama.
c) The nonmarital heterosexsual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
d) Gay and lesbian family
Dua individu yang sejenis atau yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama dalam satu rumah tangga sebagaimana “marital pathners”.
e) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena
beberapa alasan tertentu.
f) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa telah menikah satu dengan yang lainnya,
berbagai sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
g) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/ nilai-nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

9
h) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/ saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
i) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental (Muhlisin, 2012).

2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga


Perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller:
a. Tahap keluarga pemula/ pasangan baru (beginning family)
b. Tahap keluarga kelahiran anak pertama (childbearing family)
c. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah (pre school family)
d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (school family)
e. Tahap keluarga dengan anak remaja (teenagers family)
f. Tahap keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
g. Tahap keluarga usia pertengahan
h. Tahap keluarga lanjut usia (Harmoko, 2012).

2.1.5 Tahap Perkembangan Keluarga Lansia


Menurut Friedman 2010, Tahap terakhir perkembangan keluarga ini
adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau kedua pasangan,
berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan
kematian pasangan yang lain.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antaranya adalah sebagai
berikut:
1) Meningkatkan spiritualitas
2) Menjaga hubungan denan anak cucu
3) Mempertahankan kehidupan keluarga yang seimbang
4) Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan.
5) Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang
6) Mempertahankan hubungan pernikahan
7) Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan
8) Mempertahankan kehidupan intergenerasi
10
9) Menemukan makna hidup

Kondisi kesehatan pada tahap lansia antara lain:


1) Menurunnya kemampuan fisik
2) Gangguan mobilitas
3) Penyakit kronis
4) Isolasi sosial/kesepian
5) Berduka/kesepian
6) Layanan kesehatan jangka panjang.
2.1.6 Tugas Kesehatan Keluarga
1) Mengenal masalah kesehatan.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat
(Muhlisin, 2012).
2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Definisi Hipertensi

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu


keadaaan dimana seorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang ditunjukkan oleh angka systolik (bagian atas) dan angka
diastolik (angka bagian bawah), batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah bila tekanan darah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan
bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (Rudianto,
2013).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal.
Seseoarang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya
140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol
(Triyanto, 2014 ).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh

11
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar (Nur A & Kusuma,
2015).
2.2.2 Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang


spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik : respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi
atau transpor Na
2) Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat
3) Stress karena lingkungan
4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2014).
Berdasarkan faktor penyebabnya hipertensi dibagi menjadi
2 macam, yaitu:
1) Hipertensi primer/ hipertensi esensial. Penyebab dari hipertensi ini
belum diketahui, namun faktor resiko yang diduga kuat adalah karena
beberapa faktor berikut ini: keluarga dengan riwayat hipertensi,
konsumsi sodium berlebih, konsumsi kalori berlebih, kurangnya
aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebih, rendahnya potasium, dan
lingkungan.
2) Hipertensi sekunder/ hipertensi renal. Penyebab dari hipertensi jenis ini
secara spesifik seperti: penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan (Riyadi, 2011).
Secara klinis hipertensi dapat dikelompokkan sebagai berikut (Nur A &

Kusuma, 2015):

12
Tabel 1.Klasifikasi Hipertensi

1. Optimal <80

Tekanan darah
No Kriteria
Sistolik Diastolik
<120

2. Normal 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1: ringan (mild) 140-159 90-99
Grade 2: sedang (moderate) 160-179 100-109
Grade 3: berat (severel) 180-209 110-119
Grade 4: sengat berat (very severe) >209 >120

2.2.3 Manifestasi Klinis

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan


peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak diukur. Sering dikatakan bahwa
gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang mengalami hipertensi sering mengeluh
seperti nyeri kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,
mual dan muntah, kesadaran menurun (Nur A & Kusuma, 2015).
2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis dithorax dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreprinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
13
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpati merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokostriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan
pelepasan renin.
Renin yang dilepas merangsang pembentukan angiotensin 1
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan
hipertensi gerontologi dimana terjadi perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Aspiani, 2014).
2.2.5 Penatalaksanaan

Dalam penanganan hipertensi, terapi non-farmakologis diantaranya


memodifikasi gaya hidup termasuk pengelolaan stres dan kecemasan
merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Managemen stres
melalui teknik relaksasi dan biofeedback dapat menurunkan tekanan
darah dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Triyanto, 2014).

14
Sedangkan penatalaksanaan farmakologi menggunakan obat atau
senyawa yang dalam kerjanya dapat mempengaruhi tekanan darah pasien.
Pengelompokan terapi farmakologis yang digunakan untuk mengontrol
tekanan darah pada pasien hipertensi adalah Angiotensin Converting
Enzyme (ACE) inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker (ARBs), beta-
blocker, calcium chanel blocker, direct renin inhibitor, diuretic, vasodilator
(Triyanto, 2014).
2.3 Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan
secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan
melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan
rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil keperawatan
yang dilaksanakan terhadap keluarga (Gusti, 2013). Tahapan dari proses
keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:
2.3.1 Pengkajian
Hal-Hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga
adalah (Padila, 2012):
1) Data umum
a) Nama kepala keluarga (KK)
b) Alamat
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
f) Tipe keluarga
g) Suku bangsa
h) Agama
i) Status sosial ekonomi keluarga
j) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat keluarga inti
d) Riwayat keluarga sebelumnya

15
3) Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
4) Struktur keluarga
a) Sistem pendukung keluarga
b) Pola komunikasi keluarga
c) Struktur kekuatan keluarga
d) Struktur peran
e) Nilai atau norma keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosialisasi
c) Fungsi perawatan keluarga
d) Fungsi reproduksi
e) Fungsi ekonomi
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Strategi adaptasi disfungsional
2.3.2 Diagnosis
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah
keperawatan (problem/ P) yang berkenaan pada individu dalam
keluarga yang sakit berhubungan dengan etiologi (E) yang berasal dari
pengkajian fungsi keperawatan keluarga (Muhlisin, 2012).
Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem,
etiologi, dan simptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan
masalah dari NANDA, sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan
pendekatan lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon
masalah (Padila, 2012). Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga
terdiri:
1) Diagnosa keperawatan keluarga actual (terjadi defisit/ gangguan
kesehatan).
16
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan
2) Diagnosa keperawatan keluarga risiko (ancaman kesehatan). Sudah
ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, misalnya:
dilingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak
adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
3) Diagnosa keperawatan keluarga potensial (keadaan sejahtera/
wellness). Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan (Muhlisin, 2012).
Setelah seluruh diagnosa keperawatan keluarga ditetapkan
sesuai prioritas, maka selanjutnya dikaji tingkat kemandirian keluarga.
Pada satu keluarga mungkin saja perawat menemukan lebih dari satu
diagnosa keperawatan keluarga, maka selanjutnya bersama keluarga
harus menentukan prioritas dengan menggunakan skala perhitungan
(Padila, 2012).
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan
menggunakan cara sebagai berikut (Muhlisin, 2012):
Tabel 2.Skala Menentukan Prioritas Masalah

No Kriteria Skor Bobot

1.  Sifat masalah Skala:


 Tidak/kurang sehat
3
 Ancaman kesehatan
 Keadaan sejahtera 2 1

2.  Kemungkinan masalah
dapat diubah Skala:
2 2
 Mudah
 Sebagian 1
 Tidak dapat
0

17
3. Potensi masalah untuk
dicegah Skala:
3
 Tinggi
 Cukup 2
 Rendah
1 1

4.  Menonjolnya masalah
Skala:
 Masalah berat harus
segera ditangani 2
 Ada masalah tetapi
tidak perlu ditangani
 Masalah tidak 1 1

dirasakan.

Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor
Bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria

2.3.3 Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan adalah sekumpulan
tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan guna
memecahkan masalah kesehatan dan masalah perawatan yang telah
diidentifikasi (Muhlisin, 2012).
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan
tujuan, mencakup tujuan umum dan tujuan kusus, rencana/ intervensi
serta dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria dan
standar. Tujuan dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (measurable),
dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukkan waktu SMART.
18
Rencana/ intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan. Selanjutnya
intervensi keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi
yang mengarah pada aspek kognitif, efektif dan psikomotor (perilaku).
Semua intervensi baik berupa pendidikan kesehatan, terapi modalitas
ataupun terapi koplementer pada akhirnya ditunjukan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas keluarga
dalam kesehatan yaitu:
1) Kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan.
2) Kemampuan keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit.
4) Membantu keluarga menemukan cara untuk memelihara/menjaga
lingkungan.
5) Memotivasi keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
2.3.4 Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan
perawat pada keluarga bedasarkan perencanaan
sebelumnya (Padila, 2012).
Tindakan yang dilakukan perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan yang mengacu pada diagnosa yang telah ditegakkan dan
dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga
mencakup hal-hal dibawah ini (Muhlisin, 2012):
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit.
4) Membangun keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat.
5) Memotifasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada.

19
2.3.5 Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan


penilaian untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak/ belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin
tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu
dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan keadaan
keluarga. Tahap evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif
(Muhlisin, 2012).
1) Evaluasi Formatif (proses)
Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan. Sistem penulisan evaluasi formatif ini biasanya
ditulis dalam catatan kemajuan/ menggunakan sistem SOAP.
2) Evaluasi Sumatif (hasil)
Evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan. Sistem
penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif/ laporan ringkasan
(Ali, 2010).
Penilaian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SOAP
(subyektif, obyektif, analisa, dan planning). Penilaian terhadap asuhan
keperawatan juga dilakukan dengan melakukan penilaian tingkat kemandirian
keluarga. Pada saat pengkajian, kemandirian keluarga dikaji untuk
mengetahui tingkat kemandirian keluarga sebelum diberikan pembinaan/
tindakan keperawatan, sedangkan pada saat evaluasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat kemandirian keluarga setelah pembinaan/ tindakan
keperawatan yang telah dilakukan (Padila, 2012).

20
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA DENGAN


HIPERTENSI

4.1. Pengkajian

1. Data Umum

No Data Umum Keluarga 1 Keluarga 2

1. Nama Ny. R Ny. F


kepala
keluarga
2. Umur 64 tahun 31 tahun
3. Alamat Jl. Klayatan I/6 Jl. Klayatan I/6
RT/RW 07/12, Kel. RT/RW 07/12, Kel.
Bandungrejosari, Kec. Bandungrejosari, Kec.
Sukun, Kota Malang. Sukun, Kota Malang.
4. Pekerjaan Pedagang Pegawai swasta
5. Pendidikan SD SMA
6. Komposisi Terlampir dibelakang Terlampir dibelakang
keluarga
7. Genogram Terlampir dibelakang Terlampir dibelakang
8. Tipe Keluarga Ny.R Keluarga Ny.F
keluarga merupakan tipe single merupakan tipe
adult family yang terdiri keluarga Single Parent
dari seorang dewasa (orang tua tunggal)
yang hidup sendiri yang terdiri dari satu
karena pilihannya atau orang tua dengan dua
perpisahan (perceraian anak (kandung atau
atau ditinggal kematian). angkat).

9. Suku Ny.R mengatakan Ny.F mengatakan


bangsa bahwa keluarganya bahwa keluarganya
berasal dari suku jawa berasal dari suku jawa
dan berbangsa dan berbangsa
Indonesia. Dalam Indonesia. Dalam
kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-hari
keluarga Ny. R keluarga Ny. F
menggunakan bahasa menggunakan bahasa
jawa untuk jawa untuk
berkomunikasi dan berkomunikasi dan
terkadang juga terkadang juga
menggunakan bahasa menggunakan bahasa
Indonesia. Indonesia.

21
No Data umum Keluarga 1 Keluarga 2

10. Agama Ny.R menganut agama Ny.F menganut agama


Islam. Ny.R juga Islam. Ny.F juga
mengatakan selalu mengatakan selalu
berdoa kepada Tuhan berdoa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan Yang Maha Esa dan
menjalankan ibadah menjalankan ibadah
sholat 5 waktu. sholat 5 waktu.

11. Status sosial - Status sosial: - Status sosial:


ekonomi hubungan dengan hubungan dengan
masyarakat baik, masyarakat baik.
keluarga Ny.R Ny.F dan
sering bertegur sapa keluarganya sering
dengan orang bertegur sapa
disekitarnya dan dengan masyarakat.
aktif dalam kegiatan - Status ekonomi:
masyarakat. Ny.R Ny.F berkerja
juga masih sebagai pegawai
mengikuti arisan, swasta.
pengajian dll.
- Status ekonomi:
Setelah suaminya
meninggal, Ny.R
sehari-hari dibantu
oleh anaknya untuk
ekonominya. Selain
itu Ny. R masih
bekerja sebagai
pedagang kecil-
kecilan di rumah.
12. Aktivitas Aktivitas rekreasi lebih Keluarga Ny.F
rekreasi banyak dilakukan mengatakan jarang
keluarga dengan cara ikut untuk pergi keluar
pengajian dan ikut grup bersama-sama atau
terbangan.Selain itu Ny. pergi keluar untuk
R kadang pergi keluar jalan-jalan. Aktivitas
rekreasi keluarga Ny.F
bersama keluarganya
lebih banyak dilakukan
untuk sekedar mencari dirumah dan berkumpul
hiburan. dengan anggota
keluarganya.

22
6. Komposisi Keluarga

Keluarga 1
Hubungan
Jenis
No Nama dengan Usia Pekerjaan Pendidikan
kelamin
KK
1. Ny. R P Kepala 64 Pedagang SD
keluarga

23
Keluarga 2
Hubungan
Jenis
No Nama dengan Usia Pekerjaan Pendidikan
kelamin
KK
1. Ny. F P Kepala 31 Karyawan SMA
keluarga Swasta
2. An. J L Anak 11 Sekolah SD
3. An. A P Anak 9 Sekolah SD

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki/ Perempuan sudah meninggal

: : Klien

: Tinggal serumah

: Menikah

24
2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

Riwayat dan
tahap
No Keluarga 1 Keluarga 2
perkembangan
keluarga
1. Tahap Pada saat ini keluarga Pada saat ini keluarga
perkembangan Ny.R berada pada Ny.F berada pada
keluarga saat ini tahap perkembangan tahap perkembangan
keluarga lansia yaitu keluarga dengan anak
dimulai pada saat usia sekolah (school
pensiunan salah satu family). Ny.F memiliki 2
atau kedua pasangan, orang anak usia
berlanjut sampai sekolah tetapi Ny. F
kehilangan salah satu telah bercerai dengan
pasangan, dan berakhir suaminya.
dengan kematian
pasangan yang lain. Tugas perkembangan
pada tahap ini adalah
Tugas perkembangan menyosialisasikan
pada tahap ini adalah anak-anak, termasuk
meningkatkan meningkatkan prestasi
spiritualitas, menjaga anak sekolah dan
hubungan dengan anak membantu hubungan
cucu, mempertahankan anak-anak yang sehat
kehidupan keluarga dengan teman sebaya.
seimbang, Selain itu juga
menyesuaikan pada mempertahankan
penghasilan yang hubungan pernikahan
berkurang, dan yang memuaskan dan
menyesuaikan memenuhi kebutuhan
terhadap kehilangan kesehatan fisik anggota
pasangan. keluarga.

