PROSIDING
SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN :
UPDATE KEPERAWATAN BENCANA
Pengurangan Resiko Bencana
REVIEWER :
Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed
Ns. Yaslina, M.Kep, Sp. Kom
Ns. Ida Suryati, M.Kep
Dewi Yudiana Shinta, M.Si, Apt
Editor :
Anita Khairani, M.Si
Fitra Wahyuni, M.Si
Diterbitkan Oleh :
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
STIKes Perintis Padang
Alamat Penerbit :
Jl. Adinegoro Simpang Kalumpang Lubuk Buaya Padang, Sumatera Barat Indonesia
Telp. (+62751) 481992, Fax. (+62751) 481962
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kita senantiasa dalam keadaan sehat walafiat untuk dapat melaksanakan aktifitas
yang menjadi tanggung jawab kita. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan kepada zaman yang terang
akan penuh ilmu pengetahuan, semoga kita menjadi pengikutnya yang mendapat syafaat pada
akhir zaman, Amin Ya Rabbal Alamin.
Pada kesempatan ini izinkan kami Panitia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu terselenggaranya kegiatan ini serta kepercayaan yang diberikan kepada kami
untuk menyajikan materi Seminar Nasional Keperawatan: Update Keperawatan Bencana,
Pengurangan Resiko Bencana yang diselenggarakan di Istana Bung Hatta Kota Bukittinggi
pada Tanggal 27 November 2016. Proceeding ini berisi abstrak yang disajikan pada acara
tersebut.
Akhir kata kami Panitia berharap agar kumpulan abstrak ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia kesehatan dimasa yang akan datang, atas segala kekurangan kami mohon
maaf.
Wassalam,
Bukittinggi, 25 November 2016
TTD
PANITIA
DAFTAR ISI
MAKALAH KEPERAWATAN
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesiapan Masyarakat dalam Menghadapi
Bencana Erupsi Gunung Marapi di Kecamatan Sungai Puar
Oleh : Ida Suryati, Muhammad Arief dan Yaslina(STIKes Perintis Padang) .............. 1
Terapi Murotal Pengaruhi Adaptasi Nyeri Persalinan pada Ibu Inpartu Primipara
Oleh : Hidayati, Nova Tri Yanti (STIKes Perintis Padang)..................................................24
Hubungan Intensitas Bullying dengan Tingkat Depresi pada Remaja di Poliklinik Anak
& Remaja RSJ. Prof. Hb. Saanin Padang Tahun 2016
Oleh : Asmawati dan Wika Maya Sari (STIKes Alifah) .............................................. 39
Teknik Relaksasi Finger Hold T Menurunkan Skala Nyeri Pada Pasien Cedera Kepala
Ringan
Oleh : Lisa Mustika Sari, Aldo Yuliano dan Melda Aprisa Shinta (STIKes Perintis Padang)
..................................................................................................................................... 62
Pengaruh Senam Diabetes Melitus dengan Nilai Abi pada Pasien DM di Puskesmas
Andalas Padang
Oleh : Melti Suriya (STIKes Alifah) ..................................................................................68
Kualitas Pelayanan Rawat Jalan dengan Kepuasan Pasien Dirumah Sakit Stroke
Nasional Bukittinggi
Oleh : Endra Amalia, Mera Delima dan Kalpana Kartika (STIKes Perintis Padang) ....75
Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah di
Puskesmas Andalas Padang
Oleh : Zuriati (STIKes Alifah) ...........................................................................................113
Penurunan Nyeri Haid (Dismenore) Primer Melalui Pemberian Minuman Jahe Emprit
Oleh : Ridha Hidayati dan Ririn Fuji Rahma (STIKes Ranah Minang) ...........................119
Intervensi Teknik Relaksasi Otot Progresif Berpengaruh terhadap Mual dan Muntah
Delayed pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2016
Oleh : Muhammad Arief dan Rahmita Tri Havizcha (STIKes Perintis Padang)........... 133
Prevalensi Penderita Infeksi Ascaris lumbricoides pada Siswa SDN 39 Tanjung Aur
Lubuk Minturun Padang Tahun 2016
Oleh : Sri Indrayanti dan Khairunisa (STIKes Perintis Padang) .....................................149
Perbandingan Kadar Hemoglobin pada Pria Perokok dan Tidak Merokok dengan
Metode Sianmethemoglobin
Oleh : Suraini dan Andri (STIKes Perintis Padang).........................................................152
Uji Daya Hambat Air Rebusan Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) Terhadap Bakteri
Methicillin Resistent Staphylococcus aureus
Oleh : Putra Rahmadea Utami (STIKes Perintis Padang) ...............................................166
Analisa Khasiat Sari Kurma Terhadap Jumlah Trombosit pada Penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Oleh : Miftahul Muslih, Suci Fitrawati dan Lillah (STIKes Perintis Padang) .................172
Hubungan Obesitas dengan Harga Diri Rendah Pada Siswa/I SMAN 5 Bukittinggi Tahun
2016
Oleh : Lisa Fradisa, Hermawan dan Yendrizal Jafri (STIKes Perintis Padang) .............176
Analisis Nilai Gizi Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia) dan Daya Terima Terhadap
Proses Pengolahan
Oleh : Nurhamidah dan Widiadara (STIKes Perintis Padang) ........................................184
Profil Pelayanan Kefarmasian pada Apotek Swasta di Bukittinggi pada Tahun 2016
Oleh : Widyastuti (Akademi Farmasi Imam Bonjol) .........................................................188
Penentuan Kadar Timbal (Pb) Dalam Darah Pada Sopir Truk Di Jalan Raya Padang -
Indarung Tahun 2016
Oleh : Marissa (STIKes Perintis Padang) ........................................................................200
Verifikasi Analisa Plumbum (Pb) Dalam Urin Pada Petugas SPBU Kubang Pekanbaru
Oleh : Betti Rosita , Niken Siska Apriani (STIKes Perintis Padang) ................................204
Abstract
The results of the preliminary survey they in kecamatan sungai puar of four nagari owned three nagari
is a region closest to the mountain marapi or derah red zone. The research aims to know factor-factor
affecting in behavior disaster readiness the eruption marapi which includes: knowledge, attitude
perception, motivation and desire .Design resrach deskritif the correlation with used the cross sectional
.The sample people living in kanagarian the puar , batagak and stone palano were 212 respondents,
tehnik the sample and systematic cluster of sampling random sampling .Research instruments is a
questionnaire. The results of the study not a significant relation exists knowledge was with the behavior
readiness in face disasters eruption merapi ( p value = 0,058 ), a significant relation exists perception
of respondents with the behavior readiness in face disasters eruption merapi ( p value = 0,000 ), not a
significant relation exists attitude respondents with the behavior readiness in face disasters eruption
merapi ( p value = 0,207 ), a significant relation exists the wish of respondents with the behavior
readiness in face disasters eruption merapi ( p value = 0,001 ), a significant relation exists motivation
respondents with the behavior readiness in face disasters eruption merapi ( p value = 0,004 ). It was
concluded that perception , desire and readiness motivation affect the community in facing disaster
mountain marapi eruption and no the dominant factor affecting the readiness of the community in facing
disaster mountain marapi eruption..Was recommended to health workers to always improve the
provision of information and health facilities in for disaster preparedness eruption mountain marapi
1. PENDAHULUAN
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang Singgalang, Gunung Marapi. Gunung Marapi
mempengaruhi kesehatan manusia.Lingkungan merupakan gunung setinggi 2.891 meter di atas
dapat berupa lingkungan fisik dan nonfisik. permukaan laut (mdpl) berada di wilayah
Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi administrasi Kabupaten Agam, namun dapat
keadaan komunitas salah satunya adalah keadaan dilihat dari Kota Bukittinggi, Kota Padang
bencana atau lingkungan (wilayah) rawan bencana Panjang dan Kabupaten Tanah Datar. Sejumlah
(Allender & Spradley, 2005).Wilayah rawan tempat di wilayah itu, terancam menjadi area
bencana (hazard region) adalah suatu kawasan berdampak bila marapi sewaktu-waktu meletus
dipermkaan bumi yang rawan bencana alam akibat dengan daya letusan tinggi.
proses alam maupun non-alam(Farah, 2011). Pada saat terjadi bencana biasannya semua
Sementara itu menurut Linda (2011) kawasan pihak panik dan akhirnya timbul korban dan
rawan bencana adalah suatu wilayah yang kerusakan yang lebih besar.Stanhope dan
memiliki kondisi atau karakteristik geologis, Lancaster (2007) menyatakan bahwa perawat
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sebaiknya memahami apasumber yang tersedia di
sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi komunitas dalam persiapan terhadap bencana,
yang untuk jangka waktu tertentu tidak dapat atau mengetahui efek dari bencana yang terjadi dan
tidak mampu mencegah, meredam, mencapai bagaimana mengembangkan kerjasama dalam
kesiapan, sehingga mengurangi kemampuan menangani bencana di komunitas. Menurut Ramli
untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. (2010) menyatakan, selain dari peran perawat,
Akbar (2014) menyatakan Sumatera Barat masyarakat juga sangat berpengaruh dalam
memiliki beberapa gunung berapi, diataranya manajemen bencana, baik pada fase pra bencana,
adalah Gunung Sago, Gunung Talang, Gunung saat bencana, maupun pasca bencana. Jika
No Kesiapan F %
1 Rendah 42 19,8
2 Tinggi 170 80,2
Jumlah 212 100%
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa distribusi proporsi kesiapan responden dalam menghadapai
bencana sebagian besar adalah tinggi yaitu sebesar 80.2%
3.1.3 Hubungan pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan dan motivasi dengan Kesiapan
Masyarakat Dalam Bencana Erupsi Gunung Merapi
.
3.1.3.1 Analisa korelasi perilaku terhadap kesiapan menghadapi bencana
Tabel 3.3. Distribusi Frekuensi korelasi perilaku terhadap kesiapan menghadapi bencana Mei
2016 ( n = 212 )
Correlations
Variabel bebas (Independent variable) Sig. (1-tailed)
Pengetahuan 0,558
Persepsi 0,000
Sikap 0,207
Keinginan 0,001
Motivasi 0,042
Pengambilan keputusan didasarkan padaperbandingan antara nilai ( ) dan nilai probabilitas (0,05). Jika
nilai ( ) lebih kecildari 0,05 maka hipotesis awal ditolak artinyaterdapat hubungan yang erat antara
variabel bebasdan variabel terikat. Dari Tabel 3.4.3 dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) variabel
yang memilikinilai kurang dari 0,05 yaitu persepsi, keinginan, dan motivasi kesiapan menghadapi
bencana erupsi Gunung Marapi . Dengan demikian, dapat disimpulkanbahwa faktorpersepsi, keinginan,
dan motivasipersepsi, keinginan, dan motivasi mempunyai tingkat korelasi yang tinggi dengankesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Marapi.
3.1.3.2 Analisis regresi logistic kesiapan masyarakat terhadap bencana erupsi Gunung Marap
Tabel 3.3.1 Distribusi Frekuensi korelasi perilaku terhadap kesiapan menghadapi bencana
Mei 2016 ( n = 212 )
Correlations
Variabel bebas (Independent variable) Sig. (1-tailed)
Pengetahuan 0,558
Persepsi 0,000
Sikap 0,207
Keinginan 0,001
Motivasi 0,042
Hasil pengolahan data pada tabel 3.3.2 untuk multivariat dengan menggunakan regesi logistik diapatkan
pada permodelan tahap 1 bahwa tidak ada varibel yang memiliki nilai p value 0.05, sehingga
permodelan tidak dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya dan dapat disimpulkan tidak ada faktor yang
dominan dalam mempengaruhi kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Marapi
atau persepsi, keinginan dan motivasi sebagai faktor yang sama kuatnya mempengaruhi terhadap
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Marapi.
korelasi yang tinggi dengan kesiapan masyarakat Dari tabel tersebut juga didapatkan 2 (dua)
dalam menghadapi bencana erupsi Gunung variabel yang memiliki nilai lebih dari 0,05 yaitu
Marapi. pengetahuan dan siakap kesiapan menghadapi
Persepsi merupakan proses diterimanya bencana erupsi Gunung Marapi . Dengan
rangsang melalui panca indera, yang didahului demikian, dapat disimpulkanbahwa
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar faktorpengetahuan dan sikap tidak berhubungan
tentang sesuatu yang ada didalam maupun yang dengan kesiapan masyarakat menghadapi bencana
ada diluar dirinya. Menurut Triutomo (2007), di erupsi Gunung Marapi.
Indonesia, masih banyak penduduk Pengetahuan adalah salah satu faktor yang
yangmenganggap bahwa bencana itu merupakan mempengaruhi perubahan perilaku seseorang,
suatu takdir. Pada umumnya merekapercaya karena dari pengalaman dan penelitian, perilaku
bahwa bencana itu adalah suatu kutukan atas dosa yang didasarkan oleh pengetahuan akan menetap
dan kesalahan yang telahdiperbuat, sehingga lebih lama pada seseorang daripada perilaku yang
seseorang harus menerima bahwa itu sebagai tidak didasari oleh pengetahuan (Purwanto,
takdir akibatperbuatannya. Sehingga tidak perlu 1999).Pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam)
lagi berusaha untuk mengambil langkah-langkah tingkatan meliputi; tahu, memahami
pencegahan atau penanggulangannya. (comprehension), aplikasi, analisis, sintesis dan
Keinginan adalah niat yang timbul pada evaluasi (Notoatmodjo, 2010; Gronlund, 1970,
individu untuk melakukan sesuatu (Annissa, dalam Allender & Spradley,2005).
2014). Hasil penelitian didapatkan ada hubungan Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ryan
antara keinginan dengan kesiapan masyarakat (2015) didapatkan tidak terdapatnya hubungan
menghadapi bencana erupsi Gunung Marapi. antara pengetahuan dengan kesiapsiagaan tanggap
Adanya keinginan masyarakat mendorong mereka darurat kebakaran dengan pvalue 0,165. Namun
untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
kesiapan menghadapi bencana erupsi Gunung Ismawan Adityansyah yang menyebutkan bahwa
Marapi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian ini ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
dimana responden telah menentukan tempat yang kesiapsiagaan tanggap darurat kebakaran. Riset
aman untuk mengungsi jika terjadi letusan gunung yang dilakukan di New Zealand memperlihatkan
Merapi,,telah membuat tanggul lumpur / lahar jika bahwa perasaan bisa mencegah bahaya gempa
akan terjadi letusan gunung Merapi. bumi dapat ditingkatkan dengan intervensi
Motivasi adalah dorongan penggerak untuk melalui pengisian kuesioner pengetahuan tentang
mencapai tujuan tertentu, baik disadari maupun gempa bumi yang di follow up dengan penjelasan-
tidak disadari. Motivasi dapat timbul dari dalam penjelasan yang ditujukan untuk menghilangkan
diri ataupun dari lingkungan (Sunaryo, gap atau miskonsepsi pengetahuan tentang gempa
2004).Selanjutnya Notoatmodjo (2010) bumi. Hasil riset menunjukkan bahwa
menambahkan hasil dari beberapa pengalaman pengetahuanpartisipan mengenai gempa bumi
dan hasil observasi yang terjadi di lapangan berhubungan dengan tingkat
(masyarakat) bahwasanya perilaku seseorang kesiapannyamenghadapi gempa bumi.Dengan
termasuk terjadinya perilaku kesehatan, diawali pengetahuan akan meningkatkan
dengan adanya pengalaman-pengalaman kemampuanpenduduk mempersiapkan diri
seseorang serta adanya faktor eksternal dengan lebih baik dari gempa bumi atau bencana
(lingkungan fisik dan non fisik). Pengalaman dan lain(Priyanto, 2006)
lingkungan tersebut kemudian diketahui, Menurut asumsi peneliti bahwa terjadinya
dipersepsikan atau diyakini seseorang sehingga perubahan perilaku khususnya berkaitan dengan
menimbulkan motivasi/niat untuk bertindak yang kesiagaan menghadapi bencana pada masyarakat
akhirnya diwujudkan berupa perilaku, termasuk tersebut jika pengetahuan seseorang atau
perilaku kesiapan dalam menghadapi bencana. masyarakat sudah mencapai pada tingkatan yang
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian tinggi yaitu tingkatan sistesis dan evaluasi, karena
Reskar (2001) yang mendapatkan adanya pada tingkatan ini kemampuan seseorang atau
pengaruh motivasi terhadap produktivitas. Hal ini masyarakat dalam tahap ini, tidak hanya mampu
juga sesuai dengan penelitian ini dimana dengan memisahkan dan memahami bagian-bagian dari
tingginya motivasi mendorong tingginya kesiapan komponen yang dipelajari berkaitan kesiagaan
masyarakat dalam menghadapi erupsi bencana bencana , tetapi juga membentuk bagian-bagian
Gunung Marapi. dari komponen tersebut dalam bentuk satu
kesatuan yang baru dan Evaluasi merupakan
Menurut asumsi peneliti bahwa Allender. J.A., & Spradley, B.W. (2005).
ditemukannya tidak ada hubungan sikap dengan Communnity health nursing: Promoting
kesiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana and protecting the publics health. (6thEd.).
gunung merapi disebabkan oleh faktor Philadelphia : Lippincott Williams &
pengetahuan dari masyarakat tersebut berkaitan Wilkins.
dengan bencana dimana didapatkan hampir separo Aminudin. 2013. Mitigasi dan Kesiapsiagaan
yaitu 49.5% responden (masyarakat) memilki Bencana Alam. Bandung : Angkasa.
pengetahuan yang rendah berkaitan dengan Antoni, S. 2014. BPBD SUMBAR larang daki tiga
kesiagaan bencana. Hal ini sejalan dengan gunung .Diakses pada tanggal 20 Maret
peryataan Anam, Andarini dan Kuswantoro 2014.
(2013) yang menyatakan bahwa sikap dapat http://geospasial.bpbdsumbar.go.id/wp-
mendukung kemauan seseorang dalam content/uploads/2011/06/dusun.html
meningkatkan pengetahuannya tentang Berita satu.com. 2014. 19 Gunung Berapi
penanggulangan bencana. Peningkatan sikap Indonesia Berstatus Waspada. Diakses pada
seseorang dalam penanggulangan bencana tanggal 20 Maret 2014.
dilakukan dengan melibatkan langsung seesorang http://www.gunungsemeru.com/2013/04/d
atau masyarakat dalam persiapan
aftar-namagunungdi-indonesia-beserta-
letaknya.html
DEPKES RI. 2006. Penatalaksanaan Korban
Bencana Massal. Edisi ke-3. Jakarta :
DEPKES RI.
Dorotha L.H. Exploration of the know ledge,
perceptions of personal R isk and perc ptio
n of the public health response to a
Terrorist event or natural disaster:
perspective. . 2006; http://www.
proquest.com/docview/pdf, diperoleh
tanggal 5 Maret 2015).
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., & Thomas, S.A.
(1999). Community health nursing: Caring
in action. Albani: Delmas Publisher.
Issni Nurul Annissa (2014). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan keinginan pindah
kerja perawat di RS. Sehat Terpadu. Skripsi
Keputusan Mentri Kesehatan RI. 2006. Pedoman
Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa
dan Psikososial pada Masyarakat Akibat
Bencana dan Konflik. Jakarta : DEPKES
RI.
Mubarak I. W & Chayatin, N. 2009. Ilmu
Keperawatan Komunitas Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Edisi Refisi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental
of Nursing : concepts, process and practice
(4thed). Alih bahasa : Yasmin, A., dkk.
Jakarta: EGC.
Ramli S. 2010. Pedoman Praktis Manajemen
Bencana (Disaster Manajemen). Jakarta :
Dian Rakyat.
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community
and public health nursing. (6th Ed). Mosby
: St Louis.
UU Republik Indonesia. Nomor 24. Tahun 2007.
Tentang Penanggulangan Bencana.
Weenbee. (2011). Peran Perawat Dalam
Manajemen
Bencana.http://weenbee.wordpress.com/20
11/08/23/peran-perawat-dalammanajemen
bencana/#more-94. Diakses Pada Tanggal
21 Maret 2014.
Abstract
Treatments of the post stroke are important during the recovery of the stroke patients at home to prevent
the occurrence of the risk of recurrent stroke and complications of it. This research aims to know the
relationship between the factors that relate to the control of health behavior of patients' post-stroke.
Research design was descriptive analytic with cross sectional design. This research was done in
January 2016 with total sampling in this research as 30 people in post stroke patients who were in the
working area at Clinics Rasimah Ahmad, the measurement of knowledge, attitudes, economic status,
family support, and health behavior control methods by using questionnaire. The data described by the
shape of the table, analyzed by chi square test. In this study the results obtained the majority of the
respondents have good knowledge about stroke care i.e. 26 people (86,7%) General people (56.7%)
being nice, 10 (33.3%) with economic status above the UMR, 14 people (46.7) with good family support,
and 14 people (46,7%) with a good health behavior control.Based on the analysis results obtained
bivariat no relation with the economic status of knowledge, controlling behavior, whereas in the attitude
of the obtained relations significance of 0.04 with OR 13.22 and support families of 0.003 with OR
15.88. In this research it can be concluded that the attitudes and family support are in the control of
health behavior of post stroke. As for economic status of knowledge, there is no connection with the
control of health behavior. A good understanding of the expected against control health behaviors in
patients and encourage family support care post-stroke patientthat can be done since the beginning of
the patients admitted in the hospital.
1. PENDAHULUAN
Stroke merupakan suatu penyakit Di Inggris stroke menduduki urutan ke-3 sebagai
menurunnya fungsi syaraf secara akut yang pembunuh setelah penyakit jantung dan kanker.
disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki)
terjadi secara mendadak dan cepat yang menyebutkan, angka kejadian stroke menurut data
menimbulkan gejala dan tanda sesuai dengan dasar rumah sakit 63,52 per 100.000 penduduk
daerah otak yang terganggu. Stroke dapat juga usia di atas 65 tahun, sedangkan jumlah penderita
diartikan sebagai suatu sindroma yang yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa
mempunyai karakteristik suatu serangan yang (Ratna, 2011). Data dari rekam medik Rumah
mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena Sakit Stroke Nasional Bukittinggi di dapat total
gangguan perdarahan otak non traumatik. Stroke pasien stroke pada tahun 2014 sebesar 6160
memiliki beberapa sindrome yang terdiri dari pasien. Jumlah kunjungan rawat jalan sebesar
tanda dan atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf 1880 dengan kasus stroke non hemoregik sedang
pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat jumlah pasien rawat inap sebesar 3276 pasien
(dalam detik atau menit) (Jeffrey, 2012). stroke non hemoregik dan 1004 pasien hemoregik.
Menurut WHO stroke merupakan pembunuh Stroke susulan bisa juga terjadi sesaat setelah
nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker. terjadi stroke yang pertama sekitar 3% pasien
Sebanyak 75% pasien stroke di Amerika stroke sering kali terkena stroke susulan dalam
menderita kelumpuhan. Di Eropa ditemukan waktu 30 hari. Namun, bahaya ini tentunya akan
sekitar 650.000 kasus baru stroke setiap tahunnya. menurun setelah pasien menjalani perawatan yang
intensif (Vitahealth, 2003). Sekitar 30% - 40%
Analisa Univariat
Tabel1. Distribusi frekuensi pengetahuan responden di Puskesmas Rasimah Ahmad
Tahun 2016
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Tinggi 26 86,7
2 Rendah 4 13,3
Total 30 100,0
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh yaitu 26 responden (86,7%) memiliki
pengetahuan tinggi.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh yaitu 17 responden (56,7%) bersikap baik dalam
pengontrolan perilaku kesehatan
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kurang dari separoh yaitu 10 responden (33,3%) memiliki
penghasilan sesuai UMR.
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh yaitu 14 (46,7%) responden yang mendapat
dukungan keluarga dalam pengontrolan perilaku kesehatan.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa kurang dari separuh yaitu 14 (46,7%) responden melakukan
pengontrolan perilaku kesehatan.
Analisa Bivariat
Tabel 6. Distribusi frekuensi Hubungan pengetahuan dengan pengontrolan perilaku
kesehatan pasien pasca stroke di Puskesmas Rasimah Ahmad tahun 2016
Pengontrolan Perilaku Kesehatan P
Jumlah OR
Pengetahuan Baik Kurang Baik Value
f % F % f %
Tinggi 14 53,8 12 46,2 26 100 0,103 2,167
Rendah 0 0 4 100 4 100
Total 14 46,7 16 53,3 30 100
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 26 responden yang pengetahuan tinggi terdapat 53,8% yang
melakukan pengontrolan perilaku kesehatan pasca stoke dengan baik dan 46,2% tidak baik. Sedangkan
responden pengetahuan rendah 4 responden, 0% melakukan pengontrolan perilaku pasca stroke dengan
baik dan 100% melakukan pengontrolan perilaku kesehatan kurang baik.Berdasarkan uji statistik
pengetahuan dengan pengontrolan perilaku kesehatan pasien pasca stroke diperoleh nilai p =
0,103(p<0,05), berarti H0 diterima yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pengontrolan
perilaku kesehatan pada pasien pasca stroke.
Dari tabel 7 dapat diihat bahwa dari 17 responden yang bersikap baik, terdapat 70,6% responden
memiliki pengontrolan perilaku kesehatan baik, 29,4% memiliki pengontrolan perilaku kesehatan
kurang baik. Sedangkan 13 responden yang bersikap kurang baik sebanyak 15,4% pengontrolan perilaku
kesehatannya baik dan 84,6% kurang baik.
Berdasarkan uji statistik didapat nilai berdasarkan uji statistik hubungan sikap dengan
pengontrolan perilaku kesehatan pasien pasca stroke diperoleh nilai p=0,04(p<0,05), berarti Ha diterima
yaitu ada hubungan antara sikap dengan pengontrolan perilaku kesehatan pasien pasca stroke dengan
OR (odds ratio) 13,2 artinya responden yang bersikap baik berpeluang sebesar 13,2 kali memiliki
pengontrolan perilaku kesehatan pasca stoke baik dibanding dengan yang mendapat bersikap kurang
baik.
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa dari 10 responden yang berpenghasilan sesuai UMR, 50%
responden memiliki pengontrolan perilaku kesehatan baik dan 50% memiliki pengontroan perilaku
kesehatan kurang baik. Sedangkan 20 responden dengan status ekonomi dibawah UMR, 45% memiliki
pengontrolan perilaku pasca sroke dengan baik dan 55% memiliki pengontrolan perilaku kesehatan
kurang baik.Berdasarkan uji statistik pengetahuan dengan pengontrolan perilaku kesehatan pasien pasca
stroke diperoleh nilai p = 0,1(p<0,05) , berarti H0 diterima yaitu tidak ada hubungan antara status
ekonomi dengan pengontrolan perilaku kesehatan pada pasien pasca stoke.
Dari tabel 9 dapat diihat bahwa dari 14 responden yang mendapat dukungan baik dari keluarga
terdapat 78,6% melakukan pengontrolan perilaku kesehatan dengan baik, dan 21,4% kurang baik
sedangkan 16 respon dan yang mendapatkan dukungan kurang baik dari keluarga 18,8% pengontrolan
perilaku kesehatannya baik dan 81,2% kurang baik.
Berdasarkan uji statistik hubungan dukungan keluarga dengan pengontrolan perilaku kesehatan
pasien pasca stroke diperoleh nilai p = 0,003(p<0,05), berarti Ha diterima yaitu ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan pengontrolan perilaku kesehatan pasien pasca stroke dengan OR (odds ratio)
15,889 artinya responden yang memiliki dukungan keluarga baik berpeluang sebesar 15,889 kali
memiliki pengontrolan perilaku kesehatan pasca stoke baik dibanding dengan yang mendapat dukungan
keluarga kurang baik.
8. Hubungan Status Ekonomi dengan komplikasi stroke.Hal yang sangat penting dalam
pengontrolan perilaku kesehatan pasien pengontrolan ini adalah memberikan semangat
pasca stroke di wilayah kerja Puskesmas dan perhatian kepada pasien pasca stroke.Serta
Rasimah Ahmad tahun 2016 ikut dalam pelaksanaan pengontrolan kesehatan
Berdasarkan uji statistik pengetahuan dengan tersebut, seperti menyiapkan menu makanan
pengontrolan perilaku kesehatan pasien pasca sesuai diit, menemani untuk beraktifitas olahraga
stroke diperoleh nilai p = 0,1(p<0,05) , berarti H0 dan periksa kesehatan.
diterima yaitu tidak ada hubungan antara status
ekonomi dengan pengontrolan perilaku kesehatan 4. KESIMPULAN
pada pasien pasca stoke. Berdasarkan uraian dari hasil analisa
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang univariat dan bivariat serta pembahasan, maka
dilakukan Dian Agung et al 2014 yang dpat diambil kesimpulan sebagai berikut:
menyatakan ada hubungan antara status ekonomi 1. Lebih dari separoh yaitu 26 responden (86,7%)
seseorang dengan keteraturan pasien pasca stroke memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
melakukan kontrol berobat. perawatan pasca stroke.
Tidak adanya hubungan status ekonomi 2. Lebih dari separoh yaitu 26 responden (86,7%)
dengan pengontrolan perilaku kesehatan pasca memiliki sikap yang tinggi tentang perawatan
stroke karena seperti kita ketahui saat ini pasca stroke.
pemerintah sudah menyiapkan program yang 3. Kurang dari separoh yaitu 14 responden
menjamin pembiayaan kesehatan penduduk badan (46,7%) memiliki pengontrolan perilaku
yang mengelola ini kita kenal dengan nama BPJS. kesehatan yang baik.
Tingkatan strata ekonomi apapun sekarang ini 4. Kurang dari separoh yaitu 14 responden
diwajibkan memiliki kartu BPJS ini.Begitu juga (46,7%) memiliki dukungan keluarga yang
dengan responden penelitian ini yang berobat baik.
hampir semuanya menggunakan kartu BPJS, baik 5. Kurang dari separoh yaitu 14 responden
yang menerima iuran pemerintah maupun yang (46,7%) memiliki pengontrolan perilaku
non menerima iuran pemerintah.Jadi bisa saja kesehatan yang baik.
mereka yang status ekonominya dibawah rata-rata 6. Tidak ada hubungan antara pengetahuan
bisa melakukan pengontrolan perilaku kesehatan dengan pengontrolan perilaku kesehatan pada
karena tidak memerlukan biaya yang terlalu pasien pasca stoke.
mahal. 7. Ada hubungan antara sikap dengan
pengontrolan perilaku kesehatan pasien pasca
9. Hubungan Dukungan Keluarga dengan stroke dengan OR (odds ratio) 13,2
Pengontrolan Perilaku Kesehatan Pasien 8. Tidak ada hubungan antara status ekonomi
Pasca Stroke di Wilayah Kerja Puskesmas dengan pengontrolan perilaku kesehatan pada
Rasimah Ahmad Tahun 2016. pasien pasca stoke.
Berdasarkan uji statistik hubungan dukungan 9. Ada hubungan antara dukungan keluarga
keluarga dengan pengontrolan perilaku kesehatan dengan pengontrolan perilaku kesehatan
pasien pasca stroke diperoleh nilai p = pasien pasca stroke dengan OR (odds ratio)
0,003(p<0,05), berarti Ha diterima yaitu ada 15,889
hubungan antara dukungan keluarga dengan
pengontrolan perilaku kesehatan pasien pasca 5. REFERENSI
stroke dengan OR (odds ratio) 15,889 artinya
responden yang memiliki dukungan keluarga baik Berman, Audrey, et al. (2009). Buku Ajar Praktik
15,889 kali memiliki pengontrolan perilaku Keperawatan Klinis Edisi.5. Jakarta:
kesehatan pasca stoke baik dibanding dengan yang EGC.
mendapat dukungan keluarga kurang baik. Dinkes S Limbar, (2013). Profil
Menurut peneliti dukungan keluarga KesehatanSumatera Barat, Sumatera
memiliki hubungan dengan pengontrolan perilaku Barat
kesehatan pasien pasca stroke karena seperti yang Feigin, Valery. (2007). Stroke. Jakarta: Buana
telah diketahui pasien pasca stroke akan Ilmu Populer.
mengalami dampak penurunan fungsi neorologis Guyton&Hall.(2007). Buku Ajar Fisiologi
dan psikologis. Peranan dan dukungan keluarga Kedokteran. Jakarta: EGC
dibutuhkan dalam perawatan pasien pasca stroke Hasmoko, E. V., 2008. Analisis Faktor-Faktor
agar bisa mencapai pemulihan dan mencegah Yang Mempengaruhi Kinerja Klinis
Abstract
Dysmenorrhea is the imbalance of progesterone in the blood causing pain sarises. In US there are
90% of women who experience dysmenorrhea, in Indonesia 55%, and 41,2% in West Sumatra woman
dysmenorrhea. Exercises sports / exercises lightweight which is one of the techniques for relaxin is
highly recommended to reduce this dysmenorrhea. The purpose of this study was to determine the effect
the implementation of dysmenorrhea gymnastics against a decrease in menstrual pain in studensts of
Nursing Stikes Perintis Sumbar 2015. The design of this study is pre experiment by using approach one
group pre-post test design. This study was conducted on June 22, 2015 to July 4, 2015. The number of
samples in this study were 20 students of Nursing Levels I and IV are experiencing dysmenorrhea. The
tools used for data collection are questionnaires and observation sheets in the form of sheets look.
Paired test statistic test results obtained with a 95% degree of convidence that the effect of the
implementation of dysmenorrhea gymnastics against a decrease in menstrual pain in studenst of
Nursing Stikes Perintis Sumbar 2015 (p = 0.000). it is suggested to the students to be able to do this so
the gymnastics dysmenorrhea menstrual pain can be reduced and not interfere with the activity of the
course.
nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan ini mengandalkan otot paha bagian dalam dan kaki
olahraga/ senam tubuh akan menghasilkan bawah
endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan
susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat 6) Penguatan dengan rotasi dalam
berfungsi sebagai obat penenang alami yang Berbaring dengan bertumpu pada salah satu
diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa sisi badan.Pinggul dan lutut ditekuk.Satu kaki
nyaman (Harry,2007). Dari hasil penelitian direbahkan dan kaki yang lain diangkat.
ternyata dismenore lebih sedikit terjadi pada Kemudian naik dan turunkan tungkai kaki, tapi
olahragawati dibandingkan wanita yang tidak jagalah agar posisi lutut tetap tidak berubah. Lutut
melakukan olahraga / senam (Jurnal Phederal akan berputar dengan sendirinya ketika tungkai
Vol.4 No. 1 Mei 2011 : 2). kaki digerakkan ke atas dan ke bawah.
Latihan / senam yang teratur (sesi 30
menit 3-5 kali) adalah suatu hal yang bermanfaat 7) Penguatan dengan rotasi luar
dan dapat mengurangi gejala karena dapat Bertumpu pada salah satu sisi tubuh.Tekuk
meningkatkan produksi endorphin (pembunuh kaki yang berada di sebelah atas, telapak kaki
rasa sakit alami tubuh), dimana hal ini dapat menjejak lantai.Sementara kaki yang berada di
meningkatkan kadar serotonin. Latihan yang sebelah bawah dinaik-turunkan tungkainya, tapi
teratur juga mengurangi stress dan meningkatkan pertahankan lutut tidak bergeser. Lutut akan
pola tidur yang teratur (Proverawati, 2012 : 127- berputar ketika tungkai naik-turun.
128).
Gerakan-gerakan senam yang dilakukan 8) Peregangan dengan rotasi luar
adalah : Berbaringlah dengan punggung di lantai
1) Mengangkat lutut (atau bertumpu pada kedua siku) dan lutut
Berdiri di atas satu kaki sambil mengangkat ditekuk.Angkat satu kaki, kemudian gerakkan ke
lutut setinggi yang mampu untuk dilakukan.Tarik sisi luar. Beban kaki saat peregangan ini akan
kedua lengan lurus ke atas, lalu turunkan.Untuk menguatkan otot pinggul. Pada latihan ini, jaga
menjaga keseimbangan dapat dilakukan sambil agar pinggul tetap rapat pada lantai.
berpegangan.
9) Peregangan dengan rotasi dalam
2) Lutut merenggang Berbaringlah dengan punggung di lantai
Atur posisi lutut.Salah satu kaki dalam posisi (atau bertumpu pada kedua sikut) dan lutut
berlutut, dan satu kaki ditekuk dengan telapak ditekuk.Taruh satu kaki ke sisi dalam kaki
menjejak ke lantai.Posisi kedua kaki lainnya.Kemudian lutut pada kaki sebelah atas
berjauhan.Buka kedua lengan dan tarik ke dinaik-turunkan (mendekat dan menjauhi kaki
atas.Pastikan dalam latihan ini untuk tidak yang lainnya). Beban kaki akan meregangkan otot
bersandar pada apapun. punggung. Pada latihan ini, jaga agar pinggul tetap
rapat pada lantai.
3) Menguatkan bokong
Berlutut di atas satu kaki, dan bertumpu pada 10) Bertekuk ganda
kedua tangan. Angkat kaki yang lain dan Berbaringlah, dan tarik kedua lutut ke arah
hadapkan telapak kaki ke arah langit-langit, atau dada dengan bantuan tangan. Untuk melakukan
dorong sejauh yang bisa dilakukan. Turunkan kaki ini, gunakan kekuatan tangan dan biarkan
perlahan, dan ulangi sekali lagi. punggung bagian bawah rileks dan merenggang.
bahu, menghangatkan kedua tangan, dan dirasa mengganggu bagi wanita yang
merelaksasi jaringan otot di sekitarnya.Otot-otot mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan
seperti spons yang penuh air, sehingga ketika tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang
berjalan perlahan, tubuh seperti teraliri air karena masih bisa bekerja ( sesekali sambil
otot-otot tersebut ikut meregang dan melebar. menangis),adapula yang tak kuasa beraktifitas
Begitu juga menghirup napas, akibatnya kita akan saking nyerinya (Proverawati, 2009 : 83).
rileks dan hilanglah ketegangan. Cara Sumatera Barat angka kejadian dismenore
melakukannya, letakkan tangan kiri di belakang pada tahun 2009 sebesar 41,2%, yang pada
leher, ambil napas dan tekan otot di area tersebut umunya banyak diderita oleh remaja (usia yang
dengan tangan sambil hembuskan napas.Ulangi 3- masih produktif) dan pada umumnya para remaja
5 kali.Kemudian turun sedikit, letakkan tangan ini harus istirahat di tempat tidur dan terkadang
kiri pada bahu kanan (pada otot-otot trapeziuz, meninggalkan pekerjaan atau sekolah akibat
bukan pada tulang), ambil napas dalam, dismenore (Aulia, 2012).
hembuskan perlahan dan relaks. Ulangi dengan Studi awal peneliti lakukan pada 6 Maret
sisi yang lain. 2014 di STIKes Perintis SumBar kepada
mahasiswi Ilmu Keperawatan.Disini peneliti
13) Tepukan untuk menghilangkan meneliti mahasiswi Ilmu Keperawatan Tingkat I
ketegangan. Gerakan ini untuk memperbaiki dan IV. Adapun jumlah mahasiswi tingkat I
sirkulasi dan untuk meningkatkan sensasi dan sebanyak 30 orang, yang mengalami dismenore
fleksibilitas gerak tubuh, melepaskan hormon sebanyak 16 orang, dengan persentase kehadiran
pertumbuhan di dalam kulit, dan melancarkan siswa sebesar 43,3% dengan keterangan sakit,
produksi endorphin, yaitu hormon yang alfa atau izin saat perkuliahan berlangsung.
diproduksi saat sedang beraktifitas, terutama saat Tingkat IV sebanyak 36 orang, yang mengalami
berolahraga, anatara lain bermanfaat untuk dismenore sebanyak 23 orang yang mengalami
mengurangi rasa sakit.Setiap tepukan dapat nyeri haid, dengan persentase kehadiran
merangsang dan merelaksasi kulit, mahasiswi dalam perkuliahan adalah sebanyak
menghubungkan jaringan-jaringan otot, tulang 38,8% mahasiswa yang meninggalkan
hingga ke sum-sum. Cara melakukan, tangan kiri perkuliahannya, baik dengan keterangan sakit,
yang setengah menggenggam, letakkan di atas alfa atau yang izin meninggalkan perkuliahan.
bahu kanan. Lalu tepuklah bahu kanan dengan Wawancara yang peneliti lakukan pada 6
kuat tapi lembut. Teruskan sampai otot-otot Maret 2015 pada beberapa mahasiswa
trapezius di samping dan belakang leher. Ulangi mengatakan bahwa di STIKes Perintis ini tidak
gerakan ini dengan posisi yang berlawanan. pernah dilakukan senam dismenore. Mahasiswa
(Olivia, 2013). tersebut mengatakan untuk mengurangi dismenore
Angka kejadian dismenore di dunia sangat yang mereka rasakan,mereka hanya mengonsumsi
besar. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir obat yang dapat mengurangi nyeri haidnya.
90% wanita mengalami dismenore dan 10 - 15% Sehingga mahasiswa yang mengalami dismenore
diantaranya mengalami dismenore berat, yang tersebut ada yang tetap mengikuti perkuliahan dan
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan ada pula yang meninggalkan perkuliahan mereka
kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas dengan meminta izin kepada dosen yang mengajar
hidup pada individu masing masing. Sebuah di kelas atau tanpa keterangan.
studi longitudinal secara kohort pada wanita Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
Swedia ditemukan prevalensi dismenore adalah tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
90% pada usia 19 tahun dan 67% pada usia 24 tentang pengaruh pelaksanaan senam dismenore
tahun. Sepuluh persen dari wanita usia 24 tahun terhadap penurunan nyeri haid pada mahasiswa
yang dilaporkan tersebut mengalami nyeri sampai Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Sumatera
mengganggu aktivitas dan 78-85% wanita Barat tahun 2015.
mengalami dismenore ringan (Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes Vol III No 4, 2012). 2. METODE PENELITIAN
Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan Metode penelitian adalah bentuk rancangan
55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh atau desain yang digunakan dalam melakukan
nyeri selama menstruasi. Angka kejadian prosedur penelitian (Alimul, 2008).Desain
(prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95 % di penelitian yang digunakan adalah pra-
kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada eksperimental.Penelitian ini menggunakan
umumnya tidak berbahaya, namun sering kali pendekatan one group pre post test design,
dimana kelompok subjek diobservasi sebelum dismenore. Selama penelitian ini, peneliti tidak
dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi langsung mendapatkan 20 orang responden yang
setelah dilakukan intervensi (Nursalam, 2013). berbeda-beda setiap harinya. Pada hari pertama
Penelitian ini dilaksanakan di STIKes Perintis penelitian, peneliti mendapatkan 2 orang
Sumatera Barat Kampus II Bukittinggi dan telah responden, dihari berikutnya peneliti tidak
dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2015 sampai mendapatkan mahasiswa yang mengalami
dengan 4 Juli 2015. Pada penelitian ini yang dismenore. Di hari ketiga peneliti kembali
menjadi populasi adalah seluruh mahjasiswa mendaptkan 3 orang responden. Begitu seterusnya
perempuan Stikes Perintis Sumatera Barat Prodi sampai peneliti mendapatkan 20 orang responden.
Ilmu Keperawatan Tingkat I dan IV tahun 2015 Peneliti melakukan penelitian ini dalam jangka
yang mengalami dismenore yaitu sebanyak 39 waktu 2 minggu.
orang, teknik sampling yang digunakan adalah
proportional cluster sampling, sehingga
didapatkan 20 orang mahasiswa Ilmu
Keperawatan yang mengalami dismenore di
Stikes.
Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan pada penelitian
ini adalah kuisioner untuk penilaian tingkat nyeri
responden.dan lembaran observasi berbentuk
lembar tilik untuk pelaksanaan senam dismenore
serta mengisikan tingkat nyeri pada lembar
observasi sebelum dan sesudah dilakukan senam
dismenore.
Cara Kerja
Adapun proses yang peneliti lakukan dalam
penelitian ini adalah peneliti mengidentifikasi
mahasiswa Ilmu Keperawatan Stikes Perintis
Sumatera Barat Kampus II Bukittinggi yang
mengalami menstruasi dan dismenore. Setelah
peneliti mengetahui mahasiswa yang mengalami
dismenore, kemudian peneliti menanyakan
kesediaan mahasiswa tersebut untuk menjadi
responden. Jika mahsiswa tersebut bersedia, maka
peneliti kemudian memberikan lembar inform
consent kepada responden tersebut. Selanjutnya,
peneliti mengidentifikasi dengan mengobservasi
dan memberikan lembar kuisioner kepada
responden untuk mengetahui skala nyeri yang
dirasakan oleh responden tersebut.Kemudian
mengisikan nilai pada lembar observasi pre /
sebelum pelaksanaan senam dismenore.Setelah
itu, peneliti mengajarkan teknik dari senam
dismenore, yang mana senam ini dilakukan
selama 30 menit.Setelah selesai mengajarkan
senam tersebut, kemudian peneliti meminta
responden tersebut untuk melakukan senam
tersebut sebanyak 3 kali pelaksanaan di
rumah.Setelah itu, keesokan harinya peneliti
kembali menemui responden untuk
mengobservasi dan memberikan kembali lembar
kuisioner kepada responden untuk penilaian skala
nyeri post / sesudah pelaksanaan senam
Pada tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa skala nyeri sebelum melaksanakan senam dismenore
terbanyak adalah mahasiswa dengan skala nyeri sedang yaitu sebanyak 18 orang (90%). Untuk skala
nyeri ringan dan berat sebanyak 1 orang ( 5%).
Pada tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa skala nyeri sesudah melaksanakan senam dismenore
terbanyak adalah mahasiswa dengan skala nyeri ringan yaitu sebanyak 19 orang (95%). Untuk skala
nyeri sedang sebanyak 1 orang (5%) dan skala nyeri berat tidak ada (0%).
Analisis Bivariat
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Pengaruh Pelaksanaan Senam Dismenore Terhadap
Penurunan Nyeri Haid pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan
STIKes Perintis SumBar Tahun 2015.
Variabel Rerata Standar Deviasi Standar error P value n
Nyeri Haid
Sebelum 5,95 0.887 0,198
Sesudah 3.7 0,470 0,105 0,000 20
Dari tabel 3 di atas didapatkan bahwa nilai rerata 2,250, standar deviasi 1,164, dan standar error
rata-rata 0,260. Nilai t hitung pada penelitian ini adalah 8,643. Setelah dilakukan Uji Paired Test secara
komputerisasi didapatkan p value < 0,05 (0,000), maka p value = bermakna artinya ada pengaruh
pelaksanaan senam dismenore terhadap penurunan nyeri haid pada mahsiswa ilmu keperawatan STIKes
Perintis SumBar tahun 2015.
Pengaruh pelaksanaan senam dismenore Judha, Muhammad, dkk. 2012. Teori Pengukuran
terhadap penurunan nyeri haid Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta. :
Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa hasil Nuha Medika.
analisis dari Paired Test p value = 0,000 (p < 0,05) Manuaba,, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta
yang menunjukkan adanya pengaruh dari Penatalaksanaan Rutin Obstetri
pelaksanaan senam dismenore terhadap Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.
penurunan nyeri haid mahasiswa. Senam Marimbi, Hanum. 2011. Biologi Reproduksi.
dismenore tersebut dilakukan minimal 3 kali Yogyakarta : Nuha Medika.
pelaksanaan selama menstruasi. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Penelitian inidiperkuat dengan hasil pendapat Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan;
Wong,et,al (2002) latihan seperti dengan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
menggerakkan panggul, dengan posisi dada-lutut, Penelitian Keperawatan, Edisi 2. Jakarta :
dan latihan pernafasan dapat bermanfaat untuk Salemba Medika.
mengurangi dismenore. Hal serupa juga .2013. Metodologi Penelitian Ilmu
dikemukakan oleh Taber (2005) bahwa salah satu Keperawatan, Pendekatan Praktis, Edisi
cara untuk mengatasi dismenore adalah dengan Jakarta : Salemba Medika.
mengambil atau melakukan posisi menungging Olivia. 2013. Mengatasi Gangguan Haid. Jakarta
sehingga rahim tergantung dengan posisi ke : Redaksi Health Secret.
bawah, dan menarik nafas dalam untuk relaksasi. Price, A Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Dengan relaksasi dipercaya dapat menurunkan Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
nyeri dan merilekskan otot yang menunjang Proverawati, Atikah. 2009. Menarche Menstruasi
terjadinya nyeri. Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha
Medika.
4. KESIMPULAN Reeder, Sharon, dkk. 2014. Keperawatan
Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi &
Berdasarkan uraian dari hasil analisa univariat Keluarga. Jakarta : EGC.
dan bivariate serta pembahasan, maka dapat Rochimah. 2011. Keterampilan Dasar Praktik
disimpulkan sebagai berikut : Klinik (KDPK). Jakarta : Trans Info Media.
a) Lebih dari separoh (90 %) responden Saryono, dkk. 2009. Sindrom Pramenstruasi.
mengalami nyeri sedang, sedangkan Yogyakarta. : Nuha Mediak.
selebihnya mengalami nyeri berat dan ringan. Suparto, Achmad. 2011. Jurnal Efektifitas Senam
b) Lebih dari separoh (95 %) responden Dismenore dalam Mengurangi Dismenore
merasakan nyeri berkurang yaitu nyeri ringan, Pada Remaja Putri .Phederal Vol. 4 No.
sedangkan 5 % sisanya mengalami nyeri 1.Sumenep : STKIP PGRI.
sedang. Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan
c) Latihan senam dismenore berpengaruh Kebidanan, Edisi 4. Jakarta : EGC.
terhadap penurunan nyeri haid ditunjukkan Wasis, 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi
dengan p value = 0,000 (p < 0,05). Perawat. Jakarta : EGC.
Wylie, Linda. 2010. Esensial Anatomi & Fisiologi
5. REFERENSI dalam Asuhan Maternitas. Jakarta :EGC.
Abstract
Pregnant women often feel worried about the pain they will experience during childbirth, nearly 90%
of maternal experience pain in childbirth (Muhiman 2006 cit Ika 2010) of the pain experienced by
primiparous and multiparous, labor pain in primiparous heavier due to the intensity of the contractions
especially in the first stage I. To determine the effect on adaptation murotal terapy facing labor pain in
primiparous mothers in hospitals inpartu Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi in 2016. The population in
this study is 12 people. This research has been conducted on July 11 until July 31, 2016 at the Hospital
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. The study design used is quasy-experiment that is one-group pre-post
test design by using t tests dependent. The average difference of pain before and after the intervention
as much as 0.667, 0.516 standard deviation, standard error 0.211. Statistical test results obtained p
value of 0.025, it can be inferred the existence of differences in pain adaptation before and after
therapeutic intervention in patients inpartu murottal primipara. The average difference of pain before
and after the intervention as much as -1.667, 0.516 standard deviation, standard error 0.211. Statistical
test results obtained p value of 0.001, it can be inferred the existence of differences in pain adaptation
before and after the therapy control in patients inpartu murottal primipara. The results of this study
should be used as an input or as an action for the reduction of pain in the mother inpartu at Hospital
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi .
1. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian Menurut World Health Organitation (WHO)
integral dari pembangunan Nasional yang tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
bertujuan untuk meningkatkan kualitas penduduk yaitu 289.000 jiwa.Amerika Serikat yaitu 9.300
sehingga tercapai kesejahteraan bangsa. Salah satu jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia
indikator dalam menentukan derajat kesehatan Tenggara 16.000 jiwa.Angka kematian ibu di
suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup
angka kematian ibu dan bayinya. Setiap tahun (WHO, 2014).Millenium Development Goals
lebih dari 200 juta wanita hamil, sebagian besar (MDGs) menargetkan AKI menurun hingga 102
kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi hidup per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 dan
pada ibu yang sehat, walaupun demikian ada rencana pembangunan jangka menengah nasional
beberapa kasus kelahiran bukanlah peristiwa (RPJMN) menetapkan AKI dapat diturunkan
membahagiakan tetapi menjadi suatu masa yang menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada
penuh dengan rasa nyeri dan rasa takut (Admin, tahun 2014. Angka kematian ibu melahirkan di
2013). Persalinan adalah serangkaian kejadian Indoneia masih tinggi, pada tahun ini mencapai
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang 359 per 10.000 kelahiran.Kematian itu di
cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul sebabkan oleh perdarahan, infeksi dan tekanan
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin darah tinggi (eklampsi) dilihat dari survey
(Kuswanti, 2014). Persalinan merupakan proses demografi dan kependudukan (oleh Mensos dalam
yang alami, tetapi dapat menjadi beban dan Metrotvnews.com tahun 2015). Data yang
beresiko bagi seorang ibu. Salah satu resiko diperoleh oleh kementrian kesehatan Provinsi
persalinan yang sangat fatal adalah kematian Sumatera Barat pada tahun 2013 di dapatkan
(Hacker, 2001 cit AnDriawati, 2011). jumlah ibu dengan persalinan normal sebanyak
27.534 jiwa (Kemenkes, 2014).
Wanita yang telah melahirkan bayi aterm dan hanya 4-7 % wanita yang tidak mengalami
sebanyak satu kali di sebut dengan primipara, dan nyeri saat melahirkan (Cit Muhiman 2006, Cit
wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup Hartati 2008). Beratnya nyeri persalinan telah
beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak tergambar dalam Al-Quran dalam surah maryam
lebih dari lima kali disebut multipara (Asuhan : Makarasa sakit akan melahirkan anak memaksa
kebidanan komprehensif 2015). Wanita hamil ia (bersandar) pada pangkalpohon kurma, ia
sering merasa khawatir tentang rasa nyeri yang berkata, aduhai, alangkah baiknya aku mati
akan mereka alami saat melahirkan, hampir sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak
sekitar 90% ibu bersalin mengalami nyeri pada berarti lagi di lupakan (Qs. Maryam, 19:23).
persalinan (Muhiman 2006 cit Ika 2010) nyeri Berbagai metode telah digunakan untuk
tersebut dialami oleh primipara dan multipara, mengurangi dan menghilangkan nyeri persalinan
nyeri persalinan pada primipara lebih berat baik secara farmakologis maupun secara
dikarenakan adanya intensitas kontraksi terutama nonfarmakologis.Salah satu teknik yang biasa
pada kala I. Intensitas kontraksi ini disebabkan digunakan yaitu murotal Al-Quran. Murotal Al-
oleh penipisan serviks primipara yang terjadi lebih Quran merupakan rekaman suara Al-Quran yang
dahulu dari pada dilatasi serviks. Dan primipara dilagukan oleh seorang Qori (Purna, 2006).
belum memiliki pengalaman terhadap nyeri Terapi murotal Al-Quran dapat mempercepat
persalinan sebelumnya yang menimbulkan penyembuhan, telah dibuktikan oleh beberapa ahli
ketegangan emosi dan cemas sehingga seperti yang dilakukan Ahmad Al Khadi direktur
memperberat persepsi nyeri (Yuliatun, 2008 utama Islamic Medicine Institute for Education
dalam Laisouw 2015). andResearch di Florida, Amerika Serikat, dengan
Penanggulangan nyeri pada persalinan sangat hasil penelitian menunjukkan 97% bahwa
penting karena akan dapat memperbaiki keadaan pengaruh mendatangkan ketenangan dan
fisiologis dan psikologi ibu dan bayi baru lahir menurunkan ketegangan urat saraf reflektif
serta mengurangi kematian ibu dan janin. Saat ini (Remolda, 2009). Relaksasi dengan
proses persalinan dengan menggunakan metode - mendengarkan Al-Quran merupakan salah satu
metode pengurangan rasa nyeri sedang metode terapi non farmakologis yang dapat
berkembang dimasyarakat, karena ibu bersalin mengurangi nyeri dan juga dapat memberikan
meyakini bahwa persalinan itu nyeri, dan ketenangan jiwa, karena ketenangan jiwa dapat
menganggap lebih penting mengatasi rasa nyeri menginduksi hormon endorphin dan mereduksi
pada proses persalinan dibandingkan dengan hormon-hormon yang mengakibatkan
tempat persalinan atau siapa yang mendampingi vasokontriksi pembuluh dan spasme darah ibu.
(Aprillia, 2014). Ibu bersalin yang sulit Selain itu ketenangan jiwa juga dapat
beradaptasi dengan rasa nyeri persalinan dapat meningkatkan oksigenasi (Djihan,2005 cit,
menyebabkan tidak terkoordinasinya kontraksi Windiasih, 2007). Berdasarkan penelitian Alkahel
uterus yang dapat mengakibatkan perpanjangan (2011) bahwa Al-Quran yang diperdengarkan
kala I persalinan dan kesejahteraan janin akan memberikan efek relaksasi sebesar 65%.
terganggu (Hani, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Wahida 2014,
Berdasarkan penelitian Ellyta Aizar, 2012 yang memberikan murotal surat Ar-Rahman, pada
menggambarkan bahwa mayoritas adaptasi ibu bersalin kala I fase aktif sebanyak 1 kali
psikososial ibu bersalin 91,9% adaptif pada fase selama 25 menit, dapat menurunkan intensitas
aktif dan hanya 37,8% yang adaptif pada fase nyeri dan meningkatkan kadar endorphin.
transisi. Nyeri selama persalinan meningkatkan Penelitian yang dilakukan Bayrami(2014)
metabolisme tubuh sehingga terjadi peningkatan yang memberikan murottal surat Ar-Rahman
tekanan darah, denyut nadi, RR, peningkatan suhu sebanyak 2 kali yaitu pada pembukaan 4-6 cm dan
yang juga akan berpengaruh pada sistem 7-10 cm dengan durasi selama 30 menit,
gastrointestinal, perkemihan dan persarafan. Pada menunjukkan hasil bahwa, intensitas nyeri
fase aktif mayoritas Pasien memiliki adaptasi persalinan ibu menurun setelah diperdengarkan
fisiologis yang adaptif, namun pada fase transisi murottal surat Ar-Rahman dibandingkan dengan
18,9% memiliki tekanan sistole hipertensi stage I, kelompok yang tidak diperdengarkan murotal
2,7% tekanan distole hipertensi stage II, 5,4% intensitas nyerinya tidak mengalami penurunan.
suhu di atas normal, 18,9% respirasi yang di atas Menurut Yuanitasari (2008) durasi pemberian
normal dan 56,8% merasakan nyeri berat. terapi musik atau suara selama 10-15 menit dapat
Menurut Elvoski, menyatakan bahwa sekitar 90 % memberikan efek relaksasi.Menurut Smith (dalam
wanita mengalami nyeri saat proses melahirkan Upoyo, Ropi, & Sitoru 2012) terapi bacaan Al-
Quran terbukti mengaktifkan sel-sel tubuh dilakukan terapy murotal. Peneliti melakukan
dengan mengubah getaran suara menjadi persiapan terapy murotal lalu menganjurkan
gelombang yang ditangkap oleh tubuh, pasien dengan posisi yang nyaman. Peneliti
menurunkan stimulasi reseptor nyeri. Berdasarkan mendengarkan kepada pasien murotal surat Ar -
penelitian Wahida (2015) terapi murotal Al- Rahman.Terapy dilakukan selama 30 menit.
Quran menunjukkan peningkatan kadar beta Setelah melakukan terapy, ukur kembali tanda
endorphin dimana sebelum perlakuan (1053,6 tanda vital dan intensitas nyeri pasien sesudah
ng/L) dan setelah perlakuan (1813,6 ng/L). melakukan terapy murotal. Begitu juga dengan
Berdasarkan informasi yang di dapatkan oleh pasien kontrol, peneliti tetap melakukan
peneliti dari Ruang Bersalin RSUD Dr. Achmad pengukuran tanda tanda vital dan intensitas nyeri
Mochtar Bukittinggi terapi yang sudah pernah pertama respoden. Setelah 30 menit peneliti
dilakukan oleh perawat dan penelitian sebelumnya melakukan kembali pengukuran tanda tanda
adalah terapi musik, relaksasi dan teknik vital dan intensitas nyeri pasien. Peneliti
pernapasan. Sedangkan terapi murotal belum mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk
pernah di lakukan oleh perawat ataupun peneliti selanjutnya diolah dan dianalisis.
sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, TEKHNIK ANALISIS
peneliti berminat untuk mengetahui pengaruh 1. Analisis Univariat
terapy murotal terhadap adaptasi nyeri Analisis univariat yaitu hasil pemeriksaan
menghadapi persalinan pada ibu inpartu primipara tanda tanda vital dan nyeri sebelum dan
di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. sesudah intervensi pada ibu primipara.
2. Analisis Bivariat
2. METODE PENELITIAN Analisis bivariat yang digunakan pada
Desain penelitian menggunakan metode penelitian ini adalah uji t dependen (paired t-
quasi -eksperimen dengan rancangan pre - post test) untuk menguji perbedaan adaptasi nyeri
test yaitu satu kelompok diberikan terapy murotal sebelum dilakukan terapy murotal dan sesudah
dan satu kelompok kontrol tidak diberikan terapy melakukan terapy murotal dengan batasan
murotal. Populasi dalam penelitian sebanyak 30 kemaknaan 0,05.
orang dan sampel dalam penelitian ini 12 orang, 6
di lakukan intervensi dan 6 orang lagi tidak
diberikan perlakuan atau kontrol. Instrument yang
digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini
menggunakan speaker, headset, hand phone, ayat
Al Quran surat Ar-Rahman, lembar prosedur
pelaksanaan terapy murotal, dan lembar observasi
terapy murotal pre dan post melakukan terapy
murotal. Penelitian dilakukan di Ruangan Bersalin
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada
tanggal 9 Juni 9 Juli 2016.
Tekhnik dalam pengumpulan data
pertamakali peneliti meminta data pasien ibu yang
akan inpartu primipara di Ruangan Bersalin
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Peneliti
mengambil 12 pasien yang akan di jadikan
responden sesuai dengan banyak sampel yang
peneliti butuhkan, 6 orang diberikan perlakuan
dan 6 orang lagi tidak diberikan perlakuan atau
kontrol. Peneliti menjelaskan kepada pasien
tentang pemberian terapi murottal surat Ar
Rahman pada ibu yang akan inpartu kala I. Jika
pasien setuju dijadikan sampel dalam penelitian
ini, peneliti mengajukan lembar persetujuan
(informed consent) untuk ditanda tangani. Peneliti
melakukan pengukuran tanda tanda vital dan
intensitas nyeri pertama respoden sebelum
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa rata - rata adaptasi nyeri sebelum dilakukan kontrol sebanyak
6,83 dengan standar deviasi 0,983 dan standar eror 0,401.
b). Rata - Rata Pasien Berdasarkan Adaptasi Nyeri Pasien Inpartu Primipara Setelah
dilakukan Kontrol Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Variabel n Mean SD SE
Adaptasi nyeri setelah 12 8,50 0,548 0,224
dilakukan kontrol
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa rata - rata adaptasi nyeri setelah dilakukan kontrol sebanyak 8,50
dengan standar deviasi 0,548 dan standar eror 0,224.
c). Rata - Rata Pasien Berdasarkan Adaptasi Nyeri Pasien Inpartu Primipara Sebelum
Intervensi di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Variabel N Mean SD SE
Adaptasi nyeri sebelum 12 7,83 0,753 0,307
dilakukan intervensi
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa rata - rata adaptasi nyeri sebelum dilakukan intervensi sebanyak
7,83 dengan standar deviasi 0,753 dan standar eror 0,307.
d). Rata Rata Pasien Berdasarkan Adaptasi Nyeri Pasien Inpartu Primipara Setelah
Dilakukan Intervensi di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Variabel N Mean SD SE
Adaptasi Nyeri Setelah 12 7,17 0,983 0,401
Dilakukan Intervensi
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa rata - rata adaptasi nyeri sebelum dilakukan intervensi sebanyak
7,17 dengan standar deviasi 0,983 dan standar eror 0,401.
2).AnalisaBivariat
a). Rata Rata Pasien Berdasarkan Adaptasi Nyeri Pasien Inpartu Primipara Sebelum dan
Sesudah kontrol di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Variabel N Mean SD SE P value
Adaptasi Nyeri Sebelum 12 -1,667 0,516 0,211 0,001
dan Setelah Dilakukan
kontrol
Berdasarkan tabel 5.3.1 dapat dilihat bahwar rata - rata perbedaan nyeri sebelum dan sesudah kontrol
sebanyak -1,667, standar deviasi 0,516, standar eror 0,211. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value
0,001 maka dapat disimpulkan adanya perbedaan adaptasi nyeri sebelum dan setelah dilakukan kontrol
terapi murottal pada pasien inpartu primipara.
b). Rata Rata Pasien Berdasarkan Adaptasi Nyeri Pasien Inpartu Primipara Sebelum dan
Sesudah intervensi di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Variabel n Mean SD SE P
value
Adaptasi Nyeri Sebelum dan 12 0,667 0,516 0,211 0,025
Setelah Dilakukan Intervensi
Berdasarkan tabel5.3.2 dapat dilihat bahwa rata - rata perbedaan nyeri sebelum dan sesudah intervensi
sebanyak 0,667, standar deviasi 0,516, standar eror 0,211. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value
0,025 maka dapat disimpulkan adanya perbedaan adaptasi nyeri sebelum dan setelah dilakukan
intervensi terapi murottal pada pasien inpartu primipara
yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual 2). Analisa Bivariat
dan potensial atau menunjukkan adanya
kerusakan. a). Perbadaan adaptasi nyeri sebelum dan
Menurut analisis peneliti nyeri pada sesudah kontrol pasien inpartu primipara di
kelompok intervensi, nyeri terus mengalami RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
peningkatan karena pada persalinan sudah
merupakan fisiologis untuk nyeri, kalau tidak Hasil penelitian didapatkan rata-rata
nyeri merupakan tidak wajar, tetapi disini yang perbedaan nyeri sebelum dan sesudah kontrol
mau diperhatikan peneliti dari pasien tidak bisa sebanyak -1,667, standar deviasi 0,516, standar
beradaptasi dengan nyeri. eror 0,211. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
value 0,001 maka dapat disimpulkan adanya
d). Adaptasi nyeri sesudahintervensi terapi perbedaan adaptasi nyeri sebelum dan setelah
murottal pada pasien inpartu primipara di dilakukan kontrol terapi murottal pada pasien
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. inpartu primipara.
Menurut Mansur (2009) adaptasi adalah
Hasil penelitian didapatkan rata - rata adaptasi manusia hendaknya dapat menyesuaikan diri
nyeri sebelum dilakukan intervensi sebanyak 7,17 dengan lingkungannya, akan tetapi manusia tidak
dengan standar deviasi 0,983 dan standar eror selalu harus berubah tetapi justru harus membuat
0,401. perubahan. Manusia sebagai makhluk hidup
Cuningham (2004), berpendapat bahwa nyeri mempunyai daya upaya untuk dapat
persalinan sebagai kontraksi miometrium, hal ini menyesuaikan diri aktif maupun pasif. Pada
merupakan proses fisiologi dengan intensitas yang dasarnya seseorang aktif melakukan penyesuaian
berbeda dengan masing - masing individu. Nyeri diri bila keseimbangannya terganggu. manusia
adalah suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh akan merespon dari tidak seimbang menjadi
stimulus spesifik bersifat subjektif dan berbeda seimbang. Ketidak seimbangan ditimbulkan
antara masing - masing individu karena karena frustasi dan konflik.
dipengaruhi oleh faktor psikososial, kultur dan Menurut analisis peneliti pada kelompok
endorphin seseorang, sehingga orang tersebut kontrol terdapat perbedaan yang signifikan karena
lebih merasakan nyeri (Potter & Perry, 2005). rata - rata perbedaan nyeri sebelum dan sesudah
Terapi dengan menggunakan lantunan murotal intervensi sebanyak -1,667, standar deviasi 0,516,
Al Quran ( selanjutnya disebut terapi murotal standar eror 0,211. Hasil uji statistik didapatkan
Al Quran ), ternyata sudah memasyarakat di nilai p value 0,001 maka dapat disimpulkan
kalangan tertentu pemeluk agama Islam.Tujuan adanya perbedaan adaptasi nyeri sebelum dan
mereka bukan sebagai terapi suara,tapi untuk setelah dilakukan kontrol terapi murottal pada
membedakandiri kepada Tuhan (Allah SWT). pasien inpartu primipara. Disini pasien tidak bisa
Gagasan untuk mengetahui tanggapan otak ketika beradaptasi dengan nyeri , pasien mengalami nyeri
mendengarkan lantunan murotal Al yang sangat hebat hanya bisa menangis, cemas
Quran.Tidak saja melihat respon secara umum, dengan keadaan, dan mengerang kesakitan.
tapi juga dengan lebih detail, seperti melihat
daerah korteks otak manakah yang memberikan b). Perbedaan adaptasi nyeri sebelum dan sesudah
respon relaksasi setiap 10 detik sejak di berikan intervensi pasien inpartu primipara di RSUD
stimulasi (Siswantinah, 2011). Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada
Menurut analisis peneliti bahwa pada kelompok kontrol.
penelitian intervensi terapi murotal, didapatkan
hasil, nyeri saat persalinan terus meningkat tetapi Hasil penelitian didapatkan bahwa rata - rata
pada kelompok intervensi terapi murotal ini pasien perbedaan nyeri sebelum dan sesudah intervensi
bisa beradaptasi dengan nyeri di karenakan sebanyak 0,667, standar deviasi 0,516, standar
lantunan ayat suci Al quran yang dibacakan eror 0,211. Hasil uji statistik didapatkan nilai p
oleh manusia merupan obat yang paling ampuh value 0,025 maka dapat disimpulkan adanya
dikarena bisa membuat rileks nyaman dan tenang perbedaan adaptasi nyeri sebelum dan setelah
dalam beberapa menit walaupun nyeri itu dilakukan intervensi terapi murottal pada pasien
bertambah terus menerus. inpartu primipara.
Adaptasi nyeri adalah penyesuaian diri
terhadap pengalaman emosional dan sensori yang
tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan
jaringan secara aktual dan potensial atau Bobak.I. 2004. Buku Ajar Keperawatan
menunjukkan adanya kerusakan. Mamun (2012), Maternitas. Penerbit EGC. Jakarta
bahwa Al Quran dapat menyembuhkan Cuningham, 2004. Obstetri Wiliams.
berbagai penyakit jasmani maupun rohani seperti Penerbit EGC. Jakarta
kegelisahan, kecemasan dan kejiwaan. Al Quran Cuningham. 2004. Obstetri Wiliams. Penerbit
merupakan kitab wahyu yang di turunkan oleh EGC. Jakarta
Allah kepada rasulnya yang mulia Muhammad Destiana, 2013. Pengaruh Therapi Murrotal Al-
S.A.W lebih empat belas abad yang lalu. Ia di Quran Untuk Penurunan Nyeri
turunkan secara peringkat peringkat memakan Persalinan Dan Kecemasan Pada Ibu
masa lebih 20 tahun. Ayat ayatnya terbagi ke Bersalin Kala I Fase Aktif (http://gilib-
dalam 2 zaman yaitu : Makiyah dan Madaniyyah stikeskusumahusada. ac.id) Diakses
sesuai dengan keadaan zaman dan penerimaan Tanggal 05 Februari 2015
sahabat rasulullah. Ia tidak berubah dan tidak Elzaky, 2011, Mukjizat Kesehatan Ibadah,
dapat di tandingi sampai akhir zaman. Al Quran Penerbit Zaman, Jakarta
merupakan mukjizat yang teragung untuk Ghufron, M. N. & Rini, R. S. 2010. Teori-Teori
dipelajari, dijadikan panduan dan diamalkan oleh Psikologi. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
seluruh umat manusia sampai akhir zaman Guyton & Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi
(Qindil, 2008). Kedokteran , Penerbit EGC. Jakarta
Menurut analisis peneliti bahwa setelah Hafidz. 2010. Keajaiban Mendengarkan Al-
dilakukan terapi terdapat perbedaan rata - rata Quran
adaptasi nyeri sebelum dan sesudah dilakukan (http://fsqalhafidz.org/index.php/materi
intervensi terapi murotal 0,667. dengan nilai p -utama /kajian/108- jawaban-imam-
value nya 0,025 dapat disimpulakan bahwa ada ibnu-taimiyah-bag2) Diakses Tanggal
perbedaan yang signifikan antara nyeri sebelum 05 Februari 2015
dilakukan intervensi dan nyeri sesudah intervensi Handayani.R. 2014. Skripsi: Pengaruh Terapi
terapi murotal, pasien bisa beradaptasi dengan Murrotal Untuk Penurunan Nyeri
nyeri karena dengan adanya terapi murotal ini Persalinan dan Kecemasan Pada Ibu
pasien bisa menjadi rileks , tenang, nyaman dan Bersalin Kala I Fase Aktif.
mampu menahan nyeri dalam beberapa menit Judha.M. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan
walaupun nyeri terus-menerus akan bertambah. Nyeri Persalinan. Penerbit Nuha
Medika. Yogyakarta
3. KESIMPULAN Kadir. 2012. Manfaat Al-Quran Bagi Kesehatan
(http://ana-
Penelitian ini dapat disimpulkan ada pengaruh sukmawatikadir87.blogspot.com
terapy murotal terhadap adaptasi nyeri persalinan /2012/4/manfaat-AlQuran-bagi-
pada ibu inpartu primipara, adanya perbedaan kesehatan.html)Diakses Tanggal 05
adaptasi nyeri sebelum dan setelah dilakukan Februari 2015
intervensi terapi murottal pada ibu inpartu Kuswanti, 2014. Askeb II Persalinan. Pustaka
primipara dan adanya perbedaan adaptasi nyeri Pelajar .Yogyakarta
sebelum dan setelah dilakukan kontrol terapi Laisouw, Meilany. 2015. Tesis : Perbedaan
murottal pada ibu inpartu primipara. Tehnik Distraksi Mendengarkan
Murrotal Dan Tehnik Relaksasi
4. REFERENSI Pernafasan Terhadap Penurunan Nyeri
Inpartu Kala I Di Rs TK II
Admin, 2013. World Health Organization. Angka Prof.Dr.J.A.Latumeten Ambon :
Kematian Ibu Universitas Hasanuddin Makasar
(http://WWW.sribid.com/doc/55332903 Mansur,Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak
/Angka-Kematian Ibu) Diakses Tanggal Untuk Kebidanan. Penerbit Salemba
08 Februari 2015 Medika. Jakarta
Al Kaheel, Abdel Daem. 2013. Pengobatan MaMun, 2012. Sehat Dengan Meditasi
Qurani : Manjurnya berobat dengan Al Membaca Al-Quran
Quran. Jakarta : Amzah. (http://mitrajaya.com/sehat-dengan-
Asrinah, 2010. Asuhan Kebidanan Masa meditasi-bacaanal-quran) Diakses
Persalinan. Penerbit Graha Ilmu. Tanggal 05 Februari 2015
Yogyakarta
Maryunani.I. 2010. Nyeri Dalam Persalinan Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Tehnik dan Cara Penanganannya. Jakarta : EGC
Penerbit Trans Info Media. Jakarta Wahida, 2015. Terapi murrotal Surat Ar-Rahman
Nanda, 2010. Nursing Diagnosis Defenition and Meningkatkan Kadar Endorpin dan
Classification. Philadelpia.AS Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Ibu
Notoatmodjo S. (2005). Metodologi penelitian Bersalin Kala I.
kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta (http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article
Nugroho, A. (2005) Strategi jitu memilih metode /viewFile/672/441) Diakses Tanggal 27
statistic penelitian dengan SPSS, Maret 2015
penerbit Andi : Yogyakarta.
Nursalam, (2011) Konsep dan peneraoan
metodologi penelitian ilmu
keperawatan, Jakarta : PT gramedia
pustaka utama.
Permansari, 2010. Pengaruh Mendengarkan Ayat
Suci Al-Quran Terhadap Tingkat Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Pada
Primipara di Puskesmas Margangsang
Yogyakarta. Yogyakarta
Pillitteri,Adele. 2002. Buku Saku Asuhan Ibu Dan
Anak. Jakarta : EGC
Potter & Perry, 2005. Fundamentals of Nursing
Philadelphia, AS
Qadiy, A. 1984. Pengaruh Terapi Murotal
Terhadap Organ
Tubuh.http://www.mailarchive.com.
Tanggal Akses : 28 Februari 2014
Remold, 2009, Pengaruh Al-Quran pada manusia
Dalam Prospek Fisiologi dan Psikologi.
(http://the.edc.com) Diakses tanggal 31
Januari 2015
Rekam Medis RSAM Bukittinggi, (2016).
Laporan kasus KB IGD RSAM
Bukittinggi.
Sastroasmoro & Ismael (2010), Dasar-dasar
metodologi penelitian
klinis,keperawatan medical bedah. Edisi
3.Vol 2 ,Jakarta : Rineka Cipta.
Smeltzer & Barre, 2007. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah . Penerbit EGC. Jakarta
Simkin. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan,
Melahirkan dan Bayi. Penerbit Arcan.
Jakarta
Siswantinah, 2011, Pengaruh Terapi Murrotal
Terhadap Kecemasan Pasien Gagal
Kronik Yang Dilakukan Tindakan
Hemodilusi Di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan. Semarang.
Sodikin. 2012. Tesis :Pengaruh Terapi Bacaan
Al-Quran Melalui Media Audio
Terhadap Respon Nyeri Pasien Post
Operasi Hernia Di Rs Cilacap Depok :
Universitas Indonesia.
Abstract
Delinquency is caused by the characteristics of the development of troubled teens. From interviews with
15 students, the data obtained psychosocial development where 10 of the 15 students have not been able
to control the behavior that can lead to bullying behavior. of cognitive development, 6 teenagers should
know his role as a student is to learn and study, but it is becoming a problem because it always sees his
students that the school is a place to play around it. The purpose of this study sees Characteristics of
Youth Development Relationship with Bullying Behavior Students at SMPN 3 Linggo Sari Baganti
Kabupaten Pesisir Selatan Year 2016. This study used a correlative description method and tool used
is a questionnaire with a student population of 324 people. 76 people were sampled using the technique
of "Multistage Random Sampling". The results of this study found, there is a significant relationship
between psychosocial development with bullying behavior p = 0.032 (p <0.005), there is a significant
relationship between cognitive development with bullying behavior value of p = 0.047 (p <0.005), there
is a significant relationship between moral development with bullying behavior p = 0.028 (p <0.005),
There was a significant relationship between spiritual development with bullying behavior value of p =
0.018 (p <0.005), There was a significant relationship between social development with bullying
behavior p = 0.046 (p <0.005. Suggestions researchers better understand about bullying either a student
teacher at the school.
Tabel 1 menunjukkan dari 42 orang siswa dengan perkembangan psikologis baik sebanyak 22
orang ( 52,4%) melakukan perilaku Bullying, sedangkan dari 34 orang siswa yang perkembangan
psikologis kurang baik ada 17 orang (50%) melakukan perilaku bullying di SMPN 3 Linggo Sari
Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.
Hasil uji statistic chi-square didapatkan p=0,032 (p < 0,05).Berarti Ha diterima dan Ho ditolak jadi
terdapat hubungan yang bermakna antara perkembangan psikologis dengan perilaku bullying siswa di
SMPN 3 Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2016. OR didapatkan 0,909 artinya
siswa yang memiliki perkembangan psikologis kurang baikberpeluang 0,909 kali melakukan perilaku
bullying dibandingkan dengan siswa dengan perkembangan psikologis baik.
Tabel 3.1.2
Hubungan Karakteristik Perkembangan Kognitif Remaja Dengan
Perilaku BullyingSiswa di SMPN 3 Linggo Sari Baganti
Perilaku Bullying
Perkembang Tidak Jumlah p- OR
Terjadi value
an Kognitif Terjadi
f % f % f %
Kurang Baik 14 46,7 16 63,3 30 100
Baik 25 54,3 21 45,7 46 100 0,047 0,735
Total 39 51,3 37 48,7 100
76
Tabel 2 menunjukkan dari 46 orang siswa dengan perkembangan kognitif baik sebanyak 25 orang
( 54,3%) melakukan perilaku bullying, sedangkan dari 30 orang siswa dengan perkembangan kognitif
kurang baik sebanyak 16 orang (63.3%) melakukan perilaku bullying di SMPN 3 Linggo Sari Baganti
Kabupaten Pesisir Selatan.
Hasil uji statistic chi-square didapatkan p=0,047 (p < 0,05). Berarti Ha diterima dan Ho ditolak
jadi terdapat hubungan yang bermakna antara perkembangan kognitif dengan perilaku bullying siswa
remaja di SMPN 3 Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2016. OR didapatkan 0,735
artinya siswa yang memiliki perkembangan kognitif kurang baikberpeluang 0,735 kali melakukan
perilaku bullying dibandingkan dengan siswa yang memiliki perkembangan kognitif baik.
Tabel 3.1.3
Hubungan Karakteristik Perkembangan Moral Remaja Dengan
Perilaku BullyingSiswa di SMPN 3 Linggo Sari Baganti
Perilaku Bullying
Perkembang Tidak Jumlah p- OR
Terjadi value
an Moral Terjadi
F % f % F %
Kurang Baik 16 55,2 13 44,8 29 100
Baik 23 48,9 24 51,1 47 100 0,028 1,284
Total 39 51,3 37 48,7 100
76
Tabel 3 menunjukkan dari 47 orang siswa dengan perkembangan moral baik, ada 24 orang siswa
( 51,1%) tidak ada melakukan perilaku bullying, sedangkan dari 29 orang siswa dengan perkembangan
moral yang kurang baik, ada 16 orang siswa (55,2%) melakukan perilaku bullying di SMPN 3 Linggo
Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.
Hasil uji statistic chi-square p=0,028 (p < 0,05). Berarti Ha diterima dan Ho ditolak jadi terdapat
hubungan yang bermakna antara perkembangan moral dengan perilaku bullying pada siswa remaja di
SMPN 3 Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2016. OR didapatkan 1,284 artinya
responden yang memiliki perkembangan moral yang kurang baikberpeluang 1,284 kali melakukan
perilaku bullying dibandingkan dengan responden yang memiliki perkembangan moral baik.
Tabel 3.1.4
Hubungan Karakteristik Perkembangan Spritual Remaja Dengan
Perilaku Bullying Siswa di SMPN 3 Linggo Sari Baganti
Perilaku Bullying
Perkembangan Jumlah p- OR
Terjadi Tidak Terjadi value
Spritual
f % f % f %
Kurang Baik 18 54,5 15 45,5 33 100
Baik 21 48.8 22 51,2 43 100 0.018 1,257
Total 39 51,3 37 48,7 100
76
Tabel 4 menunjukkan dari 43 orang siswa dengan perkembangan Spiritual baik, ada 22 orang
siswa ( 51,2%) tidak melakukan perilaku bullying, sedangkan dari 33 orang siswa dengan perkembangan
spiritual kurang baik, ada 18 orang siswa (54,5%) melakukan perilaku bullying di SMPN 3 Linggo Sari
Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.
Hasil uji statistic chi-square didapatkanHasil uji statistic chi-square p=0,018 (p < 0,05). Berarti Ha
diterima dan Ho ditolak jadi terdapat hubungan yang bermakna antara perkembangan spritual dengan
perilaku bullying pada siswa remaja di SMPN 3 Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan Tahun
2016. OR didapatkan 1,257 artinya siswa dengan perkembangan spiritual kurang baikberpeluang 1,257
kali untuk melakukan perilaku bullying dibandingkan dengan siswa dengan perkembangan spiritual
baik.
Tabel 3.1.5
Hubungan Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja Dengan
Perilaku BullyingSiswa di SMPN 3 Linggo Sari Baganti
Perilaku Bullying
Perkembangan Jumlah p-value OR
Terjadi Tidak Terjadi
Sosial
f % f % f %
Kurang Baik 18 58.1 13 41.9 31 100
Baik 21 23,1 24 53.3 45 100 0,046 1,582
Total 39 51,3 37 48,7 100
76
Tabel 5 menunjukkan dari 45 orang siswa dengan perkembangan sosial baik, ada sebanyak 24
orang(53,3%) tidak melakukan perilaku Bullying, sedangkan dari 31 orang siswa dengan perkembangan
sosial kurang baik, ada 18 orang siswa (58.1%) melakukan perilaku bullying di SMPN 3 Linggo Sari
Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.
Hasil uji statistic chi-square didapatkanp=0,046 (p < 0,05). Berarti Ha diterima dan Ho ditolak jadi
terdapat hubungan yang bermakna antara perkembangan sosial dengan perilaku bullying pada siswa
remaja di SMPN 3 Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2016. OR didapatkan 1,582
artinya siswa yang memiliki perkembangan sosial kurang baikberpeluang 1,582 kali melakukan perilaku
bullying dibandingkan dengan siswa dengan perkembangan sosial baik.
=0.0045 < 0,05 sehingga terdapat significansi mernjalani masa perkembangannya dengan baik.
antara spiritual dengan bullying Hal ini berkaitan dengan data penelitian yang di
Peneliti berasumsi bahwa adanya dapatkan yaitu, 14,5% siswa memiliki orangtua
hubungan dikarenakan perkembangan spiritual yang sering mendengarkan keluhan tentang
siswa sekolah selalu berkaitan dengan perilaku masalah yang dihadapi oleh siswa. 30,3% siswa
kekerasanya, dimana anak sekolah sebagai remaja selalu bisa menyesuaikan diri untuk masuk
tersebut akan berfikir apa yang akan kedalam kelompok teman-temannya. 44,7% siswa
dilakukannya, jika semakin baik perkembangan sering memiliki sahabat ataupun teman dekat.
spiritual mereka maka semakin tidak terjadi 30,3% siswa menyadari bahwa diri mereka adalah
perilaku bullying di sekolah sehingga remaja akan laki-laki dan perempuan remaja, sehingga mereka
menjalani masa perkembangan spiritualnya harus membatasi pergaulan yang bersifat negatif
dengan dengan baik. Hal ini diperkuat oleh data dengan lawan jenis.
yaitu 56,6% siswa menyadari apa yang harus
dilakukan sebagai umat yang beragama. 31,6% 4. KESIMPULAN
siswa selalu melaksanakan ibadah setiap hari.
39,5% siswa selalu diberitahu oleh orangtua untuk Hasil penelitian terhadap 76 orang siswa dengan
tidak meninggalkan ibadah setiap harinya. judul Hubungan Karakteristik Perkembangan
Remaja Dengan Perilaku BullyingSiswa di SMPN
3.2.5. Hubungan Perkembangan 3 Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan
Remaja dengan Perilaku Tahun 2016 menyimpulkan :
Bullying 1. Lebih dari separoh siswa memiliki
perkembangan psikologis baik sebanyak 42
Hasil uji statistik didapatkan p=0,046 (p < 0,05), siswa (55.3 %).
terdapat hubungan yang bermakna antara 2. Lebih dari separoh siswa memiliki
perkembangan sosial remaja dengan perilaku perkembangan kognitif baik sebanyak 46
bullying siswa remaja di SMPN 3 Linggo Sari siswa (60.5 %).
Baganti dengan nilai OR 1,582. 3. Lebih dari separoh siswa memiliki
Perkembangan sosial merupakan perkembangan moral baik sebanyak 47 siswa
perkembangan yang dilalui oleh remaja yang perlu (61.8%).
mendapatkan perhatian dari pihak sekolah 4. Lebih dari separoh siswa memiliki
ataupun orang tua karena sosial remaja sekarang perkembangan spiritual baik sebanyak 43
ini sangat labil yang perlu dikontrol supaya tidak siswa (56,6 %.)
melakukan tindakan anarkis atau kekerasan. 5. Lebih dari separoh siswa memiliki
Istilah bullying merupakan suatu istilah yang perkembangan sosial baik sebanyak 45 siswa
masing terdengar asing bagi kebanyakan (59.2 %)
masyarakat di Indonesia, walaupun pada 6. Lebih dari separoh siswa melakukan perilaku
kenyataannya perilaku tersebut telah terjadi dalam bullying yaitu sebanyak 39 siswa (51.3 %) di
kurun waktu yang lama dan terjadi di berbagai SMPN 3 Linggo Sari Baganti
segi kehidupan termasuk juga dunia pendidikan. 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara
Pendapat ini senada dengan Rigby Ken perkembangan psikologis, kognitif, moral,
(2003), perilaku bullying dapat terjadi secara spiritual dan sosial dengan perilaku bullying
individual ataupun berkelompok yangdilakukan siswa di SMPN 3 Linggo Sari Baganti
seorang anak ataupun kelompok secara konsisten Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2016 dengan
dimana tindakan tersebut mengandung unsur p value = 0,032, 0,047, 0,028, 0,018, 0,046.
melukai bagi anak yang jauh lebih lemah
dibanding pelaku. Dan hal ini ada kaitannya 5. REFERENSI
dengan perkembangan sosial siswa sekolah jika Al-Mighwar. (2006). Psikologi Remaja
tidak diperhatikan perkembangan sosialnya maka Petunjuk bagi Guru dan Orangtua.
kekerasan akan merajalela Bandung : Pustaka Setia
Peneliti berasumsi bahwa adanya Buda M & Szirmai E. (2010). School Bullying in
hubungan dikarenakan bahwa sosial remaja selalu the Primary School Report of a Research in
berkaitan dengan perilaku kekerasanya remaja Hajdu-Bihar Country (Hungary). Joz/ma/ of
tersebut atau semakin baik perkembangan sosial Social Research &Policy. No. 1, July 2010
nya maka akan semakin tidak terjadi perilaku Aznan Adviis Ardiyansyah. (2008). Faktor-
bullying di sekolah sehingga remaja akan Faktor Yang Mempengaruhi Bullying Pada
Abstract
Depression is a major mental health problem today. Depression is estimated to affect 350
million people. Health Survey conducted in 17 countries found that on average about 1 in 20 people are
reported to have episodes of depression. Data incidence of depression in adolescents in the can in 2013
as many as 716 people, in 2014 as many as 971 people and in 2015 as many as 1344 people adolescents
with depression in the hospital. Prof. HB. Sa'anin Padang.The aim of research to determine the
relationship of the intensity of bullying to the level of depression in adolescents in child and adolescent
clinic RSJ.Prof.HB.Sa'anin Padang 2016.
This type of research is analytic with cross sectional design. The population in this study
were teenagers who were in Child and Adolescent Clinic RSJ Prof. HB. Saanin Padang totaling 157
people and the sample 60. The sampling technique is purposive random sampling. This research has
been carried out in the Child and Adolescent Clinic RSJ. Prof. HB. Sa'anin Padang in December 2015
through August 2016.
The results of the univariate analysis found more than half (73.3%) of respondents with
depression and (56.7%) of respondents who experienced bullying, bivariate analysis results was a
significant relationship between the level of intensity Bullying Depression In Adolescents in Child and
Adolescent Clinic RSJ , Prof. HB. Sa'anin Padang pvalue = 0.000 (pvalue 0.05).
The conclusion of this study is more than half (73.3%) adolescents suffering from
depression. It is suggested that the hospital to carry out the provision of information on how the
prevention of bullying that depression in adolescents can be reduced and can be tackled. And to further
researchers to develop research on the factors that influence the rate of depression in adolescents using
variables authoritarian parenting parents.
terkait dengan meningkatnya angka perceraian, anak tersebut mengalami kesulitan berinteraksi
tuntutan akademis, dan tekanan sosial dengan lingkungan dan kesulitan berkonsentrasi
(Newsweek, 2002) sehingga mempengaruhi prestasi anak di sekolah.
Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) hubungan Intensitas Bullying dengan Tingkat
2013 adalah DIY 2,7 juta, Aceh 2,7 juta, Sulawesi depresi pada remaja di RSJ. Prof. HB. Saanin
Selatan 2,6 Juta, Bali 2,5 juta, Jawa Tengah 2,3 Padang 2016.
juta, Jawa Timur 2,2 juta, Bangka Belitung 2,2
juta, NTB 2,1 juta, dan Sumbar 1,9 juta. Jumlah 2. METODE PENELITIAN
penduduk yang Penelitian ini dilakukan pada bulan
mengalami gangguan jiwa berat di Sumatra Barat Desember 2015 bulan Agustus tahun 2016 di
semakin banyak. Berdasarkan laporan Riset RSJ. Prof HB. Saanin Padang. Penelitian ini
Kesehatan Dasar (Rikesdas, 2013) penderita dilakukan pada remaja yang mengalami Intensitas
gangguan jiwa berat di Sumatra Barat merupakan Bullying. Jenis penelitian analitik dengan
peringkat kesembilan yaitu sebanyak 1,9 juta. pendekatan cross sectional. Variabel independen
Penelitian oleh Hankin (2006) menyatakan (Hubungan Intensitas Bullying) dan variabel
bahwa salah satu faktor kerentanan depresi pada dependen (Tingkat Depresi). Pengumpulan data
remaja adalah kejadian hidup negatif yang menggunakan kuesioner dengan teknik
menekan..Remaja kerap mendapatkan perilaku pengambilan sampel purposive random sampling.
kekerasan di sekolah, seperti perilaku kekerasan Tekhnik pengumpulan data yang dipergunakan
dari guru, teman sekelas, dan kakak kelas.Perilaku dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data
kekerasan ini dapat disebut dengan istilah primer dengan menyebarkan kuesioner. Penelitian
bullying. Seseorang dikatakan mengalami ini menggunakan analisis Univariat dan analisis
bullying jika terkena ancaman secara berulang. Bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-
Bullying dapat dianggap sebagai kejadian hidup square dengan derajat kepercayaan 95 % ( =
yang menekan sebab berkarakteristik negatif dan 0,05).
sulit untuk dikendalikan oleh korban. Taylor
(2006)
Bullying bukanlah fenomena yang baru dan
masalah ini telah lama didiskusikan. Secara umum
bullying adalah aktivitas sadar, disengaja dan keji
yang bertujuan untuk melukai atau menanamkan
ketakutan melalui ancaman agresi lebih lanjut dan
menciptakan teror Menurut Coloroso (2006)
bullying akan selalu melibatkan adanya ketidak
seimbangan kekuatan, niat untuk mencederai,
ancaman agresi lebih lanjut, dan teror. Bullying
merupakan salah satu bentuk perilaku agresi.
Ejekan, hinaan, dan ancaman seringkali
merupakan pancingan yang dapat mengarah ke
agresi.
Berdasarkan observasi data kejadian Depresi
pada remaja yang di dapat pada tahun 2013
sebanyak 716 orang, pada tahun 2014 sebanyak
971 orang dan pada tahun 2015 sebanyak 1344
orang remaja yang mengalami depresi di RSJ.
Prof. HB. Saanin Padang. Data tersebut
menunjukkan bahwa pasien depresi yang dirawat
jalan semakin bertambah setiap tahunnya. Jumlah
pasien yang mengalami Depresi di poliklinik
Anak dan remaja yang didapat 6 bulan
terakhir,bulan Juli 2015 sampai dengan Desember
2015 yaitu sebanyak 157 orang.
Anak yang mengalami bullying akan
menyebabkan depresi dan akan mengakibatkan
Tabel 3.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tingkat Depresi pada Remaja di RSJ. Prof. HB.
Sa'anin Padang Tahun 2016
No Tingkat
f (%)
Depresi
1 Depresi 44 73,3
2 Tidak Depresi 16 26,7
Jumlah 60 100,0
Tabel 3.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Intensitas Bullying pada Remaja di RSJ. Prof. HB.
Sa'anin Padang 2016
Intensitas
No f (%)
Bullying
1 Bullying 34 56,7
2 Tidak Bullying 26 43,3
Jumlah 60 100,0
Tabel 3.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Intensitas Bullying dengan Tingkat Depresi pada
Remaja 2016
Tingkat Depresi
Intensitas Tidak P
Depresi Total %
Bullying Depresi Value
f % f %
Bullying 32 94.1 2 5,9 34 100,0 0,000
Tidak 12 46,2 14 53,8 26 100,0
Bullying
Jumlah 44 73,3 16 26,7 60 100,0
Yuanita Ananda
STIKes Alifah Padang
Email : Yuanita_ananda88@yahoo.com
Abstract
Nurses as the longest power contacts or associated with the patient and family. This will lead
to a strong stressor on nurses in the work environment. American National Association For
Occupational Safety (ANAOS) put severe stress on the nurse comes out top in the first forty cases of
stress on workers. Based on the results of research conducted by the National Care Association of
Indonesia (PPNI) contained 50.9% of nurses who experience job stress. This study aims to determine
the Factors Associated With Job Stress Nurses in Emergency Instalation of RSUP Dr.M.Djamil Padang
2016.
This type of research is descriptive analytic with cross sectional approach. This research was
din on November 2015-June 2016, while taken data was din on 25 Mei- 11 June 2016. The population
in this research is 55 nurses with the sampling technique used is total sampling as many as 55 nurses in
the emergency instalation of RSUP Dr.M.Djamil Padang 2016. Retrieving data using questionnaires.
The data were analyzed using univariate with frequency distribution and bivariate using Chi Square
test with a confidence level of 95%.
The results of univariate in getting that more than half (61.5%) of respondents experiencing
work stress. more than half (65.4%) of respondents experienced a heavy workload. more than half
(53.8%) of respondents experienced a heavy duty demands. more than half (55.8%) of respondents did
not experience labor conflict. In bivariate there is a significant relationship between workloads with job
stress of nurses in Emergency Instalation of RSUP Dr.M.Djamil Padang 2016 with pvalue 0,006
(p<0,05). There was no significant relationship between job demand (p=0,062) and job conflicts
(p=0,843) with job stress of nurses in Emergency Instalation of RSUP Dr.M.Djamil Padang 2016
(p>0,05).
The conclusion is there is a meaningful relation about workload with job stress nurses in
Emergency Instalation of RSUP Dr.M.Djamil Padang 2016. Suggested the need for a balance between
the ratio of nurses and patients who visit the emergency room so that the workload is felt not too heavy
so as not to cause work stress in nurses.
Keywords : workload, the demands of the task, work conflict, work stress, nurses
kerja dan tuntutan tugas pada perawat di IGD banyak yang belum diselesaikan serta menyuruh
RSUP Dr. M.Djamil Padang. peneliti untuk melakukan wawancara kepada
Menurut hasil survey pendahuluan yang perawat yang lain saja dulu, padahal perawat
telah dilakukan peneliti pada perawat pelaksana di tersebut tidak terlihat melakukan pekerjaan.
ruang Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. M Kemudian dari hasil observasi peneliti juga
Djamil Padang pada tanggal 25-29 Januari 2016 menemukan beberapa perawat pelakasana mudah
dengan melakukan wawancara langsung terhadap marah atau jengkel pada keluarga pasien yang
4 orang perawat yang bersedia dan berhasil di berkunjung melihat pasien dan komunikasi
wawancarai, 2 orang perawat mengatakan perawat dengan keluarga pasien tidak terjalin
mengalami stres karena beban kerja yang sering dengan baik. Dari hasil observasi tersebut dapat
meningkat seiring dengan kegawatan pasien yang disimpulkan bahwa perawat pelakasana di ruang
masuk. Satu diantara perawat tersebut mengatakan IGD mengalami stres kerja karena memiliki
stres yang diraskannya juga meningkat karena beberapa gejala stres kerja seperti kurang
tuntutan tugas perawat IGD yang tinggi dimana kooperatif, mudah marah dan komunikasi kurang
perawat IGD dituntut untuk harus bekerja atau baik.
memberikan asuhan keperawatan secara cepat dan Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
tepat. faktor-faktor yang berhubungan dengan Stres
Banyaknya pekerjaan yang harus Kerja Perawat di Ruang Instalasi Gawat Darurat
dilaksanakan dan kondisi kerja di IGD yang (IGD) RSUP. Dr. M.Djamil Padang Tahun 2016.
berbahaya dan menyangkut keselamatan atau
nyawa pasien serta kebisingan dapat 2. METODE PENELITIAN
menimbulkan kecemasan atau stres pada perawat
tersebut. Kemudian perawat tersebut mengatakan Penelitian ini telah dilakukan pada
bahwa tingkat stres kerja perawat di ruang IGD minggu keempat bulan Mei sampai minggu ke 2
lebih tinggi dari pada di ruang inap. Sedangkan 1 bulan Juni 2016 dengan jumlah responden 52
perawat lainnya mengatakan bahwa disamping orang di IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang dan 3
beban kerja dan tuntutan tugas yang tinggi, konflik orang lainnya cuti. Penelitian ini dilakukan pada
kerja juga merupakan faktor yang dapat perawat pelaksana di ruang IGD RSUP
menyebabkan stres kerja. Hal ini dipicu oleh Dr.M.Djamil Padang. Jenis penelitian analitik
sering terjadi perbedaan pendapat atau argumen dengan pendekatan cross sectional. Variabel
saat bekerja antara sesama perawat atau tim dependen (Stress Kerja) dan variabel independen
kesehatan lainnya. Konflik kerja yang ditemui di (Beban kerja, tuntutan tugas, konflik kerja).
Ruang IGD yaitu terkait dengan konflik peran. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
Konflik peran yang timbul dalam instansi yang dengan teknik pengambilan total sampling.
memiliki standar ganda, dengan perbedaan Tekhnik pengumpulan data yang dipergunakan
persepsi antara atasan dan bawahan yang dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data
menyolok. primer dengan menyebarkan kuesioner. Penelitian
Wawancara juga dilakukan dengan ini menggunakan analisis Univariat dan analisis
perawat manager yang mengatakan bahwa tidak Bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-
ada lagi perawat IGD yang mengalami stres square dengan derajat kepercayaan 95 % ( =
karena dilihat dari BB semua perawat memiliki 0,05).
BB sangat ideal dan malahan banyak yang
memiliki berat badan yang melebihi ideal.
Sedangkan dari hasil observasi yang
dilakukan peneliti selama 5 hari didapatkan bahwa
beberapa perawat pelaksana yang bekerja di ruang
IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang kurang
kooperatif dan mudah marah atau jengkel.
Dimana pada saat peneliti mau melakukan
wawancara lansung untuk pengambilan data awal
terhadap 10 orang perawat, 6 diantaranya
mengatakan belum siap diwawancarai karena
sibuk bekerja dan mengatakan tugasnya masih
Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Tuntutan Tugas di Instalasi
Gawat Darurat RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2016
Tuntutan
Frekuensi Persentase
Tugas
Ringan 24 46,2
Berat 28 53,8
Total 52 100,0
Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Konflik Kerja di Instalasi
Gawat Darurat RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2016
Konflik kerja Frekuensi Persentase
Tidak mengalami 29 55,8
Mengalami 23 44,2
Total 52 100,0
Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Stres Kerja di Instalasi
Gawat Darurat RSUP. DR. M. Djamil Padang Tahun 2016
Stres
Frekuensi Persentase
Kerja
Tidak 20 38,5
Stres
stres 32 61,5
Total 52 100,0
Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Beban Kerja dan Stres Kerja Perawat Di Instalasi
Gawat Darurat RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016
Stres Kerja
Beban Jumlah P
Tidak Stres Stres
Kerja Value
f % F % F %
Ringan 12 66,7 6 33,3 18 100
Berat 8 34,8 26 65,2 34 100 0,006
Jumlah 20 38,5 32 61,5 52 100
Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tuntutan Tugas
dan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat
RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016
Stres Kerja
Tuntutan Jumlah P
Tidak Stres Stres
Tugas Value
f % F % F %
Ringan 13 54,2 11 45,8 24 100
Berat 7 25,0 21 75,0 28 100 0,062
Jumlah 20 38,5 32 61,5 52 100
Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konflik Kerja
dan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat
RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2016
Stres Kerja
Konflik Jumlah P
Tidak Stres Stres
Kerja Value
f % f % F %
Tidak Mengalami 12 41,4 17 58,6 29 100
mengalami 8 34,8 15 65,2 23 100 0,843
Jumlah 20 38,5 32 61,5 52 100
1. Beban Kerja Perawat ruang IGD setiap hari (83%). Hal tersebut
Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan bahwa disebabkan karena RSUP Dr.M.Djamil Padang
lebih dari separoh (65,4%) responden mengalami merupakan Rumah Sakit Tipe B milik pemerintah
beban kerja berat. Sedangkan kurang dari separoh yang merupakan rujukan untuk wilayah Sumatera
(34,6%) responden mengalami beban kerja ringan. Bagian Tengah sehingga memungkinkan selalu
Berdasarkan persentase pada distribusi frekuensi terjadi peningkatan jumlah pasien. Dengan
yang diperoleh tersebut didapatkan bahwa lebih banyaknya jumlah pasien yang masuk
banyak perawat di ruang IGD mengalami beban mengharuskan rumah sakit memiliki perawat yang
kerja berat. berkualitas dan berdedikasi tinggi, perawat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian diharapkan memiliki kinerja yang baik dalam
Haryanti (2013) bahwa beban kerja perawat di melayani kebutuhan pasien.
ruang IGD RSUD Kabupaten Semarang sebagian Berdasarkan hal ini maka menurut analisa
besar adalah tinggi yaitu sebanyak 27 responden peneliti terhadap penelitian ini adalah ditemukan
(93,15%), dan beban kerja perawat yang rendah bahwa beban kerja perawat di IGD RSUP
didapatkan pada 2 responden (6,0%). Dr.M.Djamil Padang dalam kategori berat, yang
Beban kerja adalah kemampuan tubuh memperlihatkan bahwa sebagian besar perawat
pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut yang mengalami beban kerja berat tertuju pada
pandang ergonomi, setiap beban kerja yang situasi dan kondisi yang tidak mendukung bagi
diterima seseorang harus sesuai dan seimbang perawat untuk lebih dapat menjalani aktifitas
terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerjaan yang tidak membebankan pada diri
pekerja yang menerima beban kerja tersebut. mereka, namun kenyataan bahwa sebagian
Beban kerja yang dirasakan responden di perawat merasa jenuh dan kurang bersemangat
IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang dapat dilihat dalam melayani pasien atau aktifitas lain yang
pada item pernyataan no 8, 11, dan 12. Perawat mereka lakukan dirumah sakit tersebut seperti
menyatakan bahwa tingginya beban kerja yang selalu mengobservasi kondisi klien pada saat
harus dilakukan demi keselamatan klien (87%), masuk secara berkelanjutan selama jam dinas.
perawat melaksanakan tugas delegasi dari dokter
seperti pemberian obat secara intensif kepada 2. Tuntutan Tugas Perawat
klien (84%), dan perawat menyatakan bahwa Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa
tingginya jumlah kunjungan klien yang masuk lebih dari separoh (53,8%) responden mengalami
tuntutan tugas berat. Sedangkan kurang dari menimbulkan rasa sakit hati diantara individu
separoh (46,2%) responden mengalami tutuntan sehingga akan menambah perasaan tertekan dan
tugas ringan. Dari hasil persentase pada distribusi stres. Konflik yang dirasakan seseorang
frekuensi tersebut terlihat bahwa sebagian perawat tergantung dengan hubungan kerjasama atar rekan
IGD RSUP Dr.M.Djamil padang mengalami kerja atau teman sejawat.
tuntutan tugas berat. Hal ini dihadapi karena Berdasarkan hal ini maka analisa peneliti
banyak dan beragamnya tugas yang harus terhadap penelitian ini adalah lebih banyak
dihadapi perawat di ruang IGD seperti ditemukan perawat yang tidak mengalami konflik
memberikan asuhan keperawatan dan kerja dibandingkan dengan perawat yang
melaksankan tugas delegasi dari dokter sehingga mengalami konflik kerja di ruang IGD RSUP
membuat perawat merasa jenuh dengan tugas Dr.M.Djamil Padang. Hal ini terjadi karena
yang diberikan. terjalinannya hubungan kerjasama yang baik dan
Hasil penelitian ini berbanding terbalik kekompokan dalam bekerja serta saling
dengan penelitian Nursetyaningsih (2014) di memberikan masukan terhadap sesama rekan
RSUD Haji Makassar didapatkan bahwa lebih dari kerja.
separoh (56,7%) perawat IGD menyatakan
tuntutan tugas tidak membebani dan kurang dari 4. Stres Kerja Perawat
separoh (43,3%) menyatakan tuntutan tugas Berdasarkan tabel 3.4 menunjukkan bahwa
membebani. Hal ini disebabkan karena setiap lebih dari separoh (61,5%) responden mengalami
rumah sakit memiliki tuntutan tugas yang stres kerja di ruang IGD RSUP Dr.M.Djamil
berbeda-beda tergantung dengan tipe rumah sakit Padang. Sedangkan kurang dari separoh (38,5%)
tersebut dan setiap orang juga memiliki persepsi responden tidak mengalami stres kerja. Hal ini
yang berbeda tentang berat atau ringannya tugas terlihat dari tanda-tanda stres yang muncul antara
yang dijalaninya. lain betis terasa pegal, otot kaku saat/setelah
Berdasarkan hal ini maka analisa peneliti bekerja (kaku leher), sakit perut/ nyeri ulu hati,
terhadap penelitian ini adalah ditemukan bahwa tangan terasa capek, kehilangan konsentrasi atau
tuntutan tugas perawat di IGD RSUP Dr.M.Djamil konsentrasi menurun dan merasa jenuh dalam
Padang dalam kategori berat. Hal ini disebabkan bekerja.
karena banyak dan beragamnya tugas yang ada di Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
ruang IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang seperti Shaulim dalam jurnal Revalicha tahun 2013
memberikan asuhan keperawatan dan menunjukan sebanyak 60% dari perawat Rumah
melaksanakan tugas delegasi dari dokter, Sakit Umum Daerah Kabupaten Bengka yang
banyaknya kesaling tergantungan antara tugas mengalami stres kerja berat dengan kesimpulan
perawat dengan tugas profesi lain, kemudian yakni pada shift pagi terdapat 6 perawat (18,75%)
tuntutan tugas berat yang dialami perawat IGD yang mengalami stres berat dan pada shift malam
akan menyebabkan perawat merasa jenuh dengan terdapat 4 perawat (12,5%) yang mengalami stres
tugas yang diberikan bergantian setiap hari ringan. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak
terhadap kinerja keperawatan seperti pengambilan
3. Konflik Kerja Perawat keputusan yang buruk, kurang konsentrasi, apatis,
Berdasarkan tabel 3.3 menunjukkan bahwa kelelahan, kecelakaan kerja sehingga pemberian
lebih dari separoh (55,8%) responden tidak asuhan keperawatan tidak maksimal yang dapat
mengalami konflik kerja sedangkan kurang dari mengakibatkan rendahnya produktivitas
separoh (44,2%) responden mengalami konflik organisasi.
kerja. Berdasarkan persentase pada distribusi Menurut Mangkunegara (2013) Stres kerja
frekuensi yang diperoleh tersebut didapatkan adalah perasaan menekan atau tertekan yang
bahwa lebih banyak perawat di ruang IGD tidak dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.
mengalami konflik kerja. Hal tersebut terjadi Stres kerja yang dirasakan responden di IGD
karena perawat saling berinteraksi dengan baik RSUP Dr.M.Djamil Padang dapat dilihat pada
antar sesasama teman sejawat atau pun tim item pernyataan no 6, 7, dan 14. Perawat
kesehatan lainnya. menyatakan betis terasa pegal saat bekerja (76%),
Penelitian ini berbanding terbalik dngan hasil perawat merasa sakit perut/nyeri ulu hati saat
penelitian Murharyati (2013) yang menunjukan bekerja (75%) dan perawat merasa otot kaku saat/
bahwa sebagian besar (88,1%) perawat di Ruang setelah bekerja (75%). Hal tersebut terjadi karena
Rawat Inap RSUD Sukorojo mengalami konflik banyaknya pekerjaan yang harus dijalani perawat
dengan kriteria sedang. Konflik yang terjadi akan dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Berdasarkan hal ini maka analisa peneliti pada perawat. Dimana stres kerja yang dihadapi
terhadap penelitian ini adalah lebih banyak perawat tersebut akan berpengaruh pada kualitas
ditemukan perawat yang mengalami stres kerja kerja dan kesehatan perawat itu sendiri bisa jadi
dibandingkan dengan perawat yang tidak terganggu.
mengalami stres kerja di ruang IGD RSUP
Dr.M.Djamil Padang. Hal ini disebabkan karena 6. Hubungan Tuntutan Tugas dengan Stres
perawat berada pada tingkat kejenuhan yang Kerja
tinggi akibat tingginya beban kerja yang harus Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dilakukan demi keselamatan klien, melaksanakan proporsi responden yang mengalami stres kerja di
tugas delegasi dari dokter seperti pemberian obat IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang banyak
secara intensif, mengobservasi kondisi klien ditemukan pada responden yang mengalami
sesegera mungkin pada saat masuk secara tuntutan tugas berat yaitu (75,0%), dibandingkan
berkelanjutan selama jam dinas mengingat pasien pada responden yang tuntutan tugasnya ringan
IGD adalah pasien gawat darurat yang yaitu (45,8%). Hasil uji statistik (chi-square)
membutuhkan pertolongan sesegera mungkin, didapatkan pvalue sebesar 0,062 (p>0,05), maka
tingginya jumlah kunjungan klien yang masuk dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
ruang IGD setiap hari karena RSUP M.Djamil yang bermakna antara tuntutan tugas dengan stres
Padang merupakan rumah sakit rujukan yang ada kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUP
di Sumatera Barat. DR. M. Djamil Padang Tahun 2016.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
5. Hubungan Beban Kerja dengan Stres yang dilakukan Nursetyaningsih (2014)
Kerja menyatakan terdapat hubungan yang yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bermakna antara tuntutan tugas dan stres kerja
proporsi responden yang mengalami stres kerja di perawat IGD RS Haji Kota Makassar.
IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang lebih banyak Menurut Robbins (2007) Tuntutan tugas
ditemukan pada responden yang mengalami beban merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan
kerja berat yaitu (65,2%), dibandingkan pada seseorang.
responden yang beban kerjanya ringan (33,3%). Berdasarkan hal ini maka menurut analisa
Hasil uji statistik (chi-square) didapatkan pvalue peneliti terhadap penelitian ini adalah
sebesar 0,006 (p<0,05), maka dapat disimpulkan diperolehnya proporsi perawat yang mengalami
bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban stres kerja di IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang
kerja dengan stres kerja perawat di Instalasi Gawat banyak ditemukan pada perawat yang mengalami
Darurat RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun tuntutan tugas berat. Hal ini mengindikasikan
2016. bahwa tuntutan tugas berat akan mempengaruhi
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil terjadinya stres kerja pada perawat. Tuntutan
penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2013) tugas berat yang dirasakan perawat di IGD RSUP
tentang hubungan beban kerja dengan stres kerja Dr.M.Djamil Padang ditandai dengan banyak dan
perawat perawat di IGD RSUD Kabupaten beragamnya tugas yang ada di IGD, kemudian
Semarang didapatkan hasil bahwa terdapat kesaling tergantungan antara tugas perawat
hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tugas profesi lain sehingga mengakibatkan
dengan stres kerja perawat dalam kategori kuat kejenuhan bagi perawat terhadap tugas yang
dengan pvalue 0,000. dijalaninya. Maka hal ini akan memicu terjadinya
Menurut Jauhari, 2005 (Dalam Haryanti, stres kerja pada perawat tersebut.
2013) beban kerja yang banyak di sertai tuntutan
dari pihak keluarga pasien menyebabkan perawat 7. Hubungan Konflik Kerja dengan Stres
harus selalu bergegas dan terburu-buru dalam Kerja
melakukan tindakan keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan hal ini maka menurut analisa proporsi responden yang mengalami stres kerja
peneliti terhadap penelitian ini adalah lebih banyak ditemukan pada responden yang
diperolehnya proporsi perawat yang mengalami mengalami konflik kerja yaitu (65,2%),
stres kerja di IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang dibandingkan pada responden yang tidak
banyak ditemukan pada perawat yang mengalami mengalami konflik kerja yaitu (58,6%). Hasil uji
beban kerja berat. Hal ini berarti bahwa beban statistik (chi-square) diperoleh nilai pvalue
kerja berat yang dirasakan perawat IGD akan sebesar 0,843 (p>0,05), dengan demikian dapat
mempengaruhi langsung terjadinya stres kerja disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara konflik kerja dengan stres kerja Lebih dari separoh tuntutan tugas responden
perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUP DR. M. berat di RSUP DR. Djamil Padang tahun 2016.
Djamil Padang Tahun 2016. Hal ini disebabkan karena banyak dan
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil beragamnya tugas yang ada di ruang IGD RSUP
penelitian Murharyati (2013) yang menunjukan Dr.M.Djamil Padang seperti memberikan asuhan
bahwa konflik kerja memiliki pengaruh terhadap keperawatan dan melaksanakan tugas delegasi
stres kerja perawat di Ruang Rawat Inap RSUD dari dokter, banyaknya kesaling tergantungan
Sukoharjo dengan p value 0,0001. antara tugas perawat dengan tugas profesi lain,
Mangkunegara (2013) mengatakan bahwa kemudian tuntutan tugas berat yang dialami
pihak pemimpin organisasi perlu menganalisis perawat IGD akan menyebabkan perawat merasa
dengan nyata konflik yang terjadi, apakah konflik jenuh dengan tugas yang diberikan bergantian
tersebut fungsional atau disfungsional, dan setiap hari
bagaimana manajemen konflik agar berpengaruh Lebih dari separoh responden tidak
positif bagi kemajuan organisasi atau pekerjaan. mengalami konflik kerja di RSUP DR. Djamil
Berdasarkan hal ini maka analisa peneliti Padang tahun 2016. Hal ini terjadi karena
terhadap penelitian ini adalah diperolehnya terjalinannya hubungan kerjasama yang baik dan
proporsi perawat yang mengalami stres kerja lebih kekompokan dalam bekerja serta saling
banyak ditemukan pada perawat mengalami memberikan masukan terhadap sesama rekan
konflik kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa kerja.
konflik kerja yang dialami perawat akan Ada hubungan yang bermakna antara beban
mempengaruhi terjadinya stres kerja. Konflik kerja dengan stres kerja perawat di instalasi gawat
kerja yang dirasakan perawat yaitu tidak ada darurat RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2016.
koordinasi kerja yang baik di rumah sakit, tidak Hal ini berarti bahwa beban kerja berat yang
adanya pembagian tugas yang jelas tiap ruangan dirasakan perawat IGD akan mempengaruhi
dan mempunyai ketergantungan dalam langsung terjadinya stres kerja pada perawat.
pelaksanaan tugas. Sehingga hal tersebut memicu Dimana stres kerja yang dihadapi perawat tersebut
terjadinya stres kerja pada perawat IGD RSUP akan berpengaruh pada kualitas kerja dan
Dr.M.Djamil Padang. kesehatan perawat itu sendiri bisa jadi terganggu.
Tidak ada hubungan yang bermakna antara
4. KESIMPULAN tuntutan tugas dengan stres kerja perawat di
instalasi gawat darurat RSUP DR. M. Djamil
Lebih dari separoh responden mengalami Padang tahun 2016. Hal ini mengindikasikan
stres kerja di RSUP DR. Djamil Padang tahun bahwa tuntutan tugas berat akan mempengaruhi
2016. Stres kerja yang dirasakan responden di terjadinya stres kerja pada perawat. Tuntutan
IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang karena tugas berat yang dirasakan perawat di IGD RSUP
banyaknya pekerjaan yang harus dijalani perawat Dr.M.Djamil Padang ditandai dengan banyak dan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien. beragamnya tugas yang ada di IGD, kemudian
Serta pasien IGD adalah pasien gawat darurat kesaling tergantungan antara tugas perawat
yang membutuhkan pertolongan sesegera dengan tugas profesi lain sehingga mengakibatkan
mungkin, tingginya jumlah kunjungan klien yang kejenuhan bagi perawat terhadap tugas yang
masuk ruang IGD setiap hari karena RSUP dijalaninya. Maka hal ini akan memicu terjadinya
M.Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan stres kerja pada perawat tersebut.
yang ada di Sumatera Barat. Tidak ada hubungan yang bermakna antara
Lebih dari separoh beban kerja responden konflik kerja dengan stres kerja perawat di
berat di RSUP DR. Djamil Padang tahun 2016. instalasi gawat darurat RSUP DR. M. Djamil
Hal tersebut disebabkan karena RSUP Padang tahun 2016. Hal ini mengindikasikan
Dr.M.Djamil Padang merupakan Rumah Sakit bahwa konflik kerja yang dialami perawat akan
Tipe B milik pemerintah yang merupakan rujukan mempengaruhi terjadinya stres kerja. Konflik
untuk wilayah Sumatera Bagian Tengah sehingga kerja yang dirasakan perawat yaitu tidak ada
memungkinkan selalu terjadi peningkatan jumlah koordinasi kerja yang baik di rumah sakit, tidak
pasien. Dengan banyaknya jumlah pasien yang adanya pembagian tugas yang jelas tiap ruangan
masuk mengharuskan rumah sakit memiliki dan mempunyai ketergantungan dalam
perawat yang berkualitas dan berdedikasi tinggi, pelaksanaan tugas. Sehingga hal tersebut memicu
perawat diharapkan memiliki kinerja yang baik terjadinya stres kerja pada perawat IGD RSUP
dalam melayani kebutuhan pasien. Dr.M.Djamil Padang.
5. REFERENSI (http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn
Aiska, Selviani. 2014. Analisis faktor-faktor yang 12012010/article/viewFile/870/924)
berpengaruh pada tingkat stres kerja Kurnianingtyas, R. 2009. Penerimaan diri pada
perawat di rumah sakit jiwa grhasia wanita bekerja usia dewasa dini ditinjau
yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: dari status pernikahan. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah.
Anoraga, Panji. 2014. Psikologi Kerja. Jakarta: Mangkunegara, Anwar Prabu. 2013. Manajemen
Rineka Cipta. Sumber Daya Manusia Perusaan.
Aprilia, Devi. 2010. Hubungan Tingkat Stress Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kerja Perawat dengan Adaptasi Stress Manuaba. 2012. Manajemen Keperawatan
pada Perawat di Instalasi Gawat Darurat dengan Pendekatan Praktis. Jakarta :
(IGD) RSUP DR. M. Djamil Padang. Erlangga.
Skripsi tidak dipublikasikan. Padang:
Universitas Andalas Mozhdeh, Soheila. dkk. 2008. Relationship
Between Nurse's Stress And
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Environmental - Occupational Factors.
Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Iranian Journal of Nursing and Midwifery
Budhi Subekti. Jakarta: EGC. Research Winter; Vol 13, No 1
Gelsema. 2005. Job Stress in the Nursing Munandar, Ashar Sunyoto. 2011. Psikologi
Profession: The influence of Industri dan Organisasi. Jakarta: UI
Organizational and Environmental Press.
Conditions and Job Characteristics. Murharyati, Atiek. 2014. Faktor-Faktor yang
International Journal of Stress mempengaruhi Stres Kerja Perawat
Management, vol 12., no.3, 222-240. diruang Rawat Inap RSUD Sukoharjo.
Hamid, A.Y. (2001). Rencana Strategik Skripsi. Surakarta: STIKes Kusuma
Keperawatan. PPNI Husada.
Haryanti, Faridah. 2013. Hubungan Antara Beban Muthmainah, Iin. 2012. Faktor-Faktor penyebab
Kerja Dengan Stres Kerja stres kerja di ruang ICU Pelayanan
Perawat Di Instalasi Gawat Darurat Jantung Terpadu Dr.Cipto
RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal Mngunkusumo. Skripsi. Jakarta:
Managemen Keperawatan. 1(1), (Online) Universitas Indonesia.
(http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JM National Safety Consil. 2003. Manajemen stres.
K/article/view/949 di akses tanggal 20 Alih bahasa oleh Palupi Widyastuti.
