Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG BEDAH RSUD ABEPURA


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keperawatan)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

1. MARATUS SHOLIKAH
2. BADARIA
3. YOHANES O. BEREWUMAKING
4. DEDE YOHANIS FITOWIN
5. SRI HARDYANTI
6. NI LUH GEDE NADYA LESTARI
7. DWI FEBRIANA ROMADAN
8. FEBRIANI RUMBAURI
9. ERWIN PAIRUNAN
10. AGUSTINA PEKEY
11. NUR INTAN HANDAYANI
12. RINA G.E.A. SAPUTRI
13. TERESIA LOKOBAL
14. IFRON KOGOYA
15. RENALDO

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
2017/2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ruang bedah RSUD abepura merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan
profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan ahli
lainnya (Sabarguna, 2008).Suatu ruang bedah RSUD abepura memerlukan
pengorganisasian untuk melancarkan suatu aktivitas.Organisasi ruang bedah RSUD
abepura memiliki pemimpin dan staf-staf yang bergerak dibidangnya agar organisasi
diruang bedah RSUD abepura mampu menjalankan pelayanan kesehatan yang optimal.
Manajemen pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai
tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan disuatu kegiatan.Pada suatu instansi
membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan
tentang manusia untuk mengelola kegiatan.Manajemen merupakan serangkaian aktivitas
(termasuk perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, financial,
fisik dan informasi) dengan maksud mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif
(Griffin, 2004).
Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di ruang bedah RSUD abepura
diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana
lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan tersebut
juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional yaitu memiliki
otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountability), menggunakan
metode ilmiah, berdasarkan standar praktik dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek
legal.MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu
menejemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan keperawatan
di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan.
Laporan ini merupakan salah satu bukti mahasiswa dalam melaksanakan praktek
manajemen keperawatan di ruang bedah. Pada dasarnya laporan ini dapat digunakan
sebagai pedoman bagi mahasiswa keperawatan atau perawat diruang bedah RSUD
abepura yang akan mendapat tanggung jawab sebagai manajer keperawatan di ruang rawat
inap. Pelaksanaan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan di ruang rawat
inap mengacu pada bidang keilmuan manajemen.
Dalam melaksanakan praktek manajemen keperawatan menekankan pada
penerapan konsep – konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan
dalam tatanan pelayanan kesehatan nyata.Bentuk pengalaman belajar dengan praktek
klinik dan seminar serta mengintegrasikannya pada keperawatan klinik dalam praktek
profesi.
Praktek manajemen keperawatan diruang bedah sebagai salah satu proses
pembelajaran klinik, sehingga diharapkan mampu membentuk calon-calon praktisi
keperawatan yang profesional baik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan maupun
manajerial keperawatan. Praktek pembelajaran ini kami lakukan di ruang bedah Ruang
bedah RSUD abepura Umum Daerah Abepura.
B. Tujuan

2
1. Tujuan Umum :
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan
dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) secara bertanggung jawab dan
menunjukan sikap kepemimpinan yang professional serta langkah-langkah manajemen
keperawatan

2. Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan manajemen,
mahasiswa diharapkanmampu :
1) Mempelajari profil ruang bedah RSUD abepura.
2) Menganalisa situasi manajemen dari ruang bedah RSUD abepura.
3) Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan yang terkait dengan
manajemen keperawatan berdasarkan analisa situasi nyata di ruang bedah RSUD
abepura.
4) Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama
pihak ruang bedah RSUD abepura.
5) Menyusun tujuan dan rencana alternative pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah yang telah ditetapkan.
6) Mengusulkan alternative pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang
bersifat teknik operasional bagi ruang bedah RSUD abepura.
7) Melaksanakan alternative pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang
disepakati bersama unit terkait di ruang bedah RSUD abepura.
8) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan dan proses pada
manajemen keperawatan.
9) Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya mempertahankan
dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait diruang bedah
RSUD abepura.

3. Manfaat
1. Bagi pasien
Dengan adanya program MPKP di Ruang bedah RSUD abepura diharapkan
pasien merasakan pelayanan yang optimal, serta mendapat kenyamanan dalam
pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai kepuasan klien yang optimal.

2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.

3
3. Bagi ruang bedah RSUD abepura
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun
rencana strategi.
c. Mempelajari penerapan MPKP secara optimal.

4. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan MPKP di dalam Ruang bedah RSUD abepura.

5. Bagi Mahasiswa
Mengerti dan memahami penerapan atau aplikasi MPKP di dalam Ruang
bedah RSUD abepura, serta tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang
rawat sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


1. Definsi MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.
(Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber 2010).
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut
(Ratna sitorus & Yulia, 2006).

2. Komponen MPKP
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai ruang bedah RSUD
abepura, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen
yaitu nilai–nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.
a. Nilai-nilai professional
Pada model ini PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga,
menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada pelaksanaan dan
evaluasi renpra. PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan
oleh PA. hal ini berarti PP mempunyai tanggung jawab membina performa PA agar
melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.

b. Hubungan antar professional


Hubungan antar profesional dilakukan oleh PP. PP yang paling mengetahui
perkembangan kondisi klien sejak awal masuk. Sehingga mampu memberi informasi
tentang kondisi klien kepada profesional lain khususnya dokter. Pemberian informasi
yang akurat akan membantu dalam penetapan rencana tindakan medik.

c. Metode pemberian asuhan keperawatan


Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi
keperawatan primer sehingga keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP, PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi pada renpra
sesuai kebutuhan klien.

d. Pendekaatan menajemen
Pada model ini diberlakukan manajemen SDM, yaitu ada garis koordinasi
yang jelas antara PP dan PA. performa PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab
PP. Dengan demikian, PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan. Sebagai

5
seorang manajer, PP harus dibekali dengan kemampuan manajemen dan
kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang
efektif.

e. System kompensasi dan penghargaan


PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan
keperawatan yang dilakukan sebagai asuhan yang profesional. Kompensasi dan
penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau
kompensasi dan penghargaan berdasarkan prosedur

3. Tujuan MPKP
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b.Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan.

4. Nilai praktek keperawatan


MPKP merupakan model praktek keperawatan profesional yang mewujudkan nilai-nilai
profesional. Nilai-nilai profesional yang diterapkan pada MPKP adalah:
1. Pendekatan Manajemen ( Management Approach )
2. Penghargaan karir ( compensatory rewards )
3. Hubungan Profesional ( professional relationship)
4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )

5. Pilar-pilar MPKP
a) Pilar 1: Pendekatan manajemen keperawatan
Terdiri dari :
(1) Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP
meliputi ( perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek,
harian, bulanan dan tahunan).
(2) Pengorganisasian dengan menyusun struktur organisasi, jadwal dinas, dan
daftar alokasi pasien.
(3) Pengarahan
Terdapat kegiatan delegasi, supervisi, menciptakan iklim motivasi, manajemen
waktu, komunikasi efektif yang mencakup pre dan post conference, dan
manajemen konflik.

b) Pilar 2: Sistem penghargaan


Manajemen sumber daya manusia diruang MPKP berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kerja, staf perawat. Proses ini selalu

6
dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan
baru.

c) Pilar 3: Hubungan profesional


Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan)
dalam penerimaan pelayanan keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaannya
hubungan profesional secara internal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk
pelayanan kesehatan misalnya perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan
lain, sedangkan hubungan profesional secara eksternal adalah hubungan antara
pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

d) Pilar 4: Manajemen asuhan keperawatan


Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

B. Macam-macam Metode Penugasan MPKP dalam Keperawatan


Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu menggunakan salah satu metode
pendekatan di bawah ini :
1. Metode fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Metode ini dibagi menjadi
beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai
berikut :
a. Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan perawatan pasein, membuat
penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf, tugasnya :
- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam
masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu
tindakan sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,
menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan
pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat
duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan
yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.

