KELOMPOK 1
KELOMPOK 1
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang memebrikan
layanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat. Seringkali mengalami permasalahan yang
menyangkut tentang ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit
yang dianggap kurang memadai atau memuaskan. Dalam rangka menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan, maka salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian
adalah kualitas pelayanan keperawatan (Hidayah, 2014).
Dalam mendukung pelayanan yang optimal, maka diperlukan sumber daya manusia
(SDM) yang baik. Sumber daya manusia merupakan pilar utama sekaligus penggerak
roda organisasi khususnya organisasi rumah sakit dalam upaya mewujudkan visi, misi,
dan tujuan rumah sakit. Rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan berupa pelayanan
medik, pelayanan penunjang, dan pelayanan keperawatan, baik pelayanan rawat inap dan
pelayanan rawat jalan wajib dilaksanakan sesuai standar minimal dalam
menyelenggarakan pelayanan manajemen rumah sakit (Mugianti, 2016). Suatu pelayanan
keperawatan sangat mungkin bermutu tinggi dengan adanya peran staf keperawatan yang
merupakan pemberi asuhan keperawatan secara langsung. Keterlibatan staf dalam
program peningkatan dan pengendalian mutu merupakan syarat standar akreditasi rumah
sakit yang mutlak harus dipenuhi (JCI, 2017; dalam Nurdiana, Rr. Tutik S.H, & Siti
Anisah, 2018).
Mutu pelayanan rumah sakit yang berkualitas selalu menjadi harapan bagi setiap
pengguna jasa pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan di rumah sakit tentunya harus
didukung melalui tiga aspek, yakni a. Struktur / input yaitu segala sumber daya yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan (SDM, fisik, finansial). b. Proses yaitu segala
interaksi profesional antara pemberi layanan dengan penerima jasa. c. Output adalah hasil
dari pelayanan kesehatan yang akhirnya menghasilkan outcome berupa kepuasan pasien
(Kanang, Syahrul, & Abdul, 2020).
Untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada pasien, rumah sakit dituntut memiliki
kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan efektif ini ditentukan oleh sinergi yang
positif antara pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit, para pimpinan di rumah sakit,
kepala unit kerja dan unit pelayanan. Direktur rumah sakit secara kolaboratif
mengoperasionalkan rumah sakit bersama dengan para pimpinan, kepala unit kerja, dan
unit pelayanan untuk mencapai visi misi yang ditetapkan serta memiliki tanggung jawab
dalam pengelolaan manajemen peningkatan mutu dan keselamatan pasien, menejemen
kontrak, serta manajemen sumber daya (KARS, 2017).
Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R. Said Sukanto (RS. Polri) merupakan rumah sakit tipe
A dengan status kepemilikan dibawah kepolisian RI dan status pengelolaannya masuk ke
dalam Badan Layanan Umum (BLU) sesuai keputusan Menkeu RI Nomor: 399/KMK-
05/2010 tanggal 27 September 2010 dan merupakan rumah sakit pendidikan berdasarkan
SK Kemkes RI Nomor: HK.03.01/IV/SK/591/2010 pada tanggal 21 Mei 2010. Pada
tahun 2016 RS. Polri telah lulus akreditasi PARIPURNA tanggal 26 September 2016
dengan Sertifikasi Akreditasi No: KARS-SERT/388/IX/2016.
Falsafah dari rumah sakit yaitu dengan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME,
berdasarkan Pancasila kita tingkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. RS. Polri
berorientasi pada kepuasan pelanggan dan berupaya menjadikan rumah sakit sebagai
institusi pemerintah yang ditangani secara efektif dan efisien. Dengan demikian rumah
sakit akan mampu memberikan pelayanan yang bermutu tetapi tetap terjangkau serta
tidak meninggalkan peran sosialnya.
Pelayanan rawat jalan di RS. Polri ada 28 jenis pelayanan poliklinik terdiri dari 23 jenis
spesialis dan 5 jenis sub-spesialis. Unit rawat jalan RS. Polri menggunakan MAKP
dengan Metode Tim dan dipimpin oleh 1 orang kepala ruangan yang membawahi seluruh
poliklinik. Masing-masing poliklinik dipimpin oleh 1 orang ketua tim dan dibantu oleh 3
– 4 orang perawat pelaksana. Poliklinik beroperasi mulai dari hari Senin s/d Jum’at dan
hanya terdiri dari satu shift. Waktu operasional mulai dari pukul 07.00 s/d 15.00 WIB.
Jumlah kunjungan pasien poliklinik pada tahun 2019 sebanyak 402.477 pasien. Pada
tahun 2020 jumlah kunjungan dari bulan Januari – Juni sebanyak 148.254 pasien. Pada
siatuasi pandemi COVID-19 saat ini layanan unggulan di rawat jalan RS. Polri yaitu poli
paru dikarenakan rumah sakit termasuk ke dalam RS rujukan COVID-19 untuk umum
dan seluruh kesatuan polri di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam makalah penulisan ini akan dibahas
mengenai penerapan MAKP metode tim di unit rawat jalan RS. Polri apakah sudah sesuai
penerapan di lapangan dan temuan-temuan yang dapat diangkat untuk bahan evaluasi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan analisis manajemen keperawatan dan Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) yang digunakan di unit Rawat Jalan Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis situasi ruangan unit rawat jalan rumah sakit.
b. Menganalisis MAKP yang digunakan di unit rawat jalan rumah sakit.
c. Melihat permasalahan yang ditemukan di unit rawat jalan rumah sakit.
d. Mendiskusikan cara penyelesaian masalah (inovasi) yang dikembangkan oleh
kelompok untuk mengatasi masalah.
C. MANFAAT PENULISAN
1. Mahasiswa
Makalah penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi kepustakaan bagi
mahasiswa kesehatan, khususnya keperawatan dalam hal mengembangkan manajemen
pelayanan kesehatan di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit.
2. Institusi Pendidikan
Memberikan informasi tentang bagaimana bentuk penggunaan model asuhan keperawatan
profesional yang lebih efektif pada rumah sakit sehingga bisa menambah ilmu
pengetahuan keperawatan khususnya pada mata kuliah manajemen keperawatan.
Sehingga dalam pembelajaran bisa dijadikan bahan referensi oleh pihak institusi
pendidikan.
3. Rumah Sakit
Memberikan gambaran tentang model asuhan keperawatan profesional yang dapat
digunakan di rumah sakit serta sebagai bahan evaluasi bagi penyedia pelayanan kesehatan
(rumah sakit) guna meningkatkan pendokumentasian asuhan keperawatan secara optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
1. Pilar I: Pendekatan Keperawatan Manajemen
a. Perencanaan
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan dalam dan oleh suatu
organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan
perencanaan dalam praktik keperawatan profesional merupakan upaya untuk
meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan
bukan saja dapat dipertahankan tetapi juga dapat terus meningkat sampai tercapai derajat
tertinggi bagi penerima jasa pelayanan itu sendiri (Krisnawati, 2017).
