PENDAHULUAN
1
pembangunan masyarakat bidang kesehatan sebagai wahana penerapan
dan pengembangan ilmu yang dilaksanakan di luar kampus dalam waktu,
mekanisme dan persyaratan tertentu (Poltekkes Semarang, 2016).
Menurut Sheps (2005) dalam Masriadi (2016), hipertensi adalah
penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah sistolik maupun
diastolik yang naik diatas tekanan darah normal Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg secara kronis (Tanto).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut
darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ
tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014).
Menurut Kemenkes (2013), bahwa hipertensi merupakan penyakit
kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, dimana proporsi
kematiannya mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang kami lakukan di Desa Pasir
Gintung, terdapat 197 orang yang menderita Hipertensi. Dari data tersebut,
kami memutuskan untuk memilih kasus Hipertensi sebagai kasus penyakit
tidak menular yang akan kami bahas.
1.2 Tujuan
12.1 Tujuan Umum:
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Banten menerapkan
pendekatan Interprofesional Education (IPE) dan Interprofesional
Colaboration (IPC) dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Terpadu di
masyarakat dengan klien hipertensi.
12.2 Tujuan Khusus:
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis:
a. Dapat mengumpulkan, mengelola dan menganalisis data
kesehatan keluarga.
b. Dapat merumuskan masalah kesehatan keluarga
2
c. Dapat mengidentifikasi rencana penanggulangan masalah
kesehatan keluarga
d. Dapat melakukan tindakan dan penyelesaian masalah kesehatan
bersama-sama keluarga
e. Dapat mengevaluasi pencapaian kegiatan yang telah di
rencanakan
f. Dapat merencanakan tindak lanjut kegiatan oleh keluarga atas
rencana kegiatan yang belum terlaksana.
1.3 Sasaran
Sasaran dalam kegiatan IPE dan IPC dalam kelompok ini merupakan
keluarga yang mengalami penyakit tidak menular yaitu Hipertensi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
2.2 Klasifikasi
5
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.
Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan
darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan
darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi
pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan
pada usia tersebut ginjal dan hepar mulai menurun, karena itu dosis
obat yang diberikan harus benar-benar tepat. penyesuaian diri.
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
6
untuk menderita hipertensi pada orang obestas 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan
lebih.
2) Kurang Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit
tidak menular, karena olahraga yang teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk
hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa
apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko
tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi
gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.
4) Mengkonsumsi garam berlebih
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
5) Minum Alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan
7
minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko
hipertensi.
6) Minum Kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7) Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
8
2.5 Patofisiologi
9
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
h. EKG
Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
(Nurarif & Kusuma H, 2015)
10
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidakdiobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c) Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi
dapatmenyebabkan kerusakan sistem penyaringan didalam ginjal
akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak
dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan di dalam tubuh.
d) Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi
dan dapatmenimbulkan kebutaan.
11
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
penguramgan konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat
menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan
diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi
alkoholharus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat mempunyai resiko
mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang
tidak meminumberakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan
asupan diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara
konsumsi diet tinggi buah dan sayur seperti: pisang, alpukat, papaya,
jeruk, apel kacang-kangan, kentang dan diet rendah lemak dengan
caramengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan
menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium
dapatmenurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah
natrium yangterbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-
buahan sebanyak 3 – 5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potassium yangcukup.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok memang
tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi,
tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari
rokok karena dapat memperberat hipertensi.
b) Terapi farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis lain:
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
12
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam
tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan
dayapompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang
mengalamigangguan pernafasan seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah
denganrelaksasi otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat
angiotensinII dengan efek samping penderita hipertensi akan
mengalami batukkering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-
obatpenghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan
menghalangipenempelan zat angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.
