N
DENGAN APENDIKSITIS DI RUANG AROFAH
RS ANNISA CIKARANG
Disusun Oleh :
1. SUHERNING
2. TASMI
3. WAHYU BUDI
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan studi kasus ini tepat pada waktunya.
Tanpa dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat
menyelesaikan studi kasus ini dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Penulis sadar dalam penyusunan studi kasus ini masih ada beberapa
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan penyempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, pembaca pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan........................................................................ 2
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.................................................................................. 27
B. Masalah dan Diagnosa Potensial .............................................. 27
C. Tindakan Segera......................................................................... 28
D. Intervensi, Implementasi, Evaluasi............................................ 28
E. Pendokumentasian..................................................................... 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 29
B. Saran.......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang sehat
dan kuat. Tubuh yang sehat dan kuat akan memberikan kemudahan dalam
melakukan berbagai macam aktivitas yang vital bagi setiap orang. Aktivitas
yang dilakukan tentunya mendukung proses kehidupan dan interaksi antar
manusia yang satu dan yang lainnya.
Setiap detik dunia mengalami perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan seperti kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya,
ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Semua itu mengarah kepada penyeragaman,
kita dapat melihat polahidup, ekonomi, budaya, dan teknologi yang mirip
disetiap negara. Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari,
pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk
menanamkan pola hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul adalah
apendiksitis.
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung
yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang
paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya
merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi
(Wilson & Goldman, 2003).
Data Statistik Kasus Appendicitis di RS Annisa Cikarang menyebutkan
bahwa pada tahun 2015 terdapat 370 kasus sedangkan pada tahun 2016
terdapat 393 kasus. Sementara pada tahun 2017 terjadi peningkatan yang
cukup signifikan yaitu sebanyak 506 kasus. Berdasarkan data tersebut, kami
tertarik untuk mengambil makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada pasien APPENDICITIS di RS Annisa Cikarang”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan yang baik dan benar pada kasus
Apendiksitis di RS Annisa Cikarang
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu menemukan data fokus selama melakukan asuhan
keperawatan pada kasus Apendiksitis di RS Annisa Cikarang.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada kasus
Apendiksitis di RS Annisa Cikarang.
c. Penulis mampu menetapkan rencana keperawatan berdasarkan
prioritas diagnosa keperawatan pada kasus Apendiksitis di RS Annisa
Cikarang.
d. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana
keperawatan selama melakukan asuhan keperawatan pada kasus
Apendiksitis di RS Annisa Cikarang.
e. Penulis mampu mengevaluasi tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah keperawatan pada kasus Apendiksitis di RS Annisa Cikarang.
f. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Apendiksitis di RS Annisa Cikarang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm
(94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks
berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung
menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.(Brunner dan Sudarth, 2002).
Apendiksitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti
kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab
yang paling umum dari apendiksitis adalah obstruksi kuman oleh fases yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi (Wilson dan Goldman 2003).
Apendiksitis Adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk,
2007).
B. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1) Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya fekalit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
3) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan
limpoid pada masa tersebut. (Nuzulul, 2009)
C. Klasifikasi
1. Apendiksitis akut
Apendiksitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendiksitis
akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh
proses infeksi dari apendiks.
penyebab obstruksi dapat berupa :
a. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
b. Fekalit
c. Benda asing
d. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan cairan mukosa yang diproduksi tidak
dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra
luminer sehingga menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada
dinding apendiks.
Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke
apendiks.
2. Apendiksitis Purulenta (Supurative Apendiksitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan
trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks.
Mikro organisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding
appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena
dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema,
hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai
dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik
Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan
defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
peritonitis umum.
3. Apendiksitis kronik
Diagnosis apendiksitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua
syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik
apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan menghilang
satelah apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh
dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens
apendisitis kronik antara 1-5 persen.
4. Apendiksitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil
patologi menunjukan peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn
apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna
kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko
untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen.Insidens apendisitis rekurens
biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.Pada
apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita
datang dalam serangan akut.
5. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin
akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa
jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi.
Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma yang
dicurigai bisa menjadi ganas. Penderita sering datang dengan eluhan ringan
berupa rasa tidak enak di perut kanan bawah. Kadang teraba massa
memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila terjadi infeksi, akan timbul
tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.
6. Tumor Apendiks
Adenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke
limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan yang akan memberi
harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi.
7. Karsinoid Apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang
didiagnosis prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut.
Sindrom karsinoid berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak
napas karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar
6% kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang
menyebabkan gejala tersebut di atas. Meskipun diragukan sebagai keganasan,
karsinoid ternyata bisa memberikan residif dan adanya metastasis sehingga
diperlukan opersai radikal. Bila spesimen patologik apendiks menunjukkan
karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi
ileosekal atau hemikolektomi kanan
D. Manifestasi Klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendiksitis adalah
nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau
periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan
terkadang muntah , dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian
dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah. Di titik ini
nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatic
setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memelukan
obat pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya Karena bisa memepermudah
terjadinya perforasi . Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam
derajat rendah sekitar 37,5-38,5 derajat celcius . (Price dan Wilson, 2006).