7
Kerugian metode fungsional:
- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus
-  Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Kelebihan dari metode fungsional :
- Sederhana
- Efisien.
- Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas yang sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
Contoh metode fungsional
Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang
ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas
tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan
tentang klien

2. Metode penugasan pasien/metode kasus


Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien.
Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan
langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.

Kekurangan metode kasus :


- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak
mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
- Membutuhkan banyak tenaga.
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab
klien bertugas.
Kelebihan metode kasus :
- Kebutuhan pasien terpenuhi.
- Pasien merasa puas.
- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

8
3. Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain
itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya
pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan
atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap sekelompok pasien.

Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :


- Ketua tim
- Pelakaana perawatan
- Pembantu perawatan
Kelebihan metode tim :
- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
- Pasien dilayani secara komfrehesif
- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
- Tercipta kerja sama yang baik .
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan
efektif.
Kekurangan metode tim:
- Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat
- Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.

4. Metode Perawatan Primer


Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
- Menerima pasien
- Mengkaji kebutuhan
- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
- Mengkoordinasi pelayanan

9
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer dan perawat non profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas
4. Memberi penugasan pada perawat asisten.
Kelebihan dari metode perawat primer:
- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
- Berkomunikasi langsung dengan Dokter
- Perawatan adalah perawatan komfrehensif
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
Kelemahan dari metode perawat primer:
- Perlu kualitas dan
- kuantitas tenaga perawat,
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

5. Metode Modul (Distrik)


Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan
primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai
pulang.
Keuntungan dan Kerugian
- Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.
- Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan.
-Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan
yang sebelumnya

10
C. Efisiensi Ruang Rawat
Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi
(BOR, LOS, TOI, BTO)
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempattidur ruang bedah RSUD abepura. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

Jumlah pasien
BOR=
JumlahTT x 100 %

Jumlah px dalam30 hari


BOR= x 100 %
JumlahTT X 30 hari

2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization
stay of inpatient discharged during the period under consideration”. AVLOS
menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan
hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal
antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Lama hari perawatan


LOS= x 100 %
Jumlah pasien keluar hidup atau mati

TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat
tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

( jumlah tempat tidur x periode) – harirawat


TOI=
Jumlah pasien keluar

BTO (Bed Turn Over)


BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in
occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Jumlah pasien keluar


LOS=
Jumlah tempat tidur

11
BAB III
GAMBARAN UMUM RUANG BEDAH RSUD ABEPURA

a. Ruang bedah RSUD abepura


1. Sejarah Dan Perkembangan Ruang bedah RSUD abepura Umum Daerah
Abepura
Awal Ruang bedah RSUD abepura Jayapura berada di lokasi RSUD Abepura
dan setelah perang dunia ke II selesai fasilitas tersebut diserahkan ke Zending dan
tahun 1946-1959 dikelolah oleh pemerintah Belanda tahun 1956 dibangun Ruang
bedah RSUD abepura Umum (RSUD) Jayapura di DOK II yang diresmikan tahun
1959 setelah penyerahan kekuasaan kepada RI tahun 1969 maka RS Jayapura di
Abepura dirubah menjadi Puskesmas perawatan dan sekaligus berfungsi sebagai
Latihan dan percontohan Kesehatan Masyarakat (DLPKM). Selanjutnya tahun 1989
DLPKM dipisahkan menjadi PKM Abepura dan Ruang bedah RSUD abepura
pembantu Abepura dengan Kapasitas tempat tidur 30 buah.Sebagai tindak lanjut
berikutnya maka sesuai dengan Surat Gubernur KDH.TK.I IRIAN JAYA NOMOR
445/1019/set.tanggal 23 maret 1990 serta surat Dirjen YANMED no.601
/YANMED/RS/BU,Dik./YMU/90 tanggal 24 Agustus 1990,telah diterbitkan SK
Gubenur KDH TK I Irian Jaya No.204 tahun 1990 tentang penetapan Ruang bedah
RSUD abepura Umum Abepura dengan Kapasitas tempat tidur 50 buah.
Selanjutnya sesuai SK Menkes no 1183/Menkes /SK/XI/194 dan keputusan
Mendagri nomor 117 tahun 1996 RSUD Abepura ditetapkan menjadi Kelas D yang
diresmikan oleh Bapak Gubenur KDH TTK I Irianjaya pada tahun 1997 ,tidak lama
berselang waktunya keluar SK Menkes nomor 491/Menkes /SK/V/1997 tanggal 20
mei 1997 RSUD Abepura ditingkatkan kelasnya menjadi kelas C dengan mendapat
persetujuan Menteri Dalam Negara sesuai Radiogram nomor :061/1983/ tanggal 2 Juli
1997 dengan Kapasitas tempat tidur 107 buah. sampai saat ini RSUD Abepura masih
berstatus Ruang bedah RSUD abepura C dengan Kapasitas tempat tidur yang siap
dipakai sebanyak 139 buah. yang sebelumnya sudah sampai 163 buah.
RSUD Abepura berdiri diatas tanah seluas 7.675 M2 dengan pertambahan
penderita yang datang membutuhkan pelayanan serta dengan tersediannya tenaga
spesialis maka di bangunlah ruangan tambahan dan penambahan tenaga untuk
membantu mencukupi pelaksanaan jenis-jenis pelayanan serta menampung penderita
yang dari tahun ke tahun bertambah terus. Namun demikian masih saja ditemui
kekurangan Kondisi RSUD abepura sekarang ini dapat dilihat sebagai berikut :
Jumlah tempat tidur yang kurang untuk kelas III/ Ekonomi Hanya 73 TT dari 163 TT
yang tersedia. Banyak sarana dan prasarana yang kurang memadai disebabkan karena
anggaran /APBD yang ada hanya untuk rutinitas RS.

12
2. Visi, Misi, Motto, Tujuan Dan Sasaran Rsud Abepura
a. Visi :
RSUD Abepura termasuk Ruang bedah adalah RSUD Rujukan Regional
Wilayah TABI yang Bangkit, Mandiri, Sejahtera dan menjadi terbaik dalam
pelayanan di Tanah Papua pada tahun 2018.

b. Misi :
Untuk mewujudkan Visi Ruang bedah RSUD abepura Umum  Daerah
Abepura, maka ditetapkan Misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan derajat keimanan, pengetahuan, sikap, perilaku, disiplin dan
profesional.
2. Meningkatkan sistem Manajemen Ruang bedah RSUD abepura yang bersih,
transparan, bebas korupsi, kerja sama tim, dan berwibawa.
3. Mewujudkan Lingkungan Ruang bedah RSUD abepura Umum Daerah Abepura
yang bersih, aman, tertib dan nyaman.
4. Meningkatakan mutu Layanan Ruang bedah RSUD abepura menjadi terbaik
holistik, komprehensif, terintegrasi, beretika, bermoral serta dipercaya dan
dicintai oleh masyarakat.

c. Motto
“ CERIA ”
- Cekatan : Setiap penanganan klien dalam bertindak selalu cekatan,
cepat,tepat dan teliti
- Efisien : Setiap penangan klien selalu bertindak efisien/efektif baik dari segi
waktu, biaya dan material
- Ramah : Setiap petugas di lingkungan RSUD Abepura selalu bersikap
ramah kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan dan
informasi tanpa membedakan suku golongan
- Indah : Selalu menjaga penampilan yang rapih dan menjaga kebersihan
lingkungan Ruang bedah RSUD abepura sebagai cermin dan kesan
pertama bagi pengunjung RS
- Aman : Selalu memberikan rasa aman kepada klien dan keluarga,
karyawan dan orang lain saat berada di lingkungan RS

d. Tujuan
Penetapan tujuan pada umumnya  didasarkan kepada faktor-faktor kunci
keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan Visi dan Misi. Tujuan akan
mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka
merealisasikan misi, menunjukan suatu kondisi yang ingin dicapai dimasa
mendatang. Untuk mengoptimalkan  penetapan tujuan dan sasaran maka
diperlukan penetapan faktor-faktor Kunci/Penentu keberhasilan(FPK) yang
diperolah atas dasar analisa SWOT dan analisis strategi pilihan (ASP) dengan
metode SWOT.

13
Dan untuk ASP sebagaimana termuat dalam perencanaan Strategi (RENSTRA)
Ruang bedah RSUD abepura Umum Daerah Abepura, yaitu :
1) Mewujudkan SDM yang handal dan professional.
2) Mengadakan sarana dan prasarana serta kelengkapan fasilitas sehingga
pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan.
3) Melaksanakan pelayanan prima sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan
(costumer) atau stake holder ruang bedah RSUD abepura.
4) Mewujudkan Lingkungan RS Yang bersih, Indah, Aman dan Tertib.

e. Sasaran
Sasaran menggambarkan hal – hal yang ingin dicapai melalui tindakan-
tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Sasaran akan memberikan fokus
pada penyusunan kegiatan yang bersifat spesifik, terinci dapat diukur dan dapat
dicapai. Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam Perencanaan Strategi Ruang
bedah RSUD abepura Umum Daerah Abepura adalah sebagai berikut :
1) Terlaksananya pendidikan dan pelatihan.
2) Tersedianya sarana dan prasarana  serta kelengkapan fasilitas sehingga
pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan  baku.
3) Terwujudnya pelayanan  medis dan penunjang medis yang optimal sehingga
tercapai kepuasan pelanggan.
4) Terciptanya kebersihan, keamanan, dan ketertiban dalam lingkungan ruang
bedah RSUD abepura.

f. Denah RSUD ABEPURA

14
3. Profil Ruangan Bedah, Denah Ruangan, dan Struktur Organisasi
a. Profil Ruangan Bedah
Ruang bedah di RSUD Abepura berlokasi di lantai 2 di bawah ruang operasi. Di
ruang bedah terdapat 10 ruangan, dimana 5 ruangan khusus pria, 5 ruangan khusus
wanita & anak-anak. Dalam satu ruangan terdiri dari 3 tempat tidur, 1 AC, 1 TV, 1
wastafel dan 1 kamar mandi. Dimana 1 ruangan sedang dalam perbaikan. Di ruang
bedah juga terdapat ruang kepala ruangan, ruang tindakan, ruang perawat, ruang obat-
obatan, gudang, serta ners station.
Diruang bedah Abepura tidak memiliki visi dan misi ruangan sendiri.Visi dan
misi yang diikuti adalah visi dan misi RSUD Abepura.

b. Denah Ruangan Bedah

15
c. Struktur Organisasi Ruang Bedah
a. Struktur Organisasi Ruang Bedah yang lama

KEPALA RUANGAN
Ns. Jakson Manurung, S.Kep

KETUA TIM A KETUA TIM B


Zr. Lenny M.O.Manurung, AMK Zr. Magdalena Windewani, AMK

1. Zr. Beatrik Kapitarauw, AMK 1. Ns. Ora Mekel, S.Kep

2. Zr.Endang Imbiri, AMK 2. Zr. Yubelina Marini, AMK

3. Zr. Since M. Monim,AMK 3. Zr. Yulanda Mira Eserem,AMK

4. Ns. Eros Pahabol, S.Kep 4. Zr. SelinariaPasaribu, AMK

5. Zr. Delila Maran,AMK


5. Zr. Jamila, AMK
6. Zr. Sartika, AMK
6. Br. Yohanis Ortopu, AMK
7. Zr. Adolfina Serly Pauta, AMK
7. Zr. Meike Meitemu, AMK
8. Zr. Florentina Simamora, AMK
8. Zr. Dorci Lomo, AMK
9. Ns. Yuni Irawati, S.Kep
9. Zr. Rahmawati, AMK
10. Ns. Oktoviani Paliling, S.Kep
10. Br. I Putu Andreyana Suyastawan, AMK
11. Br. Bar nabas Maimbu, AMK
11. Ns. Esty Padati, S.Kep
12. Zr. Fenly Delima, AMK
12. Zr. Hana Kurni, AMK

16
b. Struktur Organisasi Ruang Bedah yang baru

KEPALA RUANGAN
Ns. Jakson Manurung, S.Kep

KETUA TIM A KETUA TIM B


Zr. Beatrik Kapitarauw, AMK Zr.Endang Imbiri, AMK

1. Zr. Lenny M.O.Manurung, AMK 1. Zr. Magdalena Windewani, AMK

2. Zr. Jamila, AMK 2. Zr. Yubelina Marini, AMK

3. Ns. Eros Pahabol, S.Kep 3. Zr. Yulanda Mira Eserem,AMK

4. Br. Yohanis Ortopu, AMK 4. Zr. Dorci Lomo, AMK

5. Zr. Rahmawati, AMK 5. Ns. Yuni Irawati, S.Kep

6. Zr. Sartika, AMK 6. Br. Bar nabas Maimbu, AMK

7. Ns. Esty Padati, S.Kep 7. Zr. Mira Aserem, AMK

8. Br. Tadius Toding, S.Kep 8. Zr. Hana Kurni, AMK

17
BAB IV
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA SERTA SINTESA PERMASALAHAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Hasil Pengkajian
Pengkajian sistem Manajemen di ruang bedah RSUD Abepura dilakukan dengan
analisa situasi pada tanggal 16 April – 20 Mei 2018 melalui metode :
1. Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, beberapa perawat pelaksana
2. Observasi dilakukan oleh kelompok yaitu obsevasi situasi dan kondisi ruangan,
pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan pra sarana, sistem kerja dan
komunikasi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan.
3. Penyebaran kuisioner yang dilakukan pada tanggal 18 April 2018

I. Pengkajian 5 M
1. MAN
Tabel gambaran ketenagaan perawat di BEDAH RSUD ABEPURA

NO. JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH PELATIHAN

KET : Setiap tahun ada


1. S1 Keperawatan 4 pelatihan yang di ikuti oleh
perawat dan perawat yang
diikutkan dipilih oleh
2. D-III 14
Kepala Ruangan.
TOTAL 18

Keterangan :D-III Keperawatan ( 2 orang dalam proses pendidikan)

18
Ruang Bedah memiliki tenaga perawat yang terdiri dari :

LAMA PENDIDIKAN PELATIHAN YANG


NO NAMA JABATAN
BEKERJA TERAKHIR PERNAH DIIKUTI
- BHD
- Pelatihan manajemen
bangsal
KEPALA S1 Keperawatan,
1. Ns. J.M 18 tahun - Perawatan luka
RUANGAN Ns
- Geriatric
- Medical intstruktur
- Workshop ppni
- BHD
KETUA TIM
2. Zr. B.K 15 tahun D –III - Perawatan luka
A
- Manajemen Bangsal
- BHD
KETUA TIM
3. Zr. E.I 12 Tahun D- III - Perawatan luka
B
- Manajemen Bangsal
- BHD
- Medikal Instruktur
Bangsal
4. Zr. M.W PP 25 tahun D- III
- Menajemen Bangsal
- Cardiac Emergensi
- Komunikasi Terapeutik
- BHD
5. Zr. L.M.M PP 11 tahun D-III
- Medikal instruktur
- BHD
6. Zr. Y.M PP 9 Tahun D-III
- Geriatrik
- BHD
7. Zr. J PP D- III
- Terapi O2
- BHD
8. Zr. R PP D-III
- Terapi O2
- BHD
9. Br. Y.O PP 12 tahun D-III - Terapi O2
- BTCLS
- BHD
10. Zr. S PP 10 tahun D-III
- Perawatan Luka
- BHD
11. Zr. M.A PP D-III
- Perawatan Luka
12. Ns. E.P PP 25 tahun D-III - BHD
13. Zr. H.K PP 3 tahun D-III - BHD
14. Ns. Y.I PP 3 tahun S.1KEP , NS - BHD
15. Br. B.M PP 3 tahun D-III - BHD
- BHD
16. Br. T.T PP 5 tahun S1 KEP
- Uji Kompetensi Perawat
17. Zr. D.L PP 8 tahun D-III - BHD

19
18. Ns. E.P PP S1 KEP - BHD

Ketenagaan Keperawatan dan Pasien


Untuk perhitungan jumlah tenaga menggunakan teori Douglas ( Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien) kombinasi dengan teori Depkes. Adapun perhitungan kebutuhan
tenaga :
1. Ruang Bedah, rata-rata pasien berjumlah 16 orang . Terdapat 13 pasien minimal care ,
3 parsial care dan 0 total care.
 Dinas pagi
M = 13 X 0,17 = 2,21
P = 3 X 0,27 = 0,81
T = 0 X 0,36 = 0 +
3, 02 (3)
Tenaga yang di butuhkan dinas pagi 3 orang + 2 0rang Katim + 1 orang Karu = 6 ( enam )
orang
 Dinas sore
13 X 0,14 = 1,82
3X 0,15 = 0,45
0 X 0,30 = 0 +
2,27 (3)
Tenaga yang di butuhkan adalah = 3 (tiga) orang

 Dinas malam
13 X 0,07 = 0,91
3 X 0,10 = 0,3
0 X 0,20 = 0 +
1,21
Tenaga yang di butuhkan adalah = 2 (dua) orang
Jadi jumlah tenaga yang tersedia di ruang bedah pada tanggal 17 April 2018 adalah :
11 orang ( Douglas)

20
Menurut teori Depkes, untuk perhitungan jumlah tenaga perlu ditambah factor koreksi.
1. Hari Libur/Cuti/hari besar ( loss day) .

Jumlah hari minggu + hari cuti + hari besar


= X Jumlah perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif

52 + 12 + 16
= X 11
292

52 + 5 + 16
= X 11
292
=3,01

2. Jumlah tenaga keperawatan yag mengerjakan tugas non keperawatan (25%)

Jumlah tenaga perawat + loss day

= X 25 %

11+ 3
= X 25 %
100

= 3,25 (4)

Kebutuhan tenaga yaitu : Jumlah tenaga + faktor koreksi


= 11 + 3 + 4
= 18 orang

Jadi, jumlah tenaga yang dibutuhkan di ruang bedah RSUD Abepura dengan
jumlah pasien rata-rata 16 orang adalah 18 orang.Sedangkan tenaga yang ada saat
ini hanya 16 orang.

21
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

Jumlah pasien
BOR/hari=
Jumlah TT x 100 %

Jumlah HASIL
No Hari/tanggal Jumlah px
tempat tidur BOR
1 Selasa,17/4/2018 16 24 62,5
2 Rabu,18/4/2018 18 24 75
3 Kamis,19/4/2018 19 24 79,16
4 Jumat,20/4/2018 16 24 66,16
5 Sabtu,21/4/2018 19 24 79,16
6 Minggu,22/4/2018 14 24 58,3
7 Senin,23/4/2018 15 24 62,5
8 Selasa,24/4/2018 11 24 45,83
Jumlah 89

Tabel :Jumlah rata-rata pasien berdasarkan tingkat ketergantungan pasien


Tanggal 17-24 April 2018

Klasifikasi Pasien Kebutuhan Tenaga


Jumla Perawat
No Hari/tanggal Minimal Parcial Total h Pagi Siang Malam
Care Care Care
1 Selasa,17/4/2018 13 3 - 16 3,02 2,27 1,21
2 Rabu,18/4/2018 14 5 - 19 3,7 2,71 1,48
3 Kamis,19/4/2018 14 5 - 19 3,7 2,71 1,48
4 Jumat,20/4/2018 11 5 - 16 3,22 2,29 1,27
5 Sabtu,21/4/2018 15 5 - 20 3,9 2,85 1,55
6 Minggu,22/4/201 9 5 - 14 2,88 2,01 1,13
8
7 Senin,23/4/2018 7 5 - 12 2,54 3,62 0,99
8 Selasa,24/4/2018 6 5 - 11 2,97 1,23 0,92
Jumlah 89 38 0 127
Rata-rata 11.12 4,75 (5) 0 15,87
(11) (16)

22
2. MATERIAL AND MACHINE
1) Lokasi
Ruang bedah terletak di lantai 2 di bawah ruang OK dan ICU. Di ruang bedah
terdapat beberapa ruangan yaitu, terdiri dari ruangan kelas 3 ,nurse station,
ruang perawat, ruang tindakan, ruang obat-obatan, ruang kepala ruangan, kamar
mandi pasien dan kamar mandi perawat, dan gudang .

2) Daftar alat medis dan non medis, yang ada di BEDAH RSUD Abepura:
Standar Kondisi
No Nama Alat Jumlah Depkes Baik Rusak
1 Tensimeter 2 2/Ruangan 2
2 Stetoskop 1 2/ Ruangan 1
3 Termometer 2 2/Ruangan 2
4 Alat GV Set 4 3/Ruangan 4
5 Korentang 2 1/ Ruangan 2
6 Gunting Verban 3 2/Ruangan 3
7 Gunting Jaringan 3 2/Ruangan
8 Kursi roda 2 2/Ruangan 1 1
9 Oksigen 5 6/Ruangan 5
10 Ambu Bag 2 2/Ruangan
11 Timbangan injak 1 1/Ruangan 1
12 Troli Pengobatan 1 1/Ruangan 1
13 Pispot 13 2/Ruangan 13
14 Waskom Mandi 3 4/Ruangan 3
15 Troli Mandi 1 2/ Ruangan 1
16 Standar infuse 30 10/Ruangan 30
17 Sampiran 1 2/Ruangan 1
18 Buli-buli 5 3/Ruangan 5
19 Tromol Kasa steril 2 2
20 Alat pemadam api 2 2/Ruangan 2
21 Set irrigator 1 1/ Ruangan 1
22 Sterilisator 1 1/ Ruangan 1
23 Slym zuiker (suction) 1 2/ Ruangan 1
24 Coolbox Darah 1 1/ Ruangan 1
25 Lemari penyimpanan obat 3 3
26 Lampu sorot 1 1/ruangan 1
27 Kulkas penyimpanan obat 1 1/ruangan 1
28 Oksigen transport 1 1/ruangan 1
29 Emergency Kit 1 1/ruangan 1
3) Fasilitas Petugas Kesehatan

23
a) Ruang Kepala Ruangan
b) Televisi
c) AC
d) Dispenser
e) Meja & kursi
f) Ruang tindakan
g) Nurse station
h) Kamar mandi perawat
i) Kipas angin
j) Gudang

4) Fasilitas Pasien
a) Tempat tidur
b) Lemari pasien
c) Meja pasien
d) AC & TV
e) Kipas angin
f) Kamar mandi
g) Wastafel
h) Terdapat 1 ruangan full dengan 3 bed 1 bed dalam keadaan rusak dan
kondisi rungan yang tidak layak untuk tempat rawat inap di karenakan
pelaponnya rusak dan saluran air menetes ke lantai.
5) Dokumentasi
a) Dokumen absensi perawat dan dokter bedah
b) Dokumen jadwal dinas perawat
c) Dokumen penerimaan logistic
d) Daftar infentaris alat kesehatan dan non-alat kesehatan
e) Daftar pemberian obat
f) Buku laporan perawat
g) Buku injeksi
h) Buku ttv
i) Surat keluar dan masuk rs.
j) Surat kesehatan
k) Surat kematian
l) Surat control
m) Surat pengantar
n) Lembar lab
o) Lembar asuhan gizi
p) Lembar konsultasi dokter
q) Lembar persetujuan tindakan dokter
r) Lembar penolakan tindakan dokter
s) Form permintaan pemeriksaan radiologi
t) Form pencegaan pasien jatuh
u) Form transfusi darah

24
v) Form timbang terima
w) Form rujukan
x) Form askep
y) Form vct
z) Form permintaan kerohaniaan, privasi
aa) Form aps
bb)Form konsultasi obat
cc) Form transfer internal
dd)Form penatalaksanaan medis

5) Daftar SPO Keperawatan


1. Pengisapan Lendir
2. Inhalasi Oksigen
3. Terapi Inhalasi (Nebuliser)
4. Pengaturan Posisi Semi Fowler Di Tempat Tidur
5. Mengatur Posisi Fowler Di Tempat Tidur
6. Mempersiapkan Pasien Sebelum Dilakukan Pemasangan Wsd
7. Mengangkat Wsd
8. Merawat Wsd
9. Membantu Dokter Tindakan Wsd
10. Menimbang BB
11. Membantu Pasien Muntah
12. Menggosok Gigi
13. Pemasangan Ngt
14. Pemberian Nutrisi Melalui Ngt
15. Relaksasi
16. Perawatan Luka Bakar
17. Mengangkat Jahitan Luka
18. Memasang Bidai
19. Mengganti Balutan
20. Merawat Luka Bakar
21. Menyiapkan Pasien Dan Alat Untuk Tindakan Pemasangan Gips Pada
Tulang
22. Mengganti Cairan Infusi
23. Memberikan Transfusi
24. Pengambilan Sampel Darah Intravena
25. Memasang Infusi
26. Memasang Transfusi Darah
27. Mengambil Nahan Pemeriksaan Lab
28. Pemberian Gliserin Parenteral
29. Menolong Bab
30. Menolong Bak
31. Pemasangan Kateter Urin Pada Pria
32. Pemasangan Kateter Urin Pada Wanita

25
33. Mengambil Dan Melepas Kateter Urin
34. Mencuci Tangan
35. Memotong Kuku
36. Mencukur
37. Vulva Hygiene
38. Memandikan Px Ditempat Tidur
39. Membersihkan Mulut Pada Pasien Yang Tidak Sadar
40. Membantu Pasien Mandi Ke Kamar Mandi Dengan Kursi Roda
41. Mencuci Rambut Pasien
42. Menjaga Keselamatan Pasien Di Tempat Tidur
43. Pemberian Obat Melalui Bukal
44. Pemeberian Obat Iv Langsug
45. Pemberian Obat Melalui Sublingual
46. Pemberian Obat Secara Sub Cutan
47. Pemberian Obat Melalui Vagina
48. Pemberian Obat Melalui Selang Intravena
49. Distraksi
50. Kompres Panas Basah
51. Masase/Pemijatan

3. METHODE
a. Fungsi- fungsi manajemen keperawatan
1) Penerapan sistem Tim
Berdasarkan hasil pengkajian terhitung mulai tanggal 16 April - 20
April 2018 maka asuhan keperawatan profesional yang dilakukan di ruang
Bedah saat ini adalah Metode Tim.Perawat ruangan dibagi menjadi 2 Tim
yang terdiri dari Tim A dan Tim B dalam setiap satu tim terdapat beberapa
perawat pelaksana.

2) Timbang Terima
Pelaksanaan timbang terima di ruang Bedah saat ini dilakukan dengan
laporan dinurse station dipimpin oleh perawat yang berjaga saat itu, perawat
shift pagi melaporkan ke PP shift siang dan PP shift siang ke PP shift
malam maupun PP shift malam ke PP shift pagi.Timbang terima hanya
melaporkan kondisi pasien secara langsung belum terdokumentasi dengan
menggunakan format SOAP (belum optimal) setelah dilaporkan kemudian
divalidkan ke bed pasien.

3) Ronde Keperawatan
Hasil wawancara menyatakan bahwa ronde keperawatan
dilakukan jika ada kondisi pasien yang misalnya pasien
dengan diagnose APP yang seharusnya perawatan 5 hari tapi

26
pasiennya mengalami perawatan 10 hari maka saat itu pula
dilakukan ronde keperawatan.

4) Supervisi Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, sudah ada prosedur pelaksanaan
supervisi yang dilakukan oleh Kepala Ruangan. Menurut kepala ruangan
supervise dilakukan setiap hari

5) Discharge planning
Berdasarkan hasil pengkajian, discharge planning sudah
didokumentasikan di format catatan perkembangan. Pasien diberi edukasi
dan surat kontrol.

6) Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat di ruang Bedah yaitu pengelolaan dan pengawasan
dilakukan oleh tenaga farmasi, obat diletakkan di lemari obat pasien sesuai
dengan nama pasien, perawat di Bedah hanya mengelolah pada saat jam
injeksi .

7) Dokumentasi Keperawatan
Di ruang bedah RSUD Abepura memiliki standar asuhan
keperawatan (SAK) yang terdiri dari pengkajian
keperawatan,diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan cacatan asuhan keperawatan.

8) Penerimaan Pasien Baru


Pasien baru diterima oleh perawat yang bertugas pada saat
itu di ruangan Bedah RSUD Abepura.Prosedur  penerimaan pasien
baru diawali dengan penerimaan informasi ( p e m b e r i t a h u a n ) d a r i
I G D a t a u p u n p o l i k l i n i k . K e m u d i a n p e r a w a t ruangan akan
mempersiapkan ruangan dan tempat tidur untu k  pasien baru.
Penentuan ruangan berdasarkan jenis pembayaran.Pasien dengan jenis
asuransi kesehatan yang diambil se d a n g k a n p a s i e n u m u m
d i t e m p a t k a n b e r d a s a r k a n k e i n g i n a n  pasien dan keluarga.Saat
pasien masuk ke ruangan, perawat akan menerima identitas
pasien rawat inap, ringkasan pada waktu  pasien masuk, pengkajian
pasien diinstalasi gawat darurat, serta gelang nama pasien. Setiap
pasien baru memiliki hak dan kewajiban yang  berlaku di ruangan.

4. MONEY
Pengadaan dana bagi ruangan (renovasi ruangan), sumber dana operasional
ruangan,pendanaan alat kesehatan, pendanaan fasilitas kesehatan bagi pasien, dan
pendanaan bahan kesehatan (habis pakai) berasal dari Ruang bedah RSUD abepura

27
yang diperoleh dari Unit anggaran jangkapanjang RS. Sedangkan sumber
kesejahteraan ruangan diperoleh dari Ruang bedah RSUD abepura yaitu berasal dari
jasa pelayananyang diberikan berdasarkan jumlah pasien dan tindakan yang
dilakukan.Pendanaan fasilitas kesehatan bagi petugas diperoleh dari ASKES bagi
tenaga PNS. Pembiayaan pasien sebagian besar berasal dari JAMKESDA,
sedangkanyang lain dari BPJS / KPS dan biaya sendiri.

5. MARKET
Rincian Biaya Perawatan Di Ruang Bedah :
-Tarif Rumah Sakit : Rp. 81.000
-Tarif Perawat : Rp. 81.000
-Tarif Dokter : Rp. 100.000
-Ditambah perawatan luika : Rp. 45.000/1x tindakan
-Pemasangan infuse : Rp. 283.000
-Injeksi : Rp. 17.000
-Pemasangan kateter : Rp. 17.000
-Konsultasi gizi : Rp. 9.000
-Farmasi : Rp. 3.000
-Pramusaji : Rp. 15.000
-Loundry : Rp. 10.000

II. Pengkajian Fungsi-Fungsi Manajemen


1. Analisis Hasil Pengkajian Manajemen diruangan BEDAH RSUD ABEPURA
a. Fungsi Perencanaan
1) Visi, Misi Organisasi
Wawancara: menurut Kepala ruangan terdapat visi, misi, Ruang bedah
RSUD abepura RSUD ABEPURA dan sudah di pajang sedangkan visi
misi keperawatan tidak ada .
Observasi : hasil pengamatan di ruang bedah terlihat visi-misi RSUD
ABEPURA dan tidak ada visi misi keperawatan yang dipajang di dinding
Masalah : Belum adanya visi misi keperawatan yang terpajang di
Ruangan BEDAH RSUD ABEPURA
Solusi : Diharapkan terdapat visi dan misi keperawatan di ruang bedah

2) Filosofi Organisasi
Wawancara: menurut Kepala ruangan agar perawat dapat bekerja
berdasarkan filosofi ilmu mereka secara rutin dilakukan disetiap
kesempatan diantaranya pada saat apel pagi dan pada saat pelatihan.
Observasi: belum terlihat filosofi ruang bedah RSUD abepura dan
filosofi keperawatan diruangan
Masalah : Filosofi ruangan belum ada
Solusi : Diharapkan agar kepala ruangan beserta perawat ruangan dapat
menjalankan tugas sesuai dengan filosofi ( tanggung jawab yang
diberikan).

28
3) Tujuan Organisasi
Wawancara : menurut kepala ruangan sudah ada tujuan ruang bedah
RSUD abepura hanya saja belum terpajang di ruangan
Observasi : Tidak terlihat adanya tujuan ruang bedah RSUD abepura
Masalah : Belum terlihat tujuan ruang bedah RSUD abepura
Solusi : Diharapkan tujuan ruang bedah RSUD abepura dapat diterapkan
sesuai visi, misi dan motto.

b. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
Wawancara: menurut Kepala ruang didapatkan informasi bahwa struktur
ketenagaan yang ada sudah dibentuk 2 tim sebagai penerjamaan dari
konsep MPKP diruangan, tetapi belum ada struktur organisasi baru yang
di pajang di ruangan
Observasi : terdapat struktur organisasi di Ruang Bedah tetapi masih
struktur organisasi yang lama .
Masalah : Belum terpasangnya struktur organisasi baru di Ruang Bedah
Solusi : Diharapkan agar struktur organisasi yang baru dapat terpajang.

2) Uraian tugas
Wawancara : Menurut Kepala ruangan setiap perawat sudah mempunyai
uraian tugas masing-masing bagi tiap tenaga keperawatan. Batas
wewenang dan tanggung jawab perawat cukup jelas dengan dibuat job
discription dimasing-masing ruangan.
Observasi : perawat pelaksanan melakukan tugas sesuai tugas mereka
masing- masing.

3) Pengorganisasian Perawatan pasien


Wawancara : menurut Kepala ruang didapatkan data bahwa metode
penugasan yang dilakukan menggunakan metode tim, dengan membentuk
dalam ruangan 2 tim
Observasi : Hasil pengamatan ada 2 tim diruangan yang dibuat sesuai
tugas sehari-hari. Pembagian tanggung jawab terhadap pasien dilakukan
berdasarkan kamar, perawat pelaksana langsung bertanggung jawab
kepada ketua tim, Ketua Tim bertanggung Jawab kepada Kepala Ruangan.
Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan metode modifikasi tim-primer.
Solusi : Diharapkan perawat di Bedah dapat mengoptialkan pelaksanaan
metode tim primer.

4) Pendokumentasian asuhan keperawatan

29
Wawancara : Menurut Kepala Ruangan didapatkan informasi bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan format yang ada
yang sudah disepakati bersama antara menagement RSUD abepura dan
bidang keperawatan, tetapi audit secara rutin belum dilakukan, sehingga
sampai sekarang belum diketahui tingkat kepatuhan perawat dalam
mengisi dokumentasi keperawatan.
Obseravasi : tersedia lembar penulisan standar asuhan keperawatan.
Beberapa format telah tersedia, evaluasi SOAP. Pada format rencana
keperawatan, kolom implementasi dan kolom intervensi disendirikan. Dan
dalam dokumentasi terlihat ada kesinambungan antara masalah dan
tindakan keperawatan. Pengkajian dan diagnosa keperawatan telah
mencerminkan kondisi pasien yang utuh, evaluasi dokumentasi secara
berkelanjutan.
Masalah : -

5) Pengaturan Jadwal Dinas


Wawancara : Menurut Kepala Ruangan pengaturan shif disesuaikan
dengan jumlah perawat yang ada di ruangan dan tidak berdasarkan pada
tingkat ketergantungan klien, karena disesuaikan dengan jumlah perawat
dan kondisi Ruang bedah RSUD abepura.
Observasi : Format daftar shift diruangan menggunakan proporsi jumlah
perawat yang ada.
Masalah : Penjadwalan belum menggunakan tingkat ketergantungan
klien.
Solusi : Diharapkan jumlah perawat yang ada di ruangan dapat
disesuaikan dengan kapasitas ruangan.

6) Ketenagaan
Wawancara : menurut Kepala Ruangan jumlah tenaga perawat yang ada
di BEDAH ini kurang ( Jika Bed Full) . Sehingga setiap shift hanya terdiri
dari 2- 4 perawat.
Observasi: shift pagi terdiri dari 3-4 perawat, shift sore dan malam terdiri
dari 2 perawat.
Masalah: Kurangnya tenaga perawat di ruangan.
Solusi : Diharapkan agar kepala ruangan dapat memberikan usul kepada
bidang keperawatan untuk penambahan tenaga perawat.

c. Fungsi pengarahan dan pengawasan


1) Komunikasi
Wawancara : menurut kepala ruangan didapatkan informasi bahwa jalur
komunikasi dilakukan secara bottom up dan top down. Asuhan
keperawatan yang didokumentasikan diberitahukan pada saat timbang
terima pasien dan ditindak lanjuti oleh perawat yang bertugas pada shift
berikutnya.

30
Observasi : komunikasi antara staf sesuai dengan jalur. Pada saat
timbang terima pasien di ruangan, dilaporkan tindakan yang telah
dilakukan dan yang akan dilanjutkan oleh perawat pada shift berikutnya

2) Motivasi kepada perawat


Wawancara : menurut Kepala Ruangan didapatkan informasi bahwa
peningkatan motivasi sebenarnya sudah dilakukan oleh ruang bedah
RSUD abepura baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya
diadakan pelatihan dan pembinaan.
Observasi: Banyak perawat di ruangan Bedah yang sudah mengikuti
berbagai macam pelatihan. Meskipun ada beberapa perawat yang masih
belum mengikuti pelatihan.
Masalah : ada beberapa perawat yang sudah bekerja di atas 5 tahun
belum mengikuti pelatihan, terutama pelatihan tentang perawatan luka
Solusi : Kepala Ruangan dapat menganjurkan agar perawat yang sudah
bekerja diatas 5 tahun yang belum mengikuti pelatihan agar mengikuti
pelatihan yang ada terutama pelatihan tentang perawatan luka

3) Supervisi
Wawancara : menurut kepala ruangan Supervisi setiap hari dilakukan
oleh tim supervisi
Observasi : terlihat supervisi melakukan kunjungan ke ruangan
Masalah : -