Januari 2016 jam 13.20 WIB) Jakarta: EGC
Notoatmodjo,s. (2010). Metodologi Penelitian
Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres, Cemas Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
dan Depresi. Balai Penerbit Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu
Fakultas Kedokteran Universitas Keperawatan edisi 3. Jakarta: Salemba
Indonesia. Jakarta. Medika.
Hidayat. 2012. Hubungan Beban Kerja dan
Tuntutan Tugas dengan Stres Kerja Nursetyaningsih. 2015. Hubungan Tuntutan
Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUP Tugas, Tuntutan Peran dan tuntutan antar
DR. M. Djamil Padang. Skripsi. Padang: pribadi dengan Stres Kerja Perawat IGD
STIKes Indonesia RS Haji Kota Makassar. Skripsi.
Ilyas,Yaslis. (2010), Perencanaan Sumber Daya Makassar : UIN Alauddin
manusia Rumah Sakit. UGM
Pascal dkk. (2015). Perbedaan Tingkat Stres Kerja
Keliat. (2009). Penatalaksanaan stress. Jakarta: Perawat Instalasi Gawat Darurat Dan Unit
EGC Rawat Inap Di Rumah Sakit Pancaran
Kurnianingsih dkk. (2013). Efektifitas Terapi Kasih Gmim Manado. ejoural
Musik Klasik Terhadap penurunan Stres Keperawatan (e-Kep). 3(1), (Online)
kerja perawat igd di rsud dr. R. Goetheng (http://ejournal.unimus.ac.id/index.php.jk
Taroenadibrata Purbalingga. Posding p/article/download/7446/6991, diakses
Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah. tanggal 15 Februari 2016 jam 19.30 WIB)
Abastract
The purpose of this research is to produce and develop a model of peer support intervention as an effort
to increase healthy behaviors of client hypertension. This research was conducted by the Research and
Development (RD), which through ten stages over two years. The study was conducted in the District
Mandiangin Koto Selayan Bukittinggi and rural area in Agam Tilatang Kamang with 21 sample as
participants in hypertensive patients, 5 people of family, 6 health centers, and 2 camat. In the first year
of research through five stages, namely the potential problem, literature, model design planning,
validation with an expert and revise the model design. Results of this research obtained through
interviewing the four themes to the participants that is the ability to understand, respond, and manage
hypertension and the necessity of the presence of peer support in helping to improve the healthy
behavior. Results from research on the family obtained their psychological response of family and the
importance of providing family support, while in the health workers obtained the importance theme of
peer support officer to hypertensive patients, and from interviews with the district head was found that
the government remains concerned in reducing hypertension, particularly by helping people to motivate
hypertensive selfcare. The result of this interview conducted by literature study to design the model
design and validated from an experts, after that, the results agreed and concluded that the model of peer
support is modified with four theories that Health Belief Model, Health Promotion models, peer Support
Model and Self Care theory. The four models and this teory is designed with a name Peer Support
Intervention Models. Peer Support Intervention Models in second year will be tested in two districts by
comparing urban and rural communities.
karena itu seseorang yang telah mengalami Masyarakat untuk menciptakan model peer
hipertensi harus mampu mengontrol tekanan support intervention.
darahnya.
3. HASIL PENELITIAN
Hipertensi merupakan pintu awal untuk penyakit Hasil dari wawancara ini didapatkan tema pertama
penyerta yang berakibat fatal dan dapat yaitu:
menurunkan kualitas hidup seseorang dengan A. Pasien Hipertensi:
hipertensi (Moser & Riegel, 2008).Hipertensi 1. Kemampuan Pasien dalam memahami
disebut thesilent killer karena penyakit ini tidak Hipertensi (Pengetahuan).
menyebabkan gangguan pada awalnya akan tetapi Hampir semua partisipan merasakan tanda dan
bisa mengakibatkan kematian sehingga gejala yang sama, namun ada bervariasi bahkan
diperkirakan banyak dari penderita hipertensi kadang-kadang tidak ada keluhan yang terasa saat
tidak menyadari bahwa mereka mengalami tekanan darah meningkat.
tekanan darah tinggi dan tidak merasa perlu untuk P1 P21 menyatakan saat ini (darah tinggi) sakit
mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya kepala, pusing, kuduk terasa kaku
hidupnya (Lueckenote & Meiner, P3 dan P7 kalau tensi tinggi ditambah mual
2006).Penatalaksanaan hipertensi ada dua yaitu bahkan muntah
secara farmakologis dan non farmakologis akan P5, P16, P20 kadang-kadang tidak ada keluhan
tetapi penatalaksanaan yang utama dan ampuh yang terasa an kadang-kadang tidak ada
untuk hipertensi adalah penatalaksanaan yang
bersifat nonfarmakologis yaitu pengendalian Kemampuan partisipan mengenali penyebab
faktor resiko peningkatan tekanan darah berupa hipertensi. Hampir semua partisipan menjawab
perubahan gaya hidup (Lueckenotte & Meiner, tentang keadaan psikologi yang dirasakan,
2006).Penatalaksanaan non farmakologi ini keturunan, suka makan yang berlemak, kolesterol,
membutuhkan dukungan untuk dapat terlaksana dan pakai Pil KB seperti pernyataan berikut :
seperti peer support (sesama klien hipertensi,
keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat). P1-P10, P12-P21 apabila banyak yang difikirkan
itu langsung cepat sekalai tensi naik
2. METODE PENELITIAN P1-P21 makanan di minang ini enak-enak, kalau
ndak makan yang bersantan, berlemak atau ndak
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bergulai itu kurang enak terasa
Research and Development (RD). RD merupakan P5, P6, P17, P10, P15 keluarga juga ada yang
suatu metode penelitian yang digunakan untuk tensi tinggi turunan dari bapak dan turunan ibu
menghasilkan suatu produk atau model tertentu bahkan sampai meninggal dengan tensi tinggi
dan menguji keefektifan produk atau model P11 kalau saya sih alhamdulillah tidak pernah
tersebut(Sugiyono, 2011). Pada tahap pertama ini punyak banyak fikiran, namun yang buat tensi
dimulai dengan potensi dan masalah, studi saya tinggi selama ini karena saya selama 25
literatur, merancang desain, validasi desain model, tahun menggunakan pil KB tidak pernah putus.
revisi model hingga menetapkan desain awal
model. Respoden dalam penelitian ini pada tahap Semua partisipan berpendapat bahwa hipertensi
potensi dan masalah sebanyak 21 orang dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian
responden, 5 orang keluarga responden, 6 orang
tenaga kesehatan, dan 2 orang camat dengan P1-P21 tensi tinggi dapat menyebabkan stroke,
pengambilan sampel secara purposive di dua banyak yang stroke itu asalnya dari darah
kecamatan rural (Kecamatan Tilatang Kamang) tinggi
dan urban (Mandiangin Koto Selayan) yang P21 darah tinggi juga menyebabkan mata kita
merupakan daerah binaan STIKes Fort De Kock jadi buta
Bukittinggi. Tahapan penelitian ini dimulai P16 ada juga bisa menyebabkan sakit ginjal
dengan penelitian kuantitatif.Alat ukur yang P8 hipertensi menyebabkan kematian
digunakan adalah angket wawancara
menggunakan indepth interview dengan Dalam hal penanganan hipertensi sesaat partisipan
pendekatan Collazi. Setelah data didapat maka berpendapat langsung mengambil obat herbal
tahap selanjutnya adalah studi literatur dan yang diolah sendiri, istirahat, pijat, dan minum
validasi pakar Keperawatan Medikal Bedah, obat serta ke puskesmas untuk memeriksakan diri
Keperawatan Komunitas, dan Kesehatan
P1, P3, P5 rilekskan badan dan bawa istirahat P19,21 saya rutin minum obat, badan jadi enak
sejenak serta tenangkan diri
P2, P4, P6-P15 langsung minum herbal seperti Partisipan juga menyikapi bagaimana peran
daun binahong, seledri, dun salam, belimbing petugas kesehatan, partisipan juga berpendapat
wuluh dan banyak lagi bahwa petugas kesehatan juga sering memberi
P16,P18-P21 biasanya langsung minum obat nasihat untuk memperhatikan hipertensi akan
hipertensi tetapi banyak dari partisipan tidak mematuh saran
P17, P 19 Periksa ke puskesmas petugas kesehatan tersebut
Partisipan juga berpendapat bahwa banyak P1-P12, 17, 19, 16 saran petugas kesehatan
diantara mereka yang tidak tahu secara detail kurangi makan berlemak, kurangi stress,
tentang hipertensi, ada yang berpendapat tidak perbanyak istirahat, dan rajin kontrol
pernah mendengar penyuluhan dan ada juga P1, P5 terkadang saran dari petugas tidak
berpendapat pernah mendengar penyuluhan dipatuhi
P2,3,6,7susah kurangi makan berlemak apalagi
P5,6,7,8,12,18,21 tidak pernah mendengar kalau sudah ada acara baralek (pesta)
penyuluhan tentang hipertensi baik itu dari P17, 9,10saya susah menghilangkan fikiran
puskesmas maupun yang lainnya kalau datang negatif..
ke puskesmas hanya sekedar periksa dan dapat P4,11kalau sudah banyak makan berlemak
obat langsung minum obat, kadang suka lupa juga
P1,2,4,11,17 setiap sabtu ada penyuluhan di
puskesmas tentang hipertensi dan sangat 3. Kemampuan mengelola hipertensi secara
bermanfaat fisik dan psikologi (Perilaku dan gaya hidup)
P3,9,10,13,14,15 ada dengar penyuluhan tapi Kemampuan mengelola hipertensi peneliti
tidak paham sering lupa juga apa yang menemukan dua cara yaitu secara fisik dan
dijelaskan psikologis. Kemampuan secara fisik yaitu
mengontrol diet dan aktivitas sedangkan secara
2. Kemampuan dalam menyikapi hipertensi psikologis yaitu bagaimana cara mengelola stress.
(Sikap) Pendapat partisipan banyak mengeluarkan
Pertanyaan yang mengarah kepada sikap pasien pernyataan yang berbeda seperti berikut :
terhadap hipertensi apakah ibu/bapak rajin P2,7-14ndak pernah diet untuk menurunkan
memeriksakan diri ke dokter?. Hampir semua tekanan darah
partisipan berpendapat tidak pernah kontrol, kalau P15,18ada menjalani diet supaya turun tekanan
sakit saja, malas pergi, takut kebanyakan minum darah tapi ndak kuat suka lemas dan langsung
obat, dan tidak ada yang pergi mengantar. tidak nafsu makan
P1,5,6pernah mengatur makanan tapi ndak
P1-P12 pergi ke dokter apabila kalau sakit saja ngaruh akhirnya ndak pernah lagi diet
kalau badan tidak begitu terasa sakit kenapa P8,10,11makanan orang minang bersantan dan
harus ke dokter belemak jadi susah untuk mengatur diet soalnya
P17, 19 pergi ke puskesmas kalau sudah tidak sudah kebiasaan dan enak
tahan lagi P15,18kenapa harus mengatur makanan untuk
P13,15,18 tidak ada yang pergi mengantar ke diet tensi berat badan saya normal
dokter P20,21 tidak tahu kalau berat badan ada
P16 ada ke dokter spesialis mempengaruhi dengan tekanan darah
P14,16, 20,21 ke dokter itu yang paling malas
Sebagian besar partisipan berpendapat bahwa
Pendapat partisipan tentang meminum obat hipertensi disebabkan oleh stress namun apabila
hipertensi yaitu banyak yang tidak rajin minum stress tidak diatasi maka hipertensi tidak dapat
obat, takut kebanyakan minum obat, minum obat ditangani
juga tensi tidak turun
P17,18,20sebenarnya sudah bosan dengan
P1,2,3 Aduh saya takut minum obat kebanyakan, keadaan saat ini
takut komplikasi ke yang lain P7-P12memikirkan anak karena sudah tua jadi
P4-16 saya tidak rajin minum obat darah tinggi anak sudah tidak tinggal dengan kita
minum obat juga tensi ndak turun selamanya
P13,16kalau sudah bayak fikiran maka susah P1,5,9 saya sering bercerita ke sesama teman
untuk dilupakan tentang hipertensi ini
P1-P6 Banyak fikiran buat kepala jadi sakit P16,18 saya jarang bercerita ke teman saya
P21tidak ada tempat untuk meluapkan stress P2,8,10 butuh teman untuk bercerita tentang
hipertensi paling tidak tahu bagaimana cara
Partisipan yang diteliti semuanya beragama islam mengatasi hipertensi
jadi partisipan meyakini setiap masalah ada jalan P20,21 berkumpul dengan sesama hipertensi
keluarnya dan meyakini adanya pertolongan dari dirasakan aman untuk menurunkan tekanan darah
Allah SWT sehingga pendapat partisipan banyak karena berasa ada sakit yang sama
membawa zikir dan tawakal membantu
meringankan beban fikiran selama ini. Manfaat yang dirasakan partisipan apabila dapat
berkumpul sesama hipertensi adalah seperti
P1-P21dibawa zikirtawakal dan pasrah saja pernyataan berikut
P1pergi rileks dan rekreasi P2,8,10ketemu sama teman yang sesama
P21suka menangis sendiri hipertensi bisa buat pengetahuan bertambah
P16,17pergi cari tempat curhat P1,20,21melihat orang jadi termotivasi untuk
sembuh
Tempat penelitian ini semua puskesmas P5,9percaya diri untuk merawat diri sendiri
menyediakan hari dan tempat untuk memfasilitasi
masyarakat untuk olahraga tidak hanya lansia saja Harapan partisipan agar bisa dapat berkumpul
namun orang dewasa ikutserta dalam kegiatan antar sesama teman bisa difasilitasi oleh pihak
olahraga.Ada juga partisipan berpendapat bahwa tenaga kesehatan karena selama ini tidak ada
olahraga setiap hari sabtu tidak sempat datang tempat bahkan hanya memanfaatkan posyandu
karena harus berjualan di pasar.Bagi yang tidak lansia
datang olahraga partisipan berpendapat bahwa
dengan melakukan kerja di rumah sudah dianggap P8,10kalau kita ketemu paling di posyandu
sebagai olahraga. lansia dua kali seminggu
P5,9berharap ada fasilitas tempat kumpul
P1-P6, P19,20,21 olahraga seminggu sekali di P1,2,20,21selama ini tidak ada tempat untuk
posyandu lansia bertukar pendapat
P7-14kadang malas pergi olahraga sebagai
gantinya kerja di rumah saja B. Keluarga:
P15-18 kalau olahraga disini setiap sabtu jadi 1. Respon Keluarga:
ndak punya waktu untuk olahraga Hasil yang didapatkan pada wawancara keluarga
yaitu keluarga merasa kaget, bingung dan sedih
Efek yang dirasakan akibat olahraga partisipan selain itu keluarga
mengemukakan pendapat ada yang P5kaget mendengar orang tua darah
menguntungkan danada yang merugikan diri tinggisedih juga melihat bapak harus
sendiri mengurangi makan berlemak
P3sempat ndak percaya jugaterkadang suka
P18takut olahraga nanti kecapekan dibuat sedih
P1-P6, P19,20,21 olahraga bikin enak badan dan P2Bingung kalau sudah hipertensi
segar P1bingung merawatnya
P7-14 habis olahraga badan terasa sakit-sakitan P4nanti tidak patuh malah tambah beresiko
sehingga tensi ikut naik juga
2. Dukungan Keluarga
4. Peer Support Tentang dukungan keluarga yang diberikan pada
Pendapat partisipan tentang peer support pasien hipertensi adalah berupa dukungan
(dukungan sesama) didapatkan hasil bahwa informasi, dukungan penghargaan dan dukungan
partisipan membutuhkan dukungan sesama, kasih sayang. Berikut hasil wawancara terhadap
dukungan sesama memberikan manfaat dan keluarga:
partisipan meminta agar dapat difasilitasi adanya P1sebagai keluarga kami selalu memberitahu
wadah untuk berkumpul tentang apa itu tekanan darah tinggi
P2membantu mencari informasi tentang
pengelolaan hipertensi
P4.3,5membantu membuat obat herbal P2 kami sangat mendukung kalau ada yang bisa
P1,3,4mengantar ke puskesmas dan dokter mengajarkan masyarakat tentang cara mengelola
P2,5memberi ongkos ke puskesmas stress dengan baik
P1,2,3,4,5memberikan perhatian dan memantau
minum obat DISKUSI
sodium, how to control your blood pressure, be meningkatkan koping mekanisme dan kualitas
more physically active dan eat less fat, saturated hidup.
fat, cholesterol, maintain a healthy weight and
make heart-healthy eating a family affair, eat Hayes et al (2010) melakukan penelitian tentang
healthy even when time or money is tight. Hasil peer support dengan pendekatan peer leader pada
penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan 27 post tentara. Penelitian ini diberikan selama 2
yang bermakna dua perilaku kesehatan dalam tahun dimana materi yang diberikan berupa
mengontrol hipertensi melalui faktor resiko pendidikan kesehatan hipertensi, ketrampilan dan
(garam dan sodium dan kolesterol dan lemak) kepercayaan diri. Hasil penelitian didapatkan
antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. bahwa peer leader mampu meningkatkan
manajemen diri tentara hipertensi. Penelitian yang
Penelitian tentang kelompok pendukung juga sama juga dilakukan oleh Whittle et al (2014)
dilakukan oleh Gellert, Aubert dan Mikami (2010) tentang peer support untuk mendukung
di Hawai. Penelitian dilakukan pada 61 penderita manajemen diri hipertensi pada tentara hipertensi
penyakit kronis dengan kelompok intervensi. di 58 posko. Ada 404 tentara yang diikutkan dalam
Program dijalankan selama 12 minggu dan materi pemberian pendidikan kesehatan hipertensi
yang diberikan adalah understanding daily caloric selama 12 bulan.Hasil penelitian didapatkan
needs, incorporating physical activity into your signifikan menurunkan tekanan darah dan
new lifestyle, modifying risk factor for diabetes, meningkatkan manajemen diri.
progress and challenges, preventing chronic
kidney desease through diet modification, moods Model Peer Support Intervention
and foods (focusing on emotional triggers around
eating), cancer-fighting foods, incorporating Berdasarkan dari hasil penelitian diatas maka
Hawaiian traditional medicine practices to treat desain yang dirancang dalam model ini adalah
chronic disease, increasing physical activity to menggunakan Health Promotion Model, Health
achieve the recommended 1h/d, 5d/wk, meal Belief Model, Peer Support dan Self Care Theory.
planning, cardiovascular disease prevention. Dalam model tersebut kita memberikan
Hasil evaluasi pre dan post intervensi pendidikan kesehatan, modifikasi gaya hidup dan
menunjukkan adanya perbedaan bermakna terkait meyakinkan pasien untuk dapat meningkatkan
dengan berat, tekanan darah sistolik, tekanan perilaku hidup sehat.
darah diastolik, dan total kolesterol.
4. KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan oleh Su et al (2013)
tentang efektifitas modifikasi gaya hidup melalui Pada penelitian tahap pertama ini dapat
peer support dalam memonitoring tekanan darah disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, perilaku,
pasien hipertensi. Penelitian dilakukan pada 320 gaya hidup merupakan faktor yang mempengaruhi
orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu peningkatan perilaku pasien hipertensi didukung
160 orang kelompok kontrol dan 160 dengan adanya intervensi yang dilakukan peer
orangkelompok intervensi. Penelitian ini support. Faktor tersebut mendukung adanya
dilakukan selama 12 bulan dengan materi model peer support intervention menggunakan
pelatihan pengukuran tekanan darah, pendidikan Health Promotion Model, Health Belief Model,
kesehatan tentang makanan dan aktivitas fisik Peer Support dan Self Care Theory. Penelitian ini
serta mengunakan kalkulator IMT sedangkan pada menyarakan agar model tersebut dilakukan uji
kelompok kontrol diberikan pengukuran IMT dan coba model dan uji coba pemakaian model.
pembagian leaflet.Hasil didapatkan adanya
peningkatan yang signifikan tentang kesadaran 5. REFERENSI
diet sehat, aktifitas fisik dan manajemen diri.
Penelitian tentang peer support juga dilakukan Almas, A., Godil, S.S., Lalani,S., Samani, Z.A.,&
oleh Ng, Amatya, & Khan (2013) pada pasien Khan. A. (2012).Good knowledge about
multiple sclerosis. Penelitian ini dilakukan pada hypertension is linked tobetter control of
28 orang yang berhasil mengikuti tiga kali hypertension; A multicentrecross sectional
treatmen selama 12 bulan. Hasil penelitian study in Karachi, Pakistan. BMC Research
didapatkan program peer support bermakna Notes 2012,5:579
menurunkan depresi, meningkatkan fungsi fisik, Balcazar, H.G., Byrd, T.L., Ortiz, M., Tondapu,
S.R., & Chaves, M. (2009). A randomized
Abstract
Head injury is a traumatic disruption of brain function with interstitial hemorrhage in the brain
substance without being followed by the dissolution of the continuity of the brain. Based on the interview
with the head of the surgical room RSAM Bukittinggi found head injury patients are only given
pharmacological actions are like analgesics. Analgesics have an impact on the body such as liver
disorders, kidney disorders, and allergic reactions. Therefore, researchers wanted to examine non-
pharmacological measures in patients with head injury such as relaxation techniques finger hold. The
aim of research to see average before and after as well as the effects of relaxation techniques finger
hold on the pain scale decline in patients with mild head injury in the surgical room RSAM 2016. The
study design using the quasi experimental Design, in the form of One Group Pre-Post Test Design made
for 10 minutes. Samples in this study of 10 people with a sampling technique accidental sampling.
Collecting data using observation sheets, statistical tests using test formula Paired T-Test. This study
showed that on average before 6.47 and after 6.07 and decreased pain in head injury patients with p
value < (0.003 <0.05). Based on the results of this study concluded that giving the finger hold
relaxation techniques can reduce pain in patients with head injury. It is suggested to nursing care
therapy techniques can be applied as a finger hold terapy that will enhance patients' ability to cope with
pain. apply non pharmacological techniques Finger Hold as intervention techniques and making room
Nursing Service Standards in treating patients with head ceder especially in pain management in the
Standard Operational Procedures (SOP).
1. PENDAHULUAN
Otak merupakan organ yang sangat vital bagi adalah nomor 5 tertinggi di Indonesia, sebesar
seluruh aktifitas dan fungsi tubuh, karena didalam 54,9%, lebih tinggi dari rata rata angka nasional
otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti 47,7%. Angka cedera akibat kecelakaan
pengendalian fisik, intelektual, emosional, sosial transportasi darat di Sumatera Barat tahun 2014
dan keterampilan. Walaupun otak berada dalam menempati nomor lima tertinggi di Indonesia
ruang yang tertutup dan terlindung oleh tulang dengan jumlah kejadian 564.242 atau 54,9 persen,
tulang yang kuat namun dapat juga mengalami lebih tinggi dari rata rata nasional.
keruskan . Salah stu penyebab dari kerusakan otak Berdasarkan data dari Medical Record
adalah terjadinya trauma atau cedera kepala yang Rumah Sakit Uum Dr. Ahmad Mochtar
dapat menyebabkan keruskan struktur otak Bukittinggi didapatkan jumlah pasien yang
sehingga fungsinya juga dapat terganggu mengalami cedera kepala ringan meningkat setiap
( Black & Hawks, 2014). tahunnya dimana selama tahun 2014 terdapat 77
Angka Kejadian cedera kepala semakin orang yang mengalami cedera kepala ringan,
tahun semakin bertambah, hal ini seiring dengan tahun 2015 sebanyak 118 orang, dan data yang
meningkatnya angka kejadian kecelakaan, didapatkan pada bulan Januari, Februari, dan
Berdasarkan data dari Riskedas Tahun 2013 telah Maret 2016 terdapat 80 orang pasien yang
menunjukkan angka cedera akibat kecelakaan mengalami cedera kepala (Rekam Medis RSUD
transportasi darat di Provinsi Sumatera Barat Dr. Ahmad Mochtar Bukittinggi, 2016).
Kasus cedera kepala lebih banyak mmhg sehingga oksigen terjaga. ( Stifel, et
melibatkan kelompok usia produktif, yaitu antara alldalam Tarwoto 2013).
15-44 tahun (dengan usia rata-rata sekitar 30 Standar Pelayanan keperawatan pada pasein
tahun) dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki cedera kepala ringan di RSUD achmad Mochtar
dibandingkan dengan perempuan. Adapun yaitu dengan mengobservasi tingkat kesadaran,
penyebab yang tersering adalah kecelakaan lalu tanda tanda vital , defisit neurologi, peningkatan
lintas (49%) dan kemudian disusul dengan jatuh intrakranial dan nyeri kepla. Pasien dianjurkan
(terutama pada kelompok usia anak-anak) mengurangi katifitas dan mengindari valsavava
(Satyanegara, Ilmu Bedah Saraf, manuever dan berkolaborasi dengan tim medis
2010).Meningkatnya jumlah kecelakaan ini dapat lain dalam pemberian obat obatan untuk
meningkatkan angka kejadian cedera kepala mengurangi edema sebri, antibiotik dan analgetik.
ringan lebih banyak ( 80%) dibandingkan cedera Hasil observasi peneliti penatalaksanann nyeri
kepala sedang ( 10%) dan cedera kepala berat ( kepala pada pasien dengan cedera kepala ringan
10%) .( Irwana, 2009). Diperkirakan lebih dari belum dilakukan dengan teknik non farmakologik
30% kasus cedera kepala berakibat fatal sebelum seperti terapi behavioral( relaksasi, hipnoterapi,
datang dibawa kerumah sakit dan 20% kasus biofeedback) maupun terapi fisik seperti
cedera kepala mengalami komplikasi sekunder akupuntur, traskutaneues electric nerve
seperti iskemia serebral akibat hipoksia dan stimulation ( TENS).
hipotensi, perdarahan serebral serta oedema Untuk mengurangi nyeri perawat hanya
serebral ( Black & Hawk, 2014)Komplikasi lain mengajarkan kepada pasien dengan teknik nafas
yang terjadi pada cedera kepala adalah dalam.Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri
peningkatan tekanan intrakranial, yaitu tekanan dengan merilekskan ketegangan otot yang
yang terjadi pada ruang serebral akibat menunjang nyeri. Salah satu teknik relaksasi yang
bertambahnya volume otak melebihi ambang dapat menurunkan nyeri adalah teknik relaksasi
toleransi dalam ruang kranium. Hal ini dapat genggam jari (finger hold). Teknik relaksasi
disebebkan karena edema serebri dan perdarahan genggam jari (finger hold) merupakan teknik
serebral. Slah satu gejala dari peningkatan tekann relaksasi yang sangat sederhana dan mudah
intrakranila adalah adanya nyeri kepala. Nyeri dilakukan oleh siapapun yang berhubungan
kepala postraumatik dikelompokan menjadi dua dengan jari tangan serta aliran energi didalam
yaiyu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri kepala tubuh (Liana, 2008).Dari hasil penelitian Iin
akut terjadi setelah trauma sampai 7 hari, Pinandita dkk 2012, p value sebesar 0,001 (p < ),
sedangkan nyeri kronik terjadi setelah 3 bualan maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
pasca cedera kepala ( Perdossi, 2010). yang signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah
Menurut evan, al, dalam Wijayasakti, pemberian teknik relaksasi finger hold pada pasien
2009 , pada cedra kepala ringan, nyeri kepala post laparatomi. Dari hasil penelusuran penulis
meruapakan keluahan yang paling sering terjadi penelitian penelitian yang sudah ada umumnya
yaitu sekitar 82%. Keadaan nyeri ini terjadi akibat teknik relaksasi seperti Tekni rekasasi Slow deep
perubahan organik atau keruskan syaraf otak, breathing sudah dilakukan pada pasien dengan
oedema otak dan peningkatan tekanan intraknial nyeri kepala post trauma. Penelitian tentang teknik
kareana sirkulasi serebral yang tidak adekuat. ( finger Hold belum dilakukan pada pasien dengan
Black& Hawk 2014). cedera kepala, sehingga penelitin tertarik ingin
Nyeri kepala pada pasien tentu menimbulkan tentu membeutikan bahwa apakah teknik non
menimbulkan perasaan tidak nyaman, hal ini farmakologis finger hold mampu menurunka nyeri
menimbulakan perasaan tidak nyaman dan hal ini kepala pada pasien cedera kepala ringan.
akan berpengaruh pada aktifitasnya, tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar, bahkan berdampak 2. METODE PENELITIAN
pada faktor psikologis seperti menarik diri,
menghindar percakapan, menghindari kontak Desain penelitian menggunakan Quasi-
dengan orang lain ( Potter& Perry, 2006). Eksperimen dengan pendekatan One Grup
Prinsip utama dalam penanganan nyeri Pretest- Postest yaitu sebelum diberi teknik
kepala post truma kepala dalah adekuanya perfusi relaksasi finger hold akan diukur skala nyeri
jaringan otak dengan memepertahankan takanan pasien cedera kepala kemudian setelah itu
perfusi serebral 60 mmhg atau lebih dan diberikan teknik relaksasi finger hold kemudian
mengurangi tekananan intrakranial kurang dari 25 diukur lagi scala nyeri pasien cedera kepala
dengan mengunakan alat ukur Numerik rating
scale ( NRS)Populasi dalam penelitian ini adalah Beberapa metode pengumpulan data yang
semua pasien yang dirawat diruang bedah RSAM digunakan dalam penelitian ini, pengkajian
seakam 1 Bulan adalah 27 orang Sampel adalah dilakukan 6 jam setelah pasien mendaptkan terapi
bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang farmakologi dan dalam keadaan sadar penuh.
diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan objek Pasien kemudian diberi penjelasan tentang
yang diteliti (Notoadmodjo, 2012).Sampel dalam penelitian, tujuan dan manfaat teknik Finger Hold
penelitian ini adalah pasien dirawat diruang bedah setelah pasien mengerti dan setuju maka pasien
dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang mennada tangani lembar persetujuan dan peneliti
telah ditetapkan.yaitu 10 responden dengan dapat melakuka pengambilan data .
kriteria inklusi (1)Bersedia untuk diteliti;(2) GCS
pasien 12-15;(3) bisa diajak komunikasi;(4)
Mempunyai respon terhadap teknik relaksasi
genggam;(5) Pasien yang dirawat lebih dari 3 hari.
Teknik sampling yang peneliti gunakan adalah
aksidental sampling yaitu pengambilan sampel
yang dilakukan secara kebetulan bertemu. Apabila
dijumpai ada maka sampel tersebut diambil dan
langsung dijadikan sebagai sampel utama
Berdasarkan Tabel 3.2 terlihat bahwat dari 10 responden diketahui bahwa di RSAM Bukittinggi setelah
dilakukan intervensi dengan rata-rata nyeri adalah 6,07, standar deviasi 1,305, dengan 95 % CI 5,13.
Berdasarkan Grafik 3.3.terlihat bahwarata-rata skala nyeri pada pasien cedera kepala ringan mengalami
penurunan setelah dilakukan teknik relasasi finger hold dimana terlihat pada grafik diatas di hari ketiga
sebelum diberi perlakuan teknik relaksasi finger hold sebesar 6,1 setelah diberi perlakuan menurun
menjadi 5,2.
Grafik 3.3. Rata-Rata Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Finger
Hold
8
7 7 6.9
6.6
6 6.1
5.8
5 5.2
4
3
2
1
0
pre 1 post 1 pre 2 post 2 pre 3 post 3
Tabel 3.4 terlihat bahwa rata-rata penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah yaitu 0,4 dengan standar
deviasi 0,202. Pengaruh ini di uji dengan uji paired test menghasilkan nilai p=0,003, dimana nilai p <
(0,05), maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan Teknik relaksasi finger hold terhadap
penurunan skala nyeri pada pasien cedera kepala.
Tabel 3.4 Rata-Rata Perbedaan Penurunan
Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Teknik Finger Hold
Variabel Kelompok RataRata SD SE pValue n t
merupakan ujung-ujung bebas serat syaraf aferen Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang
A delta dan C. Resptor reseptor ini disktifkan serabut saraf aferen dan berakhir di bagian kornu
oleh adanya rangsangan rangsangan dengan dorsalis medula spinalis. Di dalam kornu dorsalis,
intensitas tinggi.Menurut Liana (2008) dalam neurotransmiter seperti substansi P dilepaskan,
Pinandita (2011) teknik relaksasi genggam jari sehingga menyebabkan suatu transmisi sinapsis
(finger hold) merupakan teknik relaksasi dengan dari saraf perifer (sensori) ke saraf traktus
jari tangan serta aliran energi didalam tubuh. spinotalamus (Paice, 1991 dalam Potter & Perry,
Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang 2005), yang memungkinkan impuls nyeri
di kirim melalui serabut aferen non-nosiseptor. ditransmisikan lebih jauh ke dalam sistem saraf
Serabut saraf non-nosiseptor mengakibatkan pusat. Di traktus ini juga terdapat serabut-serabut
gerbang tertutup sehingga stimulus pada kortek saraf yang berakhir di otak tengah, yang
serebri dihambat atau dikurangi akibat counter menstimulasi daerah tersebut untuk mengirim
stimulasi relaksasi dan mengenggam jari. stimulus kembali ke bawah kornu dorsalis di
Sehingga skala nyeri akan berubah atau medula spinalis (Paice, 1991 dalam Potter &
mengalami modulasi akibat stimulasi relaksasi Perry, 2005).
genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak Setelah impuls nyeri naik ke medula
mencapai otak (Pinandita, 2012 )Sejalan dengan spinalis, informasi ditransmisikan dengan cepat ke
penelitian yang telah dilakukan oleh Herfina otak, termasuk pembentukan retikular, sistem
(2009), dengan pembahasan tentang pengaruh limbik, talamus, dan korteks sensori dan korteks
kompres air hangat terhadap penurunan skala asosiasi. Seiring dengan transmisi stimulus nyeri,
nyeri pada klien rematik setelah di lakukan tubuh mampu menyesuaikan diri atau
kompres air hangat didapatkan dari 18 orang memvariasikan resepsi nyeri. Terdapat serabut
responden yang mengalami nyeri ringan 9 saraf di traktus spinotalamus yang berakhir di otak
responden (50,0%), nyeri sedang 9 responden tengah, menstimulasi daerah tersebut untuk
(50,0%). Menurut analisis peneliti nyeri timbul mengirim stimulus kembali ke bawah kornu
akibat adanya rangsangan oleh zat-zat algesik dorsalis di medula spinalis. Serabut ini disebut
pada reseptor nyeri yang banyak di jumpai pada sistem nyeri desenden, yang bekerja dengan
lapisan superfical kulit dan beberapa jaringan melepaskan neuroregulator yang menghambat
didalam tubuh oleh karna itu teknik relaksasi transmisi stimulus nyeri (Paice, 1991 dalam Potter
finger hold dapat mengurangi nyeri cedera kepala & Perry, 2005).
dan juga dapat melancarkan aliran dalam darah, Relaksasi genggam jari menghasilkan
mengurangi perasaan panik, menenangkan pikiran impuls yang di kirim melalui serabut aferen non-
dan dapat mengontrol emosi. nosiseptor. Serabut saraf non-nosiseptor
Nyeri disebabkan oleh stimulus termal, mengakibatkan gerbang tertutup sehingga
mekanik, kimiawi dan stimulus listrik yang stimulus pada kortek serebri dihambat atau
menyebabkan pelepasan substansi nyeri yang dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi dan
tergabung dengan lokasi reseptor di Nosiseptor mengenggam jari. Sehingga skala nyeri akan
(reseptor yang berespon terhadap stimulus yang berubah atau mengalami modulasi akibat
membahayakan) untuk memulai transmisi neural stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih dahulu
yang dikaitkan dengan nyeri (Clancy dan dan lebih banyak mencapai otak (Pinandita, 2012
McVicar, 1992 dalam Potter & Perry,2005 ). : 41).
Nosisseptor tersebar luas pada kulit dan mukosa Menurut penelitian Tarwoto (2011),
dan terdapat pada struktur-struktur yang lebih menyatakan bahwa Latihan slow deep breathing
dalam seperti pada visera, persendian, dinding dapat meningkatkan suplai oksigen ke otak dan
arteri, hati dan kandung empedu (Kozier, dapat menurunkan metabolisme otak sehingga
2004).Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus kebutuhan oksigen otak menurun.. Hasil
nyeri, menyebar disepanjang saraf perifer dan penelitian diperoleh ada perbedaan yang
mengkonduksi stimulus nyeri: serabut A-Delta bermakna rerata intensitas nyeri kepala akut pada
bermielin dan cepat dan serabut C yang tidak pasien cedera kepala ringan antara
bermielinasi dan berukuran sangat kecil serta kelompok intervensi dan kelompok kontrol
lambat. Serabut A mengirim sensasi yang tajam, setelah dilakukan latihan SDB (p=0,000, =
terlokalisasi dan jelas yang melokalisasi sumber 0,05).
nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri (Potter & Menurut asumsi peneliti, berdasarkan
Perry, 2005).Serabut C menyampaikan impuls penelitian yang peneliti lakukan didapatkan
yang terlokalisasi buruk, viseral dan terus menerus bahwa pada pasien yang mengalami cedera kepala
setelah melakukan teknik relaksasi finger hold Hasil yang diharapkan, edisi 8 buku 2,
nyeri yang dirasakan pasien menurun dengan rata- Elsevier.
rata 6, 07. Pengaruh teknik relaksasi finger hold Liana, Emmmy Dewi, ( 2008) Pemerhati dan
terhadap penurunan skala nyeri akan terlihat Praktisi Kesehatan Holistik .Jakarta
setelah beberapa kali melakukan secara benar dan Herfina (2009), Pengaruh kompres air hangat
teratur yaitu pada hari ke 3 setelah melakukan terhadap penurunan skala nyeri pada klien
teknik relaksasi finger hold. Berdasarkan hasil rematik di Rsud Ulin Banjarmsin
penelitian dan uraian diatas dapat kita simpulkan Irwana, o, ( 2009). Cedrea Kepala .
bahwa dilihat teknik relaksasi finger hold dapat http://belibisa17.com/2009/05/25/cederake
mengurangi nyeri pada pasien cedera kepala. pala/, diakses tanggal juni 2016
Pinandita et al. 2012.Pengaruh Terapi Finger Hold
4. KESIMPULAN Terhadap neyri pasien post laparatomi di
Pengaruh Teknik Relaksasi Finger Hold Terhadap Rumah Sakit Eka Hospital BSD
Penurunan Nyeri Pada Pasien Cedera Kepala Medical Record RSAM. 2016. Data Pasien Cedera
Ringan Di Ruangan Bedah RSAM Bukittinggi Kepala. Bukittinggi : RSAM.
Tahun 2016. Notoadmodjo.2003. Metodologi Penelitian
a. Rata-rata nyeri sebelum dilakukan teknik Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
relaksasi finger hold yaitu 6.47. Perry & Potter. 2005. Fundamental of Nursing
b. Rata-rata nyeri sesudah dilakukan relaksasi (Fundamental Keperawatan). Jakarta :
finger hold yaitu 6.07. Salemba Medika.
c. Terdapat pengaruh secara signifikan antara Perdosssi.(2010). Konsesus Nasional III,
teknik relaksasi finger hold dengan penurunan Diagnostik dan Penalatksanaan Nyeri
nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi finger Kepala, Kelompok Studi Nyeri Kepala.
hold dengan nilai p = 0,003 (p<0,005). Surabaya: Airlangga University Press
Riskesdas Sumatera Barat. 2013 : Data Riskesdas
SARAN Sumatera Barat.
Satyanegara, (2010). Ilmu Bedah Saraf, Edisi IV.
Saran bagi pelayanan keperawatan Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Strategi manajemen nyeri non farmakologi Smeltzer, S C & Bare, B G. 2005. Buku Ajar
dengan terapi teknik finger holddapat diterapkan Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol.
sebagai terapy yang tepat untuk meningkatkan 3. Agung Waluyo (penterjemah). Jakarta :
kemampuan pasien mengatasi rasa nyeri. EGC.
Mengingat kompleksnya aspek nyeri dan Tarwoto, (2013). Keperawatan Medikal Bedah,
banyaknya keluhan nyeri yang ditemukan pada Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
setiap pasien, maka sudah saatnya perawat untuk Sagung Seto
dapat menerapkan teknik non farmakologis Tarwoto ( 2011). Pengaruh Slow deep Breathing
Teknik Finger Holdsebagai intervensi ruangan terhadap nyeri kaut pada pasien cedera
dan menjadikannya Standar Pelayanan kepala di RSUP Fatmawati, Tesis,
Keperawatan dalam merawat pasien dengan ceder http;//lontar lib ui.com. diakses juni 2016
kepala khusunya dalam penagangan management Wijayasakti, R( 2009) Glasgow Coma Scale
nyeri yang dituangakan dalam Standar dengan keluahan Nyeri Kepala pasca
Operational Prosedur ( SOP ). Bagi Pendidikan Trauma Pada Pasien Cedera Kepala Di
memahami lebih dalam lagi fisiologis Terapi Rumah Sakit PKU muhammadyah
Finger Holddan dapat dipertimbangan sebagai Karanganger, Skripsi, Fakutas Kedokteran
intervensi mandiri dan dijadikan bahan literatur Universitas Muhammdiah Surakar
khususnya mata ajar keperawatan medikal bedah
yang berhubungan dengan manajemen nyeri yang
efektif dan juga penelitian ini diharapkan sebaga
bagian dari program pendidkan yang bertujuan
untuk menambah wawasan.
5. REFERENSI
Melti Suriya 1
1
STIKes Alifah, Padang 25000
Email: melti_s85@yahoo.com
Abstract
Data from the World Health Organization declared the number of patients with diabetes mellitus (DM)
in the world reached 347 million people and more than 80% of deaths due to diabetes. Indonesia was
rated fourth in the world with DM and the province of West Sumatra has a prevalence of DM (1.3%).
DM patients have thickening on toenail which can increase the risk of complications such as diabetic
ulcers and amputation risk patients with diabetic ulcers. The aim of this research is to determine the
effect of DM Gymnastics Rated ABI (angkle Brachial Index) in Andalas Community Health Center
Padang 2016. The type of this research is quasi experiment. The research sample is 30 diabetes mellitus
patients with purposive sampling technique in February-August 2016. The data were analyzed by using
statistical tests dependent T-test, independent t-test with a 95% confidence level = 0.05. The results
showed that average values before treatment gymnastics ABI diabetes with a mean value was 0.7, the
standard deviation was 0.488. The average value of ABI after exercise treatment of diabetes with a
mean value was 1.1, the standard deviation was 0.516. There are differences between the mean before
and after treatment in the intervention group with p value = 0.001. It is expected to be able to provide
counseling and do diabetes mellitus gymnastic routine 2 times a week.
Gangguan metabolik yang distimulasi oleh sistolik, yang merupakan estimasi terbaik dari
penimbunan sorbitol dan fruktosa tersebut dapat pusat tekanan darah sistolik. Pemeriksaan ABI
secara langsung ataupun tidak langsung merusak sangat berguna untuk mengetahui adanya penyakit
sel saraf. Gangguan neurovaskular yang terjadi arteri perifer (PAP). Pada pasien yang mengalami
akan mengganggu suplai darah dan oksigen gangguan peredaran darah kaki maka akan
menuju sel saraf (Subekti, 2009). Kerusakan sel ditemukan tekanan darah tungkai lebih rendah
saraf akibat DM atau neuropati DM dapat dibandingkan dengan tekanan darah lengan yang
mengenai seluruh saraf tubuh baik serat saraf dapat dilihat dari skor ABI (Ostemy, 2011).
sensorik, motorik, dan otonom (Suyono, 2013). Gangguan aliran darah pada kaki dapat
Upaya pengelolaan DM yang lebih baik, dideteksi dengan mengukur ankle brachial index
terencana, dan berkesinambungan harus (ABI) yaitu mengukur rasio dari tekanan sistolik
dilaksanakan berdasarkan empat pilar manajemen di lengan dengan tekanan sistolik kaki bagian
DM yaitu : latihan jasmani, terapi gizi medis , bawah. ABI dihitung dengan membagi tekanan
edukasi, dan terapi farmakolgi. Penatalaksanaan sistolik di pergelangan kaki dengan tekanan darah
pada DM tipe-2, memerlukan terapi agresif untuk sistolik di lengan. Pemeriksaan ABI sangat
mencapai kendali glikemik dan kendali faktor berguna untuk mengetahui adanya penyakit arteri
risiko kardiovaskular (Suyono, 2013). perifer (PAP). Penyakit arteri perifer merupakan
Latihan fisik sebagai salah satu pilar manifestasi paling sering adanya aterosklerosis
tatalaksana pasien DM sangat bermanfaat dalam perifer yang menyebabkan menurunnya sirkulasi
kontrol glukosa darah, terutama pada pasien DM darah pada kaki. Pada pasien yang mengalami
tipe 2. Latihan fisik dapat meningkatkan gangguan peredaran darah kaki maka akan
permeabilitas membran sel terhadap glukosa ditemukan tekanan darah tungkai lebih rendah
sehingga resistensi insulin berkurang atau dibandingkan dengan tekanan darah lengan yang
sensitivitas/respon reseptor pada sel terhadap dapat dilihat dari skor ABI (Ostemy, 2011).
insulin meningkat. Manfaat yang didapat dengan Keadaan yang tidak normal dapat diperoleh
latihan fisik akan optimal apabila memperhatikan bila nilai ABI 0,4 0,9 yang diindikasikan ada
frekuensi, intensitas, dan durasi latihan (Sari, resiko tinggi luka di kaki, dan pasien perlu
2012). Salah satu latihan fisik yang dianjurkan perawatan tindak lanjut. ABI < 0.4 diindikasikan
pada pasien DM adalah senam diabetik (Akhtyo, kaki sudah mengalami kaki nekrotik, gangren,
2009). ulkus, borok yang perlu yang perlu penanganan
Latihan Senam Diabetes yang dilakukan multi disiplin ilmu (ADA, 2013). Berdasarkan
dengan cara menggerakkan otot dan sendi kaki. studi pendahuluan yang dilakukan pasien
Senam dilakukan untuk memperbaiki sirkulasi mengeluh pada gangguan pada kaki seperti
darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah kesemutan, rasa tebal, rasa panas dan nyeri, Hasil
terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan observasi menunjukkan terdapat 12 mengalami
kekuatan otot betis dan paha, serta mengatasi penebalan atau penandukan pada kuku kaki.
keterbatasan gerak sendi. Dengan adanya
pergerakan pada otot-otot yang beraktivitas dapat Berdasarkan latar belakang masalah di atas
meningkatkan insulin. Insulin yang semula tinggi maka perumusan masalah dalam penelitian ini
di pembuluh darah dapat digunakan sel otot adalah Apakah ada Pengaruh Senam Diabetes
sebagai energi. Kadar glukosa darah yang tinggi Melitus dengan Nilai ABI (Angkle Brachial
secara perlahan akan menurun karena digunakan Index) pada Pasien DM di Puskesmas Andalas
oleh sel otot. Penurunan kadar glukosa darah juga Padang
akan mengurangi timbunan glukosa, sorbitol, dan
fruktosa pada sel saraf. Hal ini akan meningkatkan 2. METODE PENELITIAN
sirkulasi dan fungsi sel saraf atau meningkatkan
sensitivitas saraf kaki dan menurunkan Jenis penelitian Quasy eksperimen rancangan
risiko/mencegah terjadinya ulkus kaki diabetik Pretest Postest design, dengan intervensi
,untuk mencegah ulkus diabetik maka dilakukan pemberikan latihan fisik senam penderita DM
pengukuran ABI (Subekti, 2009). dengan pengukuran ABI. Penelitian ini dilakukan
Angkle Brachial Index (ABI) adalah invasif di Puskesmas Andalas Padang pada bulan Januari
tes non skrining vaskular untuk mengidentifikasi September 2016. Populasi penelitian penderita
penyakit arteri perifer dengan membandingkan DM dengan teknik random sampling sebanyak 30
sistolik tekanan darah di pergelangan kaki ke yang orang dengan 15 kelompok intervensi dan 15
lebih tinggi dari brakialis yang tekanan darah orang kelompok control. Pengumpulan data
dilakukan dengan observasi. Pengolahan data menggunakan uji T-Test dengan tingkat
melalui analisa data secara univariat dan bivariat kepercayaan 95% = 0,05.
No Variabel Definsi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Independen
1 Senam Senam merupakan Pengukuran Lembar Kelompok Nominal
diabetes kegiatan latihan fisik cara Observasi intervensi
yang dilakukan 2 kali berkelompok
seminggu pada
penderita DM selama
4 minggu
Variabel Dependen
2 Pemeriksa prosedur pemeriksaan Pengukuran Tensi Pengukuran Rasio
an ABI ekstremitas bawah ABI Meter dijabarkan
untuk mendeteksi dalam mg/dd
kemungkinan adanya
peripheral artery
disease (PAD) dengan
cara membandingkan
tekanan darah sistolik
tertinggi dari kedua
pergelangan kaki dan
lengan
Berdasarkan tabel 3.1 dilihat rata-rata nilai ABI sebelum perlakuan senam diabetes melitus dengan
nilai mean 0,7, median 0,8 standar deviasi 0,488. Rata-rata nilai ABI sesudah perlakuan senam diabetes
melitus dengan nilai mean 1,1 median 1,2 standar deviasi 0,516.
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai ABI penderita diabetes melitus pada
kontrol I dengan nilai mean 1,2, median 1,2 standar deviasi 0,535. rata-rata nilai ABI penderita diabetes
melitus pada kontrol I & dengan nilai mean 1,2 median 1,2 standar deviasi 0,594.
Tabel 3.3 menunjukan rata-rata perbedaan nilai ABI sebelum dan sesudah diberi perlakuan adalah
0,073 untuk intervensi dan nilai ABI sebelum dan sesudah diberi perlakukan 0,007 untuk kontrol.
Setelah dilakukan uji statistik dependent T-test untuk intervensi didapatkan nilai p value 0,000 (p value
< 0,05), artinya ada pengaruh senam diabetes melitus dengan nilai ABI pada pasien diabetes melitus di
Puskesmas Andalas Padang. Untuk kontrol didapatkan nilai p value 0,582 (p value > 0,05) artinya tidak
ada pengaruh senam diabetes melitus dengan nilai ABI.
Tabel 3.4 menunjukan rata-rata perbedaan nilai ABI intervensi dan kontrol diberi perlakuan adalah
0,3467 untuk rata-rata intervensi dan kontrol terendah 0,3112, intervensi dan kontrol tertinggi 0,3821.
Setelah dilakukan uji statistik independent T-test untuk intervensi didapatkan nilai p value 0,000 (p
value < 0,05). Berarti terdapat perbedaan bermakna antara selesih rerata nilai ABI kelompok intervensi
dan kelompok kontrol.
berupa nyeri pada pantat/betis ketika berjalan 31,2% pada usia 70-79 tahun (Jaff, 2004 dalam
(kaludikasio intermiten) mulai terasa (Smeltzer, Chaniago, 2007).
2008). Pada penelitian ini ditemukan kejadian Berdasarkan analisa peneliti perubahan
diabetes melitus banyak terjadi pada usia > 45 intervensi sebelum dan sesudah ini dapat dilihat
tahun. Berdasarkan penelitian, usia yang dari hasil dimana selisih 0,5 sebanyak 2 orang, 0,4
terbanyak terkena Diabetes Melitus adalah > 45 sebanyak 9 orang, 0,3 sebanyak 4 orang. Artinya
tahun. selesih yang paling banyak intervensi sebelum dan
Data penelitian menunjukkan bahwa nilai ABI sesudah ini 0,4. Pada penelitian ini nilai normal
0,7 ada 5 orang dan nilai ABI 0,8 ada 10 orang. pada ABI dikarenakan penderita sudah melakukan
Analisa peneliti nilai sedang pada ABI senam diabetes melitus selama 30 menit, senam 2
dikarenakan penderita diabetes melitus tidak kali seminggu dalam 4 minggu.
pernah melakukan aktifitas fisik seperti senam Senam akan mempengaruhi tubuh dalam
diabetes melitus. Selain itu jenis kelamin juga bereaksi terhadap insulin, senam yang teratur
mempengaruhi nilai ABI memiliki jenis kelamin menjadikan tubuh bereaksi lebih sensitif peka
perempuan sebanyak 20 orang (66,7%). Penyakit terhadap insulin, dan akan membuat kadar gula
diabetes melitus sebagian besar dapat dijumpai darah menjadi terlalu rendah atau yang biasa
pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini disebut dengan hipoglikemia setelah melakukan
disebabkan karena pada perempuan memiliki senam. Tujuan senam adalah untuk meningkatkan
LDL atau koleterol jahat tingkat trigliresida yang kepekaan insulin, mencegah kegemukan,
lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Widyanthari, memperbaiki aliran darah, merangsang
2016). Melakukan senam diabetes melitus dapat pembentukan glikogen baru dan mencegah
memperlancar peredaran darah sehingga komplikasi lebih lanjut.
kebutuhan nutrisi dan oksigen pada ekstremitas
bawah dapat terpenuhi dengan baik. 3) Pengaruh senam diabetes melitus dengan
nilai ABI (Ankle Brachial Indeks)
2) Nilai ABI Sesudah di Berikan Senam
Diabetes Melitus Hasil penelitian ini hampir sama dengan
penelitian Trisumarni (2011) tentang Pengaruh
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa senam diabetes melitus dengan nilai ABI pada
rata-rata nilai ABI sesudah perlakuan senam pasien di Puskesmas Padamara Purbalingga
diabetes melitus dengan nilai mean 1,1, median ditemukan hasil ada pengaruh senam diabetes
1,2 standar deviasi 0,516 dan nilai terendah adalah melitus dengan nilai ABI. Hasil penelitian Hendro
1,1 dan nilai tertinggi adalah 1,2. Hasil penelitian (2011) tentang pengaruh senam diabetes melitus
ini hampir sama dengan penelitian Trisumarni terhadap kadar glukosa darah pada penderita DM
(2011) ditemukan hasil nilai ABI yaitu 1,2 tipe 2 di Desa Darussalam Medan ditemukan hasil
sesudah di lakukan perlakuan. adanya efektifitas senam DM dapat menurunkan
ABI dengan nilai lebih dari 0,9 dinilai sebagai kadar gula darah pada penderita DM tipe 2.
nilai normal atau terbebas dari keadaan Periperal Angkle Brachial Indeks (ABI) adalah invasif
Artery Desease (PAD) karena darah masih tes non skrining vaskular untuk mengidentifikasi
bersirkulasi dengan baik tanpa adanya obstruksi penyakit arteri periver dengan membandingkan
yang bermakna pada pembuluh perifer (Smeltzer, sistolik tekanan darah di pergelangan kaki ke yang
2009). Proses penuaan yang mengakibatkan lebih tinggi dari brakialis yang tekanan darah
perubahan dinding pembuluh darah sehingga sistolik, merupakan estimasi terbaik dari pusat
mempengaruhi transportasi oksigen dan nutrisi ke tekanan darah sistolik. Penyakit arteri periver
jaringan. Lapisan inti menebal sebagai akibat merupakan manisfestasi paling sering adanya
proliferasi seluler dan fibrosis. Serabut di lapisan arterosklerosis periver yang menyebabkan
media mengalami kalsifikasi, tipis dan terpotong, menurunnya sirkulasi darah pada kaki. Pada
serta kolagen yang menumpuk di lapisan inti dan pasien yang mengalami gangguan peredaran darah
media. Perubahan tersebut menyebabkan kekakuan pada kaki maka akan ditemukan tekanan darah
pembuluh darah, yang mengakibatkan peningkatan tungkai lebih rendah dibandingkan dengan
tekanan pembuluh perifer, ganguan aliran darah, tekanan darah lengan yang dapat dilihat dari skor
dan peningkatan kerja ventrikel kiri (Smeltzer & ABI (Sari, 2012).
Bare, 2009). Prevalensi PAD pada penderita DM Hal ini didukung oleh Sukatemin (2013).
tipe 2 dilaporkan terjadi sebesar 20,5 % pada usia Bahwa ada hubungan status vaskuler terhadap
40-59 tahun, 48,3 % pada usia 60-69 tahun, dan kejadian diabetik. Secara umum mayoritas
responden mengalami obstruksi vaskuler yaitu standar deviasi 0,488. Rata-rata nilai ABI sesudah
sebanyak 34 orang atau 53,1% (dari ringan sampai perlakuan senam diabetes melitus dengan nilai
berat). Gambaran klinis gangguan vaskularisasi mean 1,1, standar deviasi 0,516. Rata-rata nilai
bervariasi, mulai dari tidak bergejala sampai ABI sebelum pada kelompok kontrol senam
menimbulkan gejala (umumnya pada awal diabetes melitus dengan nilai mean 1.1 standar
penyakit) hingga nyeri dan rasa tidak nyaman. deviasi 0,535. Rata-rata nilai ABI sesudah pada
Dua gejala yang paling umum yang terkait dengan kelompok kontrol senam diabetes melitus dengan
gangguan vaskularisasi adalah klaudikasio nilai mean 1,1 standar deviasi 0,594. Terdapat
interiten dan nyeri atau sakit pada ekstremitas perbedaan rerata antara sebelum dan setelah
bawah. Klaudikasio interiten ditandai dengan perlakukan pada kelompok intervensi dengan nilai
adanya kelemahan, rasa tidak nyaman, nyeri, p value = 0,001. Terdapat perbedaan selisih rata-
kram, dan rasa ketat atau baal pada ekstremitas rata nilai ABI kelompok intervensi dan kelompok
yang terkena neuropati dan ada hubungan dengan kontrol dengan p value = 0,000 di Puskesmas
kejadian ulkus. Andalas Padang.
Kualitas yang menunjukan berat ringannya
latihan. Intensitas latihan untuk daya tahan paru 5. REFERENSI
jantung sebesar 60 70% detak jantung maksimal.
Kualitas yang digunakan selama perlakuan yaitu ADA (American Diabetes Assosiation)., 2010.
responden harus mencapai THRnya dengan Clinical Practice Recommendations Report
menggunakan rumus 60% x (220 umur). of the Expert Commite on the Diagnosis and
Misalnya responden berusia 45 tahun maka denyut Classifications of Diabetes Mellitus
jantungnya harus bisa mencapai 105 kali per Diabetes Care, USA: p.S4-S24.
menit. Oleh karena itu peneliti mewajibkan American Diabetes Association, (2014). Executive
responden untuk bisa mencapai THRnya yang summary: Standars of medical care in
diukur 10 20 detik setelah latihan dengan diabetes-2014. http://www.care.diabetes
melakukan palpasi pada arteri misalnya arteri journal.
radialis atau arteri carotis communis. Waktu atau Aktyo 2009 . Senam kaki diabetes militus .
durasi yang diperlukan setiap kali latihan http://www akhtyo.blogspot.com//senam-
sedangkan untuk meningkatkan kebugaran fisik kaki-diabetes-melitus. Di akses pada 17
diperlukan waktu berlatih 20 60 menit yang Desember
didahului 3 5 menit pemanasan dan diakhiri Chaniago, Arman Y.S. 2007. Overall and central
dengan 3- 5 menit pendinginan. Adapun waktu obesity and risk of type-2 diabetes in U.S.
yang diperlukan selama latihan yaitu 30 menit black women
dengan waktu untuk pemanasan 5 menit dan Made Widyanthari, Ratna Sitorus, Yulia.
pendinginan 5 menit sehingga latihan intinya 20 Pemeriksaan ankle brachial index (ABI).
menit sampai responden mencapai Target Heart (2016) post exercise Pada pasien diabetes
Rate (THR). Apabila THR belum terpenuhi, maka melitus dengan Peripheral arterial disease.
durasi latihan ditambah sampai maksimal 60 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
menit dimana latihan ini dilakukan pada pagi hari. Indonesia
Analisa peneliti adanya pengaruh senam Mansjoer,A., dkk, 2005. Kapita Selekta
diabetes melitus dengan nilai ABI pada penelitian Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan
ini dikarenakan pasien rutin melakukan senam Keenam., Jakarta : Media Aesculapius
diabetes melitus selama 4 minggu yang dilakukan Fakultas
2 kali sehari selama 30 menit. Hal ini dapat dilihat PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan dan
senam DM memiliki pengaruh untuk pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di
meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh Indonesia. Jakarta: FKUI RSCM.
khususnya meningkatkan fungsi dan metabolisme Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-
tubuh. Selain itu senam DM juga memberikan rasa Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta : EGC
senang pada responden dan juga dapat memotivasi Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan penelitian
responden yang lain untuk melakukan olah raga dan pengembangan kesehatan Kementrian
secara teratur. Kesehatan RI.
Soegondo, Sidartawan.,Soewondo, Pradana.,
4. KESIMPULAN &Subekti, Imam. (2009). Penatalaksanaan
Rata-rata nilai ABI sebelum perlakuan Diabetes MelitusTerpadu.Edisi 4. Jakarta:
senam diabetes melitus dengan nilai mean 0,7 FakultasKedokteranUniversitas Indonesia.
Abstract
Health services outpatients is one of the service which concern the main hospital .. According to the
preliminary survey 25 patients in poly interne and neorologi rssn Bukittinggi got that waiting times in
every registration more than an hour , the wait patients and the restroom ( the toilet patients ) inadequate
, waiting times medical services more than two hours , this condition was quite risk down quality of
services outpatient in hospital.A design used in this research was deskritif correlation conducted in
cross sectional .Samples to be taken as many as 97 people. The results of the study bivariat or physical
qualities with satisfaction patients value p 0.05, while the quality of reliable, response, insurance, and
attention with satisfaction patients value p 0.05. No conclusion there was a correlation physical
qualities with satisfaction patients go the way in the hospital a stroke national Bukittinggi, there was a
correlation the quality of reliable, response, insurance, and attention with satisfaction patients go the
way in the hospital a stroke national Bukittinggi.Advice should hospital maintaining quality of
registration in the hospitality officers , skills , the speed of service , and clarity information the public.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kualitas Fisik, Handal, Tanggap, Jaminan, & Perhatian
di Rumah sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016.
No Kualitas Fisik Frekuensi %
1. Baik 38 39.2
2. Kurang 59 60.8
Jumlah 97 100.0
No Kualitas Handal Frekuensi %
1. Kurang 35 36.1
2. Baik 62 63.9
Jumlah 97 100.0
No Kualitas Tanggap Frekuensi %
1. Kurang 35 36.1
2. Baik 62 63.9
Jumlah 97 100.0
No Kualitas Jaminan Frekuensi %
1. Kurang 36 37.1
2. Baik 61 62.9
Jumlah 97 100.0
No Kualitas Perhatian Frekuensi %
1. Kurang 35 36.1
2. Baik 62 63.9
Jumlah 97 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kualitas fisik 60.8 % kurang baik, kualitas handal,
kualitas tanggap, kualitas perhatian sama 63,9 % baik, dan kualitas jaminan 62,9 % baik
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kepuasan Fisik, Handal, Tanggap, Jaminan, & Perhatian
di Rumah sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016.
No Kepuasan Fisik Frekuensi %
1. Kurang 53 54.6
2. Baik 44 45.4
Jumlah 97 100.0
No Kepuasan Handal Frekuensi %
1. Kurang 47 48.5
2. Baik 50 51.5
Jumlah 97 100.0
No Kepuasan Tanggap Frekuensi %
1. Kurang 46 47.4
2. Baik 51 52.6
Jumlah 97 100.0
No Kepuasan Jaminan Frekuensi %
1. Kurang 49 50.5
2. Baik 48 49.5
Jumlah 97 100.0
No Kepuasan perhatian Frekuensi %
1. Kurang 45 46.4
2. Baik 52 53.6
Jumlah 97 100.0
Berdasarkan table diatas dapat dilihat untuk kepuasan fisik 54 6 % kurang baik, kepuasan handal 51,5
% baik, kepuasan tanggap 52,6 % baik, kepuasan jamainan 50,5 kurang baik, dan kepuasan perhatian
53, 6 % baik.
Tabel 3
Hubungan Kualitas Pelayanan Fisik Dengan Kepuasan Pasien Di Rawat Jalan Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016
Kualitas Kepuasan Pasien P OR
Pelayanan value
Fisik Kurang % Baik % Total %
n N n
Kurang 25 65,8 13 34,2 38 100 0.077 2,129
Baik 28 47,5 31 52,5 59 100
Jumlah 53 54,6 44 45,4 97 100
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari kualitas pelayanan fisik yang kurang baik mempunyai
kepuasan pasien kurang baik 65,8 % dan kepuasan pasien yang baik 34,2 %, sedangkan kualitas
pelayanan fisik yang baik mempunyai kepuasan pasien kurang baik 47,5 % dan kepuasan pasien baik
52,5 %. Berdasarkan uji statistik didapatkan P vulue 0.077 bila dibandingkan dengan nilai = 0,05
maka P vulue > dari ( 0,077 > 0,05 ) sehingga Ha ditolak maka tidak ada hubungan kualitas fisik
dengan kepuasan pasien berobat jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Hasil OR didapatkan
2,129 artinya kualitas fisik yang kurang baik mempunyai peluang 2 kali untuk tidak mendapatkan
kepuasan pasien dibandingkan dengan kualitas fisik yang baik.
Tabel 4
Hubungan Kualitas Pelayanan Handal Dengan Kepuasan Pasien Di Rawat Jalan Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016
Kualitas Kepuasan Pasien P OR
Pelayanan value
Handal Kurang % Baik % Total %
n N n
Kurang 24 68,6 11 31,4 35 100 0.003 3.700
Baik 23 37,1 39 62,9 62 100
Jumlah 47 48,5 50 51,5 97 100
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari kualitas pelayanan handal yang kurang baik
mempunyai kepuasan pasien kurang baik 68,6 % dan kepuasan pasien yang baik 31,4 %, sedangkan
kualitas pelayanan handal yang baik mempunyai kepuasan pasien kurang baik 37,1 % dan kepuasan
pasien baik 62,9 %. Berdasarkan uji statistik didapatkan P vulue 0.003 bila dibandingkan dengan nilai
= 0,05 maka P vulue < dari ( 0,003 < 0,05 ) sehingga Ha diterima maka ada hubungan kualitas handal
dengan kepuasan pasien berobat jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Hasil OR didapatkan
3,700 artinya kualitas handal yang baik mempunyai peluang 3,7 kali untuk mendapatkan kepuasan
pasien dibandingkan dengan kualitas handal yang kurang baik.
Tabel 5
Hubungan Kualitas Pelayanan Tanggap Dengan Kepuasan Pasien Di Rawat Jalan Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016
Kualitas Kepuasan Pasien P value OR
Pelayanan Kurang % Baik % Total %
Tanggap n N n
Kurang 27 77,1 8 22,9 35 100 0.000 7.638
Baik 19 30,6 43 69,4 62 100
Jumlah 46 47,4 51 52,6 97 100
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari kualitas pelayanan tanggap yang kurang baik
mempunyai kepuasan pasien kurang baik 77,1 % dan kepuasan pasien yang baik 22,9 %, sedangkan
kualitas pelayanan tanggap yang baik mempunyai kepuasan pasien kurang baik 30,6 % dan kepuasan
pasien baik 69,4 %. Berdasarkan uji statistik didapatkan P vulue 0.000 bila dibandingkan dengan nilai
= 0,05 maka P vulue < dari ( 0,000 < 0,05 ) sehingga Ha diterima maka ada hubungan kualitas
tanggap dengan kepuasan pasien berobat jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Hasil OR
didapatkan 7,638 artinya kualitas tanggap yang baik mempunyai peluang 7,6 kali untuk mendapatkan
kepuasan pasien dibandingkan dengan kualitas tanggap yang kurang baik.
Tabel 6
Hubungan Kualitas Pelayanan Jaminan Dengan Kepuasan Pasien Di Rawat Jalan Rumah Sakit
Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016
Kualitas Kepuasan Pasien P value OR
Pelayanan Kurang % Baik % Total %
Jaminan
N N n
Kurang 31 86,1 5 13,9 36 100 0.000 14.811
Baik 18 29,5 43 70,5 61 100
Jumlah 49 50,5 48 49,5 97 100
Berdasarkan Tabel diatas. dapat dilihat bahwa dari kualitas pelayanan jaminan yang kurang baik
mempunyai kepuasan pasien kurang baik 86,1 % dan kepuasan pasien yang baik 13,9 %, sedangkan
kualitas pelayanan jaminan yang baik mempunyai kepuasan pasien kurang baik 29,5 % dan kepuasan
pasien baik 70,5 %. Berdasarkan uji statistik didapatkan P vulue 0.000 bila dibandingkan dengan nilai
= 0,05 maka P vulue < dari ( 0,000 < 0,05 ) sehingga Ha diterima maka ada hubungan kualitas
tanggap dengan kepuasan pasien berobat jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Hasil OR
didapatkan 14,811 artinya kualitas jaminan yang baik mempunyai peluang 14,8 kali untuk mendapatkan
kepuasan pasien dibandingkan dengan kualitas jaminan yang kurang baik.
Tabel 7
Hubungan Kualitas Pelayanan Perhatian Dengan Kepuasan Pasien Di Rawat Jalan Rumah
Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2016
Kualitas Kepuasan Pasien P value OR
Pelayanan Kurang % Baik % Total %
Perhatian N n n
Kurang 29 82,9 6 17,1 35 100 0.000 13.896
Baik 16 25,8 46 74,2 62 100
Jumlah 45 46,4 52 53,6 97 100
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa dari kualitas pelayanan perhatian yang kurang baik
mempunyai kepuasan pasien kurang baik 82,9 % dan kepuasan pasien yang baik 17,1 %, sedangkan
kualitas pelayanan perhatian yang baik mempunyai kepuasan pasien kurang baik 25,8 % dan kepuasan
pasien baik 74,2 %. Berdasarkan uji statistik didapatkan P vulue 0.000 bila dibandingkan dengan nilai
= 0,05 maka P vulue < dari ( 0,000 < 0,05 ) sehingga Ha diterima maka ada hubungan kualitas
perhatian dengan kepuasan pasien berobat jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Hasil OR
didapatkan 13,896 artinya kualitas perhatian yang baik mempunyai peluang 13,8 kali untuk
mendapatkan kepuasan pasien dibandingkan dengan kualitas perhatian yang kurang baik.
Abstract
child of Age toddler ( 1-3 year) refer concept of critical period and high plasticity in course of growing
flower, One of major duty at a period to toddler is toilet training. Pattern take care of parent is pattern
of interaction of between parent with child, which pattern take care of the parent influenced by some
factor among other things the close-knit past experience with pattern take care of and or attitude of their
parent and the values embraced by parent. target of this Research is to see Relation of Characteristic
And Pattern Take Care Of Parent Ably Do Toilet Training of Child of Age of Toddler in Inwrought
PAUD of Surya Kids Bukittinggi of Year 2016. Desain of this Research is Descriptive correlation with
approach of cross sectional , where data retrieval independent and dependent variables done coincide.
With a sample of 45 respondents and data processing of Chi-Square test. Pursuant to statistical test
from 45 people of responder got by result p-value of young age < 35 year as much 82,2 , p-value of
education is (SLTA) as much 64,4%, p-value dont work as much 62,2 , p-value of pattern take care of
premisif as much 64,4%, p-value owning ability in conducting toilet training as much 68.9% at child of
age of toddler in Inwrought PAUD of Surya Kids Bukittinggi of year 2016. There is relation between
age ably the child by p-value = 0,040, There is relation of between education ably child in conducting
toilet training by p-value = 0,026, There is relation of between Work ably child in conducting toilet
training of at child of age of toddler by p-value = 0,034, There is relation of between pattern take care
of parent ably child in conducting toilet training of at child of age of toddler in Inwrought PAUD of
Surya Kids Bukittinggi of year 2016 p-value = 0,016. Expected by a research
1. PENDAHULUAN
Salah satu tugas mayor pada masa toddler memiliki kebiasaan BAB sembarangan pada usia
adalah toilet training.Kontrol volunter sfingter 7 tahun, hal ini dikarenakan kegagalan toilet
anal dan uretra terkadang dicapai kira-kira setelah training (Irwan, 2003).
anak berjalan, mungkin antara usia 18 dan 24
bulan. Namun,diperlukan faktor psikofisiologis Di Indonesia diperkirakan jumlah balita
kompleks untuk kesiapan. Anak harus mampu mencapai 30% dari 250 juta jiwa penduduk
mengenali urgensi untuk mengeluarkan dan Indonesia, dan menurut Survey Kesehatan Rumah
menahan eliminasi serta mampu Tangga (SKRT) Nasional diperkirakan jumlah
mengkomunikasikan sensasi ini kepada orang tua. balita yang susah mengontrol BAB dan BAK
Selain itu mungkin ada berbagai motivasi yang (ngompol) mencapai 75 juta anak. Jumlah kasus
penting untuk memuaskan orang tua dengan anak berusia 6 tahun yang masih mengompol di
menahan, daripada memuaskan diri dengan Indonesia mencapai 12 % (Asti dan Faidah, 2009).
mengeluarkan eliminasi (Wong,2008). Sebuah survey yang pernah ada di Indonesia oleh
tabloid nakita menyebutkan, setengah juta anak
Laporan hasil literature yang telah dilakukan di berusia 616 tahun masih suka ngompol, yang
Singapura yaitu 15% anak tetap mengompol terdiri dari:17% anak berusia 5 tahun, 14% anak
setelah berusia 5 tahun dan sekitar 1,3% anak laki- berusia 7 tahun, 9% anak berusia 9 tahun, dan 1
laki serta 0,3% anak perempuan di Inggris masih 2% anak berusia 15 tahun, Sedangkan sekitar 30%
anak berumur 4 tahun, 10% anak berumur 6 tahun, (1-3 tahun) sebagaian besar tidak di terapkan
3% anak berumur 12 tahun dan 1% anak berumur sebanyak 56,4%. Ada hubungan tingkat
18 tahun masih mengompol di tempat tidur. pengetahuan ibu tentang penerapan toilet training
Terdapat juga sekitar 20% anak usia balita tidak anak usia toddler (1-3 tahun). Lebih lanjut
melakukan toilet training dan 75% orang tua tidak penelitian Syahid (2009) menunjukan bahwa ada
memandang kondisi seperti itu sebagai masalah. hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan
ibu tentang toilet training dengan penerapan toilet
Dari data UPT Perpustakaan Proklamator training pada anak usia toddler.
Pustaka Tahun 2015 di dapatkan jumlah PAUD
yang terdaftar di Bukittinggi sebanyak 43 PAUD. Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang
Dari 5 PAUD yang sudah di data di dapati jumlah telah dilakukan di PAUD Terpadu Surya Kids
murid usia toddler kurang dari 50 orang. Dari 5 Bukittinggi terhadap 5 orang ibu yang mempunyai
(lima) pimpinan PAUD yang peneliti wawancarai anak usia 3 tahun. Diketahui bahwa 2 orang ibu
tentang kemampuan toilet training pada anak usia yang berpendidikan tinggi dan bekerja sebagai
toddler mengatakan bahwa anak usia toddler pengawai menerapkan pola asuh yang menuntut
belum mampu melakukan toilet training secara anak untuk mematuhi semua keinginan orang tua
mandiri. Dari data tersebut PAUD Surya Kids dan tidak memberikan perhatian sepenuhnya
mempunyai jumlah anak usia toddler cukup terhadap perkembangan anak terutama dalam
banyak yang belum mampu melakukan mengajarkan kemampuan melakukan toilet
kemampuan toilet training secara mandiri. training pada anak usia 3 tahun sehingga anak
belum mampu mengontrol kemampuan BAK dan
Penelitian Ustari (2006) menunjukan bahwa BAB. Sedangkan 2 orang ibu yang berpendidikan
kategori dengan pola asuh orang tua autoritatif tinggi,bekerja sebagai ibu rumah tangga
didapatkan sebanyak 85 % dengan toilet training menerapkan pola asuh memberikan kebebasan
berhasil dan 15 % dengan toilet training tidak kepada anak untuk berkreasi sesuai dengan
berhasil, dan tidak didapatkan pola asuh orang tua imajinasi anak,memberikan pengarahan terhadap
yang otoriter, pemanja, ataupun penelantar. anaknya terutama dalam kemampuan mengontrol
Sehingga dari keterangan tersebut dapat diperoleh BAK pada siang dan malam hari. Ternyata anak
kesimpulan bahwa pola asuh orang tua autoritatif sudah mampu mengontrol BAK pada siang dan
lebih efektif terhadap keberhasilan toilet training malam hari. Dan 1 orang ibu yang berpendidikan
pada anak usia prasekolah (4-6 tahun ) di TK rendah, bekerja sebagai ibu rumah tangga juga
Wahid Hasyim Malang. menerapkan pola asuh yang memberikan
pengarahan dalam mengajarkan kemampuan
Penelitian Syahid (2009) menunjukan bahwa mengontrol BAK pada siang dan malam hari
tingkat pengetahuan ibu tentang toilet training terhadap anaknya yang berusia 3 tahun juga
sebagian besar tidak baik sebanyak 63,8%. mengatakan bahwa anaknya sudah mandiri dalam
Penerapan toilet training pada anak usia toddler hal mengontrol BAB dan BAK.
2. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan memberikan penjelasan tentang tujuan,manfaat
adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan
cross sectional. kepada responden. Setelah responden memahami
Sampel dalam penelitian ini adalah anak penjelasan yang diberikan, responden di minta
usia toddler (1-3 tahun) di Paud Terpadu Surya persetujuannya yang dibuktikan dengan
Kids dengan jumah 45 orang balita. menandatangani inforcement consent dan untuk
Instrumen untuk pengumpulan data pada pengisian lembaran kuesioner diisi langsung oleh
penelitian ini menggunakan kuesioner yang responden.
memuat beberapa pernyataan yang telah di
kembangkan oleh peneliti sesuai kerangka konsep. Pengumpulan data dilakukan dengan
Setelah mendapatkan persetujuan dari menggunakan instrument berupa kuesioner.
kepala Paud, maka peneliti memilih responden Sedangkan untuk pengisian kuesioner ini peneliti
yang memenuhi kriteria untuk dijadikan calon menjelaskan pada responden yang berada di Paud
responden. Kemudian peneliti memita responden tersebut. Peneliti mengingatkan responden untuk
yang telah bersedia menjadi responden, maka mengisi seluruh pernyataan dengan lengkap.
pengumpulan data dilakukan dengan tahap Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan
Hasil analisis dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat dari 45 orang tua sebahagian besar 82.2%
dengan jumlah 37 orang tua berusia muda 35 tahun di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun
2016.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua Dalam Melakukan Toilet
Training Pada Anak Usia Toddler di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi Tahun 2016
No Pola Asuh F %
1 Otoriter 3 6,7
2 Demokratis 13 28,9
3 Permisif 29 64,4
4 Laissez Faire 0 0
Total 45 100
Hasil analisis dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat dari 45 orang tua sebahagian besar 64.4%
dengan jumlah 29 orang tua menerapkan pola asuh permisif kepada anaknya dalam melakukan
kemampuan toilet training di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Melakukan Toilet Training Pada Anak
Usia Toddler di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi Tahun 2016
Hasil analisis tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 37 orang tuayang memiliki usia muda
terdapat 64.9 % orang tua yang mampu anak mereka melakukan toilet training. Sedangkan dari 8 orang
tua dengan usia tua terdapat 87,5% yang mampu melakukan toilet training di PAUD Terpadu Surya
Kids Bukittinggi tahun 2016.
Dari hasil tersebut dilakukan uji chi square dengan menggunakan komputerisasi maka
didapat hasil P value = 0,040 < 0,05 sehingga P value < alpha maka secara statitik Ho Di tolak sehingga
ada hubungan usia orang tua dengan kemampuan anak melakukan toilet trainingdi PAUD Terpadu
Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
Hubungan tersebut didukung oleh nilai Oods ratio 3.792 yang artinya orang tua yang
memiliki usia Muda memiliki peluang sebesar 3.792 kali untuk lebih mampu melakukan kemampuan
toilet training dari pada yang usianya tua di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
Hasil analisis dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 29 orang tua yang memiliki
pendidikan sedang terdapat 72.4 % orang tua yang mampu anak mereka melakukan toilet training.
Sedangkan dari 7 orang tua dengan pendidikan Rendah terdapat 57,1% yang tidak mampu melakukan
toilet training di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
Dari hasil tersebut dilakukan uji chi square dengan menggunakan komputerisasi maka didapat
hasil P value = 0,026 < 0,05 sehingga P value < alpha maka secara statitik Ho Ditolak sehingga ada
hubungan pendidikan orang tua dengan kemampuan anak melakukan toilet trainingdi PAUD Terpadu
Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi hubungan pekerjaan Orang tua Usia dengan
kemampuan melakukan toilet training pada anak usia toddler di PAUD Terpadu Surya
Kids Bukittinggi Tahun 2016
Pekerjaan Kemampuan Toilet Training
Tidak
Orang Tua Mandiri f % P-value OR
Mandiri
F % f %
Tidak Bekerja 19 67.9 9 32.1 28 100
Bekerja 12 70.6 5 29.4 17 100 0,034 1.137
Total 31 68.9 14 31.1 45 100
Hasil analisis dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 28 orang tua yang tidak bekerja
terdapat 67.9 % orang tua yang mampu anak mereka melakukan toilet training. Sedangkan dari 17
orang tua yang bekerja terdapat 70.6% yang mampu melakukan toilet training. Orang tua yang bekerja
memiliki quality time untuk mengajarkan kemampuan bertoilet training kepada anak di PAUD Terpadu
Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
Dari hasil tersebut dilakukan uji chi square dengan menggunakan komputerisasi maka didapat
hasil P value = 0,034 < 0,05 sehingga P value < alpha maka secara statitik Ho Ditolak sehingga ada
hubungan pekerjaan orang tua dengan kemampuan anak melakukan toilet trainingdi PAUD Terpadu
Surya Kids Bukittinggi tahun 2016. Hubungan tersebut didukung oleh nilai Oods ratio 1.137 yang
artinya orang tua yang memiliki pekerjaan memiliki peluang sebesar 1.137 kali untuk mampu
melakukan toilet training dari pada yang tidak bekerja di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun
2016.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi hubungan Pola asuh dengan kemampuan melakukan
Toilet Training pada anak usia toddler di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi Tahun 2016
Pola Asuh Kemampuan Toilet Training
Orang Tua Mandiri Tidak Mandiri f % P-value
F % f %
Otoriter 2 66.7 1 33.3 3 100
Demokratis 10 76.9 3 23.1 13 100
Premisif 19 65.5 10 34.5 29 100 0,016
Laissez Faire 0 0 0 0 0 0
Total 31 68.9 14 31.1 45 100
Hasil analisis dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 29 orang tuayang memiliki pola asuh
Premisif terdapat 65.5 % orang tua yang mampu anak mereka melakukan toilet training. Sedangkan
dari 3 orang tua dengan pola asuh otoriter terdapat 76,9% yang mampu melakukan toilet training di
PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
Dari hasil tersebut dilakukan uji chi square dengan menggunakan komputerisasi maka didapat
hasil P value = 0,016 < 0,05 sehingga P value < alpha maka secara statitik Ho Ditolak sehingga ada
hubungan pola asuh orang tua dengan kemampuan anak melakukan toilet trainingdi PAUD Terpadu
Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
melakukan toilet training pada anak dimana jika mengajarkan dan memberikan pendidikan kepada
usia orang masih muda maka orang tua lebih aktif anak dibandingkan dengan orang tua yang berusia
dan mampu melakukan toilet training pada anak lebih tua atau > 35 tahun. Dari segi pendidikan
mereka sehingga orang tua masih dapat melatih orang tua didapatkan data bahwa pendidikan
akan melakukan toilet training pada anak mereka orang tua lebih dominan berpendidikan sedang,
dan mampu memberikan dorongan pada anak dan belum melanjutkan pendidikan keperguruan
mereka dalam melakukan toilet training dan akan tinggi. Sedangkan pekerjaan orang tua dari data
dapat anak pintar untuk melakukan toilet training. yang diperoleh bahwa orang tua lebih banyak
Hasil analisa dari tabel 5.1 diatas tentang tidak bekerja tetapi mereka tetap menitipkan
pendidikan orang tua dapat dilihat dari 45 orang anaknya di Paud dengan alasan agar anaknya
tua sebahagian besar 64,4% orang tua berada pada mendapatkan pendidikan usia dini lebih baik.
pendidikan Sedang yaitu Pendidikan SMA di Orang tua yang bekerja masih memiliki waktu
PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun atau quality time untuk mengajarkan kemampuan
2016. toilet training kepada anaknya.
Menurut Kodyat Tahun 2006 bahwa Tingkat
pendidikan ibu turut menentukan mudah tidaknya Pola asuh Orang Tua
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan Hasil analisa dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat
yang mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga dari 45 orang tua sebahagian besar 64.4% orang
pendidikan ibu sendiri sangat diperlukan tua memiliki pola asuh Premisif di PAUD Terpadu
seseorang lebih tanggap adanya perkembangan Surya Kids Bukittinggi tahun 2016
anak salah satunya penerapan toilet training Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
didalam keluarganya. (2001) Pola adalah sistem; cara kerja. Asuh adalah
Sedangkan Tingkat pendidikan menurut menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil;
Notoadmojo Tahun 2003 bahwa Tingkat membimbing (membantu, melatih) supaya dapat
pendidikan ibu berpengaruh pada pengetahuan ibu berdiri sendiri (Kamus Besar Bahasa
tentang penerapan toilet training, apabila Indonesia,2001). Sedangkan orang tua adalah
pendidikan ibu rendah akan berpengaruh pada ayah ibu kandung; orang yang dianggap tua
pengetahuan tentang penerapan toilet training (cerdik,pandai,ahli) . Secara umum pola asuh
sehingga berpengaruh pada cara melatih secara orang tua merupakan suatu kecenderungan yang
dini penerapan toilet training relatif menetap dari orang tua dalam memberikan
Hasil analisa dari tabel 5.1 diatas tentang didikan, bimbingan dan perawatan kepada anak-
pekerjaan orang tua dapat dilihat dari 45 orang tua anaknya.
sebahagian besar 62,2% orang tua tergolong tidak Penelitian Ustari (2006) menunjukan
bekerja di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi bahwakategori dengan pola asuh orang tua
tahun 2016. autoritatif didapatkan sebanyak 85 % dengan
Menurut Kusumaning Tahun 2002 bahwa toilet training berhasil dan 15 % dengan toilet
Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang training tidak berhasil, dan tidak didapatkan pola
bermakna dengan penerapan toilet training pada asuh orang tua yang otoriter, pemanja, ataupun
anak sehingga akan berdampak pada terlambatnya penelantar. Sehingga dari keterangan tersebut
anak untuk mandiri melakukan toilet training. Ibu dapat diperoleh kesimpulan bahwa pola asuh
yang bekerja diluar rumah harus pandai-pandai orang tua autoritatif lebih efektif terhadap
mengatur waktu untuk keluarga, karena pada keberhasilan toilet training pada anak usia
hakekatnya seorang ibu mempunyai tugas utama prasekolah (4-6 tahun ) di TK Wahid Hasyim
yaitu mengatur urusan rumah tangga ternasuk Malang.
mengawasi, mengatur dan membimbing anak- Asumsi peneliti pola asuh orang tua
anak. Pengorbanan tersebut akan menjadi suatu diantaranya otoriter, demokratis, permisif dan
kebahagiaan jika melihat anak-anaknya tumbuh laissez faire semuanya diterapkan oleh orang tua
menjadi pribadi yang kuat da stabil. Sedangkan kepada anak. Hasil penelitian yang peneliti
untuk ibu yang tinggal dirumah pun harus mampu dapatkan bahwa orang tua yang menerapkan pola
mengatur waktu dengan bijaksana. Walaupun asuh permisif. Dalam pola asuh permisif orang tua
banyak waktu untuk bersama anak tetapi yang lebih sering memanjakan anak untuk memperoleh
paling penting adalah kualitas hubungan kebebasan dan memiliki disiplin yang longgar,
interpersonal antara ibu dan anak. tetapi ibu tetap mengawasi dan memperhatikan
Asumsi peneliti bahwa karakteristik orang tua anaknya. Segala keinginan anak selalu dipenuhi
berusia muda 35 tahun lebih cendrung
dan memberikan kepercayaan yang penuh kepada Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun
anaknya dalam melakukan sesuatu. diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu
dihitung. Usia orang tua tidak berpengaruh dalam
Kemampuan Toilet Training memberikan pola asuh terhadap anak. Jenis
Hasil analisa dari table 5.3 diatas dapat dilihat perhitungan umur/usia. Sedangkan usia
dari 45 orang tua sebahagian besar 68,9% anak kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai
mampu melakukan toilet training di PAUD dari saat kelahiran seseorang sampai dengan
Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun 2016. waktu perhitungan usia, begitu juga dengan usia
Menurut Hidayat tahun 2005 bahwa Toilet mental adalah perhitungan usia yang didapatkan
training pada anak merupakan suatu usaha untuk dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalnya
melatih anak agar mampu mengontrol dalam seorang anak secara kronologis berusia empat
melakukan buang air kecil (BAK) dan buang air tahun akan tetapi masih merangkak dan belum
besar (BAB). Toilet training ini dapat berlangsung dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan
pada fase kehidupan anak umur 18 bulan 2 tahun menunjukkan kemampuan yang setara dengan
. Dalam melakukan latihan buang air kecil (BAK) anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa
dan buang air besar (BAB) pada anak dibutuhkan usia mental anak tersebut adalah satu tahun.
persiapan baik fisik, psikologis maupun Dari hasil tersebut dilakukan uji chi square
intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan dengan menggunakan komputerisasi maka didapat
anak mampu mengontrol buang air kecil (BAK) hasil P value = 0,040 < 0,05 sehingga P value <
dan buang air besar (BAB) secara mandiri. maka secara statitik Ho Ditolak sehingga ada
Sedangkan Menurut Supartini (2004), bahwa hubungan usia orang tua dengan kemampuan anak
toilet training merupakan aspek penting dalam melakukan toilet training di PAUD Terpadu Surya
perkembangan anak usia toddler yang harus Kids Bukittinggi tahun 2016. Hubungan tersebut
mendapat perhatian orang tua dalam berkemih dan didukung oleh nilai Oods ratio 3.792 yang artinya
defekasi. Dan toilet training juga dapat menjadi Responden yang memiliki usia Muda memiliki
awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata peluang sebesar 3.792 kali untuk lebih mampu
sebab anak sudah bisa untuk melakukan hal-hal melakukan toilet training dari pada yang usianya
yang kecil seperti buang air kecil (BAK) dan muda di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi
buang air besar (BAB). tahun 2016.
Asumsi peneliti bahwa kemampuan anak Asumsi peneliti bahwa adanya hubungan
melakukan toilet training banyak dipengaruhi antara usia dengan kemampuan toilet training
oleh faktor seperti faktor usia orang tua , karena dari beberapa kegiatan yang dilakukan
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan maka lebih banyak usia muda yang melakukan
juga pola asuh yang dilakukan oleh orang tua. kemampuan toilet training dari pada usia yang tua
Banyaknya anak yang mampu melakukan toilet dimana usia ini sangat dipengarungi karena
training karena beberapa anak masih dapat adanya kesanggupan ibu dalam melakukan toilet
mengikuti perintah orang tuanya, dimana orang training pada anak terlihat dari nilai OR dimana
tua dapat mengajarkan anak dalam melakukan yang artinya orang tua yang memiliki usia muda
kemampuan toilet training yang bisa dilakukan memiliki peluang sebesar 3.792 kali untuk lebih
anak dengan memberikan pola asuh yang baik mampu melakukan toilet training dari pada yang
seperti pola asuh permisif yang dilakukan orang usianya tua terhadap anak di PAUD Terpadu
tua terhadap anak. Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
hasil P value = 0,026 < 0,05 sehingga P value < dimana artinya orang tua yang tidak bekerja
maka secara statitik Ho Ditolak sehingga ada memiliki peluang sebesar 1.137 kali untuk mampu
hubungan pendidikan orang tua dengan melakukan toilet training dari pada yang bekerja
kemampuan anak melakukan toilet trainingdi di PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun
PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
2016.
Asumsi peneliti bahwa kemampuan anak Hubungan Pola Asuh dengan Kemampuan
melakukan toilet training banyak dipengaruhi Toilet Training
oleh beberapa faktor seperti faktor usia orang tua , Hasil analisa dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan bahwa dari 29 orang tua yang memiliki pola asuh
juga pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, Premisif terdapat 65.5 % orang tua yang mampu
banyaknya anak yang mampu melakukan toilet anak mereka melakukan toilet training.
training karena anak masih dapat mengikuti Sedangkan dari 3 orang tua dengan pola asuh
perintah orang tua dilihat dari adanya pendidikan otoriter terdapat 76,9% yang mampu melakukan
orang tua yang mendukung seperti pendidikan toilet training di PAUD Terpadu Surya Kids
sedang dan pendidikan tinggi pada orang tua. Bukittinggi tahun 2016.
Menurut Supartini (2004), bahwa toilet
Hubungan Pekerjaan Dengan Kemampuan training merupakan aspek penting dalam
Toilet Training perkembangan anak usia toddler yang harus
Hasil analisa dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat mendapat perhatian orang tua dalam berkemih dan
bahwa dari 28 orang tua yang tidak bekerja defekasi. Dan toilet training juga dapat menjadi
terdapat 67.9 % orang tua yang mampu anak awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata
mereka melakukan toilet training. Sedangkan dari sebab anak sudah bisa untuk melakukan hal-hal
17 orang tua yang bekerja terdapat 70.6% yang yang kecil seperti buang air kecil (BAK) dan
mampu melakukan toilet training di PAUD buang air besar (BAB).
Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun 2016. Toilet training merupakan proses pengajaran
Pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang untuk kontrol buang air besar (BAB) dan buang air
bermakna dengan penerapan toilet training pada kecil (BAK) secara benar dan teratur. Biasanya
anak sehingga akan berdampak pada terlambatnya kontrol buang air kecil (BAK) lebih dahulu
anak untuk mandiri melakukan toilet training. Ibu dipelajari oleh anak, kemudian kontrol buang air
yang bekerja diluar rumah harus pandai-pandai besar (BAB). Pengaturan buang air besar (BAB)
mengatur waktu untuk keluarga, karena pada dan buang air kecil (BAK) diperlukan untuk
hakekatnya seorang ibu mempunyai tugas utama keterampilan sosial. Mengajarkan toilet training
yaitu mengatur urusan rumah tangga ternasuk pada anak membutuhkan waktu, kesabaran, dan
mengawasi, mengatur dan membimbing anak- pengertian .
anak. Pengorbanan tersebut akan menjadi suatu
kebahagiaan jika melihat anak-anaknya tumbuh Dari hasil tersebut dilakukan uji chi square
menjadi pribadi yang kuat da stabil. Sedangkan dengan menggunakan komputerisasi maka didapat
untuk ibu yang tinggal dirumah pun harus mampu hasil P value = 0,016 < 0,05 sehingga P value <
mengatur waktu dengan bijaksana. Walaupun maka secara statitik Ho Ditolak sehingga ada
banyak waktu untuk bersama anak tetapi yang hubungan pola asuh orang tua dengan kemampuan
paling penting adalah kualitas hubungan anak melakukan toilet trainingdi PAUD Terpadu
interpersonal antara ibu dan anak. Surya Kids Bukittinggi tahun 2016.
Dari hasil tersebut dilakukan uji chi square Asumsi peneliti bahwa adanya hubungan pola
dengan menggunakan komputerisasi maka didapat asuh dengan kemampuan melakukan toilet
hasil P value = 0,034 < 0,05 sehingga P value < training pada anak karena kemampuan anak
maka secara statitik Ho Ditolak sehingga ada melakukan toilet training banyak dipengaruhi
hubungan pekerjaan orang tua dengan faktor seperti faktor usia orang tua, pendidikan
kemampuan anak melakukan toilet training di orang tua, pekerjaan orang tua dan juga pola asuh
PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun yang dilakukan oleh orang tua. Banyaknya anak
2016. Hubungan tersebut didukung oleh nilai yang mampu melakukan toilet training karena
Oods ratio 1.137 beberapa anak masih dapat mengikuti perintah
Asumsi peneliti bahwa adanya hubungan orang tua dimana orang tua masih dapat
pekerjaan dengan kemampuan anak melakukan melakukan toilet training yang bisa dilakukan
toilet training dapat didukung oleh nilai OR anak dengan memberikan pola asuh yang baik
Dari Penelitian yang dilakukan dengan judul Hasan.Alwi (2002).Kamus Besar Bahasa
hubungan karakteristik dan pola asuh orang tua Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
dengan kemampuan melakukan toilet training
pada anak usia toddler di PAUD Terpadu Surya Hidayat,A.Aziz Alimul (2005).Pengantar Ilmu
Kids Bukittinggi tahun 2016. Dengan orang tua Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba
sebanyak 45 orang maka peneliti dapat menarik Medika
kesimpulan sebagai berikut :
4.1 Dari 45 orang tua sebahagian besar memiliki Hidayat, (2011). Pengetahuan Ibu Tentang Toilet
usia muda < 35 tahun 82,2% pada anak usia Training. Diakses 25 November 2015 dari
toddler di PAUD Terpadu Surya Kids http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
Bukittinggi tahun 2016. 6789/23318/5/chapter
4.2 Dari 45 orang tua sebahagian besar memiliki
pendidikan sedang (SLTA) 64,4% pada anak Irwan. 2003. Hubungan pengetahuan orang tua
usia toddler di PAUD Terpadu Surya Kids tentang toilet training. Diakses dari
Bukittinggi tahun 2016. http://konsep-toilet-training.blogspot.com
4.3 Dari 45 orang tua sebahagian besar tidak pada tanggal 15 Desember 2015
bekerja 62,2% pada anak usia toddler di
PAUD Terpadu Surya Kids Bukittinggi Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian
tahun 2016. Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta
4.4 Dari 45 orang tua sebahagian besar memiliki
pola asuh permisif 64,4% pada anak usia Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi &
toddler di PAUD Terpadu Surya Kids Anak, Jakarta; Salemba Medika
Bukittinggi tahun 2016
4.5 Dari 45 orang tua sebahagian besar memiliki Syahid.2009.Pengetahuan orang tua tentang
kemampuan dalam melakukan toilet training toilet training.I Diakses dari
68.9% pada anak usia toddler di PAUD http://digilib.unimus.ac.id./files/disk1/104/
Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun 2016. jtptunimus-gdl-senjputri-5197-4-babiii.pdf
4.6 Dari hasil uji chi square maka ada hubungan . Pada tanggal 13 November 2015
antara usia dengan kemampuan anak dalam Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar
melakukan toilet training pada anak usia Keperawatan Anak. Jakarta; EGC
toddler di PAUD Terpadu Surya Kids
Bukittinggi tahun 2016 p-value = 0,040. Soetjiningsih (1995). Tumbuh Kembang Anak. FK
4.7 Dari hasil uji chi square maka ada hubungan Universintas Udayana, Bali; EGC
antara Pendidikan dengan kemampuan anak
dalam melakukan toilet training pada anak Rifa.1993 .Pengertian Pola Asuh.Diakses 3
usia toddler di PAUD Terpadu Surya Kids November 2015 dari
Bukittinggi tahun 2016 p-value = 0,026 http://www.sarjanaku.com/2012/12/penger
4.8 Dari hasil uji chi square maka ada hubungan tian-pola-asuh-menurut-para-ahli.htm
antara Pekerjaan dengan kemampuan anak
dalam melakukan toilet training pada anak Rugolotto. 2004. toilet training pada anak
usia toddler di PAUD Terpadu Surya Kids toddler. Diakses dari http://hubungan-
Bukittinggi tahun 2016 p-value = 0,034 pengetahuan-orang-tua-toilet-
4.9 Dari hasil uji chi square maka ada hubungan training.blogspot.com pada tanggal 16
antara pola asuh orang tua dengan Desember 2015
kemampuan anak dalam melakukan toilet Stari.2006.Hubungan pola asuh orang tua dengan
training pada anak usia toddler di PAUD toilet training.Diakses dari http://pola-
Terpadu Surya Kids Bukittinggi tahun 2016 asuh-orang-tua-toilet-
p-value = 0,016 training.blogspot.com pada tanggal 15
Desember 2015
Abstract
Based on the preliminary study on 19 April 2016 showed interviews with four students and two teachers
say aggressive behaviour often occurs late coming to school, lack of ethics, smoking, against the teacher
and others. The purpose of this study is to determine the relationship of the type of families with
aggressive behaviour in adolescents. This study was conducted on 21 to 22 July 2016 with a method.
Descriptive correlation The number of samples in this research is 207 respondents, with sampling
technique multistage random sampling, this research instrument using a questionnaire. From the results
of research, the value of p = 0,054, means that ho accepted, no relation that have meaning (value of p
> 0,05). OR obtained 1,849 mean that the type of families dual career at risk 1,849 times for the
occurrence of aggressive behaviour in adolescents compared to families. Dual-career it can be
concluded that the existence of family-type relationship dual career with aggressive behaviour in
adolescents and it is expected that the Principal district in order to improve the ability of schools,
teachers and officers Counseling to cope with aggressive behaviour of teenagers in school and develop
methods of counseling teens with family type dual career.
Dari tabel 3.1 diatas terlihat bahwa tipe keluarga siswa lebih dari separuh dengan tipe keluarga
tidak dual career yaitu sebanyak 65,2% atau sebanyak 135 orang responden. Sisanya 34,8% atau
sebanyak 72 orang responden mempunyai tipe keluarga dual career.
Perilaku Remaja f %
Dari tabel 3.2 diatas terlihat bahwa 52,7% siswa mempunyai perilaku agresif atau sebanyak 109
orang responden. Sisanya 47,3% atau sebanyak 98 orang responden mempunyai perilaku tidak agresif.
Perilaku
Total
Tipe Keluarga Agresif Tidak agresif P OR
f % f % f %
Dual Career 45 62,5% 27 37,5% 72 100,0%
Tidak Dual Career 64 47,4% 71 52,6% 135 100,0% 0.054 1.849
Pada tabel 3.3 ditunjukkan bahwa hasil analisa diperoleh dari 52.7% siswa yang berperilaku
secara agresif 62,5% diantaranya mempunyai tipe keluarga dual career. Sementara itu dari 47.3%
siswa yang berperilaku tidak agresif 52,6% diantaranya mempunyai tipe keluarga dual career. Nilai
p= 0.054, berarti Ho diterima, tidak ada hubungan yang bermakna ( nilai p > 0,05). Maka menunjukan
tidak adanya hubungan tipe keluarga dual career dengan perilaku agresif pada remaja. OR
didapatkan 1.849 artinya tipe keluarga dual career beresiko 1.849 kali untuk terjadinya perilaku
agresif pada remaja dibandingkan keluarga tidak dual career.
Hubungan Tipe Keluarga dengan Perilaku lelah sehingga ia tidak memiliki cukup energi
Agresif pada Remaja di SMAN 1 Kecamatan 2 x untuk memenuhi semua kebutuhan anggota
11 Kayutanam Kabupaten Padang Pariaman tahun keluarganya. Selain itu, dengan adanya jumlah
2016. jam kerja yang cukup panjang menyebabkan ibu
Hasil analisa diperoleh nilai p = 0.054, tidak selalu ada pada saat dimana ia sangat
berarti Ho diterima, tidak ada hubungan yang dibutuhkan oleh anak atau pasangannya.
bermakna ( nilai p > 0,05). Maka menunjukan Ketika wanita bekerja, suami mereka
tidak adanya hubungan tipe keluarga dual career biasanya berbagi peran mengasuh anak dan
dengan perilaku agresif pada remaja. OR mengurus rumah tangga (Shaw, 1988).
didapatkan 1.849 artinya tipe keluarga dual career Peningkatan keterlibatan suami yang memiliki
beresiko 1.849 kali untuk terjadinya perilaku istri bekerja khususnya tampak melalui
agresif pada remaja dibandingkan keluarga tidak keterlibatan dalam pengasuhan anak (Pleck,1985).
dual career. Coltrane (1977) mencatat bahwa masih banyak
Dapat kita lihat juga hasil penelitian yang terdapat halangan besar bagi partisipasi penuh
dilakukan oleh M.Faizan Ismail Tahun 2014 ayah dalam tugas keluarga, termasuk tuntutan
tentang hubungan pola asuh orang tua dengan pekerjaan, struktur tempat kerja mereka, dan
kejadian perilaku agresif pada remaja SMPN III terbatasnya penerimaan sosial terhadap daddy
Bawen Kecamatan Bandungan Kabupaten tracks dengan program kerja keluarga seperti
Semarang bahwa ada hubungan antara pola asuh pengaturan waktu kerja dan kepergian orang tua.
orang tua dengan perilaku agresif dimana p value Perilaku agresif adalah tingkah laku
0,040 (p<0,05), dari hasil Regresi Logistik pelampiasan dari perasaan frustasi untuk
terdapat hasil otoriter 1,000 dan demokratis 0,444 mengatasi perlawanan dengan kuat atau
hal ini menunjukan tidak dapat mengetahui tipe menghukum orang lain, yang ditujukan untuk
pola asuh orang tua yang paling berhubungan melukai pihak secara fisik maupun psikologis
dengan perilaku agresif. pada orang lain yang dapat dilakukan secara fisik
Di zaman modern saat ini, peran orangtua maupun verbal. Menurut Atkinson dkk (1981)
terutama seorang ibu juga telah berubah. Saat ini agresif adalah tingkah laku yang diharapkan untuk
banyak dijumpai keluarga yang kedua orang merugikan orang lain, perilaku yang dimaksud
tuanya bekerja. Terlepas dari apakah wanita untuk melukai orang lain, perilaku yang dimaksud
bekerja karena keinginan sendiri atau keharusan untuk melukai orang lain (baik secara fisik atau
(ataupun kedua-duanya), bentuk keluarga yang verbal) atau merusak harta benda.
dominan terjadi sekarang ini adalah dual career Menurut peneliti tipe keluarga dual
family. Rappoport & Rappoport (dalam Wilcox career berpengaruh terhadap timbulnya perilaku
dkk,1989) menyatakan bahwa dual career family agresif. Dengan bekerjanya kedua orang tua
merupakan tipe keluarga dimana suami dan istri menyebabkan waktu bersama anak berkurang,
aktif dalam mengejar karir dan kehidupan anak juga merasakan kurangnya kasih sayang.
keluarga secara serentak. Menurut Penelitian Kurangnya komunikasi dan interaksi antara orang
Apperson dkk (2002) mayoritas pria dan wanita tua dan anak membuat anak mencari perhatian
sekarang ini, mempunyai kedudukan ganda dengan melakukan hal-hal yang mereka anggap
sebagai karyawan dengan jenis pekerjaan full menyenangkan tanpa memikirkan akibat dari
time. Dikatakan Primastuti (dalam Prawitasari perbuatannya itu. Hal inilah yang menimbulkan
dkk, 2007) bahwa banyak dari mereka yang perilaku agresif pada anak. Namun, hal tersebut
mempunyai peranan ganda dalam dunia kerja dapat dihindari orang tua yang keduanya bekerja
untuk mendapatkan penghasilan ataupun dengan cara membuat anak tetap merasakan kasih
kepuasan hidup. Dalam dual career family, sayang orang tua dengan lebih banyak
ketegangan-ketegangan akan lebih sering muncul meluangkan waktu bersama dan berbagi kasih
dibandingkan dengan keluarga tradisional. sayang terhadap anak. Dari 207 orang responden
Ketegangan-ketegangan umumnya berasal dari yang diteliti terlihat pada kuesioner tentang
peran-peran yang sering menjadi tidak jelas serta perilaku agresif responden yang menjawab Sering
adanya tuntutan peran dari lingkungan. Seorang paling banyak pada pertanyaan 4 sebanyak 21
isteri menikah yang memutuskan untuk bekerja, orang atau 10,1% dan yang menjawab Sangat
peran yang dipikulnya pasti semakin bertambah, Sering paling banyak pada pertanyaan no 3 orang
yaitu peran sebagai isteri, orang tua, dan peran responden atau 1,4%.
sebagai pekerja. Tuntutan-tuntutan pekerjaan
mengakibatkan isteri pulang kerja dalam keadaan
4. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian yang Hidayat M. (2015), Perilaku Agresi Relasi Siswa
dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai Di Sekolah, Aswaja Pressindo, Yogyakarta
berikut: a) Tipe keluarga siswa lebih dari separuh
dengan tipe keluarga tidak dual career yaitu Ismail, M. F. (2014). Hubungan Pola Asuh Orang
sebanyak 65,2% atau sebanyak 135 orang Tua Dengan Kejadian Perilaku Agresif
responden. b) Sebanyak 109 orang responden atau Pada Remaja Di SMP III Bawen
setara dengan 52,7% siswa mempunyai perilaku Kecamatan Bandungan Kabupaten
agresif. c) Dari uji Chi-Square nilai p = 0.054, Semarang. Jurnal Penelitian. Ungaran:
berarti Ho diterima, tidak ada hubungan yang Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
bermakna ( nilai p > 0,05) tipe keluarga dual Ngudi Waluyo Ungaran
career dengan perilaku agresif pada remaja di
SMAN 1 Kecamatan 2 x 11 Kayu tanam Lukmansyah, D & Andini, P. (2012). Data
Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016. OR tawuran pelajar selama 2010-2012.
didapatkan 1.849 artinya tipe keluarga dual career Diperoleh tanggal 4 Juli 2013 dari
beresiko 1.849 kali untuk terjadinya perilaku http:///video.tvOneNews.antaranews.tv/ars
agresif pada remaja dibandingkan keluarga tidak ip
dual career.
Walaupun demikian diharapkan kepada Materi 05 - Agresi.pdf - Kenes. Di Unduh dari
sekolah agar meningkatkan kemampuan sekolah, kenes.staff.gunadarma. ac.id/Downlo
guru-guru, dan petugas Bimbingan Konseling ads/.../Materi+05+-+Agresi.pdf tanggal
untuk mengatasi perilaku agresif remaja di 7 april 2016
sekolah serta mengembangkan metode bimbingan
konseling remaja bersama keluarga terutama tipe Notoatmodjo. (2010), Metodologi Penelitian
keluarga dual carrer. Kesehatan Edisi Revisi, Rineka Cipta,
Jakarta
5. REFERENSI
Nursalam. (2011), Konsep dan Penerapan
Achir Yani S.H. (2009), Bunga Rampai-Asuhan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Buku Salemba Medika, Jakarta
Kedokteran, EGC , Jakarta
Pieter, dkk. (2010), Pengantar Psikologi dalam
BPS. (2014). Jumlah remaja dirinci menurut Keperawatan, Kencana Prenada Media
kelompok umur dan jenis kelamin. Group, Jakarta
Diperoleh tanggal 13 April 2016 dari BPS
Kabupaten Padang Pariaman Potter & Perry. (2009), Fundamentals of Nursing-
http://padangpariamankab.bps.go.id/linkTa Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7,
belStatis/view/id/127 Salemba Medika, Jakarta
Data demografi jumlah populasi remaja di Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
beberapa negara dan di Indonesia RI (2014). Situasi Kesehatan Reproduksi
https://www.scribd.com/doc/223921391/M Remaja Dalam Rangka Hari Keluarga
enurut-Badan-Pusat-Statistik Nasional, 29 Juni
http://www.depkes.go.id/resources/downlo
Friedman. (1998), Keperawatan Keluarga Teori ad/pusdatin/infodatin/infodatin%20r
dan Praktik Edisi 3, Buku Kedokteran, eproduksi%20remaja-ed.pdf
EGC, Jakarta
Rina (2011), Faktor- Faktor Yang
Friedman, Bowden & Jones. (2014), Buku Melatarbelakangi Perilaku Agresif Pada
Ajar-Keperawatan Keluarga Edisi 5f, Remaja Kelas II ,III Di Smp Pahlawan
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta Toha Bandung 18 September 2006 05
Januari 2007, Jurnal Kesehatan Prima,
Hidayat, A. A. (2009), Metode Penelitian Vol. 3 No.2, p.14-24
Keperawatan dan Teknik Analisis Data,
Salemba Medika, Jakarta
Abstract
Medical Records Hospital Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi (2016) that writers get, the largest number
of patients treated is in the room interne. During 2014 there were 2,621 patients treated, and in 2015
increased to 3,697 patients. The goal is to determine the relationship with the organizational culture of
patient satisfaction at Hospital. The sample in this study was 22 people. This study was conducted on
July 11, 2016 until July 16, 2016 Bukittinggi. This research uses descriptive analytic method with cross
sectional design, then the data is processed by using Chi Square test. Statistical test results obtained p
value of 0.027 can be inferred the existence of a relationship between the right sincere promise nurse
with patient satisfaction. P value of 0.027 can be inferred the existence of a relationship between
empathy nurses with patient satisfaction. P value 0.006 can be inferred the existence of a relationship
between responsibiliti nurse with patient satisfaction. P value of 0.006 can be inferred the existence of
a relationship between a wise nurse with patient satisfaction. P value 0.008 can be concluded their fair
relationship between nurse and patient's satisfaction. P value 0.003 can be inferred the existence of a
relationship between the integrity of the nurses with patient satisfaction. P value 0.000 can be inferred
the existence of a relationship between togetherness nurse with patient satisfaction. To that end, in the
nursing field needed improvement and development of resource nurses on the meaning of organizational
culture, especially nurses diruangan interne men and women through how to behave or conduct of a
nurse to the patient or the patient's family, and every month to evaluate patient satisfaction with the
performance of nurses as well as the necessary their reward and punishment for nurses who have
good performance.
Keywords: Organizational Culture, Patient Satisfaction
yang merupakan ciri khas organisasinya. Budaya Peneliti mengobservasi perawat yang dinas pagi
organisasi memiliki pengaruh yang kuat pada dan mengisi lembar observasi yang peneliti buat
karyawan seperti kepuasan kerja yang hasil sendiri. Kemudian saat dinas siang, peneliti
akhirnya akan dapat memenuhi harapan kembali ke rumah sakit untuk melanjutkan
pelanggan dalam bentuk kepuasan pelanggan. penelitian dengan membagikan kuesioner kepada
Dibuktikan dengan penelitian Siti Kholipah 4 orang pasien sekaligus peneliti mengobservasi
(2013) ditemukannya hubungan yang kuat antara perawat yang dinas siang, begitupun saat dinas
budaya organisasi dengan kepuasan pasien di malam, peneliti membagikan kuesioner kepada 4
RSUD Ambarawa. orang pasien sekaligus peneliti mengobservasi
perawat yang dinas malam.
Budaya organisasi yang dikembangkan oleh
rumah sakit ini adalah TERBAIK. Budaya Setelah data terkumpul, diklasifikasikan dalam
TERBAIK mulai diterapkan pada tahun 2010. beberapa kelompok menurut sub variabel yang
Budaya TERBAIK merupakan ketetapan atau ada dalam pertanyaan kuesioner dan lembar
konsensus bersama dari rumah sakit itu sendiri. observasi. Data yang telah diklasifikasikan
Budaya ini telah tercantum di UU RSUD Dr. diolah.Pada analisa data univariat digunakan
Achmad Mochtar yang dinamakan Hospital untuk memperoleh gambaran pada masing-masing
Bylows atau HBL RS (Kebijakan dari pihak variabel independent (Tulus dan tepat janji,
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi). Empati, Responsibiliti, Bijak, Adil, Integritas,
Kebersamaan dan kompak) maupun variabel
Kesenjangan yang didapatkan antara budaya yang dependent (Kepuasan pasien). Data disajikan
diterapkan dengan ketidakpuasan pasien tersebut, dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
dapat disimpulkan bahwa kurang terlaksananya masalah etika dalam penelitian ini meliputi: inf
fungsi manajemen dalam pengorganisasian di ormed concent (lembar persetujuan), anonimity
rumah sakit. Bentuk pengorganisasian yang (tanpa nama) dan confidentiality (kerahasiaan).
dimaksud adalah budaya organisasi. Berdasarkan
fenomena tersebut, maka dicoba meneliti tentang
hubungan budaya organisasi dengan kepuasan
pasien rawat inap.
2. METODOLOGI
Tabel 5.2 menunjukkan lebih dari separoh (54,5%) pasien menyatakan tidak puas terhadap sikap
perawat saat memberikan pelayanan keperawatan.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Rawat Inap Interne Pria dan wanita di RSUD
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Kepuasan pasien f Persentase %
Puas 10 45,5
Tidak puas 12 54,5
Total 22 100
Tabel 5.3 Hubungan Tulus dan Tepat janji dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Interne Pria
dan Wanita di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tabel 5.4 menunjukkan hasil uji statistik di dapatkan p value 0,027 artinya adanya hubungan antara
perawat yang mempunyai sikap empati dengan kepuasan pasien. Hasil analisis di dapatkan nilai OR =
11,667 artinya perawat yang mempunyai sikap empati yang baik berpeluang 11,667 kali terhadap
kepuasan pasien dibandingkan dengan pasien yang menyatakan sikap perawat kurang baik dalam
bersikap empati.
Tabel 5.4 Hubungan Empati dengan Kepuasan pasien Rawat Inap Interne Pria dan Wanita di
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tabel 5.5 menunjukkan hasil uji statistik didapatkan p value 0,006 artinya adanya hubungan antara
perawat yang mempunyai sikap reponsibiliti dengan kepuasan pasien. Hasil analisis didapatkan nilai
OR = 25,667 artinya perawat yang mempunyai sikap responsibiliti yang baik berpeluang 25,667 kali
terhadap kepuasan.
Tabel 5.5 Hubungan Responsibiliti dengan Kepuasan pasien Rawat Inap Interne Pria dan
wanita di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tabel 5.6 menunjukkan hasil uji statistik p value 0,006 artinya adanya hubungan antara perawat yang
mempunyai sikap bijak dengan kepuasan pasien. Hasil analisis di dapatkan nilai OR = 25,667 artinya
perawat yang mempunyai sikap bijak yang baik berpeluang 25,667 kali terhadap kepuasan pasien
dibandingkan dengan pasien yang menyatakan sikap perawat kurang baik dalam bersikap bijak.
Tabel 5.6 Hubungan Bijak dengan Kepuasan pasien Rawat Inap Interne Pria dan Wanita di
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Bijak Kepuasan pasien Total P OR
Tidak puas Puas value value
f % f % f %
Kurang baik 11 78,6 3 21,4 14 100 0,006 25,667
baik 1 12,5 7 87,5 8 100
Tabel 5.7 menunjukkan hasil uji statistik didapatkan p value 0,008 artinya adanya hubungan antara
perawat yang mempunyai sikap adil dengan kepuasan pasien. Hasil analisis di dapatkan nilai OR =
20,000 artinya perawat yang mempunyai sikap adil yang baik berpeluang 20,000 kali terhadap kepuasan
pasien dibandingkan dengan pasien yang menyatakan sikap perawat kurang baik dalam bersikap adil.
Tabel 5.7 Hubungan Adil dengan Kepuasan pasien Rawat Inap Interne Pria dan Wanita di
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tabel 5.8 menunjukkan hasil uji statistik didapatkan p value 0,003 artinya adanya hubungan antara
perawat yang mempunyai sikap integritas dengan kepuasan pasien. Hasil analisis di dapatkan nilai OR
= 45,000 artinya perawat yang mempunyai sikap integritas yang baik berpeluang 45,000 kali terhadap
kepuasan pasien dibandingkan dengan pasien yang menyatakan sikap perawat kurang baik dalam
bersikap integritas.
Tabel 5.8 Hubungan Integritas dengan kepuasan pasien Rawat Inap Interne Pria dan wanita di
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tabel 5.9 menunjukkan hasil uji statistik didapatkan p value 0,000 artinya adanya hubungan antara
perawat yang mempunyai sikap kebersamaan dengan kepuasan pasien. Hasil analisis didapatkan nilai
OR = 6,000 artinya perawat yang mempunyai sikap kebersamaan yang baik berpeluang 6,000 kali
terhadap kepuasan pasien dibandingkan dengan pasien yang menyatakan sikap perawat kurang baik
dalam bersikap kebersamaan.
Tabel 5.9 Hubungan Kebersamaan dengan kepuasan pasien Rawat Inap Interne Pria dan
wanita di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2016
bersih hati (benar-benar keluar dari hati yang suci, b. Hubungan empati dengan kepuasan pasien
tidak pura-pura) sebagai sumber energi kekuatan Hasil uji statistik di dapatkan p value 0,027 artinya
diri dalam memberikan pelayanan,yang tercermin adanya hubungan antara perawat yang mempunyai
dari keramahtamahan, ikhlas, jujur dan sopan sikap empati dengan kepuasan pasien. Hasil
santun dalam memberikan advis/informasi kepada analisis di dapatkan nilai OR = 11,667 artinya
yang dilayani. Hal ini akan mempengaruhi perawat yang mempunyai sikap empati yang baik
kepuasan pasien. berpeluang 11,667 kali terhadap kepuasan pasien
dibandingkan dengan pasien yang menyatakan
Penelitian ini sesuai dengan teori Nursalam (2012: sikap perawat kurang baik dalam bersikap empati.
