Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY.

B DENGAN KASUS
STROKE HEMORAGIK

Disusun Oleh :

M. ASYARI

P00320018030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

A. Definisi

Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular
Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan
oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala
dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (WHO, 1989).

Menurut Batticaca (2008; 56), Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena
terjadi gangguan perdarahan di otak yang menyebabkan terjadinya kematian
jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian.

Stroke secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai serangan


mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya pembuluh
darah otak (Hudak dan Gallo, 1997) .

B. Etiologi

Menurut Batticaca (2008; 56), Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya
perdarahan intracranial dengan gejala peningkatan tekana darah systole > 200
mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah
keunguan, sianosis, dan pernafasan mengorok.

Penyebab stroke hemoragik, yaitu :

1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak.

2. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah


otak.

3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.

C. Tanda dan Gejala

Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah
jaringan otak yang terkena.Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan
sering selama aktivitas.Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau
perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.

Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:

1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).

2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.

3. Kesulitan menelan.

4. Kesulitan menulis atau membaca.

5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.

7. Kehilangan keseimbangan.

8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan


menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan
motorik.

9. Mual atau muntah.

10. Kejang.

11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
baal atau kesemutan.

12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

D. Patofisiologi

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar
atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi
dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak
yang diperdarahi oleh arteri tersebut.Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang
memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh
darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding
pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan
status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah
akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam
jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006)

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Batticaca (2008; 60), Pemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat


dilakukan adalah :

1. Laboratorium : darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal,


analisa gas darah, biokimia darah, elektolit.

2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga
untuk memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.

3. Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena ( masalah


sistem arteri karotis ) .

4. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara


spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.

5. MRI ( magnetic resonance imaging ) : menunjukan daerah yang


mengalami infark, hemoragik ).

6. EEG ( elektroensefalogram ) : memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.


7. Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas; klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosit serebral ; klasifikasi parsial dinding aneurisma
pada perdarahan subarachnoid.

F. Penatalaksanaan Medis

( Sylvia dan Lorraine, 2006 ). Penatalaksanaan penderita dengan stroke hemoragik


adalah sebagai berikut :

1. Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi miring apabila muntah
dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.

2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan oksigen sesuai kebutuhan.

3. Tanda – tanda vital diusahakan stabil.

4. Bed rest.

5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia.

6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu kateterisasi.

8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari


penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonok.

9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction berlebih


yang dapat meningkatkan TIK.

10. Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. apabila
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.

11. Penatalaksanaan spesifiknya yaitu dengan pemberian obat neuroprotektor,


antikoagulan, trombolisis intraven, diuretic, antihipertensi, dan tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.

G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat, pendidikan,
diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil.

b. Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.

Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan


di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsif, dan koma.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat


trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat – obat antib koagulan,
aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat
yang sering digunakan klien, seperti pemakaian antihipertensi, antilipidemia,
penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan
penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.

f. Riwayat psikososiospiritual

Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan


perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting
untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti
ketakutan akan kecemasan, rasa cemas, rasa tidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri menunjukkan
klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.
Dalam pola penanganan stres, klien biasanya mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan
berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang
melakukan ibadah spritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

g. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

2. Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami


gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia.
Tanda – tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
a. B1 (breathing)

Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.

Pada klien dengan tingkat kesadaran compas mentis, peningkatan inspeksi


pernapsannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.

b. B2 (blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskulardidapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang


sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan
dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg.

c. B3 (Brain)

Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak dapat
membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.

d. B4 (Bladder)

Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinesia urine sementara karena


konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan
untuk mengendalikan kandunf kemih karena kerusakan kontrol motorik dan
postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama
periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinesia urine
yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

e. B5 (Bowel)

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada pasien akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam
lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinesia alvi yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

f. B6 (Bone)

Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah
mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.

1. Pengkajian tingkat kesadaran

Pada klien lanjut usia tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
latergi, stupor, dan semikomantosa.

2. Pengkajian fungsi serebral

Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus
frontal, dan hemisfer.
3. Pengkajian saraf kranial

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

4. Pengkajian sistem motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan / kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

5. Pengkajian refleks

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa
hari refleks fisiologi akan muncul kembali di dahului dengan refleks patologis.

6. Pengkajian sistem sensori

Dapat terjadi hemihipertensi.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan aterosklerosis


aorta

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasu


serebral

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.

6. Bersihanjalan napas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi


neuromuscular
DAFTAR PUSTAKA

Rindang Tri Ayu.


https://www.academia.edu/5466449/laporan_pendahuluan_stroke_Hemoragik_SH
(diakses 02 Desember pukul 16.33 WITA)

SDKI
Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat
Identitas
Klien

Nama : ny.B
Usia : 65 tahun
JenisKelamin : Lakilaki
Perempuan
Alamat : jl. bangau
Agama : Islam Kristen Katolik
Hindu Budha Lainlain:………………………………
TanggalMRS : 03 desember 2020
No.MR :xxxxxx045
Diagnosa Medis: stroke hemoragik

Data pre Hospital


CaratibakeRS: Ambulan KendaraanUmum
lainlain:……………………………………………..

Tandatandavital:Tekdarah: 200/120 mmHg,


Nadi : 100 x/mnt
Pernafasan: 32 x/mnt ,
Suhu: 36,5 C

Tindakan&pengobatanyangtelahdilaku
kan:
a.
b.
c.
d.
Keluhan Utama : penurunan kesadaran

Pengkajian Primer
Airway : Paten
: Tidakpaten:Gurgling/snoring/stridor
Breathing : Efektif Tidakefektif(absen)
: Warnakulit: normal pucat
: Polanafas : normal tidak ,…………………………..
:Kerjanafas: normal takipnea bradipnea/
:Menggunakanototbantunafas: ya tidak
:Suaranafas: vesikuler wheezing ronchi or
:Jejas: ya tidak
:Deviasitrakea: ya tidak
:Pengembangandada: simetris tidak
: Distensivenajugularis: ya tidak
Circulation :Kualitasnadi : kuat lemah
:Ritmejantung: irregular
:EKG: normal regular tidaknormal
:CRT: 5 detik
: warnakulit: normal pucat
Suhukulit : hangat dingin
Diaphoresis: ya tidak

Disability : Tingkat kesadaran : AVPU


:GCS:mata:…3….Verbal:…3. Motorik :……5
Eksposure :

Pengkajian Sekunder : SAMPLE

Riwayat Kesehatan Sekarang:


Klien ditemukan tidak sadarkan diri di kamarnya

RiwayatKesehatanLalu :
klien memiliki riwayat hipertensi 10 tahun yang lalu dan pernah di rawat karena stroke non
hemoragik

Riwayat KesehatanKeluarga :
Tidak ada riwayat penyakit serupa di kelouarga

Pengkajian Head to Toe


Kepala Inspeksi & Palpasi
a. Rambut : distribusi rambut baik

b. Wajah :simetris

c. Mata : simetris

d. Hidung : simetris

e. Telinga : simetris

f. Mulut : bersih

Leher Inspeksi & Palpasi


 Nyeri:
Tidak terdapat nyeri

 Bendungan vena jugularis: terdapat bendungan vena jugularis


Thorak a. Inspeksi (paru & jantung):
 Bentukthorak : normal
 Jumlahnafas : 32x per menit
 Polanafas : takipnea
 Pengembangan dada: simetris
 Pulsasi :

b. Palpasi (paru &jantung)


 Nyeri : tidak
 Krepitasi : tidak
 Iktuscordis : normal
 Iramajantung :normal

c. Auskultasi (paru &jantung)


 Bunyinafas: bronchial bronkovesikuler vesikuler
 Bunyinafasabnormal: ronkhi wheezing
 BunyiJantung : normal abnormal
 Kelainanbunyijantung: BJIII BJIV

d. Perkusi (paru &jantung)

 Paru: sonor lainnya ………………….

 Jantung pekak lainnya ………………….


Abdomen a. Inspeksi :
 Bentuk :normal
 Kelainan :tidak ada

b. Palpasi
 Nyeri : tidak ada nyeri
 Distensi :tidak terdapat distensi

c. Auskultasi :
 Suara peristaltic: normal
 Jumlah : 35x per menit

d. Perkusi :
 Timpani : Tidak
 Kelainan : Tidak
Ekstremitas a. Inspeksi
 Warna : normal

b. Palpasi :
 Nyeri : Tidak ada
 Krepitasi : tidak
 Edema : Tidak
 Pulse: ,Sensasi: , Motorik :

Pemeriksaan Penunjang & Terapi Medis


Radiologi Laboratorium Darah Pemeriksaan Lain Terapi Medis
Ct scan
Klasifikasi data
Ds
 Penurunan kesadaran
 Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi

Do
 Nampak kesadaran klien menurun
 Nampak klien lemas
 Terdapat perdarahan di daerah temporal klien
 Nampak klien menggunakan otot bantu napas
 Pola napas takipnea
 Refleks pupil lambat
 Tekdarah: 200/120 mmHg,
 Nadi : 100 x/mnt
 Pernafasan: 32 x/mnt ,
 Suhu: 36,5C

Diagnose keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
2. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b/d peningkatan tekanan vena
Analisa data
No Data Etiologi Masalah

1 Ds : - Kurangnya suplai Pola napas tidak


Do : oksigen efektif
 Nampak klien menggunakan otot bantu
napas
 Pola napas takipnea
 Tekdarah: 200/120 mmHg,
 Nadi : 100 x/mnt
 Pernafasan: 32 x/mnt ,
 Suhu: 36,5C

2 Ds Sumbatan pembuluh Penurunan


 Penurunan kesadaran darah otak kapasitas
 Klien memiliki riwayat penyakit adaptif
hipertensi intrakranial
Do
 Nampak kesadaran klien menurun
 Nampak klien lemas
 Respon pupil lambat
 Terdapat perdarahan di daerah
temporal klien
 Tekdarah:
200/120 mmHg,
 Nadi :
100 x/mnt
 Pernafasan: 32x/mnt ,
 Suhu: 36,5C
No Diagnose Luaran Intervensi
1 Pola napas tidak Pola napas Manajemen jalan napas
efektif Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan  Monitor pola napas(frekuensi,kedalaman,usaha
dengan gangguanselama 3x 24 jam maka napas )
neurologis pola napas membaik  Monitor bunyi napas tambahan
dengan criteria hasil Terapeutik
1. Dispnea dari  Posisikan semi fowler atau fowler
meningkat menjadi  Berikan oksigen
menurun Edukasi
2. Penggunaan otot  Anjurkan asupan cairan 200ml/hari
bantu napas dari
Kolaborasi
meningkat menjadi
 Kolaborasi pemberian
menurun
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik jika perlu
2 Penurunan Setelah dilakukan Manajemen peningkatan tekanan intracranial
kapasitas tindakan keperawatan Observasi
adaptif selama 3x24 jam maka  Identifikasi penyebab tekanan intra cranial
intrakranial b/d kapasitas adaptif  Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
peningkatan intrakranial membaik  Monitor MAP
tekanan vena dengan criteria hasil  Monitor CVP
1. Tekanan darah dari
 Monitor status pernapasan
memburuk menjadi
Terapeutik
cukup membaik
 Berikan posisi semi fowler
2. Respon pupil dari
 Atur ventilator agar paCO2 optimal
memburuk menjadi
 Pertahankan suhu tubuh normal
cukup membaik
Kolaborasi
3. Tingkat kesadaran
 Kolaborasi pemberian diuretic osmosis jika
dari menurun
perlu
menjadi cukup
meningkat

No Hari/ Jam Implementasi Evaluasi


tanggall
1 Rabu 13.0  Memonitor pola S:-
03-12- 0 napas(frekuensi,kedalaman,usaha napas )
2020  Memonitor bunyi napas tambahan O:
 Mem Posisikan semi fowler atau fowler  Dispenea cukup

 Mem Berikan oksigen menurun

 mengAnjurkan asupan cairan 200ml/hari  Penggunaan otot


bantu napas
 mengKolaborasikan pemberian
sedang
bronkodilator,ekspektoran,mukolitik

A:
 masalah belum
teratasi

P:
 intervensi
dilanjutkan
2  MengIdentifikasi penyebab tekanan intra S: -
cranial
 Memonitor tanda dan gejala peningkatan O:
TIK  Tekanan darah
 Memonitor MAP sedang

 Memonitor CVP  Respon pupil

 Memonitor status pernapasan sedang

 Memberikan posisi semi fowler


A:
 Mengatur ventilator agar paCO2 optimal
 Masalah belum
 Mempertahankan suhu tubuh normal
teratasi
 Mengkolaborasi pemberian diuretic
osmosis
P:
 Intervensi
dilanjutkan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN OKSIGEN

Pengertian Memasukkan zat asam ( oksigen ) ke dalam paru – paru melalui saluran
pernafasan menggunakan alat khusus ( tim dep kes ri , 1985 )
Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan pemberian oksigen kepada
pasien.
Referensi Buku pedoman perawatan dasar depkes ri tahun 2015

Prosedur Alat dan bahan :


a. Kanule oksigen (nasal kanule, nasal khateter, sungkup o2)
b. Tabung oksigen yang berisi o2
c. Houmedifire (tabung pelembab)
d. Air steril ( aqua bidest )
e. Plester putih
Langkah - 1. Petugas memberitahukan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan
langkah yang akan dilakukan
2. Petugas memastikan tabung terisi o2
3. Petugas memastikan volume air steril (aqua bidest) dalam tabung
pelembab sesuai dengan ketentuan
4. Petugas mencuci tangan
5. Petugas menghubungkan selang kanule ke tabung pelembab
6. Petugas memeriksa apakah oksigen keluar dari kanule
7. Petugas memasang nasal kanule pada hidung pasien
8. Petugas menetapkan kadar oksigen sesuai dengan instruksi dokter
9. Petuas memfiksasi kanule dengan plester
10. Petugas mengobservasi kondisi pasien secara teratur sesuai indikasi
11. Petugas mencuci tangan
12. Setelah selesai pemakaian, tutup pengukur manometer kemudian
cabut nasal kanule dari hidung penderita
13. Letakkan slang pada tempatnya
14. Catat pada lembar observasi (rb), buku status (yan 24 jam dan
tindakan), buku register unit, atau status unit lain apabila ada kasus
tertentu memerlukan oksigen
Evaluasi Respon pasien 15 menit setelah dilakukan tindakan

Dokumentasi a. Waktu pelaksanaan


b. Respon pasien

ANALISIS KESELAMATAN PASIEN

Pada saat melakukan tindakan pemasangan oksigen. Petugas yang melakukan harus
memperhatikan takaran oksigen yang dibutuhkan pasien agar sesuai. Karena jika berlebihan
dapat menyebabkan infeksi/inflamasi dan kerusakan jaringan akibat reactive oxygen
species (ROS).

Anda mungkin juga menyukai