Anda di halaman 1dari 10

NAMA : Ical Kasim

KELAS : B KEPERAWATAN (2019)


NIM : C01419
DOSEN PENGAJAR :

MATA KULIAH ILMU DASAR KEPERAWATAN II


1. Gambar proses infeksi ( berikan keterangan dan jelaskan juga dengan bentuk kalimat)

perlihatkan kesembuhan dengan hilangnya tanda dan gejala infeksi


 Proses terjadinya infeksi yang di gambarkan seperti rantai yang saling terkait
antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi (pathogenic
microorganism) reservoir, portal of exit (means of exit), cara penularan (mode of
transmission), portal of entry (means of entry dan host/pejamu.
2. Nama-nama bakteri,virus,parasit,jamur

Nama bakteri Nama virus Nama jamur Nama


parasit
- Salmonella - HIV - Pleurotes Ascaris
typhosa

- Haemophilus - Ebola - Penicillium Fasciola


influenza

- Shigella - Corona - Lentinus Enterobi


dysenteriae Paramyxovir edodes us
us

- Mycobocterium - Herpes - Hitoplasma Cacing


leprae Simplex capsulatum pipih
darah
- Neisseria - Dengue - Aspergillus Cacing
Meningitidis niger pita
- Treponema - Poliomielitis - Aspergillus Cacing
palidum oryzae tambang

- Neisseria - RSV - Candida


gonorrhoeae (Respiratory albicans
syncytial
virus)

- Mycobacterium - Rota Virus


tuberculosis

- Vibrio comma - Virus Hanta


bakteri

- Smallpox

- Marburg

- Influenza

3.
3. APA ITU COVID-19 ?
A. COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang
baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak
dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember
2019.Coronavirus adalah jenis virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui dapat menyebabkan penyakit dengan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2 .Coronavirus dapat menyebabkan penyakit pernapasan,
kebanyakan orang memang terinfeksi virus ini seumur hidup mereka, tetapi dalam
kasus yang parah, virus itu diketahui menjadi alasan di balik pneumonia dan bronkitis,
penyakit saluran pernapasan.
B. DARI MANA ASAL VIRUS CORONA?
Beberapa jenis virus corona beredar di sejumlah hewantermasuk kucing, kelelawar,
unta dan babi dan beberapa coronavirus ini zoonosis yang berarti mereka memiliki
kemampuan melompat dari hewan ke orang-orang. Ini disebut acara limpahan. Ini bisa
disebabkan oleh berbagai faktor seperti peningkatan kontak antara hewan dan manusia atau
evolusi virus tempat mereka bergabung atau bermutasi dengan virus lain dan membuat jenis
baru yang dapat menginfeksi orang. Untuk misalnya, SARS-CoV diketahui ditularkan dari
kucing luwak dan MERS- CoV dari unta.

C. -PATOFISIOLOGI COVID 19

Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel


manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi
ekspresi gen yang mambantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus
corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan
menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.[2,3]
severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) menggunakan
reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2), yang ditemukan pada traktus
respiratori bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk.
Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada pernukaan sel
manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding
domain  (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel
virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel
inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk
kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan
menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein struktural dan
tambahan.

Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid,


dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian
akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui
eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati,
intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratori bawah, yang kemudian menyebakan
gejala pada pasien.

- PATOGENESIS COVID-19

SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel melalui reseptor angiotensin-converting


enzyme 2 (Ace2). Pada paru manusia, reseptor ini diekspresikan oleh sel epitel
alveolar tipe I dan II. Diantara kedua sel ini 83% sel alveolar tipe II
mengekspresikan Ace2 sehingga sel ini merupakan target utama dari SARS-
CoV-2.

Model infeksi SARS-CoV2 pada alveolus


Masuknya virus ke reseptor ini kemudian akan menyebabkan ekspresi Ace2
meningkat yang kemudian menyebabkan kerusakan sel alveolar. Kerusakan ini
kemudian akan membangkitkan respon reaksi sistemik yang berat dan bahkan
kematian. Respon imun inilah yang menyebabkan kondisi klinis berat seperti
sepsis.

Respon imun pada COVID


D. Manifestasi Klinis COVID-19
Gejala klinis COVID-19 sangat beragam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala
ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80%
kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1%
pasien jatuh ke dalam keadaan kritis.

Gejala ringan berupa pasien dengan infeksi akut saluran napas atas tanpa komplikasi,
bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia,
malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak
membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan
diare dan muntah.

Adapun gejala berat berupa pneumonia yaitu demam ditambah dengan salah satu dari
gejala berikut:

 Frekuensi pernapasan >30x/menit


 Distres pernapasan berat
 Saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen

E. Penegakan diagnosis(tuliskan juga dasar penegakan diagnosis)

Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama: demam, batuk kering
(sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak.
Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible
1.Seseorang yang mengalami:

a) Demam (≥380C) atau riwayat demam


b) Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
c) Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau gambaran
radiologis. (pada pasien immunocompromised presentasi kemungkinan
atipikal) DAN disertai minimal satu kondisi sebagai berikut :
 Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/ negara yang
terjangkit* dalam 14 hari sebelum timbul gejala
 Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat
pasien infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) berat yang tidak
diketahui penyebab / etiologi penyakitnya, tanpa memperhatikan
riwayat bepergian atau tempat tinggal.29

