Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KESELAMATAN PASIEN DAN KESLAMATAN KESEHATAN KERJA


DAN PASIEN

Dosen mata kuliah : HJ. Lenny N. Ali, S.Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

1. FAREL NOVRIANTO W. KAHAR 8. SRI SUSANTI DOMILI


2. DEVINA TASYA LATAMA 9. DIAH AMALIA MIRZANTI
DJAMIL
3. WAHYUNI ADRIAN 10. RIRIN FAJRIATY
4. NOVA RAHMAWATI KAMALI 11. SISMIYATI PRATIWI A NUSI
5. APRILA DELANY BASRI 12. AZZARA IMANSARI MAHMUD
6. PRITI H BUDU 13. MOHAMAD ARIYANTO TUNA
7. ADITYA PUTRA HAMZAH 14 .LUCKY FIRMANSYAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 2021


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukuralhamdulillah bagi Allah subhanahu wa ta’alaTuhan
semesta alam, karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua
sehingga kita masih diberikan nikmat hidup untuk mampu menyelesaikan makalah tentang
“KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN
PASIEN ”
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita baginda nabiyullah
Muhammad shallallahu’alaihi wasallamyang telah membimbing kita menuju jalan yang
lurus dan terbebas dari kebodohan/kejahiliahan.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat untuk
semua para pembaca. Namun tak terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingganya kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Gorontalo, 8 januari 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................1

1.3 TUJUAN.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Penggunaan Teknologi dan Respon Terhadap adverse events.................................3

2.2 Penggunaan Teknologi Dalam Peningkatan Keselamatan Pasien............................4

2.3 Peran Kerja Tim untuk Keselamatan Pasien.............................................................5

2.4 Peran Pasien Dan Keluarga Sebagai Partner Di Pelayanan Kesehatan Untuk
Mencegah Terjadinya Bahaya Dan Adverse Events.................................................6

2.5 Penyakit akibat kerja pada perawat: penyakit menular & tidak menular...........10

2.6 Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat................................11

2.7 Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat........................................14

BAB III PENUTUP................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................16

3.2 Saran.............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keselamatan (safety) saat ini menjadi topik utama dalam pembahasan di berbagai
lingkungan pekerjaan tidak terkecuali di pelayanan keperawatan. Pelayanan
keperawatan tidak hanya memberikan asuhan keperawatan yang aman bagi pasien
tetapi juga harus memperhatikan faktor keselamatan perawat dalam bekerja. Rumah
sakit merupakan tempat pengobatan, sarana pelayanan kesehatan yang menjadi
sumber infeksi dimana orang sakit dirawat. Rumah sakit juga merupakan tempat dari
berbagai macam penyakit yang bisa berasal dari pasien, perawat, dokter, dan
pengunjung yang dapat bersifat karier. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap
kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Perawat wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri, disamping
memastikan pasien dalam keadaan aman dan nyaman.Tetapi tak banyak perawat yang
memperhatikan dirinya sendiri saat ketika bekerja di rumah sakit. Sehingga banyak
perawat yang mengabaikan keselamatan dirinya seperti tidak menggunakan alat
pelindung diri, tidak mencuci tangan sebelum dan setelah berkontak dengan pasien,
dan masih banyak lagi. Oleh karena itu diharapkan perawat dapat bertindak tidak
hanya untuk pasien saja, tetapi juga untuk keselamatan dirinya sendiri. Pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat kira rumuskan mengenai rumusan
masalah yaitu “Bagaimana Pencegahan Penyakit Akibat kerja dalam keperawatan”

1
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini agar dapat:
1. Mengenali, dan berespon terhadap adverse events
2. Penggunaan teknologi dalam peningkatan keselamatan pasien
3. Peran kerja tim untuk keselamatan pasien
4. Peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk
mencegah terjadinya bahaya dan adverse events
5. Penyakit akibat kerja pada perawat: penyakit menular & tidak menular
6. Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat
7. Upaya Pencegahan Penyakit akibat kerja pada perawat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penggunaan Teknologi dan Respon Terhadap adverse events


Adverse Events (AE) didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak diharapkan
(KTD) yang disebabkan oleh kesalahan pengobatan/treatment serta dapat berdampak
negatif bahkan fatal pada pasien. Pada dasarnya, Adverse Events (AE) bersifat ketidak
sengajaan. Jadi tidak direncanakan untuk merugikan orang lain. Namun apa pun
alasannya hal tersebut tidak boleh terjadi karena bisa berdampak negatif dan bahkan fatal
pada pasien. Salah satu contoh seorang pasien yang berpenyakit rematik tulang tetapi ia
diagnosis menderita kanker tulang stadium empat sehingga harus segera dioperasi, dan
tindakan medis (operasi) dilakukan padahal penyakit tersebut tidak perlu dilakukan maka
dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada pasien tersebut. Selain secara ekonomis
dan psikologis pasien dirugikan, mungkin juga ia menderita seumur hidup atau bahkan
mungkin meninggal. Kasus Adverse
Events (AE) banyak terjadi di mana-mana oleh karena harus diperhatikan.
Klasifikasi Insiden Adverse Events (AE) :
1. Kejadian Sentinel Yaitu kejadian yang dapat mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius.
2. Kejadia Nyaris Cedera (KNC) Kecelakaan tetapi belum sampai terpapar ke pasien
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC) Kecelakaan yang mengakibatkan pasien terpapar,
tetapi tidak menimbulkan cedera
4. Kondisi Potensial Cedera (KPC) Kecelakaan yang berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadinya insiden
Penyebab Kejadian tidak diharapkan (KTD)/adverse event di Rumah Sakit:
1. Alat Kesehatan
o Defect (bawaan pabrik)
o Pemeliharaan yang tidak memadai
o Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
o Penyimpanan alat kesehatan yang tidak memadai
o Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
o Alat kesehatan tidak mengacu pada SOP
o Kurangnya pengetahuan atau kurang pelatihan dalam penggunaan alat kesehatan

3
2. Sumber Daya Manusia Interaksi sumber daya manusia (SDM) dengan teknologi,
system, ataupun situasi yang dinamis.
Akibat yang ditimbulkan :
o Diagnose yang salah akan menimbulkan pengobatan yang tidak tepat
o Memerlukan rawat inap yang berkepanjangan
o Perlunya intervensu medis atau pembedahan
o Menyebabkan kesalahan berkelanjutan
o Menurunnya kondisi kesehatan atau gangguan permanen fungsi dan struktur
tubuh
o Menyebabkan cacat permanen hingga sampai kematian
Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan dalam pencegahan Kejadian tidak
diharapkan (KTD)/adverse event di Rumah Sakit. Dicegah dengan sistem rancangan
yang mempersulit orang berbuat salah, sebaliknya mengarahkan orang untuk berbuat
benar. Dengan perkataan lain, para penganut pendekatan sistem berpendapat bahwa
kesalahan dapat dicegah atau dikendalikan dengan sistem, misalnya supaya orang tidak
salah menekan tombol maka tombol tersebut diberi warna yang sangat mencolok, supaya
perawat tidak kelelahan sehingga berbuat kelasahan maka penjadwalan dilakukan
berdasarkan sistem yang mengacuh pada jumlah jam kerja maksimum.

2.2 Penggunaan Teknologi Dalam Peningkatan Keselamatan Pasien


Pemanfaatan teknologi dalam bidang keperawatan untuk meningkatkan keselamatan
pasien dan kualitas pelayanan adalah penggunanan telenursing dan telehealth.
Telenursing adalah penggunaan teknologi untuk memberikan perawatan dan melakukan
praktik keperawatan jarak jauh. Meskipun penggunaan teknologi menimbulkan
perubahan media namun pemberian asuhan keperawatan, proses keperawatan dan
ruang;lingkup praktek tidak berbeda dengan cara konfensional. Perawat yang terlibat
dalam praktek telenursing tetap melakukan pengkajian, merencanakan, melakukan
intervensi, dan mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan. Tetapi semua dilakukan
dengan menggunakan teknologi seperti internet, komputer, alat pemantauan digital, dan
peralatan telemonitoring .mengingat bahwa pelayanan kesehatan sekarang disediakan
melalui teletechnologies semakin meluas, telehealth merupakan istilah dignakan untuk
menjangkau luasnya pelayanan. Telehealth didefenisikan sebagai penggunaan informasi
elektronik dan teknologi telekomunikasi untuk mendukung perawatan kesehatan klinis
jarak jauh, pendidikan yang berhubungan pasien dengan kesehatan profesional,

4
kesehatan masyarakat, dan administrasi kesehatan. The American Nurses Assosiation
telah mendefinisikan telenursing sebagai suatu bagian dari telehealth dimana fokusnya
adalah pada praktik profesi keperawatan (Fairchild, Elfrink, Deickman, 2008).

