Oleh :
1. ANDHIX EKO CAHYONO Nim. 2014314201062
2. EKO NOVIANTO Nim. 2014314201072
3. ARIF PRASETYA Nim. 2014314201069
4. ROHMAH KURNIA SUSANTI Nim. 2014314201066
5. NOVY NORLILAH Nim. 2014314201067
6. HERMAN HIDAYAT Nim. 2014314201079
7. CITRO HASTHARING RATRI Nim. 2014314201064
8. GALIH ADITYA PUTRANTO Nim. 2014314201061
9. DIAH RETNONINGTYASTUTI Nim. 2014314201065
10. AGUNG DARMAWAN Nim. 2014314201068
11. AMINATUS SA’DIYAH Nim. 2014314201070
12. USMAN MANSUR Nim. 2014314201071
13. MARIA MONICA WARAT Nim. 2014314201026
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG
Jl. Akordion Timur Selatan No.8b Kota Malang
2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul "Triage System Singapura" mata kuliah
Keperawatan Kegawatdaruratan I di Stikes Maharani Malangr tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang
telah membantu. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Triage berasal dari bahasa prancis yaitu “Trier” yang berarti membagi kedalam tiga
kelompok ( department of emergency medicine Singapore general hospital (DEM SHG), 2005 ).
System ini di kembangkan di medan pertempuran dan di gunakan bila terjadi bencana. Di medan
pertempuran, triage digunakan untuk menentukan prioritas penangan pada perang dunia I.
klasifikasi ini digunakan oleh militer perang , untuk mengindentifikasi dan melakukan
penanganan pada tentara korban perang yang mengalami luka ringan dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan penganganan dapat kembali ke medan perang.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Triage ?
2. Apa yang dimaksud dengan tujuan Triage ?
3. Apa prinsip dari Triage ?
4. Apa saja metode dari Triage ?
5. Apa saja tahapan Triage ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Triage
2. Untuk mengetahui tujuan Triage
3. Untuk mengetahui prinsip Triage
4. Untuk mengetahui metode Triage
5. Untuk mengetahui tahapan Triage
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TRIAGE
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara
yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang
paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang
memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage,
perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan
memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit.
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam
bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar
beratnya cedera ataupenyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat.
Kiniistilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konseppengkajian yang
cepat dan berfokus dengan suatu cara yangmemungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan sertafasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang
memerlukanperawatan di UGD setiap tahunnya. (Pusponegoro, 2010)
B. TUJUAN TRIAGE
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.
Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya, untuk
menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu:
Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
C. FUNGSI TRIAGE
1. Menilai tanda-tanda dan kondisi vital dari korban.
2. menetukan kebutuhan media
3. menilai kemungkinan keselamatan terhadap korban.
4. menentukan prioritas penanganan korban.
5. memberikan pasien label warna sesuai dengan skala prioritas.
1) Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya sebagai
berikut :
Prioritas 1 atau Emergensi
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera
Pasien dibawa ke ruang resusitasi
Waktu tunggu 0 (Nol)
Prioritas 2 atau Urgent
Pasien dengan penyakit yang akut
Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
Waktu tunggu 30 menit
Area Critical care
2) Sistem Triage
Non Disaster :
Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien
Disaster :
Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak
Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang
mengindikasikan kebutuhan untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk tersebut meliputi :
1. Nyeri hebat
2. Perdarahan aktif
3. Stupor / mengantuk
4. Disorientasi
5. Gangguan emosi
6. Dispnea saat istirahat
7. Diaforesis yang ekstrem
8. Sianosis
9. Tanda vital di luar batas normal
F. PROSES TRIAGE
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus mulai
memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian,
misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di brankar sebelum mengarahkan ke
ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih
dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama. Perawat
triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat;
misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan monitor jantung
dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan
setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya
sekali setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat,
pengkajian dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu.Setiap pengkajian ulang harus
didokumentasikan dalam rekam medis.Informasi baru dapat mengubah kategorisasi
keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.Misalnya kebutuhan untuk memindahkan
pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika
pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkop, atau diaforesis. (Iyer, 2004).
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia
mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani
terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif
sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian
kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data
primer).
G. DOKUMENTASI TRIAGE
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau
merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang
dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan
yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien. Dokumentasi
merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien,
kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.
Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan
klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama
asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan
koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap
suatu fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan
ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak
bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan secara
baik dan benar.
Dokumentasi yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar nasional
berperan sebagai alat manajemen resiko bagi perawat UGD. Hal tersebut memungkinkan
peninjau yang objektif menyimpulkan bahwa perawat sudah melakukan pemantauan
dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan.
Pencatatan, baik dengan computer, catatan naratif, atau lembar alur harus menunjukkan
bahwa perawat gawat darurat telah melakukan pengkajian dan komunikasi, perencanaan
dan kolaborasi, implementasi dan evaluasi perawatan yang diberikan, dan melaporkan
data penting pada dokter selama situasi serius. Lebih jauh lagi, catatan tersebut harus
menunjukkan bahwa perawat gawat darurat bertindak sebagai advokat pasien ketika
terjadi penyimpangan standar perawatan yang mengancam keselamatan pasien.
(Anonimous,2002).
Rencana perawatan lebih sering tercermin dalam instruksi dokter serta dokumentasi
pengkajian dan intervensi keperawatan daripada dalam tulisan rencana perawatan formal
(dalam bentuk tulisan tersendiri). Oleh karena itu, dokumentasi oleh perawat pada saat
instruksi tersebut ditulis dan diimplementasikan secara berurutan, serta pada saat terjadi
perubahan status pasien atau informasi klinis yang dikomunikasikan kepada dokter secara
bersamaan akan membentuk “landasan” perawatan yang mencerminkan ketaatan pada
standar perawatan sebagai pedoman.
Dalam implementasi perawat gawat darurat harus mampu melakukan dan
mendokumentasikan tindakan medis dan keperawatan, termasuk waktu, sesuai dengan
standar yang disetujui. Perawat harus mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien
berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk menentukan perkembangan pasien ke
arah hasil dan tujuan dan harus mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi
pengobatan dan perkembangannya.Standar Joint Commision (1996) menyatakan bahwa
rekam medis menerima pasien yang sifatnya gawat darurat, mendesak, dan segera harus
mencantumkan kesimpulan pada saat terminasi pengobatan, termasuk disposisi akhir,
kondisi pada saat pemulangan, dan instruksi perawatan tindak lanjut.
A. Kesimpulan
Sistem triage ini digunakan untuk menentukan prioritas penanganan kegawat daruratan.
Sehingga perawat benar-benar memberikan pertolongan pada pasien yang sangat membutuhkan,
dimana keadaan pasien sangat mengancam nyawanya, namun dengan penanganan secara cepat
dan tepat, dapat menyelamatkan hidup pasien tersebut. Tidak membuang wakunya untuk pasien
yang memang tidak bisa diselamatkan lagi, dan mengabaikan pasien yang membutuhkan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penulisan makalah ini adalah pemberian pertolongan
dalam keadaan darurat harus dilakukan secara tepat dan tepat berdasarkan penggolongan masing-
masing cedera yang dialami. Sehingga dengan pertolongan yang cepat dan tepat dapat
meminimalisir untuk terjadinya suatu keadaan yang mengancam jiwa dan keadaan yang dapat
menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA