Anda di halaman 1dari 10

SATUAN TUGAS

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN INFEKSI COVID-19


PROVINSI PAPUA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TENTANG

PENGAMANAN DAN HUKUM


PEMBATASAN SOSIAL DIPERLUAS DAN DIPERKETAT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus Corona adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem


pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi
pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-
East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).

Virus Corona (Covid-19) pertama kali ditemukan di kota Wuhan,


Cina, pada tanggal 30 Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat
dan menyebar ke beberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Dampak
penyebaran Covid-19 bagi ekonomi global adalah terpangkasnya proyeksi
pertumbuhan ekonomi dunia dari 2,3 persen menjadi 1,9 persen.
Berdasarkan analisis The Economist Intelligence Unit (EUI) kebijakan
karantina dan sentimen negatif konsumen dan bisnis saat ini akan
menekan jumlah permintaan pasar dunia

Pada saat yang sama, penutupan beberapa pabrik di beberapa


negara akan mengganggu rantai pasokan dan menciptakan kemacetan
pasokan. Kondisi krisis kesehatan penyebaran Covid-19 apabila tidak
ditangani secara holistik maka akan memiliki dampak pada krisis
ekonomi, demikian juga apabila krisis ekonomi tidak dapat ditangani
dengan baik maka akan berdampak pada krisis sosial yang tentunya
berujung pada krisis keamanan.

Dalam rangka pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan


Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Provinsi Papua dan
menindaklanjuti Surat Pernyataan Gubernur Papua Nomor
440/4168/SET/2020 tanggal 9 April 2020 telah menyatakan peningkatan
Status Siaga Darurat Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) Provinsi Papua menjadi Status Tanggap Darurat Pencegahan dan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Provinsi Papua
2

dan hasil rapat antara Pemerintah Provinsi Papua dan Forum Koordinasi
Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA) Provinsi Papua pada hari Selasa,
tanggal 5 Mei 2020 bertempat di Gedung Negara Dok V Jayapura, maka
perlu diterbitkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengamanan
Dan Hukum Pembatasan Sosial Diperluas Dan Diperketat.

B. Dasar

1. UU No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular;


2. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM;
3. UU No. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus.
4. UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
5. UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI
6. UU No. 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana;
7. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
8. UU No. 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.
9. UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
10. UU No. 6 tahun 2018 tentang Karantina kesehatan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan
Sosial Bersekala Besar (PSBB).
12. Kepres No. 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19;
13. Kepres No. 11 tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat.
14. Kepres No. 12 tahun 2020 tentang Penetapan penyebaran Covid-19
sebagai bencana non alam nasional.
15. Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 tahun 2020 tentang Pembatasan
Sosial Bersekala Besar (PSBB).
16. Perkap No. 1 tahun 2009 tentang penggunaan kekuatan dalam
pelaksanaan tugas Polri;
17. Perkap No. 8 tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar
Hak Asasi Manusia dalam penyelenggaraan tugas Polri;
18. Perkap No. 1 tahun 2019 tentang Sistem Manajemen dan Standar
Keberhasilan Operasional Polri.
19. Rencana Operasi Aman Nusa II Matoa 2020.
20. Maklumat Kapolri Nomor : Mak/2/III/2020 tentang Kepatuhan
terhadap kebijakan pemerintah dalam penanganan penyebaran Virus
Corona (Covid-19).
21. Instruksi Gubernur Papua No. 1 tahun 2020 tentang pencegahan dan
penanggulangan infeksi Covid-19.
22. Surat Keputusan Gubernur Papua No. 188.4/121 tahun 2020 tentang
pembentukan Satgas Pencegahan dan Penanggulangan infeksi
Covid-19.
23. SE Gubernur Papua No. 440/3234/SET, tanggal 16 Maret 2020
tentang langkah-langkah kongkrit dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan infeksi Covid-19.
24. Surat Pernyataan No. 440/3235/SET, tanggal 17 Maret 2020 tentang
status Siaga Darurat pengendalian Covid-19.
3

25. Kesepakatan bersama No. 440/3612/SET, tanggal 24 Maret 20


tentang pencegahan dan penanggulangan Covid-19.
26. Surat Pernyataan Gubernur Papua No. 440/4168/ SET/2020, tanggal
9 April 2020 tentang Peningkatan status Siaga Darurat pengendalian
covid menjadi status Tanggap Darurat pencegahan dan
penanggulangan Covid-19.
27. Kesepakatan bersama Forkopimda tanggal 8 April 2020 di Gedung
Negara Dok V tentang pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan Covid-19.
28. Surat Edaran Gubernur Papua No. 440/4170/SET tentang
pencegahan, pengendalian dan penanggulangan Covid-19.
29. Surat Edaran Gubernur Papua No. 440/5168/SET tanggal 6 Mei 2020
tentang pencegahan, pengendalian dan penanggulangan Covid-19
perpanjangan masa tanggap darurat dari 7 Mei sampai dengan 4 Juni
2020.
30. Keputusan Gubernur Papua Nomor : 188.4 / 137 / Tahun 2020
tentang Perubahan atas Keputusan Gubernur Papua No. 188.4/121
tahun 2020 tentang pembentukan Satgas Pencegahan dan
Penanggulangan infeksi Covid-19 di Provinsi Papua.

C. Maksud dan Tujuan.

1. Maksud.

Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang


Pengamanan dan Hukum Pembatasan Sosial Diperluas dan
Diperketat ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan tindakan
penertiban di lapangan.

2. Tujuan.

Agar pelaksanaan penertiban selama masa pembatasan sosial


diperluas dan diperketat dapat berjalan dengan tertib dan kondusif.

D. Ruang Lingkup.

Ruang lingkup penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)


Pengamanan dan Hukum Pembatasan Sosial Diperluas dan Diperketat
dibatasi pada tindakan penertiban secara tegas, persuasif dan humanis.
4

II. PELAKSANAAN SOP PENGAMANAN DAN HUKUM PEMBATASAN


SOSIAL DIPERLUAS DAN DIPERKETAT

A. PENGERTIAN.

1. Tindakan Petugas Pengamanan dan Hukum adalah tindakan yang


dilakukan secara bertanggung jawab menurut hukum yang berlaku
untuk mencegah, menghambat, atau menghentikan tindakan
penduduk/orang yang bersifat aktif dan agresif.

2. Penggunaan Kekuatan adalah segala penggunaan/pengerahan daya,


potensi atau kemampuan petugas pengamanan dan hukum dalam
rangka melaksanakan tindakan pengamanan dan hukum.

3. Tindakan pasif adalah tindakan seseorang atau sekelompok orang


yang tidak mencoba menyerang, tetapi tindakan mereka mengganggu
atau dapat mengganggu ketertiban masyarakat atau keselamatan
masyarakat, dan tidak mengindahkan perintah Petugas Pengamanan
dan Hukum untuk menghentikan perilaku tersebut.

4. Tindakan aktif adalah tindakan seseorang atau sekelompok orang yang


melawan dan tidak mengindahkan himbauan Petugas Pengamanan
dan Hukum.

5. Tindakan agresif adalah tindakan seseorang atau sekelompok orang


untuk menyerang Petugas Pengamanan dan Hukum.

B. PRINSIP-PRINSIP PENGAMANAN DAN HUKUM PEMBATASAN


SOSIAL DIPERLUAS DAN DIPERKETAT

Dalam melaksanakan pengamanan dan hukum pembatasan sosial


diperluas dan diperketat menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Legalitas, yang berarti bahwa semua tindakan Petugas Pengamanan


dan Hukum harus sesuai dengan hukum yang berlaku;

2. Nesesitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan dapat dilakukan


bila memang diperlukan dan tidak dapat dihindarkan berdasarkan
situasi yang dihadapi;

3. Proporsionalitas, yang berarti bahwa penggunaan kekuatan harus


dilaksanakan secara seimbang antara ancaman yang dihadapi dan
tingkat kekuatan atau respon Petugas Pengamanan dan Hukum,
sehingga tidak menimbulkan kerugian/korban/penderitaan yang
berlebihan;
5

4. Kewajiban umum, yang berarti bahwa Petugas Pengamanan dan


Hukum diberi kewenangan untuk bertindak atau tidak bertindak
menurut penilaian sendiri, untuk menjaga, memelihara ketertiban dan
menjamin keselamatan umum;

5. Preventif, yang berarti bahwa tindakan kepolisian mengutamakan


pencegahan;

6. Masuk akal (reasonable), yang berarti bahwa tindakan kepolisian


diambil dengan mempertimbangkan secara logis situasi dan kondisi
dari ancaman atau perlawanan pelaku kejahatan terhadap petugas
atau bahayanya terhadap masyarakat.

7. Akuntabel, yang berarti bahwa dapat dipertanggung jawabkan secara


hukum kepada masyarakat

8. Keterpaduan yaitu secara sinergi, terpadu dan terkoordinasi sebagai


satu kesatuan yang utuh antar fungsi kepolisian dan atau unsur-unsur
diluar Polri yang terkait dengan berbagai kepentingan dan
kewenangannya.

C. TAHAPAN PENGAMANAN DAN HUKUM PEMBATASAN SOSIAL


DIPERLUAS DAN DIPERKETAT.

1. TAHAP PERSIAPAN.

a. Petugas yang akan melaksanakan tindakan penertiban wajib


dilengkapi dengan Surat Perintah Tugas dan mengecek kehadiran
petugas sesuai dengan Surat Perintah Tugas tersebut;

b. Sebelum melakukan penertiban, Komandan lapangan sudah


menetapkan sasaran dan target penertiban;

c. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk


mendukung pelaksanaan penertiban (kendaraan, pengeras suara,
dll);

d. Sebelum melakukan penertiban, Komandan lapangan wajib


memberikan APP / Briefing secara jelas tentang pembagian tugas,
cara bertindak, sasaran dan target, hasil capaian penertiban dan
penyampaian hal-hal yang tidak boleh dilakukan (kontra produktif);

e. Dalam pelaksanaan penertiban dilarang menggunakan senjata api.

f. Petugas yang akan melaksanakan tindakan penertiban wajib


menggunakan masker, jaga jarak (physical distancing).
6

2. TAHAP PELAKSANAAN.

a. Petugas pengamanan dan hukum yang melaksanakan penertiban


wajib menggunakan seragam atau rompi atau jaket sebagai simbol
identitas Petugas Pengamanan dan Hukum (termasuk anggota
Polri yang menggunakan pakaian preman);

b. Menggunakan kendaraan dinas atau kendaraan lain dengan simbol


identitas kendaraan Petugas Pengamanan dan Hukum;

c. Mengedepankan cara bertindak yang tegas namun persuasif dan


humanis;

d. Menggunakan pengeras suara / public address dalam setiap


pelaksanaan penertiban;

e. Dalam setiap pelaksanaan penertiban, petugas wajib


mendokumentasikan baik video maupun foto dengan maksud agar
ketika diperlukan tindakan penegakan hukum maka akan dapat
dijadikan sebagai alat bukti petunjuk;

f. Pada saat petugas melaksanakan penertiban harus diawali dengan


pemberitahuan secara lisan melalui pengeras suara.

g. Himbauan - himbauan melalui pengeras suara agar secara terus


menerus disampaikan agar menimbulkan kepatuhan sosial
masyarakat.

h. Ketika terdapat penduduk atau orang yang tidak mentaati


himbauan petugas maka ditindaklanjuti dengan langkah :

1) Tetap mengedepankan cara bertindak yang tegas namun


persuasif dan humanis.

2) Tetap memberikan himbauan dan pencerahan tentang maksud


dan tujuan dilaksanakannya penertiban masyarakat dalam
rangka mencegah dan memutus mata rantai penyebaran
Covid-19.

3) Apabila penduduk atau orang tersebut masih tidak mau


menuruti himbauan petugas maka Komandan lapangan
lapangan mengambil langkah tegas menyampaikan
berdasarkan Undang-Undang dan hukum yang berlaku.

4) Ketika masih ditemukan penduduk atau orang yang tidak


menuruti anjuran dan himbauan dari petugas serta cenderung
melakukan perlawanan kepada petugas maka petugas dapat
mengumpulkan alat bukti (berupa saksi dan dokumentasi)
untuk dilakukan proses penegakan hukum.
7

5) Apabila ditemukan kerumunan masyarakat (lebih dari 5 orang


sesuai Surat Edaran Gubernur Provinsi Papua Nomor : 440 /
4637/SET) khususnya di tempat umum dapat dilakukan
tindakan tegas berupa himbauan dengan pengeras suara dan
penyemprotan air dengan tetap memperhatikan keselamatan
serta mengedepankan kepatuhan, norma sosial di masyarakat.

i. Petugas dapat melakukan rekayasa lalu lintas melalui penyekatan


dan pengalihan arus lalu lintas.

j. Batas waktu pembatasan sosial sesuai Surat Edaran Gubernur


Provinsi Papua Nomor : 440/5168/SET adalah pukul 14.00 Wit,
maka setelah waktu tersebut Petugas akan melaksanakan
pemeriksaan terhadap pengguna jalan dengan menghentikan serta
menanyakan kepentingan dan tujuannya, bila tidak mendesak
Petugas dapat memerintahkan pengguna jalan untuk kembali.