E. Patofisiologi
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan
yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri
akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan
bawah.Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian
aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti
dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat
menjadi abses atau menghilang.Pada anak-anak, karena omentum lebih
pendek dan apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis.Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007)
F. Pathway (Mansjoer,2007)
Appendiks
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intraluminal
Nyeri
Apendicitis
Perforasi
Cemas Pembedahan operasi
PK perdarahan
Luka insisi
Jalan masuk kuman
Defisit self nyeri
Resiko infeksi
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik.
Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengencang ( distensi ).
Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri
dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign)
yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
Dengan tidakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di
angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas
sign).
Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari dari suhu ketiak (axilla),
lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif
dan tanda perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan
bila apendiks terletak di rongga pelvis maka obturator sign akan
positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000
-18.000/mm3.Jika terjadi peningkatan yang lebih dari kitu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
2. Pemeriksaan radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu).
Ultrasonografi (USG). CT scan.
Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan
apendikogram.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendksitis
meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita
yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian
antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada
penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian
cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendiksitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik
dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan
drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi
utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan
terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau
antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan
pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi
intra-abdomen.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi identitas pasien dan identitas keluarga.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan saat ini.
Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami
demam tinggi
2) Kesehatan keluarga.
Apakah pada anggota keluarga yg mengalami penyakit yg sama
seperti di derita oleh klien.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
4) Pengkajian pola fungsional Gordon
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,
alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya), karena
dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan
nutrisi akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
c) Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat
tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi
akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena
pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
b. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan Prosedur bedah
2) Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
3) Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan adanya luka
operasi
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. N
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 17 September 1996
Agama : Islam
No Medreg : 445605
Alamat : Perum BWI Blok B3 NO. 15
Tanggal masuk : 28 Maret 2022
Tanggal keluar : 31 Maret 2022
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri
b. Riwayat perawatan
Pada tahun 2021 pasien pernah di rawat di RS ANNISA dengan
diagnosa post curetase
c. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak 4 hari yang lalu pasien mengatakan nyeri perut bagian uluhati ,
intensitas nyeri 3(0-10) nyeri bertambah jika melakukan aktivitas,
disertai demam sejak semalam
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien belum pernah menderita penyakit yang seperti saat ini, pasien
pernah di rawat sebelumnya dengan diagnosa post curetase
e. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut penuturan pasien dalam anggota keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit seperti ini, hipertensi, asma,DM dan jantung.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda- tanda vital
TD : 116/77 mmHg
N : 111x/menit
S : 37,9 ºC
RR : 20 x/menit
2. Sistem respiratori
Pola nafas : Eupnoe
Tipe Pernafasan : Diafragma
Retraksi Dada : Tidak ada
Suara Nafas : Vesikuler
Batuk : Tidak ada
Suara perkusi : Sonor
3. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi : CRT <3 detik
Edem : Tidak ada
Bunyi Jantung : Normal
4. Sistem integumen
Turgor : Elastis
Luka : Tidak ada
5. Sistem neurologi
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E:4, M:6, V:5)
6. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada keluhan
7. Leher
Simetris
8. Abdomen
Tidak ada keluhan
9. Sistem Reproduksi
Tidak ada keluhan
C. Kebutuhan Dasar
1. Status nutrisi
a. Berat Badan : 60 kg
Monitoring Screening Tools (MST)
2. Eliminasi
a. BAB : Normal, 1x/Hari, Konsistensi lembek
