“GAYA KEPEMIMPINAN”
OLEH:
Risnawati, S.Kep
NPM : 4012200021
1
LAPORAN PENDAHULUAN
GAYA KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja
sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum. S. Suarli dan Yanyan
Bahtiar (2007)
Hersey dan Blanchand (1977) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan kelompok untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Fleishman (1973) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan sebagai suatu
kegiatan yang menggunakan proses komunikasi untuk memengaruhi kegiatan seseorang atau
kelompok ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.
LAN RI (1996) dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) mengartikan kepemimpinan
ialah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam menggerakkan, membimbing
dan mengarahkan orang lain agar melaksanankan tugas dan mewujudkan sasaran yang
ditetapkan.
Stogdill dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) yaitu kepemimpinan sebagai suatu
proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan
mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.
Gardner dalam Nursalam (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses
persuasi dan memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan
bersama.
Merton dalam Nursalam (2002) menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi
masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
2. Wewenang Kepemimpinan
Wewenang Kepemimpinan yaitu hak untuk bertindak atau mempengaruhi tingkah laku
orang yang dipimpinnya. Wewenang kepemimpinan didapat dari luar diri pemimpin itu. S.
Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
Secara umum, ada dua konsep pemberian wewenang kepemimpinan dilihat dari arahnya,
yaitu dari atas dan dari bawah. Wewenang dari atas umumnya berasal dari atasan, misalnya
2
seorang direktur rumah sakit menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu untuk menjadi
kepala bagian perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk memerintah. Cara demikian
ini disebut “top-down authority”, atau kewenangan dari atas ke bawah. S. Suarli dan Yanyan
Bahtiar (2007).
Konsep yang kedua adalah “bottom-up authority”, atau kewenangan dari bawah ke atas,
yang berdasarkan pada teori penerimaan (receptance theory). Pada konsep ini, pemimpin
dipilih oleh mereka yang akan menjadi bawahannya. Apabila seseorang diterima sebagai
pimpinan dan diberi wewenang untuk memimpin, maka para bawahan akan menghargai
wewenang tersebut. Pemimpin tersebut bisa juga merupakan seorang wakil yang mewakili
nilai-nilai yang mereka anggap penting. Sesuai dengan teori pembinaan, para staf/bawahan
mengakui bahwa bimbingan dan dorongan dapat diperoleh dari kepemimpinan atau
kewenangan berkonsep bottom-up authority. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
Meskipun kedua konsep diatas tampaknya saling bertentangan, tetapi masing-masing
mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Top-Down Authority diperlukan bila tingkat koordinasi
dan pengawasan layak dan perlu dicapai. Paling tidak suatu tingkat kewenangan yang
terpusat diperlukan untuk mencapai perencanaan dan pengambilan keputusan yang
diperlukan. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
Dalam pandangan Bottom-Up Authority, pemimpin formal dapat menjalankan
pekerjaannya dengan efektif apabila ia mendapat dukungan dan diterima oleh
staf/bawahannya. Apabila staf/pegawai menghargai atau menaruh hormat pada pemimpinnya,
mereka akan mengikuti pimpinan dengan kooperatif dan gembira. Dengan demikian,
hubungan atasan-bawahan akan menjadi lebih erat dan harmonis. S. Suarli dan Yanyan
Bahtiar (2007).
3. Kriteria Pemimpin
Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah dengan
sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan
bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara
lain menurut : Swansburg, Russel C (2000)
1) Ruth M. Trapper (1989), membagi menjadi 6 komponen :
a. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
3
b. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri
serta kebutuhan orang lain.
c. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
d. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
e. Mengambil tindakan
2) Hellander (1974)
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-
sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
3) Bennis (Lancaster dan Lancaster, 1982)
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
a. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia ( hubungan
antar manusia ).
b. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
c. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi
orang lain.
d. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang
mengenal orang lain dengan baik.
4) Gibson (Lancaster dan Lancaster,1982
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
a. Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi
orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi
sebenarnya justru telah menghambatnya.
b. Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai -
nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
c. Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu
unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.
4. Pendekatan Kepemimpinan
Secara umum, ada tiga pendekatan kepemimpinan untuk memimpin suatu unit
organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits theory), pendekatan berdasarkan
4
perilaku kepemimpinan (behaviour theory), dan pendekatan berdasarkan situasi
(contingency theory). S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).
5
e. Mendengarkan informasi dari bawahan
f. Tanggap terhadap situasi
g. Membantu bawahan.
5. Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu
organisasi antara lain: Swansburg, Russel C (2000)
1) Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik
ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada
bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor
situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika
dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika
bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka
pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
2) Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
a. Sistem Otoriter-Eksploitati
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah
terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman.
Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
b. Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi
bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan
komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan
wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan
yang ketat.
c. Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar.
Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-
kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima
keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
d. Sistem Partisipatif
6
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah
dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
7
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas.
Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai
oleh bawahannya.
b. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap
bawahan.
c. Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran
dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
d. Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha
untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam,
1990)
5) Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchar:
Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
a. Instruksi
b. Tinggi tugas dan rendah hubungan
c. Komunikasi sejarah
d. Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal
e. Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifikserta
mengawasi dengan ketat
Konsultasi
a. Tinggi tugas dan tinggi hubungan
b. Komunikasi dua arah
c. Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar
Parsitipatif
a. Tinggi hubungan rendah tugas
b. Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan
keputusan
Delegasi
a. Rendah hubungan dan rendah tugas
b. Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan
masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusa
6)Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
8
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter,
demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
a. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Wewenang mutlak berada pada pimpinan
b) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara ketat
f) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
g) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat
h) Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
i) Lebih banyak kritik daripada pujian
j) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
k) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
l) Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
m) Kasar dalam bersikap
n) Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
b. Demokrati
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain
agar besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai
kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Wewenang pimpinan tidak mutlak
b) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
c) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d) Komunikasi berlangsung timbal balik
e) Pengawasan dilakukan secara wajar
f) Prakarsa datang dari bawahan
g) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
h) Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif
9
i) Pujian dan kritik seimbang
j) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing
k) Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
l) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
m) Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
n) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
c. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai
kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
e. Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
f. Prakarsa selalu berasal dari bawahan
g. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
h. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
i. Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
7) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:
a. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan.
Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin
menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan.
Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi
dengan reward dan punishment.
b. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf.
Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf,
memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan
10
pengontrolan dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan
terbuka.
c. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang
menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan
tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran dan kritiknya serta
mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada
kelompok.
d. Bebas TindaMerupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi
pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber
informasi dan pengendalian secara minimal.
11
7) Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik mencerminkan
pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan dengan baik pula sehingga
produktivitas kerja menjadi meningkat.
12
manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap individu
dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap
perawat merasa dihargai termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang
pasif. Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
5) Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting
dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar
setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang
pencapaian kerja bawahan. Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif,
diperlukan suatu perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu
dan sumber-sumber yang ada.
6) Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan
pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa
kekurangan dan kelebihan staf sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan
pekerjaan yang baik dan memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang
pemimpin dapat menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai
diri sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat melakukan
tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Dalam melaksanakan
pelayanan dan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai seorang pemimpin bertanggung
jawab dalam :
a. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
c. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
e. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f. Pencapaian tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan bawahan
h. Memotivasi bawahan
13
DAFTAR PUSTAKA
14