2. Tahap Tahap perkembangan Tahap perkembangan


perkembangan keluarga Ny.R sudah Ny F yang belum
keluarga yang terpenuhi terpenuhi yaitu
belum terpenuhi mempertahankan
hubungan pernikahan
yang memuaskan
karena Ny. F telah
bercerai dengan
suaminya

3. Riwayat keluarga Perkawinan Ny.R dan Perkawinan Ny.F dan


inti Tn.AS terjalin sekitar 37 suaminya terjalin sekitar
tahun hingga Tn. AS 11 tahun hingga
meninggal dunia tahun bercerai setahun yang
2018. Dari Pernikahan ini lalu. Ny.F memiliki 2
keduanya dikaruniai 2 orang anak didalam
pernikahannya.
anak. Selain itu dari
pernikahan Tn. AS
sebelumnya dikaruniai 2
anak.

25
4. Riwayat keluarga Ny.R mengatakan Ny.F telah menikah 11
sebelumnya (suami- bahwa Tn.AS tahun lalu bercerai
istri) sebelumnya pernah dengan suaminya
menikah dan dikaruniai setahun yang lalu.
2 anak dari pernikahan Keluarga Ny.F memiliki
sebelumnya. riwayat penyakit DM
Ny.R juga mengatakan dan hipertensi pada dari
bahwa Tn.AS mengidap bapaknya.
DM dan hipertensi.

3. Lingkungan

No Lingkungan Keluarga 1 Keluarga 2

1. Karakteristik Rumah yang ditempati Rumah yang ditempati


rumah keluarga Ny.R adalah Ny.F adalah rumah
rumah sendiri, jenis ibunya, jenis permanen,
permanen, dinding/ dinding/ temboknya dari
temboknya dari batu batu bata, lantai rumah
bata, lantai rumah sudah sudah menggunakan
menggunakan kramik, 1
kramik, 1 kamar tamu, 1
kamar tamu, 1 kamar
mandi, 1 dapur, 1 ruang kamar mandi, 1 dapur, 1
keluarga, 3 kamar tidur, ruang keluarga, 3 kamar
cahaya cukup dan tidur, cahaya baik dan
penerangan dengan penerangan dengan
listrik. listrik.

2. Karakteristik Keluarga Ny.R Hubungan keluarga Ny.


tetangga dan mempunyai rasa F dan tetangganya
komunikasi tanggung jawab dan terjalin dengan baik.
saling tolong menolong
sesama warga.
Hubungan Keluarga Ny.R
dengan tetangga terjalin
dengan baik.

3. Mobilitas Ny.R telah menempati Ny.F menempati rumah


geografi rumah yang ditempatinya ibunya sejak kecil
keluarga sejak menikah dengan sampai sekarang. Ny.F
suaminya sampai masih tinggal bersama
sekarang kurang lebih 64 ibunya.
tahunan. Keluarga Ny.R
belum pernah berpindah
tempat tinggal.

26
4. Perkumpulan Ny.R masih mengikuti Keluarga Ny.F masih
keluarga dan perkumpulan didesanya mengikuti arisan PKK
interaksi dengan seperti arisan, PKK, didaerahnya, interaksi
masyarakat pengajian, terbangan dan dengan masyarakat
posyandu, interaksi terjalin dengan baik.
dengan masyarakat
terjalin dengan baik.

5. Sistem Ny.R mengatakan ketika Ny.F sangat menyayangi


pendukung keluarga ada masalah anak-anaknya, keluarga
keluarga yang belum bisa Ny.F mengatakan ketika
diselesaikan maka Ny.R keluarga ada masalah
bermusyawarah dengan akan dibicarakan baik-
keluarganya untuk baik dengan anggota
mencari solusi dari
keluarganya.
masalah tersebut.

4. Struktur Komunikasi Keluarga

Struktur
No komunikasi Keluarga 1 Keluarga 2
keluarga
1. Pola komunikasi Ny.R termasuk orang yang Dalam keseharianya Ny.F
keluarga terbuka dalam segala menggunakan bahasa
masalah apapun selalu jawa untuk berkomunikasi.
dimusyawarahkan dengan
anggota keluarganya. Dalam
keseharianya Ny.R
menggunakan bahasa jawa
untuk berkomunikasi dan
kadang kala menggunakan
bahasa indonesia.

2. Struktur Setiap anggota keluarga Setiap anggota keluarga


kekuatan mempunyai perannya mempunyai perannya
keluarga masing-masing sesuai masing-masing sesuai
dengan fungsinya Ny.R dengan fungsinya Ny.F
berperan sebagai ibu dan berperan sebagai ibu dan
nenek bagi anak dan bagi anaknya.
cucunya.

3. Nilai dan norma Anggota keluarga Ny.R Seluruh anggota keluarga


budaya beragama islam dan Ny.R beragama islam dan
menjalankan ibadah serta menjalankan ibadah serta
selalu berdoa kepada Tuhan selalu berdoa. Keluarga
Yang Maha Esa. Ny.R Ny.R mengatakan sehat itu
menganggap bahwa bila penting dan apabila ada
salah satu anggota keluarga anggota keluarga ada
ada yang sakit itu merupakan yang sakit itu merupakan
cobaan dari Allah SWT. sebuah cobaan.
Tidak ada budaya tertentu
yang dianut oleh keluarga

27
yang berhubungan dengan
pengobatan hipertensi Ny.R.

5. Fungsi Keluarga

No Fungsi Keluarga 1 Keluarga 2


keluarga

1. Fungsi afektif Anggota keluarga Ny.G Ny.F dan keluarganya


saling menyayangi dan saling menyayangi satu
mencintai satu sama lain. sama lain, meskipun
Kehidupan keluarga Ny.F ikut dengan ibunya
tampak rukun dan itu tidak menjadikan
harmonis. Saling beban.kehidupan
menghormati dan keluarga tampak rukun
menghargai satu sama dan harmonis.
lain.

2. Fungsi Keluarga Ny.R Keluarga Ny. F


sosialisasi mempunyai hubungan mempunyai hubungan
yang baik dengan yang baik dengan
masyarakat. Ny.R juga masyarakat.
masih mengikuti
perkumpulan PKK
didaerahnya.