Penelitian yang berkaitan dengan praktik telehealth dan telenursing telah


menunjukkan manfaat yang besar berkaitan dengan diagnosis dan konsultasi,
pemantauan dan pengawasan pasien. Dengan teknologi telehealth kepatuhan pasien
meningkat, akses kelayanan perawatan dapat ditingkatkan, kontak antara pemberi dan
penerima layanan tetap terjaga, keselamatan pasien dirumah dapat dipantau dengan lebih
baik (Fairchild, Elfrink, Deickman, 2008).

2.3 Peran Kerja Tim untuk Keselamatan Pasien


Kolaborasi sangatlah penting karena masing-masing tenaga kesehatan memiliki
pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, keahlian dan  pengalaman  pengalaman yang
berbeda. berbeda. Dalam kolaborasi kolaborasi tim kesehatan kesehatan mempunyai
mempunyai tujuan yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk pasien selain itu
kolaborasi tim dapat meningkatkan performa di berbagai aspek yang  berkaitan
berkaitan dengan sistem pelayanan pelayanan kesehatan. kesehatan. Semua tenaga
kesehatan kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi baik pada bidangnya masing-
masing sehingga dapat mengurangi faktor kesalahan manusia dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Kolaborasi penting bagi Kolaborasi penting bagi terlaksanan terlaksananya patient safety
ya patient safety :
1. Pelayanan kesehatan tidak mungkin dilakukan oleh 1 tenaga medis
2. Meningkatnya keasadaran pasien akan kesehatan
3. Dapat mengevaluasi kesalahan yang pernah dilakukan agar tidak terulang
4. Dapat menimalisirkan kesalahan
5. Pasien akan dapat berdiskusi dan berkomunikasi dengan baik,untuk dapat
menyampaikan keinginanya.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan.
Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS,
memperbaiki proses asuhan  pasien, guna menghindari cedera maupun k  pasien, guna
menghindari cedera maupun kematian ya ematian yang dapat dicegah. ng dapat dicegah.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia

5
untuk menerapkan Sembilan Solusi LifeSaving   Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau
9 Solusi, langsung atau  bertahap, sesuai dengan kemampuan dan  bertahap, sesuai
dengan kemampuan dan kondisi RS m kondisi RS masing-masing.
a. Perhatikan Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip ( Look-Alike, Sound-
Alike Medication Names).
b. Pastikan Identifikasi Pasien.
c. Komunikasi Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan
Terima/Pengoperan Pasien.
d. Pastikan Pastikan Tindakan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
e. kendalikan Kendalikan Cairan Elektrolit Elektrolit Pekat (concentrated ).
f. astikan Pastikan Akurasi Akurasi Pemberian Pemberian Obat pada Pengalihan
Pengalihan Pelayanan.
g. Hindari Hindari Salah Kateter Kateter dan Salah Sambung Sambung Slang
(Tube).
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan ( Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.

2.4 Peran Pasien Dan Keluarga Sebagai Partner Di Pelayanan Kesehatan Untuk
Mencegah Terjadinya Bahaya Dan Adverse Events.
Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang dibutuhkan ketika seseorang
sakit dan membutuhkan bantuan dengan tujuan untuk menyelamatkan kondisi pasien.
Dengan berlalunya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi rumah
sakit tidak hanya menjadi tempat untuk menyelamatkan pasien. Berbagai layanan dapat
diakses oleh pasien yang membutuhkan bantuan. Pasien yang memerlukan bantuan
menyeluruh dan intensif selama 24 jam dapat mengakses layanan rawat inap. Pasien dan
keluarga sering secara aktif terlibat dalam keselamatan pasien bahkan dalam menghadapi
penyakit.
Peran pasien dan keluarga dalam pengurangan risiko terkait pelayanan kesehatan
adalah :
A. Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar Keluarga memiliki kemungkinan
sering kontak dengan pasien, maka untuk melindungi diri sendiri dan melindungi
pasien dari perpindahan kuman disarankan keluarga menerapkan prosedur cuci
tangan yang benar pada 5 (lima) momen yaitu saat sebelum kontak dengan pasien,
sesudah kontak pasien, sesudah ke toilet, sebelum dan sesudah makan. Perlu

6
diperhatikan juga bahwa lingkungan sekitar pasien berisiko terpapar kuman maka
disarankan mencuci tangan sesudah kontak dengan lingkungan pasien (meja, alat
tenun, tempat tidur dsb), Guna memperoleh hasil cuci tangan yang optimal Pasien
dan keluarga disarankan mencermati dan mengikuti petunjuk 6 (enam) langkah
mencuci tangan yang diberikan oleh petugas atau panduan cuci tangan yang ada di
rumah sakit .
B. Membatasi pengunjung pasien Selama pasien dirawat di rumah sakit seyogyanya
pasien tidak berinteraksi dengan banyak orang karena berisiko terpapar kuman dari
pengunjung dalam keadaan pertahanan diri yang relatif rendah dengan demikian
peran keluarga diperlukan untuk membatasi pengunjung yang kontak dengan pasien
C. Menerapkan etika batuk yang benar Keluarga dan pengunjung yang batuk berisiko
menyebarkan kuman melalui partikel halus di udara dengan demikian bila sedang
mengalami batuk keluarga perlu menggunakan masker atau menerapkan tehnik
perlindungan yang benar saat batuk yaitu menutup mulut dan hidung menggunakan
lengan.
Adapun peran keluarga sebagai partner pasien untuk mencegah terjadinya bahaya :
1. Keluarga berperan secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien di pelayanan
kesehatan yaitu memberikan informasi pasien yang benar, jelas, lengkap dan
jujur, mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien
maupun keluarga, keluarga dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk hal
yang tidak dimengerti, keluarga memahami dan menerima konsekuensi
pelayanan, keluarga harus dapat memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasa dalam proses bersama tim medis untuk mengelola pasien, serta
keluarga memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
2. Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam menjaga
keselamatan pasien
a. Ketepatan identifikasi pasien Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar, gelisah,
mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan proses berpikir dan lain
sebagainya yang tidak mampu melakukan identifikasi diri dengan benar maka peran
keluarga adalah memberikan data diri pasien sesuai dokumen data diri pasien, pasien dan
keluarga harus memahami fungsi gelang dan patuh menggunakan gelang identitas
tersebut selama rawat inap karna gelang tersebut dipakai oleh tim kesehatan untuk
memastikan kebenaran identitas dan faktor resiko pasien saat memberikan pelayanan,
pasien dan keluarga kooeratif saat dilakukan verifikasi identitas oleh petugas saat akan

7
melakukan tindakan, memberikan obat, mengambl prepart untuk pemeriksaan
laboratorium dan sebagainya.
b. Peran keluarga dalam menjembatani komunikasi yang efektif antar pasien dan tenaga
medis yaitu : - menunjuk atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan
untuk berkomunikasi dengan tenaga medis. Ini bertujuan untuk memastikan komunikasi
berlaksung efektif dan berkesinambungan, tidak mengalami ranttai komunikasi yang
panjang dan kompleks yang berisiko menyebabkan perubahan makna isi informasi.
o Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada tenaga medis dengan
benar dan jelas.
o Memberikan informasi kepada petugas medis bila ada kejadian tidak diharapkan
(KTD).
o Keluarga dapat meminta informasi yang diperlukan kepada tenaga medis.
c. Peran keluarga dalam pemberian obat secara aman yaitu:
o Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah pasien
pergunakan sebelum datang ke rumah sakit.
o Keluarga memberikan informasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami saat
pasien menggunakan obat tertentu.
o Keluarga mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan cara
memastikan identitas pasien dengan benar, menanyakan jenis obat yang diberikan,
tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian.
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi. Tindakan operasi
merupakan salah satu prosedur yang mungkin dilakukan pada pasien untuk mengatasi
masalah kesehatannya. Salah satu prosedur sebelum operasi adalah proses verifikasi.
Sehingga peran pasien dan keluarga adalah memberikan informasi yang benar dan
bekerja sama secara kooperatif dengan tenaga medis.
e. Peran keluarga dalam mengurangi resiko infeksi di pelayanan kesehatan. Rumah sakit
merupakan tempat berkumpulnya berbagai jenis kuman sedang pasien yang di rawat di
pelayanan kesehatan memiliki daya tahan tubuh yang lemah maka dari itu diperlukan
suatu proses bersama untuk mencegah timbulnya infeksi lain yang tidak berhubungan
dengan penyakit utama pasien. Peran keluarga dalam mengurangi resiko tersebut adalah -
Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar. Keluarga memilki kemungkinan kontak
langsung dengan pasien sehingga untuk melindungi diri sendiri dan pasien dari
perpindahan kuman dianjurkan kepada keluarga untuk menerapkan prosedur mencuci

8
tangan yang baik dan benar pada 5 momen yaitu sebelum kontak dengan pasien, sesudah
kontak dengan pasien, sesudah ke toilet, sebelum dan sesudah makan. Perlu diketahui
bahwa lingkunga sekitar pasien juga beresiko terpapar dengan kuman maka dianjurkan
untuk mencuci tangan saat kontak dengan bendabenda di sekitar pasien.
- Membatasi keluarga yang mengunjungi pasien. Selama berada di pelayanan
kesehatan seharusnya pasien tidak terlalu berinteraksi dengan banyak orang karena
berisiko terpapar kuman dari pengunjung lain dalam kedaan pertahan tubuh yang
relatif lemah.
- Pasien dan keluarga menerapkan etika batuk baik dan benar. Hal ini dikarenakan
keluarga, pasien, dan pengunjung yang batuk beresiko menyebarkan kuman dan virus
melalui partikel halus di udara. Oleh karena itu, baik pasien, keluarga atau
pengunjung harus menerapan etika batuk yang baik dan benar.
f. Keluarga berperan dalam mengurangi tingkat resiko pasien jatuh. Setiap pasien memilki
kemampuan dan keterbatasannya selama berada di fasilitas kesehatan. Sehingga pasien
sangatlah membutuhkan keluarga sebagai pendamping. Sehingga rumah sakit mengambil
tindakan untuk mengurangi resiko pasien jatuh dengan melakukan pengkajian faktor-
faktor yang dapat menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat, gaya jalan dan
keseimbangan, alat bantu berjalan atau saat istirahat berbaring di tempat tidur. Sehingga
adapun peran keluarrga yaitu
− Memastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning selalu dipakai
oleh pasien
− Pasien dan keluarga tidak boleh memindahkan atau melepas kartu kuning yang
dipasang petugas di dekat tempat tifur pasien atau di depan kamar pasien karena
kartu tersebut merupakan penanda untuk mewaspadai pasien beresiko jatuh.
− Pasien dan keluarga harus memastikan diri untuk memahami informasi yang
diberikan oleh tenaga medis agar dapat mendukung pencegahan pasien jatuh.
Informasi yang perlu diketahui oleh pasien maupun keluarga adalah faktor resiko
jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang digunakan, kesadaran pasien,
keseimbangan saat berjalan, tindakan pencegahan jatuh yang perlu dilakukan, cara
untuk meminta bantuan, cara menggunaka bel atau sarana komunikasi di ruangan,
cara mengatur pengamanan tempat tidur pasien, penggunaan tali pengaman dan
lain sebagainya.

9
2.5 Penyakit akibat kerja pada perawat: penyakit menular & tidak menular
Penyakit akibat kerja adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang
dilakukan setiap hari atau suatu penyakit yang memilikiasosiasi ubungan cukup kuat
dengan linkungan kerja. Penyakit Akibat Kerjaadalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan, alat kerja, bahan, prosesmaupun lingkungan kerja.Dengan demikian Penyakit
Akibat Kerja merupakan penyakit yangartifisial atau man made disease. Dalam
melakukan pekerjaan apapun,sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguan
Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
Oleh karena itu , penyakitakibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan,alat kerja , bahan, proses maupun lingkungan kerja.Pada simposium
internasional mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang diselenggarakan oleh
ILO ( International Labour Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi
menyangkut PAK sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja Occupational Disease Adalah penyakityang mempunyai
penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuatdengan pekerjaan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan Work Related Disease Adalah
penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,dimana faktor pekerjaan
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya
penyakit yang mempunyaietiologi kompleks
c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja Disease of FectingWorking Populations
Adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab
ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi
kesehatan.
Penyakit Menular Akibat Kerja Pada Perawat Penyakit menular terbagi :
1. Penyakit yang disebabkan kontak udara disekitar pasien seperti :TBC, Influenza, Flu
burung, SARS.
2. Penyakit yang disebabkan kontak fisik dengan pasien seperti :Kudis Kurap, Herpes.
3. Penyakit yang disebabkan kontak dengan cairan pasien seperti :AIDS, Hepatitis.
Beberapa cara perawat untuk mengantisipasi tertularnya penyaskit menular:
TBC:
− Mengurangi kontak langsung dengan penderita TBC