k. Apabila ditemukan aktivitas perkantoran, pusat perdagangan dan


ekonomi yang masih beroperasi melebihi waktu yang ditentukan
(14.00 Wit) maka Petugas dapat memberikan himbauan,
peringatan berupa pemasangan stiker peringatan dan
merekomendasikan kepada instansi terkait untuk diberikan
tindakan administrasi secara tegas.

l. Tindakan pada huruf k, dikecualikan pada logistik bahan pokok,


bahan bakar, logistik kesehatan, apotik dan obat-obatan, tenaga
medis dan evakuasi pasien, sektor perbankan, pergantian crew
pesawat, emergency keamanan dan kegiatan kedinasan yang
penting dan mendesak.

m. Langkah penegakan hukum dapat ditempuh sebagai jalan terakhir


(bila diperlukan) setelah pelaksanaan penertiban selesai dengan
mengajukan Laporan Polisi kepada Penyidik Polri.

3. TAHAP PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN.

a. Para Komandan lapangan berkewajiban melakukan pengawasan


dan pengendalian agar pelaksanaan penertiban dapat berjalan
dengan tertib dan kondusif.

b. Bidang Pengawasan masing-masing instansi agar melakukan


pengawasan kepada anggota untuk mentaati kode etik dan disiplin
selama pelaksanaan tugas penertiban.
8

4. TAHAP PENGAKHIRAN.

a. Setelah melaksanakan tugas penertiban agar dilaksanakan apel


konsolidasi guna mengecek kelengkapan personil dan sarana
prasarana lainnya.

b. Melaksanakan analisa dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas


penertiban.

c. Komandan lapangan wajib membuat laporan hasil pelaksanaan


tugas penertiban kepada Pimpinan.

D. PENERAPAN HUKUM BAGI PENDUDUK ATAU ORANG YANG TIDAK


MEMATUHI PEMBATASAN SOSIAL DIPERLUAS DAN DIPERKETAT.

1. Sanksi bagi setiap orang yang tidak mematuhi Karantina Kesehatan:

Pasal 93, UU No. 6 tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan :

Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan


Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan /atau
menghalang-halangi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan
sehingga menyebabkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2 Kewajiban setiap orang terhadap karantina kesehatan Pasal 9 UU No.


6 tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan bahwa :

(1) Setiap Orang wajib mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan


Kesehatan.
(2) Setiap Orang berkewajiban ikut serta dalam penyelenggaraan
Kekarantinaan Kesehatan.

3. Pasal 212 KUHP berbunyi :

“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan melawan


seorang pejabat yang sedang menjalankan tugas yang sah, atau orang
yang menurut kewajiban undang-undang atau atas permintaan pejabat
memberi pertolongan kepadanya, diancam karena melawan pejabat,
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”.

4. Pasal 214 KUHP, jika hal tersebut dilakukan oleh dua orang atau lebih
maka ancaman pidananya maksimal tujuh tahun penjara.
9

5. Pasal 216 ayat (1) KUHP, berbunyi :

“Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan


yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya,
demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan
ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat
tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua
minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.”

6. Pasal 218 KUHP, berbunyi :

“Barang siapa pada waktu rakyat datang berkerumun dengan sengaja


tidak segera pergi setelah diperintah tiga kali oleh atau atas nama
penguasa yang berwenang, diancam karena ikut serta perkelompokan
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau
pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah”.

III. PENUTUP

Demikian Standar Operasional Prosedur (SOP) pengamanan dan hukum


pembatasan sosial diperluas dan diperketat dibuat sebagai pedoman
pelaksanaan tugas penertiban di lapangan.

Jayapura, Mei 2020

NAMA JABATAN TANDA TANGAN

ASISTEN SEKRETARIS DAERAH


PROVINSI PAPUA
BIDANG PEMERINTAHAN

KEPALA BIDANG HUKUM


POLDA PAPUA

KEPALA BADAN KESATUAN


BANGSA DAN POLITIK PROVINSI
PAPUA
10

NAMA JABATAN TANDA TANGAN

KEPALA BIRO HUKUM


SEKRETARIAT DAERAH
PROVINSI PAPUA

ASISTEN OPERASIONAL
KODAM XVII /
CENDERAWASIH

Anda mungkin juga menyukai