3. Fungsi 1. Mengenal masalah: 1. Mengenal masalah:


perawatan Ny.R mengatakan Ny.F tidak tahu secara
kesehatan kurang tahu betul apa rinci tentang penyakit
itu hipertensi, hipertensi yang
penyebab, tanda dan dideritanya. Ny.R
gejala serta hanya diberitahu
pencegahanya.
bahwa Ny.F menderita
2. Mengambil
hipertensi. Ny. F tidak
keputusan: Ny.R dan
keluarga tahu pasti penyebab,
memutuskan untuk tanda dan gejala serta
berobat ke pelayanan pencegahan
kesahatan ketika hipertensi.
hipertensinya 2. Mengambil keputusan
kambuh, keputusan : keluarga Ny.F
ini diambil dengan memutuskan apabila
cara musyawarah hipertensi Ny.F
dengan keluarga. kambuh sebelum
3. Merawat anggota dirasa parah keluarga
keluarga yang sakit: hanya membelikan
Ny.R dan obat diwarung.
keluarganya 3. Merawat anggota
mengatakan belum keluarga yang sakit:
mengerti cara keluarga Ny.F
mengurangi nyeri mengatakan tidak tahu
yang dirasakan Ny.R. pasti cara mengatasi
nyeri yang dialami

28
4. Memelihara/ klien keluarga hanya
mempertahankan memberikan obat
suasana rumah yang untuk diminum klien
sehat: Ny.R dan tidak tahu cara
keluarganya mengurangi nyeri
membersihkan rumah yang dirasakan Ny.F.
setiap hari yaitu pada 4. Memelihara/
pagi hari dan sore mempertahankan
hari. Sehingga rumah suasana rumah yang
keluarga Ny. R sehat. Dengan
tampak bersih. membersihkan rumah
5. Menggunakan setiap pagi dan sore.
fasilitas kesehatan 5. Menggunakan fasilitas
yang ada di kesehatan yang ada
masyarakat: Keluarga dimasyarakat:
Ny.G memeriksakan keluarga Ny.F
memeriksakan
keluarganya jika sakit
keluarganya ke
ke Rumah Sakit. pelayanan kesehatan
apabila sudah dirasa
parah.

4. Fungsi Ny.G memiliki 6 orang Ny.S mengatakan sudah


reproduksi anak, baru anak pertama tidak haid/ menstruasi
saja yang baru menikah. secara teratur karena
sudah memasuki masa
menopause.

5. Fungsi ekonomi Semua kebutuhan Ny.S sudah tidak


seharihari keluarga Ny.G berpenghasilan semua
dicukupi suaminya, akan kebutuhan sehari-hari
tetapi Ny.G juga masih ditanggung oleh
bekerja untuk anaknya.
meringankan beban
suaminya.

29
6. Stress Dan Koping
Keluarga

No Stress dan Keluarga 1 Keluarga 2


koping keluarga

1. Stressor jangka - Stressor jangka - Stressor jangka


pendek dan pendek : pendek:
jangka panjang Ny.G mengatakan Ny.S mengatakan
bahwa kurang lebih 1 merasakan nyeri
bulan yang lalu Ny.G kepala, dan keluarga
dirawat dirumah sakit juga mengatakan
karena tekanan darah kurang lebih 2 minggu
tinggi, klien yang lalu Ny.S pulang
mengatakan nyeri dari rumah sakit Ny.S
kepala, nyeri terasa dirawat karena
cekot-cekot, nyeri hipertensi, klien
dirasakan dibagian mengatakan nyeri
kepala sampai ke seperti berputar putar,
leher, skala nyeri 4, nyeri dirasakan
nyeri terjadi terus dikepala, skala nyeri 3,
menerus, klien juga nyeri terjadi secara
mengatakan tibatiba.
pandangannya kabur - Stressor jangka
dan sulit untuk tidur. panjang:
Stressor jangka Ny.S marasa takut
panjang: Ny.G dan apabila sewaktu-
keluarga merasa takut waktu hipertensinya
apabila tekanan darah kambuh dan tidak ada
tinggi Ny.G tidak orang yang berada
dapat disembuhkan. dirumah.
2. Kemampuan Ny.G mengatakan jika Keluarga Ny.S
keluarga ada masalah, mengatakan jika ada
berespon menghadapinya masalah,
terhadap stressor dengan tenang mencari menghadapinya
dan situasi alternatif penyelesaian dibicarakan secara
dan meyakini setiap baikbaik apabila ada
anggota keluarga yang
masalah ada jalan
sakit awalnya hanya
keluar. dibelikan obat dari
warung dan apabila
sakitnya dirasa sudah
parah baru dibawa
kepelayanan kesehatan.
3. Strategi koping Koping yang digunakan Koping yang digunakan
yang digunakan kekuarga Ny.G adalah kekuarga Ny.S adalah
dengan memecahkan dengan memecahkan
masalah secara masalah secara baik-
bersama-sama yaitu baik.
dengan musyawarah.

30
7. Harapan Keluarga
No Harapan keluarga Keluarga 1 Keluarga 2

1. Persepsi keluarga Ny.G dan keluarga dan Keluarga Ny.S


terhadap perawat mempunyai persepsi mengatakan
bahwa perawat mempunyai persepsi
merupakan tenaga bahwa perawat
kesehatan yang juga merupakan tenaga
berperan penting dalam kesehatan yang juga
melaksanakan
berperan penting.
pelayanan kesehatan.

2. Harapan keluarga Ny.G dan keluarga Keluarga Ny.S


terhadap perawat berharap dengan mengatakan bahwa
datangnya perawat dengan datangnya
kerumahnya dapat perawat kerumahnya
membantu dan dapat membantu dan
memberikan informasi memberikan informasi
lebih lanjut dengan
mengenai apa yang
penyakit hipertensi yang
dialami Ny.G ataupun belum dimengerti
yang lainya. Sehingga keluarga saat ini.
keluarga mampu
memberikan perawatan
yang benar pada
anggota keluarga yang
sakit.

8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Nama
Klien 1 ( Ny. G ) Klien 2 ( Ny. S )
Tekanan darah 160/ 100 mmHg 150/ 100 mmHg
Nadi 92X / menit 96X/ menit
Respirasi 20X/ menit 22X/ menit
BB/ TB 45 kg/ 140 cm 40 kg/ 120 cm
Rambut Rambut bersih, warna hitam, Rambut bersih, warna
rambut agak panjang hitam
dan beruban, rambut
panjang
Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis
Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik
Hidung Bersih Bersih
Telinga Tidak ada serumen berlebih, Tidak ada serumen
pendengaran baik berlebih, pendengaran baik
Mulut Bibir lembab, gigi masih utuh Bibir lembab, ada gigi yang
sudah ompong
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Paru Tidak terkaji (karena klien Tidak terkaji (karena klien
tidak mau dilakukan tidak mau dilakukan
pemeriksaan) pemeriksaan)

31
Jantung Tidak terkaji (karena klien Tidak terkaji (karena klien
tidak mau dilakukan tidak mau dilakukan
pemeriksaan) pemeriksaan)
Abdomen Tidak terkaji (karena klien Tidak terkaji (karena klien
tidak mau dilakukan tidak mau dilakukan
pemeriksaan) pemeriksaan)
Nyeri P : Klien mengatakan nyeri P : Klien mengatakan nyeri
kepala kepala
Q : Nyeri terasa cekot-cekot Q : Nyeri seperti
R : Nyeri dirasakan dibagian berputarputar
kepala sampai ke leher R : Nyeri dirasakan
S : Skala nyeri 5 dibagian kepala
T : Nyeri terasa hilang timbul S : Skala nyeri 4
T : Nyeri terjadi secara
tibatiba

4.1.3 Analisa Data

Data Problem Etiologi (penyebab


(Masalah) + tanda & gejala)
Klien 1 (Ny. G)

DS : Nyeri akut Ketidak mampuan


P : Klien mengatakan nyeri (00132) keluarga dalam
kepala merawat anggota
Q : Nyeri terasa cekot-cekot keluarga yang sakit.
R : Nyeri dirasakan dibagian
kepala sampai ke leher
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri terasa hilang timbul

- Dan keluarga klien


mengatakan tidak tau cara
mengatasi nyeri yang
dialami klien.

