Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGARAHAN DAN PENDELEGASIAN

Mata Kuliah Manajemen Keperawatan


Dosen Pengajar: H. Iswantoro, S.Kp, MM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I
KELAS A

1. April Yusrina 5. Herlina


2. Dion Mulia Anggara Putra 6. Hikmah
3. Esti Meilinda 7. Julian Andrea C.
4. Fara Nur Huda 8. Mariana

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
TAHUN 2019
PENGARAHAN DAN PENDELEGASIAN

1.1 Pengertian Manajemen Keperawatan


Menurut Daft, 2009 Manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi
dengan cara yang efektif dan efesien melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian sumberdaya organisasi.

Manajemen keperawatan adalah suatu rangkaian fungsi dan aktifitas atau


kegiatan yang secara simultan saling berhubungan dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui anggota staf keperawatan untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pelayanan keperawatan yang berkualitas (Marquis & Huston,
2010.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf


keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Nursalam, 2015).

1.2 Fungsi Manajemen Keperawatan


Menurut Marquis & Huston, 2010 ada beberapa fungsi manajemen yaitu:
1.2.1 Perencanaan (Planning)
Perencana didefinisikan sebagai upaya memutuskan apa yang akan
dilakukan, siapa yang akan melakukan, dan bagaimana, kapan dan
dimana hal tersebut dilakukan oleh karena itu perencanaan menuntut
individu untuk menentukan pilihan diantara beberapa alternatif. Suatu
perencanaan yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat
sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia lebih daulu.
1.2.2 Pengorganisasian (Organazing)
Menurut David, 2009 Pengorganisasian merupakan semua aktifitas
manjerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan otoritas
dengan menentukan siapa yang melakukan apa dan siapa yang harus
bertanggung jawab kepada siapa. Pengorganisasian dalam manajemen
keperawatan meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan divisi keperawatan, departemen atau
pelayanan dan unit (Swansburg, 2000).
1.2.3 Pengaturan Staf (Staffing)
Dalam fungsi ketenagaan/staffing manajer atau rekrutmen, memilih,
memberikan orientasi dan meningkatkan perkembangan individu
untuk mencapai tujuan organisasi. Fungsi ini sangat penting dalam
proses manajemen keperawatan karena bersifat labour intensive yaitu
membutuhkan tenaga kerja yang besar yang terdiri dari para
professional yang sangat terampil dan kompeten. Adapun fungsi
staffing ini mulai dari perencanaan kebutuhan tenaga, rekruitmen,
seleksi, rientasi, progam pengembangan staf dan pengembangan karir.
1.2.4 Pengarahan (Actuating)
Pengarahan adalah penugasan, pesanan dan instruksi yang
memungkinkan pekerja memahami apa yang diharapkan darinya, dari
pedoman serta pandangan pekerja sehingga dia dapat berperan secara
aktif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Adapun fungsi dari
pengarahan di rumah sakit yaitu sebagai motivasi, komunikasi, sistem
supervisi terhadap asuhan keperawatan, pendelegasian, manajemen
konflik dan kolaborasi serta koordinasi.
1.2.5 Pengendalian (Controling)
Pengendalian adalah evaluasi mempunyai fungsi yang sangat besar
dalam manajemen keperawatan dan juga merupakan alat manajemen
untuk memperbaiki kinerja. Fungsi ini mencakup kinerja yang diukur
menggunakan standar yang ada yang telah ditentukan sebelumnya dan
tindakan yang diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara
standard an kinerja yang sebenarnya.
2.1 Pengertian Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan yang efektif akan
meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen
keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000).

Pengarahan adalah hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang


mengikat bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga
kerja efektif serta efisien untuk mencapai tujuan (Putra, 2016).

2.2 Tujuan Pengarahan


Menurut Putra, 2016 ada beberapa tujuan pengarahan yaitu :
2.2.1 Menciptakan Kerjasama yang lebih efisien
2.2.2 Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staff
2.2.3 Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
2.2.4 Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staff
2.2.5 Membuat organisasi berkembang lebih dinamis