2.Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan sampai berat dan

salah satu berikut dalam 14 hari sebelum onset gejala:


 Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19,
 Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah teridentifikasi),
 bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan kasus
terkonfirmasi atau probable infeksi COVID-19 di Tiongkok atau
wilayah/negara yang terjangkit.
 Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam (suhu
≥380C) atau riwayat demam.
Orang dalam pemantauan

Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam tanpa pneumonia
yang memiliki riwayat perjalanan ke tiongkok atau wilayah / Negara yang terjangkit, dan
tidak memiliki satu atau lebih riwayat paparan diantaranya:

a) Riwat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID -19


b) Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien
konfirmasi COVID-19 di Tiongkok atau wilayah / Negara yang terjangkit ( sesuai
dengan perkembangan penyakit ),
c) Memiliki riwayat kontak dengan hewan penularan ( jika hewan penular
teridentifikasi )
Kasus Probable

Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19 tetapi inkonklusif atau
tidak dapat disimpulkan atau seseorang dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus
atau beta-coronavirus.

F. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis COVID-19 didasari dengan pemeriksaan penunjang. CT scan toraks non


kontras merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi COVID-
19. Nucleic acid amplification test (NAAT) dan tes serologi merupakan tes diagnostik untuk
mengonfirmasi diagnosis COVID-19.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan umum yang dapat menunjang


diagnosis COVID-19. Berikut ini merupakan beberapa tes laboratorium yang dapat dilakukan
pada pasien COVID-19:

Pemeriksaan Darah:

Kelainan hasil tes laboratorium darah pasien COVID-19 telah dilaporkan oleh beberapa
studi. Berikut ini merupakan beberapa kelainan pemeriksaan darah lengkap yang telah
dilaporkan:

a) Limfopenia

b) Leukopenia

c) Leukositosis

d) Eosinopenia

Analisa Gas Darah (AGD):

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) umumnya dilakukan pada pasien COVID-19
dengan keadaan buruk, seperti sesak berat atau sepsis. Hipoksemia dapat ditemukan pada
pasien dengan keadaan berat. Pada pasien dengan hiperventilasi umumnya akan ditemukan
alkalosis respiratori. Rhabdomyolysis juga dilaporkan sebagai komplikasi akhir pasien
COVID-19, sehingga penemuan asidosis laktat dengan peningkatan anion gap juga dapat
ditemukan. Acute respiratory distress syndrome (ARDS) dapat didiagnosis dengan
PaO2/FiO2 ≤300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤315 mmHg.
Tes Laboratorium Lainnya:

Beberapa kelainan tes laboratorium juga dilaporkan pada beberapa studi. Pada peningkatan
kadar D-dimer yang disertai limfositopenia berat dihubungkan dengan peningkatan risiko
mortalitas. Berikut ini merupakan beberapa kelainan hasil laboratorium yang ditemukan pada
pasien COVID-19:

a) Peningkatan laktat dehidrogenase

b) Peningkatan kadar ferritin

c) Peningkatan aminotransferase

d) Peningkatan prokalsitonin

e) Peningkatan kadar D-dimer[5,6,20,25]

Pencitraan

Berikut ini merupakan tes pencitraan yang dapat dilakukan pada pasien COVID-19:

CT Scan Toraks Nonkontras:

Pemeriksaan CT scan toraks nonkontras sangat disarankan pada pasien yang dicurigai
terjangkit COVID-19. Kelainan pada CT scan umumnya terdistribusi bilateral, periferal, dan
pada basal. Berikut ini merupakan beberapa tanda yang ditemukan pada beberapa studi dalam
pemeriksaan CT scan toraks nonkontras:

a) Ground glass opacification (GGO) dengan distribusi perifer atau posterior, terutama


pada lobus bawah
b) Crazy paving appearance: GGO dengan penebalan septal inter/intra-lobular
c) Konsolidasi bilateral, perifer, dan basal
d) Penebalan bronkovaskular
e) Bronkiektasis traksi
G. Tata Laksana umum
1) Isolasi pada semua kasus. Sesuai dengan gejala klinis yang muncul,baik
ringan
maupun sedang.
2) Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4) Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan ,distress
napas,hipoksemia atau syok.Terapi oksigen pertama sekitar 5L/menit dengan
target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil dan ≥92-95% pada pasien hamil.
5) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6) Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok Pasien dengan
SARI
Harus diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian terlalu
agresif
dapat memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring
keseimbangan cairan dan elektrolit.
7) Pemberian antibiotic empiris
8) Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya jika
memang diperlukan
9) Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana
pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.
10) Observasi ketat
Pahami komorbid pasien

H. Pencegahan

Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus corona. Namun, setidaknya
ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjangkit virus ini. Berikut
upaya yang bisa dilakukan: 

 Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik hingga bersih.
 Hindari menyentuh wajah, hidung, atau mulut saat tangan dalam keadaan kotor atau
belum dicuci.
 Hindari kontak langsung atau berdekatan dengan orang yang sakit.
 Hindari menyentuh hewan atau unggas liar. 
 Membersihkan dan mensterilkan permukaan benda yang sering digunakan. 
 Tutup hidung dan mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu. Kemudian, buanglah
tisu dan cuci tangan hingga bersih. 
 Jangan keluar rumah dalam keadaan sakit.
 Kenakan masker dan segera berobat ke fasilitas kesehatan ketika mengalami gejala
penyakit saluran napas

Anda mungkin juga menyukai