10
− Memakai masker
− Menjaga standard hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat,
dan berolahraga
− Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat
Influenza:
 Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
 Memakai masker
 Vaksinasi influenza
Flu Burung:
1. Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
2. Mengonsumsi obat antivirus
3. Memakai masker
4. Mengonsumsi makanan sehat
Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja
Pada Perawat Penyakit tidak menular terbagi :
 Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidaksempurna, seperti :
penyakit rabun mata, beri-beri, scorbut, dll.
 Penyakit yang disebabkan karena tekanan darah tinggi (Hypertension) dan tekanan
darah rendah (Hypotension)
 Penyakit alergi, seperti : astma gidu / kaligata

 Penyakit yang disebabkan karena keracunan, seperti : keracunan makanan atau


minuman.
 Penyakit yang disebabkan karena kecelakaan, seperti keseleo, patah tulang, luka
tersayat.

2.6 Penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat


Kecelakaan akibat kerja yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan
terjadi karena disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Maka dalam hal ini kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan atau kecelakaan yang
terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (Suma’mur, 2009). Menurut Reese (2009),
kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari tindakan tidak aman yang keduanya
dapat dikontrol oleh manajemen. Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman disebut
sebagai penyebab langsung (immediat /primary causes) kecelakaan kerja karena

11
keduanya adalah penyebab yang jelas/nyata dan secara langsung terlibat pada saat
kecelakaan terjadi. enyakit Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan
faktor biologic (kuman pathogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil namun terus-menerus seperti antiseptik pada kulit,
tegangan listrik, tegangan tinggi oada system reproduksi, radiasi pada system
pemproduksi darah), faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien,
gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa).
Dalam Kepmenkes No. 432 Tahun 2007 menyatakan bahwa, bahaya potensial di RS
dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, yaitu disebabkan oleh faktor
biologi (virus, bakteri, dan jamur); faktor kimia (antiseptik, gas anastesi), faktor
ergonomic (cara kerja yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan
radiasi), faktor psokososial (kerja bergilir, hubungan sesame karyawan/atasan). Bahaya
potensial yang dimungkinkan ada di RS, diantaranya adalah mikrobiologik, desain/fisik,
kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi, dan risiko hokum/keamanan.
Faktor penyebab kecelakaan kerja. Secara umum kecelakaan menurut Suma’mur
(2009) disebabkan oleh:
1. Tindakan perbuatan manusia (unsafe human action). Menurut penelitian 85%
kecelakaan terjadi disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak
aman. Tindakan ini dapat disebabkan oleh:
a. Karena tidak tahu yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan
pekerjaan dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.
b. Karena tidak mampu/tidak bisa, yang bersangkutan telah mengetahui cara
kerja aman dan bahaya yang ada, tetapi karena belum mampu dan kurang
terampil maka dia melakukan kesalahan.
c. Walaupun telah mengetahui cara kerja dan peratuan-peraturan serta yang
bersangkutan dapat melaksanakannya, tetapi karena tidak mau
melaksanakannya maka terjadi kecelakaan.
2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Kondisi tidak aman dapat
dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pekerja di lingkungan kerja
seharusnya mematuhi aturan dari industrial hygiene, yang mengatur agar kondisi
tempat kerja aman dan sehat. Keadaan lingkungan mencakup faktor mekanik dan
lingkungan, yaitu letak mesin yang tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat
pelindung diri tidak dipakai, alatalat kerja yang telah rusak.

12
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit
akibat kerja yaitu sebagai berikut:
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan parut
(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya yang
beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.