Jenis perencanaan dalam model praktik keperawatan profesional terdiri dari perencanaan
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka pendek. Rencana jangka panjang adalah
perencanaan strategis yang disusun untuk 5 hingga 10 tahun kedepan. Rencana jangka
menengah disusun untuk kurun waktu 1 hingga 5 tahun kedepan sedangkan rencana
jangka pendek disusun untuk kurun waktu 1 jam hingga 1 tahun. Kegiatan perencanaan
yang dilakukan dalam ruangan MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan
kebijakan. Selain itu, untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah rencana jangka
pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan dan tahunan (Krisnawati, 2017).
Rencana jangka pendek yang diterapkan dalam ruangan MPKP meliputi rencana harian,
bulanan dan tahunan. Rencana harian adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat
(kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana) sesuai dengan perannya dan dibuat
untuk setiap jadwal dinas. Isi dari kegiatan tersebut disesuaikan dengan peran dan fungsi
perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan jaga dilakukan dan dilengkapi lagi saat
dilakukan operan dan preconference (Krisnawati, 2017).
Rencana harian kepala ruangan meliputi asuhan keperawatan, supervisi ketua tim dan
perawat pelaksana serta melakukan supervisi terhadap tenaga selain perawat dan
melakukan kerjasama dengan unit lain yang terkait. Sedangkan rencana harian ketua tim
meliputi penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien oleh tim yang menjadi tanggung
jawabnya, melakukan supervisi perawat pelaksana, berkolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lain serta alokasi pasien sesuai dengan perawat yang berdinas. Rencana harian
perawat pelaksana berisi tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada
jadwal dinasnya (Krisnawati, 2017).
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruangan dan
ketua tim. Rencana bulanan yang dibuat oleh kepala ruangan adalah melakukan evaluasi
hasil keempat pilar MPKP pada akhir bulan dan berdasarkan evaluasi tersebut kepala
ruangan akan membuat rencana tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas hasil. Kegiatan
yang mencakup rencana bulanan kepala ruangan adalah membuat jadwal dan memimpin
case conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan untuk kelompok
keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal petugas untuk terapi aktivitas
kelompok (TAK), membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan, membuat jadwal
supervisi dan penilaian kinerja ketua tim serta perawat pelaksana, melakukan audit
dokumentasi dan membuat laporan bulanan. Sedangkan rencana bulanan yang dilakukan
ketua tim adalah melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh
timnya. Kegiatan rencana bulanan ketua tim meliputi mempresentasikan kasus dalam case
conference, memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga serta melakukan
supervisi perawat pelaksana (Krisnawati, 2017).
Rencana tahunan hanya dilakukan oleh kepala ruangan yaitu dengan melakukan evaluasi
kegiatan di dalam ruangan MPKP selama satu tahun dan menjadikannya acuan rencana
tindak lanjut dan penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
yang dilakukan oleh kepala ruangan MPKP adalah membuat laporan tahunan yang berisi
tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan empat pilar MPKP serta evaluasi mutu
pelayanan, melaksanakan rotasi tim, melakukan pembinaan terkait dengan materi MPKP
khusus kegiatan yang memiliki pencapaian rendah dan hal ini bertujuan untuk
mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkan dimasa
mendatang. Hal lain yang dilakukan adalah kepala ruangan melakukan pengembangan
sumber daya manusia dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat,
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan membuat jadwal perawat untuk
mengikuti pelatihan. Perencanaan jangka panjang juga membahas ketenagaan yang
dibutuhkan di ruang MPKP. Perencanaan yang baik mempertimbangkan klasifikasi
pasien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan,
jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan.
Untuk itu diperlukan kontribusi dari manajer keperawatan dalam menganalisis dan
merencanakan.Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sudah menetapkan standar
praktik keperawatan yang dikembangkan berdasarkan standar praktik yang dikeluarkan
oleh American Nursing Association/ANA (PPNI, 2009). Standar praktik keperawatan
yang ditetapkan yaitu :
Standar I, perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien; Standar II, perawat
menetapkan diagnosa keperawatan; Standar III, perawat mengembangkan rencana asuhan
keperawatan; Standar IV, berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan
perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan dalam rencana askep;
Standar V, perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil akhir yang
sudah ditetapkan.
b. Pengorganisasian
Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana perawat
professional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam. Menurut Nursalam (2015), metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan, implementasi, dan evaluasi askep dari sejak pasien masuk rumah
sakit hingga pasien dinyatakan pulang ini merupakan tugas utama perawat primer yang
dibantu oleh perawat asosiet. Perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse).
Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, nama perawat yang bertugas dan nama
perawat yang bertanggung jawab dalam jadwal dinas tersebut. Daftar dinas disusun
berdasarkan tim dan dibuat untuk kurun waktu 1 minggu. Hal ini mempermudah perawat
untuk mempersiapkan dan mengetahui tugas yang akan dilakukannya. Setiap tim
memiliki anggota yang berdinas pagi, sore dan malam serta yang lepas dinas atau libur.
Daftar pasien berisi informasi tentang nama pasien, nama dokter yang merawatnya, nama
perawat ketua tim, nama perawat pelaksana yang bertanggung jawab terhadap pasien
yang bersangkutan serta alokasi perawat saat menjalankan dinas pada setiap jadwal jaga.
Daftar pasien adalah daftar nama sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap tim
selama 24 jam. Setiap pasien dalam ruangan MPKP memiliki perawat pada setiap jadwal
dinas yang bertanggung jawab terhadap pasien tersebut selama dirawat, sehingga
terwujud perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberikan informasi
kepada kolega kesehatan lain dan keluarga agar dapat berkolaborasi tentang
perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien diruangan diisi oleh ketua tim yang
bersangkutan sebelum operan dinas pagi ke dinas sore. Alokasi pasien terhadap perawat
yang berdinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua tim berdasarkan jadwal dinas
(Krisnawati, 2017).
c. Pengarahan
Pengarahan atau directing dalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan dalam bentuk
tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada
beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengarahan dalam ruangan MPKP yaitu
menciptakan budaya motivasi, melakukan komunikasi efektif pada operan antar jadwal
dinas, preconference dan postconference, manajemen konflik, supervisi serta
pendelegasian (Krisnawati, 2017).
Di dalam ruangan MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan beberapa cara,
diantaranya adalah: 1. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif
dengan memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah membudayakan dalam tim
untuk membudayakan pemberian pujian yang tulus antar karyawan. 2. Melakukan doa
bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan setiap pergantian dinas. Hal ini
bertujuan agar timbul kesadaran diri dan dorongan spiritual. 3. Membantu
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap personil dengan cara kepala ruangan
mampu untuk berkomunikasi intensif dengan semua staf baik ketua tim maupun perawat
pelaksana untuk mempererat hubungan. 4. Melakukan pengembangan jenjang karier dan
kompetensi para staf. 5. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang
telah dilakukan staf (Krisnawati, 2017).
Seperti dalam semua organisasi, maka komunikasi juga berperan penting dalam
penerapan MPKP di dalam ruangan perawatan. Komunikasi yang tidak akan akan
membawa dampak yang tidak baik pula untuk kelangsungan organisasi dalam mencapai
tujuan. Komunikasi adalah tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang
terjadi antar dua manusia atau lebih yang bekerja sama. Terdapat beberapa bentuk
komunikasi di dalam ruangan MPKP yaitu operan, preconference dan postconference.
1) Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan
atau belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga berkesinambungan dan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh ketua tim keperawatan kepada ketua tim (penanggung
jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Krisnawati, 2017).
2) Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah suatu cara atau standar untuk berkomunikasi yang bertujuan
untuk meningkatkan keselamatan pasien karena membantu individu berkomunikasi satu
sama lain untuk mencapai satu tujuan atau harapan (OHIO’s Medicare, 2009).
Komunikasi SBAR adalah suatu strategi komunikasi yang dipakai oleh tim pelayanan
kesehatan dalam melaporkan maupun menyampaikan keadaan pasien kepada teman
sejawat agar pesan yang diberikan dapat diterima dengan baik (Yasminah, 2000; dalam
Krisnawati, 2017). Komunikasi SBAR dilakukan pada saat timbang terima (handover),
pindah ruang rawat maupun melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain
seperti tim gizi, radiologi, laboratorium dan lain sebagainya.
3) Supervisi
4) Preconference
Preconfrence adalah komunikasi yang dilakukan antara ketua tim dan perawat pelaksana
yang dilakukan setelah perawat-perawat dalam ruangan MPKP melakukan operan.
Preconference membahas tentang rencana kegiatan perawat dalam jadwaldinas tersebut
termasuk didalamnya adalah rencana masing-masing perawat (rencana harian) dan
rencana tambahan dari ketua tim (Krisnawati, 2017).
5) Postconference
Postcoference adalah komunikasi antara ketua tim dan perawat pelaksana yang membahas
hasil-hasil kegiatan sepanjang jadwal dinas dan dilakukan sebelum dilakukannya operan
kepada jadwal dinas berikutnya. Dalam postconference dibicarakan juga hasil dari asuhan
keperawatan dari masing-masing perawat pelaksana dan hal-hal penting apa yang akan
disampaikan pada saat operan sebagai tindak lanjut asuhan keperawatan (Krisnawati,
2017).
6) Manajemen Konflik
Dalam sebuah organisasi, konflik sangat mungkin terjadi antar individu yang bekerja di
suatu tempat yang sama. Konflik ini terjadi karena sekumpulan orang memiliki latar
belakang, sifat, karakter dan cara pandang yang berbeda. Ruangan MPKP pun tidak
terbebas dari konflik karena alasan-alasan tersebut. Penangananan konflik dapat berupa
melakukan kompetisi atau bersaing, berkolaborasi, menghindar, akomodasi atau
berkompromi. Tetapi penyelesaian konflik yang dianjurkan adalah dengan melakukan
kolaborasi, karena cara ini dapat untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang
mengalami konflik. Pihak yang sedang mengalami konflik didorong untuk menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari atau menemukan persamaan
kepentingan sehingga tidak ada salah satu pihakpun yang merasa dirugikan (Julianti, _).
7) Pendelegasian
d. Pengendalian
Pengendalian adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih
menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya. Fayol (1998) mendefinisikan pengendalian sebagai
pemeriksaan mengenai apakah segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang
telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip yang telah ditentukan yang
bertujuan menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi
lagi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi penetapan standar
dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan
apakah prestasi kerja sesuai dengan standar serta mengambil tindakan korektif.
Pengendalian atau controlling meliputi pengendalian dalam indikator mutu umum,
kondisi pasien dan kondisi sumber daya manusia (SDM). Dalam indikator mutu umum
maka harus diperhatikan angka untuk Bed Occupancy Ratio (BOR), Average Lenght of
Stay (ALOS), turn over interval (TOI) dan angka terjadinya infeksi nosocomial
(Krisnawati, 2017).
Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentase pemakaian tempat tidur pada waktu
tertentu yang didefinisikan sebagai jumlah tempat tidur yang terpakai untuk perawatan
pasien di dalam ruangan terhadap jumlah tempat tidur yang tersedia. Standar nilai BOR
menurut Barber Johnson adalah 75%-85% (Standar Internasional), sedangkan standar
nilai Depkes RI adalah 60%-85%. Adapun perhitungan BOR adalah sebagai berikut.
2) Mutu Pelayanan
Keperawatan Penerapan upaya penjamin mutu keperawatan pasien dapat dilihat dari
beberapa aspek penilaian penting yang terdapat didalamnya. Indicator peningkatan mutu
pelayanan dapat dilihat terpenuhinya enam sasaran patient safety yaitu: a. Ketepatan
identifikasi pasien. b. Peningkatan komunikasi yang efektif. c. Peningkatan keamanan
obat yang perlu diwaspadai (high alert). d. Kepastian tempat lokasi dan tempat prosedur.
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. f. Pengurangan risiko pasien
jatuh.
Proses ini meliputi rekrutmen, seleksi, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan
staf. Dalam proses rekrutmen hal yang harus diperhatikan adalah menyepakati level
MPKP yang akan didirikan dan prioritas ruangannya. Dalam hal penyeleksian maka
dilakukan telaah dokumentasi, tes tertulis untuk semua pilar MPKP, tes wawancara
kepada perawat dan dilakukan presentasi visi, misi, dan kegiatan oleh calon kepala
ruangan.
Dalam menentukan perawat di ruang MPKP, perlu diketahui kategori ruang MPKP yang
akan dikembangkan. Ruang MPKP dikategorikan menjadi 3 tingkat, yaitu: tingkat
Profesional I, II, III, Pemula, dan Transisi. Sebelum menetapkan proses perekrutan,
jumlah perawat yang dibutuhkan harus ditetapkan. Jenis tenaga perawat terdiri dari
Kepala Ruangan (Karu), perawat primer sebagai ketua tim, dan perawat pelaksana
(Krisnawati, 2017).
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruang MPKP dituntut untuk mengikuti proses
seleksi. Berikut ini adalah proses seleksi: 1. Proses seleksi dimulai dari peninjauan
dokumen untuk menetapkan perawat yang memenuhi syarat menjadi Kepala Ruangan
maupun Perawat Primer/Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. 2. Semua perawat yang
memenuhi kriteria, dipanggil untuk tes tulis. Hasil tes tulis menetapkan perawat
pelaksana yang memenuhi kriteria dan calon ketua tim dan kepala ruangan. 3. Perawat
yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara. 4. Tahap selanjutnya adalah presentasi yang
diikuti oleh perawat yang memenuhi kriteria Karu dan Katim untuk memilih kepala
ruangan dan ketua tim (Krisnawati, 2017).
Tes tulis dilakukan oleh orang yang independen. Materi yang diujikan adalah
pengetahuan perawat terkait konsep MPKP, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan perawat tentang konsep MPKP. Wawancara dilakukan oleh Tim
Rumah Sakit yang terdiri dari: bagian administrasi dan bidang keperawatan dengan
menggunakan pedoman wawancara. Tujuan wawancara calon Karu dan Katim adalah
mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka terhadap konsep manajemen, asuhan
keperawatan, kemampuan menyelesaikan konflik, motivasi, dan disiplin. Wawancara
dengan calon Perawat Pelaksana bertujuan mengetahui pengetahuannya terhadap
pengelolaan asuhan keperawatan, motivasi dan disiplin (Krisnawati, 2017).
Presentasi berisi visi, misi dan program kerja serta sesuai standar MPKP yang akan
dijalankan jika terpilih jadi Karu. Kemudian semua nilai direkapitulasi dan hasilnya
dikonsulkan kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk menetapkan Kepala Ruangan. Jika
nama dan jumlah perawat telah ditetapkan sesuai dengan hasil tes, Pimpinan Rumah Sakit
membuat Surat Keputusan (SK) penempatan Perawat yang bekerja di ruang MPKP.
Sebelum perawat bekerja di ruang MPKP, mereka diminta untuk membuat pernyataan
akan kesediaannya bekerja dan mengembangkan ruang MPKP serta menandatanganinya.
Perawat diberi kejelasan tentang lingkup kerja dan pengembangan karier.
a. Ronde Keperawatan
Penetapan Pasien
Tahap Pelaksanaan
di Nurse Station Persiapan Pasien:
- Informend consent
- Hasil pengkajian validasi data
Tahap Pelaksanaan
- Apa diagnosis
Penyajian Masalah
keperawatan?
- Apa data yang
mendukung?
- Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan?
- Apa hambatan yang
dilakukan?
Pasca Ronde
Validasi Data
Di kamar pasien
a. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata, dan tercatat bukan
hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Olfah & Abdul, 2016).
Sentralisasi obat adalah pengolahan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2014). Dalam teknik
pengelolaan obat akan dilakukan sepenuhnya oleh perawat dengan acuan sebagai berikut:
1. Penanggung jawab pengelola obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat
mendelegasikan kepada staf yang ditunjukkan. 2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut
serta mengontrol penggunaan obat serta menandatangani surat persetujuan sentralisasi
obat. 3. Penerimaan obat. 4. Pembagian obat dan penyimpangan persediaan obat. 5.
Penambahan obat baru (Krisnawati, 2017).
Farmasi/apotek
Pasien/keluarga
- Surat persetujuan
sentralisasi obat dari
PN/ perawat yang menerima perawat
- Lembar serah
terima obat
- Buku serah
Pengaturan dan pengelolaan
terima/masuk obat
oleh perawat
Pasien/keluarga
c. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses dimana pasien mulai mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien
merasa siap untuk kembali ke lingkungannya. Discharge planning menunjukkan beberapa
proses formal yang melibatkan tim atau memiliki tanggung jawab untuk mengatur
perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya (RCP, 2001 dalam Krisnawati,
2017).
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan dan mampu
dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Berdasarkan Clinical Practice
Guidline (1990), standar merupakan keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan
sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal. Tujuan standar
keperawatan menurut Gillies (1989) dalam Krisnawati (2017) adalah untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, dan melindungi
perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan
yang tidak terapeutik. Standar Pelayanan Keperawatan merupakan standar dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan penyakit pasien. Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) berdasarkan kelompok penyakit: SAK bedah, SAK interna,
SAK Anak, SAK kegawatan dan lain-lain. Masing-masing kelompok SAK akan
dijabarkan sesuai dengan jenis kasus yang ada di suatu ruangan. Standar administrasi
merupakan standar yang berisikan kebijakan-kebijakan dari suatu rumah sakit.
Manajemen adalah diartikan sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain. Manajemen keperawatan berarti proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa
aman kepada pasien/keluarga/masyarakat. Agar manajemen yang dilakukan mengarah
pada kegiatan keperawatan secara efisien dan efektif, manajemen perlu dilaksanakan
berdasarkan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
pengimplementasian,serta pengendalian, dan pengawasan (Simamora, 2013). Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah sebuah sistem yang meliputi struktur,
proses, dan nilai professional yang memungkinkan perawat professional mengatur
pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan
keperawatan sebagai suatu model sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam praktik
keperawatan professional di Rumah Sakit.
Tujuan pengembangan MAKP yaitu untuk meningkatkan mutu askep melalui penataan
system pemberian asuhan keperawatan, memberikan kesempatan kepada perawat untuk
belajar melaksanakan MAKP dan menyediakan kesempatan kepada perawat untuk
mengembangkan penelitian keperawatan. Dan dasar pertimbangan pemilihan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) menurut Mc. Laughin, Thomas dean Barterm
(1995) dalam Krisnawati (2017) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan
keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim
dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress,
maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan yaitu: a. Sesuai dengan visi misi institusi. b. Dapat
diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. c. Efisien dan efektif
penggunaan biaya. d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat. e.
Kepuasan kinerja perawat. f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan
tim kesehatan lainnya.
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana perawat
profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam/hari. Metode ini dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung
jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan
keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang dibantuolehperawatasosiet. Keperawatan
primer iniakan menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian dan
menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primer,
danperawatassosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan keperawatan dalam tindakan
keperawatan. Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi tertentu
karena perawat primer harus tenaga perawat profesional (Register Nurse) yang mengasuh
pasien mulai pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan
implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan implementasiperawat primer dibantu oleh
perawat assosiete. Jadi peran perawat associate adalah membantu saat pelaksanaan
tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam (Krisnawati,
2017).
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
profesionaldan non profesional (perawattrampil) untuk sekelompok klien dari mulai
masuk rumah sakit sampai pulang, disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk
metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, trampil dan memiliki kemampuan
memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien (Krisnawati, 2017).
C. ANALISA SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi sebagi faktor untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan
peluang (opportunity), namun secara kebersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats). Keputusan strategis perusahaan perlu pertimbangan
faktor internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal yang
mencakup peluang dan ancaman. Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan-
pertimbangan penting untuk analisis SWOT. Dalam mengidentifikasi sebagai masalah
yang timbul dalam perusahaan, maka sangat diperlukan penelitian yang sangat cermat
sehingga mampu menentukan strategi yang sangat cepat dan tepat dalam mengatasi
masalah yang timbul dalam perusahaan. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan
dalam mengambil keputusan antara lain (RSUD Dr. H. Soewondo, __):
1. Strength (Kekuatan)
Kekuatan yang dimaksud adalah suatu keunggulan dalam sumber daya, ketrampilan dan
kemampuan lainnya yang relative terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani
oleh perusahaan. Misalnya dalam hal teknologi yang dimiliki dan fasilitas yang dimiliki.
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan yang dimaksud juga bisa berupa sumber daya,ketrampilan dan kemampuan
yang secara serius menghalangi kinerja efektifsuatu perusahaan. Contohnya, tingkat
ketrampilan karyawan dan kecilnya biaya promosi.
3. Opportunity (Peluang)
4. Threats (Ancaman)
Ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu
perusahaan. Sebagai contoh yaitu pesatnya persaingan penyedia jasa layanan kesehatan.
Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam suatu perusahaan, sedang peluang dan
ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi perusahaan yang
bersangkutan. Jika dapat dikatakan bahwa analisis SWOT merupakan instrumen yang
ampuh dalam merupakan analisis strategi, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan
para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan
pemanfaatan peluang sebagai peluang sehingga berpern sebagai alat untuk
meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh perusahaan dan menekan dampak
ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Matrik SWOT dapat menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik SWOT sebagai
alat pencocokan yang mengembangkan empat tipe strategi yaitu SO, WO, ST dan WT.
Perencanaan usaha yang baik dengan metode SWOT dirangkum dalam matrik SWOT
yang dikembangkan oleh Kesrns sebagai berikut (Krisnawati, 2017):
Setelah melihat dari tabel tersebut, maka terdapat empatalternatif bagi perusahaan untuk
melakukan strategi pemasaran produknya. Alternatif-alternatif strategi pemasaran
tersebut antara lain:
1. Strategi SO
2. Strategi WO
3. Strategi ST
Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
ancaman jika keadaan memungkinkan atau meminimumkan ancaman eksternal yang
dihadapi. Ancaman eksternal ini tidak selalu harus dihadapi sendiri oleh perusahaan
tersebut, bergantung pada masalah ancaman yang dihadapi, seperti halnya faktor
perekonomian, peraturan pemerintah, gejala alam, dan lain sebagainya.
4. Strategi WT
Posisi ini sangat menyulitkan perusahaan , akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi
perusahaan untuk mengatasi posisi yang menyulitkan ini. Perusahaan harus memperkecil
kelemahan atau jika memungkinkan perusahaan akan menghilangkan kelemahan internal
serta menghindari ancaman eksternal yang ada guna pencapaian tujuan perusahaan.
a. Jika faktor kekuatan dan peluang lebih dominan atau lebih besar dari kelemahan dan
ancaman maka Rumah Sakit sudah mampu bersaing dengan pesaing-pesaing yang
ada.
b. Jika faktor kekuatan dan peluang lebih kecil bila dibandingkan dengan faktor
kelemahan dan ancaman maka Rumah Sakit harus melakukan konsolidasi kedalam
untuk memperkuat dirinya sebelum bersaing dengan yang lain.
BAB III
ANALISA SITUASI
Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R. Said Sukanto (RS. Polri) merupakan rumah sakit tipe
A dengan status kepemilikan dibawah kepolisian RI dan status pengelolaannya masuk ke
dalam Badan Layanan Umum (BLU) sesuai keputusan Menkeu RI Nomor: 399/KMK-
05/2010 tanggal 27 September 2010. Akreditasi RS. Polri sudah tercatat dalam KARS
Kemkes dengan status akreditasi penuh tingkat lengkap untuk 16 bidang pelayanan pada
tahun 2010 dengan nomor Sertifikasi Akreditasi No. YM.01.10/III/7956/10 dan
merupakan rumah sakit pendidikan berdasarkan SK Kemkes RI Nomor:
HK.03.01/IV/SK/591/2010 pada tanggal 21 Mei 2010. Pada tahun 2016 RS. Polri telah
lulus akreditasi PARIPURNA tanggal 26 September 2016 dengan Sertifikasi Akreditasi
No: KARS-SERT/388/IX/2016.
Secara geografis RS. Polri beralamat di Jl. Raya Bogor, Kramat Jati Jakarta Timur 13510,
luas tanah 4,2ha dan luas bangunan 27.063m2 yang terdiri dari gedung rawat inap, gedung
rawat jalan, dan gedung promoter (gedung rawat inap kepresidenan) dengan jumlah
tempat tidur 1118 TT. Di sekitar rumah sakit terdapat beberapa fasilitas umum antara lain
asrama polisi, depkes dan pasar induk kramat jati, tempat perbelanjaan, tempat makan
dan resto. Populasi penduduk di lingkungan rumah sakit adalah 28.129 jiwa dengan laju
pertumbuhan (fertility rate) 1,5%. Batas wilayah rumah sakit bagian utara: Jalan RS Polri,
barat: Komplek perumahan Depkes, timur: jalan tol Cawang – Bogor, dan selatan:
pemukiman penduduk.
Dengan pengelolaan keuangan BLU RS. Polri berusaha meningkatkan pelayanan dengan
menyelenggarakan kegiatan seperti: 1. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
bentuk promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 2. Pengembangan pelayanan dengan
melengkapi fasilitas rumah sakit. 3. Pelayanan kesehatan lainnya. 4. Pendidikan,
penelitian, dan usaha lain dalam bidang kesehatan.
Visi dari RS.Polri yaitu menjadi rumah sakit unggulan bidang pelayanan kesehatan dan
kedokteran kepolisian tingkat nasional.Dan misi dari rumah sakit yaitu a. Memberikan
pelayanan kesehatan secara prima dan paripurna yang terstandarisasi. b. Memberikan
dukungan kedokteran kepolisian sesuai kebutuhan operasional polri secara optimal dan
paripurna. c. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan yang
terpandang. d. Melaksanakan keselamatan pasien yang terstandarisasi. e. Menyiapkan
sarana dan prasarana serta alat-alat kesehatan yang terkini. f. Memiliki SDM yang
profesional, etis, kompetitif, unggul dan bermoral. Falsafah dari rumah sakit yaitu dengan
Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME, berdasarkan Pancasila kita tingkatkan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia.Nilai-nilai yang dianut yaitu penolong, pelayan, peduli,
dan paripurna.Motto rumah sakit “Kesembuhan Pasien Harapan Kami”.
Pelayanan rawat jalan di RS.Polri ada 30 jenis pelayanan poliklinik terdiri dari 23 jenis
spesialis dan 5 jenis sub-spesialis.Jumlah tenaga dokter spesialis ada 61 dokter, dan sub-
spesialis ada 6 dokter. Jumlah tenaga kesehatan lainnya yang bertugas di poliklinik ada 81
perawat dengan latar belakang pendidikan Ners sebanyak 10 orang dan D3 keperawatan
sebanyak 69 orang, SPK 2 orang, D3 Kebidanan sebanyak 9 orang, D3 Gizi 1 orang, dan
D3 ARO 3 orang.
Unit rawat jalan RS.Polri menggunakan MAKP dengan Metode Tim dan dipimpin oleh 1
orang kepala ruangan yang membawahi seluruh poliklinik. Masing-masing poliklinik
dipimpin oleh 1 orang ketua tim dan dibantu oleh 3 – 4 orang perawat pelaksana.
Poliklinik beroperasi mulai dari hari Senin s/d Jum’at dan hanya terdiri dari satu
shift.Waktu operasional mulai dari pukul 07.00 s/d 15.00 WIB.Kepala ruangan
didampingi oleh wakil kepala ruangan I dan wakil kepala ruangan II mempunyai tugas
masing-masing yang berbeda (terlampir), dan tugas perawat pelaksana menjalankan tugas
sesuai fungsinya (terlampir).Katim mempunyai uraian tugas sendiri / individu (terlampir).
Poliklinik spesialis terdiri poli urologi, poli mata, poli kulit dan kelamin, poli THT, poli
paru, poli gigi dan mulut, poli anak, poli psikologi, poli jiwa, poli anestesi, poli penyakit
dalam, poli saraf, poli endokrin, poli obgyn, poli jantung, poli gigi, poli bedah: poli bedah
umum, poli bedah saraf, poli bedah onkologi, poli bedah anak, poli bedah plastik, poli
bedah orthopedi. Poliklinik sub-spesialis terdiri dari poli sub-spesialis ginekologi
onkologi, poli sub-spesialis bedah thorax, poli sub-spesialis bedah digestif, poli sub-
spesialis bedah vaskuler, poli sub-spesialis spain. Jumlah kunjungan pasien poliklinik
pada tahun 2019 sebanyak 402.477 pasien.Pada tahun 2020 jumlah kunjungan dari bulan
Januari – Juni sebanyak 148.254 pasien.