DO:
TD : 160/ 100 mmHg
Nadi : 96X/ menit
RR : 22X/ menit

32
DS : Defisiensi Ketidakmampuan
Ny.G mengatakan belum tahu pengetahuan (00126) keluarga mengenal
betul tentang hipertensi, masalah kesehatan
Keluarga klien tentang hipertensi.
juga mengatakan
kurang mengetahui apa itu
hipertensi, penyebab, tanda
dan gejala serta
pencegahanya.

DO:
Ny.G dan keluarga terlihat
klihatan bingung saat ditanya
mengenai apa itu hipertensi.
Klien 2 (Ny. S)
DS : Nyeri akut Ketidakmampuan
P : Klien mengatakan nyeri (00132) keluarga dalam
kepala merawat anggota
Q : Nyeri seperti berputar- keluarga yang sakit.
putar
R : Nyeri dirasakan dibagian
kepala
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri terjadi secara tiba-
tiba

- Keluarga Ny.S tidak tau


pasti cara mengatasi nyeri
yang dialami Ny.S keluarga
hanya memberikan obat
untuk diminum klien.

DO:
TD : 150/ 100 mmHg
Nadi : 92X/ menit
RR : 22X/ menit
DS : Defisiensi Ketidakmampuan
Ny. S dan keluarga pengetahuan (00126) keluarga mengenal
mengatakan belum tahu masalah kesehatan
secara rinci tentang penyakit tentang hipertensi.
hipertensi yang diderita Ny.S.
Ny.S dan keluarga hanya
diberitahu bahwa Ny.S
menderita hipertensi. Ny. S
tidak tahu pasti tentang
penyebab, tanda dan gejala
serta pencegahan hipertensi

DO:
Ny.S dan keluarga hanya
diam ketika ditanya mengenai
apa itu hipertensi.
SKORING DAN PRIORITAS MASALAH ASUHAN

33
KEPERAWATAN KELUARGA

Skoring masalah asuhan keperawatan keluarga 1 (Ny.G)

1. Nyeri akut (00132) b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat


anggota keluarga yang sakit
Klien 1 (Ny. G)

No Kriteria Hubungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 3/3 X 1 1 Keluarga mengatakan tidak
Aktual tahu cara mengatasi nyeri
yang dialami Ny.G
2. Kemungkinan 1/2 X 2 1 Klien dan keluarga
masalah dapat mengatakan mau diajarkan
diubah : Sebagian cara untuk mengontrol/
mengurangi nyeri yang
dialami Ny. G
3. Potensial 2/3 X 1 2/3 Nyeri dapat diatasi dengan
masalah untuk penatalaksanaan yang tepat.
dicegah :
Cukup
4. Menonjolnya 2/2 X 1 1 Klien berharap nyeri yang
masalah : dialami dapat berkurang
Masalah
dirasakan dan
harus segera
ditangani
Jumlah 3 2/3

2. Defisiensi pengetahuan (00126) b.d ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah tentang hipertensi
Klien 1 (Ny.G)

No Kriteria Hubungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 2/3 X 1 2/3 Klien dan keluarga kurang
Ancaman mengetahui mengenai
kesehatan hipertensi, penyebab, tanda
gejala serta pencegahanya.
2. Kemungkinan 2/2 X 2 2 Dengan memberikan
masalah dapat pendidikan kesehatan tentang
diubah : hipertensi dapat menambah
Mudah pengetahuan klien dan
keluarga.
3. Potensial 2/3 X 1 2/3 Masalah pengetahuan tentang
masalah untuk hipertensi dapat diatasi
dicegah : dengan mempelajari apa itu
Cukup hipertensi, penyebab, tanda
gejala serta pencegahanya.
4. Menonjolnya 0/2 X 1 0 Keluarga mengetahui bahwa
masalah : klien mengalami hipertensi,

34
Masalah tidak tetapi tidak merasakan
dirasakan masalah tersebut.

Jumlah 3 1/3

SKORING DAN PRIORITAS MASALAH ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA

Skoring masalah asuhan keperawatan keluarga 2 (Ny.S)

3. Nyeri akut (00132) b.d ketidakmampuan keluarga dalam merawat


anggota keluarga yang sakit
Klien 2 (Ny. S)

No Kriteria Hubungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 3/3 X 1 1 Keluarga mengatakan tidak
Aktual tahu cara mengontrol/
mengurangi nyeri yang
dialami Ny.S, keluarga hanya
memberikan obat untuk
diminum klien.
2. Kemungkinan 1/2 X 2 1 Klien dan keluarga
masalah dapat mengatakan mau diajari cara
diubah : Sebagian mengatasi nyeri yang dialami
Ny. S.
3. Potensial masalah 2/3 X 1 2/3 Nyeri dapat diatasi dengan
untuk dicegah : penatalaksanaan yang tepat.
Cukup
4. Menonjolnya 2/2 X 1 1 Klien berharap nyeri
masalah : yang dialami dapat
Masalah berkurang.
dirasakan dan
harus segera
ditangani
Jumlah 3 2/3

4. Defisiensi pengetahuan (00126) b.d ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah tentang hipertensi
Klien 2 (Ny.S)

No Kriteria Hubungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah : 2/3 X 1 2/3 Klien dan keluarga kurang
Ancaman mengetahui mengenai
kesehatan hipertensi, penyebab, tanda
gejala serta pencegahanya.
2. Kemungkinan 2/2 X 2 2 Dengan memberikan
masalah dapat pendidikan kesehatan tentang
diubah : hipertensi dapat menambah
Mudah
35
pengetahuan klien dan
keluarga.

3. Potensial 2/3 X 1 2/3 Masalah pengetahuan tentang


masalah untuk hipertensi dapat diatasi
dicegah : dengan mempelajari apa itu
Cukup hipertensi, penyebab, tanda
gejala serta pencegahanya.
4. Menonjolnya 0/2 X 1 0 Keluarga mengetahui bahwa
masalah : klien mengalami hipertensi,
Masalah tidak tetapi tidak merasakan
dirasakan masalah tersebut.
Jumlah 3 1/3

4.1.4 Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Nyeri akut (00132) b.d ketidakmampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit.

2. Defisiensi pengetahuan (00126) b.d ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah tentang hipertensi.

4.1.5 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No Tujuan Tujuan Kriteria Standar Intervensi


Dx Jangka Jangka Evaluasi Evaluasi
Panjang Pendek

36
1 Setelah Setelah - Ukur TTV
diberikan dilakukan klien.
asuhan intervensi
keperawatan keperawatan - Kaji
selama 2 selama 3X45 karakteristik
minggu menit (3 kali nyeri.
diharapkan kunjungan)
nyeri klien dan
- Gali
dap keluarga
pengetahuan
at berkurang mampu
merawat klie dan
atau keluarga
anggota
teratasi. keluarga yang dalam
sakit: mengatasi
nyeri.
- Klien dapat
mengontrol - Diskusikan
nyeri. cara
mengontrol/
mengurangi
- Nyeri dapat nyeri yaitu
berkurang. dengan
relaksasi
- Skala nyeri nafas dalam.
ringan (1-3).
- Ajarkan cara
- TTV dalam mengontrol/
batas mengurangi
normal. nyeri dengan
relaksasi
- Dapat nafas dalam.
mengetahui
cara - Ajarkan
mengontrol/ senam
mengurangi hipertensi.
nyeri.