2.3 Fungsi Pengarahan


Fungsi pengarahn selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam
melakukan kegiatan pengarah melalui : saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi
yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg,2000).
Memotivasi adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staf
dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai
pada tujuan (Soeroso, 2003). Kepala ruangan haruslah menunjukkan bahwa
ia memiliki kemampuan bekerja yang harmonis, bersikap objektif dalam
menghadapai persoalan dalam pelayanan keperawatan melalui pengamatan,
dan objektif juga dalam menghadapi tingkah laku stafnya. Kepala ruangan
harus peka akan kodrat manusia yang punya kelebihan dan kekurangan,
memerlukan bantuan orang lain, dan mempunyai kebutuhan yang bersifat
pribadi dan sosial (Muninjaya, 2004). Pengarahan akan mencapai tujuannya
jika dikerjakan dengan baik. Dauglas dalam Swansburg (2000) mengatakan
bahwa ada dua belas aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan
pada manajemen, yaitu:
a. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan
keperawatan, pasien dan perawat pelaksana
b. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan
tugas- tugas perawat pelaksana
c. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
d. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
e. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
f. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat
pelaksana Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal
pengajaran, konsultasi, dan evaluasi
g. Mempercayai anggota
h. Menginterpretasikan protocol
i. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
j. Memberikan laporan ringkas dan jelas
k. Menggunakan proses kontrol manajemen

2.4 Komponen Pengarahan


Menurut Bechtel yang dikutip oleh Sutrisno (2013), pengarahan terdiri dari 4
komponen yang dilakukan secara berurutan yang terdiri dari:
2.4.1 Greeting, merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk
menyambut satu sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan.
2.4.2 Sharing, membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan
komplek seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang
memperluas topik. Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan
mendengarkan dan kemudian memiliki kesempatan untuk merespon
dengan pertanyaan atau komentar.
2.4.3 Group activity, merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai
kegiatan yang membantu membangun komunitas dan memungkinkan
semua orang untuk berkontribusi pada tingkat mereka sendiri. Beberapa
kegiatan group activity seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk dari
pimpinan, dan menerapkan penguasaan diri.
2.4.4 Newsand Announcement, merupakan kegiatan yang dilakukan pada
akhir pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat
pratinjau dari kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa
pengumuman dari peserta yang lain.

Menurut Astonet al,2005 dikutip oleh Sutrisno (2013), pengarahan yang


dilakukan setiap pagi dirumah sakit ini sangat penting untuk pengembangan
menuju ke arah yang lebih profesional untuk mengevaluasi pengalaman dan
persepsi anggota tim keperawatan dan medis terhadap masalah kesehatan
yang terjadi pada pasien. Komitmen yang baik antar perawat dan medis
merupakan dampak dari perencanaan yang baik, proses belajar antar tim, rasa
saling menghormati, hubungan dan dukungan untuk mengenal satu sama lain.
Hal ini terbentuk melalui komunikasi yang efektif antara anggota tim saat
kegiatan pengarahan berlangsung. Menurut Ibnu Hisyam Mukti dikutip oleh
Cinantya (2010), ciri-ciri suatu pengarahan, sebagai berikut:

1. Syarat Pengarahan
a. Materi pengarahan merupakan bagian dari kebijaksanaan atau informasi
umum.
b. Materi atau pesan suatu pengarahan dipersiapkan secara lengkap dan
objektif, sehingga unit-unit penerima pesan tidak lagi
mempermasalahkan kebenaran materi atau pesan. Pengarahan tetapi
mempercayakan segi teknis operasional.
c. Pengarahan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat sebelum
pelaksanaan operasional suatu tugas atau sesudah pelaksanaan tugas
berikutnya.
d. Proses komunikasi pengarahan hendaknya disampaikan secara jelas,
tegas, ringkas, dan mengandung unsur teknis.
2. Isi Pengarahan
a. Isi suatu pengarahan biasanya berupa policy atau kebijaksanaan
tertentu.
b. Penjelasan tentang posisi, peranan dan tanggung jawab tiap unit dalam
suatu organisasi.
c. Penjelasan teknisi kerja tiap unit, hubungan antara unit dan pelengkap
yang diperlukan.
d. Penjelasan data teknis dan fakta yang mendukung suatu kegiatan
operasional.
e. Pemberian aba-aba dan tahapan waktu pelaksanaan.
3. Persiapan Pengarahan
a. Persiapan luas lingkup dan tujuan pengarahan.
b. Penyusunan sistematika penyajian.
c. Penetapan sistem monitoring dan evolusi.
d. Penentuan pihak-pihak yang perlu dilibatkan.
e. Penentuan waktu, alat, dan tempat pelaksanaan.
4. Pesan Kegiatan Pengarahan
Pesan adalah informasi yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal atau nonverbal
yang memakai perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber.
5. Intensitas kegiatan
Intesitas kegiatan merupakan banyaknya serta jumlah waktu yang
digunakan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan.
Dalam hal ini intensitas kegiatan diukur dengan frekuensi dan durasi:
a. Frekuensi adalah seberapa sering karyawan mengikuti kegiatan
pengarahan.
b. Durasi adalah lamanya karyawan mengikuti kegiatan pengarahan
dari awal sampai akhir.