4) Pendelegasian
Wawancara : Menurut Kepala ruangan didapatkan informasi bahwa
pendelegasian diruangan masih belum ada tetapi dilakukan hanya dengan
cara lisan.
Observasi : Format pendelegasian diruangan tidak ada
Masalah : Belum optimalnya penerapan pendelegasian dalam penerapan
metode MPKP.
Solusi : Diharapkan Kepala Ruangan dapat menerapkan model praktek
keperawatan profesional di bedah secara optimal

5) Mekanisme penyelesaian masalah: manajemen konflik


Wawancara : Manajemen konflik di BEDAH dilakukan dengan cara
pemecahan masalah yang terdiri dari tahapan
- Melakukan diskusi bersama
- Menyadari adanya perbedaan
- Memiliki sikap empati
- Setuju terhadap keputusan bersama
Observasi : dari hasil observasi tidak ditemukan adanya konflik di bedah

d. Fungsi pengendalian

31
1) Program pengendalian mutu
Wawancara : Menurut Karu sudah ada tim pengendalian mutu, tetapi
pelaksanaan gugus kendali mutu masih belum optimal.
Observasi: Belum ada sistem pelaporan dan pencatatan kegiatan pengendali
mutu dan belum ada struktur kerja dan format pengendalian diruangan.
Masalah : Sistem pengendalian mutu belum optimal .

2) Pelaksanaan SOP dan SAK


Wawancara : Menurut Karu Asuhan keperawatan yang diberikan sudah
mengacu pada Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang sudah ditetapkan.
Dan saat ini sedang SOP dan SAK sedang direvisi dan akan segera diberikan
kepada tiap-tiap unit rawat inap diadakan revisi ulang dan saat ini yang sudah
berjalan adalah ruang Jiwa.
Observasi : SOP dan SAK sudah ada.
Masalah : -

B. Analisa SWOT

32
Permasalahan Yang Ditemukan Di Ruang Bedah RSUD Abepura
1. Man
Strength Weakness Opportunity Threatened
 SDM terdiri dari S1 (4  Masih banyak  Adanya  Ada tuntutan
orang), D3 sebanyak (14 perawat yg kesempatan untuk tinggi dari
orang). berpendidikan melanjutkan masyarakat untuk
D3 pendidikan ke pelayanan yang
 Perawat di Bedah jenjang yang lebih lebih profesional
diberikan kesempatan  Adanya konflik tinggi (D3 ke S-1
untuk melanjutkan peran perawat Keperawatan)       Makin tingginya
pendidikan kesadaran
 Adanya kebijakan masyarakat akan
pemerintah hukum
tentang
profesionalisasi  Makin tinggi
perawat kesadaran
masyarakat akan
 Adanya program pentingnya
akreditasi RS dari kesehatan
pemerintah
dimana MAKP  Persaingan antar
merupakan salah RS yang semakin
satu penilaian kuat

 Terbatasnya kuota
tenaga
keperawatan yang
melanjutkan
pendidikan tiap
tahun

2. Material

33
Strenght Weakness Opportunitiy Threatened
 Mempunyai sarana dan  Papan Struktur  RSUD  Adanya
prasarana untuk pasien dan organisasi ABEPURA persaingan mutu
tenaga kesehatan ruangan belum merupakan ruang pelayanan antar
diperbaharui/ bedah RSUD ruang bedah
 Telah terdapat petunjuk masih abepura tipe C RSUD abepura
teknik cuci tangan yang menggunakan yang yang secara
benar yang dapat struktur yang memungkinkan langsung
dimanfaatkan oleh semua lama untuk maupun tidak
pihak memperoleh langsung
 Terdapat 1 fasilitas yang mempengaruhi
 Telah tersedia tempat ruangan lengkap sehingga aspek pelayanan
sampah yang berbeda (R.Durian 1) ruangan memiliki kesehatan.
untuk jenis sampah medis, dikarenakan kesempatan yang
domestik dan alat –alat plafon rusak dan besar untuk  Pemahaman
tajam bocor (ada air yg melengkapi yang kurang
menetes”) serta 1 fasilitas kesehatan terhadap
 Sudah terdapat lebel nama bed rusak yang belum penggunaan
alat medis dan obat medis tersedia sarana dan
di lemari alat dan lemari prasarana yang
 Terdapat beberapa
obat. ada diruang
fasilitas ruangan bedah RSUD
yang tidak
 Ruang bedah telah abepura dalam
berfungsi seperti pencegahan
memiliki pembagian alat
AC,TV, wastafel infeksi
medis dan alat tenun yang
dan di ruangan nosokomial,
terpisah
matoa 2 plafon safety pasien dan
bocor identifikasi paien
 Terdapat wastafel yang
disediakan dibeberapa
tempat di ruang bedah  Adanya tuntutan
RSUD abepura. yang tinggi dari
5.      masyarakat
untuk
melengkapi
sarana dan
prasarana

3. Metode

34
Strenght Weakness Opportunitiy Threatened
 Ruang bedah RS. Abe Kepala ruangan  RSUD ABEPURA  Adanya tuntutan
menggunakan MPKP belum melakukan merupakan salah akan pelayanan
dengan metode Tim supervisi secara satu RSUD keperawatan
 Timbang terima sudah terjadwal pemerintah di kota yang lebih baik
menjadi agenda tetap dan  Belum memiliki jayapura dengan  Masih Kurangnya
terjadwal. struktur organisasi tipe C kesadaran
 Perawat terlibat aktif. yang jelas  Adanya waktu untuk perawat dalam
 Adanya potensi untuk  Metode penugasan timbang terima. melaksanakan
berubah perawat adalah MPKP sesuai dg
metode tim tetapi standar.
belum terlaksana
secara optimal
 Isi operan masih
kurang terarah pada
masalah
keperawatan.

4. Money
Strenght Weakness Opportunitiy Threatened
 Seluruh kebutuhan  System keuangan  Adanya progam 
ruangan merupakan ruang bedah RSUD pemerintah
tanggung jawab RS abepura dengan KPS, BPJS,
system satu pintu ASKES.
 Pergantian alat yang  (sentral)menjadikan
rusak diruangan alokasi pendanaan  Adanya
dilaporkan oleh perawat yang dibutuhkan penambahan
pelaksana kepada kepala ruangan terealisasi pemasukan dari
ruangan kemudian dalam waktu yang jasa medik yang
dilaporkan ke lama diberikan
penanggung jawab alat berdasarkan
RS.. dengan
penilaian kinerja
yang baik untuk
perawat RSUD
Abepura

5. Market (Mutu pelayanan)


Strenght Weakness Opportunitiy Threatened
 System pelayanan sudah  Fasilitas ruang  Memberikan  Adanya
optimal bedah RSUD pelayanan persaingan

35
 Ruangan Bedah abepura (kamar keperawatan mutu pelayanan
memberikan pelayanan mandi, AC, sesuai dengan antar ruang
kepada pasien umum washtafel) ada kebutuhan dan bedah RSUD
maupun BPJS beberapa yang kondisi pasien abepura yang
tidak berfungsi. secara langsung
 Memaksimalkan maupun tidak
program terapi langsung
obat pasien mempengaruhi
aspek pelayanan
kesehatan
 System
pelayanan
kesehatan yang
tidak optimal
dalam
menangani
pasien yang
membutuhkan
total care.

BAB IV
PRIORITAS MASALAH,ALTERNATIF PENYELESAIAN
MASALAH & POA PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN
KEPERAWATAN DIRUANGAN

36
A. Penentuan Prioritas Masalah
Prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks dengan memperhatikan
aspek-aspek sebagai berikut :
1. Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi,
2. Severity(Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan,
3. Manageability(Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah-masalah,
4. Nursing Concern(Nc), yaitu fokus pada Keperawatan,
5. Affordabilility(Af), yaitu ketersedian sumber daya.
Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dngan kriteria sebagai berikut :
- Nilai 1 = sangat kurang penting
- Nilai 2 = kurang penting
- Nilai 3 = cukup penting
- Nilai 4 = penting
- Nilai 5 = sangat penting

Tabel 2.2 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan


M
No Masalah Sv Mn Nc Af Total skor
g
Belum adanya visi misi keperawatan
1 (ruangan) yang terpajang di Ruangan 5 4 3 3 3 540
bedah RSUD ABEPURA
Belum terpasangnya struktur
2 5 4 5 4 3 1200
organisasi baru di Ruang Bedah
Belum optimalnya pelaksanaan
3 5 5 5 5 4 2500
metode modifikasi tim-primer.
Penjadwalan belum menggunakan
4 4 4 3 4 3 576
tingkat ketergantungan klien.
5 Kurangnya tenaga perawat di ruangan 5 4 5 3 4 1200
Pelaksanaan timbang terima (operan)
6 4 4 4 4 4 1024
keperawatan yang belum efektif
Terdapat 1 ruangan rawat pasien
7 tidak layak pakai di karenakan 4 4 4 5 4 1280
pelapon yang rusak

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui susunan prioritas masalah berdasarkan


urutan nilai tertinggi ke nilai terendah. Terdapat 5 masalah yang akan di coba untuk
diatasi, yaitu:
1. Belum optimalnya pelaksanaan metode modifikasi tim-primer.
2. Kurangnya tenaga perawat di ruangan
3. Belum adanya struktur organisasi
4. Pelaksanaan timbang terima (operan) yang belum efektif
5. Penjadwalan belum menggunakan tingkat ketergantungan klien.
6. Tidak terdapat visi dan misi keperawatan yang terpajang di Ruangan Bedah RSUD
ABEPURA.

37
B. Tujuan dan Alternatif Penyelesaian Masalah

N ALTERNATIF TUJUAN PEMECAHAN


MASALAH
O PEMECAHAN MASALAH MASALAH
1 Belum optimalnya 1. Bersama kepala ruangan 1. Setelah dilakukan diskusi
pelaksanaan metode melakukan diskusi dan bersama kepala ruangan
modifikasi tim-primer. membuat rencana agar metode tim primer dapat
pelaksanaan metode tim berjalan secara optimal
berjalan secara optimal. sehingga pelayanan
kesehatan kepada pasien
dapat berjalan secara
optimal.
2 Kurangnya tenaga 2. Bersama kepala ruangan 2. .Setelah dilakukan diskusi
perawat di ruangan melakukan diskusi untuk diharapkan dapat
penambahan tenaga mengoptimalkan mutu
perawat dan melaporkan pelayanan di ruangan
kebidang keperawatan

3 Belum terpasangnya 1. Bersama kepala ruangan 3..Setelah dilakukan diskusi


struktur organisasi di melakukan diskusi untuk bersama kepala ruangan
bedah bawah, hanya pemasangan struktur diharapkan struktur
terdapat struktur organisasi di dalam organisasi bisa segera
organisasi di bedah atas. ruangan dan uraian tugas. dipasang diruangan
perawat untuk mengetahui
fungsi dan perannya
4 Pelaksanaan timbang 2. Bersama kepala ruangan 4.Diharapkan timbang terima
terima (operan) yang melakukan diskusi untuk dapat berjalan dengan
belum optimal menerapkan SOAP saat optimal sesuai standart
overan dilakukan dan terstruktur ( SOAP)
5 Penjadwalan belum 3. Bersama kepala ruangan 5..Diharapkan terlaksana
menggunakan tingkat melakukan diskusi Penjadwalan di ruangan
ketergantungan klien mengoptimalkan menggunakan tingkat
pelayanan sesuai tingkat ketergantungan klien
ketergantungan px
6 Tidak terdapat visi dan 6.Bersama kepala ruangan 6. Setelah dilakukan diskusi
misi keperawatan melakukan diskusi dan bersama dengan kepala
(ruangan) yang terpajang mengumpulkan data ruangan diharapkan visi
di Ruangan bedah RSUD masalah pembuatan visi dan misi dapat terpajang
ABEPURA. dan misi ruangan di ruang BEDAH RSUD
ABEPURA agar dapat
memberikan acuan dalam
memberikan pelayanan
sesuai dengan standar

38
keperawatan
7 Terdapat 1 ruangan rawat Bersama kepala ruangan Setelah di lakukan diskusi
pasien tidak layak pakai melakukan diskusi bersama kepala ruangan di
di karenakan pelapon bagaimana cara agar kepala harapkan kepala ruangan
yang rusak bidang keperawatan lebih tidak bosan bosan
memperhatikan ruangan mengingatkan kepada
rawat inap yang tidak layak bidang keperawatan untuk
di gunakan di ruang bedah memperhatikan sarana dan
prasarana dalam
meningkatakan mutu
pelayanan di RSUD
ABEPURA tepatnya di
ruang bedah.

C. Seleksi terhadap penyelesaian masalah


Terdapat 4 (alternative pemecahan masalah) yang drumuskan dan akan diseleksi
menjadi 3 (dengan pembobotan menggunakan metode CARL), yaitu Capability (C)
artinya kemampuan melaksanakan alternative, Accesability (A) artinya kemudahan dalam
melaksanakan altenatif, Readness (R) artinya kesiapan dalam melaksanakan alternative
dan Leverage (L) artinya daya ungkit alternative tersebut dalam menyelesaikan masalah.
Dari masing-masing aspek memiliki bobot sendiri dengan rentan 1-4 yaitu:
1. 4 (empat) : sangat mampu
2. 3 (tiga) : mampu
3. 2 (dua) : cukup mampu
4. 1 (satu) : tidak mampu
Alternatif penyelesaian masalah yang paling prioritas adalah dengan jumlah
skor paling tinggi sebagai berikut.

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

N SKOR
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH TOTAL
O C A R L
1. Bersama kepala ruangan melakukan diskusi dan
mengumpulkan data masalah pembuatan visi 3 2 3 3 54
dan misi ruangan
2. Bersama kepala ruangan melakukan diskusi dan
membuat rencana agar pelaksanaan metode tim- 4 3 4 4 192
primer berjalan secara optimal.
3. Bersama kepala ruangan melakukan diskusi dan
membuat rencana penjadwalan berdasarkan/ 4 3 3 4 144
menggunakan tingkat ketergantungan klien
4. Bersama kepala ruangan melakukan diskusi
untuk pemasangan struktur organisasi di dalam 3 2 2 3 36
ruangan

39
5 Pelaksanaan timbang terima (operan) yang
3 3 2 3 54
belum optimal
6 Bersama kepala ruangan melakukan diskusi
untuk pembuatan format timbang terima sesuai 4 3 2 3 72
standar SOAP terinci

Berdasarkan hasil pembobotan alternatif pemecahan masalah diatas, alternatif pemecahan


masalah dapat ditentukan berdasarkan nilai bobot tertinggi yaitu:
1. Bersama kepala ruangan melakukan diskusi dan membuat rencana agar pelaksanaan
metode tim-primer berjalan secara optimal: 192
2. Bersama kepala ruangan melakukan diskusi dan membuat rencana penjadwalan
berdasarkan/ menggunakan tingkat ketergantungan klien : 144
3. Bersama kepala ruangan melakukan diskusi dan mengumpulkan data masalah pembuatan
visi dan misi ruangan : 54
4. Pelaksanaan timbang terima (operan) yang belum optimal : 54
5. Bersama kepala ruangan melakukan diskusi untuk pembuatan format timbang terima
sesuai standar SOAP terinci : 72
6. Bersama kepala ruangan melakukan diskusi untuk pemasangan struktur organisasi di
dalam ruangan: 36

40
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan


Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat.Jakarta:EGC.

41

Anda mungkin juga menyukai