Mengeva Cara
luasi klien mengurangi
dan nyeri adalah
keluarga salah
mengena satunya
i cara dengan
mengontr relaksasi
ol/ nafas
mengura dalam.
ngi nyeri.

- Dapat Psikomot Klien dan


melakukan/ or keluarga
mempraktek dapat
kan cara melakukan/
mengontrol/ mempraktek
mengurangi kan cara
nyeri. mengurangi
nyeri.

37
2 Setelah Setelah Klien dan - Gali
diberikan dilakukan keluarga pengetahuan
asuhan intervensi dapat klien dan
keperawatan keperawatan menjelaskan keluarga
selama 2 selama 3X45 kembali tentang
minggu menit (3 kali mengenai hipertensi.
diharapkan kunjungan)
pendidikan
klien dan klien dan - Beri
kesehatan
keluarga keluarga pendidikan
mampu yang
dapat kesehatan
mengenal tela
mengenal tentang
masalah: h diberikan.
masalah hipertensi.
kesehatan
tentang - Memahami - Ingatkan
hipertensi. tentang klien dan
hipertensi.
keluarga
- Memahami
Mengeva mengenai
tanda dan
luasi pendidikan
gejala.
klien dan yang telah
hipertensi
keluarga diberikan.
- Memahami
menge
penyebab
hipertensi. nai - Beri
- Memahami pendidik kesempatan
an klien dan
cara
kesehata keluarga
pencegahan
n yang untuk
hipertensi.
telah menyampai
diberikan kan kembali
pendidikan
yang telah
diberikan.

38
4.1.6. Implementasi Asuhan keperawatan keluarga

Diagnosa Sabtu, 27 Mei 2017 Senin, 29 Mei 2017 Selasa, 30 Mei 2017
keperawatan
Klien 1
(Ny. G)
Nyeri akut 14.30 - Mengukur 14.30 - Mengukur TTV 14.30 - Meminta
b.d ketidak TTV klien klien kien untuk
mampuan TD : 160/  TD : 140/ 90 mempraktek
keluarga 100 mmHg mmHg kan ulang
dalam  Nadi : 96X/  Nadi : 92X/ cara
merawat menit menit mengontrol/
anggota  RR : 22X/  RR : 22X/ mengurangi
keluarga menit menit nyeri yang
yang sakit telah
- Mengajarkan diajarkan
- Mengkaji
karakteristik cara
14.35 nyeri 14.35 mengontrol/ - Mengajarkan
mengurangi senam
nyeri yaitu hipertensi
P: klien dengan 14.40
mengatakan relaksasi
nyeri kepala nafas dalam
Q: nyeri
terasa
cekot-cekot - Mengkaji
R: nyeri karakteristik
dirasakan nyeri
dibagian
kepala 14.45 P: klien
sampai mengatakan
leher nyeri kepala
S: skala nyeri Q: nyeri
5 T: nyeri terasa
terjadi cekot-cekot
hilang R: nyeri
timbul

i
dirasakan
dibagian
kepala
14.40 - Menggali sampai
pengetahuan leher
klie dan
S: skala nyeri 3
keluarga
T: nyeri terjadi
dalam
hilang
mengontrol/
timbul
mengurangi
nyeri

14.50 - Mendiskusi
kan dengan
kien dan
keluarga cara
mengontrol
nyeri

Defisiensi 15.00 - Menggali 14.50 - Memberikan 15.15 - Mengingat


pengetahuan pengetahuan pendidikan kan kembali
b.d klien dan kesehatan mengenai
ketidakmam keluarga mengenai pendidikan
puan tentang pengertian kesehatan
keluarga informasi hipertensi, yang telah
mengenal hipertensi tanda dan diberikan
masalah gejala, seperti tanda
kesehatan penyebab dan gejala,
tentang serta penyebab,
hipertensi pencegahanya pencegahan
hipertensi

Klien 2 Sabtu, 27 Mei 2017 Senin, 29 Mei 2017 Selasa, 30 Mei 2017
(Ny. S)

ii
Nyeri akut 16.30 - Mengukur 16.30 - Mengukur TTV 16.30 - Meminta kien
b.d TTV klien klien untuk
ketida TD : 150/  TD : 140/ 90 mempraktek
k mampuan 100 mmHg mmHg kan ulang
 Nadi : 92X/  Nadi : 84X/ cara
keluarga menit menit mengontrol/
 RR : 22X/  RR : 20X/ mengurangi
dalam menit menit nyeri yang
merawat telah
16.35 - Mengkaji - Mengajarkan diajarkan
anggota karakteristik cara
nyeri 16.35 mengontrol/
keluarga mengurangi
yang sakit nyeri yaitu
P: klien dengan
mengatakan relaksasi
nyeri kepala nafas dalam
Q: nyeri seperti
berputarputar
R: nyeri - Mengkaji
dirasakan karakteristik
dibagian nyeri
kepala,
S: skala nyeri 16.40 P: klien
4 mengatakan
T: nyeri terjadi nyeri kepala
secara Q: nyeri seperti
tibatiba berputarputar
R: nyeri
- Menggali dirasakan
dibagian

16.40

pengetahuan kepala,
klien dan S: skala nyeri 3
keluarga dalam T: nyeri terjadi
mengontrol/ secara
mengurangi tibatiba
nyeri
-
- Mendiskusi
kan dengan klien
17.00 dan
keluarga cara
mengontrol nyeri

iii
Defisiensi 17.00 - Menggali 17.00 - Memberikan
pengetahuan pengetahuan pendidikan
b.d klien dan kesehatan
ketidakmam keluarga mengenai
puan tentang pengertian
keluarga informasi hipertensi,
mengenal hipertensi tanda dan
masalah gejala,
kesehatan penyebab
tentang serta
hipertensi pencegahanya

4.1.7. Evaluasi Asuhan keperawatan keluarga

Diagnosa Sabtu, 27 Mei 2017 Senin, 29 Mei 2017 Selasa, 30 Mei 2017
keperawatan
Klien 1
(Ny. G)
Nyeri akut 15.00 S: 15.00 S: 15.00 S:
b.d P: klien - Klien dan - Klien mau
ketid keluarga diajarkan
ak Mengatakan mau senam
mampuan nyeri kepala diajarkan hipertensi
Q: nyeri terasa relaksasi
keluarga cekot-cekot R: nafas dalam
O:
dalam nyeri untuk
- Klien
merawat dirasakan mengontrol/
mengurangi mengikuti
anggota dibagian
apa yang
keluarga kepala nyeri
diajarkan
yang sakit sampai
leher P: klien
S: skala nyeri A:
5 T: nyeri Mengatakan - Masalah
terjadi hilang nyeri kepala teratasi
timbul Q: nyeri terasa sebagian
cekot-cekot R:
- keluarga nyeri P:
klien dirasakan Lanjutkan
mengatakan dibagian intervensi:
tidak tau kepala
cara sampai - Ukur
mengatasi leher tekanan
nyeri yang S: skala nyeri 3 darah klien
dialami T: nyeri terjadi - Ingatkan
klien. hilang cara untuk
timbul
mengontro/
O: mengura
TD : 160/ O:
100 mmHg Klien dan

iv
 Nadi : 96X/ keluarga ngi nyeri
menit terlihat yaitu
 RR : 22X/ mengikuti dengan
menit A: apa yang relaksasi
- Masalah diajarkan nafas
belum dalam
teratasi  TD : 140/ 90
mmHg
P:  Nadi : 92X/
Lanjutkan menit
intervensi:  RR : 22X/
menit
- Ukur
tekanan A:
darah klien - Masalah
- Ajarkan cara teratasi
untuk sebagian
mengontrol/
mengurangi P:
nyeri
Lanjutkan
intervensi:

- Ukur tekanan
darah klien
- Ingatkan cara
untuk
mengontrol/
mengurangi
nyeri yaitu
dengan
relaksasi
nafas dalam

v
Defisiensi 16.00 S: 16.00 S: 1600 S:
pengetahuan - Klien dan - Klien dan - Klien dan
b.d keluarga keluarga keluarga
ketidakmam mengatakan mengatakan mengata
puan belum tahu sudah sedikit kan sudah
keluarga betul mengerti mengerti
mengenal tentang apa mengenai mengenai
masalah itu apa itu apa itu
kesehatan hipertensi, hipertensi hipertensi,
tentang tanda dan tanda dan
hipertensi gejala, gejala,
penyebab penyebab,
serta O: serta
pencegaha - Klien dan pencegaha
nya keluarga nya
dapat
menjawab
O: apabila O:
- Klien dan ditanyai - Klien dan
keluarga mengenai keluarga
terlihat apa itu dapat
bingung hipertensi menjawab
saat ditanyai apabila
mengenai ditanyai
apa itu A:
mengenai
hipertensi - Masalah apa itu
teratasi hipertensi
sebagian
A:
- Masalah A:
belum P:
- Masalah
teratasi Lanjutkan teratasi
intervensi: sebagian
P:
Lanjutkan - Ingatkan
P:
intervensi: kembali
Lanjutkan
mengenai
pendidikan
- Gali
kesehatan
yang telah

pengetahuan diberikan intervensi:


klien dan mengenai apa
keluarga itu hipertensi, - Ingatkan
mengenai tanda dan kembali
hipertensi gejala, mengenai
- Berikan penyebab serta pendidikan
pendidikan pencegahanya kesehatan
kesehatan yang telah
mengenai diberikan
hipertensi sebelumnya

vi
Klien 2 Sabtu, 27 Mei 2017 Senin, 29 Mei 2017 Selasa, 30 Mei 2017
(Ny. S)

Nyeri akut 16.30 S: 16.30 S: 16.30 S:


b.d ketidak P: klien - Klien dan - Klien dan
mampuan Mengatakan keluarga mau keluarga
keluarga nyeri kepala diajarkan mengata
dalam Q: nyeri relaksasi kan sudah
merawat seperti nafas dalam mencoba
anggota berputarputar untuk relaksasi
keluarga R: nyeri mengontrol/ nafas
yang sakit dirasakan mengurangi dalam yang
dibagian nyeri telah
kepala S: diajarkan
skala nyeri 4 P: klien untuk
T: nyeri Mengatakan mengontro/
terjadi nyeri kepala mengura ngi
secara tiba- Q: nyeri seperti nyeri
tiba berputarputar

vii
- Keluarga R: nyeri O:
klien tidak tau dirasakan - Klien dan
pasti cara dibagian keluarga
mengatasi kepala S: dapat
nyeri yang skala nyeri 3 memprakte
dialami klien T: nyeri kkan teknik
keluarga terjadi relaksasi
hanya secara tiba- nafas
memberikan tiba dalam
obat untuk
diminum klien O: A:
- Klien dan - Masalah
O: keluarga teratasi
TD : 150/ terlihat sebagian
100 mmHg mengikuti apa
 Nadi : 92X/ yang
diajarkan P:
menit Lanjutkan
 RR : 22X/ intervensi:
menit  TD : 140/ 90
mmHg
 Nadi : 84X/
menit - Ingatkan
A:  RR : 20X/ cara untuk
- Masalah menit mengontro/
belum mengurangi
teratasi nyeri yaitu
A:
- Masalah dengan
P: teratasi relaksasi
Lanjutkan sebagian nafas
intervensi: dalam
P:
- Ukur Lanjutkan
tekanan intervensi:
darah klien
- Ajarkan cara
- Ukur tekanan
untuk
darah klien
mengontrol/

mengurangi - Ingatkan cara


nyeri untuk
mengontrol/
mengurangi
nyeri yaitu
dengan
relaksasi
nafas dalam

viii
Defisiensi 17.30 S: 17.30 S: 17
pengetahuan - Klien dan - Klien dan
b.d keluarga keluarga
ketidakmam mengatakan mengata
puan belum tahu kan sudah
keluarga secara rinci mengerti
mengenal tentang mengenai
masalah penyakit yang apa itu
kesehatan diderita klien. hipertensi
tentang Keluarga
hipertensi hanya O:
diberitahu
- Klien dan
bahwa klien
keluarga
menderita
dapat
hipertensi,
menjawab
klien dan
apabila
keluarga
ditanyai
belum tahu
mengenai
pasti tentang
apa itu
tanda dan
hipertensi
gejala
hipertensi,pen
yebab, serta A:
pencegahanya - Masalah
teratasi
sebagian
O:
- Klien dan P:
keluarga Lanjutkan
terlihat diam intervensi:
saja saat
ditanyai
mengenai apa - Ingatkan
itu hipertensi kembali
mengenai
pendidikan
A: kesehatan
- Masalah yang telah
belum teratasi diberikan
mengenai
P: apa itu
Lanjutkan hipertensi,
intervensi: tanda dan
gejala,
penyebab
- Gali
serta
pengetahuan
pencegaha
klien dan
nya
keluarga
mengenai
hipertensi
- Berikan
pendidikan
kesehatan
mengenai
hipertensi

ix
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari

pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi

tentang asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan keluarga

dewasa yang mengalami hipertensi dengan nyeri akut di Desa Jetak Kelurahan

Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dengan

mengaplikasikan hasil studi kasus dengan relaksasi nafas dalam sebagai

upaya dalam menurunkan intensitas nyeri pada klien dengan hipertensi.

6.1.1 Pengkajian keperawatan

Setelah penulis melakukan pengkajian pada klien 1 (Ny.G)

diperoleh data subyektif yaitu klien mengatakan P: nyeri kepala, Q:


x
nyeri terasa cekot-cekot, R: nyeri dirasakan dibagian kepala sampai

ke leher, S: skala nyeri 5 (sedang), T: nyeri terasa hilang timbul, dan

keluarga klien mengatakan tidak tau cara mengatasi nyeri yang

dialami klien. Data obyektif TD: 160/ 100 mmHg, Nadi: 96X/ menit,

RR: 22X/ menit. Selanjutnya data subyektif yang didapatkan dari

klien 2 (Ny.S) didapatkan data sebagai berikut: klien mengatakan

P: nyeri kepala, Q: nyeri seperti berputar-putar, R: nyeri dirasakan

dibagian kepala, S: skala nyeri 4 (sedang), T: nyeri terjadi secara

tiba-tiba, dan keluarga klien mengatakan tidak tau pasti cara

mengatasi nyeri yang dialami klien keluarga hanya

92
memberikan obat untuk diminum klien. Data obyektif TD: 150/

100 mmHg, Nadi: 92X/ menit, RR: 22X/ menit.

6.1.2 Diagnosis keperawatan

Hasil perumusan masalah yang penulis angkat sesuai

dengan pengkajian keperawatan yang telah penulis lakukan yaitu

nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

6.1.3 Intervensi keperawatan

Intervensi yang dilakukan pada klien 1 (Ny.G) dan klien 2

(Ny.S) dengan diagnosis nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

yaitu: ukur tekanan darah, kaji karakteristik nyeri, gali pengetahuan

klien dan keluarga dalam mengatasi nyeri, diskusikan cara

mengontrol/ mengurangi nyeri yaitu dengan relaksasi nafas dalam,

xi
ajarkan cara mengontrol/ mengurangi nyeri dengan relaksasi nafas

dalam, ajarkan senam hipertensi.