13
5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6) Ketidakefektifan koping
7) Defisiensi pengetahuan
8) Ansietas
9) Resiko cidera
14
BAB III
HASIL KEGIATAN
1. Identitas Pasien
a) Nama : Tn.Y
b) Jenis Kelamin : Laki-Laki
c) Umur : 65 Tahun
d) Agama : Islam
e) Suku : Sunda
f) Status Pernikahan : Menikah
g) Pendidikan : Tamat SD
h) Pekerjaan : Buruh
i) Tanggal pengkajian : Rabu, 24 April 2019
15
4. Riwayat Penyakit Lalu
Klien mengatakan sudah mempunyai penyakit hipertensi sejak 10
tahun yang lalu, pernah dirawat di Rumah Sakit karena overdosis obat
warung sekitar ± 1 bulan yang lalu, tidak memiliki riwayat alergi, tidak
pernah merokok, tidak minum kopi, dan tidak minum alkohol.
16
mandi, keramas setiap 2 hari atau ketika rambut terasa
gatal.
4. Istirahat Klien mengatakan tidur dari jam 22.00 s/d sebelum
Tidur subuh, dan tidak memiliki kesulitan dalam tidur.
5. Latihan Klien mengatakan dirinya tidak melakukan olah raga
Olahraga khusus.
6. Gaya Hidup Klien suka mengkonsumsi teh manis dan minuman
kemasan. Klien tidak merokok, tidak minum minuman
alcohol, dan tidak suka mengkonsumsi obat-obatan
7 Akifitas Klien mengatakan sehari-harinya hanya bantu-bantu adik
sehari-hari jualan yaitu bantu membuat bumbu masakan, dan hasil
bantu-bantu tersebut klien mendapatkan upah untuk
makan sehari-harinya.
8 Rekreasi Klien mengatakan tidak pernah rekreasi.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
1) Keadaan Umum : Sakit Ringan
2) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis (GCS : 15)
3) Suhu : 36,5°C
4) Nadi : 73x/menit
5) Tekanan Darah : 180/100mmHg
6) Pernafasan : 22x/menit
7) Berat Badan : 60 kg
8) Tinggi Badan : 163 cm
17
2. Mata
Bentuk mata simetris, keadaan mata kurang bersih, tidak
ada kotoran, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada
lesi, tidak ada edema, reaksi pupil mengecil bila diberi reaksi
cahaya, gerakan bola mata sejajar, penglihatan buram dan tidak
ada nyeri tekan
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, hidung
bersih, dan tidak terdapat nyeri tekan pada sinus, fungsi
penciuman baik.
4. Mulut
Bentuk mulut simetris, bibir klien kering dan berwarna
merah muda kehitaman, mulut bersih, fungsi pengecapan baik.
5. Telinga
Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, keadaan
telinga bersih, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada nyeri
tekan, fungsi pendengaran baik.
6. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tidak ada
kesulitan menelan, tidak ada nyeri tekan Dada
7. Dada
Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris antara kiri
dan kanan tidak ada suara nafas tambahan, suara nafas
vesikuler, RR 21 x/menit, tidak ada suara murmur pada jantung.
18
8. Abdomen
Bentuk abdomen sedikit membuncit, tidak ada lesi, tidak
ada jaringan parut, tidak ada nyeri tekan, bising usus 11x/menit.
9. Ektremitas
a. Ekstrimitas Atas
Turgor kulit kering, CRT <2 detik, tidak ada lesi atau
jaringan parut, akral hangat, tidak ada edema, tidak ada
nyeri tekan, bentuk simetris antara kanan dan kiri.
b. Ekstrimitas Bawah
Bentuk simetris, turgor kulit kering, CRT <2 detik, tidak ada
lesi atau jaringan parut, akral hangat, tidak ada nyeri tekan.
8. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Pemeriksaan: Selasa, 30 April 2019
NILAI
NO. JENIS PEMERIKSAAN HASIL
NORMAL
1. Kolesterol 222 mg/dl < 200 mg/dl
2. Glukosa 134 mg/dl 70-130 mg/dl
b. Terapi Medis
-
19
3.2 Permasalahan
3.2.1 Gangguan rasa nyaman nyeri (pusing dan nyeri kepala belakang)
3.2.2 defisit pengetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi
d. Menganjurkan klien
20
untuk berobat
teratur ke
puskesmas
e. Melibatkan keluarga
untuk menerapkan
cara hidup sehat
dengan hipertensi
f. Melakukan
pemeriksaan
Kolesterol
MENGETAHUI TANGERANG, MEI 2019
PEMBIMBING
TTD TIM IPE-IPC JURUSAN
1. ………………... ( ) 1 Maimanah DIII Keperawatan
2. ………………... ( ) 2 Novi Winri DIV Keperawatan
3 Siti Astari Fadilah DIII Analis Kesehatan
4 Solehah DIII Analis Kesehatan
5 Mega Susilawati DIII Kebidanan
21
1. Pada hari pertama, kedua dan ketiga bidan melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital
22
Keilmuan : 1. DIII Keperawatan
2. DIV Keperawatan
3. DIII Kebidanan
4. DIII Analis Kesehatan
Institusi Asal : Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten
23
kesehatan yang sudah kami
dapatkan selama pembelajaran di
kampus dan menerapkannya
kepada keluarga binaan yang
kami bina selama PKL Terpadu
ini.
