Disusun oleh :
Kelompok 4
Elisa Puji Astuti (C.0105.19.006)
Fitriyani Widia (C.0105.19.007)
Hamjah Abdul Hendra (C.0105.19.009)
Sani Marwiyah (C.0105.19.020)
Suhenda (C.0105.19.024)
Tiara Marsanda (C.0105.19.025)
KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tetap
terlimpah kepada nabi besar kita Nabi Muhammad Saw kepada keluarga dan para sahabatnya
sampai generasi berikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini dapat diselesaikan atas izin Allah serta bantuan dan dukungan dosen serta
teman-teman yang memberikan semangat dan motivasi kepada kami, dan kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
kemampuan kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan pembelajaran. Sekian yang dapat
kami sampaikan dan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengatar................................................................................................................... i
Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu unit tempat pelayanan kesehatan, bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Masyarakat menuntut rumah sakit harus dapat
memberikan pelayanan dengan konsep one step quality service artinya seluruh kebutuhan
pelayanan kesehatan dan pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat
dilayani oleh rumah sakit secara mudah, cepat, akurat, bermutu, dan biaya terjangkau
(Ilyas, 2004).
Berdasarkan hasil riset (Sigit, A. 2009) fungsi pengarahan kepala ruangan dan
ketua tim dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat dimana perawat merasa dianggap
penting sehingga berdampak pada kinerja perawat. Fungsi pengarahan yang baik
cenderung pelaksanaan asuhan keperawatan menjadi baik (Warsito. B. E, 2006).
Seringkali terjadi hambatan dalam pengarahan karena yang digerakkan adalah manusia,
yang mempunyai keinginan pribadi, sikap dan perilaku yang khusus. Oleh sebab itu,
kepemimpinan yang dapat meningkatkan motivasi dan sikap kerja bawahan menjadi hal
yang penting.
Kinerja adalah penampilan hasil kerja individu baik kuantitas maupun kualitas
dalam suatu organisasi (Mangkuprawira, 2002). Sedangkan menurut (Basri, 2005) kinerja
adalah seperangkat hasil yang dicapai untuk merujuk pada tindakan pencapaian serta
pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. Perawat yang merasa puas dengan
aktivitasnya berpeluang 4,448 kali berkinerja baik dibanding perawat yang tidak merasa
puas dengan aktivitas kerjanya sebagai perawat yang pekerja di Rumah Sakit (Suroso. J.
2011). Kinerja yang baik sangat ditentukan kemampuan perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Kemampuan merupakan variabel yang terkuat mempengaruhi
kinerja, semakin baik kemampuan perawat maka semakin baik pula kinerja perawat
(Hafizurachman, 2009).
Mutu pelayanan asuhan keperawatan merupakan bagian yang harus menjadi fokus
dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, karena keperawatan mempunyai kontribusi
1
besar terhadap citra Rumah Sakit. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pelayanan
asuhan keperawatan adalah peningkatan kemampuan dan kinerja perawat melalui fungsi
pengarahan atau koordinasi ketua tim kepada perawat pelaksana dalam bentuk kegiatan
menciptakan iklim motivasi, komunikasi efektif, pendelegasian dan supervisi atau
bimbingan kepada perawat pelaksana.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam terselenggaranya roda organisasi
pelayanan kesehatan. Seorang manajer keperawatan harus dapat mengelola SDM agar
dapat bekerja efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
fungsi penggerakan.
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:
3
2.3 Tujuan Pengarahan dalam Manajemen Keperawatan
Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan suasana lingkungan yang
kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis, kepemimpinan yang
adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja dan meningkatkan
prestasi kerja perawat pelaksana
4
2.4 Unsur-Unsur Pengarahan
1. Motivasi
Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam keperawatan, karena
kita tahu bahwa pelayanan keperawatan memiliki kontribusi yang besar terhadap mutu
layanan kesehatan. Rendahnya kinerja perawatan akan mempengaruhi mutu
pelayanan keperawatan, sebaliknya bila kinerja perawat baik maka akan dapat
meningkatkan mutu layanan.
Kinerja perawat baik, bukan hanya karena perawat bersedia melakukan dan
menyelesaikan tindakan keperawatan secara rutin saja, tetapi yang terpenting adalah
perawat melakukan tindakan didasari dorongan atau motivasi diri. Motivasi internal
yang kuat akan memberikan dampak yang langgeng bagi seorang perawat dalam
melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien. Hal ini didukung oleh Hasibuan
(2005) yang menyatakan bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias
untuk mencapai hasil yang optimal. Lebih lanjut Wlodkowski (1985) menyatakan
bahwa motivasi merupakan kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada tingkah laku
tertentu. Seorang manajer perawat harus mengenali motivasi dan kebutuhan staf
supaya dapat memicu kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
efisien dan efektif.
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau mengarahkan
bawahan. Penerapan komunikasi yang baik antara manajer dan pelaksana
keperawatan dapat menghindari persepsi salah (missperception). Komunikasi bisa
dilakukan secara vertikal (atas–bawah) maupun horisontal (samping). Komunikasi
yang baik adalah komunikasi yang dilakukan secara terbuka antar dua orang atau lebih
untuk menyampaikan dan meneruskan pesan yang berharga dari dan keluar organisasi.
Komunikasi bisa dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Seorang manajer
5
perawat diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi dengan
menggunakan berbagai media modern sebagai sarana mendapatkan informasi dan
melakukan komunikasi secara efektif, walaupun pada saat pimpinan tidak berada di
tempat. Implementasi komunikasi di dalam ruang rawat inap dilakukan melalui
kegiatan operan/timbang terima, conference (pre, middle, post), diskusi kasus, ronde
keperawatan, rapat-rapat dan aktivitas lainnya.
2.6 Kinerja
Kinerja atau performance menurut Supriyanto dan Ratna (2007) adalah efforts
(upaya atau aktivitas) ditambah achievements (hasil kerja atau pencapaian hasil upaya).
Selanjutnya kinerja dirumuskan sebagai P = E + A.
6
Performance = Efforts + Achievement
Performance = f.(A×M×O)
7
dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, menaati standar kinerja, dan tinggal
di dalam kondisi kerja yang sering kali tidak ideal.
Dari teori produktivitas menurut Kopelman, 1986. Faktor penentu organisasi yakni
kepemimpinan dan sistem imbalan berpengaruh ke kinerja individu atau organisasi melalui
motivasi, sedangkan faktor penentu organisasi, yakni pendidikan berpengaruh pada kinerja
individu atau organisasi melalui variabel pengetahaun, keterampilan atau kemampuan.
Kemampuan dibangun oleh pengetahuan dan keterampilan tentang kerja.
8
Kinerja (performance) merupakan fungsi dari kemampuan (ability), motivasi
(motivation) dan kesempatan atau lingkungan kerja (opportunity).
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam satu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai moral
maupun etika . Kinerja merupakan penampilan hasil karya personel baik kualitas maupun
kuantitas dalam suatu organisasi. Kepuasan kerja sebagai sikap Umum individual terhadap
9
pekerjaannya. Kinerja adalah upaya (aktivitas) ditambah hasil kerja, (Supriyanto dan
Ratna, 2007).
Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai
prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Sementara itu yang dimaksud dengan dimensi kinerja menurut Gomes, (1997),
memperluaskan dimensi prestasi kerja karyawan yang berdasarkan:
1. Quantity of work; jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang
ditentukan.
2. Quality of work; kualitas kerja berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
3. Job knowledge; luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya.
4. Creativeness; Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5. Cooperation; kesetiaan untuk bekerja sama dengan orang lain.
6. Dependability; kesadaran dan kepercayaan dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.
7. Initiative; semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar
tanggungn jawabnya.
8. Personal qualities; menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan
integritas pribadi.
Faktor yang memengaruhi kinerja ini sesuai dengan konsep kinerja (Robbins, 2002).
faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) adalah sebagai berikut.
11
mereka akan menerima imbalan sesuai dengan prestasi yang dicapainya, akan merupakan
rangsangan bagi karyawan untuk memperbaiki prestasinya. Selanjutnya bila karyawan
diberitahu kelemahan-kelemahannya, maka dengan bantuan pimpinan mereka berusaha
untuk memperbaiki diri masing-masing. Penilaian karyawan dapat menimbulkan loyalitas
terhadap perusahaan bila pemimpin mengembangkan dan memajukan karyawannya
melalui pemberian sarana pendidikan khusus bagi karyawan yang memerlukannya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kinerja individual mengacu pada prestasi individu yang diatur berdasarkan standar
atau kinerja yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Kinerja individual yang tinggi
dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Kinerja yang lebih tinggi
mengandung arti terjadinya peningkatan efisiensi efektivitas atau kualitas yang lebih
tinggi dari penyelesaian serangkaian tugas yang dibebankan kepada individu dalam
perusahaan atau organisasi.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penyusun
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Warouw, Herman J. 2009. “Hubungan Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat
Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Budhi Asih Jakarta”. [Tesis]. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Program Pascasarjana Ilmu Keperawatan. Depok. Universitas Indonesia.