2.5 Cara – cara pengarahan


Adapun cara-cara pengarahan yang dilakukan menurut putra, 2016 yaitu
berupa:
2.5.1 Orientasi, merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi
yang perlu agar kegiatan dapat dilakukan dengan baik., biasanya
orientasi ini diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk
mengadakan pengenalan dan memberikan pengertian atas berbagai
masalah yang dihadapinya. Sementara pegawai lama yang pernah
menjalani masa orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang
masalah-masalah yang pernah dihadapinya sehingga orientasi ini perlu
diberikan kepada pegawai lama sekalipun agar mereka tetap
memahami akan perannya. Adapun informasi yang diberikan dalam
orientasi dapat berupa, antara lain:
a. Tugas itu sendiri
b. Tugas lain yang ada hubungannya
c. Ruang lingkup tugas
d. Tujuan dari tugas
e. Delegasi wewenang
f. Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja
g. Hubungan antara masing-masing tenaga kerja
2.5.2 Perintah
Menurut Putra, 2016 Perintah merupakan permintaan dari pimpinan
kepada orang-orang yang berada dibawahnya untuk melakukan atau
mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Adapun
perintah dapat berupa:
a. Perintah umum dan khusus
Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi
manajer, kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan
yang diberikan oleh bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang
luas, serta perintah khusus bersifat lebih mendetail.
b. Perintah lisan dan tertulis
Perintah tertulis memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama
untuk memahaminya, sehingga dapat menghindari adanya salah
tafsir. Sebaliknya perintah lisan akan lebih cepat diberikan
walaupun mengandung risiko lebih besar. Biasanya perintah lisan
hanya diberikan untuk tugas-tugas yang relative mudah.
c. Perintah formal dan informal
Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada
bawahan sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan dalam
organiusasi. Sedangkan perintah informal lebih banyak
mengandung saran atau dapat pula berupa bujukan dan ajakan.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan


Arni (2009) menyatakan bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan
dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi
ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain
sebagai berikut :
2.6.1 Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan
menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau
gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu
memperhatikan arus komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan
informasi kebawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi
penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan
tugas, pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan
akan mengirimkan pesan untuk memotivasi pegawai guna
penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau mendiskusikan
kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah organisasi.
2.6.2 Kepercayaan Pada Pesan Tulisan
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan tulisan dan metode
diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang
disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan
lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin,
manual yang mahal, buklet dan film sebagai pengganti kontak personal
secara tatap muka antara pimpinan dan bawahan.
2.6.3 Pesan Yang Berlebihan
Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis, maka
pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat
pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak
sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai
terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya.
Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap
penting bagi dirinya dan yang lain diberikan saja tidak dibaca.
2.6.4 Timing
Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi
komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat
yang tepat bagi pengiriman pesan dan tampak yang potensial kepada
tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat
saling menguntungkan kepadakedua belah pihak yaitu pimpinan dan
karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat
dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada
efektifitasnya.
2.6.5 Penyaringan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah semuanya
diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.
Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor
diantaranya perbedaan persepsi diantara pegawai, jumlah mata rantai
dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada
pimpinan.
2.7 Indikator pengarahan yang baik
2.7.1 Kordinasi
Koordinasi adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer
agar terdapat suatu komunikasi atau kesesuaian dari berbagai
kepentingan dan perbedaan kepentingan sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai.
2.7.2 Motivasi
Memberikan motivasi kepada karyawan merupakan salah satu elemen
penting dalam manajemen keperawatan, dengan memberikan fasilitas
yang bagus dangaji yang cukup maka kinerja para karyawan akan
optimal.
2.7.3 Komunikasi
Komunikasi antara pemimpin dan karyawan sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan. Dengan menjalin komunikasi yang baik maka akan
menimbulkan suasana kerja yang kondusif dakam suatu lingkungan
organisasi dan akan menumbuhkan teamwork atau kerjasama
organisasi yang baik dalam berbagai kegiatan.

3.1 Pengertian Pendelegasian


Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui
orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas kepada
seseorang atau kelompok dalammenyelesaikan tujuan organisasi (Marquis
dan Huston, 1998 dalam Nursalam, 2015).

3.2 Konsep Pendelegasian


Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan antara tiga
komponen yaitu tanggung jawab, kemampuan dan wewenang. Ada lima
konsep yang mendasari efektivitas dalam pendelegasian yaitu (Nursalam,
2015):
3.2.1 Pendelegasian bukan suatu sitem untuk mengurangi tanggung jawab,
tetapi suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna.
3.2.2 Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang.
3.2.3 Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung
jawabnya, mengembangkan wewenang yang dilimpahkan dan
mengembangkan kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi.
Keberhasilan pelimpahan ditentukan oleh:
a. Intervensi yang diperlukan
b. Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut
c. Bantuan apa yang diperlukan
d. Hasil apa yang diharapkan
3.2.4 Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota.
Dukungan yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif.
3.2.5 Seorang delegasi harus terlibat aktif dan harus dapat menganalisa
otonomi yang dilimpahkan.

3.3 Cara Pendelegasian


Ada beberapa cara dalam pendelegasian menurut Nursalam, 2015 yaitu:
3.3.1 Seleksi dan susun tugas
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang
harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf.
3.3.2 Seleksi orang yang tepat
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan
kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya memilih staf
bergantung dari kemampuan manajer mengenal kinerja staf, kelebihan,
kelemahan dan perilakunya.
3.3.3 Berikan arahan dan motivasi kepada staf
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiada arahan yang
jelas. Lebih baik pendelegasian dilakukan secara tertulis dan ajarkan
pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut.
3.3.4 Lakukan supervisi yang tepat
Dalam melakukan supervisi harus dapat menentukan apa yang perlu
disupervisi, kapan dilakukan dan bantuan apa yang dapat diberikan.
3.4 Keberhasilan Pendelegasian
Keberhasilan pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut
(Nursalam, 2015):
3.4.1 Komunikasi yang jelas
3.4.2 Ketersedianan sumber dan sarana
3.4.3 Monitoring
3.4.4 Pelaporan kemajuan tugas limpah

3.5 Ketidakefektifan Pendelegasian


Menurut Nursalam, 2015 ketidakefektifan atau kesalahan yang sering
ditemukan dapat dibedakan menjadi tiga hal yaitu:
3.5.1 Pendelegasian yang terlalu singkat (Under-Delegation)
3.5.2 Pendelegasian yang berlebihan (Over-Delegation)
3.5.3 Pendelegasian yang tidak tepat (Improper-Delegation)

3.6 Pendelegasian Menurut UU RI Nomor 38 Tahun 2014 Tentang


Keperawatan
3.6.1 Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang hanya dapat
diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat untuk
melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi
pelaksanaannya.
3.6.2 Pelimpahan wewenang dapat dilakukan secara delegatif atau mandat.
3.6.3 Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu
tindakan medis diberikan oleh tenaga medis kepada perawat dengan
disertai pelimpahan tanggung jawab
3.6.4 Pelimpahan wewenang secara delegatif hanya dapat diberikan perawat
profesi atau perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang
diperlukan
3.6.5 Perlimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis
kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dibawah
pengawasan
3.6.6 Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang
mandat berada pada pemberi pelimpahan wewenang

3.7 Wewenang Yang Dapat Dilakukan Perawat Dalam Pelimpahan Tugas


Menurut UU RI Nomor 38 Tahun 2014
3.7.1 Melakukan tindakan medis sesuai dengan kompetensinya atas
pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis
3.7.2 Melakukan tindakan medis dibawah pengawasan atas pelimpahan
wewenang mandat
3.7.3 Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program pemerintah

DAFTAR PUSTAKA
Putra, C. S. (2016). Buku Ajar Manajemen Keperawatan : Teori dan Aplikasi
Praktek dilengkapi dengan Kuisioner Pengkajian Praktek Manajemen
Keperawatan. Jakarta: IN MEDIA.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesiona (Edisi 5). Jakarta: Salemba Medika.

Marquis dan Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan.


Teori dan Aplikasi. Alih bahasa: Widyawati dan Handayani. Jakarta.
Edisi 4. EGC.

Sutrino, Edy. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 1, Jakarta:


Kencana.

Swansburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan. Jakarta : EGC.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang


Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai