Disusun Oleh :
Penulis
Kelompok B
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, karenanya tujuan pelayanan
keperawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah sakit. Perawat memberikan pelayanan selama 24
jam terus menerus pada pasien sehingga menjadikan satu –satunya. profesi kesehatan di rumah sakit yang banyak
memberikan persepsi terhadap pelayanan kesehatan pada pasien. Perawat sebagai salah satu dari ujung tombak rumah
sakit, memerlukan suatu sistem untuk meningkatkan keselamatan pasien (patient safety) (Aditama, 2010). Selain itu
komunikasi sangat diperlukan dalam kegiatan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui
suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi”. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988). Komunikasi dapat
efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan
empati. Ini mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakannya serta
memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar. Blom et al
(2015). Komunikasi juga sangat diperlukan pada saat melakukan segala hal dalam kegiatan sehari-hari perawat dalam
tindakan keperawatan maupun dalam bentuk operan. Padaoperan ini lah sering terjadi kekeliruan ataupun
Sasaran keselamatan pasien yang tertuang dalam PMK No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 dibuat dengan
mengacu pada sembilan solusi keselamatan pasien oleh WHO bertujuan untuk mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Timbang terima pasien termasuk pada sasaran yang kedua yaitu peningkatan komunikasi yang
efektif petugas kesehatan (Manopo, 2014). Selain itu pernyataan tentang komunikasi SBAR diatur dalam Peraturan
Direktur RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Panduan Komunikasi Efektif
RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo. Komunikasi antar pemberi layanan (misalnya antara Dokter dengan Perawat)
menggunakan teknik SBAR. SBAR merupakan suatu teknik komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan
identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat dan dokter. SBAR
merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian dan tindakan segera.
Kesalahan akibat penyampaian timbang terima pada saat pergantian shift akan berakibat pada menurunnya
indikator kualitas pelayanan terutama patient safetysuatu rumah sakit (Manopo, 2014). Penerapan pelayanan yang
mengacu pada patient safetyada beberapa standar yang perlu diimplementasikan, salah satu standar tersebut yaitu
penerapan timbang terima menggunakan komunikasi dengan metode SBAR (Situation. Background, Assesement and
Recommendation). Kerangka komunikasi dengan metode SBAR digunakan pada saat perawat melakukan timbang
terima (handover), pindah ruang perawatan maupun dalam melaporkan kondisi pasien kepada dokter. Cornel et al,
(2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, diharapkan mahasiswa Profesi Ners UMY mampu
memahami, menganalisa, menerapkan manajemen keperawatan, terkait komunikasi efektif di bangsal Cempaka
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tentang gambaran umum komunikasi yang diterapkan di bangsal cempaka RSUD Tjitrowardojo
Purworejo
b. Merencanakan rekomendasi alternatif pemecahan masalah terkait komunikasi yang dilakukan oleh perawat
3. Manfaat
Pengkajian ini sebagai acuan dan bahan evaluasi sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas komunikasi efektif
Sebagai bahan pembelajaran bagaimana pengelolaan manajemen keperawatan dalam meningkatkan kualitas mutu
Bangsal cempaka merupakan salah satu bangsal yang berada di RSUD Dr. Tjitrowardojo bangsal ini merupakan
bangsal rawat inap kelas 1 dan kelas 2 untuk karakteristik penyakit dalam. Bangsal cempaka terletak di bagian
belakang rumah sakit yang menghadap ke bagian Farmasi dan bangsal Dahlia. Bangal cempaka ini memiliki jumlah
ruangan sebanyak 34 tempat tidur yang terbagi dari 9 tempat tidur untuk pasien yang menggunakan kelas 1 dan 24
tempat tidur untuk pasien yang menggunakan kelas 2. Untuk perawat yang bertugas dibangsal ini sebanyak 22
perawat yang terdiri dari 1 kepala ruang, 3 perawat primer, 4 kordinator shift, 1 administrasi dan sisanya merupakan
perawat pelaksana serta asisten perawat. Untuk sarana dan prasaranan dibangsal cempaka sudah sesuai dengan
1) Man/Tenaga/SDM
a. Kajian Teori
Nawani (2005) SDM dibedakan antara pengertiannya secara makro dan mikro. Pengertian SDM secara makro
adalah semua manusia sebagai penduduk atau warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah tertentu yang sudah
memasuki usia angkatan kerja, baik yang sudah maupun belum memperoleh pekerjaan sedangkan SDM dalam arti mikro
secara sederhana adalah manusia atau orang yang bekerja anggota suatu organisasi yang disebut personil, pegawai,
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh pendidikan akademik S1 Keperawatan dan
Profesi Ners. Tetapi bila ingin menjadi perawat vokasional, (primary nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi
Keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung ke S1
Keperawatan. Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan
S1 dan Ners, baru ke Magister Keperawatan/spesialis dan Doktor/Konsultan (Gartinah et. al., 1999).
Perawat atau Nurse definisi dari bahasa latin yaitu berasal dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara.
Pengertian perawat terdapat pula dalam International Council of Nurses menyatakan bahwa perawat adalah seseorang
yang berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien. Perawat profesional adalah perawat yang bertanggung
jawab dan berwenang umtuk memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan/atau berkolaborasi dengan tenaga
Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan atau staffing merupakan dasar pelaksanaan kegiatan keperawatan
(Julia et al. 2014). Dalam suatu layanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan bergantung pada jumlah klien dan
derajat ketergantungan klien terhadap keperawatan. Untuk menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran
tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien selama di rumah sakit. Penghitungan jumlah tenaga dapat dibagi
menajadi beberapa metode menurut (Nursalam, 2014) yang terdiri dari Doglass, Gillis dan Depkes.
b. Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian pada Bangsal Cempaka terdapat 22 orang perawat yang terdiri dari 1 orang Kepala
Ruang, 3 orang Perawat Primer, 4 orang Kepala Shift, 12 orang Perawat Assosiet, serta 1 orang Asisten Perawat. Perawat
yang berugas pada pagi hari berjumlah 7 orang perawat, 4 orang perawat untuk shift siang, dan 4 orang perawat shift malam.