328) menyebutkan kepuasan adalah perasaan
senang seseorang yang berasal dari perbandingan Penelitian ini didukung oleh dokumen usulan
antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu penerapan PPK-BLUD RSUD Dr. Achmad
produk dengan harapannya. Kepuasan pasien Mochtar Bukittinggi pada tahun 2009. Dimana arti
berhubungan dengan kualitas pelayanan rumah dari kata Empati adalah kemampuan menghadapi
sakit. Dengan mengetahui tingkat kepuasan perasaan dan pikiran orang lain yaitu dengan
pasien, manajemen rumah sakit dapat melakukan perilaku sabar, terbuka/informatif sehingga orang
peningkatan kualitas pelayanan. Untuk lain merasa aman dan nyaman berada di
menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit harus lingkungan rumah sakit, Hal ini akan
menciptakan dan mengelola suatu system untuk mempengaruhi kepuasan pasien. Dengan
memperoleh pasien yang lebih banyak. Persentase mengetahui tingkat kepuasan pasien, manajemen
pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan rumah sakit dapat melakukan peningkatan kualitas
berdasarkan hasil survey dengan instrumen yang pelayanan. Untuk menciptakan kepuasan pasien,
baku menurut Indikator Kinerja Rumah Sakit, rumah sakit harus menciptakan dan mengelola
Depkes RI ( 2005: 31) yang dikutip oleh Nursalam suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih
(2012). banyak. Persentase pasien yang menyatakan puas
terhadap pelayanan berdasarkan hasil survey
Menurut Yazid (2004: 286) yang dikutip oleh dengan instrumen yang baku menurut Indikator
Nursalam (2012), ada enam faktor menyebabkan Kinerja Rumah Sakit, Depkes RI ( 2005: 31) yang
timbulnya rasa tidak puas pasien terhadap suatu dikutip oleh Nursalam (2012).
pelayanan yaitu: Tidak sesuai harapan dan
kenyataan, Layanan selama proses menikmati jasa Menurut Yazid (2004: 286) yang dikutip oleh
tidak memuaskan, Perilaku personel kurang Nursalam (2012), ada enam faktor menyebabkan
memuaskan, Suasana dan kondisi fisik lingkungan timbulnya rasa tidak puas pasien terhadap suatu
yang tidak menunjang, Cost/biaya terlalu tinggi, pelayanan yaitu: Tidak sesuai harapan dan
karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang kenyataan, Layanan selama proses menikmati jasa
dan harga tidak sesuai, Promosi/iklan tidak sesuai tidak memuaskan, Perilaku personel kurang
dengan kenyataan. memuaskan, Suasana dan kondisi fisik lingkungan
yang tidak menunjang, Cost/biaya terlalu tinggi,
Menurut asumsi peneliti budaya organisasi yaitu karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang
tulus dan tepat janji merupakan suatu yang sangat dan harga tidak sesuai, Promosi/iklan tidak sesuai
penting dalam dunia keperawatan karena ini dengan kenyataan.
merupakan modal untuk menciptakan kepuasan
pasien. Tulus dan tepat janji disini maksudnya Menurut asumsi peneliti empati merupakan
yaitu melakukan sesuatu tindakan dari hati yang bagian dari budaya organisasi, empati ini
suci tidak berpura-pura. Dan tepat janji disini merupakan prilaku sabar menghadapi orang lain,
maksudnya yaitu menepati semua janji yang kita sehingga orang lain merasa nyaman kepada kita.
buat supaya pasien percaya dengan perawat yang Maksudnya disini adalah seseorang perawat
ada di ruangan tersebut. Semakin baik budaya sebaiknya berprilaku empati karena seorang
organisasi (tulus, tepat janji) maka semakin baik perawat harus sabar menghadapi dan berprilaku
kepuasan pasien yang ada dalam ruangan. Ini baik kepada pasien yang ada di ruangan tersebut.
dibuktikan dengan hasil analisis hubungan budaya Ini dibuktikan dengan hasil analisis hubungan
organisasi perawat yang mempunyai sikap tulus budaya organisasi perawat yang mempunyai sikap
dan tepat janji yang baik membuat pasien puas empati yang baik membuat pasien puas sebanyak
yaitu sebanyak 7 orang (77,8%). 7 orang (77,8%).
c. Hubungan responsibiliti dengan kepuasan analisis hubungan budaya organisasi perawat yang
pasien mempunyai sikap responsibiliti yang baik
Hasil uji statistik didapatkan p value 0,006 artinya membuat pasien puas yaitu sebanyak 7 orang
adanya hubungan antara perawat yang mempunyai (87,5%).
sikap reponsibiliti dengan kepuasan pasien di
ruang rawat. Hasil analisis didapatkan nilai OR = d. Hubungan bijak dengan kepuasan pasien
25,667 artinya perawat yang mempunyai sikap Hasil uji statistik didapatkan p value 0,006 artinya
responsibiliti yang baik berpeluang 25,667 adanya hubungan antara perawat yang mempunyai
terhadap kepuasan pasien dibandingkan dengan sikap bijak dengan kepuasan pasien Hasil analisis
pasien yang menyatakan sikap perawat kurang di dapatkan nilai OR = 25,667 artinya perawat
baik dalam bersikap responsibiliti. yang mempunyai sikap bijak yang baik berpeluang
25,667 kali terhadap kepuasan pasien
Penelitian ini didukung oleh dokumen usulan dibandingkan dengan pasien yang menyatakan
penerapan PPK-BLUD RSUD Dr. Achmad sikap perawat kurang baik dalam bersikap bijak.
Mochtar Bukittinggi pada tahun 2009. Dimana arti
dari kata Responsibilitas adalah berani Penelitian ini didukung oleh dokumen usulan
bertanggung jawab atas perbuatan atau tindakan penerapan PPK-BLUD RSUD Dr. Achmad
yang diberikan, dengan memperhatikan Mochtar Bukittinggi pada tahun 2009. Dimana arti
kesesuaian dan kepatuhan untuk disiplin dalam dari kata Bijak adalah selalu menggunakan akal
pengelolaan organisasi berdasarkan praktek bisnis budi sebelum bertindak, sehingga loyalitas kepada
yang sehat serta peraturan perundang-undangan. organisasi dan individu lainnya tetap terjaga.
Hal ini akan mempengaruhi kepuasan pasien. Bersikap bijak yang tidak baik dapat berdampak
Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien, pada kepuasan pasien. hal ini di dukung oleh teori
manajemen rumah sakit dapat melakukan Nursalam (2012:328) yaitu Kepuasan pasien
peningkatan kualitas pelayanan. Untuk berhubungan dengan kualitas pelayanan rumah
menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit harus sakit. Dengan mengetahui tingkat kepuasan
menciptakan dan mengelola suatu system untuk pasien, manajemen rumah sakit dapat melakukan
memperoleh pasien yang lebih banyak. Persentase peningkatan kualitas pelayanan.
pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan
berdasarkan hasil survey dengan instrumen yang Menurut Yazid (2004: 286) yang dikutip oleh
baku menurut Indikator Kinerja Rumah Sakit, Nursalam (2012), ada enam faktor menyebabkan
Depkes RI ( 2005: 31) yang dikutip oleh Nursalam timbulnya rasa tidak puas pasien terhadap suatu
(2012). pelayanan yaitu: Tidak sesuai harapan dan
kenyataan, Layanan selama proses menikmati jasa
Menurut Yazid (2004: 286) yang dikutip oleh tidak memuaskan, Perilaku personel kurang
Nursalam (2012), ada enam faktor menyebabkan memuaskan, Suasana dan kondisi fisik lingkungan
timbulnya rasa tidak puas pasien terhadap suatu yang tidak menunjang, Cost/biaya terlalu tinggi,
pelayanan yaitu: Tidak sesuai harapan dan karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang
kenyataan, Layanan selama proses menikmati jasa dan harga tidak sesuai, Promosi/iklan tidak sesuai
tidak memuaskan, Perilaku personel kurang dengan kenyataan.
memuaskan, Suasana dan kondisi fisik lingkungan
yang tidak menunjang, Cost/biaya terlalu tinggi, Menurut asumsi peneliti bahwa bijak adalah selalu
karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang berfikir sebelum bertindak sehingga bisa
dan harga tidak sesuai, Promosi/iklan tidak sesuai memperlihatkan loyalitas perawat kepada pasien.
dengan kenyataan. Maksudnya disini adalah sebelum melakukan
tindakan medis seorang perawat harus lah berfikir
Menurut asumsi peneliti didapatkan bahwa dengan baik, apakah tindakan yang diambil sudah
responsibiliti merupakan berani bertanggung benar atau belum, sudah tepat atau belum, karena
jawab atas perbuatan atau tindakan yang diberikan sesuatu tindakan akan di pertanggung jawabkan
dan memperhatikan kesesuaian. Maksudnya disini jika tindakan tersebut salah. Ini dibuktikan dengan
adalah berani untuk bertanggung jawab apapun hasil analisis hubungan budaya organisasi perawat
tindakan yang telah dilakukan oleh perawat yang yang mempunyai sikap bijak yang baik membuat
ada diruangan. Semakin baik budaya organisasi pasien puas yaitu sebanyak 7 orang (87,5%).
(responsibiliti) seseorang maka semakin baik pula
kepuasan pasien. Ini dibuktikan dengan hasil hasil
e. Hubungan adil dengan kepuasan pasien pasien dibandingkan dengan pasien yang
Hasil uji statistik didapatkan p value 0,008 artinya menyatakan sikap perawat kurang baik dalam
adanya hubungan antara perawat yang mempunyai bersikap integritas.
sikap adil dengan kepuasan pasien. Hasil analisis Penelitian ini didukung oleh dokumen usulan
di dapatkan nilai OR = 20,000 artinya perawat penerapan PPK-BLUD RSUD Dr. Achmad
yang mempunyai sikap adil yang baik berpeluang Mochtar Bukittinggipadatahun2009. Arti dari kata
20,000 kali terhadap kepuasan pasien Integritas adalah satu dalam kata dan perbuatan =
dibandingkan dengan pasien yang menyatakan komitmen pada prinsip. Integritas pada diri
sikap perawat kurang baik dalam bersikap adil. sendiri; profesional; mengedepankan keahlian;
giat belajar dan menguasai ilmu pengetahuan
Penelitian ini didukung oleh dokumen usulan sebagai pendukung dalam menghasilkan setiap
penerapan PPK-BLUD RSUD Dr. Achmad output pelayanan dengan reward yang wajar.
Mochtar Bukittinggi pada tahun 2009. Dimana arti Integritas kepada Sang Pencipta (Allah); ibadah
dari kata Adil adalah berkata dan bertindak selalu yang benar dan mengimplementasikan dalam
tidak berat sebelah; tidak memihak/tidak perbuatan/pergaulan dengan mencerminkan
diskriminatif, tidak sewenang-wenang, sehingga akhlak yang dimuliakan Allah. Bersikap integritas
seluruh stakeholders mendapat perlakuan yang baik mencerminkan perbuatan/akhlak yang
(jaminan) yang sama. Ini akan berpengaruh baik, begitupun sebaliknya. Hal ini mempengaruhi
terhadap Kepuasan pasien. Kepuasan pasien ini pelayanan keperawatan dan berdampak tehadap
berhubungan dengan kualitas pelayanan rumah kepuasan pasien. Karena kepuasan pasien
sakit. Dengan mengetahui tingkat kepuasan berhubungan dengan kualitas pelayanan rumah
pasien, manajemen rumah sakit dapat melakukan sakit.
peningkatan kualitas pelayanan.
Menurut Yazid (2004: 286) yang dikutip oleh
Menurut Yazid (2004: 286) yang dikutip oleh Nursalam (2012), ada enam faktor menyebabkan
Nursalam (2012), ada enam faktor menyebabkan timbulnya rasa tidak puas pasien terhadap suatu
timbulnya rasa tidak puas pasien terhadap suatu pelayanan yaitu: Tidak sesuai harapan dan
pelayanan yaitu: Tidak sesuai harapan dan kenyataan, Layanan selama proses menikmati jasa
kenyataan, Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan, Perilaku personel kurang
tidak memuaskan, Perilaku personel kurang memuaskan, Suasana dan kondisi fisik lingkungan
memuaskan, Suasana dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang, Cost/biaya terlalu tinggi,
yang tidak menunjang, Cost/biaya terlalu tinggi, karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang
karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang dan harga tidak sesuai, Promosi/iklan tidak sesuai
dan harga tidak sesuai, Promosi/iklan tidak sesuai dengan kenyataan.
dengan kenyataan.
Menurut asumsi peneliti didapatkan integritas
Menurut asumsi peneliti bahwa adil dengan yang baik sangat di perlukan dalam budaya
keadilan yang ada di rumah sakit, maksudnya organisasi, bisa memperlihatkan keahlian, supaya
disini adalah bertindak selalu tidak berat sebelah, pasien percaya dengan tindakan yang dilakukan
tidak memihak, tidak semenang-menang. oleh perawat. Keahlian yang baik akan
Sehingga pasien bisa mendapatkan keadilan memperlihatkan tindakan yang baik. Ini
dalam perawatan yang dilakukan. Ini dibuktikan dibuktikan dengan hasil analisis hubungan budaya
dengan hasil analisis hubungan budaya organisasi organisasi perawat yang mempunyai sikap
perawat yang mempunyai sikap adil yang baik integritas yang baik membuat pasien puas yaitu
membuat pasien puas yaitu sebanyak 8 orang sebanyak 9 orang (81,8%).
(80%).
g. Hubungan kebersamaan, kompak dengan
f. Hubungan integritas dengan kepuasan kepuasan pasien
pasien Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000 artinya
Hasil uji statistik didapatkan p value 0,003 artinya adanya hubungan antara perawat yang mempunyai
adanya hubungan antara perawat yang mempunyai sikap kebersamaan dengan kepuasan pasien. Hasil
sikap integritas dengan kepuasan pasien. Hasil analisis didapatkan nilai OR = 6,000 artinya
analisis di dapatkan nilai OR = 45,000 artinya perawat yang mempunyai sikap kebersamaan
perawat yang mempunyai sikap integritas yang yang baik berpeluang 6,000 kali terhadap
baik berpeluang 45,000 kali terhadap kepuasan kepuasan pasien dibandingkan dengan pasien
yang menyatakan sikap perawat kurang baik interne pria dan wanita RSUD Dr. Achmad
dalam bersikap kebersamaan. Mochtar Bukittinggi.
3. Hasil penelitian didapatkan bahwa pasien yang
Penelitian ini didukung oleh dokumen usulan puas hanya 45,5% dan yang tidak puas
penerapan PPK-BLUD RSUD Dr. Achmad terhadap sikap perawat ketika memberikan
Mochtar Bukittinggipadatahun2009. Dimana arti pelayanan keperawatan yaitu 54,5% diruangan
dari katan Kebersamaan, kompak adalah rawat inap interne pria dan wanita RSUD Dr.
bermusyawarah untuk satu keputusan dalam Achmad Mochtar Bukittinggi.
mendorong komitmen bersama demi tercapainya 4. Hasil uji statistik di dapatkan adanya hubungan
kinerja maksimal dan harmonis. Akan tercipta antara perawat yang mempunyai sikap tulus
suatu kondisi yang kondusif; bersatu, toleransi, dan tepat janji, empati, responsibiliti, bijak,
penuh kasih sayang dan cinta. Jika ini tidak adil, integritas dan kebersamaan dengan
diterapkan pasien akan merasa tidak nyaman bila kepuasan pasien di ruang rawat inap interne
dirawat dirumah sakit tersebut. Hal ini pria dan wanita RSUD Dr. Achmad Mochtar
menunjukkan ketidakpuasan pasien terhadap Bukittinggi.
layanan yang diberikan. karena kepuasan pasien
berhubungan dengan kualitas pelayanan rumah 5. REFERENSI
sakit. Dahlan, Dr. H. Azwir. 2009. Dokumen Usulan
Penerapan PPK-BLUD RSUD Dr. Achmad
Menurut Yazid (2004: 286) yang dikutip oleh Mochtar Bukittinggi
Nursalam (2012), ada enam faktor menyebabkan
timbulnya rasa tidak puas pasien terhadap suatu Depkes RI. 2005. Indikator Kinerja Rumah Sakit.
pelayanan yaitu: Tidak sesuai harapan dan Depkes RI. Jakarta
kenyataan, Layanan selama proses menikmati jasa
tidak memuaskan, Perilaku personel kurang Keliat, BA, & Akemat. 2010. Model Pelayanan
memuaskan, Suasana dan kondisi fisik lingkungan Keperawatan Profesional. Jakarta. EGC
yang tidak menunjang, Cost/biaya terlalu tinggi,
karena jarak terlalu jauh, banyak waktu terbuang Kepmenkes RI. 2008. Kepmenkes RI No.
dan harga tidak sesuai, Promosi/iklan tidak sesuai 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
dengan kenyataan. Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Menurut asumsi peneliti kekompakan suatu Kholipah, Siti dkk. 2013. Hubungan Penerapan
organisasi mencerminkan kebaikan tindakan yang Budaya Organisasi Dengan Kepuasan
dilakukan oleh perawat pada pasien. Semakin Pasien Di RSUD Ambarawa Tahun 2013.
kompak seorang perawat maka semakin baik pula Jurnal
kepuasan yang didapatkan oleh pasien di dalam
ruangan tersebut. Ini dibuktikan dengan hasil Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan :
analisis hubungan budaya organisasi perawat yang Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
mempunyai sikap kebersamaan dan kompak yang Profesional. Ed 3. Jakarta.Salemba Medika
baik membuat pasien puas yaitu sebanyak 10
orang (83,3%). Robbins, Stephen. P dan Timothy A. Judge. 2014.
Perilaku Organisasi Edisi 12 Buku 2. Jakarta.
4. KESIMPULAN Salemba Medika
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, Widiastuti, Eni. 2012. Hubungan Karakteristik
maka dapatddisimpulkan: Perawat dan Budaya Organisasi Dengan
Kepuasan Pasien Di RSI Pondok Kopi
1. Lebihdariseparoh perawat yang mempunyai Jakarta Tahun 2012. Tesis. FIK UI
sikap tulus dan tepat, empati, responsibiliti,
bijak, adil, kebersamaan dan kompak yang
kurang baik diruangan rawat inap interne pria
dan wanita RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi.
2. Separoh perawat yang mempunyai sikap
integritas yang baik diruangan rawat inap
Zuriati 1
1
STIKes Alifah, Padang 25000
Email: yathie_zuriati13@yahoo.com
Abstract
According to the World Health Organization or WHO, hypertension is the number one cause of death
in the world. Based on the data recorded by Padang City Health Department in 2015, Andalas
Community Health Center (Puskesmas) is the the highest coverage number of hypertension as many as
8047 people. The research objective is to determine the effect of therapeutic foot soak with warm water
to the reduction of blood pressure in patients with hypertension in Andalas Community Health Center
Padang in 2016.. The type of this research is Quasy Experiment with Pretest - Posttest Study Design.
This research took place in January until September 2016. Samples were 30 accidental sampling
observed by t-test. The result showed the average blood pressure of the pre-test 164.00 / 69.33 mmHg
and a post-test at the 151.33 / 56.67 mmHg. P value = 0.000 which means that there are significant
Warm Water Therapy Foot Soak to Decrease Blood Pressure In Patients with Hypertension in Andalas
Community Health Center Padang 2016.. It can be concluded that therapeutic foot soak with warm
water could decrease the blood pressure in patients with hypertension. It is suggested to healthcare
officer to give information and explanation about therapeutic foot soak with warm water as an
alternative way to decrease blood pressure.
Upaya ideal untuk mencegah dan rematik, radang sendi, linu panggul, sakit
menangkal risiko tekanan darah tinggi pertamanya punggung, insomnia, kelelahan, stress, sirkulasi
adalah dengan penanggulangan secara non- darah yang buruk (hipertensi), nyeri otot, kram,
medikamentosa alias tanpa obat. Caranya dengan kaku, terapi air hangat bisa digunakan untuk
menghindari faktor pemicu timbulnya penyakit meringankan masalah tersebut (Dewi 2014).
tersebut (kecuali faktor yang tidak bisa dihindari Manfaat merendam kaki dengan air
seperti faktor keturunan dan usia). Salah satu hangat 38o-40oC akan mempelancar peredaran
upaya pencegahan dengan cara memeriksakan darah, merangsang keringat, menyembuhkan
tekanan darah secara teratur agar bila sewaktu- batuk pilek dan susah tidur. Penderita yang
waktu ada kenaikan tekanan darah yang cukup mengalami tekanan darah tinggi jika melakukan
tinggi, maka bisa diketahui lebih dini (Sudarmoko, rendam kaki menggunakan air hangat yang
2010). dilakukan secara rutin maka dapat terjadi
Joint National Committee (JNC) telah penurunan tekanan darah, karena efek dari rendam
mengeluarkan guideline terbaru mengenai kaki air hangat menghasilkan energi kalori yang
tatalaksana hipertensi atau tekanan darah tinggi bersifat mendilatasi dan melancarkan peredaran
yaitu, mengingat bahwa hipertensi merupakan darah juga merangsang saraf yang ada pada kaki
suatu penyakit kronis yang memerlukan terapi untuk mengaktifkan saraf parasimpatis, sehingga
jangka panjang dengan banyak komplikasi yang menyebabkan penurunan tekanan darah (Umah,
mengancam nyawa seperti infark miokard, stroke, 2012).
gagal ginjal, hingga kematian jika tidak dideteksi Berdasarkan survey awal di dapatkan
dini dan diterapi dengan tepat, dirasakan perlu keterangan bahwa selama ini usaha yang mereka
untuk terus menggali strategi tatalaksana yang lakukan untuk mengatasi hipertensi adalah dengan
efektif dan efisien dengan begitu, terapi yang menggunakan terapi herbal dan farmakologis,
dijalankan diharapkan dapat memberikan dampak tetapi untuk melakukan terapi rendam kaki air
maksimal (Riskesdas, 2013). hangat sendiri belum pernah dilakukan dan klien
Praktek merendam kaki dengan air hangat juga tidak ada yang mengetahui bahwa merendam
adalah satu metode perawatan kesehatan yang kaki dengan air hangat dapat menurunkan tekanan
populer di kalangan masyarakat Cina. Menurut darah.
pengobatan tradisional Cina (TCM), kaki adalah Tujuan penelitian ini adalah Untuk
jantung kedua tubuh manusia, barometer yang mengetahui pengaruh terapi rendam kaki air
mencerminkan kondisi kesehatan badan. Telapak hangat terhadap penurunan tekanan darah pada
kaki memiliki 60 titik akupuntur yang penderita hipertensi di Puskesmas Andalas
berhubungan dengan kandung empedu, kandung Padang tahun 2016.
kemih, lambung, limpa, hati dan ginjal. Merendam Berdasarkan latar belakang di atas, maka
kaki dengan air hangat dapat memanaskan seluruh peneliti melakukan penelitian pemberian terapi
tubuh, meningkatkan sirkulasi darah ke bagian rendam kaki air hangat terhadap penurunan
atas tubuh dan juga melepas tekanan. TCM tekanan darah pada penderita hipertensi di
merekomendasikan rendam kaki dengan air Puskesmas Andalas Padang tahun 2016.
hangat setiap hari untuk meningkatkan sirkulasi Rendam kaki air hangat adalah salah satu
darah dan menurunkan tekanan darah pada terapi hipertensi yang bermanfaat untuk
penderita hipertensi mendilatasi pembuluh darah, melancarkan
(Karmanboegyss.blogspot.co.id, 2013). peredaran darah dan memicu saraf yang ada pada
Praktek kerja dari terapi rendam kaki telapak kaki untuk bekerja (Tari Batjun, 2015).
dengan air hangat ini yaitu dengan menggunakan Hasil penelitian Batjun (2015) rendam kaki air
air hangat yang bersuhu sekitar 40,5 - 43oC secara hangat dalam waktu
konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari
air hangat ke tubuh sehingga akan membantu 2. METODE PENELITIAN
meningkatkan sirkulasi darah dengan
memperlebar pembuluh darah akibatnya lebih Jenis penelitian Quasy eksperimen
banyak oksigen dipasok ke jaringan yang rancangan Pretest Postest design, dengan
mengalami pembengkakan dan ketegangan otot. intervensi pemberikan terapi rendam kaki air
Perbaikan sirkulasi darah dapat juga hangat pada penderita hipertensi. Penelitian ini
memperlancar sirkulasi getah bening sehingga dilakukan di Puskesmas Andalas Padang pada
membersihkan tubuh dari racun. Oleh karena itu bulan Januari September 2016. Populasi
orang orang yang menderita penyakit seperti penelitian penderita hipertensi dengan kelompok
Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Terapi rendam kaki air hangat Terapi rendam kaki air Lembar - -
hangat merupakan kegiatan Observasi
fisik yang dilakukan 3x
seminggu selama 3 minggu.
Waktu yang diperlukan
untuk merendam kaki
selama 20-30 menit, dengan
temperatur 38o-40oC.
Tabel 3.1 Distribusi Rerata Tekanan Darah Responden Pre-test Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Puskesmas Andalas Tahun 2016
Kelompok Tekanan darah N Mean SD Min Max
Intervensi Sistolik 15 164,00 9,85 150 180
Diastolik 15 69,33 9,61 60 90
Kontrol Sistolik 15 162,67 13,34 140 180
Diastolik 15 65,33 9,90 50 80
Pada tabel 3.1 dapat dlihat rata-rata tekanan darah sistolik pre-test pada kelompok intervensi
didapatkan rata-rata tekanan darah sistoliknya adalah 164.00 mmHg dengan starndar deviasi 9.85
mmHg sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik adalah 69.33 mmHg dengan standar deviasi 9.61
mmHg sedangkan pada kelompok kontrol adalah tekanan darah sistoliknya 162.67 mmHg dengan
standar deviasi 13,34 sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik adalah 65.33 mmHg dengan standar
deviasi 9.90 mmHg
sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik adalah 56.67 mmHg dengan standar deviasi 9,75 mmHg.
Pada kelompok kontrol adalah tekanan darah sistoliknya 155.33 mmHg dengan standar deviasi 15.97
sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik adalah 62.67 mmHg dengan standar deviasi 10.32 mmHg
c. Perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi rendam kaki air
hangat
Tabel 3.3 Perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi rendam
kaki air hangat pada penderita hipertensi di puskesmas andalas padang tahun 2016
Tekanan
Kelompok N Mean SD Min Max
darh
Sistolik 164.00 9.856
Pre test 15 43.972 0.00
Diastolik 69.33 9.612
Intervensi
Sistolik 15 151.33 10.60
Post test 40,049 0.00
Diastolik 15 56.67 9.759
Sistolik 15 162.67 13.345
Pre test 30.828 0.00
Diastolik 15 65.33 9.904
Kontrol
Sistolik 15 155.33 15.976
Post test 23.400 0.000
Diastolik 15 62.67 10.328
Dari hasil uji Paired Samples T test (uji T-Test) didapatkan nilai p = 0,000 (p 0,05) artinya Ho ditolak
dan Ha diterima yaitu ada Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Andalas Padang Tahun 2016.
satunya adalah rendam kaki. Rendam kaki Menurut peneliti pada tekanan darah
menggunakan air hangat akan merangsang saraf penderita hipertensi yang tekanan darah
yang terdapat pada kaki untuk merangsang diastolnya 40-50 mmHg tidak perlu diberikan
baroreseptor, dimana baroreseptor merupakan terapi rendam kaki air hangat, apabila tetap
refleks paling utamadalam menentukan kontrol diberikan maka efek terhadap penderita tidak baik,
regulasi pada denyut jantung dan tekanan darah. dan bisa mengakibatkan tubuh penderita menjadi
Baroreseptor menerima rangsangan dari lelah, tangan dan kakinya terasa kesemutan dan
pereganganatau tekanan yang berlokasi di arkus penderita juga merasakan pusing.
aorta dan sinus karotikus. Pada saat tekanan darah Manfaat merendam kaki dengan air hangat
arteri meningkat dan arteri menegang, reseptor- 38o-40oC akan mempelancar peredaran darah,
reseptor ini dengan cepat mengirim impulsnya ke merangsang keringat, menyembuhkan batuk pilek
pusat vasomotor mengakibatkan vasodilatasi pada dan susah tidur. Penderita yang mengalami
arteriol dan vena dan perubahan tekanan darah. tekanan darah tinggi jika melakukan rendam kaki
Dilatasi arteriol menurunkan tahanan perifer dan menggunakan air hangat yang dilakukan secara
dilatasi vena menyebabkan darah menumpuk pada rutin maka dapat terjadi penurunan tekanan darah,
vena sehingga mengurangi aliran balik vena, dan karena efek dari rendam kaki air hangat
dengan demikian menurunkan curah jantung. menghasilkan energi kalori yang bersifat
Impuls afern suatu baroreseptor yang mencapai mendilatasi dan melancarkan peredaran darah
jantung akan merangsang aktivitas saraf juga merangsang saraf yang ada pada kaki untuk
parasimpatis dan menghambat pusat simpatis mengaktifkan saraf parasimpatis, sehingga
(kardioaselerator) sehingga menyebabkan menyebabkan penurunan tekanan darah (Umah,
penurunan denyut jantung dan daya kontraktilitas 2012).
jantung (Hembing, 2000). Rendam kaki air hangat adalah salah satu
Sementara pengukuran tekanan darah pada terapi hipertensi yang bermanfaat untuk
kelompok kontrol dilakukan sebagai mendilatasi pembuluh darah, melancarkan
perbandingan untuk kelompok intervensi yang peredaran darah dan memicu saraf yang ada pada
dilakukan terapi rendam kaki air hangat, dimana telapak kaki untuk bekerja (Umah, 2012). Secara
didapatkan hasil tekanan darah sistol pada ilmiah terapi rendam kaki air hangat mempunyai
kelompok kontrol juga mengalami penurunan dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama berdampak
yaitu rata-rata 155,33 mmHg dengan standar pada pembuluh darah dimana hangatnya air
deviasinya 15,97 dan tekanan darah diastol rata- membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang
rata 62,67 mmHg dengan standar deviasinya kedua adalah faktor pembebanan di dalam air
10,32. yang menguntungkan otot-otot dan ligament yang
Menurut pendapat peneliti pada penelitian mempengaruhi sendi tubuh (Hembing A, 2000).
ini bahwa terapi rendam kaki air hangat pada Menurut Peni (2008) penderita hipertensi
penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan dalam pengobatannya tidak hanya menggunakan
darah jika dilakukan secara rutin, dapat dilihat obat-obatan, tetapi bisa menggunakan alternatif
pada kelompok intervensi yang secara rutin non-farmakologis dengan menggunakan metode
melakukan terapi rendam kaki air hangat yang lebih murah dan mudah yaitu dengan
mengalami penurunan dari hari pertama hingga menggunakan terapi rendam kaki air hangat dapat
hari terakhir. Sementara pada kelompok kontrol digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat
yang tidak diberikan perlakuan pada penderita memulihkan otot sendi yang kaku serta dapat
hipertensi juga mengalami penurunan dan ada menurunkan tekanan darah apabila dilakukan
juga malahan sebaliknya mengalami peningkatan secara melalui kesadaran dan kedisiplinan (Umah
pada tekanan darah sistolik dan diastolik, hal dkk, 2012).
tersebut mungkin disebabkan karena pada
kelompok kontrol melakukan berobat rutin ke 4. KESIMPULAN
Puskesmas dan memperoleh obat anti hipertensi, Setelah dilakukan penelitian pada 30 orang
hal sebaliknya yang terjadi tekanan darah sistolik responden didapatkan terdapat pengaruh terapi
menjadi naik, mungkin karena adanya faktor rendam kaki air hangat terhadap penurunan
pemicu yaitu budaya dan lingkungan yang tekanan darah pada penderita hipertensi di
menyebabkan tekanan darah menjadi naik, Puskesmas Andalas Padang Tahun 2016. Rendam
contohnya seperti ketidakpatuhan diet garam, kaki air hangat adalah salah satu terapi hipertensi
stress yang berlebihan, obesitas, merokok dan yang bermanfaat untuk mendilatasi pembuluh
hidup sembarangan atau tidak teratur. darah, melancarkan peredaran darah dan memicu
5. DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Anita. 2014. Pemberian Terapi Rendam
Kaki Air Hangat Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Asuhan
Keperawatan Pada Penderita Hipertensi.
Karmanboegyys. Blogspot. co.id. Rendam Kaki
Air Hangat Mempercepat Peredaran
Darah. di Akses 1 Maret 2016
Kusuma, Wijaya Hembing. 2000. Hipertensi.
(http://Rendam Kaki Menggunakan Air
Hangat). Di Akses20 Januari 2016
Notoatmodjo. 2010. Medika Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Peni. 2008. Panduan Gaya Hidup Tabloid Gaya
Hidup Sehat (http//Gaya Hidup Sehat
Online. Com). di Akses 10 Januari 2016
Profil Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). 2013. Data
Kejadian Hipertensi. di Akses 5 Januari
2016
Sudarmoko, Arief. 2010. Tetap Tersenyum
Melawan Hipertensi. Yogyakarta : Atma
Media Fress
Sugiono. 2010. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan
Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Jakarta : Graha Ilmu
Umah, Khoiroh & dkk. 2014. Pengaruh Terapi
Rendam Kaki Air Hangat Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi. Skripsi : A3 PSIK UNIGRES
WHO (World Health Orgnization). 2013. Data
Hipertensi. di Akses 5 Januari 2016
Abstract
Dysmenorrhea is painful menstruation in the lower abdomen and waist caused by excessive
prostaglandin formation, which causes the uterus to contract quickly. Dysmenorrhea resulted in many
famale students do not attend school. One way to overcome this by consuming beverages dysmenorrhea
ginger. Ginger contains gingerol chemistry, shogaol, zingerol, capable blogging prostaglandin
production so as to reduce pain during menstruation. The purpose of this study was to determine the
influence of ginger drink to the intensity of menstrual pain primer. This type of research is pre-
eksprerimen with one design group pre-post test. The population in this research are the female students
that experiencing dysmenorrhea and complete the criteria. The samples of 15 female students with a
purposive sampling.Data were analyzed using the paired t-test.The results shows that the average pain
female students before being given a drink ginger is 6.87 with a standard deviation of 1.302, the average
pain female students after being given drink ginger is 3.27 with a standard deviation of 1.668, there is
a significant difference before and after drink ginger with = 0.001 where <0.05.it is recommended
can use ginger to cope with menstrual pain.
Keywords : Dysmenorrhea, Jahe Emprit
ada pula yang tidak kuasa beraktifitas zingeberin.Varian jahe yang memiliki zat tersebut
(Proverawati, 2009). salah satunya jahe emprit.Jahe emprit memiliki
Berdasarkan penelitian Iswari (2014) rimpang berwarna kuning dan lebih kecil, jahe
tentang Hubungan dismenore dengan aktivitas emprit memiliki kandungan minyak atsiri yang
belajar mahasiswi Psik Fk Unud diperoleh 68,4% cukup tinggi (Ramadhan, 2013).Kandungan kimia
aktivitas terganggu, 21,5% sangat terganggu dan gingerol dalam jahe emprit mampu memblokir
tidak terganggu 10,1%. Dismenore berdampak prostaglandin sehingga dapat menurunkan nyeri
pada proses belajar siswi di sekolah diperkuat saat pada menstruasi (Utami, 2012).
dengan penelitian Abdul, dkk (2015) siswi yang Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh
tidak masuk sekolah dan izin pulang kerumah Arfiana (2014) tentang Pengaruh minuman jahe
pada hari pertama dan hari kedua saat menstruasi merah terhadap intensitas nyeri haid pada
24%, dan 49% beristirahat di UKS, dan 27% mahasiswa D-IV Kebidanan Stikes Ngudi
mengalami penurunan kosentrasi saat pelajaran Waluyo membuktikan bahwa ada pengaruh
berlangsung. minuman jahe terhadap haid dengan nilai =
Ada beberapa cara untuk meredakan 0,000 < (0,05). Hal ini diperkuat juga dari
gejala-gejala nyeri menstruasi (dismenore) yaitu penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2014)
dengan cara farmakologi dan non farmakalogi. dengan judul Efektifitas ekstrak jahe dalam
Obat farmakologi yang sering digunakan adalah menurunkan dismenore primer pada mahasiswa
analgesik dan anti inflamasi seperti asam tingkat I Akademi Kebidanan Poltekes Medan
mafenamat, ibuprofen, dan lain-lain.Akan tetapi membuktikan bahwa ekstrak jahe efektif
penggunaan obat farmakologis menimbulkan efek menurunkan nyeri dismenore primer dengan nilai
samping seperti gangguan pada lambung dan = 0.000 .
penurunan pada darah (anemia).Sedangkan Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan
pengobatan non farmakologis banyak hal yang Kota Padang (2015), jumlah siswi terbanyak salah
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pada satunya SMK N 2 Padang. Survei awal pada
dismenore primer, misalnya penggunaan kompres tanggal 18 Maret 2016 dengan melakukan
hangat, olahraga teratur, dan mengkonsumsi wawancara kepada 10 siswi yang mengalami
produk-produk herbal yang telah dipercaya dismenore, 4 siswi mengurangi nyeri tersebut
khasiatnya (Smith, 2006). dengan tiduran di UKS dan diolesi minyak kayu
Terapi ramuan herbal dapat dilakukan putih, 2 siswi mengurangi nyerinya dengan
dengan menggunakan obat tradisional yang minum jahe, dan 4 siswi tidak melakukan upaya
berasal dari bahan- bahan tanaman.Beberapa penanganan, hanya ditahan dan dibiarkan saja.
bahan tanaman dipercaya dapat mengurangi Mereka mengatakan keadaan ini menggangu
nyeri.Salah satu tanaman herbal tersebut adalah konsentrasi belajar di kelas dan membuat malas
jahe (Zingiber Officinale Rose) yang bagian untuk melakukan aktivitas. Menurut keterangan
rimpangnyaberfungsi sebagai analgesik, yang didapat dari guru Bimbingan Konseling,
antipiretik, dan anti inflamasi (Utami, rata-rata siswi yang mengalami dismenore
2012).Rimpang jahe mengandung 2-3% minyak mengeluh sakit perut disertai pusing, lemas dan
atsiri yang terdiri dari zingiberin, kemferia, bahkan ada beberapa siswi yang sampai pingsan
limonene, borneol, sineol, zingiberal, linalool, ketika benar-benar tidak kuat menahan rasa sakit
geraniol, kavikol, zingiberol, gingerol, dan tersebut, ada pula yang terpaksa tidak bisa masuk
shogaol. Rimpang jahe juga mengandung minyak sekolah dan izin untuk pulang karena dismenore,
damar yang terdiri dari zingeron, pati, damar, rata-rata 3-6 orang per bulannya.
asam-asam organik, asam oksalat, asam malat, Berdasarkan latar belakang masalah
dan gingerin. Rimpang jahe bersifat anti diatas, maka peneliti merumuskan masalah
peradangan atau anti inflamasi (Maryani, dkk, sebagai berikut: Apakah ada pengaruh minuman
2004). jahe emprit terhadap intensitas nyeri haid
Jahe (ginger)sama efektifnya dengan (dismenore) primer pada siswi di SMKN 2
asam mefenamat (mefenamic acid) dan ibuprofen Padang?
untuk mengurangi nyeri haid atau dismenore Untuk mengetahui pengaruh pemberian
primer (Anurogo, 2011). Selain bahannya mudah minuman jahe emprit terhadap intensitas nyeri
didapat, ramuan minuman jahe mudah dibuat.Jahe haid (dismenore) primer pada siswi SMKN 2
mengandung zat yang berkhasiat menghilangkan Padang.
rasa sakit dan mual saat menstruasi (Utami,
2012).Zat tersebut adalah shogaol, gingerol, dan
Abstract
Hospital as a health care institution must provide services to the community, locally and internationally.
Accreditation to assess the quality of an organization including hospital. The purpose of this experiment
to determine the factors associated with the implementation of patient safety by nurses based joint
international comission in Hospital Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi in 2016. This study was a
descriptive cross sectional analytic approach. This study used a questionnaire as a measuring tool of
research. The population in this study are all nurses in number 55. The result showed high knowledge
that is high 37 (67.3%), good attitude that is 35 people (63.6%), motivation is low at 30 persons (54.5%),
good facilities with 43 people ( 78.2%) and the proportion of patient safety are implemented either half
stated that 29 people (52.7%). There is a patient safety knowledge with values obtained p = 0.043. There
is a relationship between the attitude of nurses to patient safety that the value p = 0.010. There is a
relationship with the patient safety motivation obtained value of p = 0.008. There is no significant
relationship between patient safety facility with a p-value 0.385. It can be concluded that there is a
relationship of knowledge, motivation and attitude of nurses to the implementation of patient safety
based Joint Commission International Hospital Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, 2016. It is expected
that the implementation of patient safety can be applied by nurses in the hospital.
yang telah diakui oleh dunia adalah Joint dilaksanakan. Sedangkan dari segi komunikasi
Commission Internasional (JCI). belum tampak efektif sesuai dengan standar JCI,
belum ada komunikasi yang tepat, akurat dan
JCI merupakan salah satu divisi dari Joint efektif antara perawat, dokter dan pasien.
Commission International Resurces. JCI telah Dalam pemberian obat-obatan sudah dilakukan
bekerja dengan organisasi perawatan kesehatan, sesuai dengan SOP di ruangan akan tetapi belum
departemen kesehatan, dan organisasi global sesuai dengan JCI seperti tempat penyimpanan
dilebih dari 80 negara sejak tahun 1994. JCI cairan dan obat-obatan yang belum sesuai dengan
merupakan lembaga non pemerintah dan tidak ketentuan. Pemberian tindakan pembedahan dan
terfokus pada keuntungan. Fokus dari JCI adalah pengurangan resiko infeksi sudah diterapkan di
meningkatkan keselamatan perawatan pasien IGD RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
melalui penyediaan jasa akreditasi dan sertifikasi Akan tetapi pengurangan resiko pasien jatuh
serta melalui layanan konsultasi dan belum sepenuhnya dilakukan. Ini ditandai dengan
pendidikan yang bertujuan membantu organisasi tidak semua pansien dipasang pengaman pada
menerapkan solusi praktis dan berkelanjutan (Ali, brankar.
2014). Penanganan pasien membutuhkan suatu
standar pelayanan yang bermutu mengacu kepada Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan
standar tersebut telah dibuat dalam JCI (2011). dengan pelaksanaan patient safety oleh perawat
Keseluruhan standar JCI setelah diidentifikasi, berdasarkan Joint Comission International belum
maka diperoleh standar yang paling relevan pernah dilakukan di RSUD Dr. Achmad
digunakan dalam mengkaji keselamatan pasien Mochtar Bukittinggi karena standar JCI baru akan
yang terkait dengan mutu pelayanan sesuai dengan diterapkan pada awal 2016 namun sejak awal
JCI adalah sasaran internasional keselamatan tahun 2016 kegiatan sudah mulai diarahkan sesuai
pasien (SIKP) rumah sakit meliputi indikator : (1) dengan standar akreditasi sesuai JCI. Berdasarkan
ketepatan identifikasi pasien, (2) peningkatan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti
komunikasi yang efektif, (3) peningkatan Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan
keamanan obat yang perlu diwaspadai, (4) Pelaksanaan Patient Safety oleh Perawat
kepastian tepat lokasi tepat prosedur, tepat pasien Berdasarkan Joint Comission International di
operasi, (5) pengurangan risiko infeksi terkait RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi 2016.
pelayanan kesehatan dan (6) pengurangan risiko
pasien jatuh. 2. METODOLOGI PENELITIAN
Penerapan SIKP sesuai standar JCI di RSUD Dr. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor
Achmad Mochtar Bukittinggi sampai saat ini yang berhubungan dengan pelaksanaan patient
sedang dalam proses dan dilakukan safety oleh perawat berdasarkan Joint Comission
penyempurnaan secara manajemen, sumber daya International di RSUD Dr. Achmad Mochtar
manusia maupun fasilitas. Proses penerapan SIKP Bukittinggi tahun 2016. Variabel independen
di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi belum dalam penelitian ini adalah pengetahuan perawat,
optimal, hal ini ditandai dengan belum sikap dan motivasi perawat sedangkan variabel
terlaksananya sesuai standar Join Commission dependen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan
International. Berdasarkan pengamatan awal yang patient safety oleh perawat sesuai Joint
penulis lakukan di IGD, Bedah dan OK RSUD Commission International. Desain penelitian ini
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada 31 Juni adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross
2016, penulis melakukan observasi pada masing- sectional. Penelitian ini menggunakan angket
masing 3 orang perawat dalam memberikan sebagai alat ukur penelitian. Populasi dalam
asuhan keperawatan, didapatkan hasil observasi penelitian ini adalah seluruh perawat di RSUD Dr.
perawat belum melakukan tindakan sesuai dengan Achmad Mochtar Bukittinggi, jumlah sampel
standar JCI. Dalam melakukan identifikasi pasien, dalam penelitian ini adalah 55 orang. Penelitian
perawat sudah melakukan identifikasi pasien dan ini telah dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 2016.
memilah pasien, namun belum optimal Uji statistik yang digunakana adalah chi square.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih dari Bukittinggi memiliki pengetahuan yang tinggi
separuh perawat di RSUD dr Achmad Mochtar yaitu tinggi 37 orang (67,3%). Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Awalia Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
(2012) di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo di dilakukan oleh Astuti (2011) di RSUD
Makasar, menunjukkan bahwa pengetahuan Palembang dimana motivasi perawat (82%)
perawat dengan pelaksanaan Patient Safety yang tinggi dalam memberikan pelayanan
dengan kategori baik sehingga pelayanan dipengaruhi oleh kemauan dan perasaan yang
keperawatan sesuai dengan standar JCI. Hasil sensitive dalam memenuhi kebutuhan pasien dan
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang kurang baik 12%. Menurut asumsi perawat
dilakukan Sumarianto (2013) dengan judul motivasi yang tinggi memberikan dan
hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit karena
kinerja perawat dalam penerapan program patient responden mempunyai semangat yang tinggi
safety di ruang perawatan inap RSUD Andi dalam memberikan pelayanan yang sesuai
Makkasau Kota Parepare didapatkan Dari 64 dengan standar JCI. Pasien merasa puas dengan
responden, 49 diantaranya (76,5%) berkategori pelayanan yang diberikan oleh perawat.
pengetahuan baik, sebelas responden (17,2%)
kategori pengetahuan cukup, dan empat responden Semua perawat di RSUD dr Achmad Mochtar
(6,3%) kategori pengetahuan kurang. Bukittinggi memiliki sikap yang baik yaitu 35
orang (63,6%). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Alvionita (2014)
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dengan judul sikap perawat terhadap patient
yang dilakukan Ngalngola (2012) dengan judul safety di unit anak rumah sakit PKU
gambaran pengetahuan dan motivasi perawat Muhammadiyah Bantul, PKU Muhammadiyah
terhadap penerapan program patient safety di Yogyakarta Unit I, dan PKU Muhammadiyah
instalasi rawat inap RSUD Daya Makassar Yogyakarta Unit II didapatkan Sikap perawat
tahun 2012 didapatkan Pengetahuan perawat terhadap patient safety dengan prosentase sebesar
pada umunya di instalasi rawat inap dengan tiga (71%) terdiri dari 20 responden dikategorikan
bagian yaitu :perawatan anak umumnya baik memiliki sikap mendukung, kurang mendukung
yaitu 21 orang (100,0%).perawatan interna sebanyak 8 responden (29%).
umumnya baik yaitu 27 orang (93,1%) dan
perawatan bedah umumnya baik yaitu 21 orang Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian
(100,0%). Menurut asumsi peneliti, diperoleh dilapangan terlihat banyaknya
pengetahuan yang dimiliki perawat diperoleh responden yang memiliki sikap baik dalam hal
dari keinginan untuk mengetahui dan ilmu yang penaganan Patient Safety di RSUD dr Achmad
tinggi sehingga pelayanan yang diberikan sesuai Mochtar Bukittinggi. Hasil ini penelitian ini
dengan yang diharapkan dan tercapainya sejalan dengan penelitian yang dilakukan
pelayanan yang holistic di Rumah Sakit. Trimulaim (2009) di RS dr Kariadi Semarang
Ruangan Pav Garuda menunjukkan bahwa sikap
Bedasarkan Motivasi hasil yang didapat Lebih perawat sangat berpengaruh dalam pelaksanaan
dari separuh perawat di RSUD dr Achmad Patient Safety di Rumah Sakit. Banyak
Mochtar Bukittinggi memiliki motivasi yang perawat yang memiliki sikap yang baik
rendah yaitu 30 orang (54,5%). Hasil penelitian dalam memberikan pelayanan dan tanpa
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan membedakan pasien. Sikap yang baik terhadap
Sumarianto (2013) dengan judul hubungan pasien akan menimbulkan kepuasaan bagi pasien
pengetahuan dan motivasi terhadap kinerja dan pelayanan yang dituntut dalam akreditasi JCI
perawat dalam penerapan program patient safety adalah pelayananan yang mengutamakan pasien.
di ruang perawatan inap RSUD Andi Makkasau
Kota Parepare didapatkan distribusi frekuensi Separuh perawat di RSUD dr Achmad Mochtar
responden menurut motivasi di ruang perawatan Bukittinggi memiliki fasilitas yang baik yaitu
inap RSUD Andi Makkasau kota Parepare tahun 43 orang (78,2%). Fasilitas merupakan segala
2013 bahwa dominan motivasi responden sesuatu yang memudahkan rumah sakit dalam
mengenai program patient safety termasuk menggunakan alat maupun media yang
dalam kategori tinggi dari 64 responden, 45 digunakan sesuai dengan peruntukannya.
diantaranya (70,2%) berkategori motivasi tinggi Fasilitas adalah sumberdaya fisik yang ada dalam
dan reponden dengan motivasi rendah sebanyak sebelum suatu jasa/pelayanan dapat ditawarkan
sembilan belas responden (29,8%). kepada konsumen (Tjiptono,2011). Fasilitas
merupakan segala sesuatu yang memudahkan
konsumen/pasien Dalam usaha yang bergerak di sesuai dengan JCI.Hal ini terjadi karena
bidang jasa/pelayanan, maka segala fasilitas yang terbatasnya dana ,alat,kurangnya pelatihan yang
ada yaitu kondisi fasilitas, kelengkapan, serta diberikan pihak rumah sakit kepada tenaga
kebersihan fasilitas harus diperhatikan terutama perawat sehingga tenaga perawat banyak yang
yang berkaitan erat dengan apa yang dirasakan beum mengetahui atau memahai pasien safety
atau didapat pasien secara langsung. sesuai standar JCI.
Tabel 3. Hubungan antara pengetahuan, motivasi, sikap, dan fsilitas dengan patient safety
Patient Safety Total
Kurang Baik Baik OR
Variabel p Value
95% CI
n % n % N %
Pengetahuan
Rendah 12 66,7 6 33,3 18 100 3,286
0,085
Tinggi 14 37,8 23 62,2 37 100 (1,006-10,735)
Total 26 47,3 29 52,7 55 100
Motivasi
4,442
Rendah 19 63,3 11 36,7 30 100
0,019 (1,412-13,973)
Tinggi 7 28 18 72 25 100
Total 26 47,3 29 52,7 55 100
Sikap
Tidak Baik 14 70 6 30 20 100 4,472
0,023
Baik 12 34,3 23 65,7 35 100 (1,369-14,612)
Total 26 47,3 29 52,7 55 100
Fasilitas
Kurang Baik 7 58,3 5 41,7 12 100 1,768
0,589
Baik 19 44,2 24 55,8 43 100 (0,484-6,462)
Total 26 47,3 29 52,7 55 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari berarti ada hubungan signifikan antara
hasil analisis bahwa hubungan antara pengetahuan dengan kinerja perawat pelaksana
pengetahuan perawat dengan Patient Safety yang dalam pencegahan infeksi nosokomial di Instalasi
tinggi lebih dari separuh responden safetynya Rawat Inap RSUD Haji Makassar. Penelitian ini
bagus yaitu 23 orang (62,2%). Sedangkan pada tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
pengetahuan perawat dengan Patient Safety yang Cintya (2013) yang berjudul hubungan
rendah kurang dari separuh responden safetynya pengetahuan dan sikap perawat dengan
bagus yaitu 12 orang (66,7%). Hasil uji statistik pelaksanaaan keselamatan pasien (patient safety)
dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,085 di ruang rawat inap RSUD.
sehingga p > 0,05 artinya tidak ada hubungan
signifikan antara fasilitas dengan Patient Safety. Hasil analisis bahwa hubungan antara motivasi
perawat tinggi dengan patient safetynya bagus
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang yaitu 18 orang (72%). Sedangkan pada motivasi
dilakukan Abdullah (2014) dengan judul perawat rendah dengan safetynya bagus yaitu
hubungan pengetahuan, motivasi, dan supervisi 11 orang (36,7%). Hasil uji statistik dengan uji
dengan kinerja pencegahan infeksi nosokomial di chi-square diperoleh nilai p = 0,019 sehingga p <
RSUD Haji Makassar didapatkan Hasil penelitian 0,05 artinya terdapat hubungan signifikan antara
diperoleh bahwa pengetahuan (p=0,000), yang motivasi dengan Patient Safety. Hasil analisis
diperoleh OR 4,442 artinya responden yang Hasil analisis bahwa hubungan antara sikap
motivasi tinggi memiliki peluang 4,442 kali perawat baik dengan Patient safetynya yang
Patient Safety bagus dibandingkan motivasi bagus yaitu 23 orang (65,7%). Sedangkan pada
perawat yang rendah. sikap perawat kurang baik dengan Patient
safetynya bagus yaitu 6 orang (30%). Hasil uji
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p =
yang dilakukan Sumarianto (2013) dengan judul 0,023 sehingga p < 0,05 artinya terdapat
hubungan pengetahuan dan motivasi terhadap hubungan signifikan antara sikap perawat
kinerja perawat dalam penerapan program patient dengan Patient Safety. Hasil analisis diperoleh
safety di ruang perawatan inap RSUD Andi OR 4,472 artinya responden yang sikap baik
Makkasau Kota Parepare didapatkan dari hasil memiliki peluang 4,472 kali Patient Safety
uji chi-square diperoleh nilai p=0.000 (p<0,05) bagus dibandingkan sikap perawat yang
yang berarti ada hubungan Motivasi dengan kurang baik.
Pasien safety.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan Alvionita (2014) dengan judul sikap
yang dilakukan Murdyastuti (2010) dengan judul perawat terhadap patient safety di unit anak
pengaruh persepsi tentang rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul, PKU
profesionalitas,pengetahuan patients safety dan Muhammadiyah Yogyakarta Unit I, dan PKU
motivasi perawat terhadap pelaksanaan program Muhammadiyah Yogyakarta Unit II didapatkan
patients safety di ruang rawat Inap Rso Prof. Dr. ada hubungan sikap perawat terhadap patient
R. Soeharso Surakarta didapatkan motivasi safety. Prosentase tertinggi pada prinsip check
perawat berpengaruh positif dan signifikan patient medicines (60,70%) yang didukung
terhadap pelaksanaan program patients safety. dengan hasil observasi I (86,4%) dan observasi II
Hal ini dibuktikan oleh besarnya nilai uji t (100%) pada tindakan responden selalu
statistik dengan derajat kepercayaan 95% mengaplikasikan 6 benar dalam pemberian obat.
sebesar 2,360 > t tabel 1,679 yang menunjukkan Prinsip terendah sebesar 47,63% pada prinsip
pengaruh variable tersebut kuat. Hasil penelitian Identify patient safety risks didukung dengan
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan hasil observasi I hanya sebesar 36,4% dan
Ngalngola (2012) dengan judul gambaran 54,5% pada observasi II responden yang
pengetahuan dan motivasi perawat terhadap melakukan tindakan memastikan pengaman pada
penerapan program patient safety di instalasi tempat tidur telah terpasang atau tidak. Penelitian
rawat inap RSUD Daya Makassar tahun 2012 ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
didapatkan motivasi perawat pada umunya di Cintya (2013) hubungan pengetahuan dan sikap
instalasi rawat inap dengan tiga bagianyaitu perawat dengan pelaksanaaan keselamatan
:perawatan anak umumnya pasien (patient safety) di ruang rawat inap RSUD
Liun Kendage Tahun A didapatkan Ada
Motivasi sedang yaitu 12 orang (54,5%) hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan
perawatan interna umumnya Motivasi Tinggi keselamatan pasien (patient safety) di Ruang
yaitu 21 orang (72,4%) dan perawatan Bedah Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna,
umumnya Motivasi Tinggi yaitu 16 orang p=0,000 ( <0,05).
(76,2%). Liun Kendage Tahun A didapatkan
Analisis statistik menunjukan hasil bahwa ada Hasil analisis bahwa hubungan antara fasilitas
hubungan pengetahuan perawat dengan yang baik dengan tindakan Patient Safety yang
pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) bagus yaitu 24 orang (55,8%). Sedangkan pada
di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage fasilitas yang kurang baik dengan tindakan
Tahuna, p=0,014 (p<0,05). Hasil penelitian ini Patient Safety yang bagus yaitu 5 orang (41,7%).
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hasil uji statistik dengan uji chi-square
Irma (2015) berjudul pengaruh pengetahuan, diperoleh nilai p = 0,589 sehingga p > 0,05
motivasi, sikap perawat dan bidan terhadap artinya tidak ada hubungan signifikan antara
penerapan budaya patient safety di RSIA fasilitas dengan Patient Safety. Dari hasil
Aisyiyah Klaten didapatkan berpengaruh penelitian Suka Dewi di RSUD Palembang
signifikan terhadap penerapan budaya patient diruangan khusus sejalan dengan fasilitas
safety adalah pengetahuan (p= 0, 003). rumah sakit yaitu ada hubungan Fasilitas
dengan Pasien safety Menurut asumsi perawat,
Aceh Utara.
Sumarianto (2013) hubungan pengetahuan dan
motivasi terhadap kinerja perawat dalam
penerapan program patient safety di ruang
perawatan inap RSUD Andi Makkasau Kota
Parepare. Universitas Hasanuddin: Makassar
Widodo (2015) hubungan respon time perawat
dalam memberikan pelayanan dengan
kepuasan pelanggan di IGD RS.Panti Waluyo
Surakarta. Stikes Kusuma Husada: Surakarta
Abstract
Chemoteraphy has side effects, one of them is delayed nausea and vomiting. The result of observation
and interview, 3 of 5 patients suffered delayed nausea and vomiting. Progresive Muscular Relaxation
Technique is a complementary therapy wich can be given to cancer patients who experience delayed
chemoteraphy-induced nausea and vomiting. The purpose of this research is to know influence
progresive muscular relaxation technique intervention of delayed nausea and vomitting of cancer
patients with chemoterapy-induced in RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi 2016. This research is
quasi-experiment with one group pretest and posttest approach. This research was conducted on June
21th July 29th 2016. Sample by purposive samplin technique, 15 respondents selected for the study.
Progresive Muscular Relaxation Technique was giving once a day for 4 days.The average before
intervention is (13.603.135) and the average after intervention is (8.332.289).The average difference
of nausea-vommit frecuencies before and after intervention (5.270.846) Result of statistic test is p-
value = 0.001 (= 0.05), it can conclude that there is influence progresive muscular relaxation
technique intervention of delayed nausea and vomitting of cancer patients with chemoterapy- induced.
Expected to the respondents who experienced delayed chemoteraphy-induced nausea and vomiting
should be given progresive muscular relaxation technique and the next research can do delayed
nausea and vomitting research with specific cases and another complementer therapi.
Keyword : Chemoterapy, Delayed Nausea and Vomiting, Progresive Muscular Relaxation Technique
kanker tidak memiliki kontrol untuk Kemoterapi merupakan salah satu modalitas
menghentikan pertumbuhan dan mengakibatkan pengobatan pada kanker secara sistemik yang
sel kanker tumbuh atau membelah tak terkendali. sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker
Kanker disebabkan oleh beberapa faktor pencentus stadium lanjut, lokal maupun metastatis.
yaitu disebabkan oleh inflamasi (peradangan) Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar
jangka panjang seperti virus, bakteri, zat kimia manfaatnya karena bersifat sistemik
(karsinogen) diantaranya asap rokok, asbestros, mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan
alkohol, dan zat kimia pada makanan yang cara pemberian melalui infus, dan sering menjadi
diproses berlebihan, seperti makanan yang pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker
digoreng dalam rendaman minyak ulang pakai, terutama kanker stadium lanjut lokal. Efek
diasap atau dibakar, bisa juga berupa makanan samping yang banyak ditemukan pada pasien
yang mengandung pewarna atau makanan yang yang mendapat kemoterapi meliputi depresi
terkontaminasi logam berbahaya seperti merkuri sumsum tulang, diare, stomatitis, kehilangan
pada seafood, paparan sinar ultraviolet (UV), rambut, masalah-masalah kulit serta yang
ketegangan atau stres, faktor genetik dan faktor paling sering dirasakan adalah mual dan muntah
hormonal (Tim Cancer Helps, 2010). dengan derajat yang bervariasi. Walaupun
Gejala kanker pada stadium awal banyak antinausea dan antivomiting yang telah
biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala digunakan dalam pengobatan, efek mual dan
kanker baru muncul ketika telah berkembang muntah yang disebabkan oleh kemoterapi masih
menjadi besar dan menekan organ-organ merupakan penyebab terbesar terhadap
disekitarnya, namun ada beberapa gejala umum perubahan kualitas hidup pasien kanker (Desen,
biasanya semakin lama semakin buruk diantaranya 2008).
adanya benjolan yang tumbuh dan membesar Kemoterapi menimbulkan mual dan
dipermukaan kulit , perdarahan yang tidak muntah melalui beberapa mekanisme yang
normal, rasa sakit dan kerap datang, sering bervariasi dan serangkaian yang kompleks.
demam, perubahan dalam kebiasaan buang air Pertama, kemoterapi secara langsung dapat
besar atau kecil, perubahan warna kulit tubuh dan menstimulasi chemoreseptor triger zone (CTZ).
penurunan berat badan (Tim Cancer Helps, 2010). Efek ini dimediasi oleh pengeluaran 5HT3 (5
Jenis-jenis penyakit kanker yaitu, karsioma, hydroxytriptamine) dan NHK (neurokinin 1)
limfoma, sarkoma, glioma, karsinoma in situ. akibat pemberian kemoterapi. Kedua,
Karsinoma merupakan jenis kanker berasal dari kemoterapi dapat menyebabkan neuro
sel yang melapisi permukaan tubuh atau transmitter termasuk 5HT3. Hal ini
permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan menyebabkan mual dan muntah melalui jalur
seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel perifer yang dimediasi oleh saraf vagus. Ketiga,
melanin, payudara, leher rahim, kolon, rektum, gej ala ini disebabkan oleh neurohormonal melalui
lambung, pankreas. Limfoma termasuk jenis tegangnya orginin vasopresin dan prostaglandin.
kanker berasal dari jaringan yang membentuk Keempat, mual dan muntah dimediasi oleh
darah, misalnya sumsum tulang, lueukimia, kecemasan yang memberikan pengaruh terhadap
limfoma merupakan jenis kanker yang tidak sistem saraf pusat termasuk pusat muntah (wood,
membentuk masa tumor, tetapi memenuhi shega, lynch, 2007).
pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah Keluhan mual dan muntah setelah
normal. Sarkoma adalah jenis kanker akibat kemoterapi digolongkan menjadi tiga tipe yaitu
kerusakan jaringan penujang di permukaan tubuh akut, tertunda (delayed) dan terantisipasi
seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang. (anticipatory). Muntah akut terjadi pada 24 jam
Glioma adalah kanker susunan saraf, misalnya pertama setelah diberikan kemotherapy. Muntah
sel-sel glia (jaringan panjang) di susunan saraf yang terjadi setelah periode akut ini kemudian
pusat. Karsinoma in situ adalah istilah untuk digolongkan dalam muntah tertunda (delayed)
menjelaskan sel epitel abnormal yang masih setelah 24 jam sampai 6 hari. Sedangkan muntah
terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi antisipasi merupakan suatu respon klasik yang
prainvasif (kelainan/ luka yang belum menyebar) sering dijumpai pada pasien kemoterapi (10-40%)
(Akmal, 2010). dimana muntah terjadi sebelum diberikannya
Penatalaksanaan kanker yaitu meliputi kemoterapi atau tidak ada hubungannya dengan
pembedahan, radiasi, kemoterapi, terapi biologis pemberian kemoterapi. Muntah antisipasi ini sering
dan masih ada kemungkinan metoda lain yang dijumpai pada pasien yang sudah
dilakukan dalam mengatasi masalah kanker. mendapatkan kemoterapi sebelumnya dengan
penanganan muntah yang kurang baik, sehingga kemoreseptor neurotransmiter untuk menimbulkan
pasien kadang-kadang menolak untuk melanjutkan rasa mual dan muntah. melalui teknik relaksasi otot
pengobatan atau drop out (Rittenberg, 2005). progresif ini terbukti dapat menurunkan
Mual dan muntah akibat kemoterapi tidak produksi kortisol dalam darah serta menurunkan
selalu sama diantara beberapa individu, diukur stimulasi kemoreseptor neurotransmiter sehingga
menggunakan Rhodes Index of Nausea Vomiting tubuh menjadi rilek dan mual muntah menurun
and Retching (RINVR). Alat ini untuk menilai (Smeltzer & Bare, 2008).
mual dan muntah yang terdiri dari 8 pertanyaan, Teknik relaksasi otot progresif sampai saat
dimana kuesioner ini akan diisi oleh responden ini menjadi metode relaksasi termurah tidak
dengan 5 respon Skala Likert yaitu 0-4. Intensitas memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping,
mual muntah berdasarkan rentang skor 0-3 2. mudah untuk dilakukan, serta dapat membuat
Dimana 0 merupakan skor terendah dan 32 tubuh dan pikiran terasa tenang, rileks, dan
merupakan skor tertinggi (Rhodes dan McDaniel, lebih mudah untuk tidur (Davia,1995).
