Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR I
KONSEP DAN ASKEP AKTIVITAS & LATIHAN
DOSEN MATA KULIAH : Ns. Sabirin B. Syukur S.Kep
M.Kep

Nama : Ical kasim


NIM : C014191047
KELAS : B Keperawatan 2019

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEPERAWATAN
2019/2020
HALAMAN JUDUL............................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

A. Latar Belakang...................................................................

B. Rumusan Masalah..............................................................

C. Tujuan................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................

A. Penyebab...........................................................................

B. Cara penanggulangan.........................................................

C. Cara perfikir kritis..............................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................

A. Kesimpulan........................................................................

B. Saran ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat dan
rahmatNya tugas “Konsep dan askep aktivitas dan latihan” ini dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Harapan kami atas selesainya makalah ini adalah agar
masyarakat mendapat pengetahuan baru dan informasi yang lebih luas khususnya
tentang aktivitas dan latihan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Sabirin B. Sukur M.Kep.


dosen yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian tugas ini. Kami
menyadari walaupun sudah berusaha semampu kami dalam menyusun tugas ini
masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, pengolahan maupun dalam
penyusunan Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana

manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan

aktivitas/pergerakan dan istrahat merupakan suatu kesatuan yang saling

berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah

adanya kemampuan seseorang yang tidak terlepas dari kekuatan sistem

persyarafan dan musculoskeletal. Manusia mempunyai kebutuhan untuk

bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi diri

dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari

musculoskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan

yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara

efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara

aman dalam menggerakan serta mempertahankan keseimbangan dalam

beraktivitas. Imobilitas merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat

bergerak secara bebas karena kondisi mengganggu pergerakan (aktivitas).

Rumusan Masalah

a. Apa definisi dari kebutuhan aktivitas dan latihan?

b. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan aktivitas?


c. Faktor apa saja yang mempengaruhi aktivitas dan latihan?

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis dapat menyimpulkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui apa pengertian aktivitas dan latihan

2.Untuk mengetahui sistem apasaja yang berperan dalam kebutuhan

aktivitas
BAB II
PEMBAHASAN
I. KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak

dimana manusia memerlukan untuk dapat

memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda

kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang

melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan

bekerja.Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi

sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan

berfungsi dengan baik, dan metablisme tubuh dapat

optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak

terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan

muskuloskeletal.Aktivitas fisik yang kurang

memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan

pada system musculoskeletal seperti atrofi otot,

sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan

ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.

Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang

dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan

postur tubuh.Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi

sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan


fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi

gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan

selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena

apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas fisik secara

adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi

lemah sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.

Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan

aktif pada seseorang termasuk di dalamnya adalah makan/minum,

mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah

dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat

meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain

itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah individu

tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut

pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan

intoleransi aktivitas yang harus di prioritaskan

II. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM

KEBUTUHAN AKTIVITAS

a. TULANG

Tulang Merupakan Organ Yang Memiliki Berbagai Fungsi,

Yaitu Fungsi Mekanisme Untuk Membentuk Rangka Dan

Tempat Meletaknya Berbagai Otot, Fungsi Sebagai Tempat

Penyimpanan Mineral Khususnya Kalsium Dan Fosfor Yang


Bisa Di Lepaskan Setiap Saaat Sesuai Kebutuhan, Fungsi

Tempat Sum-Sum Tulang Dalam Bentuk Sel Darah Dan Fungsi

Pelindung Organ-Organ Dalam.

Terdapat 3 Jenis Tulang, Yaitu Tuklang Pipih Seperti

Tulang Kepala Dan Pelvis, Tulang Kubuid Seperti Tulang

Vertebra Dan Tulang Tarsalia, Dan Tulang Panjang Seperti

Tulang Vemur Dan Tibia.

b. OTOT DAN TENDON

Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang

memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot

memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan

tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat

dengan sangat kuat dengan tempat insersinya di tulang.

Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi otot tidak

dapat menggerakkan organ di tempat insersi tendon yang

bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan

akar dapat berfungsi kembali.

c. LIGAMENT

Ligament merupakan bagian yang menghubuungkan tulang

dengan tulang. Ligament pada lutut merupakan struktur penjaga


stabilitas, oleh karna itu jika terputus akan mengakibatkan

ketidak stabilan.

d. SYSTEM SARAF

System syaraf terdiri atas system saraf pusat (otak dan

medulaspinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari system

saraf pusat). Setiap saraf memiliki bagian somatic dan otonom.

Somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya

kerusakan pada system saraf pusat seperti pada fraktur tulang

belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum,

sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan

terganggunya daerah yang diinerversi, dan kerusakan pada saraf

radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguang sensorik

di daerah radial tangan.

e. SENDI

Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu.

Sendi membuat sigmentasi dari kerangka tubuh yang

memungkinkan gerakan atar segmen dan sebagai derajat

pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya

sendi synovial yang merupkan sendi ke dua ujung tulang

berhadapan dilapisi oleh kertilago artikuler, ruang sendi nya

tertutup kapsul sendi dan bersisi cairan synovial. Selain itu,


terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut dan jenis lain

seperti sindesmosis, sinkondrosis, dan simfisis.

III. FISIOLOGI AKTIVITAS

Gerakan terjadi melalui kombinasi kerja sistem

muskuloskeletal dan sistem saraf. Tidak hanya terbatas pada

gerakan fisikyang dapat kita lihat. Ini juga meliputi aktivitas

bertahan hidup yang tidak dapat dilihat secara kasat mata (misalnya

penapasan, pencernaan, sirkulasi). Komponen kunci dari gerakan

meliputi tulang, otot, sendi, dan saraf.

a. Tulang (skeleton) memberikan kerangka kerja untuk gerak.

Tulang yang rapuh memiliki kerangka kerja yang buruk dan

dapat memburuk kapan saja dan selanjutnya dapat menghalangi

gerak.

b. Sendi adalah titik bertemunya tulang. Ada tiga jenis senddi

berbeda: sinartrosis atau sendi serabut yang tidak mengizinkan

gerakan (batas tulang tengkorak); amfiartrosis atau sendi

kartilago yang mengizinkan gerakan ringan (tulang belakang);

dan diartrosis atau sendi synovial yang mengizinkan gerakan

maksimal. Sendi synovial paling banyak mendukung aktivitas.

Ligamen merupakan kumpulan jaringan serabut fleksibel yang

menghubungkan tulang satu dengan yang lain. Ligamen yang

robek menghambat stabilitas sendi dan akan merusak gerak.


c. Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon

(struktur berbentuk gelendong kuat yang melekatkan otot pada

tulang) untuk menghasilkan gerak.

d. Sama halnya dengan tidak dapat bergerak tanpa otot dan

tendon, otot tidak dapat bergerak tanpa bantuan sistem saraf

pusat (SSP). SSP mengendalikan krontraksi dan relaksasi otot,

yang pada gilirannya menyebabkan fleksi (bengkok) dan

ekstensi (lurus), yang pada akhirnya menghasilkan gerakan

yang terkoordinasi dengan baik.

IV. JENIS AKTIVITASANTARA LAIN

a. aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan

interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas

penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan

sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b. Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak

secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik

dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada

kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada

pasien paraplegi dapat mengalami aktivitas sebagian pada


ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan

sensorik. Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

i. Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan

individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya

sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma

reversibel pada system musculoskeletal, contohnya

adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.

ii. Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap.

Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system saraf

yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia

karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,

poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik

dan sensorik.

V. JENIS LATIHAN ANTARA LAIN:

a. Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran

gerakan otot dan sendi.

b. Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada

penambahan daya tahan kardiovaskular.

c. Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot

jangka pendek.

Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan


berat badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang

sering dan teratur memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh,

dan membantu mencegah penyakit kekayaan seperti jantung,

penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2 dan obesitas.

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS

DAN LATIHAN

a. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi

kemampuan aktivitas seseorang karena berdampak pada

perilaku kebiasaan sehari-hari.

b. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi

kemmapuan aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi

system tubuh.

c. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga

dipengaruhi kebudayaan, contohnya orang yang memiliki

budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan aktivitas

yang kuat, sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan

aktivitas (sakit) karena budaya dan adat dilarang beraktivitas.

d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.

e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan

fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

Intolerensi aktivitas/ penuruna kekuatan


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN


LATIHAN

I. PENGKAJIAN

Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan


adalah sebagai berikut:

1. Riwayat keperawatan sekarang

Pengkajian ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi gangguan


kebutuhan aktivitas dan latihan.

2. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita

Pengkajian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.

3. Kemampuan fungsi motorik

Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki baik kanan dan kiri
untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastic.

4. Kemampuan aktivitas

Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk,


berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
5. Kemampuan rentang gerak

Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan
kaki.

6. Perubahan intoleransi aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada


system pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding
thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat
respirasi. Sedangkan yang berhubungan dengan perubahan system
kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau
perubahan posisi.

7. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi

Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.

8. Perubahan fisiologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
aktivitas dan iaktivitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas struktur
tulang akibat fraktur, dan nyeri.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (neglected fraktur tibia fibula
dekstra)
3. Kurangnya perawatan diri (self care deficit) : toileting, bathing,
dressing/grooming, feeding berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, dan kelemahan.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose keperawatan Rencana keperawatan


Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1. Gangguan aktivitas fisik NOC : NIC :
Exercise therapy :
berhubungan dengan a. Mobility Level
ambulation
kehilangan integritas b. Self care : ADLs a. Monitoring vital sign

struktur tulang akibat c. Transfer sebelum/sesudah

fraktur, dan nyeri performance latihan dan lihat

Definisi : Kriteria Hasil : respon pasien saat

Keterbatasan dalam a. Klien meningkat latihan

kebebasan untuk pergerakan dalam aktivitas b. Ajarkan pasien atau

fisik tertentu pada bagian fisik tenaga kesehatan lain

tubuh atau satu atau lebih b. Mengerti tujuan tentang teknik

ekstremitas secara mandiri dari peningkatan ambulasi

dan terarah mobilitas c. Kaji kemampuan

Batasan karakteristik : c. Memverbalisasikan pasien dalam

a. Postur tubuh yang tidak perasaan dalam mobilisasi

stabil selama melakukan meningkatkan d. Latih pasien dalam

kegiatan rutin harian kekuatan dan pemenuhan

b. Keterbatasan kemampuan kemampuan kebutuhan ADLs

untuk melakukan berpindah secara mandiri sesuai

keterampilan motorik d. Memperagakan kemampuan

kasar penggunaan alat e. Dampingi dan Bantu

c. Keterbatasan kemampuan Bantu untuk pasien saat mobilisasi

untuk melakukan mobilisasi (walker) dan bantu penuhi

keterampilan motorik kebutuhan ADLs ps.

halus f. Berikan alat Bantu

d. Keterbatasan ROM jika klien

e. Usaha yang kuat untuk memerlukan.

perubahan gerak Ajarkan pasien bagaimana

Faktor yang berhubungan : merubah posisi dan

a. Kurang pengetahuan berikan bantuan jika

tentang kegunaan diperlukan


pergerakan fisik
b. Tidak nyaman nyeri
c. Kerusakan
muskuloskeletal dan
neuromuskuler
d. Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina

2. Nyeri akut NOC : NIC :


Definisi : a. Pain Level, a.Lakukan pengkajian
Sensori yang tidak b. pain control, nyeri secara
menyenangkan dan c. comfort level komprehensif termasuk
pengalaman emosional yang Setelah dilakukan lokasi, karakteristik,
muncul secara aktual atau tinfakan keperawatan durasi, frekuensi,
potensial kerusakan jaringan selama …. Pasien tidak kualitas dan faktor
atau menggambarkan adanya mengalami nyeri, presipitasi
kerusakan (Asosiasi Studi dengan kriteria hasil: b. Observasi reaksi
Nyeri Internasional): a. Mampu mengontrol nonverbal dari
serangan mendadak atau nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
pelan intensitasnya dari nyeri, mampu c.Bantu pasien dan
ringan sampai berat yang menggunakan tehnik keluarga untuk mencari
dapat diantisipasi dengan nonfarmakologi untuk dan menemukan
akhir yang dapat diprediksi mengurangi nyeri, dukungan
dan dengan durasi kurang mencari bantuan) d.Kontrol lingkungan yang
dari 6 bulan. b. Melaporkan bahwa dapat mempengaruhi
Batasan karakteristik : nyeri berkurang nyeri seperti suhu
a. Laporan secara verbal dengan menggunakan ruangan, pencahayaan
atau non verbal manajemen nyeri dan kebisingan
b. Fakta dari observasi c. Mampu mengenali e.Kurangi faktor
c. Gerakan melindungi nyeri (skala, presipitasi nyeri
d. Tingkah laku berhati-hati intensitas, frekuensi f. Kaji tipe dan sumber
e. Gangguan tidur (mata dan tanda nyeri) nyeri untuk menentukan
sayu, tampak capek, sulit d. Menyatakan rasa intervensi
atau gerakan kacau, nyaman setelah nyeri g. Ajarkan tentang teknik
menyeringai) berkurang non farmakologi: napas
f. Fokus menyempit e. Tanda vital dalam dala, relaksasi, distraksi,
(penurunan persepsi rentang normal kompres hangat/ dingin
waktu, kerusakan proses f.Tidak mengalami h.Berikan analgetik untuk
berpikir, penurunan gangguan tidur mengurangi nyeri:
interaksi dengan orang ……...
dan lingkungan) i. Tingkatkan istirahat
g. Perubahan dalam nafsu j. Berikan informasi
makan dan minum tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
Faktor yang berhubungan : berkurang dan antisipasi
Agen injuri (biologi, kimia, ketidaknyamanan dari
fisik, psikologis) prosedur
DS: k.Monitor vital sign
a. Laporan secara verbal sebelum dan sesudah
DO: pemberian analgesik
a. Posisi untuk menahan pertama kali
nyeri
b. Tingkah laku berhati-hati
c. Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,
menyeringai)
d. Terfokus pada diri sendiri
e. Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan orang dan
lingkungan)
f. Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
g. Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
h. Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah
ke kaku)
i. Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
j. Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
3. Kurangnya NOC : NIC :
perawatan a. Self care : Activity Self Care assistane :
Berhubungan of Daily Living ADLs
dengan : penurunan (ADLs) a. Monitor kemempuan
atau kurangnya Setelah dilakukan klien untuk perawatan
motivasi, hambatan tindakan keperawatan diri yang mandiri.
lingkungan, selama …. Defisit b. Monitor kebutuhan
kerusakan perawatan diri teratas klien untuk alat-alat
muskuloskeletal, dengan kriteria hasil: bantu untuk
kerusakan a. Klien kebersihan diri,
neuromuskular, terbebas dari bau berpakaian, berhias,
nyeri, kerusakan badan toileting dan makan.
persepsi/ kognitif, b. Menyatakan c. Sediakan bantuan
kecemasan, kenyamanan sampai klien mampu
kelemahan dan terhadap secara utuh untuk
kelelahan. kemampuan untuk melakukan self-care.
DO : melakukan ADLs d. Dorong klien untuk
ketidakmampuan untuk c. Dapat melakukan melakukan aktivitas
mandi, ketidakmampuan ADLS dengan sehari-hari yang
untuk berpakaian, bantuan normal sesuai
ketidakmampuan untuk kemampuan yang
makan, ketidakmampuan dimiliki.
untuk toileting e. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
f. Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
g. Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
h. Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf
untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan
ambulasi merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan
mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.
Pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok otot tertentu
digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman.
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti
pengetahuan tentang pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan
gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari system skeletal, otot
skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot tertentu yang
terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk
postur/bentuk tubuh
B. SARAN
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok
bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa
yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua.

Daftar pustaka
1. Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
2. Elis J.R, Nowlis E.A. 1985.Nursing a Human Needs Approach. Third
Edition. Houghton Mefflin Company. Boston.
3. Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008.Nursing Outcomes
Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
4. McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention
Classification Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri
5. Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:
Teori dan Aplikasi dalam praktik. EGC: Jakarta
6. North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses
: Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai