B DENGAN KASUS
STROKE HEMORAGIK
Disusun Oleh :
M. ASYARI
P00320018030
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE HEMORAGIK
A. Definisi
Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular
Disease (1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan
oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa
detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala
dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (WHO, 1989).
Menurut Batticaca (2008; 56), Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena
terjadi gangguan perdarahan di otak yang menyebabkan terjadinya kematian
jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian.
B. Etiologi
Menurut Batticaca (2008; 56), Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya
perdarahan intracranial dengan gejala peningkatan tekana darah systole > 200
mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah
keunguan, sianosis, dan pernafasan mengorok.
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah
jaringan otak yang terkena.Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan
sering selama aktivitas.Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau
perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
3. Kesulitan menelan.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.
7. Kehilangan keseimbangan.
10. Kejang.
11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
baal atau kesemutan.
D. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar
atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi
dalam hal ini tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak
yang diperdarahi oleh arteri tersebut.Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang
memadai di daerah tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh
darah itu sendiri seperti aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding
pembuluh darah dan terjadi peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan
status aliran darah misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah
akibat bekuan atau infeksi pembuluh ektrakranium dan ruptur vaskular dalam
jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson, 2006)
E. Pemeriksaan Penunjang
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga
untuk memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi miring apabila muntah
dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Bed rest.
10. Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. apabila
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat, pendidikan,
diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
f. Riwayat psikososiospiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri menunjukkan
klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.
Dalam pola penanganan stres, klien biasanya mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan
berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang
melakukan ibadah spritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan.
b. B2 (blood)
c. B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat,
dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak dapat
membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada pasien akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam
lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinesia alvi yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
f. B6 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah
mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
Pada klien lanjut usia tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
latergi, stupor, dan semikomantosa.
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus
frontal, dan hemisfer.
3. Pengkajian saraf kranial
Hampir selalu terjadi kelumpuhan / kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
5. Pengkajian refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa
hari refleks fisiologi akan muncul kembali di dahului dengan refleks patologis.
2. Diagnosa Keperawatan
SDKI
Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat
Identitas
Klien
Nama : ny.B
Usia : 65 tahun
JenisKelamin : Lakilaki
Perempuan
Alamat : jl. bangau
Agama : Islam Kristen Katolik
Hindu Budha Lainlain:………………………………
TanggalMRS : 03 desember 2020
No.MR :xxxxxx045
Diagnosa Medis: stroke hemoragik
Tindakan&pengobatanyangtelahdilaku
kan:
a.
b.
c.
d.
Keluhan Utama : penurunan kesadaran
Pengkajian Primer
Airway : Paten
: Tidakpaten:Gurgling/snoring/stridor
Breathing : Efektif Tidakefektif(absen)
: Warnakulit: normal pucat
: Polanafas : normal tidak ,…………………………..
:Kerjanafas: normal takipnea bradipnea/
:Menggunakanototbantunafas: ya tidak
:Suaranafas: vesikuler wheezing ronchi or
:Jejas: ya tidak
:Deviasitrakea: ya tidak
:Pengembangandada: simetris tidak
: Distensivenajugularis: ya tidak
Circulation :Kualitasnadi : kuat lemah
:Ritmejantung: irregular
:EKG: normal regular tidaknormal
:CRT: 5 detik
: warnakulit: normal pucat
Suhukulit : hangat dingin
Diaphoresis: ya tidak
RiwayatKesehatanLalu :
klien memiliki riwayat hipertensi 10 tahun yang lalu dan pernah di rawat karena stroke non
hemoragik
Riwayat KesehatanKeluarga :
Tidak ada riwayat penyakit serupa di kelouarga
b. Wajah :simetris
c. Mata : simetris
d. Hidung : simetris
e. Telinga : simetris
f. Mulut : bersih
b. Palpasi
Nyeri : tidak ada nyeri
Distensi :tidak terdapat distensi
c. Auskultasi :
Suara peristaltic: normal
Jumlah : 35x per menit
d. Perkusi :
Timpani : Tidak
Kelainan : Tidak
Ekstremitas a. Inspeksi
Warna : normal
b. Palpasi :
Nyeri : Tidak ada
Krepitasi : tidak
Edema : Tidak
Pulse: ,Sensasi: , Motorik :
Do
Nampak kesadaran klien menurun
Nampak klien lemas
Terdapat perdarahan di daerah temporal klien
Nampak klien menggunakan otot bantu napas
Pola napas takipnea
Refleks pupil lambat
Tekdarah: 200/120 mmHg,
Nadi : 100 x/mnt
Pernafasan: 32 x/mnt ,
Suhu: 36,5C
Diagnose keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
2. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial b/d peningkatan tekanan vena
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
A:
masalah belum
teratasi
P:
intervensi
dilanjutkan
2 MengIdentifikasi penyebab tekanan intra S: -
cranial
Memonitor tanda dan gejala peningkatan O:
TIK Tekanan darah
Memonitor MAP sedang
Pengertian Memasukkan zat asam ( oksigen ) ke dalam paru – paru melalui saluran
pernafasan menggunakan alat khusus ( tim dep kes ri , 1985 )
Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam melakukan pemberian oksigen kepada
pasien.
Referensi Buku pedoman perawatan dasar depkes ri tahun 2015
Pada saat melakukan tindakan pemasangan oksigen. Petugas yang melakukan harus
memperhatikan takaran oksigen yang dibutuhkan pasien agar sesuai. Karena jika berlebihan
dapat menyebabkan infeksi/inflamasi dan kerusakan jaringan akibat reactive oxygen
species (ROS).