2001). Relaksasi ini dapat dilakukan dimana saja dan
Lee, et al (2008), menyatakan bahwa disemua tempat. Seperti dimalam hari sebelum
tindakan penunjang berupa terapi tidur, sebelum makan, selama pertemuan, situasi
komplementer dapat efektif membantu dalam menakutkan, dikantor, dipesawat, didalam kereta,
manajemen mual muntah akibat kemoterapi. sewaktu istirahat siang, perjalanan singkat selama
Terapi komplementer tersebut berupa relaksasi didalam mobil, dan berbagai situasi lainnya yang
otot progresif, guided imagery, distraksi, dimanfaatkan (Paul, 2010).
hipnosis, akupresure dan akupunktur. Hasil Relaksasi otot progresif adalah relaksasi
penelitian yang dilakukan oleh Morrow dan yang dilakukan dengan cara melakukan
Dobkin (2002) didapatkan bahwa latihan peregangan otot dan mengistirahatkannya kembali
relaksasi otot progresif, efektif dalam secara berrtahap dan teratur. Latihan relaksasi otot
mengontrol mual muntah pasca pengobatan. progresif dapat memberikan pemijatan halus dan
Penatalaksanaan non farmakologis saat ini berbagai kelenj errkelenjer pada tubuh ,
sangat di anjurkan, karena tidak menimbulkan menurunkan produksi kartisol dalam darah,
efek samping. Salah satu pengobatan secara non mengembalikan pengeluaran hormon yang
farmakologis menurut para ahli diantaranya adalah secukupnya sehingga memberi keseimbangan
teknik relaksasi otot progresif. emosi dan ketenangan pikiran (Purwanto, 2007).
Teknik relaksasi otot progresif adalah salah Hasil studi yang dilakukan oleh Molassiotis,
satu dari teknik relaksasi yang paling mudah dan Yung, Yam, Chan dan Mok, (2001), menunjukan
sederhana yang sudah digunakan secara sebanyak 38 pasien dari kelompok intervensi dengan
luas.Teknik relaksasi otot progresif merupakan relaksasi otot progresif mengalami penurunan
suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada mual dan muntah setelah kemoterapi secara
otot melalui dua langkah. Langkah pertama adalah signifikan dibandingkan dengan 33 pasien yang
dengan memberikan tegangan pada suatu masuk dalam kelompok kontrol. Hasil penelitian
kelompok otot, dan kedua dengan yang dilakukan di Korea Selatan pada tahun 2005
menghentikan tegangan tersebut kemudian menunjukkan dari 30 pasien yang mendapat
memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot relaksasi otot progresif dan Guided Imagery
tersebut menjadi relaks, merasakan sensasi relaks telah mengalami penurunan kecemasan, mual
secara fisik dan tegangannya menghilang dan muntah paska kemoterapi dibanding 30 pasien
(Richmond, 2007). yang masuk dalam kelompok kontrol (Richmond,
Teknik relaksasi otot progresif 2007).
merupakan salah satu pencegahan aktifitas Penelitian mengenai mual dan muntah
kemoreseptor dimana relaksasi otot progresif delayed sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh
merangsang sistem saraf otonom untuk Rukayah (2013) pada 20 responden anak usia
mengeluarkan opiate peptides, epidhipin dan sekolah yang menjalani kemoterapi dengan
penithylamin yang akan mempengaruhi menggunakan teknik consecutive sampling.
kecemasan dan mood. Kemoterapi dapat Penelitian ini menggunakan desain pre-postest
menimbulkan efek diantaranya kecemasan dan witout control design dengan memberikan
merangsang saluran gastrointestinal untuk perlakuan akupresure pada hari kedua setelah
meningkatkan aktifitas CTZ yang kemoterapi di RS. Kanker Dharmais Jakarta. Hasil
mempengaruhi sistem saraf pusat dan penelitian ini adalah akupresur dapat menurunkan
medula oblongata untuk menstimulasi
7. METODOLOGI PENELITIAN
Selisih 5.267
Berdasarkan tabel tersebut rerata pada Menurut Garret et al (2003) mual muntah lambat
pasien kanker yang menjalani kemoterapi terjadi minimal 24 jam pertama setelah
sebelum dan sesudah diberikan intervensi pemberian kemoterapi, dan dapat berlangsung
teknik relaksasi otot progresif di Ruangan hingga 120 jam. Reflek muntah terjadi akibat
Bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar aktivasi nukleus dari neuron yang terletak di
Bukittinggi terdapat perbedaan yang bermakna. medulla oblongata. Pusat muntah dapat diaktifkan
Rerata mual dan muntah delayed sebelum secara langsung oleh sinyal dari korteks serebral
diberikan intervensi teknik relaksasi otot progresif (antisipasi, takut, memori), sinyal dari organ
adalah sebesar 13.60 dengan standar deviasi 3.135. sensori (pemandangan yang mengganggu, bau)
dari hasil estimasi interval 95% diyakini bahwa atau sinyal dari apparatus vestibular dari telinga
rerata mual dan muntah delayed sebelum dalam (mual karena gerakan tertentu/mabuk)
dilakukan intervensi teknik relaksasi otot (Garret et.al, 2003).
progresif berkisar antara 11.86- 15.34. Pada penelitian ini dilakukan tindakan
sedangkan sesudah diberikan intervensi komplementer untuk menurunkan mual dan
relaksasi otot progresif rerata mual dan muntah muntah delayed pada pasien kanker yang
delayed pasien kanker yang menjalani kemoterapi dikemoterapi. Teknik relaksasi otot progresif
menjadi 8.33 dengan standar deviasi 2.289. dari merupakan salah satu pencegahan aktifitas
hasil estimasi interval 95% diyakini bahwa kemoreseptor dimana relaksasi otot progresif
rerata mual dan muntah delayed setelah merangsang sistem saraf otonom untuk
intervensi berkisar antara 7.07- 9.60. hal ini mengeluarkan opiate peptides, epidhipin
menunj ukkan adanya penurunan rerata mual dan dan penithylamin yang akan mempengaruhi
muntah delayed sebesar 5.267. kecemasan dan mood. Kemoterapi dapat
Dari hasil penelitian memperlihatkan menimbulkan efek diantaranya kecemasan
perbedaan rerata pengukuran pretest dengan rerata dan merangsang saluran gastrointestinal
13.6 dengan standar deviasi 3.135 dan posttest untuk meningkatkan aktifitas Chemoreseptor
mual dan muntah delayed dengan rerata 8.33 dan Triger Zone (CTZ) yang mempengaruhi sistem
standar deviasi 2.89 dengan nilai p- value=0.001, saraf pusat dan medula oblongata untuk
maka dapat disimpulkan ada pengaruh intervensi menstimulasi kemoreseptor neurotransmiter
teknik relaksasi otot progresif berpengaruh untuk menimbulkan rasa mual dan muntah.
terhadap mual muntah delayed karena ada melalui teknik relaksasi otot progresif ini terbukti
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah dapat menurunkan produksi kortisol dalam darah
intervensi. serta menurunkan stimulasi kemoreseptor
Mual dan muntah merupakan gejala dan neurotransmiter sehingga tubuh menjadi rilek dan
tanda yang sering menyertai gangguan pada mual muntah menurun (Smeltzer & Bare, 2008).
system gastrointestinal, demi kian j uga dengan Penelitian Tessa (2014) mengenai
penyakit penyakit lain.(Price & Wilson, 2008). pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
mual dan muntah pasien kanker yang didapatkan hasil penelitian bahwa intervensi
menjalani kemoterapi mendapatkan hasil Intervensi Teknik Relaksasi Otot Progresif
pada kelompok kontrol 9.13 dengan SD4.673 Berpengaruh terhadap Mual dan Muntah
dan pada kelompok intervensi 5.67 dengan Delayed pada Pasien Kanker yang Menjalani
SDterdapat perbedaan bermakna skor rerata Kemoterapi di RSUD Dr. Achmad Mochtar
mual dan muntah antara kelompok kontrol dengan Bukittinggi Tahun 2016.
kelompok intervensi dengan SD4.177. Pada
penelitian ini diperoleh hasil perbedaan mual dan
muntah pada kelompok intervensi setelah 9. KESIMPULAN
diberikan teknik relaksasi otot progresif yang Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
bermakna (p-value >0.05), artinya terdapat tentang pengaruh intervensi teknik relaksasi otot
pengaruh yang bermakna teknik relaksasi otot progresif berpengaruh terhadap mual dan muntah
progresif terhada mual dan muntah akibat delayed pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi. kemoterapi di RSUD Dr Achmad Mochtar
Penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Bukittinggi Tahun 2016, dapat disimpulkan
yang dilakukan oleh Rukayah (2013) pada 20 bahwa :
responden anak usia sekolah yang menj alani 1. Rerata Mual dan Muntah Delayed
kemoterapi dengan hasil sebelum diberikan responden sebelum dilakukan intervensi
intervensi adalah 6,15 dengan SD=2,30 dan teknik relaksasi otot progresif mengalami
setelah diberikan intervensi adalah 3,75 dengan mual muntah sedang.
SD=1 ,44 dan didapatkan hasil p- value 0.001. 2. Rerata Mual dan Muntah Delayed sesudah
Hasil ini menunjukkan perubahan yang dilakukan intervensi teknik relaksasi otot
signifikan skor mual muntah sebelum dan progresif mengalami mual muntah ringan.
setelah intervensi (p- value 0,001; : 0,05). 3. Ada pengaruh Intervensi Teknik Relaksasi
Pada penelitian ini ditemukan 20 % Otot Progresif Berpengaruh terhadap
responden setelah dilakukan latihan teknik Mual dan Muntah Delayed pada Pasien
relaksasi otot progresif tidak mengalami Kanker yang Menjalani Kemoterapi di
penurunan mual dan muntah delayed. Hal ini RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
disebabkan oleh beberapa faktor seperti Tahun 2016 dengan p-value = 0.001.
ketidakmampuan responden dalam melakukan
teknik relaksasi otot progresif dengan benar 10.REFERENSI
meskipun telah melakukan sesuai dengan prosedur Abraham, A., Collins, D. and Martindale, R.
namun bila yang bersangkutan tidak mampu fokus (2006) The coaching schematic:
maka akan membawa hasil yang tidak Validation through expert coach
maksimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan consensus. Journal of Sports Science, 24
Richmond (2007), bahwa salah satu yang (6) pp.549-546
dibutuhkan dalam teknik relaksasi otot progresif Akmal, M. Zely, I. (2010). Ensiklopedi
memerlukan perhatian yang diarahkan untuk kesehatan untuk umum. Jogjakarta: Ar-
membedakan perasaan kelompok otot dilemaskan ruzz Media
dan dibandingkan ketika otototot dalam kondisi Alimul Aziz, H. (2008). Pengantar Konsep Dasar
tegang, jika fokus kurang maka akan membawa Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba
hasil yang kurang maksimal. Medika.
Berdasarkan penelitian dan teori diatas
peneliti berasumsi bahwa ketika melakukan Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar
teknik relaksasi otot progresif sekali dalam Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
sehari selama 4 hari dimana saraf otonom akan volume 2, EGC, Jakarta
mempengaruhi arteri atau pembuluh darah yang Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek
mengakibatkan resistensi perifer menurun serta Konseling & Psikoterapi. Bandung:
mengeluarkan epidiphin dan penitilamhin Refika Aditama
sehingga dapat menurunkan produksi kortisol Corwin, E. J. (2001).Patofisiologi.Jakarta: EGC.
dalam darah dan menormalkan pengeluaran Desen, W., 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis.
hormon serotonim, dhopamin, dan asetilkolin Edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta
menyebabkan menurunnya stimulasi pada pusat Depkes. (2015). Situasi penyakit kanker.
mual muntah sehingga tubuh menjadi rilek dan Diunduh dari http://www.depkes. go.
mual muntah menurun. Dengan demikian
Abstract
Mental retardation is intellectual functioning significantly below average (defined as an IQ score below
70 to 75), there are limitations associated simultaneously with two or more adaptive skill areas. Mental
retardation in the world of education is also called mental retardation. Defined in terms of cognitive
mental retardation (IQ below 70) and the adaptive function, and is a condition that occurs before the
age of 18 years. This study aims to determine the relationship of family support to the independence of
Daily Living Activity retarded children in SLB Air rendah Gadut Puskesmas District 50 City 2016. The
study design using descriptive analytic with cross sectional approach. The instrument used in this study
is the use of a questionnaire, then the data is processed using the Chi-square test. Samples in this study
amounted to 44 people, they are parents of children with intellectual challenges that exist in SLB Air
rendah Puskesmas District Fifty Gadut City. It was concluded that not all family support (instrumental
support) is related to the independence of daily living activity retarded children at SLB Air Randah.
Therefore, efforts need to be improved family support to children with intellectual challenges that the
child is able to perform daily activities independently without relying with others.
1. PENDAHULUAN
Intelegency Quotient (IQ) atau inteligensi dengan sendok atau minum menggunakan gelas,
berasal dari bahasa Inggris intelligence yang dan; 4) BAB & BAK. Kegiatan sehari-hari ini
juga berasal dari bahasa Latin yaitu intellectus dapat diajarkan dan dilatih kepada anak
dan intellegentia yang artinya adalah akal tunagrahita secara terus-menerus agar anak dapat
pikiran. melakukannya dengan mandiri (Astati, 2008).
Retardasi mental adalah fungsi intelektual Menurut Friedman (2014), mengatakan
yang secara signifikan dibawah rata-rata dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
(didefenisikan sebagai nilai IQ dibawah 70 hingga penerimaan keluarga terhadap penderita yang
75), terdapat bersamaan dengan keterbatasan yang sakit. Bagi anak tunagrahita, sekurang-kurangnya
berkaitan dua atau lebih area keterampilan adaptif. diperlukan dua bidang kemandirian yang harus
Retardasi mental dalam dunia pendidikan disebut dimiliki yaitu: (1) keterampilan dasar dalam hal
juga dengan tunagrahita (Alpers, 2014). membaca, menulis, komunikasi lisan, dan
Tunagrahita dapat juga didefenisikan berhitung, (2) keterampilan perilaku adaptif yaitu
sebagai individu yang memiliki kecerdasan keterampilan mengurus diri dalam kehidupan
intelektual dibawah rata-rata dan disertai dengan sehari-hari (activity daily living), dan
ketidak mampuan dalam adaptasi perilaku yang keterampilan menyesuaikan diri dengan
muncul pada masa perkembangan atau sebelum lingkungan (social living skills).
usia 18 tahun. (Ramawati, 2011). Berdasarkan informasi data yang peneliti
Kegiatan sehari-hari (Activity Daily peroleh dari Kepala Sekolah SLB Air Randah
Living) pada anak tunagrahita terdiri dari: 1) terdapat 44 orang siswa yang mengalami
membersihkan & merapikan diri, misalnya mandi; tunagrahita, 14 siswa perempuan dan 30 siswa
2) berpakaian, misalnya memakai pakaian laki-laki dengan rincian 5 orang duduk dikelas I, 6
sekolah; 3) makan & minum, misalnya makan orang duduk dikelas II, 11 orang duduk dikelas III,
6 orang duduk dikelas IV, 4 orang duduk dikelas randah wilayah kerja puskesmas gadut kabupaten
V, 5 orang duduk dikelas VI, 1 orang duduk di lima puluh kota tahun 2016.
kelas VII, 3 orang duduk dikelas VIII, 1 orang
duduk dikelas IX, dan 1 orang duduk dikelas X. 2. METODOLOGI PENELITIAN
Dan rata-rata usia anak tunagrahita di SLB Air
Randah berkisar antara 9-12 tahun (Laporan Penelitian ini menggunakan metode
Statistik SLB Air Randah, Januari 2016). deskriptif analitik dengan pendekatan cross
Menurut keterangan dari kepala sekolah sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
maupun guru pengajar di SLB Air Randah anak anak tunagrahita dengan sampel sebanyak 44
tunagrahita tersebut mempunyai berbagai macam responden. Penelitian ini dilakukan di SLB Air
permasalahan. Salah satunya adalah masalah Randah Wilayah Kerja Puskesmas Gadut
dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan observasi Kabuapten Lima Puluh Kota dengan
yang peneliti lakukan, terdapat beberapa orang menggunakan tekhnik analisa univariat dan
anak yang masih dibimbing oleh gurunya untuk bivariat.
jajan dikantin, pergi buang air kecil maupun besar,
dan dari segi penampilan anak tersebut tidak rapi..
Karena di SLB Air Randah masih ada beberapa
anak yang didampingi oleh orang tuanya saat
disekolah, dikarenakan anak tersebut tidak bisa
melakukan kegiatan seperti jajan, buang air besar
maupun kecil, masuk keruangan kelas saat bel jam
masuk sudah dibunyikan, dan kegiatan lainnya
yang menyangkut tentang activity daily living.
Jadi dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita di
SLB Air Randah belum mandiri seutuhnya dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
lima orang tua siswa yang mengalami tunagrahita
di SLB Air Randah mengenai kemampuan
melakukan aktifitas sehari-hari pada anaknya.
Hasilnya di dapatkan bahwa dua dari lima orang
tua mengatakan anaknya sudah mampu
melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi,
toileting, makan dan berhias. Usia dari anak
tersebut yaitu 10 tahun dan 12 tahun, berjenis
kelamin laki-laki & perempuan. Tiga orang tua
dari lima orang tua yang di wawancarai
mengatakan bahwa anaknya belum mampu
melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi,
makan, toileting dan berhias.
Peneliti juga menanyakan pada ke tiga
orang tua tersebut apakah mereka memberikan
dukungan seperti informasi, saran, penghargaan,
perhatian dan memfasilitasi anak dalam
melakukan perawatan diri, jawaban satu dari tiga
orang tua yang anaknya berusia 17 tahun dengan
jenis kelamin laki-laki tersebut mengatakan
memberikan dukungan informasi seperti
memberikan pengatahuan tentang cara makan,
sebelum makan cuci tangan terlebih dahulu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian
activity daily living anak tunagrahita di slb air
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Informasional di SLB Air Randah
Wilayah Kerja Puskesmas Gadut Tahun 2016
Dukungan Informasional Frekuensi Persentase (%)
Mendukung 34 77,3
Tidak Mendukung 10 22,7
Total 44 100
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh yaitu sebanyak 34 orang responden
(77,3 %) mempunyai dukungan informasional yang mendukung.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Penilaian di SLB Air Randah
Wilayah Kerja Puskesmas Gadut Tahun 2016
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Instrumental di SLB Air Randah
Wilayah Kerja Puskesmas Gadut Tahun 2016
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Emosional di SLB Air Randah
Wilayah Kerja Puskesmas Gadut Tahun 2016
Dukungan Emosional Frekuensi Persentase (%)
Mendukung 37 84,1
Tidak Mendukung 7 15,9
Total 44 100
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh yaitu sebanyak 37 orang responden
(84,1%) mempunyai dukungan emosional yang mendukung.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemandirian ADL di SLB Air Randah
Wilayah Kerja Puskesmas Gadut Tahun 2016
Kemandirian ADL Frekuensi Persentase (%)
Mandiri 34 77,3
Tergantung 10 22,7
Total 44 100
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa lebih dari separoh yaitu sebanyak 34 orang responden
(77,3%) mempunyai kemandirian ADL mandiri.
Tabel 6
Hubungan Dukungan Informasional Dengan Kemandirian ADLAnak Tunagrahita di SLB
Air Randah Wilayah Kerja Puskesmas Gadut Tahun 2016
Dukungan Kemandirian ADL Total P value OR
informasional Tergantung Mandiri
F % f % F %
Tidak Mendukung 5 50 5 50 10 100
Tabel 7
Hubungan Dukungan Penilaian Dengan Kemandirian ADL Anak Tunagrahita di SLB Air
Randah
Wilayah Kerja Puskesmas Gadut Tahun 2016
Dukungan Kemandirian ADL Total P value OR
penilaian
Tergantung Mandiri
F % F % F %
Tidak Mendukung 4 57,1 3 42,9 7 100
Mendukung 6 16,2 31 83,8 37 100 0,037 6,889
Total 10 22,7 34 77,3 40 100
Dari hasil tabel 7 didapatkan lebih dari mendukung, mengalami kemandirian ADL
separoh yaitu sebanyak 4 (57,1%) dari 44 orang tergantung. Terdapat sebanyak 31 (83,8%) dari 44
responden yang mempunyai dukungan keluarga: responden yang mempunyai dukungan keluarga:
dukungan penialian tidak mendukung, mengalami dukungan penilaian mendukung, mengalami
kemandirian ADL tergantung. Terdapat sebanyak kemandirian ADL. Berdasarkan hasil uji statistik
3 (42,9%) dari 44 orang responden yang diperoleh nilai p value = 0,037 artinya (p < 0,05)
mempunyai dukungan keluarga: dukungan maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
penilaian tidak mendukung, mengalami yang bermakna antara dukungan penilaian dengan
kemandirian ADL. Terdapat sebanyak 6 (16,2%) kemandirian ADL. Dari hasil analisis juga
dari 44 orang responden yang mempunyai didapatkan OR=6,889, artinya dukungan
dukungan keluarga: dukungan penilain penilaian yang mendukung memiliki peluang
Tabel 8
Hubungan Dukungan Instrumental Dengan Kemandirian ADL Anak Tunagrahita di SLB
Air Randah Wilayah Kerja Puskesmas Gadut Tahun 2016
Dukungan Kemandirian ADL Total P value OR
instrumental Tergantung Mandiri
f % F % F %
Tidak Mendukung 4 44,4 5 55,6 9 100
Dari hasil tabel 8 didapatkan bahwa sebanyak 29 (82,9 %) dari 44 responden yang
kurang dari separoh yaitu sebanyak 4 (44,4 %) dari mempunyai dukungan instrumental mendukung,
44 orang responden yang mempunyai dukungan mengalami kemandirian ADL. Berdasarkan hasil
keluarga: dukungan instrumental tidak uji statistik diperoleh nilai p value = 0,175 artinya
mendukung, mengalami kemandirian ADL yang (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak
tergantung. Terdapat sebanyak 5 (55,6 %) dari 44 ada hubungan yang bermakna antara dukungan
orang responden yang mepunyai dukungan instrumental dengan kemandirian ADL. Dari hasil
keluarga: dukungan instrumental tidak analisis juga didapatkan OR=3,867, artinya
mendukung, mengalami kemandirian ADL. dukungan instrumental yang tidak mendukung
Terdapat sebanyak 6 (17,1 %) dari 44 orang memiliki peluang sebanyak 5,800 kali untuk
responden yang mempunyai dukungan keluarga: kemandirian ADL tergantung dibandingkan
dukungan instrumental mendukung mengalami dengan dukungan instrumental mendukung.
kemandirian ADL yang tergantung. Terdapat
Tabel 9
Hubungan Dukungan Emosional Dengan Kemandirian ADL Anak Tunagrahita di SLB
Air Randah Wilayah Kerja Puskesmas Gadut Tahun 2016
Dukungan Kemandirian ADL Total P value OR
emosional Tergantung Mandiri
F % F % F %
Tidak Mendukung 4 57,1 3 42,9 7 100
Mendukung 6 16,2 31 83,8 37 100 0,037 5,614
Total 10 22,7 34 77,3 44 100
Dari hasil tabel 9 didapatkan lebih dari dari 44 responden yang mempunyai dukungan
separoh yaitu sebanyak 4 (57,1 %) dari 44 orang keluarga: dukungan emosional mendukung,
responden yang mempunyai dukungan keluarga: mengalami kemandirian ADL. Berdasarkan hasil
dukungan emosional tidak mendukung, uji statistik diperoleh nilai p value = 0,037 artinya
mengalami kemandirian ADL tergantung. (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada
Terdapat sebanyak 3 (42,9 %) dari 44 orang hubungan yang bermakna antara dukungan
responden yang mempunyai dukungan keluarga: emosional dengan kemandirian ADL. Dari
dukungan emosional tidak mendukung, hasil analisis juga didapatkan OR=5,614,
mengalami kemandirian ADL. Terdapat sebanyak artinya dukungan emosional yang mendukung
6 (16,2 %) dari 44 orang responden yang memiliki peluang sebanyak 5,614 kali untuk
mempunyai dukungan keluarga: dukungan
kemandirian ADL mandiri dibandingkan
emosional mendukung, mengalami kemandirian
ADL tergantung. Terdapat sebanyak 31 (83,8 %) dengan dukungan emosional tidak
mendukung.
5. REFERENSI
Alpers. (2014). Pediatri Rudolf Volume S1.
Jakarta: EGC
Astati. (2010). Menuju Kemandirian Anak
TunaGrahita.Pada
http://bintangbangsaku.com diakses pada
16 april 2016
Febry, Yunanda Putra. (2012). Hubungan Pola
Asuh Orang Tua dengan Tingkat
Friedman, Marylin, dkk. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga, Riset, Teori &
Praktik. Jakarta: EGC
Abstract
Tabel: Hasil pemeriksaan Protein dalam urin pada mahasiswa/I Fakultas Olahraga Universitas
Negeri Padang
N =30
No Jenis Kekeruhan Jumlah %
- +1 +2 +3 +4
Tidak Ada
1 10 - - - - 10 33,3%
Kekeruhan
Kekeruhan
2 sedikit (tanpa - 18 - - - 18 60%
berbutir-butir)
Kekeruhan jelas
3 - - 2 - - 2 6,7%
(berbutir)
Kekeruhan hebat
4 (Berkeping- - - - - - - -
keping)
5 Menggumpal - - - - - - -
Total 10 18 2 - - 30 100%
Pada tabel didapatkan hasil terhadap pemeriksaan dalam jumlah yang normal atau sedikit meningka
protein urine Mahasiswa/i Fakultas Olahraga pada posisi terlentang. Pada posisi tegak, jumlah
Universitas Negeri Padang (UNP) sebanyak 30 protein dalam urine dapat meningkat 10 kali atau
sampel spesimen urine, ditemukan 18 orang lebih. Proteinurianya biasanya ditemukan pada
spesimen urinenya yang positif satu (+1) yaitu analisis urine rutin, etiologinya belum diketahui.
terbentuknya kekeruhan sedikit dengan presentase Proteinuria karena demam, proteinuria sementara
60%, 2 orang spesimen urine positif dua (+2) yaitu ini dapat ditemukan pada penderita dengan
terbentuknya kekeruhan jelas dengan presentase demam lebih dari 38,3oC. Mekanisme proteinuria
6.7%, dan 10 orang spesimen urine didapatkan yang disertai demam tinggi belum diketahui.
negative (-) dengan presentase 33.3%. Proteinuria pada demam tinggi akan menghilang
Spesimen yang positif dikarenakan kerja pada saat demam menurun. Behram Dkk (2000, h.
jasmani dan olahraga yang terlalu berat. faktor- 1826).
faktor lain yang mempengaruhi proteinuria, Proteinuria juga dapat ditemukan dalam
proteinuria postural, mengekskresikan protein keadaan fisiologis yang jumlahnya kurang dari
5. DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Silvia, 2015 . Membandingkan Hasil
Pemeriksaan Protein Dalam Urine Melalui
Metode Pemanasan Asam Asetat Dengan
Metoda Cerik Celup Pada Penderita
Proteinuria (KTI).
Abstract
I.PENDAHULUAN
Di Indonesia, prevalensi Infeksi cacing usus tubuh, sehingga gizi makin buruk, infeksi disertai
Ascariasis ternyata masih cukup tinggi dimana muntah dan diare.
diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Siswa yang terinfeksi akan kekurangan kadar
Indonesia menderita suatu infeksi cacing. Hal ini hemoglobin dan akan berdampak terhadap
disebabkan karena kesadaran anak-anak akan kemampuan tubuh membawa oksigen ke berbagai
kebersihan dan kesehatan masih rendah (Rahardja, jaringan tubuh, termasuk ke otak. Sekitar 20 ekor
2008). cacing Ascaris lumbricoides dewasa didalam usus
Anak usia Sekolah Dasar menjadi populasi manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang
terbesar pada penderita Ascariasis, dikarenakan sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram protein setiap
pola hidup mereka yang kurang bersih dan hari. Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya
aktifitas mereka yang banyak berhubungan kerugian yang disebabkan oleh infeksi cacing
dengan tanah menjadi erat hubungannya dengan dalam jumlah yang cukup banyak dapat
prilaku hidup sehat. Secara umum faktor-faktor mengakibatkan malnutrisi. Selain menyerang
yang mempengaruhi kecacingan ditunjukan oleh anak-anak, ternyata cacingan dapat juga
lancarnya proses daur hidup dan cara menyerang orang tua atau golongan dewasa
penularannya. Kondisi sanitasi lingkungan dan berusia di atas 20 tahun (Husada, 2006).
hygiene perorangan yang buruk serta keadaan Tingginya angka kecacingan ini dapat diturunkan
sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah juga dengan cara meningkatkan kesadaran akan
merupakan salah satu faktor kecacingan. Kondisi hygiene pada pribadi siswa tersebut.
sanitasi lingkungan sangat erat hubungannya
dengan infestasi cacing pada anak sekolah dasar. 2. METODE PENELITIAN
Hal ini dikarenakan sanitasi lingkungan yang tidak
memadai dapat menjadi sumber penularan cacing Jenis penelitian ini adalah survey secara
pada tubuh manusia (Dachi, 2005). langsung menggunakan teknik pemeriksaan
Infeksi cacing pada manusia dapat mikroskopis secara langsung dengan eosin 2%.
menimbulkan beberapa masalah khususnya pada Penelitian ini dilakukan di SDN 39 Tanjung Aur
anak SD antara lain: menurunkan daya tahan Lubuk Minturun dan di Laboratorium Biomedik
tubuh, meningkatnya secara tidak langsung STIKes Perintis Sumbar. Populasi yang digunakan
penurunan nafsu makan pada anak-anak yang dalam penelitian ini adalah semua siswa SDN 39
mengakibatkan kurangnya pemasukan gizi dalam Tanjung Aur Lubuk Minturun. Sampel dari
penelitian ini adalah murid kelas 1 sampai kelas 3 (-) : Tidak ditemukan nya cacing Ascaris
di SDN 39 Tanjung Aur Lubuk Minturun yang lumbricoides
diambil fesesnya. Alat yang dibutuhkan dalam Dari tabel diatas didapatkan dari 30 spesimen
penelitian ini yaitu: mikroskop, objek glass, cover feses siswa SDN 39 Tanjung Aur Lubuk Minturun
glass, lidi, dan botol. Bahan yang diperlukan ditemukan 8 orang positif telur cacing Ascaris
dalam penelitian ini yaitu : Aquadest, NaCl, eosin lumbricoides (26,67%), dan 22 orang didapatkan
2%, dan feces. Disiapkan objek glass sebanyak hasil negatif dari infeksi telur cacing Ascaris
sampel yang tersedia. Tetesi masing-masing 1 lumbricoides (73,33%).
tetes zat warna eosin 2% pada permukaan kaca Berdasarkan hasil penelitian yang telah
objek, ambil seujung lidi atau sedikit feces, dilakukan dengan pemeriksaan telur cacing pada
kemudian campurkan masing-masing tetesan zat feses siswa SDN 39 Tanjung Aur Lubuk Minturun
warna, aduk sampai menjadi suspense yang rata sebanyak 30 spesimen feses, didapatkan hasil 8
dan tipis, tutup masing-masing suspense dengan orang positif Ascaris lumbricaudes (26,67%).
deck glass, amati masing-masing apusan dibawah Tingginya angka kecacingan ascaris pada
mikroskop dengan pembesaran 40 x 10 siswa SDN 39 Tanjung Aur Lubuk Minturun
(Natadisastra, 2009). Hasil pemeriksaan pada Padang disebabkan dari kebiasaan siswa yang
feses telur cacing Ascaris lumbricoides disajikan kurang memperhatikan kebersihan diri pribadi
dalam bentuk tabel yang dinyatakan dengan: mereka. Pada Umumnya siswa sering
Positif (+) = jika ditemukan telur cacing Ascaris menghabiskan waktu istirahatnya dengan bermain
lumbricoides dan sering kontak dengan tanah selain itu
Negative (-) = jika tidak ditemukan telur cacing kebiasaan anak-anak pulang sekolah dengan
Ascaris lumbricoides melepas sepatu, bermain langsung ditanah dan
Dari data hasil pemeriksaan yang didapatkan kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum dan
diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk sesudah beraktivitas. Berdasarkan hasil
tabel. pengamatan dilapangan terhadap anak-anak
didaerah tersebut pada umumnya mereka sering
F= x 100% bermain dengan tanah sehingga memungkinkan
mereka terinfeksi oleh telur cacing melalui tangan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ke mulut. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh
Brown (1983) bahwa penularan telur cacing
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 Ascaris lumbricoides dapat berlangsung dari
spesimen feces siswa SDN 39 Tanjung Aur Lubuk tangan ke mulut.
Minturun kota Padang di dapatkan hasil seperti Hal ini dikatakan oleh Brown tahun 1983
yang terlihat pada tabel dibawah ini: bahwa Ascaris lumbricoides adalah parasit yang
paling gampang hidup didaerah yang beriklim
Tabel 3.1.Hasil Pemeriksaan Telur Cacing dingin maupun didaerah yang beriklim tropis, tapi
pada Feces Siswa SDN 39 Tanjung Aur cacing ini lebih umum hidup didaerah tropis dan
Lubuk Minturun Kota Padang juga banyak ditemukan pada tempat-tempat yang
sanitasinya buruk. Natadisastra (2000)
No Jenis Telur N=30 menambahkan Beberapa faktor lainnya yang
cacing (+) (-) menyebabkan siswa terinfeksi cacing diantaranya
Terinfeksi adalah sanitasi lingkungan yang kurang baik,
1 Ascaris 8 - hygiene pribadi anak-anak yang buruk, kebiasaan
lumbricoides bermain ditanah yang telah terkontaminasi
sebelumnya oleh feses mereka sendiri yang
Tidak
mengandung telur parasit ini. Penduduk yang
terinfeksi
2 - 22 heterogen baik tingkat ekonomi, tingkat
Ascaris
pendidikan, tingkat pekerjaan akan berpengaruh
lumbricoides.
terhadap kesadaran akan hidup sehat dan
Total Presentase 26,67% 73,33%
kepedulian terhadap lingkungan terutama
Keterangan:
kesehatan lingkungan.
N : Jumlah Sampel
Dari hasil penelitian 73,33% siswa terbebas
(+) : Ditemukan nya telur cacing Ascaris
dari cacing, dari keseluruhan mereka ada beberapa
lumbricoides
siswa yang pulang sekolah tidak melepas sepatu,
tidak memiliki kuku panjang, sebelum makan
mencuci tangan dan sebagainya. Adanya 2. Persentase prevalensi Infeksi cacing Ascaris
kesadaran prilaku hidup sehat pada beberapa lumbricoides berdasarkan kelas, yang
siswa SDN 39 Tanjung Aur Lubuk Minturun akan terbanyak terdapat pada kelas II yaitu 4 orang
mencegah dari infeksi telur cacing Ascaris (13,33%).
lumbricoides. Hal ini terbukti dari beberapa orang
siswa yang telah disurvey yang peduli akan 5. REFERENSI
kebersihan diri mereka sehingga menunjukkan Brown, 1988.Dasar Parasitologi Klinik, Edisi
hasil negative yaitu bebas dari penyakit Ketiga, PT. Gramedia, Jakarta.
kecacingan.
Dachi, RA.2005.Hubungan Perilaku Anak
Tabel 3.2 Distribusi Infeksi cacing Ascaris Sekolah Dasar No.174593 Hatoguan
lumbricoides Pada Tingkat Kelas siswa SDN Terhadap Infeksi Cacing Perut Di
39 Tanjung Aur Lubuk Minturun Kota Kecamatan Palipi Kabupaten
Padang Samosir Medan.
Dari distribusi frekuensi infeksi cacing Ascaris Husada, G. 2006. Parasitologi Kedokteran edisi
lumbricoides menurut pembagian kelas terlihat ketiga, FKUI, Jakarta.
bahwa pada kelas I terinfeksi sebanyak 3 orang
Natadisastra, D. 2009. Jakarta .Parasitologi
NO KELAS JUMLAH PERSEN Kedokteran. Kedokteran. EGC, Jakarta.
SD TERINFE TASE
KSI Rahardja, 2008.Parasitologi. USU, Medan
1 I 3 10%
2 II 4 13,33%
3 II 1 3,33%
TOTAL 8 26,67%
(10%), kelas II terinfeksi sebanyak 4 orang
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian frekuensi infeksi
cacing pada siswa SDN 39 Tanjung Aur Lubuk
Minturun dapat disimpulkan sebagai barikut:
1. Persentase prevalensi infeksi cacing Ascaris
lumbricoides pada siswa SDN 39Tanjung Aur
Lubuk Minturun sebesar (26,67%)
Abstract
Smoking has a detrimental effect on health. One cigarette is burned emits about 400 chemicals in which
200 of them are toxic and some of them are tar, nicotine and carbon monoxide. Carbon monoxide
hemoglobin desaturation raises, lowers the direct supply of oxygen to tissues throughout the body.
Carbon monoxide replaces oxygen in hemoglobin, interfering with the release of oxygen, and
accelerated atherosclerosis (calcification and thickening of blood vessel walls). Research was
conducted to determine levels of hemoglobin (Hb) in men and male smokers not to smoke in the hospital
Mukomuko of Bengkulu wear Sianmethemoglobin with the data analysis method using Kolmogorof-
Smirnov test. Total sample comprised 40 male non-smokers, light smokers, moderate smokers and heavy
smokers. The result showed the average Hb men do not smoke 14,3g / dL, the average Hb light smokers
14,1g / dL, the average Hb moderate smokers 14,4g / dL, and the mean Hb smokers weight 15.9 g / dL.
Statistical test results Kolmogorof-Smirnov test using SPSS 16 p value = 0.2
1980 konsumsi meningkat sebesar 159%, yaitu Hemoglobin juga berperan penting dalam
dari 33 milyar batang menjadi 84 milyar batang. mempertahankan bentuk sel darah yang bikonkaf,
Antara tahun 1990 dan 2000 peningkatan lebih jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah
jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi ini,maka keluwesan sel arah merah dalam
tembakau walaupun terjadi krisis ekonomi. melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah
Prevalensi merokok di kalangan dewasa yang menjadi alasan mengapa kekurangan zat besi
meningkat menjadi 31,5% pada tahun 2001 dari bisa mengakibatkan anemia. Jika nilainya kurang
26,9% pada tahun 1995 (Depkes RI, 2003). bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya
Jumlah perokok di dunia akan terus bertambah kelebihan akan mengakibatkan polinemis
terutama karena terjadi pertambahan jumlah (Evelyn, 2000). Hemoglobin di dalam darah
populasi. Pada tahun 2030 akan ada sekitar 2 membawa oksigen dari paru-paru keseluruh
milyar orang di dunia dan jumlah perokok jaringan tubuh dan membawa kembali
jugaakan meningkat (Mackay & Eriksen, 2002). karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru
Perokok pasif adalah asap rokok yang di untuk di keluarkan dari tubuh. (Sunita,2001).
hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Menurut Depkes RI adapun manfaat
Smoker). Asap rokok lebih berbahaya terhadap hemoglobin antara lain :a) mengatur pertukaran
perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup jaringan tubuh.b) mengambil oksigen dari paru-
oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
mengandung karbon monoksida, empat kali lebih jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan
banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, bakar.c) membawa karbondioksida dari jarringan-
1996). jaringan tubuh sebagai hasil meta-bolisme ke
Menurut (Bustan,M.N., 2000) rokok aktif paru-paru untuk di buang.
adalah asap rokok yang berasal dari isapan Beberapa faktor yang mempengaruhi
perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap kadar hemoglobin adalah :a) kecukupan besi
(mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik dalam tubuh. Besi dibutuhkan untuk produksi
kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan
yang merokok dan langsung menghisap rokok menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang
serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang
diri sendiri maupun lingkungan nya. rendah. Besi juga merupakan mikronutrien
Hemoglobin adalah protein yang kaya essensil dalam memproduksi hemoglobin yang
akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya abung) berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu jaringan tubuh,untuk diekskresikan ke dalam
membentukoxihemoglobindi dalam sel darah udara perrnafasan, sitokrom, dan komponen lain
merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen di pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom
bawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan oksidase, katalase dan peroksidase. Besi berperan
(Evelyn,2000). dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah
Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan
respiratorik dalam butiran-butiran darah merah 0,004% berat tubuh (60-70%) terdapat dalam
(Costill,1998). Jumlah hemoglobin dalam darah hemoglobin yang disimpan sebagai feritin di
normal kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan dalam hati,hemosiderin di dalam limfa dan
jumlah ini biasanya disebut 100 persen (Evelyn, sumsum tulang (Zarianis,2006).
2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh
seseorang sukar ditentukan karena kadar berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa
hemoglobin bervariasi diantara setiap suku besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan
bangsa. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin juga flavoprotein.Walaupun jumlahnya sangat kecil
dapat dipengaruhi oleh peralatan pemeriksaan namun mempunyai peranan yang sangat penting.
yang dipergunakan. Antara cara sahli yang Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen
sederhana dengancara yang lebih modern dengan menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-
alat fotometer tentu akan ada perbedaan hasil yang sel otot, sitokrom, flavoprotein dan senyawa-
ditampilkan. Namun demikian WHO telah senyawa mitokondria yang mengan-dung besi
menetapkan batas kadar hemoglobin normal lainnya, memegang peranan penting dalam proses
berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat
Arisman,2002). (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi.
Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi
besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja Berdasarkan latar belakang yang telah
(WHO dalam Zarianis, 2006). b) metabolisme besi diuraikan di atas, maka permasalahan yang
dalam tubuh. Besi yang terdapat di dalam tubuh diangkat penulis untuk diteliti dan dibahas adalah
orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. apakah ada perbandingan Kadar Hemoglobin pada
Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah pria perokok dan pria tidak merokok dengan
atau hemoglobin (lebih dari 2,5g), mioglobin Metode Sianmethemoglobin.
(150mg), phorphyrin cytochrome, hati, limfa Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
sumsum tulang (> 200-1500mg). Ada dua bagian untuk mengetahui perbandingan kadar
besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang hemoglobin pada pria perokok dan tidak perokok
dipakai untuk keperluan metabolic dan bagian dengan metode sianmethemoglobin.
yang merupakan cadangan.
Hemoglobin,mioglobin, sitokrom, serta enzim 2. METODE PENELITIAN
hemdan non hem adalahbentuk besi fungsional a. Jenis penelitian
dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat Jenis penelitian ini deskriptif. Kadar Hemoglobin
badan.Sedangkan besi cadangan apabila pada pria perokok dan tidak perokok diperiksa
dibutuhkan untuk fungsi-fungsifisiologis dan dengan metode Sianmethemoglobin.
jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan.Feritin dan b. Tempat Penelitian.
hemosiderinadalah bentuk besi cadangan yang Penelitian ini dilakukan di RSUD Mukomuko
biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum Bengkulu.
tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiridari Populasi dan Sampel.
proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006). adalah semua pria tidak merokok dan pria perokok
Terdapat berbagai cara untuk menetap- dan yang bekerja di RSUD Mukomuko.
kan kadar hemoglobin tetapi yang sering Sampel yang diambil dalam penelitian ini ber-
dikerjakan di laboratorium klinik adalah yang jumlah 40 orang yang terdiri dari 10 orang pria
berdasarkan kolorimeterik visual yaitu cara Sahli tidak merokok, 10 orang perokok ringan (<10
dan fotoelektrik cara Sianmethemoglobin atau batang/hari), 10 orang perokok sedang (11-20
Hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, batang/hari) dan 10 orang. perokok berat (21-30
karena tidak semua macam hemoglobin diubah batang/hari).
menjadi hematin asam misalnya karbok- Alat dan bahan
sihemoglobin, methemoglobin dan sulfhe- Alat: Fotometer, mikropipet, tissue, tabung reaksi,
moglobin. Selain itu alat yang digunakan untuk rak tabung.
pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat Bahan : lancet, kapas alkohol 70%, larutan
distandarkan, sehingga ketelitian yang didapat drabkin, aquadest dan darah kapiler.
dicapai hanya 10% (Fransisca D.K.,2010). c. Cara Pengambilan Darah Kapiler
Cara sianmethemoglobin adalah cara Darah yang di pakai untuk pemeriksaan adalah
yang dianjurkan untuk penetapan kadar darah kapiler. Cara pengambilan darah menurut
hemoglobin di laboratorium karena larutan Soebrata (1992) adalah sebagai berikut : tempat
standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah yang akan di ambil darahnya didesintifikasi
diperoleh dan pada cara ini hampir semua terlebih dahulu dengan kapas alkohol 70 % dan
hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada biarkan sampai kering. Peganglah bagian yang
cara ini ketelitian yang dapat dicapai 2% akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan
(Darma, 2008). sedikit supaya rasa nyeri kurang, tusuklah dengan
Seiring berkembangnya teknologi alat cepat memakai lancet steril. Pada jari tusuklah
kesehatan yang semakin canggih selain kedua cara dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik
pemeriksaan tersebut, kini telah banyak digunakan kulit jari. Tusukkan harus cukup dalam supaya
pemeriksaan darah lengkap dengan menggunakan darah mudah keluar. Buanglah tetes darah yang
alat otomatik yang di kenal dengan nama pertama keluar dengan memakai segumpal kapas
hematology alyser. Berhubung ketelitian masing- kering. Tetes darah yang berikutnya dipakai untuk
masing cara berbeda, untuk penilaian hasil pemeriksaan.
sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai d. Prosedur Pemeriksaan Hb
rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur Prinsip: Darah dimasukan kedalam larutan yang
dan jenis kelamin. Perempuan hamil terjadi mengandung Kalium Sianida dan Kalium
hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan Ferrisianida kemudian hemoglobin menjadi
ditentukan 10 g/dl.(Darma, 2008). methemolobin yang berikatan dengan Kalium
4. KESIMPULAN
1. Rata-rata kadar hemoglobin pada pria
tidak merokok adalah 14,3 gr/dL
2. Rata-rata kadar hemoglobin pada pria
perokok ringan adalah 14,1 gr/dL
3. Rata-rata kadar hemoglobin pada pria
perokok sedang adalah 14,4gr/dL
4. Rata-rata kadar hemoglobin pada pria
perokok berat adalah 15,9 gr/dL
5. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara kadar hemoglobin pria tidak
merokok, perokok ringan, perokok
sedang dan perokok berat.
5. REFERENSI
1. Arisman. 2002. Gizi dalam Daur
Kehidupan. EGC. Jakarta.
2. Arisman, 2006. Gizi dalam daur
Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi.Buku
Kedokteran UGC.Jakarta.
3. Bustan, M.N., 2000. Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular. PT Rineka.
Cipta, Jakarta.
4. Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia
Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan.
Abstract
This study was conducted to determine the risk factors of hypercholesterolemia in patients with coronary
heart disease. The study was a case control study with the number of respondents 90 people. A total of
45 respondents heart disease patients with hypercholesterolemia and the condition of 45 respondents
who suffer from heart disease but not hypercholesterolemia. Data were collected from January to
February 2016 in the hospital Dr.M. Djamil Padang. Cholesterol measurement based on the results of
laboratory analysis of blood serum respondents. Data retrieval intake of saturated fat, unsaturated and
fiber with an interview with Food Frequency Quesiner tools (FFQ). Variable nutrition knowledge taken
from interviews using questionnaires. Physical activity is categorized according to WHO standards.
Analyses were performed with a frequency distribution and bivariate statistical tests chi-square and
odds ratio. The research found that more than half of respondents (60%) in case group (60%) of physical
activity light, intake of unsaturated fats 64.4% is not good, the consumption of saturated fat 53.3% is
not good, and fiber intake 71.1% less, and 68.9% knowledge undernutrition. In the control group
patients with coronary heart disease hypercholesterolemia do not have the intake of unsaturated fat
55.5% excellent, 71% good saturated fats, and fiber 88.9% good and 80% moderate physical activity.
All variables were analyzed contained a risk factor for the incidence of hypercholesterolemia that is
with physical activity (OR = 6.00), no saturated fat intake (OR = 1.44), saturated fat (OR = 2.36), and
fiber intake (OR = 2.05), as well as nutritional knowledge (OR = 2.43).
Keywords: hypercholesterolemia, physical activity, intake of unsaturated fat, saturated fat, fiber.
1. PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit Prevalensi hiperkolesterolemia pada pasien
kardiovaskular saat ini merupakan salah satu dengan penyakit jantung koroner meningkat dari
penyebab utama dan pertama kematian di negara tahun 2009 (13,5%) ke tahun 2010(19,2%).
maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Pada Dalam hal ini diharapkan perlu dilakukan
tahun 2010, secara global penyakit ini menjadi pengendalian kadar kolesterol yaitu meliputi
penyebab kematian pertama di negara usaha mengubah pola hidup dan medika mentosa
berkembang, menggantikan kematian akibat agar tidak jatuh pada penyakit jantung koroner
infeksi. Diperkirakan, PJK pada tahun 2020 (Prilia, 2011).
menjadi pembunuh pertama tersering yakni Penyebab utama meningkatnya kadar
sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kolesterol di dalam darah adalah seringnya
kali lebih tinggi dari angka kematian diseluruh mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh atau
dunia akibat kanker. mengandung kolesterol tinggi. Hal ini di dukung
PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit oleh penelitian epidiomologik yang menunjukkan
sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan bahwa rendahnya asupan makanan yang berlemak
pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar tinggi dapat mengurangi resiko terjadinya
26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari hiperkolesterolemia (Bernstein, et al., 2010;
angka kematian yang disebabkan oleh kanker Devore, et al., 2009; Sulastri, et al ., 2005).
(6%) di Indonesia. Dengan kata lain, lebih kurang Hiperkolesterolemia juga dipengaruhi oleh
satu diantara empat orang yang meninggal di aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang
Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor (Roger, et al., 2011; Rana, et al., 2011; Arsenault,
risiko mempunyai peran penting timbulnya PJK et al., 2011). Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh
mulai dari aspek metabolik, hemostasis, oleh otot rangka yang menghasilkan energi.
imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang Selain pola konsumsi dan aktivitas fisik yang
saling terkait (Depkes, 2006). dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah,
pengetahuan gizi juga mempunyai peranan yang dipandu dengan kuesioner. Tanya jawab yang
sangat penting dalam pembentukan kebiasaan dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 1 orang
makan seseorang. Kesalahan dalam memilih tenaga gizi tamatan Diploma Gizi.
makanan dan kurang cukupnya pengetahuan Data asupan lemak jenuh dan tak jenuh serta
tentang gizi akan mengakibatkan timbulnya serat dikumpulkan melalui food frequency
masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status quantitative (FFQ). Alat bantu yang digunakan
gizi. Status gizi yang baik hanya dapat tercapai untuk memperoleh data primer kuesioner dan food
dengan pola makan yang baik, yaitu pola makan model.
yang didasarkan atas prinsip menu seimbang, Kadar kolesterol digolongkan menjadi 2
alami dan sehat (Sediaoetama,2006). kategori yaitu kadar kolesterol baik adalah total
Penderita penyakit jantung koroner dengan kolesterol kecil sama dari 200 mg/dl dan kadar
diagnosa Arterisclerotic Heart Disease (ASHD) kolesterol totak tinggi adalah total kolesterol besar
yang dihitung pada trimester terakhir (Bulan dari 200 mg/dl. Varibel aktivitas fisik dibagi
April, Mei dan Juni) di Poli Klinik Jantung RSUP menjadi 2 kategori yaitu aktivitas fisik ringan
Dr. M.Djamil Padang Tahun 2015 yaitu sebanyak sedang (WHO). Variabel konsumsi lemak, baik
786 orang dan 60-75% diantaranya dengan lemak jenuh (Saturated Fatty Acid / SFA) maupun
hiperkolesterolemia. lemak tak jenuh (Mono Unsaturated Fatty Acid/
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui MUFA) diukur berdasarkan persentasi total
Faktor Risiko Kejadian Hiperkolesterolemia Pada energy.
Penderita Penyakit Jantung Koroner DiPoli Klinik Varibel pengetahuan gizi didapat dari analisis
Jantung RSUP Dr.M.Djamil Padang Tahun 2016. jawaban responden yaitu jawaban responden besar
sama dari 80 % benar dikategorikan
2. METODE PENELITIAN baikSedangkan jawaban reponden kecil dari 80%
Jenis penelitian adalah observasional yang dikategorikan pengetahuan gizi kurang
bersifat analitik yaitu membandingkan distribusi Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk
kejadian hiperkolesterolemia pada penderita distribusi. Analisis ini dilakukan untuk
Penyakit Jantung Koroner antara kelompok kasus memperoleh gambaran masing-masing variable,
dan kelompok kontrol dengan menggunakan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan
desain penelitian case control. Penelitian diinterprestasikan. Analisis data dilakukan dengan
dilakukan pada Bulan Januari sampai dengan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara
Bulan Februari Tahun 2016 di Poli Klinik Jantung variable dependen dan independen.Uji ini dengan
RSUP Dr.M. Djamil Padang. syarat skala ordinal. Analisis data dilakukan
Sampel dihitung berdasarkan rumus dengan komputerisasi menggunakan program
(Lemeshow, 1997). Besaran sampel sebanyak 45 SPSS 17.0. Uji statistic yang digunakan adalah
orang kasus. Dengan jumlah yang sama Chi-Square . Bila p-value < 0,05 menunjukan
ditentukan sampel control sebesar 45 orang. bahwa ada hubungan yang bermakna antara
Kelompok kasus adalah semua penderita variable independen dengan variable dependen.
hiperkolesterolemia pada pasien PJK yang Dan dilanjutkan dengan penetapan risiko relative
berumur 30-75 Tahun di Poli klinik Jantung RSUP yang dihitung secara tidak langsung dengan
Dr.M.Djamil Padang. Kelompok kasus menggunakan odds ratio.
didapatkan berdasarkan rumus dengan jumlah
sampel kasus 45 orang dengan kriteria sampel 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu pasien yang berkunjung saat waktu Rumah Sakit DR. M. Djamil Padang
penelitian dan memiliki hasil pemeriksaan labor merupakan Rumah Sakit tipe A dan pendidikan
kolesterol total diatas 200 mg/dl . Pengambilan calon dokter, dokter spesialis dan sub spesialis
sampel kontrol diambil dari pasien Penyakit serta tenaga kesehatan lainnya seperti Akademi
jantung koroner yang tidak menderita Perawat dan Akademi-Akademi kesehatan
hiperkolesterolemia (kolesterol total < 200 mg/dl) lainnya.
di RSUP.M.Djamil Padang , dimana jumlah
sampel kontrol sama dengan jumlah kasus. Gambaran Umum Responden
Data yang dikumpulkan berupa identitas, Penelitian dilakukan terhadap pasien rawat
aktivitas fisik, pola konsumsi, dan tingkat jalan yang berkunjung ke Poliklinik Jantung
pengetahuan gizi responden. Cara mendapatkan RSUP Dr. M.Djamil Padang. Distribusi frekuensi
data primer tersebut, baik kasus maupun kontrol aktivitas fisik pada pasien PJK di Poliklinik
yaitu dengan cara melakukan wawancara, dan
Jantung RSUP DR. M.Djamil Padang Tahun 2016 Dari tabel 3 dapat dilihat sebagian besar
dapat dilihat pada tabel 1. responden pada kelompok kasus 24 (53.3%)
menkonsumsi lemak jenuh secara tidak baik.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Pada kelompok kontrol lebih dari separuh 32
Responden (71.1%) menkonsumsi lemak jenuh secara baik.
Distribusi frekuensi konsumsi serat pada
Aktifitas Kasus Kontrol pasien PJK di Poliklinik Jantung RSUP DR.
Fisik M.Djamil Padang Tahun 2016 dapat dilihat pada
n % n %
tabel 4
Ringan 27 60 9 20
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Konsumsi Serat
Sedang 18 40 36 80 Responden
Jumlah 45 100 45 100
Konsumsi Kasus Kontrol
Serat n % n %
Dari tabel 1 dapat dilihat lebih dari separuh
responden pada kelompok kasus 27 (60%) Baik 13 28.9 40 88.9
aktifitas fisiknya ringan. Pada kelompok kontrol
lebih dari separuh 36 (80%) responden aktifitas Kurang 32 71.1 5 11.1
fisiknya sedang.
Jumlah 45 100 45 100
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Konsumsi
Lemak Tidak Jenuh Responden Dari tabel 4 dapat dilihat lebih dari separuh
responden pada kelompok kasus 32 (71.1%)
Lemak Kasus Kontrol mengkonsumsi serat kurang. Pada kelompok
Tidak Jenuh kontrol lebih dari separuh 40 (88.9%) responden
n % n %
mengkonsumsi serat dengan baik.
Baik 16 35.6 25 55.5 Distribusi frekuensi pengetahuan gizi pada
pasien PJK di Poliklinik Jantung RSUP DR.
Tidak Baik 29 64.4 20 44.4 M.Djamil Padang Tahun 2016 dapat dilihat pada
Jumlah 45 100 45 100 tabel 5
Tabel 6. Korelasi Faktor Risiko Terhadap Kejadian Hiperkolesterolemia Pada Penderita PJK Di Poliklinik
Jantung RSUP.DR.M.Djamil Padang Tahun 2016
responden penelitian sebagian besar termasuk Hasil penelitian oleh Sobary (2014) Tentang
dalam kategori baik sebesar 75% dan asupan asam Hubungan Asupan Asam Lemak Jenuh Dan Tak
lemak tak jenuh yang termasuk dalam kategori Jenuh Dengan Kadar Kolesterol HDL Pada Pasien
tidak baik sebesar 25%. Penyakit Jantung Koroner di RSUD dr. Moewardi
Asam Lemak tak jenuh tunggal (Mono mendapatkan hasil kadar kolesterol HDL normal
Unsaturated Fatty Acid/ MUFA) merupakan jenis terlihat bahwa asupan asam lemak jenuh baik
asam lemak yang mempunyai 1 (satu) ikatan lebih besar (37.5%), dibandingkan dengan asupan
rangkap pada rantai atom karbon. Asam lemak ini asam lemak jenuh tidak baik (2.77%). Tidak
tergolong dalam asam lemak rantai panjang demikian pada responden penelitian dengan kadar
(LCFA), yang kebanyakan ditemukan dalam kolesterol HDL tidak normal terlihat bahwa
minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kacang asupan asam lemak jenuh tidak baik lebih besar
tanah, minyak biji kapas, dan kanola. Minyak (97.22%), dibandingkan asupan asam lemak jenuh
zaitun adalah salah satu contoh yang mengandung baik (62.5%).