6.1.4 Implementasi keperawatan

Asuhan keperawatan yang diberikan pada klien 1 (Ny.G)

dan klien 2 (Ny.S) yaitu: mengukur tekanan darah, mengkaji

karakteristik nyeri, menggali pengetahuan klien dan keluarga dalam

mengatasi nyeri, mendiskusikan cara mengontrol/ mengurangi nyeri

yaitu dengan relaksasi nafas dalam, mengajarkan cara mengontrol/

mengurangi nyeri dengan relaksasi nafas dalam, mengajarkan

senam hipertensi. penulis memberikan implementasi yang sama

yaitu teknik relaksasi nafas dalam sebagai upaya dalam

menurunkan intensitas nyeri pada klien dengan hipertensi.

6.1.5 Evaluasi keperawatan

Hasil evaluasi akhir diagnosis nyeri akut berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit setelah dilakukan implementasi terjadi penurunan nyeri pada

klien 1 (Ny.G) dari skala nyeri 5 menjadi skala nyeri 2. Dan pada

klien 2 (Ny.S) juga terjadi penurunan skala nyeri dari skala nyeri 4

menjadi skala nyeri 2. Dan keluarga mampu mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam kepada klien untuk membantu mengontrol/

mengurangi nyeri, dan klien pun dapat mempraktekannya Hal ini

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan.

6.2 SARAN

a. Bagi instansi pelayanan kesehatan (Puskesmas)

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan lebih

optimal dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim


xii
kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya, dan pada hipetensi

khususnya. Pelayanan kesehatan mampu menyediakan fasilitas serta

sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan klien.

b. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang

berkualitas dan profesional sehingga dapat menghasilkan perawat-

perawat yang trampil, inovatif dan profesional yang mampu memberikan

asuhan keperawatan sesuai dengan kode etik perawat.

c. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan dapat sebagai sumber referensi dalam memberikan pilihan

terhadap penanganan hipertensi dengan teknik relaksasi nafas dalam

sebagai upaya dalam menurunkan intensitas nyeri pada klien dengan

hipertensi.

d. Bagi penulis

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan khususnya pada

penderita hipertensi, baik individu, keluarga dan masyarakat serta dapat

menjadi pegangan atau manfaat bagi penulis dalam hal pemberian teknik

relaksasi nafas dalam sebagai upaya dalam menurunkan intensitas nyeri

pada klien dengan hipertensi.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

Agrina, Rini SS & Hairitama R. 2012. Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi


Dalam Pemenuhan Diet Hipertensi. Jurnal ISSN 1907364X.

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Aspiani, Reny. 2014. Buku Ajaran Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler : Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Dermawan, deden. 2012. Proses Keperawatan (Penerapan Konsep dan


Kerangka Kerja). Yogyakarta: Gosyen Publising.

Deswani. 2009. Proses Keperawatan & Berfikir Kritis. Jakarta: Salemba


Medika.

Ekarini, Diyah. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat


Kepatuhan Klien Hipertensi Dalam Menjalani Pengobatan Di
Puskesmas Gondangrejo Karanganya. .
https://www.google.com/search. Diakses pada tanggal 07/05/2017
Jam 20.00.

Fitrina, Yosi. 2013. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Jorong Balerong
Bunta Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tarab 1 Kecamatan
Sungai Tarab Kabupaten Tanah Darat Tahun 2013.
Program Studi D3 Keperawatan Stikes YARSI Sumbar Bukittinggi.
https://www.google.com/search. Diakses pada tanggal 11/02/2017
Jam 21.50.

Friedman MM, Bowden VR, & Jones EG. 2010. Buku Ajar Keperawatan
Keluarga Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC.

Gusti, Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans
Info Media.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Herawati RM, Susilo E & Lestari P. 2016. Hubungan Intensitas Nyeri Akut
Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Di Rumah Sakit Umum
Daerah Temanggung. https://www.google.com/search. Diakses
pada tanggal 01/07/2017 Jam 10.00.

xiv
Judah, Sudarti, & Fauziah. 2012. Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri
Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kristmas S, Elysabeth D & Ferawati F. 2013. Slow Deep Breathing Dalam
Menurunkan Nyeri Kepala Pada Penderita
Hipertensi. https://www.google.com/search. Diakses pada tanggal
11/02/2017 Jam 21.50.

Kusnul Z & Munir Z. 2011. Efek Pemberian Jus Mentimun Terhadap


Penurunan Tekanan Darah.
https://www.google.com/search Diakses pada tanggal 11/02/2017
Jam 21.50.

Kusuma MA & Setyawan D. 2014. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat


Pada Leher TerhadapPenurunan Intensitas Nyeri Kepala Pada
Pasien Hipertensi Di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu
Keperawatan & Kebidanan (JIKK), Vol... , No...

Mardhiah A, Abdullah A, Hermansyah. 2015. Pendidikan Kesehatan Dalam


Peningkatan Pengetahuan Sikap Dan Keterampilan Keluarga
Dengan Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan ISS: 2338-6371.

Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Mulyadi, Supratman & Yulian V. 2015. Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam


Pada Pasien Hipertensi Dengan Gejala Nyeri Kepala Di
Puskesmas Baki Sukoharjo.
https://www.google.com/search Diakses pada tanggal 01/07/2017
Jam 10.00.

Nurarif A & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction.

Padila. 2012. Buku Ajaran : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Putra EK, Widodo A & Kartinah. 2013. Pengaruh Latihan Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Di Wilayah Kecamatan Karas Kabupaten
Magetan. https://www.google.com/search. Diakses pada tanggal
01/07/2017 Jam 10.00.

Rachmawati, Yuliana Dewi. 2013. Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda Di Desa Pondok
Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.
https://www.google.com/search. Diakses pada tanggal 11/02/2017
Jam 21.50.

Raharjo, Priyo. 2007. Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Sistolik & Diastolik Pada Penderita Hipertensi
Didesa Wonorejo Kecamatan Lawang Malang Tahun 2007. Jurnal
Keperawatan ISSN: 2086-3071.

Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.
Rudianto, Budi. 2013. Menaklukan Hipertensi Dan Diabetes. Yogyakarta:
Sakkhasukma.
xv
Sani, FN. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Sehat-Sakit Dengan Sikap
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tentang Perilaku Hidup Bersih & Sehat. Jurnal KesMaDaSka, Vol
2 No 2.

Sentana AD & Mardiatun. 2013. Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas
Dasan Agung Mataram. https://www.google.com/search Diakses
pada tanggal 01/07/2017 Jam 10.00.

Suhardi, Asmawati, Elly N. 2014. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Penderita


Hipertensi Setelah Diberikan Penyuluhan Kesehatan di
Puskesmas Air Lais Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat. ISSN 2338-
7033.

Sukmadinata. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Trisnanto. 2013. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan


Darahpada Lansia Dengan Hipertensi Grade I-II Di Posyandu
Lansia Rt 05 Rw 03 Kelurahan Bogo Kecamatan Nganjuk
Kabupaten Nganjuk. https://www.google.com/search Diakses
pada tanggal 01/07/2017 Jam 10.00.

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu, Yogyakarta: Graha Ilmu.

xvi

Anda mungkin juga menyukai