Data sertifikasi perawat yang di dapat dari 5 layanan poliklinik yaitu perawat poli paru
berjunmlah 5 orang dan 3 diantaranya sudah mengikuti pelatihan DOTS
tersertifikasi.Perawat poli anak berjumlah 5 orang dan 1 diantaranya sudah mengikuti
pelatihan imunisasi tersertifikasi.Perawat poli bedah berjumlah 12 orang dan 1
diantaranya sudah mengikuti pelatihan bedah tersertifikasi.Perawat poli penyakit dalam
berjumlah 5 orang dan belum ada yang mengikuti pelatihan.Perawat poli jantung
berjumlah 4 orang dan belum ada yang mengikuti pelatihan.
Terkait keselamatan pasien pada unit rawat jalan RS.Polri sudah menetapkan beberapa
standard yang harus dilaksanakan dalam keselamatan pasien, yaitu 1.Mengidentifikasi
pasien dengan benar. Ketepatan identitas, dalam hal ini target yang harus dipenuhi adalah
100%. Label identitas tidak tepat apabila tidak terpasang, salah pasang, salah penulisan
nama, gelar, jenis kelamin, dan alamat. 2. Meningkatkan komunikasi yang efektif.
Ketepatan penyampaian hasil penunjang harus 100%, yang dimaksud tidak tepat apabila
salah ketik, salah memasukkan di berkas pasien / tertukar.Meningkatkan keamanan obat
yang perlu diwaspadai (High Alert Medication).Ketepatan pemberian obat dengan enam
benar. 3. Terlaksananya proses tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien yang menjalani
tindakan dan prosedur. Terpasang gelang identitas bagi pasien yang di rawat inap, dalam
hal ini target yang harus terpenuhi adalah 100%. 4. Dikuranginya risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan. Upaya mengurangi risiko infeksi salah satunya mencuci tangan
enam langkah dan tepat lima momen. 5. Mengurangi risiko cedera karena pasien jatuh.
Dengan menempelkan stiker atau memasang label pada pasien yang memiliki risiko jatuh
tinggi diketahui melalui beberapa penilaian.
Untuk permohonan pelaporan perbaikan alat yang rusak di unit rawat jalan biasanya
kepala ruangan mencatat terlebih dahulu dan melakukan pengecekan alat, lalu ditulis di
dalam lembar permohonan perbaikan alat dan diserahkan ke bagian TAUD/
WATSAR.Untuk linen di unit rawat jalan prosedurnya melalui sistem linen centralisasi,
lalu masing-masing ruangan mengajukan jumlah linen sesuai jumlah pasien setiap
ruangan, pergantian linen dilakukan setiap hari dan bila ada kondisi linen yang tidak
memadai langsung diganti.Di masa pandemi COVID-19 menggunakan gown untuk APD
level 2 dan setiap hari sudah tersedia.
Pada siatuasi pandemi COVID-19 saat ini layanan unggulan di rawat jalan RS.Polri yaitu
poli paru dikarenakan rumah sakit termasuk ke dalam RS rujukan COVID-19 untuk
umum dan seluruh kesatuan polri di Indonesia. Terkait dengan SOP saat pandemi
CPVID-19 rumah sakit sudah mempunyai dan menjalankan SOP nya dengan baik seperti
SOP pysical distancing di rawat jalan, SOP transfer pasien COVID-19 dari rawat jalan ke
rawat inap, SOP skreening pasien yang di duga suspek dan atau terkonfirmasi COVID-19
di rawat jalan. Untuk perawat yang bertugas di unit rawat jalan menggunakan APD level
2, cara penggunaan dan pelepasan APD rumah sakit sudah mempunyai SOP nya
tersendiri.
Data terkait sepuluh besar penyakit di instalasi rawat jalan periode bulan Juli 2020, yaitu
chronic renal failure unspecified sebanyak 605 kasus, malignan neoplasm breast
unspecified sebanyak 576 kasus, desease of pulp and periapical tissues sebanyak 551
kasus, non insulin dependent DM sebanyak 496 kasus, CKD sebanyak 477 kasus,
atherosklerotic heart desease sebanyak 379 kasus, pregnancy (not yet confirmed covid-
19) sebanyak 341 kasus, urinary calculus unspecified sebanyak 286 kasus, arthrosis
unspecified sebanyak 275 kasus, dan LBP sebanyak 266 kasus, dengan total keseluruhan
4.252 kasus.
Alur Pasien Rawat Jalan Suspek / Terkonfirmasi PNEUMONIA COVID-19 di RS. Polri:
2. Pilar II
a. Sistem Kompensasi dan Penghargaan
Strength (Kekuatan) Weekness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threats (Ancaman)
a. Penilaian kinerja perawat a. Sebagian besar perawat lulusan a. Rumkit memberikan a. Promosi dan pemberian intensif
dilakukan oleh kepala ruangan. D3 dan masih ada yang kesempatan bagi perawat untuk khusus bagi oerawat jika tidak
b. Ada orientasi ruangan bagi berpendidikan SPK 2 orang, mengikuti pelatihan ataupun dilakukan secara periodik
tenaga kesehatan yang baru sehingga belum memenuhi melanjutkan pendidikan. berpotensi menurunkan
mendaftar. kriteria level MPKP. motivasu kerja.
c. Dari lima poli yang digunakan b. Penilaian harus dilakukan
sudah ada 3 poli yang secara berkesinambungan dan
melaporkan perawat yang evaluasi perbaikan pelayanan
memiliki sertifikasi. unit rawat jalan.
3. Pilar III
a. Hubungan Profesional
4. Pilar IV
a. Manajemen Asuhan Keperawatan
Analisis Faktor Strategis Internal (IFAS) Skor (1 – 10) Bobot Nilai x Bobot
Pilar I S:
1. Unit rawat jalan sudah memiliki visi dan misi dalam bidang keperawatan.
2. Rencana kegiatan sudah tersusun dibuat oleh karu dan katim. 8 0,47 3,76
3. Ruangan sudah memiliki SOP tersendiri terkait transfer pasien yang diduga/ 8 0,47 3,76
terkonfirmasi COVID-19. 9 0,52 4,68
4. Pembagian tugas sudah sesuai dan perhitungan kebutuhan tenaga unit rawat
jalan sudah sesuai. 7 0,41 2,87
5. Memiliki struktur organisasi ruangan.
6. Kepala ruangan menetapkan katim di masing-masing unit poliklinik. 8 0,47 3,76
7. Katim dibantu oleh 3-4 perawat pelaksana. 9 0,52 4,68
8. Jadwal dinas sudah dibuat sebelum waktu dinas. 7 0,41 2,87
9. Shift rawat jalan hanya terdapat 1 shift saja dan beroperasi dari hari Senin 6 0,35 2,1
s/d Jumat. 5 0,29 1,45
10. MAKP di unit rawat jalan menggunakan Metode Tim.
11. Perawat sudah melakukan pre conference yang dipimpin oleh kepala 5 0,29 1,45
ruangan. 6 0,35 2,1
12. Petugas kesehatan yang melayani Covid-19 menggunakan APD level 3dan
petugas kesehatan yang tidak melayani Covid-19 menggunakan APD level 2 10 0,58 5,8
di masa pandemi COVID-19 dan sudah memiliki SOP nya tersendiri.