24
BAB IV
MONITORING SETELAH INTERVENSI
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Interprofesional Education (IPE) atau pendidikan antar profesi
merupakan praktik kolaborasi antara dua atau lebih profesi kesehatan yang
saling mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan yang lain dan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas
pelayanan kesehatan.
Klien mengetahui menderita diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu.
Klien mengatakan sering pusing dan nyeri leher bagian belakang. Klien
mengatakan dalam keluarganya ada yang memiliki riwayat penyakit asma.
Namun tidak ada riwayat penyakit hipertensi/darah tinggi DM, dll. Saat
dilakukan pemeriksaan Kadar Kolesterol didapatkan hasil 222 mg/dl.
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, diagnosa yang ditegakkan
meliputi:
1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit hipertensi
2. Resiko hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan klien
melakukan pemeriksaan kesehatan (kolesterol) secara rutin.
26
Pada saat proses implementasi ditemukan overlapping yang terjadi
yaitu Keperawatan dan kebidanan dapat melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital. Sedangkan keunikan masing-masing profesi adalah
Keperawatan dapat melakukan penyuluhan kesehatan tentang penyakit
hipertensi, Kebidanan dapat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan
Analis kesehatan dapat melakukan pemeriksaan kadar kolesterol.
Kami telah melakukan implementasi selama 3 hari mulai tanggal 30
april 2019 sampai dengan 2 mei 2019. Pada tanggal 30 april kami
melakukan evaluasi pada Tn. Y dan didapatkan hasil klien mengatakan
senang mengikuti yang telah dianjurkan agar tetap sehat, Klien tampak
senang, kooperatif dan klien mengikuti anjuran petugas kesehatan. Dengan
TD : 150/ 90 mmHg, RR : 20x/mnt, N : 91x/mnt, S : 36,6⁰C. Sehingga klien
dianjurkan untuk mempertahan kondisi dengan melakukan semua anjuran
yang telah diberikan.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Lahan Praktek
Lahan praktek lebih memperhatikan kelengkapan sarana dan
prasarana untuk menunjang kesehatan masyarakat dan senantiasa
selalu memberikan informasi tentang Hipertensi baik secara
langsung atau tidak langsung.
5.2.2 Untuk Instituti Pendidikan
Agar insitusi pendidikan lebih banyak lagi menyediakan sarana
untuk menunjangnya kegiatan ini, supaya tidak terdapat banyak
kendala karena kurangnya sarana yang dibagi secara merata
dalam setiap desa.
5.2.3 Untuk Pelayanan Kesehatan
Diharapkan kepada fasilitas kesehatan untuk menindaklanjuti
Tn. Y agar bisa melakukan pengobatan kembali di fasilitas
kesehatan terdekat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart. 2015. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi
Action.
Kemenkes RI. 2013. Info Datim Hipertensi. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.
Keshtkaran, Z., Sharif, F., Rambod, M. (2014). Students Readiness for end
Perception of interprofessional Collaborative Practice: Report of an expert
panel. Washington, DC Interprofessional Education Collaborative
Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine Mc. Carty. 2014. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. (ed.4, buku 2), Terjemahan oleh :
Peter Anugrah. Jakarta : EGC.
28
Smeltzer, Suzanne C dan Bare. Brenda. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner dan Suddarth (ed.8, vol.2). Terjemahan oleh Agung
Waluyo, (et,all), EGC : Jakarta
29