13
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat

2.7 Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK). serta diketahui oleh seluruh karyawan RS.
Manajemen RS mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti
pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk terlaksananya program K3 di RS. Bentuk
keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit (K3RS) meliputi cara atau upaya yang
dilakukan oleh instansi rumah sakit maupun tenaga kerja untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit oleh pasien. Terutama perawat yang merupakan tenaga paling dekat
dengan pasien. Salah satu upaya perawat untu mencegah adanya penyakit kerja ini
adalah dengan menggunakan alat pelindung diri (APD).
 Upaya pencegahan
1. Melakukan pencatatan kejadian Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh petugas K3. Seperti yang tercantum dalam
Permenaker No. 03 Tahun 1998 menyatakan bahwa pengurus atau pengusaha
wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Penyampaian
laporan dapat dilakukan secara lisan sebelum dilaporkan secara tertulis.

14
2. Perlu dilakukan peningkatan terhadap penerapan pelayanan kesehatan kerja
terutama pada pemeriksaan kesehatan khusus, pengobatan dan perawatan bagi
penderita yang sakit, pemantauan lingkungan kerja serta ergonomi dan evaluasi
pencatatan serta pelaporan kepada Direktur Rumah Sakit.
3. Perlu diadakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja seperti pemeriksaan
paruparu, laboratorium maupun pemeriksaan secara fisik terhadap perawat IGD
maupun tenaga medis yang lain.
4. Perlu diadakan kegiatansurvelans kerja seperti pemetaan tempat keja
berdasarkan risiko bahayanya.
5. Perlu diadakan penyesuaian terhadap peralatan kerja SDM Rumah Sakit seperti
mengidentifikasi ergonomi terhadap peralatan kerja dan risiko peralatan
kerjanya.
Seperti yang tercantum dalam Kepmenkes RI No. 1087 Tahun 2010 tentang standart
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Rumah Sakit bahwa penyesuaian terhadap
peralatan kerja SDM dikatakan sudah diterapkan apabilah telah melakukan :
1. Identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap perlatan kerja dan SDM
Rumah Sakit.
2. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan
risiko ergonomi. Pentingnya penyesuaian peralatan kerja SDM adalah untuk
menghindari Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) yang disebabkan karena golongan ergonomi (penyakit yang disebabkan
karena prinsip-prinsip peralatan kerja, proses kerja dan tempat kerja) misalnya
nyeri otot, kelelahan fisik, deformitas tulang, dislokasi dan kecelakaan).

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawat merupakan salah satu tenaga kerja medis yang berefek pada penyakit akibat
kerja di rumah sakit karena setiap hari kontak dengan pasien dalam tempo yang lumayan
lama 6 sampai 8 jam /hari, hingga tetap terpajan pada mikroorganisme pathogen bisa
membawa infeksi dari satu pasien ke pasien yang lainnya. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja merupakan upaya perlindungan tenaga kerja dari bahaya, penyakit dan kecelakaan
akibat kerja maupun lingkungan kerja. Penegakan diagnosis spesifik dan sistem
pelaporan penyakit akibat kerja penting dilakukan agar dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.

3.2 Saran
Pemahaman dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih kurang di
perhatikan oleh perawat maupun tenaga medis lainnya. Padahal faktor K3 sangat penting
dan harus diperhatikan oleh perawat dan tenaga medis dan hal ini menjadi tanggung
jawab bersama, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, Rumah Sakit dan pekerja
agar terhindar dari Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).

16
DAFTAR PUSTAKA
Oberty, Elvi. 2012. Efektofotas dalam penerapan teknologi pada (personal digital assistant) di
pelayanan keperawatan faculty of nursing, university of indonesia.

Budihardjo, A. (2012). Pentingnya Safety Culture di Rumah Sakit Upaya Meminimalkan


Adverse Events. International Research Journal of Business Studies, 1(1).

https://osf.io/cwveq/download/?format=pdf

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/h6a58/download/%3Fformat
%3Dpdf&ved=2ahUKEwjNsfmBlYzuAhWF7HMBHcx6CxwQFjADegQIDRAI&usg=
AOvVaw2dhY0_HVNRd38qEsE86s-9

https://osf.io/kvtne/download?format=pdf

https://id.scribd.com/document/427200877/Makalah-Peran-Kerja-Tim-Untuk-
Keselamatan-Pasien

https://osf.io/mt9v6/download/?format=pdf

17

Anda mungkin juga menyukai