13. Pasien dilakukan triase sebelum memasuki unit rawat jalan, dan bila diduga/
terindikasi COVID-19 maka diarahkan sesuai protokol yang ditetapkan RS. 8 0,47 3,76
14. Sebelum masuk ke unit rawat jalan, pasien dilakukan triase (cek suhu, dan
kondisi kesehatan) oleh petugas yang terlatih. 8 0,47 3,76
15. Terdapat format penilaian dokumentasi asuhan keperawatan.
16. Terdapat SOP yang terstandarisasi terkait keselamatan pasien di rawat jalan. 7 0,41 2,87
17. Perhitungan kebutuhan tenaga kerja di unit rawat jalan sudah sesuai. 10 0,58 5,8
Total: 5 0,29 1,45
W: 7,35 56,92
1. Masih ada perawat lulusan SPK.
2. Jenjang pendidikan S1+Ners masih terbatas.
3. Perawat yang memiliki sertifikasi pelatihan masih terbatas. 4 0,5 2
4. Masih ada perawat lulusan SPK. 5 0,62 3,1
5. Banyak perawat lulusan D3 Kep. 5 0,62 3,1
6. Saat preconference masih ada petugas yang terlambat. 4 0,5 2
7. Dokumentasi asuhan keperawatan belum secara komputerisasi. 6 0,75 4,5
8. Beberapa pelayanan masih dicatat secara manual. 5 0,62 3,1
Total: 6 0,75 4,5
6 0,75 4,5
5,11 26,8
S:
1. Penilaian kinerja perawat dilakukan oleh kepala ruangan.
2. Ada orientasi ruangan bagi tenaga kesehatan yang baru mendaftar. 6 2 12
3. Dari lima poli yang digunakan sudah ada 3 poli yang melaporkan perawat 7 2,3 16,1
yang memiliki sertifikasi. 8 2,6 20,8
Total:
Pilar II
W: 6,9 48,9
1. Sebagian besar perawat lulusan D3 dan masih ada yang berpendidikan SPK
2 orang, sehingga belum memenuhi kriteria level MPKP.
Total: 5 5 25
5 25
S:
1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter) sudah terjalin dengan
baik. 8 2 16
2. Pre conference rawat jalan sudah berjalan baik dan pembagian tugas sudah
sesuai dan diterima. 6 1,5 9
3. Pelaporan pasien dilakukan melalui telp ataupun sosial media whatssapp.
4. SOP serah terima dan transfer pasien antar ruangan sudah ada SOP 6 1,5 9
tersendiri. 8 2 16
Total:
Pilar III
W: 7 50
1. Jam dokter terkadang suka mundur karena kesibukan dengan pasien di
ruang perawatan lain dan ada kegiatan kedinasan polri
2. Beban kerja yang tinggi rentan membuat tenaga kesehatan stress apalagi
dalam situasi pandemi COVID-19. 5 1,6 8
3. APD untuk petugas kesehatan belum terpenuhi terutama untuk APD level 2.
Total: 7 2,3 16,1
7 2,3 16,1
6,2 40,2
Pilar IV S:
1. Proses asuhan keperawatan sudah terstruktur (pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi). 5 1,25 6,25
2. Komunikasi terapeutik dipertahankan dengan sejawat ataupun pasien dan
keluarga. 7 1,75 12,25
3. Memberikan penkes/ discharge planning sesaat setelah pasien selesai
diperiksa. 7 1,75 12,25
4. Training untuk perawat poli di masing-masing bidang
Total: 7 1,75 12,25
W: 6,5 43
1. Pendokumentasian belum dilakukan secara optimal.
2. Training yang diberikan kepada perawat belum tersertifikasi.
Total: 7 3,5 24,5
6 3 18
6,5 42,5
TOTAL = x ∑S – ∑W = 198,82 – 134,5 = 64,32
Analisis Faktor Strategis Eksternal (EFAS) Skor (1 – 10) Bobot Nilai x Bobot
Pilar I O:
1. Rumah sakit berorientasi pada kepuasan pelanggan dan berupaya
menjadikan sebagai institusi pemerintah yang ditangani secara efektif dan 7 0,7 4,9
efisien.
2. Adanya akreditasi RS yang bisa mendorong penerapan MAKP di masing-
masing unit. 6 0,6 3,6
3. Adanya kesempatan menjadi percontohan bagi unit lain maupun RS lain
sebagai rumkit percontohan dan pendidikan. 7 0,7 4,9
4. Menjadi rumkit rujukan di daerah jakarta dan pusat rujukan nasional
kepolisian RI. 8 0,8 6,4
5. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengikuti kegiatan seminar
keperawatan. 7 0,7 4,9
6. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan.
7. Mahasiswa UMHT yang praktek stase Manajemen Keperawatan dapat 8 0,8 6,4
memberikan masukan kepada unit rawat jalan terkait hal yang perlu 8 0,8 6,4
diperbaiki/ ditingkatkan.
8. Visi dan misi rumkit sudah tergambar dalam pelayanan, berorientasi pada
kepuasan pasien dan sudah mendapatkan akreditasi paripurna dari KARS. 8 0,8 6,4
9. Adanya pelatihan PPI dari Tim PPI rumkit bagi tenaga kesehatan baru atau
mahasiswa praktek. 7 0,7 4,9
10. Komunikasi terarah dan berjenjang sesuai kedudukan.
Total: 7 0,7 4,9
T: 7,3 53,7
1. Persaingan antar rumah sakit terkait pelayanan kesehatan yang diberikan.
2. Jarak antar rumkit berdekatan dan bersaing dengan RS milik pemda.
3. Pengetahuan masyarakat semakin baik tentang pelayanan kesehatan, maka
masyarakat mudah untuk protes terkait pelayanan yang didapatkan. 8 0,8 6,4
4. Tuntutan agar pelayanan keperawatan profesional. 8 0,8 6,4
5. Protes dari masyarakat dan percontohan rumkit lain yang akan melakukan 8 0,8 6,4
akreditasi karena RS. Polri sudah akreditasi Paripurna.
6. Perawat yang lulusan SPK belum dapat memberikan pelayanan yang 7 0,7 4,9
diharapkan. 6 0,6 3,6
7. Rumkit harus mendukung setiap tenaga kesehatan untuk melanjutkan
pendidikan. 7 0,7 4,9
8. Risiko terjadinya komunikasi yang tidak efektif karena ketidakpahaman
antara perawat S1+Ners dengan lulusan D3 atau SPK. 7 0,7 4,9
9. Karena dokumentasi belum terkomputerisasi dikhawatirkan data pasien ada
yang hilang/ tertukar. 7 0,7 4,9
10. Pendokumentasian asuhan keperawatan tidak sesuai standar karena jenjang
pendidikan perawat di unit rawat jalan. 5 0,5 2,5
Total:
5 0,5 2,5
47,4
O:
1. Rumkit memberikan kesempatan bagi perawat untuk mengikuti pelatihan
ataupun melanjutkan pendidikan. 7 7 49
Total:
T: 7 49
1. Promosi dan pemberian intensif khusus bagi oerawat jika tidak dilakukan
Pilar II secara periodik berpotensi menurunkan motivasu kerja.
2. Penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan dan evaluasi perbaikan
pelayanan unit rawat jalan. 5 2,5 12,5
Total:
5 2,5 12,5
5 25
O:
1. Rumkit banyak menjalin kerja sama dengan institusi kesehatan maupun
pendidkan. 7 2,3 16,1
2. Menjadi rumah sakit pendidikan dan dapat menjadi rumkit percontohan
untuk kelas dibawah nya. 7 2,3 16,1
3. Saat ini menjadi rumah sakit rujukan COVID-19 baik untuk umum maupun
kepolisian tingkat nasional. 8 2,6 20,8
Total:
Pilar III T: 7,2 53
1. Hubungan profesional antar disiplin ilmu (dokter, perawat, fisioterapi,
psikiater) rentan terjadi kesalahan.
2. Terdapat rumah sakit pendidikan lain milik pemda dengan pelayanan yang
mungkin lebih baik dan memuaskan. 7 3,5 24,5
Total:
8 4 32
7,5 56,5
Pilar IV O:
1. Perawat dengan jenjang pendidikan S1+Ners dapat memberikan contoh
terhadap yang lain. 8 8 64
Total:
T: 8 64
1. Berpotensi menimbulkan komplain dan ketidakpuasan pasien karena asuhan
yang diberikan belum sesuai standar. 2,3 16,1
2. Bersaing dengan rumkit pendidikan lain.
Total: 7 3,5 24,5
7 3,5 24,5
7 49
Opportunity y
Ubah
Progresif
Strategi
(+,+)
(-,+)
Strategi Diversifikasi
Bertahan Strategi
(-,-) (+,-)
yThreath
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa RS.Polri terletak di kuadran I artinya strategi pertumbuhan cepat / agresif. Kuadran I
merupakan situasi yang menguntungkan karena rumah sakit memiliki peluang dan kekuatan yang baik dan bisa dioptimalkan dengan cara
meminimalisir segala kelemahan dan ancaman.
Strategi yang digunakan adalah mendukung strategi agresif yang bertujuan untuk memajukan program serta meminimalisir kelemahan yang
berasal dari sumber daya manusia (SDM). Cara yang dapat digunakan antara lain:
1. Meningkatkan mutu pelayanan dengan memperbaiki dan mengembangkan sarana dan prasarana yang ada.
2. Mengadakan pelatihan yang dikhususkan untuk para tenaga kesehatan dan tenaga kerja lainnya untuk memperbaiki kualitas SDM.
3. Meningkatkan keamanan.
4. Menetapkan kebijakan baru yang mendukung perkembangan rumah sakit.
D. POA
PERENCANAAN
MASALAH TUJUAN Kegiatan METODE WAKTU EVALUASI PJ
Langkah
Operasional
Pendokumentasia Jangka Panjang: Mengoptimalkan a. Mensosialisasika Diskusi dan 17 – 20 Agustus, a. Evaluasi Mahasiswa
n asuhan Pelaksanaan pelaksanaan n tentang praktek via 2020 dilakukan profesi Ners yang
keperawatan dokumentasi dokumentasi pendokumentasia daring. secara berperan menjadi
belum dilakukan askep sesuai asuhan n asuhan kelompok Karu, Katim,
secara optimal dengan standar. keperawatan dan keperawatan. oleh Perawat
Jangka Pendek: melakukan b. Menerapkan mahasiswa Pelaksana.
Dalam waktu evaluasi tindakan cara-cara profesi ners
dekat: pendokumentasian pendokumentasia UMHT dan
a. Tersedianya keperawatan. n asuhan melalui
standar keperawatan. bimbingan
asuhan c. Melibatkan peran Preceptor di
keperawatan aktif perawat dan unit rawat
10 penyakit mahasiswa jalan.
terbanyak. praktek dalam
b. Tersedianya mengisi b. Evaluasi
lembar dokumentasi pelaksanaan
pengkajian keperawatan. metode TIM
dan rencana di unit rawat
keperawatan. jalan.
c. Mengisi
lembar
pengkajian
dan rencana
keperawatan..
E. PENYELESAIAN MASALAH
BAB IV
PEMBAHASAN
B. ANALISA
BAB V
A. KESIMPULAN
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang
memberikan layanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat.
B. SARAN
Berdasarkan hasil analisis rumah sakit khususnya di poliklinik, kelompok
memberikan saran untuk rumah sakit.
a. Rumah sakit perlu meningkatkan fasilitas tenaga kesehatan untuk melakukan
pelatihan – pelatihan kesehatan khususnya di poliklinik agar mutu pelayanan
sesuai dengan akreditasi yang berada di rumah sakit dan menjadi pelayanan
rumah sakit menjadi meningkat.
b. Manajemen dan organisasi perlu mempersiapkan tenaga terampil yang bisa
segera diberikan pelatihan yang sesuai dengan standart operasional prosedur.
c. Perlunya evaluasi pada SDM, sehingga tidak terjadi turn over karyawan
khususnya operawat yang tinggi, dan perlunya evaluasi dalam penerapan
reward dan punishment bagi seluruh karyawan rumah sakit agar dapat memicu
kinerja yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (1999). Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Julianto, Mito. __. Peran dan Fungsi Manajemen Keperawatan: Instalasi Rawat Inap (IRNA)
Gedung Prof. Dr. Soelarto, RSUP Fatmawati. Fatmawati Hospital Journal. Jakarta:
Indonesia.
Kanang, Sri Wahyuni Y., Syahrul S., & Abdul M. (2020). Penerapan Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP). Media Karya Kesehatan: Volume 3 No 1 Mei
2020.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit.
Edisi I.
Krisnawati, Komang Menik Sri. (2017). EMPAT PILAR METODE KEPERAWATAN
PROFESIONAL. Literature Review. PSIK: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
Nurdiana., Rr. Tutik S. Hariyati., & Siti Anisah. (2018). Penerapan Fungsi Manajemen
Kepala Ruangan Dalam Pengendalian Mutu Keperawatan. JPPNI
Vol.02/No.03/Desember2017-Maret2018
RS. Polri. Uraian Tugas Jabatan dalam Struktur Organisasi Keperawatan. Jakarta:
Pelayanan Medik RS. Bhayangkara Tk.1 R. Said Sukanto
RSUD Dr. H. Soewondo. __. Analisa Lingkungan Internal – Eksternal (SWOT) dan
Perencanaan Strategi Pengembangan, Strategi Fungsional serta Pemantapan
Program. Kendal: RSUD Dr. H. Soewondo, http://rsudkendal.com
Sitepu, Theresia I.Y. ___. Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Stroke. Diakses dari file:///C:/Users/USER/Downloads/Tugas%20KDK%208.pdf