b. BAK : Normal, 5x/Hari, Warna kuning jernih
c. Keringat : Sedikit
D. Status Fungsional
1. Persepsi Sensorik
a. Penglihatan : Normal, Konjungtiva An Anemis
b. Pendengaran : Tidak ada keluhan
c. Penghidu : Tidak ada keluhan
d. Pengecapan : Tidak ada keluhan
2. Motorik (Indeks Bartel)
Nilai 20 : mandiri
3. Kognitif
a. Orientasi : Penuh
b. Bahasa : Indonesia
c. Kemampuan Membaca : Baik
E. Psikologis
1. Komunikasi : Verbal
2. Kemampuan bicara : Lancar
3. Ekspresi : Takut Masalah Keperawatan : Cemas
4. Pemahaman Penyakit : Ya
5. Pola Kebiasaan : Tidak ada
F. Sosial Ekonomi
1. Interaksi Sosial : Baik
2. Pendidikan Terakhir : SMA
3. Temapat Tinggal : Kontrakan
4. Pembiayaan : Bpjs
G. Asesmen Resiko Jatuh
Skala Morse (0-24) : Tidak Beresiko Jatuh
H. Asesmen Dekubitus
Skala Norton (16-20) : Resiko Rendah
I. Kebutuhan Edukasi
1. Penyakit Dan Penanganan
2. Obat- Obatan
3. Hand Hygiene
4. Bimbingan Spiritual
5. Penggunaan alat medis yang aman
J. Data Penunjang
1. Laboratorium
PAKET OPERASI 1
Hematologi
Hb : 11,6 gr/dl
Ht : 34%
L : 13.400 rb/ul
Tr : 301 rb/ul
Hemostatis
Masa perdarahan (BT) 1.00 menit
Masa pembekuan ( CT) 3.00 menit
Kimia Klinik
Glukosa darah sewaku 140 mg/dl
1. Lapixime 2x1gr Iv
2. Tofedex 3x1gr Iv
3. Esola 2x1 Iv
4 RL 30 Tpm
TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN / HYD RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN TTD /NAMA TGL STOP
8/03/18 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan 1 Lakukan pengkajian nyeri
Jam dengan agen cidera fisik tindakan keperawatan 2 Observasi reaksi non verbal dari
15.30 (prosedur bedah) di tandai selama 3x24 jam ketidaknyamanan
dengan : diharapkan pasien: 3 Bantu pasien dan keluarga untuk
DX I DS: 1 Mampu mencari dan menemukan dukungan
Pasien mengatakan nyeri mengontrol nyeri 4 Kurangi faktor pencetus nyeri
luka post operasi 2 Melaporkan bahwa 5 Ajarkan tentang teknik non
DO: nyeri berkurang farmakologi
mengekspresikan perilaku 3 Mampu mengenali 6 Kolaborasi pemberian analgetik
(meringis) nyeri (intensitas, untuk mengurangi nyeri Wahyu 10/3/18
frekuensi, dan
tanda nyeri)
Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa pembahasan teori dengan kenyataan yang
ada dilapangan dan menguraikan kesenjangan-kesenjangan yang ditemui serta mencari
jalan keluarnya yang sesuai dengan langkah-langkah dalam asuhan kesehatan. Maka
pembahasanya adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti
baik dalam pengumpulan data subjektif, objektif, dimana didukung oleh peralatan
dan pelayanan yang memadai.
Sesuai teoritis pemeriksaan fisik pada pasien dengan Apendiksitis gejala awal
yang timbul adalah nyeri pada perut kanan bawah . Apendiksitis pada Tn. H
didapatkan data bahwa Tn. H mengalami nyeri perut sebelah kanan bawah pada
saat di rumah dan jika di tekan terasa nyeri, hal ini sesuai dengan teori yang
didapatkan.
3. Tindakan Segera
Berdasarkan teori dan standart profesi keperwatan, maka pasien tidak boleh
mengkonsumsi obat nyeri agar tidak tersamarkan nyeri khas pada apendiksitis.
Pasien di anjurkan untuk banyak minum air putih hangat serta tekhnik relaksasi
untuk pengalihan nyeri dan mengkonsumsi makanan tinggi serat agar tidak
memperparah keadaan pada usus yang sudah mengalami obstruksi, jika hal itu
gagal maka tindakan segera yang harus dilakukan adalah berkolaborasi dengan
dokter spesialis bedah yaitu dengan apendiktomi. Apemdiktomi adalah metode
yang sesuai untuk membuang apendiks atau usus buntu yang sudah mengalami
obstruksi. Hal ini sesuai dengan kasus yang ditemukan dilapangan.
5. Pendokumentasian
Secara teori dan pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilakukan
dapat mengguinakan metode SOAP. Dilapangan juga menggunakan metode
SOAP.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang sudah dikemukakan oleh penulis mulai dari BAB I sampai
BAB IV sesuai dengan tahap – tahap proses keperawatan meliputi : Pengkajian,
Diganosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sebagaimana
uraian berikut:
1. Pada pengkajian hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda antara konsep teori
dan penerapan pada praktik.
2. Pada diagnosa keperawatan penulis tidak banyak mengalami kesulitan karena
diagnosa yang dijumpai dikasus hampir sama dengan yang ada di konsep teori.
3. Dalam perencanaan keperawatan penulis membuat rencana sesuai dengan
masalah yang dihadapi klien dan rencana yang disusun dalam tinjauan kasus
dapat dilaksanakan semua.
4. Pelaksanaan dalam tinjauan teori dan tinjauan kasus, penulis sajikan dalam
bentuk tabel yang sebagian tindakan keperawatan mengacu pada rencana
keperawatan seperti yang dijelaskan pada tinjauan kasus
5. Evaluasi merupakan langkah terakhir dimana penulis membandingkan respon
hasil setelah dilakukan tindakan dengan tujuan dan kriteria hasil pada
perencanaan untuk mengetahui apakah maslah pasien sudah teratasi atau
belum, dan pada tinjauan kasus masalah pasien suda teratasi.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Apendiksitis.
b. Dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan klien terutama untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
c. Dapat memberikan masukan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan
asuhan keperawatan sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit
Apendiksitis.
Pambudi, Krisna Suluh. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y dengan Gangguan
Sistem Pencernaan Post Operasi Hemoroidektomi hari ke-2 di Ruang Flamboyan
Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali. Karya Tulis Ilmiah.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.