MUFA. Secara umum, lemak tak jenuh tunggal Asupan lemak, terutama lemak jenuh yang
berpengaruh menguntungkan kadar kolesterol berlebih dapat meningkatkan kadar kolesterol.
dalam darah, terutama bila digunakan sebagai Kadar kolesterol yang tinggi akan meningkatkan
pengganti asam lemak jenuh. Asam lemak tak resiko terjadinya pengerasan pembuluh nadi
jenuh tunggal (MUFA) lebih efektif menurunkan sehingga mengakibatkan penyumbatan pembuluh
kadar kolesterol darah, daripada asam lemak tak darah ke otak (Sibagariang, 2010).
jenuh jamak (PUFA), sehingga asam oleat lebih Berdasarkan penelitian banyaknya responden
populer dimanfaatkan untuk formulasi makanan yang mengkonsumsi asupan lemak jenuh
olahan menjadi populer dikarenakan faktor kebiasaan masyarakat
Menurut hasil peneliti kurangnya responden Sumatera Barat pada umumnya masakan sehari
yang mengkonsumsi asupan lemak tidak jenuh hari banyak mengandung lemak seperti rendang,
menjadi salah satu penyebab tingginya kadar gulai yang banyak mengandung santan.
kolesterol karena lemak tidak jenuh berpengaruh
menguntungkan terhadap kadar kolesterol darah. Gambaran Konsumsi Serat
Dari tabel 6 dapat dilihat uji statistik
Gambaran Konsumsi Lemak Jenuh responden dengan konsumsi serat kurang
Dari tabel 6 dapat dilihat uji statistik memiliki nilai p 0.000 < 0.05 artinya konsumsi
responden dengan konsumsi lemak jenuh memliki serat kurang merupakan faktor risiko kejadian
nilai p 0.018 < 0.05 artinya lemak jenuh Hiperkolesterolemia. Nilai OR = 2.1 maka dapat
merupakan faktor risiko kejadian disimpulkan responden dengan konsumsi serat
Hiperkolesterolemia. Nilai OR=2.4 maka dapat kurang memiliki risiko 2.1 kali mengalami
disimpulkan responden yang mengkonsumsi hiperkolesterolemia dibandingkan responden
lemak jenuh secara tidak baik memiliki risiko 2.4 yang mengkonsumsi serat secara baik.
kali mengalami hiperkolesterolemia dibandingkan Dari hasil penelitian didapatkan lebih dari
responden yang mengkonsumsi lemak jenuh separuh responden pada kelompok kasus yaitu 32
secara baik. Artinya konsumsi lemak jenuh (71.1%) responden mengkonsumsi serat dengan
berlebih dapat berisiko terhadap kejadian kurang. Sedangkan pada kelompok kontrol lebih
hiperkolestero-lemia. dari separuh responden yaitu 40 (88.9%)
Dari hasil penelitian didapatkan pada responden menhkonsumsi serat dengan baik.
kelompok kasus sebagian besar responden yaitu Hasil penelitian ini sama dengan hasil
24 (53.3%) responden mengkonsumsi lemak penelitian oleh Sobary (2014) Tentang Hubungan
jenuh secara tidak baik. Dan pada kelompok Asupan Asam Lemak Jenuh Dan Tak Jenuh
kontrol lebih dari separuh responden yaitu 32 Dengan Kadar Kolesterol HDL Pada Pasien
(71.1%) responden mengkonsumsi lemakjenuh Penyakit Jantung Koroner di RSUD dr. Moewardi
secara baik baik. mendapatkan hasil hasil lebih dari separoh (53%)
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian responden kurang suka mengkonsumsi makanan
yang dilakukan Krisnawaty (2013) tentang Risiko yang berserat.
Hiperkolesterolemia pada Pekerja di Kawasan Konsumsi serat dapat menurunkan resiko
Industri yang mendapatkan hasil lebih dari penyakit jantung dan arteri karena rendahnya
separuh (63%) responden dengan asupan lemak konsentrasi kolesterol dalam batas yang normal.
jenuh tidak baik pada kelompok kasus. Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko
independen untuk penyakit kronis dan secara
keseluruhan menyebabkan kematian secara global faktor risiko kejadian hiperkolesterolemia. Nilai
(WHO, 2010, Physical Acivity In Guide to OR = 6.0 maka dapat disimpulkan responden
Community Preventive Service web site, 2008). dengan aktifitas fisik ringan memiliki risiko 6.0
Berdasarkan penelitian, banyaknya kali mengalami hiperkolesterolemia dibandingkan
responden yang kurang suka mengkonsumsi responden yang aktifitasnya sedang atau berat.
makanan berserat dikarenakan kurannya Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
pengetahuan dan wawasan responden akan yang dilakukan Waloya (2013) tentang
pentingnya makanan yang mengandung serat. Hubungan Antara Konsumsi Pangan Dan
Serta ketidak tahuan responden akan apa apa Aktivitas Fisik Dengan Kadar Kolesterol Darah
saja jenis makanan makanan yang banyak Pria Dan Wanita Dewasa Di Bogor yang
mengandung serat. mendapatkan hasil tingkat aktivitas fisik
berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol darah
Gambaran Pengetahuan Gizi (p<0.05). Hasil penelitian Shirazi (2008),
Dari tabel 6 dapat dilihat uji statistik menyatakan hal yang sama, yaitu olahraga secara
responden dengan pengetahuan gizi kurang teratur dapat menurunkan kadar kolesterol darah
didapatkan nilai p 0.044 < 0.05 artinya secara signifikan dan meningkatkan kadar HDL
pengetahauan gizi merupakan faktor risiko dalam darah.
kejadian hiperkolesterolemia. Nilai OR = 2.4 Menurut Nina (2007), secara fisiologis,
maka dapat disimpulkan responden dengan olahraga dapat meningkatkan kapasitas aerobik,
pengetahauan gizi kurang memiliki risiko 2.4 kali kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan. Secara
mengalami hiperkolesterolemia dibandingkan psikologis,olahraga dapat meningkatkan mood,
responden dengan pengetahuan gizi baik. mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi.
Penelitian ini juga tidak sama dengan penelitian Secara sosial, olahraga dapat mengurangi
yang dilakukan oleh Whardany (2016) tentang ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak
Hubungan Pengetahuan Diet Dan Perilaku teman, dan meningkatkan produktivitas.
Membaca Informasi Nilai Gizi Produk Makanan Banyaknya pasien dengan hiperkolsterolemia
Kemasan Terhadap Kepatuhan Diet Pasien Penyakit disebabkan karena aktivitas fisik pasien yang
Jantung Koroner (PJK) Dengan Hipertensi Rawat ringan. Hal ini terjadi dikarenakan pasien tidak
Jalan di RSUD dr. Moewardi yang mendapatkan dapat melakukan olahraga dan aktivitas fisik yang
hasil 30 (81,1%) responden memiliki pengetahuan berat karena faktor penyakit lain yang diderita
baik oleh pasien seperti rematik sehingga membuat
Menurut Nasution Tingkat pengetahuan diet pasien jarang beraktifitas secara baik.
dapatmempengaruhi sikap acuh tak acuhterhadap
penggunaan bahan makanan tertentu, walaupun Hubungan Lemak Tidak Jenuh dengan
bahan makanan tersebut mengandung zat gizi Hiperkolesterolemia
yang cukup. Secara teori, semakin tinggi Dari hasil penelitian pada kelompok kasus
pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin didapatkan responden dengan konsumsi lemak
memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang tidak jenuh secara tidak baik lebih tinggi yaitu 29
akan dikonsumsi. (59.2%) responden jika dibandingkan dengan
Rendahnya pengetahuan gizi responden responden yang mankonsumsi lemak tidak jenuh
tentang makanan yang baik untuk penderita secara baik yaitu 16 (39%) responden pada
hiperkolesterolemia menjadi salah satu penyebab kelompok kasus. Dari hasil analisis uji statistic
tingginya kejadian hiperkolesterolemia. Pasien didapatkan dengan nilai p 0.047 < 0.05 artinya
tidak menerapkan pola makan yang baik dengan lemak tidak jenuh merupakan faktor risiko
menghindari sumber makanan penyebab tingginya kejadian hiperkolesterolemia. Nilai OR = 1.4
kolesterol darah. maka dapat disimpulkan responden dengan
konsumsi lemak tidak jenuh secara tidak baik
Hubungan Aktivitas Fisik dengan berisiko mengalami hiperkolesterolemia 1.441
Hiperkolesterolemia kali jika dibandingkan dengan responden yang
Berdasarkan hasil penelitian dida-patkan mengkonsumsi lemak tidak jenuh secara baik.
aktifitas fisik ringan lebih tinggi pada kelompok Namun dalam hal ini yang dimaksud berisiko
kasus yaitu 27 (75%) dibandingkan dengan adalah sebagai faktor risiko yang bersifat protektif
aktifitas fisik sedang 18 (33.3%). Dari hasil artinya konsumsi lemak tidak jenuh secara baik
analisis uji statistik didapatkan dengan nilai p dapat menekan atau mencegah kejadian
0.000 < 0.05 artinya aktivitas fisik merupakan hiperkolesterolemia 1,4 kali jika dibandingkan
dengan responden yang tidak mengkonsumsi Penurunan kadar kolesterol HDL dipengaruhi
lemak tidak jenuh secara tidak baik. oleh faktor risiko yang lain seperti genetik,
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian aktivitas fisik, penyakit penyerta, stres, kebiasaan
yang dilakukan Krisnawaty (2013) tentang Risiko merokok, obesitas dan asupan obat-obat. Pada
Hiperkolesterolemia pada Pekerja di Kawasan penelitian ini diketahui bahwa faktor yang
Industri yang mendapatkan hasil terdapat mempengaruhi kadar kolesterol HDL pada saat
hubungan yang bermakna antara konsumsi lemak penelitian berlangsung yaitu konsumsi obat jenis
tidak jenuh dengan kejadian Hiperkolesterolemia. sinvastatin yang termasuk ke dalam obat penurun
Hasil penelitian tidak sama dengan hasil kolesterol yang memberikan efek penurunan
penelitian Sobary (2014) Tentang Hubungan kadar kolesterol dalam darah, sehingga meskipun
Asupan Asam Lemak Jenuh Dan Tak Jenuh asupan asam lemak tak jenuh sudah dalam
Dengan Kadar Kolesterol HDL Pada Pasien kategori baik tetap saja terjadi penurunan kadar
Penyakit Jantung Koroner di RSUD dr. Moewardi kolesterol HDL dalam darah.
mendapatkan hasil nilai p=0.236. Nilai p (>0.05)
maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa Hubungan Lemak Jenuh dengan
tidak ada hubungan antara asupan asam lemak tak Hiperkolesterolemia
jenuh dengan kadar kolesterol HDL pasien PJK. Dari hasil penelitian pada kelompok kasus
Kekuatan hubungan ditunjukan dengan nilai r didapatkan responden dengan konsumsi lemak
(correlation coefficient) sebesar-0.183. jenuh secara tidak baik lebih tinggi yaitu 24
Asupan asam lemak tak jenuh pasien PJK di (64.9%) dibandingkan dengan responden yang
RSUP Dr.M.Djamil Padang sebagian besar mengkonsumsi lemak jenuh secara baik yaitu 21
termasuk ke dalam kategori tidak baik (59.2%) (39.6%) responden pada kelompok kasus. Dari
atau sebanyak 29 responden penelitian. Asupan hasil analisis uji statistik didapatkan nilai p 0.018
asam lemak tak jenuh bersumber dari bahan < 0.05 artinya lemak jenuh merupakan faktor
makan nabati seperti kacang-kacangan, biji-bijian risiko kejadian hiperkolesterolemia. Nilai OR =
dan minyak kelapa sawit. 2.4, maka dapat disimpulkan responden yang
Menurut teori Pepper (2008), menyatakan mengkonsumsi lemak jenuh secara tidak baik
bahwa asupan asam lemak tak jenuh yang tinggi memiliki risiko 2.4 kali mengalami
akan meningkatkan apolipoprotein A-1, hiperkolesterolemia dibandingkan responden
apolipoprotein A-1 merupakan komponen utama yang mengkonsumsi lemak jenuh dengan baik.
dari HDL. Menurunkan sintesis dari VLDL, Sama dengan hasil penelitian Sobary (2014)
menyebabkan produksi LDL berkurang kemudian Tentang Hubungan Asupan Asam Lemak Jenuh
asam lemak tidak membentuk trigliserida pada Dan Tak Jenuh Dengan Kadar Kolesterol HDL
VLDL selanjutnya VLDL akan dioksidasi sebagai Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUD
sumber energi, kolesterol HDL dapat mengangkut dr. Moewardi mendapatkan hasil nilai p=0.001.
kembali kolesterol yang berlebih ke hati dan Nilai p (<0.05) maka Ho ditolak dan dapat
akibatnya kolesterol tidak akan menumpuk. disimpulkan bahwa ada hubungan antara asupan
Asam Lemak tak jenuh tunggal (Mono asam lemak jenuh dengan kadar kolesterol HDL
Unsaturated Fatty Acid/ MUFA) merupakan jenis pasien PJK. Kekuatan hubungan ditunjukkan
asam lemak yang mempunyai 1 (satu) ikatan dengan nilai r (correlation coefficient) sebesar
rangkap pada rantai atom karbon. Asam lemak ini 0.466. Hal ini membuktikan bahwa hubungan
tergolong dalam asam lemak rantai panjang antar variabel sangat kuat (mendekati nilai 1) dan
(LCFA), yang kebanyakan ditemukan dalam hubungan bersifat positif.
minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kacang Hasil penelitian asupan asam lemak jenuh
tanah, minyak biji kapas, dan kanola. Minyak dengan kadar kolesterol HDL terdapat hubungan
zaitun adalah salah satu contoh yang mengandung dengan mekanisme asupan asam lemak jenuh
MUFA. Secara umum, lemak tak jenuh tunggal mempengaruhi penurunan kadar kolesterol HDL
berpengaruh menguntungkan kadar kolesterol dengan cara mengambat kerja enzim LCAT dari
dalam darah, terutama bila digunakan sebagai jaringa ndan menurunkan faktor pembentukan
pengganti asam lemak jenuh. Asam lemak tak kolesterol HDL yaitu Apoliprotein A-1.
jenuh tunggal (MUFA) lebih efektif menurunkan Apoliprotein A-1 yang menurun akan
kadar kolesterol darah, daripada asam lemak tak mengakibatkan pembentukan kolesterol HDL
jenuh jamak (PUFA), sehingga asam oleat lebih menjadi terhambat.
populer dimanfaatkan untuk formulasi makanan Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
olahan menjadi populer Sulastri dkk (2005), menyebutkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan dan konsisten antara demikian, kolesterol yang berikatan dengan asam
asupan asam lemak jenuh dengan kadar kolesterol empedu dan lignin atau pektin tidak dapat diserap
plasma. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan usus, tetapi akan keluar bersama feses (Sutanto,
penelitian Dwiani (2004), menyatakan bahwa 2010).
tidak ada pengaruh antara tingkat konsumsi asam Menurut analisis peneliti, banyaknya
lemak jenuh terhadap kadar lipid darah pasien responden yang mengalami hiperkolesterolemia
PJK. Menurut Prasetyawati (2009), menyebutkan juga tidak lepas dari kebiasaan responden yang
bahwa tidak ada hubungan antara asupan asam kurang mengkonsumsi makanan yang
lemak jenuh dengan kejadian dislipidemia. mengandung serat. Hal ini tergambar dari hasil
wawancara peneliti dengan responden yang
Hubungan Konsumsi Serat dengan menyatakan bahwasanya responden dalam
Hiperkolesterolemia kesehariannya jarang mengkonsumsi buah
Dari hasil penelitian didapatkan responden buahan serta sayur sayuran yang banyak
dengan konsumsi serat kurang lebih tinggi pada mengandung serat.
kelompok kasus yaitu 32 (86.5%) dibandingkan
dengan responden yang mengkonsumsi serat Hubungan Pengetahuan Gizi dengan
dengan baik yaitu 13 (24.5%) pada kelompok Hiperkolesterolemia
kasus. Dari hasil analisis uji statistik didapatkan Dari hasil penelitian didapatkan responden
nilai p 0.000 < 0.05 artinya konsumsi serat dengan pengetahauan gizi kurang, lebih tinggi
merupakan faktor risiko kejadian pada kelompok kasus yaitu 31 (58.5%)
hiperkolesterolemia. Nilai OR = 2.1maka dapat dibandingkan dengan responden dengan
disimpulkan responden dengan konsumsi serat pengetahauan gizi baik yaitu 14 (37.8%) pada
kurang memiliki peluang 2.1 kali mengalami kelompok kasus. Dari hasil analisis uji statistic
Hiperkolesterolemia dibandingkan responden didapatkan nilai p 0.044 < 0.05 artinya
yang mengkonsumsi serat denan baik. pengetahauan gizi merupakan faktor risiko
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian kejadian hiperkolesterolemia. Nilai OR = 2.4
yang dilakukan Krisnawaty (2013) tentang Risiko maka dapat disimpulkan responden dengan
Hiperkolesterolemia pada Pekerja di Kawasan pengetahauan gizi kurang memiliki peluang 2.4
Industri yang mendapatkan hasil terdapat kali mengalami hiperkolesterolemia dibandingkan
hubungan yang bermakna antara konsumsi serat responden dengan pengetahauan gizi baik.
dengan kejadian hiperkolesterolemia. Penelitian ini sama dengan penelitian yang
Serat dalam makanan (dietary fiber) dilakukan oleh Whardany (2016) tentang Hubungan
merupakan bahan tanaman yang tidak dapat Pengetahuan Diet Dan Perilaku Membaca Informasi
dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan Nilai Gizi Produk Makanan Kemasan Terhadap
manusia. Serat dengan berbagai tipe yang berbeda- Kepatuhan Diet Pasien Penyakit Jantung Koroner
beda dan jumlah yang berlainan terdapat dalam (PJK) Dengan Hipertensi Rawat Jalan di RSUD dr.
segala struktur tanaman. Serat tersebut berada di Moewardi yang mendapatkan hasil terdapat
dalam dinding sel dan di dalam sel-sel akar, daun, hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi
batang, biji serta buah (Beck, 2011). dengan hipertensi dengan nilai p=0.02
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rendahnya pengetahuan gizi responden
Leveille tahun , bahwa serat makanan yang tentang makanan yang baik untuk penderita
diberikan pada laki-laki perempuan dewasa hiperkolesterolemia menjadi salah satu penyebab
berusia 70-79 tahun dapat mencegah terjadinya tingginya kejadian hiperkolesterolemia. Pasien
risiko stroke. Selain itu, Leveille juga menyatakan tidak menerapkan pola makan yang baik dengan
bahwa serat makanan mampu mengikat asam menghindari sumber makanan penyebab tingginya
empedu. Dengan demikian dapat mencegah kolesterol darah.
penyerapannya kembali dari usus, di samping itu
juga meningkatkan konversi kolesterol dari darah 4. KESIMPULAN
menjadi asam empedu. Produk akhir pencernaan Lebih dari separuh responden pada kelompok
lemak dalam usus adalah monogliserida, asam kasus (60%) aktifitas fisiknya ringan. Pada
lemak, kolesterol, fosfolipid, trigliserida berantai kelompok kontrol lebih dari separuh (80%)
pendek dan medium. Lignin dan pektin sebagai responden aktifitas fisiknya sedang. Lebih dari
penyusun serat makanan mempunyai gugus separuh responden pada kelompok kasus
penukar kation yang mampu mengikat asam konsumsi lemak tidak jenuh 29 (64.4%) tidak
empedu dan berfungsi sebagai emulsifier. Dengan
baik. Pada kelompok kontrol lebih dari separuh Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad
25(55.5%) responden baik. Hoesin Palembang Tahun 2008. Tersedia
Sebagian besar responden pada kelompok pada, http://balitbangnovdasumsel.com/
kasus konsumsi lemak jenuh 24 (53.3%) baik. data/download/20140124150739.pdf
Pada kelompok kontrol lebih dari separuh 32 Diakses Pada Tanggal 11 Juni 2015.
(71.1%) responden tidak baik. Hartono, Adry. 2006. Terapi Gizi Dan Diet
Lebih dari separuh responden pada kelompok Rumah Sakit. Buku Kedokteran : Jakarta
kasus konsumsi seratnya 32 (71.1%) kurang. Pada Haritonang, Indah. 2013. Definisi, Jenis,
kelompok kontrol lebih dari separuh 40 (88.9%) Struktur, Dan Fungsi Karbohidrat.
responden baik. Tersedia,padahttp://indaharitonangfakultasp
Lebih dari separuh responden pada kelompok ertanianunpad.blogspot.com/2013/05/definis
kasus 31 (68.9%) pengetahuan gizinya kurang. i-jenis- struktur-dan-fungsi.html. Diakses
Pada kelompok kontrol lebih dari separuh 23 Pada 7 Juli 2015.
(51.1%) responden pengetahuan gizinya baik. Hidayatullah, Syarif. 2013. Faktor Yang
Faktor risiko aktivitas fisik terhadap kejadian Berhubungan Dengan Kadar Kolesterol
hiperkolesterolemia pada penderita Penyakit Total Pada Anggota Klub Senam Jantung
Jantung Koroner di Poli Klinik Jantung RSUP Sehat Uin Jakarta Tahun 2013. Tersedia
Dr.M.Djamil Padang Tahun 2016. Pada. Diakses Pada Tanggal 12 Juli 2015.
Responden dengan aktifitas fisik ringan Michael dkk. 2013. Public Health Nutrition. Buku
memiliki risiko 6. kali mengalami Kedokteran : Jakarta
hiperkolesterolemia dibandingkan responden Mumpuni, Yekti. 2013. Cara Jitu Mengatasi
yang aktifitas fisiknya sedang atau berat. Kolesterol. ANDI: Yogyakarta
Responden yang mengkonsumsi lemak tidak Nita. 2008. Kaitan Penyakit Kardiovaskular,
jenuh dengan baik dapat menekan atau mencegah Hiperkolesterolemia, dan Pola Hidup Sehat.
risiko terjadinya hiperkoles-terolemia 1.44 kali Tersedia Pada www.medicastore.com.
jika dibandingkan responden yang mengkonsumsi Diakses Pada Tanggal 20 Juni 2015.
lemak tidak jenuh secara tidak baik. Prilia, Soraya. 2011. Prevalensi
Responden yang mengkonsumsi lemak jenuh Hiperkolesterolemia Pada Pasien Dengan
secara tidak baik berisiko 2.35 kali mengalami Penyakit Jantung Koroner Di RSUP H.
hiperkolesterolemia dibandingkan dengan Adam Malik. Tersedia Pada
responden yang mengkonsumsi lemak jenuh http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
secara baik. 89/31091/7/Cover.pdf. Diakses Pada Tanggal
Responden dengan konsumsi serat kurang 5 Juni 2015.
memiliki peluang 2.05 kali mengalami Soeharto, Imam.2006. Kolesterol dan Lemak
Hiperkolesterolemia dibandingkan responden Jahat, kolesterol dan LemakBaik. Gramedia :
yang mengkonsumsi serat baik. Jakarta
Faktor risiko pengetahuan gizi terhadap Saputra, Roni. 2013. Satatistik Terapan dalam
kejadian hiperkolesterolemia pada penderita Ilmu Kesehatan Masyarakat. Stikes Perintis
Penyakit Jantung Koroner di Poli Klinik Jantung Sumbar.
RSUP Dr.M.Djamil Padang Tahun 2016. Supriyono, Mamat. 2008. Faktor Risiko Yang
Responden dengan pengetahauan gizi kurang berpengaruh Terhadap kejadian Penyakit
memiliki peluang 2.43 kali mengalami Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45
Hiperkolesterolemia dibandingkan responden tahun. Tersedia
dengan pengetahauan gizi baik. Pada,http://core.ac.uk/download/pdf/117177
72.pdf . Diakses Pada tanggal 15 Juli 2015
5. REFERENSI
Bull, Eleanor. 2007. Kolesterol. Erlangga : Jakarta
Ekawati dkk. 2011. Optimasi Kadar
Maltodekstrin Pada pembuatan Minuman
Instan Serbuk Kayu Manis.. Diakses 11 Juli
2015
Effendi dkk. 2009. Pemberian Diet Serat Tinggi
Dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan
Kadar Kolesterol Darah Pada Pasien
Penyakit Jantung Koroner Di Ruang Rawat
UJI DAYA HAMBAT AIR REBUSAN DAUN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb)
TERHADAP BAKTERI Methicillin Resistent Staphylococcus aureus
Abstract
The main content of Gambier are catechin compounds and other compounds such as katekutannat,
quercetin, gallic acid, elagat acid, catechol, pigments and others. Gambir contain high antioxidants.
The antioxidant properties of Gambir for their polyphenol compounds such as tannins, catechins and
gambiriin. Catechin polyphenols (catechins) are useful as natural antioxidants can counteract free
radicals, so it can serve capture free radicals that can protect against cardiovascular disease,
Methicillin resistant Staphylococcus aureus is a gram-positive which is a type of bacteria present in the
skin. This study aims to demonstrate the inhibition of water decoction of the leaves of gambier against
Methicillin resistant Staphylococcus aureus, this study is an experimental research laboratory using a
method Difusicakram Kirby-Bauer method to determine the diameter of the inhibition of germs, the
concentration of water decoction of the leaves of gambier used was 0.05 g / ml, 0.04 g / ml, 0.06 g / ml,
and 0.08 g / ml, Ciproloxasin as a positive control and sterile distilled water as a negative control. From
the results, the average diameter of the inhibition of the water decoction of the leaves of gambier against
bacteria Methicillin resistant Staphylococcus aureus at concentrations of 0.02 g / ml is obtained 5.6
mm, a concentration of 0.04 g / ml didapatka 7 mm, the concentration of 0.06 gr / ml obtained 8 mm, a
concentration of 0.08 g / ml is obtained 9.3 mm. From the relationship between the concentration of
water decoction of the leaves of gambier with a diameter of inhibitory bacteria, obtained the higher the
concentration of the cooking water, the greater the diameter of inhibition is formed.
Keywords : Methicillin Resistant Staphylococcus aureus, gambier leaves boiled water, power resistor.
1. PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari 1847 dan hingga sekarang tetap menjadi masalah
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap yang cukup menyita perhatian (Darmadi, 2008).
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, Perawatan pada pasien rawat inap. Infeksi
dimana saat ini tingkat kesehatan menghadapi nosokomial menjadi ancaman besar terhadap
tantangan yang sangat berat. Hal ini disebabkan kesehatan sejak di temukannya bakteri yang
oleh tingkat biaya kesehatan yang cenderung resisten terhadap berbagai jenis antibiotik.
meningkat, seperti harga obat-obatan dan biaya Diantaranya bakteri yang sering menyebabkan
layanan dokter atau rumah sakit (Nurwidodo, infeksi nosokomial yaitu Staphylococus aureus
2006). sebesar 21,7% Sekitar 40% bakteri Staphylococus
Penyakit kulit adalah infeksi yang paling aureus yang diisolasi di rumah sakit resisten
umum terjadi pada orang-orang dengan segala terhadap beberapa jenis antibiotik turunan -
usia. Sebagian besar pengobatan infeksi kulit laktam dan sefalosporin, tetapi masih sensitif
membutuhkan waktu yang lama.Untuk terhadap antibiotik vankomisin dan klindamisin
pengobatan biasanya diberikan salep oles pada (Aguilar, et al., 2003).
daerah yang terkena (Hariana, 2008). Penyakit Insiden infeksi MRSA terus meningkat di
infeksi masih merupakan jenis penyakit yang berbagai belahan dunia. Di Asia, prevalensi
paling banyak diderita oleh penduduk di negara infeksi MRSA mencapai 70%, sedangkan di
berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu indonesia prevalensinya sekitar 23,5% pada tahun
penyebab penyakit infeksi adalah bakteri 2006 (Wahid, 2007). Penularan MRSA dapat
Staphylococcus aureus (Radji, 2011). terjadi melalui alat-alat kesehatan, petugas
Pada negara-negara berkembang, penyakit kesehatan, maupun melalui kontak dengan udara
infeksi masih menjadi penyebab utama tingginya (Brien, et al 2004).
angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb)
(mortality) di rumah sakit, dimana penyakit merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi
infeksi yang didapat di rumah sakit ini disebut yang sangat tinggi. Kegunaan gambir secara
dengan infeksi Nosokomial. Infeksi nosokomial tradisional adalah sebagai pelengkap makan sirih
pertama kali dikenal oleh Semmelweis pada tahun dan sebagai obat-obatan. Penggunaan gambir
dalam makan sirih dapat menyehatkan gigi, gusi Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui
dan tenggorokan (Heyne, 1987). Di Malaysia kemampuan daya hambat air rebusan daun gambir
gambir digunakan untuk luka bakar, rebusan daun terhadap bakteri MRSA (Merthicilin resisten
muda dan tunasnya digunakan sebagai obat diare staphylococus aureus. Hasil penelitian ini di
dan disentri serta obat kumur-kumur pada sakit harapkan dapat menambah informasi ilmiah
kerongkongan. Secara moderen gambir banyak mengenai potensi, antimikroba air rebusan daun
digunakan sebagai bahan baku industri farmasi gambir terutama terhadap bakteri MRSA
dan makanan, diantaranya bahan baku obat (Merticilin resistent stapylococcus aureus).
penyakit hati dengan paten catergen, bahan
baku permen yang melegakan kerongkongan bagi 2. METODE PENELITIAN
perokok di Jepang karena gambir mampu Jenis penelitian
menetralisir nikotin. Sedangkan di Singapura Penelitian ini bersifat eksperimental
gambir digunakan sebagai bahan baku obat sakit untuk mengetahui kemampuan daya hambat air
perut dan sakit gigi (Dhalimi, 2006). rebusan daun gambir terhadap pertumbuhan
Kandungan utama dari gambir adalah senyawa bakteri MRSA (Methicillin resistant
katekin dan senyawa lainnya seperti katekutannat, staphylococcus aureus).
kuersetin, asam gallat, asam elagat, katekol, Tempat dan waktu penelitian
pigmen dan lain-lain. Gambir mengandung zat Penelitian ini dilaksanakan di
antioksidan yang tinggi. Sifat antioksidan dari laboratorium STIKes Perintis Sumbar
gambir karena adanya senyawa polifenol seperti kampus 1 Padang.
tanin, katekin dan gambiriin (Kaylaku, 2012). Rancangan Penelitian
Kandungan polifenol katekin (catechin) yang Sampel penelitian ini adalahAir
bermanfaat sebagai antioksidan alami dapat Rebusan Daun Gambir dengan rancangan
menangkal radikal bebas (Gani et all, 2013), penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap
sehingga dapat berfungsi menangkap radikal (RAL). Bakteri MRSA (Methicillin resistant
bebas yang dapat melindungi dari penyakit staphylococcus aureus).diberi perlakuan dengan
kardiovaskuler, oksidasi lipoprotein densitas Air rebusan daun gambir dengan konsentrasi
rendah (LDL), dan penyakit kanker lainnya. 0,02gr/mL, 0,04gr/mL, 0,06gr/mL, dan
Gambir juga memiliki peran dalam mekanisme 0,08gr/mL, dan sebagai control negative yaitu
pertahanan terhadap mikroorganisme, serangga aquades steril. Media yang digunakan adalah agar
dan herbivora (Agawa, 2001 cit Kresnawati, Muller Hinton dengan waktu inkubasi selama 24
2009). jam pada suhu 370C. Masing- masing konsentrasi
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Variabel
melakukan penelitian untuk melihat apakah ada yang diukur adalah diameter zona bening yang
pengaruh air rebusan daun gambir terhadap merupakan indikator daya hambat pertumbuhan
bakteri Metisilin Resisten Staphylococus aureus bakteri MRSA (Methicillin resistant
(MRSA). staphylococcus aureus) terhadap air rebusan daun
Apakah air rebusan daun gambir dapat gambir yang berasal dari berbagai macam infeksi
menghambat pertumbuhan bakteri MRSA pada pasien infeksi nosokomial di RSUP DR. M.
(Merthicilin resistantStaphylococus aureus). Djamil Padang.
Alat dan Bahan Penelitian Lidi kapas steril, Pingset,Alat Penghitung Koloni
Alat yang digunakan:Lampu spiritus, Tabung (Colony Counter).
reaksi, Autoclave, Inkubator, Cawan Petri, Pipet Bahan yang digunakan:Biakan murni
Automatic, Jarum ose, Batang Pengaduk, Oven, MetisilinResisten Staphylococcus aureus
(MRSA), Medium agar Muller-Hinton (MH), Air penambahan aquades sebanyak 1000mL sampai
Rebusan Daun GambirLarutan NaCl 0,9% steril, tersisa kurang lebih setengahnya. Diamkan
Aquades (H2O). sebentar sampai dingin lalu disaring dan diambil
sarinya.
Prosedur Penelitian Pipet air rebusan daun gambir 2mL dan
Cara Kerja Penentuan Daya Hambat Bakteri diencerkan dengan penambahan aquades
MRSA (Methicillin resistant staphylococcus 8mL didapatkan konsentrasi 0,02gr/mL.
aureus). 1. Pipet air rebusan daun gambir 4mL dan
a.Metode diencerkan dengan penambahan aquades 6mL
Metode yang digunakan dalam didapatkan konsentrasi 0,04gr/mL.
penelitian ini adalah metode Difusi Kirby-Bauer. 2. Pipet air rebusan daun gambir 6mL dan
b.Cara kerja diencerkan dengan penambahan aquades 4mL
Pembuatan Air Rebusan Daun Gambir didapatkan konsentrasi 0,06gr/mL.
Dipilih daun gambir muda, kemudian 3. Pipet air rebusan daun gambir 8mL dan
ditimbang sebanyak 100gr. Setelah itu dicuci dan diencerkan dengan penambahan aquades 2mL
dipotong kecil-kecil kemudian di masukan didapatkan konsentrasi 0,08gr/mL.
kedalam erlenmeyer, lalu direbus dengan Dan dapat dilihat pada gambar 4.2.
Uji Aktivitas Antibakteri Menggunakan suhu ruang, tetapi tidak lebih dari 15 menit,
Metode Difusi Kirby Bauer supaya medium benar-benar kering sebelum
Disiapkan media agar Muller Hinton dengan dilakukan uji kepekaan dengan air rebusan daun
ketebalan media 4-6 mm dan diberi tanda dengan gambir.
dibagi menjadi 4 daerah uji. Persiapkan suspensi Tempatkan cakram yang telah direndam
bakteri MRSA (Methicillin resistant dengan larutan air rebusan daun gambir dengan
staphylococcus aureus) Kemudian kertas cakram berbagai konsentrasi pada permukaan agar yang
steril dengan diameter tertentu dicelupkan atau telah ditanami bakteri dengan memperhatikan
ditetesi dengan 15 L larutan air rebusan daun jarak penyimpanan cakram. Dapat dilakukan
gambir setelah dibuat dengan setiap konsentrasi. menggunakan pinset steril.
Masing- masing konsentrasi mempunyai 3 kali Diinkubasikan pada suhu 370 C selama 24
ulangan. jam didalam inkubator. Interpretasi hasil
Penanaman bakteri pada Muller Hinton agar pengujian dilakukan setelah inkubasi selama 24
dengan cara : celupkan swab steril ke dalam jam. Diameter zona bening yang terdapat disekitar
suspensi bakteri, angkat swab kemudian di atas kertas cakram diukur menggunakan mistar. Zona
permukaan suspensi inokulum pada sisi tabung bening ini menandakan ada daya hambat air
putar swab dengan sedikit ditekan agar tidak rebusan daun gamir terhadap pertumbuhan bakteri
berlebih, kemudian diusapkan pada seluruh MRSA (Methicillin resistant staphylococcus
permukaan medium Muller Hinton agar, aureus).
kemudian plate dibiarkan selama 3-5 menit pada
Gambar 4.3.1 Daya hambat Air Rebusan Daun Gambir (Uncaria gambier Roxb) terhadap
MRSA dengan konsentrasi 0,02gr/mL 0,04gr/mL 0,06gr/mL dan 0,08gr/mL
Dari gambar diatas didapatkan bahwa air rebusan daun gambir (Uncaria gambier Roxb) dalam
berbagai konsentrasi dapat menghasilkan daerah bebas kuman pada pertumbuhan Methicillin resistent
Staphylococcus aureus, dan daya hambat yang dimiliki berbagai konsentrasi rebusan daun gambir
(Uncaria gambier Roxb) berpengaruh terhadap daerah bebas kuman yang timbul.
Pembahasan
Kegunaan gambir secara tradisional adalah Di Malaysia gambir digunakan untuk luka
sebagai pelengkap makan sirih dan sebagai obat- bakar, rebusan daun muda dan tunasnya
obatan. Penggunaan gambir dalam makan sirih digunakan sebagai obat diare dan disentri serta
dapat menyehatkan gigi, gusi dan tenggorokan obat kumur-kumur pada sakit kerongkongan.
(Heyne, 1987). Secara moderen gambir banyak digunakan
sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan, Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
diantaranya bahan baku obat penyakit hati dengan terhadap pengukuran diameter daerah bening pada
paten catergen, bahan baku permen yang masing-masing konsentrasi yang dilakukan
melegakan kerongkongan bagi perokok di Jepang selama empat hari dan tiga kali pengulangan,
karena gambir mampu menetralisir nikotin. memperlihatkan hasil yang berbeda.pengulangan I
Sedangkan di Singapura gambir digunakan didapatkan hasil tertinggi 9mm pada konsentrasi
sebagai bahan baku obat sakit perut dan sakit gigi 8gr/ml, pengulangan II didapatkan hasil tertinggi
(Dhalimi, 2006). 8mm pada konsentras 8gr/ml, pengulangan III
Kandungan polifenol katekin (catechin) yang didapatkan hasil tertinggi 8mm pada konsentrasi
bermanfaat sebagai antioksidan alami dapat 8gr/ml.
menangkal radikal bebas (Gani dkk, 2013), Adanya daya hambat terhadap pertumbuhan
sehingga dapat berfungsi menangkap radikal kuman menunjukkan bahwa adanya senyawa aktif
bebas yang dapat melindungi dari penyakit antibakteri dalam air rebusan daun gambir (
kardiovaskuler, oksidasi lipoprotein densitas Uncaria gambier Roxb) dapat menghambat
rendah (LDL), dan penyakit kanker lainnya. pertumbuhan bakteri MRSA, makin besar
Gambir juga memiliki peran dalam mekanisme konsentrasi yang diberikan makin besar pula
pertahanan terhadap mikroorganisme, serangga daerah bebas kuman yang diperoleh. Besarnya
dan herbivora (Agawa, 2001 cit Kresnawati, daya hambat terhadap pertumbuhan kuman
2009). tergantung pada jumlah senyawa yang terkandung
Bachtiar (1991) mengatakan kandungan paa tiap-tiap konsentrasi yang berbeda. Semakin
kimia gambir yang banyak dimanfaatkan adalah tinggi konsentrasi maka besar pula senyawa aktif
katekin dan tannin. Secara tradisional daun gambir yang terkandung didalamnya sehingga daya
sering juga digunakan sebagai obat untuk luka, hambat terhadap pertumbuhan kuman semakin
demam, sakit kepala, sakit perut dan infeksi besar. Sebaliknya dengan penuruan konsentrasi
karena bakteri dan jamur (Kaylaku, 2012). Hasil maka semakin sedikit pula senyawa aktif yang
uji bakteri didapatkan bahwa ekstrak gambir terkandung didalamnya sehingga daya hambatnya
memiliki aktifitas anti bakteri dalam berbagai terhadap pertumbuhan kuman semakin kecil.
konsentrasi terhadap bakteri Escherichia coli dan Terhambatnya pertumbuhan kuman terlihat
Staphylococcus aureus, dibuktikan dengan jelas dengan semakin besarnya daerah bebas
terbentuknya daerah zona bening yang tidak kuman pada medium, disebabkan oleh kandungan
ditumbuhi oleh bakteri (Kresnawaty, 2009). yang dimiliki daun gambir yaitu senyawa katekin,
Dilaporkan juga bahwa disamping mengandung katekutannat, kuersetin, asam gallat,asam elegat,
bahan aktif anti mikroba gambir juga bersifat anti katekol. Gambir mengandung zat antioksidan
jamur dan serangga (Adria, 1998). yang tinggi. Sifat antioksidan dari gambir karena
Air rebusan daun gambir ( Uncaria gambier adanya senyawa polifenol seperti tanin, katekin
Roxb) digunakan untuk mengobati penyakit dan gambirin (Kaylaku, 2012).
infeksi kulit seperti luka yang disebabkan oleh
bakteri. Hasil penelitian yang telah dilakukan 4. KESIMPULAN
menunjukkan bahwa air rebusan daun gambir ( Setelah dilakukan penelitian uji daya hambat
Uncaria gambier Roxb) memiliki daya hambat air rebusan daun gambir (Uncaria gambier Roxb)
terhadap pertumbuan kuman MRSA. Hal ini dapat terhadap pertumbuhan bakteri MRSA maka dapat
dilihat dari terbentuknya daerah bening bebas disimpulkan:
pertumbuhan kuman disekitar cakram. 1. Daya hambat air rebusan daun gambir
Uji daya hambat air rebusan daun gambir ( terjadi pada konsentrasi 0,02gr/ml dengan rata-
Uncaria gambier Roxb) terhadap bakteri MRSA rata diameter zona bening 4,6mm, konsentrasi
dibuat dalam konsentrasi 0,02gr/ml, 0,04gr/ml, 0,04gr/ml dengan rata-rata diameter zona bening
0,06gr/ml, 0,08gr/ml dan kontrol positif 6mm, konsentrasi 0,06gr/ml dengan rata-rata
(Ciproloxasin). Pertumbuhan kuman dapat diameter zona bening 7mm, konsentrasi 0,08gr/ml
dihambat pada konsentrasi 0,08gr/ml didapatkan dengan rata-rata diameter zona bening 8,3mm.
pada daerah bebas kuman yang lebih besar 2. Semakin tinggi konsentrasi yang
dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih digunakan, maka semakin besar pula diameter
rendah. Konsentrasi 0,02gr/ml merupakan daya hambat yang di dapatkan sehingga pada
konsentrasi yang memiliki nilai daya hambat yang dasarnya daun gambir bisa digunakan untuk
paling kecil diantara konsentrasi yang lain, dilihat menghambat bakteri Metisilin resisten
dari hasil pengamatan yang telah dilakukan. Stapylococus aureus dikarnakan kandungan sifat
*Program Studi D IV Analis Kesehatan/ Tek. Lab. Medik STIKes Perintis Padang
Alumni Program Studi D IV Analis Kesehatan/ Tek. Lab. Medik STIKes Perintis Padang
Correspondent Author: mif.mushlih@gmail.com
Abstract
The treatment of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) / Dengue shock syndrome (DSS) is mainly
supportive or symptomatic because there is no specific therapy to increase the platelet count. Palm juice
contains protein, fiber, glucose, vitamins and minerals that are important to metabolism. This study
aimed to determine the effect of palm juice to increase the number of platelets in DHF patients. Samples
are obtained by purposive sampling. Giving doses palm juice 3 times a day. Analysis using one-way
ANOVA test and T-test. The results show Palm juice have significantly influenced the increase of the
platelets number in patients with DHF in which the p-value <0.05.
Key Words: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Platelet count , Palm juice
1. PENDAHULUAN
Di Indonesia kasus demamberdarah trimbosit pada sirkulasi darah (Tarwoto dkk.,
dengue pertama kali terjadi di Surabaya pada 2008). Banyak penelitian telah dilakukandengan
tahun1968. Penyakit demam berdarah dengue memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam
pertama kali ditemukan di 200 kota di 27 untuk mengatasi penyakit dengan defisiensi
provinsi dan telah terjadi kejadian luar biasa trombosit. Buah jambu biji merah, buah
(KLB) akibat demam berdarah dengue. Profil angkak, daun ubi jalar, air kelapa muda dan
kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 1999 kurma secara empirik dapat digunakan pada
melaporkan bahwa kelompok tertinggi adalah kasus defisiensi trombosit (Bermawie, 2006;
usia 5-14 tahun yang terserang sebanyak 37%. Sahutu, 2010).
Data tersebut didapat dari data rawat inap Buah kurma (Phoenix dactylifera) kaya
rumah sakit. Rata-rata insidensi penyakit DBD dengan protein, serat, glukosa dan vitamin
sebesar 6-27 /100.000 penduduk (Widoyono, seperti vitamin A (-karoten), B1 (tiamin), B2
2011). (riboflavin), C (asam askorbat), Biotin, Niasin,
DBD merupakan suatu infeksi akut asam folat dan terdapat zat mineral seperti Besi,
yang disebabkan Arbovirus (arthropodbor Kalsium, Sodium dan potassium (Habib &
virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Ibrahim, 2011). Kadar protein pada buah kurma
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Tanda dan sekitar 1,8-2%, kadar glukosa sekitar 72-88%, dan
gejala Penyakit DBD, demam mendadak 2 sampai kadar serat 2-4% (Chao & Krueger, 2007).
7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, Menurut Linder (2006) terdapat
gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan hubungan yang jelas antara kebutuhan askorbat
dikulit berupa bintik perdarahan, lebam/ruam dan perbaikan pembuluh darah seperti pada gejala
(Hadinegoro, 2001). Keadaan kritis terjadi sariawan, perdarahan gusi dan penyembuhan luka.
mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2009)
menurun atau shock. DBD menyebabkan mengenai metabolism sari kurma pada pasien
Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 dan dewasa dengan demam berdarah dengue
ditemukan penurunan trombosit hingga membuktikan bahwa persentase peningkatan
100.000/mm3 dan hemokonsentrasi jumlah trombosit per hari pada pasien DBD
meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau dengan pemberian kurma lebih tinggi bila
lebih (Widoyono, 2011). dibandingkan dengan kontrol. Rata-rata
Pada pasien trombositopenia terdapat persentase peningkatan trombosit per hari dengan
perdarahan baik kulit seperti patekia atau pemberian kurma yaitu sebesar 23,90%. Rata-rata
perdarahan mukosa mulut. Hal ini disebabkan persentase peningkatan trombosit per hari kontrol
karena trombosit tidak ataukurang diproduksi yaitu sebesar 8,09%.
di sumsum tulang atau karena kerusakan
dengan umur 15-35 tahun dengan dosis 30 mL Pengetahuan Alam Institut Pertanian
perhari dengan kontrol pembanding digunakan Bogor.
data rekam medis sebanyak 9 orang. Rata-rata Linder M. 2006. Biokimia nutrisi dan
persentase peningkatantrombosit perhari dengan metabolisme. Terjemahan oleh Aminuddin
pemberian kurma yaitu sebesar 23,90%. Rata-rata Parakkasi. UI: Jakarta.
persentase peningkatan trombosit per harikontrol
yaitu sebesar 8,09%.
Persamaan antara penelitian yang
dilakukan oleh Kusuma (2009) dengan penelitian
ini adalah tetap dilakukannya intervensi
pemberian cairan infus dan obat-obatan terhadap
responden sehingga responden pada kedua
penelitian ini bersifat homogen dan hasil
penelitian keduanya tetap menunjukkan hasil
yang sama yaitu terjadi peningkatan jumlah
trombosit setelah intervensi pemberian sari kurma.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa sari kurma mempunyai
pengaruh signifikan terhadap peningkatan
jumlah trombosit pada penderita DBD.
5. REFERENSI
Ahmed, Rizal, Muntaz, Khan & Tariq M. 2008.
Dengue fever outbreak in karachi 2006-a
study of profile and outcome of children
under 15 years of age, J Pak Med Assoc.
Vol.58, No.1
Bermawie N. 2006. Mengatasidemam
berdarah dengan tanaman obat. Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Vol.28. No. 6, p. 6-8.
Chao CT & Krueger RR. 2007. The
datepalm (Phoenix dactylifera
L.):overview of biology, uses and
cultivation, Hortscience, vol 42 (5)
Habib HM & Ibrahim WH. 2011. Nutritional
quality of 18 date
fruitvarieties,International Journal of
Food Sciences and Nutrition, 62 (5):
544-551
Hadinegoro S, Soegijanto S, Wuryadi S &
Seroso T. 2001. Tatalaksana Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Dep.Kes
RI. Jakarta.
Hartoyo E. 2008. Spektrum klinis demam
berdarah dengue pada anak,
SariPediatri. Vol. 10, No. 3.
Kusuma MAN. 2009. Metabolisme sari
kurma pada pasien demam berdarah
dengue: studi hematologis. Disertasi
diterbitkan. Bogor: Program Studi
Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Abstract
Self-esteem is closely associated with weight adolescents. Teenagers who have a healthy
weight, easier to accept the environment so that teens are becoming more confident and can improve
self-esteem, and vice versa. Adolescents who are obese have lower self-esteem, especially, low self-
perception will physical appearance, athletic competence and declining cognitive abilities as well as
the disruption of the award on the body. An initial survey of the 10 students known that four people
(40%) were obese. Among the four students who are obese are 3 people feel insecure and feel inferior
to her appearance. The aim of research for obesity know relationship with low self esteem. Descriptive
analytic method with cross sectional design. The population is all students / i in Senio High School 5
Bukittinggi, totaling 1,168 people. Samples numbered 92 people, who were taken by systematic.
sampling porposive Processing and analysis of data is computerized. The results of the univariate
analysis are known in 78.3% of respondents were not obese, and 51.1% did not experience low self-
esteem. The results of the bivariate analysis there is a relationship of obesity with low self esteem (p =
0.017 and OR 4.200). Expected at the school, especially teachers BK, in order to attention and
counseling to students/i that obesity.
1. PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan merupakan masa diri rendah. Harga diri rendah adalah perasaan
perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
ke masa dewasa yang meliputi perubahan berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap
biologis, perubahan psikologis, dan perubahan diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dan
sosial. Menurut World Health Organization Akemat, 2010). Gangguan harga diri rendah di
(WHO) remaja merupakan individu yang sedang gambarkan sebagai perasaan yang negatif
mengalami masa peralihan yang secara berangsur- terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya
angsur mencapai kematangan seksual, mengalami diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan
dewasa dan mengalami perubahan keadaan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada
ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif orang lain, perasaan tidak mampu, mudah
mandiri (Notaotmodjo, 2011). tersinggung dan menarik diri secara sosial
Perubahan apapun yang membedakan remaja (Rikayanti, 2014).
dari teman sebayanya dianggap sebagai suatu Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala
tragedi besar. Citra tubuh remaja yang berubah yang dimunculkan sebagai perilaku telah
cepat tersebut sering membuat mereka merasa dipertahankan dalam waktu yang lama dan terus
tidak nyaman pada tubuh mereka sendiri. Mereka menerus, mengekspresikan sikap malu atau
dapat berespon terhadap kejadian semacam itu minder, rasa bersalah, kontak mata kurang atau
dengan mengajukan peratanyaan, menarik diri, tidak ada, selalu mengatakan ketidak mampuan
menolak orang lain (Wong, 2009). atau kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung
Tindakan remaja yang menarik diri tersebut pada orang lain, tidak asertif, pasif atau hipoaktif,
merupakan salah satu gejala dan tanda dari harga bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan
balik positif dan membesarkan umpan balik petugas kesehatan dari Puskesmas datang setiap 1
negatif mengenai dirinya. kali dalam 6 bulan. Petugas kesehatan datang
Pada penelitian yang dilakukan Frost dan Mc. untuk melakukan penjaringan kesehatan
Kelvie (2004) ditemukan hubungan yang (pengukuran BB dan TB, pemeriksaan kesehatan
signifikan antara harga diri dan kepuasan citra mata, pemeriksaan kesehatan gigi) dan pembinaan
tubuh pada anak-anak, remaja dan orang dewasa UKS. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada
khususnya remaja putri yang tidak puas terhadap siswa/i kelas X saja. Survei awal yang dilakukan
citra tubuhnya mempunyai harga diri yang rendah terhadap 10 orang siswa yang telah diukur berat
dan mengalami eating disorder atau gangguan badan dan tinggi badannya diketahui bahwa 4
makan. Sarafino (2002) remaja dengan berat orang (40%) diantaranya mengalami obesitas.
badan lebih mempunyai harga diri yang rendah Saat dilakukan wawancara pada 4 orang siswa/i,
dibandingkan dengan remaja yang mempunyai diketahui bahwa 3 orang merasa tidak percaya diri
berat badan normal (Kawuwung, 2015). dan merasa minder dengan penampilannya,
Remaja yang obesitas memiliki harga diri yang sehingga mereka merasa malu tampil di depan
lebih rendah, terutama rendahnya persepsi diri umum. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk
akan penampilan fisik, kompetensi atletik dan mengetahui tentang hubungan obesitas dengan
menurunnya kemampuan kognisi serta harga diri rendah pada siswa/i SMA N 5
terganggunya penghargaan pada tubuh (French Bukittinggi tahun 2016.
dkk, 2000). Menurunnya harga diri pada remaja
yang obesitas terutama bila mereka merasa bahwa
mereka yang bertanggung jawab akan kelebihan
berat badan pada dirinya, sedangkan bagi remaja
yang menyalahkan faktor eksternal yang
menyebabkan mereka kelebihan berat badan
cenderung memiliki harga diri yang lebih positif
(Sutjijoso, 2009).
Untuk mengukur seseorang menderita obesitas
atau tidak, digunakan pedoman Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI),
dengan rumus berat badan (kg) dibagi tinggi
badan (m2). Jumlah angka penderita kelebihan
berat badan dan obesitas pada remaja di dunia
terus meningkat. Berdasarkan data Centres for
Disease Control and Prevention (CDC) Amerika,
angka obesitas pada remaja terus meningkat dari
5% di tahun 1980 hingga 21% di tahun 2012
dengan 20,5% remaja perempuan dan laki-laki
mengalami obesitas (www.cdc.gov).
Prevalensi obesitas pada remaja usia 1618
tahun di Indonesia menurut Riskesdas 2013 adalah
sebanyak 1,6%. Dan prevalensi obesitas pada
remaja usia 1618 tahun di Provinsi Sumatera
Barat juga sebanyak 1,69% (www.depkes.go.id).
Di kota Bukittinggi, berdasarkan hasil
pemeriksaan obesitas pada pengunjung
Puskesmas se Kota Bukittinggi tahun 2014,
diketahui bahwa terdapat penderita obesitas
sebanyak 83 orang (3,2%) dari 312.675 kunjungan
pada penduduk usia > 15 tahun yang terdiri dari
29 orang laki-laki dan 54 orang perempuan (DKK
Bukittinggi, 2015).
SMA N 5 Bukittinggi berada 3 km dari pusat
kota. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah dan pembina UKS, diketahui bahwasanya
2. METODE PENELITIAN
Desain Penelitian Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif Setelah data terkumpul diklasifikasikan dalam
analitik dengan desain cross sectional yaitu suatu beberapa kelompok menurut sub variable yang
penelitian yang bertujuan untuk mempelajari ada dalam pertanyaan. Data yang terkumpul
dinamika hubungan antara faktor-faktor risiko diolah dengan langkah-langkah seperti
dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi pemeriksaan data (editing), pemberian tanda
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (coding), pengelompokan (tabulating), entry data,
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilakukan memproses data (processing), dan pembersihan
terhadap variabel yang diduga berhubungan, yaitu data (cleaning).
obesitas dengan harga diri rendah.
Analisa Data
Sampel Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
Negeri 5 Bukittinggi yang berjumlah 92 orang. penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan persentase.
Instrument
Instrument untuk pengumpulan data pada Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel
penelitian ini menggunakan kuesioner yang yang diduga berhubungan. Analisis hasil uji
memuat beberapa pertanyaan yang telah statistik menggunakan Chi-Square test untuk
dikembangkan oleh peneliti sesuai kerangka menyimpulkan adanya hubungan 2 variabel.
konsep.
Obesitas Frekuensi %
Obesitas 20 21,7
Tidak obesitas 72 78,3
Jumlah 92 100
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 92 responden, sebagian besar (78,3 %) siswa/i
SMA N 5 Bukittinggi tidak mengalami obesitas.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Harga Diri Rendah pada Siswa/i
SMA N 5 Bukittinggi Tahun 2016
(n = 92)
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 92 responden, lebih dari sebagian (51,1 %) siswa/i
SMA N 5 Bukittinggi tidak mengalami harga diri rendah.
Tabel 5.3
Hubungan Obesitas dengan Harga Diri Rendah pada Siswa/i
SMA N 5 Bukittinggi Tahun 2016
(n = 92)
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang mengalami obesitas, terdapat 15 orang (75,0
%) siswa/i SMA N 5 Bukittinggi memiliki harga diri rendah dan 5 orang (25,0 %) siswa/i SMA N 5
Bukittinggi tidak memiliki harga diri rendah. Dan diantara 72 responden yang tidak mengalami obesitas,
terdapat 30 orang (41,7 %) siswa/i SMA N 5 Bukittinggi memiliki harga diri rendah dan 42 orang (58,3
%) siswa/i SMA N 5 Bukittinggi tidak memiliki harga diri rendah.
Hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai p = 0,017 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara obesitas dengan harga diri rendah pada siswa/i SMA N 5 Bukittinggi tahun 2016,
dengan Odds Ratio 4,200, artinya bahwa responden yang mengalami obesitas mempunyai peluang 4,2
kali untuk memiliki harga diri rendah, dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami obesitas.
Pembahasan
Obesitas Akemat, 2010). Gangguan harga diri rendah di
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari gambarkan sebagai perasaan yang negatif
92 responden, sebagian besar tidak mengalami terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya
obesitas, yaitu sebanyak 72 orang (78,3 %). diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
Obesitas adalah keadaan yang menunjukkan keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan
adanya kelebihan lemak tubuh. Obesitas produktivitas, destruktif yang diarahkan pada
disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor orang lain, perasaan tidak mampu, mudah
genetik, gangguan metabolik, konsumsi makanan tersinggung dan menarik diri secara sosial
yang berlebihan yang tidak diimbangi dengan (Rikayanti 2014).
olahraga yang teratur. Obesitas dapat Menurut asumsi peneliti, responden yang
meningkatkan risiko timbulnya berbagai memiliki harga diri rendah disebabkan adanya
gangguan kesehatan seperti hipertensi, perasaan negatif terhadap diri dan kemampuan
hiperlipidemia, DM, dan lain sebagainya dirinya, serta merasa tidak berharga dibandingkan
(Waspadji dan Sukardji, 2003). teman-temannya yang lain. Hal ini terlihat dari
Menurut asumsi peneliti, remaja yang hasil pengumpulan data bahwa banyak responden
mengalami obesitas disebabkan berat badan yang merasa penampilannya tidak trendy, adanya
mereka melebihi berat ideal untuk tinggi keinginan untuk merubah bentuk tubuh saat ini,
badannya, dimana hasil penilain IMT (indeks dan selalu membandingkan diri dengan
massa tubuh) mereka > 30. Hal ini juga terlihat penampilan orang lain. Timbulnya harga diri
dari pemantauan pada saat penelitian bahwa rendah tersebut dapat disebabkan karena postur
remaja tersebut memiliki timbunan lemak di tubuh mereka bukan merupakan postur tubuh ideal
beberapa bagian tubuhnya, seperti pinggang, bagi seorang remaja, karena adanya tekanan dari
perut, panggul dan paha. Terjadinya obesitas teman-teman sepergaulannya yang memiliki
tersebut dapat dipengaruhi oleh pola makan penampilan lebih menarik dan trendy.
remaja yang berlebihan dan tidak mengkonsumsi Bagi responden yang tidak memiliki
gizi seimbang, serta malas melakukan aktifitas harga diri rendah disebabkan mereka yakin dan
untuk membakar energi/lemak yang ada pada percaya diri dengan penampilannya. Hal ini
tubuh. terlihat dari hasil pengumpulan data bahwa
Bagi responden yang tidak obesitas banyak responden yang merasa penampilannya
disebabkan IMT mereka kurang dari 30, dimana menarik, tidak merasa kecewa dengan
mereka tidak memiliki kelebihan timbunan lemak penampilannya dan tidak merasa malu dengan
di tubuhnya. Remaja yang tidak obesitas tersebut keadaan tubuhnya saat ini. Tidak adanya harga
dapat disebabkan adanya aktifitas fisik yang dapat diri rendah tersebut dapat disebabkan karena
membakar energi dan timbunan lemak yang ada remaja yang bersangkutan tidak mengalami
pada tubuh. Disamping itu, kemungkinan remaja obesitas, sehingga mereka bisa merasa yakin dan
ini juga tidak menyukai makanan yang dapat percaya diri dengan penampilannya, dimana
menyebabkan timbulnya obesitas, seperti apapun yang meraka gunakan terasa membuat
makanan yang banyak mengandung lemak. dirinya lebih menarik dan penampilannya tidak
Adanya program diet yang dijalankan remaja juga jauh berbeda dengan teman-teman
menjadi penyebab tidak terjadinya obesitas pada sepergaulannya.
dirinya, karena mereka berusaha untuk
mengkonsumsi gizi seimbang dan membatasi Hubungan Obesitas dengan Harga Diri
konsumsi makanan yang dapat menyebabkan Rendah
kegemukan. Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat
diketahui bahwa dari 20 responden yang
Harga Diri Rendah mengalami obesitas, terdapat 15 orang (75,0 %)
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui memiliki harga diri rendah dan 5 orang (25,0 %)
bahwa dari 92 responden, lebih dari sebagian tidak tidak memiliki harga diri rendah. Dan diantara 72
mengalami harga diri rendah, yaitu sebanyak 47 responden yang tidak mengalami obesitas,
orang (51,1 %). terdapat 30 orang (41,7 %) memiliki harga diri
Harga diri rendah adalah perasaan tidak rendah dan 42 orang (58,3 %) tidak memiliki
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang harga diri rendah. Hasil uji statistik chi-square
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap didapatkan nilai p = 0,017 (p < 0,05) artinya
diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat dan terdapat hubungan obesitas dengan harga diri
rendah pada siswa/i SMA N 5 Bukittinggi tahun 1. Sebagian besar responden yaitu 78,3 %
2016, responden yang mengalami obesitas tidak mengalami obesitas.
berpeluang 4,2 kali untuk memiliki harga diri 2. Lebih dari sebagian responden yaitu 51,1 %
rendah, dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami harga diri rendah.
tidak mengalami obesitas. 3. Terdapat hubungan antara obesitas dengan
Harga diri erat kaitannya dengan berat harga diri rendah pada siswa/i SMA N 5
badan remaja. Remaja yang memiliki berat badan Bukittinggi tahun 2016 dengan p value
ideal, lebih mudah diterima lingkungannya 0,017 ( 0,05 )
sehingga remaja tersebut menjadi lebih percaya
diri dan dapat meningkatkan harga dirinya, begitu 5. REFERENSI
pula sebaliknya. Sedangkan remaja yang
mengalami obesitas atau kegemukan seringkali Al-Mighwar, M. (2011). Psikologi remaja.
merasa tidak menarik dan berbeda dari remaja Pustaka Setia: Bandung.
lainnya. Penelitian yang dilakukan untuk melihat
hubungan antara harga diri dan obesitas pada Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu
remaja pertama kali dilakukan oleh French dan pendekatan praktik. Rineka Cipta:
kawan-kawan pada tahun 1995. Penelitian ini Jakarta.
menemukan adanya hubungan antara obesitas
dengan harga diri yang rendah pada anak dan Atwater, E dan Duffy. K. G. (1999). Psychology
remaja (French dkk,1995 dalam Sutjijoso, 2009). for living; adjustment, growth,
Remaja yang obesitas memiliki harga diri andbehavior today (6th ed). Prietice-
yang lebih rendah terutama, rendahnya persepsi Hall. Ince: New Jersey.
diri akan penampilan fisik, kompetensi atletik dan
menurunnya kemampuan kognisi serta Baron, R. A. dan Byrne, D. (2004). Psikologi
terganggunya penghargaan pada tubuh (French sosial (Ed. 10). Penerbit Erlangga:
dkk,1995). Menurunnya harga diri pada remaja Jakarta.
yang obesitas terutama bila mereka merasa bahwa
mereka yang bertanggung jawab akan kelebihan Burn, R. B. (1998). Konsep diri: Teori
berat badan pada dirinya, sedangkan bagi remaja pengukuran, perkembangan dan
yang menyalahkan faktor eksternal yang perilaku. Ahli bahasa oleh Eddy. Arcan:
menyebabkan mereka kelebihan berat badan Jakarta.
cenderung memiliki harga diri yang lebih positif
(Sutjijoso, 2009). Centres for Disease Control and Prevention.
Menurut asumsi peneliti, adanya (2015). Childood obesityfacts, diakses
hubungan obesitas dengan harga diri rendah tanggal 27 Agustus 2015,
disebabkan remaja yang mengalami obesitas <www.cdc.gov>.
cendrung untuk memiliki harga diri rendah, dan
sebaliknya remaja yang tidak mengalami obesitas Copernito. (2000). Buku diagnosa keperawatan.
cendrung untuk tidak memiliki harga diri rendah. Editor Monica Ester. EGC: Jakarta.
Hal ini dapat terjadi karena kondisi tubuh yang
obesitas menyebabkan remaja tersebut tidak dapat Dacey, J dan Kenny. (2001). Adolescent
memiliki penampilan seperti teman-temannya development (2nd ed). Browndan
yang lain, dimana mereka kesulitan mencari baju Benchmark Publisher: USA.
yang ideal bagi badannya. Disamping itu, kondisi
tubuh yang obesitas menyebabkan remaja sering Guyton dan Hall. (2008). Buku ajar fisiologi
disindir oleh teman sepergaulan, sehingga kedokteran. EGC: Jakarta.
membuat mereka tidak percaya diri dan
melahirkan harga diri yang rendah. Hawari, Dadang. (2001). Manajemen stres, cemas,
dan depresi. Fakultas Kedokteran
4. KESIMPULAN DAN SARAN Universitas Indonesia: Jakarta.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Hidayat, AA. (2007). Riset keperawatan dan
hubungan obesitas dengan harga diri rendah pada teknik penulisan. Salemba Medika:
siswa/i SMA N 5 Bukittinggi, dapat diambil Jakarta.
kesimpulan bahwa:
Kawuwung. (2015). Hubungan obesitas dengan Rimbawan dan Albainer Siagian. (2004). Indeks
citra tubuh dan harga diri pada remaja glikemik pangan. Penebar Swadaya:
putri program studi ilmu keperawatan Jakarta.
fakultas kedokteran universitas sam
ratulangi Manado. e-Journal Sarwono, SW. (2012). Psikologi remaja.
Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor 2 Rajawali Press: Jakarta.
Mei 2015.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2002). Psikologi
Keliat, Budi Anna, dkk. (2005). Proses sosial individu dan teori-teori psikologi
keperawatan kesehatan jiwa edisi 2. sosial. Balai Pustaka: Jakarta.
EGC: Jakarta.
Sherwood NE, Jeffery RW, French SA, Hannan
Keliat dan Akemat. (2010). Model praktik PJ, Murray DM. (2000). Predictors of
keperawatan profesional jiwa. EGC: weight gain in the pound of prevention
Jakarta. study.
(2011). Tinjauan pustaka, diakses tanggal 27 Stuart, Gait dan Sundeen, Sandra. (2005). Buku
agustus 2015, <www.usu.ac.id>. ajar keperawatan jiwa. EGC: Jakarta.
Stuart, G. W dan Sundeen. (2006). Buku saku
Kusumawati, Frida dan Yudi Hartono. (2010). keperawatan jiwa. EGC: Jakarata.
Buku ajar keperawatan jiwa. Salemba
Medika: Jakarta. Sutjijoso, AR. (2009). Harga diri dan prestasi
belajar pada remaja yang obesitas.
Nanda. (2005). Panduan diagnosa keperawatan Jurnal Psikologi Volume 3, No.1,
Nanda definisi dan klasifikasi 2005- Desember 2009
2006. Editor: Budi Sentosa. Prima
Medika: Jakarta. Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta. 2010.
Kesehatan remaja; problem dan
Notoatmodjo. (2005). Metodologi penelitian solusinya. Salemba Medika: Jakarta
kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Townsend. (2003). Diagnosa keperawatan pada
--------. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. keperawatn psikiatri, pedoman untuk
Rineka Cipta: Jakarta. pembuatan rencana perawatan Edisi 3.
EGC: Jakarta.
--------. (2011). Kesehatan masyarakat ilmu dan
seni. Rineka Cipta: Jakarta. ----------. (2005). Essensials of psychiatric mental
health nursing. Davis Company:
Potter, P. A dan Perry, A. G. (2005). Buku ajar Philadelphia.
fundamental keperawatan. EGC:
Jakarta. Trihendradi. C. (2009). 7 langkah mudah
melakukan analisa statistik
Rikayanti. (2014). Hubungan harga diri dengan menggunakan SPSS. Andi Offset:
aktualisasi diri pada remaja putri Yogyakarta.
dengan obesitas di SMA Negeri 4
Makassar Volume 2 Nomor 4 Tahun Videbeck, Sheila L. (2008). Buku ajar
2013 ISSN : 2302-1721 keperawatan jiwa. Alih bahasa, Renata
Komalasari Alfrina Hany, Editor edisi
Nurhamidah1), Widiadara2)
1)
Program studi S1 gizi, STIKesPerintis Padang
email : nurhamidah_29@yahoo.com
2)
Program studi D-III gizi, STIKes Perintis Padang
Abstract
Pantau fish is have silvery bright basic colors. Fins yellowish color coupled with each lobe of
the tail fin has a black ribbon across it. Body shape of this fish body length rounded, her scales large,
and to date no studies done that look at the analysis of the nutritional value of fish this pantau. The
purpose of this study was to determine the nutritional value of fish pantau analysis and to determine the
level of A panelist on the process pengolahan.Metode: pantau fish smoothed by way of raw, steamed,
fried and dried and then analyzed qualitatively, SSA and HPLC to see kharbohidrat nutritional value,
protein , fat, moisture content, ash content, calcium, zinc and vitamin A. Also the organoleptic test
(hedonic) for color, aroma, texture and taste. The survey results revealed that out of 4 treatment,
carbohydrate highest in treatment fried (64 261 g) and the lowest in treatment steamed (0295 grams).
The highest protein treatment of dried (24 548 g) and the lowest steamed treatment (4.203gram). The
highest fat steamed treatment (18 520 g) and the lowest in the untreated (0164 grams). The highest
water levels in the untreated (82.56 grams) and dried treatment room (6:07 grams). Dried ash content
tertertinggi treatment (16 243 g) and the lowest in the untreated (2,882 grams). The highest levels of
calcium treatment dried (329.31 mc / g) and the lowest steamed treatment (160.34 mc / g). The highest
levels of treatment Zink dried (45.61 mg) and the lowest in treatment steamed (21.93 mg). And for the
highest levels of vitamin A in the treatment of dried (457 RE) and the lowest treatment of raw, steamed
and fried (<0.50 RE). From the organoleptic test that dillakukan to special processing (steamed, fried
and dried) are most preferred panelist is by frying, but after statistically tested the value of preference
for color, aroma, taste and texture as a whole did not show significant differences (p <0, 05). Processing
by drying can further improve the nutritional value of fish pantau (Rasbora argirotaenia).
Keywords: Nutritional Value Analysis, fish Pantau (Rasbora argirotaenia), organoleptic processing
paling rendah pada perlakuan dikukus (0.295 Keterangan : B1=digoreng, B2=dikukus, dan
gram). Protein yang paling tinggi pada perlakuan B3=dikeringkan
dikeringkan (24.548 gram) dan yang paling Dari grafik di atas diketahui bahwa rata-rata
rendah dengan perlakuan dikukus (4.203 gram). nilai hasil uji organoleptik panelis secara
Kandungan lemak yang paling tinggi dengan keseluruhan adalah pengolahan dengan cara
perlakuan dikukus (18.520 gram) dan yang paling digoreng mempunyai nilai kesukaan tertinggi
rendah dengan tanpa perlakuan (0.164 gram). (2.91), berikutnya pengolahan dengan cara
Kadar air yang paling tinggi dengan tanpa dikukus (2.59) dan nilai kesukaan yang terendah
perlakuan (82.56 gram) dan yang paling rendah dengan pengolahan dikeringkan (2.04). Dan
dengan perlakuan dikeringkan (6.07 gram). Kadar berdasarkan uji statistic nilai kesukaan terhadap
abu yang paling tinggi dengan perlakuan warna, aroma, rasa dan tekstur secara keseluruhan
dikeringkan (16.243 gram) dan yang paling tidak menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05).
rendah dengan tanpa perlakuan (2.882 gram). Dibandingkan dengan nilai gizi ikan bilih
Kalsium yang paling tinggi terdapat pada (Mystacoleucus-padangensis) kandungan vitamin
perlakuan yang dikeringkan (329.31 mc/gr) dan A nya 389.9 RE (Yuniritha E. 2015) sedikit lebih
yang paling rendah dengan perlakuan dikukus rendah dibandingkan kandungan vitamin A ikan
(160.34 mc/gr). Kadar Zn yang paling tinggi pantau yaitu 457 RE.
terdapat pada perlakuan dikeringkan (45.61 ppm)
dan yang paling rendah dengan perlakuan dikukus 4. KESIMPULAN
(21.93ppm), dan kadar vitamin A yang paling Proses pengolahan dengan cara dikukus,
tinggi pada perlakuan dikeringkan (457 RE) dan digoreng dan dikeringkan dapat lebih
ketiga perlakuan lainnya rendah yaitu (<0,50 RE). meningkatkan kandungan nilai gizi ikan pantau.
Dan dari uji organoleptik yang paling disukai
b. Uji Organoleptik dari perlakukan ikan adalah dengan cara digoreng, tetapi berdasarkan
Pantau (Rasboraargirotaenia) uji statistic nilai kesukaan terhadap warna, aroma,
Uji organoleptik (ujihedonik) dilakukan rasa dan tekstur secara keseluruhan tidak
untuk menilai daya terima panelis terhadap menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05).
pengolahan yang dilakukan pada ikan pantau Ikan pantau sangat berpotensi dikembangkan
seperti digoreng, dikukus dan dikeringkan yang sebagai bahan pangan lokal makanan tambahan
meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa dengan alternatif pada anak gizi kurang, karena
menggunakan rentang nilai 1-5 yaitu amat suka kandungan vitamin A dan zat gizi lainnya yang
(5), sangat suka (4), suka (3), agak suka (2) dan cukup tinggi.
tidak suka (1). Jumlah panelis pada uji
organoleptik yang telah dilakukan berjumlah 30 5. REFERENSI
orang yang telah di pahami tentang pelaksanaan Dinas pertanian, peternakan dan perikanan,
uji organoleptik. Adapun hasil uji organoleptik mengenalnilaigiziikan, diakses 15april
sebagai berikut : 2015. Sudarmadji, S, Bambang, H dan
a. Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia) Suhardi. 1997.
Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap AnalisaBahanMakanandanPertanian.Yog
kesukaan uji organoleptik ikan pantau (Rasbora yakarta.Liberty bekerjasama dengan Pusat
argirotaenia) dapat dilihat pada table dibawah ini Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM.
: Herbert V, Jayatilleke E, Shaw S, Rosman AS,
Tabel 2. Nilai rata-rata kesukaan Panelis terhadap Giardina P, Grady Rw, dkk. Serum fertin
kesukaan uji organoleptik Ikan ion, a new test, measures human body iron
Pantau(Rasbora argirotaenia) stores un confounded by inflammation.
Per Warn Aro Rasa Tekstur Rata- Stem Cell 1997 ; 15 : 291-6.
lak a ma rata Gibson, R.S Principles of Nutritional Assesment,
uan Second Edition, New York : Oxford
B1 3.03 2.97 2.87 2.77 2.91 press.2005. DalamDewiPermaesih.
GiziIndon 2008,31 (2) : 92 -97. Penialian
B2 2.93 2.9 2.37 2.17 2.59 Status Gizi.
B3 2.1 2.47 1.77 1.8 2.04 Saskia de Pee and Dary O. Biochemical Indicators
of Vitamin A Deficiency : Serum Retinol
and Serum Retinol Binding Protein.J.
Nutr.2002.132 : 2895S.
Abstract
The enactment of Regulation of the Minister of Health regarding the standard pharmacy
services at a pharmacy in 2014 encourage research on the profile of pharmacy services at private
pharmacies at Bukittinggi in 2016 to see the picture of the extent to which the regulation has been
implemented as an indicator in the assessment of pharmacy services at a pharmacy. This research is a
descriptive observational research to determine the application of the standard pharmaceutical services
in accordance with the Minister of Health No. 35 of 2014 on private pharmacies in Bukittinggi by way
of filling out the questionnaire on private pharmacies in Bukittinggi. From the questionnaires have been
collected calculated the percentage of achievement that has been implemented in accordance with the
Minister of Health RI No. 35. From this research it can be concluded that the pharmacy services at
private pharmacies in Bukittinggi the average of the managerial aspects of 94.18%, the average of the
aspects of clinical pharmacy services at 49.39 and the overall average of 71.79% has been implemented
in accordance with the Indonesian Minister of Health no. 35 in 2014.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang memiliki ruang konseling dan masih ada 8 apotek
semula hanya berfokus pada pengelolaan obat hanya memiliki kursi dan meja yang tidak
sebagai komoditi, kini berubah menjadi pelayanan memiliki ruang konseling tersendiri karena
komprehensif, yang bertujuan untuk fasilitas yang tidak mencukupi, sehingga tempat
meningkatkan kualitas hidup dari pasien.Sesuai penyerahan obat kepada pasien digunakan juga
ketentuan perundang-undang yang berlaku, oleh apoteker untuk konseling apoteker dengan
sebuah apotek harus dikelola oleh apoteker pasien. Hasil ini lebih bagus dibandingkan pada
profesional (Bogadenta, 2013). apotek di DKI Jakarta pada tahun 2003 dimana
Hasil penelitian didapatkan semua apotek apotek yang menyediakan ruang konseling
telah memiliki apoteker yang memiliki SIPA. apoteker hanya 1,5% (1 apotek) dari 68 apotek
Menurut PP RI No. 51 Tahun 2009, Surat Izin yang disurvei hal ini disebabkan karena tidak
Praktik Apoteker disingkat SIPA adalah surat izin adanya ruangan tersendiri untuk apoteker
yang diberikan kepada apoteker untuk dapat (Purwanti, et al, 2004).
melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada apotek Ruang arsip dibutuhkan untuk
atau instalasi farmasi rumah sakit, yang digunakan menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
untuk mendirikan sebuah apotek dan pemesanan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
obat kepada PBF. Berdasarkan rumus penentuan bahan medis habis pakai serta pelayanan
sampel, dari 54 Apotek yang ada di Bukittinggi, kefarmasiaan dalam jangka waktu tertentu. Dari
maka terpilih 9 Apotek, dimana masing-masing hasil penelitian semua apotek belum memiliki
kecamatan yang berada di kota Bukittinggi ruang arsip karena semua arsip diletakkan didalam
diwakili oleh 3 apotek. lemari penyimpanan resep, faktur, laporan dan
Dalam melakukan tugasnya apoteker sebagainya yang berada di dalam apotek.
dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Pemusnahan obat merupakan kegiatan
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang penyelesaian terhadap obat-obatan yang tidak
membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan terpakai karena kadaluarsa, rusak, ataupun
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, mutunya sudah tidak memenuhi standar.Tujuan
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga dilakukan pemusnahan ini ialah untuk melindungi
Menengah/ Asisten Apoteker. Surat Izin masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
KerjaTenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) penggunaan obat atau perbekalan kesehatan yang
adalah surat izin praktik yang diberikan kepada tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan dan
Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat kemanfaatan. Dari hasil penelitian hanya 44,44%
melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada yang melakukan pemusnahan obat kadaluwarsa
fasilitas kefarmasian. Dari hasil penelitian semua atau rusak yang mengandung narkotika atau
apotek telah memiliki Tenaga Teknis Kefarmasian psikotropika dan 55,55% apotek yang tidak
tetapi sebagian dari TTK belum memiliki melakukan pemusnahan. Tidak dilakukannya
SIKTTK karena masih dalam pengurusan. pemusnahan dengan cara yang sama, hal tersebut
Fungsi tenaga administrasi ialah membuat disebabkan oleh beberapa hal yaitu karena obat
laporan realisasi data dan anggaran setiap bulan, kadaluwarsa atau rusak mengandung narkotika
membuat laporan penutupan buku dan melakukan atau psikotropika dapat dikembalikan kepada
rekaptulasi buku penjualan tunai PBF, tidak menyediakan obat narkotika dan
dihitungberdasarkan jumlah resep dan rekaptulasi psikotropika, obat narkotika dan psikotropika
buku pembelian. Dari hasil penelitian 3 apotek tidak ada yang rusak atau kadaluwarsa. Dengan
telah memiliki tenaga administrasi yang bekerja kondisi seperti itu hasil penelitian lapangan yang
sebagai kasir, menghitung resep dan membuat didapat menjadi 100%.
laporan akhir bulanan/ tahunan tetapi masih ada 6 Hasil penelitian 33,33% apotek sudah
apotek belum memiliki tenaga administrasi karena melakukan pemusnahan obat selain narkotika dan
pekerjaan administrasi masih bisa dilakukan oleh psikotropika hanya saja ada 66,66% apotek yang
Apoteker, Tenaga teknis kefarmasian dan Pemilik tidak melakukan pemusnahan obat selain
sarana apotek. narkotika dan psikotropika karena obat tersebut
Ruang konseling sekurang-kurangnya dapat dikembalikan kepada PBF dan yang tidak
memiliki satu set meja dan kursi konseling, lemari bisa dikembalikan kepada PBF tidak dilakukan
buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat pemusnahan hanya saja diletakkan di gudang dan
bantu konseling, buku catatan konseling dan ditempat yang terpisah.
formulir catatan pengobatan pasien. Hasil Pemusnahan resep berguna untuk
penelitian didapatkan hanya 1 apotek yang keamanan resep supaya tidak disalah gunakan.
Dari hasil penelitian hanya 44,44% yang Kegiatan pelayanan informasi obat yang
melakukan pemusnahan resep, sedangkan 55,55% dilakukan harus terdokumentasi dengan baik agar
belum melakukan karena tidak dilakukan apa yang disampaikan kepada pasien itu jelas dan
pemusnahan di apotek tersebut. memudahkan untuk melihat kembali riwayat
Apoteker membuat catatan pengobatan pasien. Berdasarkan hasil penelitian semua apotek
pasien digunakan untuk melihat kembali riwayat belum melakukan pendokumentasian PIO karena
penyakit pasien apabila ada keluhan dari pasien belum adanya membuat, belum tersedianya kartu
atau keluarga pasien. Dari hasil penelitian hanya PIO pasien dan belum adanya waktu untuk
44,44% yang membuat catatan pengobatan pasien, melakukan pendokumentasian PIO.
55,55% apotek masih belum melakukannya Konseling merupakan proses untuk
karena belum tersedianya kartu catatan mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
pengobatan pasien di apotek dan masih belum ada pasien yang berkaitan dengan pengambilan
waktu untuk melakukanya. keputusan penggunaan obat. Tujuan dilakukannya
Pelayanan informasi obat didefenisikan konseling adalah memberikan pemahaman yang
sebagai kegiatan penyediaan dan pemberian benar mengenai obat kepada pasien/ keluarga
informasi, rekomendasi obat yang independen, pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal
akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek
kepada pasien, tenaga kesehatan, masyarakat samping, tanda-tanda toksisitas dan cara
maupun pihak yang memerlukan. Tujuan penyimpanan obat. Hasil penelitian semua apotek
pelayanan informasi obat adalah menunjang telah melakukan konseling antara apoteker dengan
ketersediaan dan penggunaan obat rasional, pasien hanya saja 5 apotek melakukan konseling
berorientasi kepada pasien, tenaga kesehatan, dan tiap hari, 3 apotek melakukan konseling tiap
pihak lain, menyediakan dan memberikan minggu, 1 apotek melakukan konseling tiap bulan,
informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan masih ada apotek belum melakukan konseling tiap
dan pihak lain, menyediakan informasi untuk hari karena belum sanggupnya apoteker untuk
membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan melakukan konseling tiap hari.Semua apotek
dengan obat (Kurniawan Chabib, 2010). Hasil belum melakukan pendokumentasian konseling
penelitian semuaapoteker apotek telah melakukan dengan meminta tanda tangan pasien sebagai bukti
PIO hanya saja 5 apotek melakukan PIO satu kali bahwa pasien memahami informasi yang
sehari, 3 apotek melakukan PIO tiap minggu, 1 diberikan dalam konseling karena belum adanya
apotek melakukan PIO satu kali sebulan, masih waktu dan belum tersedianya kartu konseling
ada apoteker apotek yang belum melakukan PIO pasien.
setiap hari karena belum sanggupnya apoteker Home care merupakan pelayanan
untuk melakukan PIO tiap hari. Hal ini lebih bagus kesehatan yang dilakuakan secara intensif dan
dibandingkan pada apotek di DKI Jakarta pada berkelanjutan pada seseorang atau keluarga di
tahun 2003 dimana apoteker yang hadir setiap hari tempat tinggal mereka sendiri, dilakukan oleh
12,8%, apoteker yang hadir 1 kali seminggu tenaga kesehatan profesional dengan perencanaan
57,4%, apoteker yang hadir 1 kali sebulan 23,4% dan koordinasi di atur berdasarkan perjanjian
(Purwanti, et al, 2004). bersama. Pelayanan home care bertujuan untuk
memonitoring terapi obat yang diberikan. Home
Gambar 1.Persentase Pencapaian Pelayanan care merupakan tanggung jawab apoteker untuk
Kefarmasian di Apotek Swasta Bukittinggi memonitor keberhasilan terapi obat yang
diberikan. Home care diberikan untuk mengetahui
apakah pasien sudah sembuh atau belum, apakah
pasien patuh dalam minum obat atau tidak dan
74.45%74.45% 75% melihat kondisi pasien secara langsung. Menurut
76%
74% 72%
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 tahun
72% 70.24% 70.24%70.24% 2014, Apoteker sebagai pemberi layanan
69.69%69.69%
70% diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
68% kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
66% khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Dari
penelitian yang didapatkan semua apotek belum
melakukan pelayanan kefarmasian di rumah dari
hasil penelitian lapangan di dapat karena masih
Abstract
Hearing impairment is a diminished disease or loss of auditory function subjected to one or
both ears. Hearing impairment is divided into two types, temporary and permanent. Based on the results
of a national survey of the health of the senses of vision and hearing with samples of 19,375 in 7
provinces (West Sumatra, South Sumatra, Central Java, East Java, NTB, South Sulawesi, and North
Sulawesi) in 2010, the prevalence of deafness is approximately 0.4% and hearing loss is about 16.8%.
The purpose of this research is to know the relationship of knowledge, working period, attitude, intensity
of the noise with the hearing impairment toward workers in the production part of PT Sentrikon Jaya
Indonesia Batang Anai Regency Padang- Pariaman2016.
The research is descriptive analytic research with cross sectional approach using collection of
independent variables and dependent variable which were done simultaneously. The sampling technique
used was total sampling with 35 people. Research was conducted mid month July 2016 at the production
of PT Sentrikon JayaIndonesia. The data collected was then analyzed in univariate and bivariat using
Chi-Square test.
The results showed there is relationship between the working masses with hearing impairment
(p= 0.002) the noise intensity (p= 0.002) and there is no relationship of knowledge with hearing
impairment (p= 0.960) and there is no relationship with attitude with hearing impairment (p= 0,708).
The working masses and the intensity of the noise relate to hearing impairment in the production
section of PT Jaya Indonesia Sentrikon 2016. It is recommended to the company to give a reprimand
or punishment to the workers who do not abide by the rules that have been applied by the company and
expected the company to transfer workers to other parts to reduce hearing impainment. To all workers
are expected to really understand and apply it in the workplace so as to avoid accidents and
occupational diseases.
sampai 8 jam perhari untuk intensitas kebisingan bekerja pada PT. Jaya Sentrikon Indonesia
antara 85 dB. Pada satuan menit, waktu yag telah sebanyak 202 orang. Pada bagian produksi terdiri
ditetapkan adalah 0,94 sampai sampai 30 menit dari beberapa proses produksi yaitu yang dimulai
perhari untuk intensitas kebisingan antara 97 dB dari proses cutting, hadding, forming, bagian
sampai 112 dB. Sedangkan dalam satuan detik, setting, placing, spinning, tension, remoulding,
waktu yang telah ditetapkan adalah 0,11 sampai dan batching plant, pada salah satu proses
28,12 detik perhari untuk intensitas kebisingan produksi di bagian spinning telah menggunakan
antara 115 dB sampai 130 dB mesin-mesin untuk melakukan proses pemadatan
(PER/13/MEN/X/2011). Nilai ambang batas tiang pancang beton dan tiang listrik yang
berdasarkan tempat yang telah diizinkan antara menimbulkan suara yang keras. Dari survei awal
lain 55 dB di kawasan terbuka hijau, rumah sakit, didapatkan pengukuran intensitas kebisingan pada
pemukiman, sekolah dan tempat ibadah. bagian Spinning yaitu 97,31dB.Tampak jelas dari
Sedangkan untuk perkantoran kawasan industri , hasil pengukuran yang telah dilakukan dapat
stasiun, pasar dan fasilitas umum lainnya antara 60 diketahui bahwa intensitas kebisingan pada bagian
70 dB (KEP-48/MENLH/11/1996). spinning telah melebihi nilai ambang batas (NAB)
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja yang telah ditetapkan, yaitu 85 dB untuk 8 jam
Nomor KEP-51/MEN/1999 Tentang Nilai kerja.
Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja Pada survei awal dilakukan juga
bahwa intensitas kebisingan 85 dB selama 8 jam pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu
kerja dalam sehari, selain itu, ada tenaga kerja tala pada 10 orang pekerja bagian produksi PT.
yang meraskan keluhan seperti terdengar suara Jaya Sentrikon Indonesia, sebanyak 7 orang yang
nyaring/berdenging di telinga setelah mengalami gangguan pendengaran.PT.Jaya
meninggalkan lingkungan kerja yang bising, sukar Sentrikon Indonesia telah menyediakan alat
mendengar/menangkap pembicaraan di pelindung telinga (APT) untuk melindungi telinga
lingkungan kerja yang bising. Alat pelindung pekerja dari paparan bising, sedangkan tenaga
telinga yang diberikan oleh perusahaan berupa kerja tidak mau memakai Alat pelindung telinga
sumbat atau tutup telinga yang dapat mengurangi (APT) yang telah disediakan oleh perusahaan
intensitas kebisingan sekitar 10 25 dB. dengan kondisi demikian akan membuat tenaga
Salah satu faktor pencemar fisik yang kerja pada bagian Spinning akan mengalami
menjadi masalah Berdasarkan Peraturan Mentri penurunan gangguan pendengaran dan terpapar
Tenaga Kerja dan Transmigrasi secara terus menerus melebihi jam kerja yang
No.PER13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang telah ditetapkan.
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja, ditetapkan sebesar 85 dBA. Nilai Ambang 2. METODE PENELITIAN
Batas adalah standar factor tempat kerja yang Penelitian ini merupakan penelitian
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan deskriptif analitik yang menggunakan desain
penyakit atau gangguan kesehatan dalam cross sectional study yaitu mengumpulkan data
pekerjaan seharihari untuk waktu tidak melebihi untuk menemukan Hubugan pengetahuan, massa
8 jam sehari atau 40 jam seminggu. kerja, sikap dan intensitas kebisingan pekerja
PT. Jaya Sentrikon Indonesia adalah salah dengan terhadap gangguan pendengaran pada
satu IndustriNasional yang didirikan pada tahun pekerja bagian produksi PT. Jaya Sentrikon
1985 dalam rangka penanaman modal dalam Indonesia Di Jalan Bypass Kecamatan Batang
Negri (PDMN). PT. Jaya Sentrikon Indonesia Anai Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2016.
merupakan perusahaan yang memproduksi tiang Populasi pada penelitian ini adalah semua
pancang beton pra-tekan bagi proyekproyek pekerja di PT. Jaya Sentrikon Indonesia yaitu
jembatan, pelabuhan maupun pembangunan sebanyak 202 orang yang terdiri dari bagian
gedung bertingkat, antara lain proyek Pertamina produksi, mentener, personalia dan umum, bagian
termina BBM di Bungus, Teluk Kabung Padang, labor dan quality control, sub kontraktor serta
Hotel Sedona Bumi Minang, Pembangunan pemasaran.
Tangki Timbun di Teluk Bayur, Pembangunan Sampel penelitian dengan tekhnik pengambilan
Dermaga Peti Kemas Teluk Bayur, Jembatan sampel secaratotal sampling yaitu semua tenaga
Sitti Nurbaya dan lain lain. kerja yang bekerja di bagian produksi yaitu
Berdasarkan survey awal yang dilakukan sebanyak 35 orang di PT. Jaya Sentrikon
pada PT. Jaya Sentrikon Indonesia Kabupaten Indonesia Tahun 2016.
Padang Pariaman Jumlahtenagakerja yang
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa akibat kerja salah satunya gangguan pendengaran
persentase dari 35 responden yang mengalami dan keselamatan kesehatan, sedangkan responden
gangguan pendengaran pada pekerja yang yang tingkat pengetahuannya rendah, tidak
memiliki tingkat pengetahuan tinggi yaitu 12 mengetahui tentang gangguan pendengaran, jenis-
(60,0%) dibadingkan dengan yang jenis alat pelindung telinga serta fungsi alat
berpengetahuan rendah sebanyak 10 pekerja pelindung telinga dalam menurunkan intensitas
(66,7%). Setelah dilakukanuji statistik diperoleh kebisingan yang dapat mencengah terjadinya
nilai p=0,960maka dapat disimpulkan bahwa tidak gangguan pendengaran.
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat Pengetahuan pekerja dapat ditingkatkan
pengetahuan dengan gangguan pendengaran. Dari dengan caramemberikan pelatihan kepada
hasil analisis selanjutnya diperoleh nilai OR= karyawan dan lebih menekankan lagi tentang
1,333 yang dapat diartikan bahwa responden yang keselamatan dan kesehatan kerja kepada pekerja
memiliki tingkat pengetahuan rendah mempunyai pada saat bekerja. Bentuk pelatihan tentang
peluang 1,33 kali untuk mengalami gangguan kesehatan dan keselamatan yang membahas
pendengaran dibandingkan dengan responden tentang pengertian dan tujuan K3, identifikasi
yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi. faktor penyebab kecelakaan kerja, menguraikan
Menurut asumsi peneliti didapatkan lebih cara pencegahan kecelakaan dan penggunaan alat
dari separuh pekerja memiliki pengetahuan yang pelindung diri saat bekerja dan lain-lainya
tinggi dan banyak mengalami gangguan misalnya faktor bahaya dari lingkungan seperti
pendengaran ini disebabkan karena responden kebisingan, dampak kebisingan dan penggunaan
yang memiliki pengetahuan tinggi tidak menjamin alat pelindung telinga.Selain memberikan
tidak mengalami gangguan pendengaran hal ini pelatihan diharapkan adanya keinginan dari dalam
disebabkan karena responden tidak melakukan diri pekerja untuk dapat merespon positif
atau mengaplikasikan di lapangan informasi, pengetahuan dan menerapkannya dalam bentuk
pelatihan, pendidikan yang diberikan oleh sikap dan tindakan yang baik.
perusahaan kepada pekerja tentang penyakit
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kesadaran pekerja yang mau menerima informasi
persentase yang mengalami gangguan yang telah diberikan oleh perusahaan serta di
pendengaran pada responden yang memiliki dukung dari perusahaan dengan cara memberikan
massa kerja lama yaitu besar sama dari 5 informasi kepada pekerja mengenai kesehatan dan
tahunyaitu 21 (77,8%), dibandingkan dengan keselamatan kerja, serta sikap pekerja yang baik
responden yang memiliki massa kerja baru yaitu terhadap penggunaan APT untuk pencengahan
kecil dari 5 tahun (12,5%) yang mengalami gangguan pendengaran, namun dengan sikap
gangguan pendengaran. Setelah dilakukanuji mereka yang baik tidak menjamin terhindar dari
statistik diperoleh nilai p= 0,002 maka dapat gangguan pendengaran hal ini disebabkan
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kurangya kesadaran, tindakan pekerja dalam
signifikan antara massa kerja dengan gangguan mengaplikasi sikap yang baik disertai dengan
pendengaran.Dari hasil analisis selanjutnya pengawasan yang baik, karena pengaplikasikan
diperoleh nilai OR= 24,500 yang dapat diartikan tanpa pengawasan tidak akan mecapai tujuan dan
bahwa responden yang memiliki massa kerja lama rencana. Sedangkan untuk tenaga kerja yang
besar sama dari 5 tahun mempunyai peluang 24,5 memiliki sikap yang tidak baik mereka kurang
kali untuk mengalami gangguan pendengaran setuju dengan pemberian sangsi oleh perusahaan
dibandingkan dengan massa kerja baru kecil dari serta teguran oleh mandor dan pekerja juga kurang
5 tahun. setuju bahwa dengan memakai alat pelindung
Menurut asumsi peneliti massa kerja telinga merupakan cerminan tenaga kerja yang
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh baik, padahal dengan pekerja dapat memahami
terhadap gangguan pendengaran, pekerja bagian maksud positif dari pemberian sangsi dan teguran
produksi rata-rata memiliki massa kerja yang lama akan dapat merubah sikap pekerja menjadi positif
yaitu besar sama dari 5 tahun dimana semakin dengan itu pekerja dapat melakukan tindakan yang
lama seseorang bekerja maka memiliki nyata untuk pencengahan terjadinya gangguan
kemungkinan mengalami gangguan pendnegaran pendengaran.
dibandingkan dnegan pekerja yang memiliki masa Diharapkan kepada perusahaan melakukan
kerja kecil dari 5 tahun. Hal ini sesuai dengan teori pengwasan, teguran bahkan pemberian sangsi
sekitar 3 - 5 tahun masakerja, setelah terpapar terhadap tenaga kerja yang tidak menggunakan
bising 85 - 90 dB secara terus menerus selama alat pelindung telinga (APT) dalam bekerja.
kurang lebih 8 jam perhari akanterjadi kerusakan Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa
organ pendengaran. persentase yang mengalami gangguan
Perusahaan seharusnya melakukan pendengaran pada responden yang bekerja pada
pemeriksaan kesehatan berkala kepada pekerja daerah dengan intensitas kebisingan yang diatas
yang bekerja pada bagian produksi. Adanya nilai ambang batas (NAB) yaitu 19 (82,6%)
hubungan antara massa kerja dengan gangguan dibandingkan dengan responden yang bekerja
pendengaran yag dialami pekerja seharusnya pada daerah dengan intensitas kebisingan yang
mendapat perhatian dari perusahaan tempat dibawah nilai ambang batas (NAB) sebanyak 3
bekerja. Pekerja yang telah lama bekerja dan (25,0%) mengalami gangguan pendengaran. Hasil
mengalami gangguan pendengaran seharusnya uji statistik diperoleh nilai p= 0,002 maka dapat
mendapat perlindungan dari perusahaan misalnya disimpulkan bahwa Ho ditolak yang menyatakan
dengan memindahkan pekerja tersebut ke bagian bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
lainsesuai dengan kemampuan pekerja atau intensitas kebisingan dengan gangguan
dengan mengurangi jam kerja pekerja. pendengaran.Dari hasil analisis selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa diperoleh nilai OR= 14,250 yang dapat diartikan
persentase yang mengalami gangguan bahwa responden yang bekerja pada daerah yang
pendengaran pada responden yang memiliki sikap intensitas kebisingan yang tidak memenuhi syarat
tidak baik yaitu 6 (54,5%), sedangkan responden mempunyai peluang 14,2 kali mengalami
yang memiliki sikap baik yaitu 16 (66,7%) yang gangguan pendengaran dibandingkan dengan
mengalami gangguan pendengaran. Setelah responden yang bekerja pada daerah yang
dilakukan uji statistik dengan Chi-Square intensitas kebisingan yang memenuhi syarat.
diperoleh nilai p= 0,708 maka dapat disimpulkan Menurut SumamurdanWardhanadalam Sri
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan Indah KusumaNingrum,pengaruh utama
antara sikap dengan gangguan pendengaran. kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan
Menurut asumsi peneliti, responden yang pada indera-indera pendengaran yang
memiliki sikap yang baik karena didorong oleh menyebabkan ketulianapabila kontak
terjadidalamwaktu lama, gangguan stress yang bekerja. Pekerja yang telah lama bekerja dan
dapatmengganggukesehatanjiwaseseoranghingga mengalami gangguan pendengaran seharusnya
akhirnyamenurunkankesehatanfisik, gangguan mendapat perlindungan dari perusahaan misalnya
komunikasidan gangguan tidur. dengan memindahkan pekerja tersebut ke bagian
Selainitukebisinganjugadapatmengganggukonsen lainsesuai dengan kemampuan pekerja atau
trasi, dengan mengurangi jam kerja pekerja.
dayaingatdanmenyebabkankelelahanpsikologis. Intensitas kebisingan yang tidak
Untuk beberapa orang yang rentan dikehendaki yang berasal dari alat-alat proses
kebisingan dapat menyebabkan rasa pusing, produksi yang menghasilkan intensitas kebisingan
kantuk, sakit, tekanan darah tinggi, tegang dan yang di atas nilai ambang batas (NAB) pada
stress yang diikuti dengan sakit maag, kesulitan bagian produksi, sehingga sebagian besar
tidur. Pemaparan bising yang berlebihan dapat responden bekerja pada intensitas kebisingan yang
menurunkan gairah kerja danmenyebabkan di atas NAB yang dapat mengakibatkan terjadinya
meningkatnya absensi, bahkan penurunan gangguan pendengaran pada pekerja.
produktivitas. Pengetahuan yang tinggi dan banyak
Gangguan pendengaran akibat bising (noise mengalami gangguan pendengaran ini disebabkan
induced hearing loss/NHL) ialah gangguan karena responden yang memiliki pengetahuan
pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh tinggi tidak menjamin tidak mengalami gangguan
bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang pendengaran hal ini disebabkan karena responden
cukup lama dan biasanya disebakan oleh bising tidak melakukan atau mengaplikasikan di
lingkungan kerja. secara umum bising adalah lapangan informasi, pelatihan, pendidikan yang
bunyi yang tidak diinginkan, bising ini memiliki diberikan oleh perusahaan kepada pekerja tentang
intensitas 85 desibel (dB) atau lebih sehingga penyakit akibat kerja salah satunya gangguan
dapat menyebabkan kerusakan reseptor Corti pada pendengaran dan keselamatan kesehatan,
telinga dalam. sedangkan responden yang tingkat
Menurut asumsi peneliti, kebisingan adalah pengetahuannya rendah, tidak mengetahui tentang
bunyi yang tidak dikehendaki yang berasal dari gangguan pendengaran, jenis-jenis alat pelindung
alat-alat proses produksi yang menghasilkan telinga serta fungsi alat pelindung telinga dalam
intensitas kebisingan yang di atas nilai ambang menurunkan intensitas kebisingan yang dapat
batas (NAB) pada bagian produksi, sehingga mencengah terjadinya gangguan pendengaran.
sebagian besar responden bekerja pada intensitas Sikap yang baik karena didorong oleh
kebisingan yang di atas NAB yang dapat kesadaran pekerja yang mau menerima informasi
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran yang telah diberikan oleh perusahaan serta di
pada pekerja. intensitas kebisingan merupakan dukung dari perusahaan dengan cara memberikan
faktor yang berpengaruh dalam gangguan informasi kepada pekerja mengenai kesehatan dan
pendengaran. Sesuai juga dengan teori diatas keselamatan kerja, serta sikap pekerja yang baik
bahwa intensitas kebisingan diatas NAB > 85 dBA terhadap penggunaan APT untuk pencengahan
dengan lama paparan lebih dari 8 jam akan gangguan pendengaran.
menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran.
Diharapkan pekerja memakai alat
pelindung telinga sewaktu bekerja seperti Ear 5. DAFTAR PUSTAKA
Muff atau Ear Plugagar dapat mengurang 20-30
dB intensitas kebisingan serta tidak menjadi Al-Dosky, Berivan H.M. 2010. Noise Lavel And
sumber bahaya bagi pekerja, adanya suatu Annoyance Of Industrial Factories In
manajemen yang baik agar pekerjadapat bekerja Duho City.
secara nyaman, efektif, efisien sehingga http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16
performansi dan produktivitas kerja meningkat 823764. diakses tanggal 21 Januari 2016.
dan adanya pengawasan yang dilakukan Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan
perusahaan terhadap pemakaian APT. Kerja di Industri. Yogyakarta : Graha
Ilmu
4. KESIMPULAN Bintang. 2015. Tinjauan Hubungan Tingkat
Adanya hubungan antara massa kerja dan Kebisingan dan Keluhan Subjektif
intensitas kebisingan dengan gangguan (Audiotory) Pada Operator Bagian Derso
pendengaran yag dialami pekerja seharusnya Bekasi. Universitas Sebelas Maret. Jurnal
mendapat perhatian dari perusahaan tempat Diakses tanggal 5 Maret 2016
Buchari. 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Soepardi, Nurbaiti, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu
Conversation Program,Available at Kesehatan Telinga Hidung
library.usu.ac.id/download/ft/0700279. Tenggorokan Kepala & Leher.
Diakses tanggal 21 Januari 2016 Jurusan Spesialis THT Fakultas
Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan
Kedokteran Universitas Indonesia
dan Kesehatan Kerja Untuk Industri.
Yogyakarta : Pustaka BaruPress
Jakarta.
Burnside McGlynn. 2001. Adams Diagnosis Tribowo, Mitha Erlisya. 2013.Kesehatan
Fisik (Physical Diagnosis). Jakarta : Lingkungan dan K3. Yogyakarta :
Buku Kedokteran Nuha Medika.
Marisa
Dosen D.III Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang
Email: Marisaazzhila@yahoo.co.id
Abstract
The truck driver working in the street everyday gain immediate exposure to air pollution, especially by
lead (Pb). Therefore, they are very vulnerable to the negative effects of of lead (Pb) which can attack
the nervous system. The object of research is the blood of a truck driver in Jalan Raya Padang Indarung
taken as many as 10 samples were taken based on work experience ranging from <5 years, 5-10 years
and those with work experience ranging from 10-15 years, this study uses the experimental method with
croosectional approach. Each sample was analyzed by AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer).
Results of the study was the amount of lead (Pb) found in the blood samples with varying levels, but has
not exceeded the threshold value .. The amount of the lowest levels found in blood Pb truck driver who
had worked for 5 years with a code sample 1, while the number of levels of Lead ( Pb) is the highest
found in the blood of a truck driver who has worked for 12 years with the sample code 3. Lead metal
levels in the blood does not exceed the maximum threshold that is equal to 25mg / dl
1 21 30 2 20%
Kadar timbal (Pb) darah yang dimaksud 5. Sistem kardiovaskuler; dimana timbal bisa
adalah adanya akumulasi unsur timbal (Pb) dalam menyebabkan peningkatan permiabilitas
tubuh responden sopir truk yang dibuktikan pembuluh darah.
dengan uji laboratorium kadar timbal (Pb) dengan 6. Sistem reproduksi; berpengaruh terutama
spesimen darah responden dalam satuan g/dl. Uji terhadap gametoksisitas atau janin belum lahir
laboratorium sampel darah dilakukan dengan menjadi peka terhadap timbal. Ibu hamil yang
menggunakan metode Atomic Absorbtion terkontaminasi timbal bisa mengalami
Spectrofotometer (AAS). Nilai normal kadar keguguran, tidak berkembangnya sel otak
timbal (Pb) dalam darah untuk orang dewasa embrio, kematian janin waktu lahir, serta
adalah 10-25 g/dl. Kategori kadar timbal (Pb) hipospermia dan teratospermia pada pria.
dalam darah ditentukan dari nilai batas atas kadar 7. Sistem endokrin; dimana timbal
timbal (Pb) dalam darah yaitu 11,8 g/dl mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan
dikurangi dengan nilai batas bawah kadar timbal fungsi adrenal. Bersifat karsinogenik dalam
(Pb) dalam darah yaitu 3,3 g/dl sehingga dosis tinggi.
didapatkan hasil 8,5 g/dl. Dari hasil pengurangan
tersebut kemudian dibagi 2 dan didapatkan hasil Berdasarkan hasil penelitian dapat
sebesar 4,25 g/dl. Penentuan kategori batas diketahui bahwa rata-rata kadar timah hitam
bawah. dalam darah pekerja adalah 7,64 g/dl dengan
Kadar timbal (Pb) dalam darah yaitu nilai nilai median dan standar deviasi masing-masing
batas bawah kadar timbal dalam darah adalah 7,6 g/dl dan 2,6483 g/dl. Kadar timah
ditambahkan dengan hasil pembagian tersebut hitam terendah dalam darah pekerja adalah 3,3
yaitu 4,25 g/dl dan didapatkan hasil sebesar 7,55 g/ml dan tertinggi adalah 11,8 g/ml.
g/dl. Namun hasil tersebut dibulatkan menjadi 7
g/dl. Sehingga kategori kadar timbal (Pb) dalam Walaupun semua pekerja memiliki kadar Pb
darah pada penelitian ini yaitu 7 g/dl dan > dalam darah <25 g/dL(normal), akan tetapi hal
7g/dl. Sebagian besar responden memiliki kadar ini tetap perlu diwaspadai karena kadar timbal
timbal (Pb) darah > 7 g/dl yaitu berjumlah 7 dalam darah bersifat akumulatif dan akan
orang dengan persentase 70%. mengalami peningkatan secara progresif sejalan
dengan paparan yang diterima baik secara
Keluhan Kesehatan yang dialami sopir truk kuantitas maupun kualitas.
Berdasarkan hasil kuisoner dan Jumlah kadar timbal yang ada dalam
wawancara yang telah dilakukan pada sopir truk darah dapat dipengaruhi oleh jumlah paparan
diperoleh data keluhan kesehatan sebagai berikut: timbal yang masuk kedalam tubuh, lama
Dari jenis keluhan kesehatan yang dialami seseorang terpapar oleh timbal, cara masuk timbal
oleh sopir truk tersebut keluhan terbanyak yang ke dalam tubuh, faktor lingkungan dan keadaan
dirasakan adalah cepat marah sebanyak 9 orang geografis tempat seseorang tersebut tinggal,
dengan persentase 90%, dan mengalami kelelahan makanan atau minuman yang dikonsumsi,
sebanyak 8 orang dengan persentase 80%. Gejala antibodi tubuh serta pola hidup orang tersebut.
yang ditimbulkan apabila sesorang terpapar timbal Pada penelitian ini berdasarkan
dalam konsentrasi tinggi yaitu: sering sakit kepala, pertanyaan keluhan terhadap keracunan timbal
tenggorokan terasa kering, mudah lelah, sering yang diajukan kepada responden didapatkan hasil
merasa lesu, mulut terasa logam, (Darmono, jenis dan banyaknya keluhan kesehatan yang
2001). Keracunan akibat kontaminasi timbal dapat dirasakan sopir truk yang dapat yang
menimbulkan: mengindikasi bahwa gejala yang paling banyak
1. Sistem haemopoietik; dimana timbal dikeluhkan adalah cepat marah sebanyak 9
menghambat sistem pembentukan hemoglobin responden dengan persentase 90% dan kejadian
(Hb) sehingga menyebabkan anemia kelelahan sebanyak 8 responden dengan
2. Sistem saraf; dimana timbal bisa menimbulkan persentase 80%, serta keluhan yang paling sedikit
kerusakan otak dengan gejala epilepsi, adalah perasaan canggung sebanyak 1 responden
halusinasi, kerusakan otak besar dan delirium. dengan persentase 10%. Penyakit yang
3. Sistem urinaria; dimana timbal bisa ditimbulkan akibat keracunan timbale adalah
menyebabkan lesi tubulus proksimalis, Loop anemia, gangguan pada system haematopoetic
of Henle serta menyebabkan aminasiduria. dan system syaraf pusat.
4. Sistem gastro-intestinal; dimana timbal bisa Sehingga berdasarkan hasil keluhan yang
menyebabkan kolik dan konstipasi. ada, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
5.REFERENSI
Abstract
Embodiments of the quality of a healthy environment is a fundamental part in the health sector, source
of air pollution can come from a variety of activities such as industry, transport, offices and housing.
Motor vehicles in major cities are the largest source of air pollutants, approximately 70% of air
pollution caused by vehicle emissions-driving out the harmful substances that have a negative impact
on human health and environmental health. Threats plumbum (Pb) can be experienced for those who
interact directly with the sources of pollution like Pb gasoline user for motorcycle has increased lately,
which can cause the emission of particles flying from logam.Tujuan this study was to determine the level
of contamination Pb in urine at the gas station attendant Kubang Pekanbaru and determine the validity
of urine examination by the method of destruction Wet Sprektofotometer Using Atomic Absorption
(AAS). While the benefits of the research is to provide information on the content of Pb in urine at the
gas station attendant. This type of research is the experiment, with the design of the study is the analysis
of cross-sectional approach. Laboratory examination results in the second urine sample gas station
attendant Kubang Pekanbaru, the average content of Pb is still below the Threshold Limit Value (TLV)
is 0.5725g / L according to Kepmenkes No. 1406 year 2002yaitu <10 mg / L, the price of 0.966%
precision and accuracy of 102.47% in the validation test equipment. Validation Pb elemental analysis
with a concentration range mentioned above, with the price still meet the requirements of precision of
<2% and an accuracy of 100% 15% thorough destruction can be concluded that this method is more
reliable or valid for the analysis of Pb in urine using SSA.
untuk menunjukkan bahwa metode analitik yang pada botol penampung. Pengambilan urine
dipakai secara scientific baik. Hasil uji yang absah dilakukan pada pagi hari. kemudian ditampung
ada]ah hasil uji denganakurasi dan presisi yang dalam wadah yang sudah disediakan. urine yang
baik. Metode uji memegang peranan penting telah ditampung diambil sebanyak 50 100 ml.
dalam memperoleh hasil uji dengan akurasi dan kemudian tambahkan dengan 2 ml formalin 37%.
presisi yang baik.Untuk memperoleh keabsahan kemudian kocok hingga homogen. Bawa urine
data hasil uji dengan metode spektrometri serapan yang sudah ditampung ke laboratorium.
atom, beberapa parameter yang perlu
mendapatkan perhatian adalah validasi alat dan Pengukuran Pb pada urine Metode
metode uji. Validasi metode uji dilakukan dengan spektrofotometer serapan atom (AAS)
menentukan presisi dan akurasi yang diperoleh Pipet sebanyak 25 mL sampel urine
dari pengukuran serapan larutan standar serta karyawan SPBU. Diasamkan dengan 10 mL
parameter analit yang menyertai yaitu bias, HNO3 pekat sampai pH < 2. Larutan ini
standar deviasi, %RSO, %D dan batas deteksi. dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml serta
Selain parameter tersebut, dalam analisis mengencerkan dengan akuades sampai tanda
kuantitatifunsur kelumit (trace element) perlu batas. Mengocok hingga homogen. Menyaring
ditentukan batasdeteksi alat dan metode (IOL= campuran dengan kertas saring. Hasil saringan
Instrument Detection Limit, dan MOL = Method diukur dengan SSA pada panjang gelombang
Detection Limit). 283,3 nm. Kadar Pb dalam sampel ditentukan
dengan menggunakan kurva kalibrasi yang telah
Spektrofotometri serapan Atom (SSA) dibuat sebelumnya.
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
adalah suatu alat yang digunakan pada metode ValidasiMetode
analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan 1. Ujiakurasi (ketepatan)
metaloid yang pengukurannya berdasarkan Uji ini
penyerapan cahaya pada panjang gelombang dilakukandengancaramenambahkanlarutanbakup
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas embanding (Pb0,6 ppm) kedalamsampel yang
(skoog et. Al, 2000) akandiperiksasebelumdidestruksi dengan 3 kali
pengulangan. Kemudiandilakukanujiblanko
2. METODE PENELITIAN (tanpapenambahanlarutanbakustandar).Masing-
JenispenelitianiniadalahEksperimen, masingsampelkemudiandidestruksidenganmetode
dengandesain penelitian analisa pendekatan destruksibasahmenggunakan HNO3
crossectional. dandiukurmenggunakan AAS
padapanjanggelombang283,3nm.
Tempat dan Waktu Penelitian 2. Ujilinieritas
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2016 di Uji ini
SPBU kubang Pekanbaru. Sedangkan tempat dilakukandenganmembuatkurvakalibrasistandard
penelitian dilakukan di Laboratorium Kopertis enganbeberapamacamkonsentrasistandarPb yang
Wilayah X dimulaidarilarutantanpaPb.
KemudiandilanjutkandenganmengukurstandarPb
AlatdanBahan 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm. Setelahitudidapatkanharga
Peralatan yang digunakan adalah : r.
spektofotometer serapan atom, wadah 3. Ujipresisi
penampungan urine, kantong plastik, gelas ukur, Metodeujipresisidilakukansecararepitabilitas
gelas beaker, mikroskop, pipet tetes, labu ukur, atauketerulangandilakukandalamkondisi yang
kertas saring, mikro pipet ukuran 10 -100 L, 100 samadalam interval waktu yang singkat,
-1000 L dan 50 -250 L, kompor listrik, labu yaitudenganmengukurlarutansampelmetodedestru
takar. ksibasahmenggunakan HNO3 dan dengan 3 kali
Bahan yang digunakan adalah : Urine, aquades, ulanganpadahari yang sama, kemudian data
HNO3, urine, giemsa stok, larutan standar Pb. hasilabsorbsdihitungsimpanganbakunya.
4. Uji limit deteksi (LoD) dan limit
ProsedurKerja kuantitasi (LoQ)
Pengambilan Sampel: Uji ini
Siapkan tempat penampungan urine yang dilakukandenganmengukurkonsentrasistandar
bersih dan bertutup. Berilah label atau identitas
Uji Akurasi
Pada metode destruksi basah menggunakan HNO3 mempunyai rata-rata recovery 102.47 %
dengan demikian metode dekstruksi ini sudah baik karna berada pada nilai kisaran persentase recovery
yang di sarankan, yaitu pada rentang 100% 15 % dengan nilai yang lebih mendekati 100%.
Rentang tersebut dianggap baik karena menunjukkan bahwa metode tersebut mempunyai
ketepatan yang baik dalam menunjukan tingkat kesesuaian nilai rata-rata dari suatu pengukuran yang
sebanding dengan nilai sebenarnya. Dapat dikaitkan pada proses destruksi yaitu tidak adanya Pb yang
hilang dan dapat dianggap akurat (AOAC. 1993)
Uji Presisi
Presisi adalah suatu ukuran penyebaran (dispersi suatu kumpulan hasil), kedekatan dari suatu
rangkaian pengukuran berulang-ulang satu sama lain. Presis diterapkan pada pengukuran berulang-
ulang sehingga menunjukkan hasil pengukuran individual didistribusikan sekitar nilai rata-rata tanpa
menghiraukan letak nilai rata-rata terhadap nilai benar (Darmono, 2006).
Pada tabel 4.3 dapat Hasil Uji Presisi Pemeriksaan Pb dalam Sampel Urine. Pada hasil
perhitungan rumus didapatkan nilai % RSD metode destruksi sebesar 0.966 % nilai yang diperoleh
masih pada rentang yang di syaratkan yaitu <2 %. Seluruh hasil metode yang telah di lakukan dalam
penelitian ini menunjukkan hasil uji dari metode dekstruksi basah menggunkan HNO3 menunjukkan
hasil yang dapat dikategorikan teliti dapat di simpulkan bahwa dekstruksi metode ini dapat dipercaya
atau lebih valid untuk analisis Pb dalam urine dengan menggunakan AAS.
Uji Linearitas
Linieritas adalah suatu koefisien korelasi antara konsentrasi larutan standar baku dengan
absorbans yang dihasilkan yang merupakan suatu garis lurus. Metode analisis yang menggambarkan
kemampuan suatu alat untuk memperoleh hasil pengujian yang sebanding dengan kadar analitik alat
dalam sampel uji pada rentang konsentrasi tertentu. Uji linieritas dilakukan dengan membuat kurva
kalibrasi yang dapat menghasilkan persamaan garis regresi serta nilai koefisien determinasi yaitu untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi lartan baku dengan nilai absorbans yang dihasilkan (Darmono,
2006).
Berdasarkan pengukuran sederet larutan standar, diperoleh nilai korelasi (r) sebesar 0,99966.
Pada gambar dapat dilihat bawah kurva kalibrasi standar tersebut mempunyaigaris singgung yang linear
respon yang diberikan alat terhadap konsentrasi analit telah memenuhi syarat., nilai r = 0,99966 yang
diperoleh telah memenuhi syarat yang ditetapkan, dengan ketentuan r >0,99. hasil tersebut menunjukkan
alat yang digunakan mempunyai respon yang baik terhadap sampel.
0.045
0.04
0.035
0.03
Absorban
0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 0.5 1 1.5
Pb mg/L
Gambar 4.1 Kurva Uji Linieritas
Uji Limit of Detection (LOD) dan Limit of Berdasarkan perolehan harga presisi0.966
Quantitation (LOQ) % dan akurasi102.47 % pada validasi alat uji
Parameter limit deteksi (LoD) instrument dapat disimpulkan bahwa spektrometer serapan
menunjukkan kosentrasi terkecil yang dapat atom layak digunakan sebagai alat uji.Validasi
terbaca oleh instrument. Pada kosentrasi terkecil metoda dekstruksi basah menggunkan HNO3
yang berada pada limit deteksi alat sangat terbatas analisis unsur Pb dengan kisaran konsentrasi
dalam membedakan antara sinyal analit dengan tersebut di atas, masih memenuhi persyaratan
noise. Apabila kosentrasi berada di bawah limit dengan harga presisi<2% dan akurasi 100 % 15
deteksii maka sinyal yang ditangkap alat adalah % yang teliti dapat di simpulkan bahwa dekstruksi
sepenuhnya baik. Konsentrasi analit yang berada metode ini dapat dipercaya atau lebih valid untuk
pada limit deteksi belum sepenuhnya dapat analisis Pb dalam urine dengan menggunakan
dipercaya karena akurasi yang dihasilkan rendah. AAS.
Dari beberapa larutan standar baku Pb diukur,
dimana yang mendekati batas antara yang Saran
terdeteksi dan tidak terdeteksi diukur ulang dan 1. Perlu dilakukan pemantauan terhadap kadar Pb
menghasilkan konsentrasi terendah unutk Pb di udara, lingkungan maupun kawasan yang
adalah 0.01745 ppm. padat arus lalu lintas yaitu di sekitar SPBU
Sementara itu, limit kauntitasi (LoQ) Kubang Pekanbaru
didefenisikan sebagai kosentrasi analit terendah 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat
dalam sampel yang dapat ditentukan dengan melalui kegiatan penyuluhan agar masyarakat
presisi dan akurasi yang dapat diterima pada dapat mengetahui bahaya Pb.Tindakan yang
kondisi operasional metode yang digunakan.LoQ perlu dilakukan adalah mengurangi
merupakan suatu kompromi antara kosentrasi pencemaran Pb pada sumbernya yaitu dengan
dengan presisi dan akurasi yang cara menggunakan bensin tanpa Pb dan
dipersyaratkan.Jika kosentrasi LoQ menurun mengurangi pencemaran Pb di lingkungan
maka presisi juga menurun.Jika presisi tinggi yaitu dengan menanam pohon yang dapat
dipersyaratkan, maka kosentrasi LoQ lebih tinggi menyerap Pb terutama Pb yang terdapat di
harus dilaporkan.Hasil LOQ didapatkan dari udara misalnya Pohon Ketapang serta
perhitungan Rumus adalah 0.05816 ppm. penggunaan masker bagi petugas SPBU dan
menjaga kesehatan dengan pola hidup yang
4. KESIMPULAN DAN SARAN sehat.
Kesimpulan 3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjut dengan
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada 2 memperbanyak sampel uji dan lokasi
sampel urine petugas SPBU Kubang Pekanbaru, sampling, serta waktu yang digunakan lebih
rata- rata kandungan Pb masih di bawah NAB lama.
yaitu 0.229 g/ml sesuai dengan Kepmenkes No. 4. Sebaiknya apabila di temukan kandungan Pb di
1406 tahun 2002<10 g/L creatinine. atas NAB, di sarankan untuk melakukan
medical check up
Alamat Penerbit :
Jl. Adinegoro Simpang Kalumpang Lubuk Buaya Padang, Sumatera Barat Indonesia
Telp. (+62751) 481992, Fax. (+62751) 481962