Rata rata pendidikan perawat yang bertugas di Bangsal Cempaka adalah Diploma III (D3).
a. Kajian Teori
Rumah sakit harus memilki tataruang yang sesuai dengan standar yang ada sesuai dengan undang-undang
jno. 44, yang mana ruang rawat inap harus memenui standar pelayanan, keamanan, keselamatan, kemudahan dan
nkenyamanan. Ruang rawat inap yang nyaman dan aman merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan pasien, sehingga dalam menyususn ruang rawat inap harus memenuhi
persyaratan yang dapat menciptakan suasana yang sehat, aman dan nyaman. Beberapa standar rawat inap yang harus
a) Lokasi
Syarat lokasi rawat inap:
i. Bangunan ruang rawat inap harus terdapat pada lokasi yang tenang dan mudah untuk diakses
ii. Bagunan harus terletak jauh dari tempat pembuangan kotoran dan kebisingan.
b) Denah
Syarat umum denah rawat umum adalah:
i. Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis hingga tiap kegiatan tidak bercampur
dan tidak membingungkan pemakaian pengguna
ii. Perletakan ruangan terutama harus melihat prioritas yang diharuskan detak
iii. Akses pencapaian ke setiap blok/ruang harus dapat dicapai dengan mudah
iv. Jumlah kebutuhan ruang sesuai dengan kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung
v. Sinar matahari pagie sedapat mungkin masuk ke ruangan
vi. Alur petugas dan pengunjung dipisah
vii. Besarkan ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan
b) Analisis data
Perlengkapan Linen
RUANG CEMPAKA RSUD Dr. TJITROWARDOJO PURWOREJO
TAHUN 2019
KEADAAN ALAT
NO NAMA BARANG JML JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES Rusak Rusak
Baik
Ringan Berat
1 Sprei 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 √
2 Selimut 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 √
3 Sarung Bantal 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 √
4 Perlak 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 34 30 26
5 Stik Laken 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 34 24 32
6 Topi Operasi 0
7 Baju Operasi 0
9 Perlak alas tindakan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 √
10 Bantal 40 40 40 40 40 40 40 38 38 38 38 40 40 √
11
12
13
14
KEADAAN ALAT
NO NAMA BARANG JML JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOV DES
Baik Rusak Rusak
Ringan Berat
ALAT KESEHATAN
1 Accu Check 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
2 Bed set 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 √
Bed set paramount 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 √
3 Box bayi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
4 Bak Instrumen Besar 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
Bak Instrumen sedang 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 √
5 Bak Instrumen kecil 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
6 Bengkok 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 √
7 EKG + Troly 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
8 Gunting jaringan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 √
9 Gunting Heacting Aff 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
10 Gelas Ukur (Plastik) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
11 Kursi roda 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
12 Manometer Oksigen 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 √
13 Medikasi set
14 Mortar + palu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
15 Nebulizier 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
16 Oksigen Mobile 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
17 Oxymetri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
18 Pen light 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Resusitator dewasa 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
20 Resusitator Anak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
21 Senter batere 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
22 Syiering Pump 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
24 Standar Infus (Bed) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 √
25 Standar infus beroda 7 7 7 7 7 7 7 7 5 5 5 5 5 2 3
26 Stetoskop 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 1
27 Suction Pleura 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
28 Suction central 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 34 √
31 Tempat tidur biasa 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7 3
32 Tensimeter Digital 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Tensimeter jarum 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2
35 Termometer sensor 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36 Timbangan bayi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
37 Timbangan injak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
38 Tong Spatel 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 √
39 Troli biasa 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 √
40 Troli emergensi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
41 X-ray Viewer 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 √
42 Lampu emergensi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan didapatkan kondisi ruang pada bangsal cempaka terdiri dari:
1. Lima belas ruang rawat inap yang terbagi menjadi 17 ruang. 9 ruang kelas I, 5 ruang kelas2 dan 2 ruang isolasi.
Kelas 1 terdiri dari 1 tempat tidur, 1 kamar, mandi, 1 lemari, 1 sofa dan 1 ac. Dimana setiap tempat tidur
dilengakapi oleh oksigen sentral, tiang infus, bel pasien. Kelas 2 terdiri dari 2 tempat tidur 1 kamar mandi, 2 lemari,
2 kursi, 2 kipas angin, tempat tidur dilengkapi dengan oksigen central, bel pasien dan tiang infus. Ruang isoloasi
memiliki kondisi ruangan yang sama seperti kelas 2
2. Satu ruang perawat yang letaknya berada di tengah bangsal dan berdekatan dengan ruang kepala ruang dan ruang
perawat .
3. Satu ruang yang digunakan sebagai ruang obat, loker pasien, dan alat keperluan medis pasien. Di dalam ruang
tersebur terdapat ruang yang berfungsi untuk mengoplos obat.
4. Gudang bersih digabung dengan ruang linen dan dapur yang terletak dekat dengan pintu masuk petugas
5. Ruang Spoelhoek berada di samping gudang dan berdekatan dengan ruang kepala ruang. Ruang spoelhoex
dilengkapi dengan wastafel, tempat sampah medis dan biasa, serta box berisi alkazim untuk mensterilkan alat.
6. Setiap kamar memiliki kamar mandi. Kamar mandi memiliki handrail, lantai tidak licin.
Hasil obeservasi tentang peralatan yang menjadi penunjang ruangan inap berdasarkan data investarisasi dan
pengkajian terbaru.
Setelah dilakukan pengkajian material yang ada di bangsal Cempaka didapatkan bahwa ada ruangan yang belum
tersedia seperti ruang dokter. Sedangkan untuk ruangan yang lain sudah tersedia sehingga setiap ruangan memiliki fungsi
Kamar mandi berdasarkan standar yang ada sudah memenuhi, karena ada handrail untuk mencegah jatuh, khususnya
pada pasien lansia dan pasien dengan kebutuhan khusus. Selain itu dinilai dari tingkat kelembaban bangsal cempaka
lembab. Hal ini berfungsi untuk mengurangi perkembangan bakteri atau sebagai sumber micro-organisme.
Berdasarkan data inventarisasi diatas, dapat disimpulkan bahwa sudah memadai. Untuk jumlah linen sudah sesuai
dengan data tabel yang ada. Hal ini dikarenakan linen yang dikembalikan dari londri sudah sesuai dengan data yang
diberikan sebelumnya. Bahan yang digunakan untuk linen sendiri sudah sesuai dengan standar yang mana terbuat dari
Alat kedokteran semuanya masih lengkap, dan berfungsi seperti semestinya. Ketika bangsal memiliki kekurangan
alat yang dinilai sangat dibutuhkan segera maka bangal biasanya meminjam ke bangsal dahlia untuk kemudian
menunggu bahan yang diresepi kepada apoteker untuk dikembalikan ke bangsal dahlia.
3) Method/Metode
a. Kajian Teori
MPKP
SP2KP atau Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional adalah kegiatan pengelolaan asuhan
keperawatan disetiap unit ruang rawat di rumah sakit. SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian asuhan keperawatan
di ruang rawat yang dapat memungkinkan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional bagi pasien.
Pelaksanaan SP2KP merupakan aplikasi nilai-nilai profesional dalam praktik keperawatan, manajemen dan pemberian
asuhan keperawatan di unit ruang rawat Rumah sakit dan perkembangan profesional diri (Kemenkes RI, 2010). SP2KP
ini memiliki sistem pengorganisasian yang baik dimana semua komponen yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan diatur secara profesional (Sitorus, 2011). Komponen SP2KP merupakan kegiatan asuhan keperawatan
disetiap ruang rawat inapdirumah sakit. Komponennya terdiri dari : perawat, profil pasien, sisitem pemberian asuhan
keperawatn, kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana prasarana, serta dokumentasi asuhan keperawatan
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa SP2KP yaitu sistim pemberian pelayanan keperawatan
profesional dirumah sakit dimana pemberian asuhan keperawatan diatur secara profesional, yang komponennya terdiri
dari perawat, profil pasien, sisitem pemberian asuhan keperawatn, kepemimpinan, nilai-nilai profesional, fasilitas, sarana
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan
metode keeperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut :
1. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan keperawatan dilakukan secara berkesinambungan sehingga
memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan profesional,
2. Terdapat satu orang perawat profesional yang disebut PP, yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
asuhan keperawatan yang diberikan. Pada MPKP, perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners
3. Pada metode keperawataan primer, hubungan professional dapat ditingkatkan terutama dengan profesi lain
4. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena membutuhkan jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih
banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer, setiap PP
5. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi metode tim
dan perawat primer menjadi penting sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan
6. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan
terbagi kepada semua anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung
Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak klien/keluarga masuk ke suatu ruangr
rawat yang merupakan awal dari penghargaan atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus
dibina selama klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi partner dalam memberikan asuhan
keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan PA di bawah tanggung jawab
b) Pendekatan manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi yang jelas antara PP dan PA. performa
PA dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali
dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin
yang efektif.
c) Metode pemberian asuhan keperawatan
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah modifikasi keperawatan primer sehingga keputusan
tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP akan mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat modifikasi
d) Hubungan profesional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang perkembangan klien sejak awal
masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu member informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya
dokter. Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu dalam penetapan rencana
tindakan medic.
PP dan timnya berhak atas kompensasi serta penghargaan untuk asuhan keperawatan yang professional. Kompensasi
san penghargaan yang diberikan kepada perawat bukan bagian dari asuhan medis atau kompensasi dan penghargaan
berdasarkan prosedur. Kompensasi berupa jasa dapat diberikan kepada PP dan PA dalam satu tim yang dapat
ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. PP dapat mempelajari secara detail asuhan keperawatan klien
tertentu sesuai dengan gangguan/masalah yang dialami sehingga mengarah pada pendidikan ners spesialis.
2) Peran kepala ruang, perawat primer dan perawat pelaksana dalam SP2KP menurut mugianti 2014 :
a. Kepala ruang
Kepala ruang adalah Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan mengelola
kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang rawat. Tugas pokok kepala ruangan yaitu mengawasi dan
mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Perencanaan
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan tingkat ketergantungan pasien dibantu
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
Pengorganisasian
4. Membuat rencana kendali kepala ruangan membawahi dua perawat primer dan perawat primer membawahi dua
perawat asosiet.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan
lain-lain.
8. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada perawat primer.
Pengarahan/ pelaksanaan
Pengawasan
2. Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
Melalui supervisi/observasi.
1. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat ini.
2. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir, membaca, dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan
dari perawat primer.
Evaluasi.
1. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
2. Audit keperawata
b. Perawat primer
Perawat Primer atau Primary Nursing adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien dari mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit (Gillies, 1989).
4. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain ataupun perawat lain.
7. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat.
c. Perawat pelaksana
Perawat pelaksana adalah Seorang perawat yang diberikan wewenang dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan
keperawatan langsung kepada klien. Tugas pokok perawat pelaksana memberikan perawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dan melaksanakan tindakan perawtan yang telah disususun. Mengevalusai tindakan
Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons klien pada catatan perawatan.
1. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih
sayang:
d. mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan respons pasien pada catatan perawatan.
a. Pemberian obat.
b. Pemeriksaan laboratorium.
3. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual dari pasien.
b. Mengurangi penderitaan pasien dengan memberi rasa aman, nyaman, dan ketenangan.
4. Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis.
10. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur secara bergantian sesuai jadwal tugas.
12. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan pasien baik secara lisan maupun tulisan.
Timbang terima atau operan merupakan kegiatan yang rutin sebagai bentuk serah terima pasien kelolaan
antara satu shif dengan shif lainnya sebelum dan sesudah perawat melaksanakan tugasnya. Timbang terima dilakukan
untuk mengetahuikondisi pasien dengan cermat sesuai kondisi pasien terkini. Dalam operan akan disampaikan
beberapa informasi penting tentang tindakan yang akan dan telah dilakukan, serta dapat memberikan suatu kejelasan
yang lebih luas yang tak dapat diuraikan secara tertulis dalam kegiatan penulisan laporan.
Kegiatan operan sebaiknya dilakukan setelah perawat membaca laporan shift jaga sebelumnya atau resume
laporan, sehingga saat kegiatan operan dilakukan perawat telah mempunyai gambaran tentang kondisi pasien yang
dioperkan. Kegiatan operan pasien sebaiknya dilakukan oleh perawat yang bertanggung jawab langsung dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada perawat yang akan bertanggung jawab memberikan asuhan pada shift
selanjutnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kealpaan atau kekeliruan dalam kegiatan layanan yang akan
diberikan pada pasien. Dalam metode penugasan tim, operan dapat juga dilakukan oleh ketua tim kepada ketua tim
yang dinas berikutnya. Kegiatan operan sebaiknya diikuti kepala ruangan, ketua tim dan seluruh perawat yang
bertugas saat itu dan yang akan bertugas. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memberikan informasi yang jelas (riil)
tentang situasi dan kondisi pasien dan memudahkan menerima limpahan tugas, serta sebagai bahan masukan saat
melaksanakan pre konrefense. Selain kegiatan timbang terima pasien, umumnya juga diikuti dengan timbang terima
Pada saat kegiatan ini yang perlu disampaikan adalah jumlah dan kondisi barang atau alat pada saat operan
dilaksanakan. Agar kegiatan timbang terima dapat dipertanggung jawabkan, selain informasi secara langsung juga
diikuti dengan bukti secara tertulis yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rachmah (2018) dijelaskan bahwa keselamatan pasien memiliki
enam sasaran yang salah satunya adalah meningkatkan komunikasi efektif. Insiden keselamatan pasien merupakan
kejadian yang memberikan dampak buruk kepada pasien baik langsung maupun tidak langsung. Kusumapradja
(2012) mengatakan bahwa 66% sentinel events yang dilaporkan disebabkan oleh permasalahan komunikasi, terutama
komunikasi saat Handover. Miskomunikasi saat handover sangat berdampak terhadap pemberian
asuhan pasien di RS, sehingga perlu dilakukan penelitian memberikan solusi terbaik dari permasalahan tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik perawat pelaksana sebagian besar berjenis kelamin perempuan,
dengan tingkat pendidikan vokasional, masa kerja berkisar antara 3 bulan hingga 10 tahun, usia berada pada 21 – 35
tahun, dan pernah mengikuti pelatihan sebanyak 47.6%. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa komunikasi SBAR
berhubungan dengan keselamatan pasien. Hasil uji korelasi karakteristik diketahui bahwa pendidikan, pelatihan, dan
masa kerja memiliki hubungan dengan keselamatan pasien. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh (Marjani, 2015) bahwa insiden keselamatan pasien menurun setelah dilakukan timbang terima pasien dengan
metode dokumentasi SBAR. Penggunaan komunikasi dengan metode SBAR saat Timbang Terima Pasien dapat
menimgkatkan mutu asuhan keperawatan sebesar 52% (Rado, Rusdi & Oktiviyant, 2019). Penelitian ini juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Harnida & Hidajah (2017) yaitu bahwa komunikasi efektif yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima mengurangi kesalahan dan dapat meningkatkan
keselamatan pasien. Komunikasi efektif yang dapat diterapkan dirumah sakit untuk meningkatkan keselamatan pasien
yaitu komunikasi SBAR yang dapat digunakan saat Handover. Selain itu, komunikasi SBAR dapat meningkatkan
mutu asuhan keperawatan selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh (Meikawati, Lestari & Suryani. 2014) yaitu
bahwa komunikasi SBAR berpengaruh terhadap kelengkapan pendokumentasian dan ketepatan evalusi, namun tidak
berpengaruh terhadap ketepatan pendokumentasian. () Komunikasi SBAR berpengaruh terhadap penerapan pasient
safety oleh perawat pelaksana yang dapat dilihat sebelum menggunakan komunikasi SBAR 56,7 % perawat mendapat
kategori baik dan sebanya 43, 3% dengan kategori cukup setelah dilakukan komunikasi SBAR menunjukkan hasil
Dalam SPO yang berlaku di RSUD Dr. Tjitrowardojo terkait komunikasi lisan dan telepon antar para pemberi
layanan dijelaskan bahwa metode komunikasi lisan atau telepon antar petugas kesehatan menggunakan tata cara
unit pelayanan masalah lain yang berhubungan dengan apa saja yang akan segera dibicarakan, hasil klinis yang harus
B : Background (Latar belakang masalah atau hal - hal yang mendasari masalah terkini muncul)
- Hasil pemeriksaan klinis/diagnostic: laborat, radiologi yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah atau
Petugas menginformasikan prediksi yang akan dating atau masalah yang berlanjut ke kondisi yang lebih
- Tindakan medis atau keperawatan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah utama
R : Recommendation (Rencana tindak lanjut yang akan diambil dan perlu dimonitor)
Petugas menginformasikan rencana tindakan yang harus diambil setelah dilakukan tindakan untuk mengatasi
Langkah – langkah komunikasi efektif melalui lisan atau telepon sebagai berikut :
a. Petugas penerima informasi menuliskan dicatatan terintegrasi (RM 3), atau RM 12 untuk ruang ICU atau
b. Petugas penerima informasi membacakan kembali (Read Back) apa saja yang telah dituliskan pada pemberi
perintah atau informasi dan mendengarkan ulang (Hear Back) apa yang telaj disampaikan ulang oleh pemberi
perintah.
c. Petugas saling mengkonfirmasi apakah yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang sudah akurat dengan
memverifikasi yang dibacakan sudah sesuai dengan apa yang diperintahkan atau diinformasikan oleh pemberi
perintah
d. Penerima perintah menuliskan nama dan membubuhkan tanda tangan serta cap “TBK” pada catatan terintegrasi
(RM 3) atau RM 12 untuk ruang ICU, dan dibelakang lembar resep untuk farmasi
e. Semua perintah lisan atau telepon yang berhubungan dengan pengobatan atau prosedur dan hasil – hasil
pemeriksaan yang disampaikan sebelumnya, harus ditandatangani oleh pemberi perintah selambat – lambatnya 1
x 24 jam
f. Perintah lisan atau telepon untuk nama obat dan dosis obat harus dituliskan dengan jelas pada kata – kata yang
sulit dan penyebutan obat NORUM/LASA dilakukan pengejaan menggunakan PHONETIC ALPHABET
g. Pre Conference
Pre konferens merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan aktifitas pelayanan pada awal
shift dinas. Pada kegiatan ini sangat efektif untuk membahas rencana kegiatan yang diperlukan umpan balik atau
tanggapan yang bersifat khusus. Maksudnya tanggapan tersebut kurang etis bila disampaikan di depan pasien saat
dilaksanakan timbang terima. Pada saat kegiatan pre konferens seluruh peserta dapat secara bebas menyampaikan
pendapatnya. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan secara singkat sehingga tidak mengganggu kelancaran pelayanan
keperawatan. Kegiatan ini dibawah tanggung jawab kepala ruangan atau ketua tim yang telah ditentukan.
h. Post Conference
Pada tahap ini, kegiatan berfokus pada pembahasan dari tindakan yang telah dilaksanakan serta rencana
program selanjutnya. Umumnya kegiatan ini dilakukan sebelum kegiatan timbang terima pada shif berikutnya.
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh perawat dan kepala ruangan sebagai penanggung jawab.
i. Meeting Morning
Meeting morning yaitu suatu pertemuan yang dilakukan di pagi hari sebelum dimulainya operan tugas jaga
antara shift malam ke shift pagi. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang
antara perawat dengan pasien/keluarganya dalam memberikan Asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar
hubungan saling percaya antara perawat dan pasien/ keluarga dapat terbina
Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wadah untuk mengaplikasikan proses keperawatan pada saat
perawat dan pasien berinteraksi kesediaan untuk terlibat guna mencapai tujuan asuhan keperawatan. Hubungan
perawat dan pasien adalah hubungan yang direncanakan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
pencapaian tiuan klien. Dalam hubungan itu perawat menggunakan pengetahuan komunikasi guna memfasilitasi
1. Tahap orientasi yaitu di mulai pada saat pertama kali berhubungan.Tujuan utama tahap orientasi adalah
membangun trust.
2. Tahap bekerja yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan dan membangun suasana yang
mendadak.
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan sesama perawat dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat
membina hubungan baik dengan sesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina
hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa saling menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien komunikasi antartenaga kesehatan terutama sesama
perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan
akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi
perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan. kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/
pendidikan, latar belakang personal dan lain- lain. Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua disiplin ilmu ini
Pelaksanaan MPKP
120.00% 100.00%
97.90% 94.40%
100.00% 88.00%
76.60%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Meeting Operan Jaga Pre Post Orientasi
Morning Conference Conference Pasien Baru
Dari hasil akhir diatas didapatkan hasil bahwa terdapat pelaksanaan MPKP di bangsal cempaka sudah baik,
seperti didapatkan hasil bahwa pelakanaan meeting morning di bangsal sudah bagus dan sudah sesuai dengan sop
yang berlaku, dan pelaksanaan yang masih kurang ditingkatkan lagi yaitu untuk melaksanakan orientasi pasien baru
sekitar 76,6%.
Evaluasi Tugas dan Hubungan Antar Staf
100%
Dari hasil akhir yang didapatkan selama 5 hari dari tanggal 14 – 18 Oktoberl 2019, didapatkan hasil bahwa
hubungan antar professional sudah sangat bagus mencapai 100%, dan tugas Perawat Pelaksana sudah bagus sebesar
96,66%, namun untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bangsal Cempaka perlu diadakan evaluasi untuk dapat
ditingkatkan.
a. Meeting morning
Dari hasil evaluasi pelaksanaan meeting morning dibangsal Cempaka selama 5 hari hasil persentase dari variabel
yang dinilai yaitu 100%, dimana hasil tersebut dalam kategori tinggi. Pada saat melakukan meeting morning kepala
ruang memberikan informasi yang dapatkan dari hasil apel pagi yang selanjutnya diberikan kepada perawat yang ada
di bangsal, untuk pemberian materi dari kepala ruang selama 5 hari observasi kepala ruang belum pernah memberikan
materi. Sedangkan pada teori yang ada tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah koordinasi intern ruang
perawatan sebagai wadah informasi dan komunikasi. Dari analisis tersebut karu lebih sering memberikan informasi
kepada staf bangsal dibandingkan penyampaian materi khusus yang dibuat oleh kepala ruang sendiri.
b. Pre conference
Dari hasil evaluasi pelaksanaan pre conference di bangsal Cempaka selama 5 hari hasil persentase dari variabel
yang dinilai yaitu 84,20%, hasil tersebut dalam kategori sedang. Didapatkan hasil bahwa pelaksanaan pre conference
di bangsal Cempaka seringnya tidak menjelaskan mengenai tujuan dilakukannya pre conference dan juga tidak
dilaksanakannya penyimpulan hasil pre conference. Pada teori telah dijelaskan bahwa pre konferens merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan aktifitas pelayanan pada awal shift dinas dan menyampaikan aktivitas
yang belum selesai/terlaksana pada shift sebelumnya, sedangkan pada hari ketiga dan keempat tidak dilakukan
Dari hasil evaluasi pelaksanaan operan jaga di bangsal Cempaka selama 5 hari hasil persentase dari variabel yang
dinilai yaitu 97,90%, dari hasil tersebut pelaksanaan operan jaga yang dilakukan dalam kategori tinggi sehingga sudah
bagus. Namun ada variabel yang belum dilakukan pada saat dilakukan pengamatan bahwa tidak semua perawat
melakukan operan jaga hanya beberapa perawat yang mengikuti kegiatan tersebut. Hal tersebut tidak dilakukan karena
ketua shift sudah melaporkan hasil asuhan keperawatan yang sudah dilakukan kepada perawat primer yang selnjutnya
berjaga, sehingga terkadang terdapat perawat primer yang telat hadir akhirnya operan jaga diwakilkan oleh perawat
primer lainnya.
Dari hasil observasi yang dilakukan selama 5 hari di bangsal cempaka didapatkan hasil presentase variabel
tertinggi yaitu pada situasion sebesar 100% dimana semua perawat selalu menyebutkan nama dan keluhan yang
dirasakan oleh klien walaupun terkadang kurang jelas seperti saat perawat menyampaikan bahwa pasien mengeluhkan
diare namun tidak menyampaikan diarenya berapa kali dalam 1 shift atau keluhan nyeri pada pasien yang tidak disertai
dengan skala nyeri yang telah dikaji perawat. Presentase tertinggi kedua yakni berada pada bagian background sebesar
88,9 persen dimana termasuk kategori tinggi perawat menyebutkan penyakit yang diderita oleh pasien meskipun tidak
menjelaskan hubungannya dengan keluhan yang dirasakan oleh pasien saat itu. Presentase ketiga berada pada
recommendation yaitu sebesar 83,3% perawat di bangsal cempaka menyampaikan tindakan yang direkomendasikan
untuk dilakukan oleh perawat yang bertugas pada shift selanjutnya. Presentasi terakhir ada pada assessment yaitu
sebesar 44,4%, presentasenya terlihat sangat jauh dibandingan dengan poin yang lainnya karena selama observasi yang
kami lakukan pada perawat saat handover, perawat jarang sekali menyebutkan tindakan yang sudah diberikan pada
saat shift.
Setelah dilakukan observasi selama 5 hari di bangsal cempaka didapatkan hasil bahwa 72,2% perawat sudah
menyampaikan informasi terkait kondisi pasien secara berurutan sesuai dengan teknik SBAR dan hanya terdapat 27,8%
perawat yang menyampaikan informasi kondisi pasien secara tidak berurutan saat melakukan handover.
Hasil dari pengkajian penggunaan SBAR saat handover ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat
sudah bisa menyampaikan informasi kondisi pasien secara berurutan mulai dari situasion, background, assessment, dan
recommendation. Namun disamping itu perawat di bangsal cempaka masih sering melupakan penyampaian informasi
terkait assessment atau tindakan yang sudah dilakukan kepada pasien. Hal ini terjadi akibat perawat di bangsal cempaka
tidak mengetahui dan tidak pernah mengaplikasikan teknik SBAR saat handover selama waktu observasi yang kami
lakukan walaupun setelah diwawancarai perawat di cempaka mengaku menggunakan teknik komunikasi ini pada saat
handover namun tidak berurutan dan teknik ini digunakan saat penyampaian kondisi pasien kepada dokter
penanggungjawab saja.
Dari hasil evaluasi pelaksanaan operan jaga di bangsal cempaka selama 5 hari hasil porsentase dari variabel yang
dinilai yaitu 73,30%, dari hasil tersebut pelaksanaan orientasi yang dilakukan dalam kategori sedang. Pada teori
orientasi pasien baru dilakukan agar hubungan saling percaya antara perawat dan pasien/ keluarga dapat terbina. Hasil
evaluasi dianalisis pada saat perawat melaksanakan orientasi pasien baru tidak menyampaikan jadwal pasti jadwal
visite dan konsultasi dengan dokter maupun perawat, karena di rumah sakit waktu dokter dan tim kesehatan lain belum
ada jawal pasti kapan akan datang ke bangsal. Terkadang beberapa perawat tidak mengkaji ulang kondisi pasien
terbaru setelah sampai dibangsal. Pasien pun terkadang tidak mengetahui hak dan kewajiban sebagai pasien.
Dari hasil evaluasi pelaksanaan post conference di bangsal cempaka selama 5 hari, hasil persentase dari variabel
yang dinilai yaitu 90,70%, dari hasil tersebut pelaksanaan post conference yang dilakukan dalam kategori tinggi. Dari
hasil akhir tersebut variabel yang belum sering dilakukan pada saat post conference yaitu menjelaskan tujuan
dilakukannya post conference. Pada post conference lebih sering dilakukannya meyelesaikan tugas setelah itu bersiap
dan menjelaskan mengenai asuhan keperawatan yang dilakukan oleh shift selanjutnya.
Dari hasil evaluasi tugas kepala ruang di bangsal cempaka selama 5 hari, hasil persentase dari variabel yang dinilai
yaitu 96,66%, dari hasil tersebut tugas kepala ruang yang sudah dilakukan dalam kategori tinggi. Menurut hasil akhir
yang telah dilakukan tugas dari kepala ruang sudah dilakukan dengan sangat baik dan adil, seperti tugas kepala ruang
dalam membagi jadwal dinas sudah sangat adil dan sesuai porsi setiap staf, tidak pernah ada protes maupun jadwal
yang tabrakan, namun terdapat beberapa hal yang masih harus ditingkatkan lagi, seperti kepala ruang perlu untuk
mengevaluasi mengenai mutu pelayanan/asuhan yang diberikan di bangsal untuk pasien. Menurut teori salah satu tugas
kepala ruang yaitu mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas, meningkatkan mutu
Dari hasil evaluasi tugas perawat asosiet di bangsal cempaka selama 5 hari, hasil porsentase dari variabel yang
dinilai yaitu 94,11%, dari hasil tersebut tugas perawat pelaksana yang sudah dilakukan dalam kategori tinggi. Tugas
perawat pelaksana dari hasil evaluasi sudah banyak hal yang dilakukan dan sesuai dengan sop yang berlaku, namun
ada beberapa yang perlu ditingkatkan lagi seperti membimbing dan melakukan penkes pada pasien yang menjadi
Dari hasil evaluasi tugas perawat primer di bangsal cempaka selama 5 hari, hasil presentase dari variabel yang
dinilai yaitu 96,66%, dari hasil tersebut tugas perawat primer yang sudah dilakukan dalam kategori tinggi. Tugas
perawat primer dari hasil evaluasi ada banyak hal yang sudah dilakukan dan sudah sesuai dengan sop. Hal yang belum
sering dilakukan di bangsal seperti melakukan diskusi kasus dengan staf keperawatan kurang menerapkan teknik
komunikasi sesuai SPO yang berlaku di Rumahsakit. Perawat primer sering menyampaikan informasi tidak sesuai
urutan teknik komunikasi SBAR dikarenakan kurang pengetahuan, kebiasaan dan beban kerja yang terlalu banyak.
i. Hubungan profesional/ kemitraan antara staf keperawatan dengan dokter/ tim kesehatan lain
Dari hasil evaluasi hubungan professional dengan tenaga kesehatan lain di bangsal Cempaka selama 5 hari, hasil
porsentase dari variabel yang dinilai yaitu 100%, dari hasil tersebut hubungan antar staf keperawatan dalam kategori
tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dan terukur pada hasil dokumentasi di rekam medis pasien sudah lengkap dan dalam
hubungan professional dilandasi dengan data yang actual melalui rekam medis pasien.
Dari hasil evaluasi antara staf keperawatan lain di bangsal cempaka selama 5 hari, hasil persentase dari variabel
yang dinilai yaitu 97,22%, dari hasil tersebut evaluasi hubungan antara staf keperawatan lain dalam kategori tinggi.
Hal yang masih belum sering dilakukan yaitu diskusi yang dilakukan secara terjadwal untuk mengatasi masalah yang
ada di bangsal.
hari, hasil persentase dari variabel yang dinilai yaitu 96,66%. Dari hasil tersebut evaluasi hubungan profesional staf
keperawatan dengan pasien/keluarga di bangsal cempaka dalam kategori tinggi. Hubungan anatara perawat dengan
4) Money
a. Kajian Teori
Rumah sakit daerah memperoleh dana yang cukup bersumber dari pemerintah yang diperoleh dari APBN dan APBD.
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia
BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) atau unit kerja perangkat daerah
di lingkungan pemerintah daerah di Indonesia yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. DAK (Dana Alokasi Khusus) adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang
a. Kajian Data
Sistem yang digunakan di Bangsal Cempaka untuk pengelolaan keuangan adalah top down dan bottom up. Sebagian
besar sumber pembiayaan ruangan berasal dari rumah sakit yang diperoleh dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Rumah sakit umum daerah Purworejo mendapatkan sumber dana dari lima sumber yaitu APBD, BLUD, APBN, DAK, dan
INGGUB.
1) APBD
Permohonan Membuat
kebutuhan Bangsal rancangan Badan keuangan
Nusa Indah tahun anggaran yang pemerintah APBD
sebelum dibutuhkan di daerah
dibutuhkan ajukan ke RS
2) BLUD
Permohonan Membuat Bidang Panitia
kebutuhan rancangan keperawatan anggaran
Bangsal Nusa anggaran untuk RS
Indah dalam 1 tahun depan
tahun
DEPKES
Dana turun ke bangsal Dana turun ke RS
Pusat
4) INGUB
Perencana Membuat
kebutuhan rancangan Bidang
Bangsal Nusa anggaran yang keperawatan
Indah dibutuhkan
a. Data Fokus
2 Berdasarkan hasil observasi kepada perawat yang bertugas di bangsal Cempaka pada Tidak adanya SPO terkait handover dengan
tanggal 17-18 Oktober 2019 didapatkan hasil bahwa perawat tidak menggunakan teknik menggunakan teknik komunikasi SBAR
SBAR saat Handover. Hal ini terjadi karena perawat mengatakan bahwa sebetulnya
perawat menyampaikan semua bagian dari SBAR hanya saja urutanya seringkali
dilakukan secara acak karena belum adanya SPO dan sosialisasi terkait penggunaan
SBAR untuk Handover
a) Fish Bone Diagram
Tidak adanya SPO Rumah sakit pemerintah Hanya ada SPO yang Bekerjasama untuk Waktu yang lama
terkait handover dengan tipe B mengatur tentang merekomendasikan untuk pembuatan SPO
menggunakan teknik komunikasi efektif yang dengan kepala teknik komunikasi
komunikasi SBAR baik dan benar secara umum ruang dan bagian efektif SBAR saat
diklat untuk hand over
sehingga dirasa cukup pemberian edukasi
dengan hanya 1 peraturan. melalui sosialisasi
terkait penggunaan
teknik komunikasi
efektif SBAR saat
handover
a. Identifikasi masalah
rumah sakit belum dilakukan oleh perawat secara maksimal. Hal ini terjadi
komunikais efektif yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.salah satu hal yang
karena beban kerja dan tidak adanya sosialisasi ulang terkait komunikasi
informasipun yang sering terjadi hanya 1 arah, tanpa ada permintaan feedback
b. Prioritas masalah
kejadian masalah
Rentang Nilai: 1 - 5
2 : kurang penting
3 : cukup
4 : penting
5 : sangat penting
Kurangnya pengetahun 4 3 3 5 4 19 2
perawat terkait
penggunaan teknik
komunikasi efektif
SBAR untuk proses
handover.
*Skor tertinggi menunjukkan prioritas
c. Alternatif penyelesaian masalah
L : Seberapa besar pengaruh criteria yang satu dengan yang lain dalam
A :Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak kemudahan dapat didasarkan
L : Seberapa besar pengaruh criteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan
yang dibahas.
Plan of action berikut adalah rencana penyelesaian masalah untuk mengatasi keterbatasan penggunaan proses komunikasi lisan
antar pemberi pelayanan dengan upaya peningkatan teknik komunikasi efektif SBAR untuk mengatasi masalah kurang maksimalnya
komunikasi efektif di Bangsal Cempaka RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo
Recomendasi sosialiasi Rancangan SPO SBAR terkait Handover yang sesuai dengan SPO RSUD dr. Tjitrowardojo
Pemaparan Perawat di Bangsal Perawat 23 Ceramah Ners Target Mustika
Rancangan SPO Cempaka dapat Bangsal Oktober dan Stasion ketercapaian Rasyid
SBAR terkait mempraktikan Cempaka 2019 Demonstras Bangsal kegiatan ini 80% dan
Handover di Rancangan SPO i Cempaka yaitu Perawat Khazni
Bangsal Cempaka SBAR terkait Bangsal Ernawan
Handover yang Cempaka dapat P/L
1. telah dibuat mempraktikan
SPO SBAR
terkait Handover
yang sesuai
dengan SPO
RSUD dr.
Tjitrowardojo
Obsevasi Mengetahui Perawat di 24-26 Observasi Bangsal Target Abriati
penggunaan Keefektifan SPO bangsal Oktober Cempaka ketercapaian Slamet
Rancangan SPO SBAR terkiat Cempaka 2019 program Rahayu
SBAR terkait Handover yang kegiatan ini 70% dan Sri
Handover di telah dibuat yaitu perawat Rahayu
2. Bangsal Cempaka bangsal cempaka Padmi
menerapkan Nawangi
SPO SBAR
terkait Handover
yang sesuai
dengan SPO
RSUD dr.
Tjitrowardojo
saat Handover di
bangsal
Evaluasi Sebagai salah satu Mahasiswa 20 Pembuatan Perpusta Target Sumaiyati
keseluruhan pertimbangan Profesi Oktober Laporan kaan ketercapaian Tarniyah
Rancangan SPO pembuatan SPO Ners 2019 program dan
SBAR terkait SBAR terkait kegiatan ini 80% Febrian
Handover yang Handover di RSUD yaitu Kuswanto
sesuai dengan SPO dr. Tjitrowardojo terbentuknya ro
RSUD dr. Laporan
Tjitrowardojo Rancangan SPO
SBAR terkait
Handover yang
3. sesuai dengan
SPO RSUD dr.
Tjitrowardojo
yang terdiri dari
Literature
Review, isi
Rancangan SPO,
serta evaluasi
penerapan
Rancangan SPO
SBAR
DAFTAR PUSTAKA
Health Care Professionals: A Clinical Intervention Pilot Study. Int J Caring Sci.
Cornell P, Townsend Gervis M, Yates L, Vardaman JM. (2014). Impact of SBAR on Nurse
Manopo VJ. (2014). Peran Komunikasi Dalam Membentuk Efektivitas Kerja Karyawan Cv.