Anda di halaman 1dari 115

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAKP DAN ANALISIS SWOT

DISUSUN OLEH:

1. Anak Agung Agus Ananda Pratama (2014201001)

2. Anak Agung Ayu Yolanda Oktaviani (2014201002)

3. Anna Monica Varani (2014201003)

4. Ayu Diah Pradnya Dewi (2014201004)

5. Ayu Diah Utami Dewi (2014201004)

6. Ayu Mirah Savitri (2014201006)

7. Dewa Ayu Santika Dewi (2014201007)

8. Dw Md Alit Panji Lintang Destaharu (2014201009)

9. Gek Ayu Dewinta Sari (2014201010)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Makalah MPKP Metode
Modifikasi Tim- Primer dan Analisa SWOT” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penulis mendapat banyak bantuan serta
bimbingan dari banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan
rasa terimakasih kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini serta tersedianya fasilitas yang
mendukung kami dalam proses penyusunan makalah ini.
2. Luh Gede Nita Sri Wahyuningsih, S.Kep.,MM. Selaku Dosen Pembimbing
Keperawatan Manajemen.
3. Teman-teman kelas A Tingkat III Sarjana Keperawatan dan seluruh anggota
kelompok 1A yang sudah memberikan dukungan hingga tugas kami dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk melengkapi
tugas ini.Akhir kata, kami berharap bahwa tugas yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Denpasar, 17 Mei 2023

Kelompok 1A
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan Kesehatan yang menyelengarakan
pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat (KemenkesRI, 2020). Terlaksananya suatu proses
secara professional tentunya diperlukan suatu sistem yang terintegrasi dengan baik
yang disebut manajemen. Manajemen merupakan proses untuk melaksanakan
pekerjaan melalui orang lain. Menurut Fitria & Husaini (2019) menyatakan bahwa
manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan dalam batas- batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi. Manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efesien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan
bantuan terhadap para pasien yang diatur sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan
dan asuhan keperawatan dapat tercapai.

Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat, sering kali
mengalami permasalahan yang menyangkut tentang ketidakpuasan masyarakat
terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurang memadai atau
memuaskan. Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, maka salah
satu aspek yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas pelayanan keperawatan
(Nurhidayah, 2014).

Pelayanan Keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan


kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit memiliki kepentingan untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang optimal melalui tenaga keperawatan yang bertanggung
jawab dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan di bawah tanggung jawab seorang
pemimpin keperawatan. Perawat sebagai salah satu dari ujung tombak rumah sakit,
memerlukan suatu sistem untuk melakukan tindakan keperawatan. Sistem yang terdiri
dari dari struktur, proses dan nilai-nilai profesional akan mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan
keperawatan tersebut (Asriani & Mattalatta, 2017).

Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas


pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih tinggi
sehingga terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien. Pelayanan
keperawatan ini akan lebih memuaskan tentunya dengan penerapan model praktik
keperawatan professional atau MPKP karena kepuasan pasien ditentukan salah
satunya dengan pelayanan keperawatan yang optimal (Fisbach, dalam Nurhidayah,
2014).

MPKP dalam pengembangan dan implementasi secara klinis telah berkembang


selama beberapa tahun terakhir, baik secara nasional maupun secara internasional,
terbukti memberi dampak yang positif pada pemberian asuhan keperawatan dan
peningkatan angka kepatuhan perawat terhadap standar asuhan (Sitorus, 2017 dalam
Amir, Chanafie & Hastono, 2020). MPKP merupakan suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai professional yang memungkinkan perawat profesional mengatur asuhan
tersebut (Setiadi, 2016 dalam Amir, Chanafie & Hastono, 2020). Kerangka kerja
metode keperawatan dalam MPKP mendefinisikan empat unsur yakni standar, proses
keperawatan, pendidikan dan sistem model keperawatan. Ada lima model praktik
keperawatan pofesional salah satunya adalah sistem pemberian asuhan keperawatan
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional, digunakan
beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya metode kasus, tim,
fungsional dan sebagainya (Hoffart & Woods, 1996 dalam Huber, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Analisa SWOT dalam suatu rumah sakit?
2. Bagaimana Diagram Layang dalam Analisa SWOT?
3. Apa saja prioritas masalah yang sering dihadapi dalam suatu rumah sakit melalui
Analisa SWOT?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan kegiatan praktek manajemen keperawatan,


diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip-prinsip
kepemimpinan serta manajemen keperawatan dengan menggunakan Metode
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) modifikasi primer dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit Khususnya Pelayanan
Keperawatan.
2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan pengelolaan ruangan dengan pelayanan keperawatan


sesuai konsep Langkah manajemen, diharapkan mahasiswa:
a. Melaksanakan pengkajian terhadap situasi ruangan di Ruang Cermai RSUD
Klungkung dengan metode pendekatan 5 M (Man, Material, Method, Money,
Market).
b. Melaksanakan analisa situasi berdasarkan analisa SWOT.

c. Menemukan permasalahan berdasarkan analisa yang telah dibuat.

d. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian


Model Praktik Keperawatan Profesional, meliputi:
1) Timbang terima

2) Ronde keperawatan

3) Sentaralisasi obat

4) Discharge planning

5) Supervisi keperawatan

6) Dokumentasi keperawatan

e. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil


pengkajian Model Praktik Keperawatan Profesional, meliputi:
1) Timbang terima

2) Ronde keperawatan

3) Sentaralisasi obat

4) Discharge planning

5) Supervisi keperawatan

6) Dokumentasi keperawatan
f. Mengevaluasi rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Praktik Keperawatan Profesional, meliputi:
1) Timbang terima

2) Ronde keperawatan

3) Sentaralisasi obat

4) Discharge planning

5) Supervisi keperawatan

D. MANFAAT
1. Bagi Pasien

Tercapainnya kepuasan pasien mengenai pelayanan keperawatan di Ruang


Cermai RSUD Klungkung.
2. Bagi Perawat

a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.

b. Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara perawat dengan


perawat, perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.

3. Bagi Rumah Sakit

a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat


memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khusunya pelayanan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI
B. Definisi
Keperawatan profesional Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan yang profesional merupakan praktek keperawatan yangdilandasi oleh
nilai-nilai profesional, yaitu mempunyai otonomi dalam pekerjaannya, bertanggung
jawab dan bertanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi
dengan disiplin lain, pemberian pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien.
Tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan mendorong perubahan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan bermutu. Dalam memberikan
asuhan keperawatan yang profesional diperlukan sebuah pendekatan manajemen yang
memungkinkan diterapkannya metode penugasan yang dapat mendukung penerapan
perawatan yang profesional di rumah sakit (Marquis, 2010).
Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu metode
pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilai-nilai
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. MPKP telah
dilaksanakan dibeberapa negara, termasuk rumah sakit di Indonesia sebagai suatu
upaya manajemen rumah sakit untuk meningkatkan asuhan keperawatan melalui
beberapa kegiatan yang menunjang kegiatan keperawatan profesional yang sistematik.
Penerapan MPKP menjadi salah satu daya ungkit pelayanan yang berkualitas. Metode
ini sangat menekankan kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada
profesionalisme keperawatan antara lain melalui penerapan standar asuhan
keperawatan.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan
kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai
tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan
pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat
terwujud (Nursalam, 2014).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan sistem MAKP adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang mendefinisikan empat unsur, yakni : standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP untuk mengatur pemberian asuhan
keperawatan.

C. Metode Keperawatan Profesional


Menurut Nursalam (2014), dalam setiap perawat memiliki peran masing-masing
diantaranya :
a. Metode Fungsional
Metode Fungsional yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu
untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model
ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi
keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal.
Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan,
seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur
pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan,
yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab
penuh untuk perawatan seorang pasien.
b. Metode Keperawatan Total
Metode keperawatan asuhan pasien total adalah model pegelolaan asuhan
pasien yang paling tua. Pada metode ini, perawat mengmban tanggung jawab
total untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang dikelola selama waktu kerja
mereka (Marquis, 2010).
Metode keperawatan Total yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan
keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat
bertugas/jaga selama periode waktu tertentu atau sampai klien pulang. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan
tentang pelayanan keperawatan klien.
Metode penugasan ini masih luas digunakan di rumah sakit dan lembaga
perawatan kesehatan di rumah. Struktur organisasi ini memberikan otonomi dan
tanggung jawab yang tinggi pada perawat. Mengelola pasien adalah tindakan
yang sederhana dan langsung serta tidak membutuhkan perencanaan seperti yang
dibutuhkan metode pemberi asuhan yang lain. Batas tanggung jawab dan
pertanggungjawaban jelas. Secara teori, Perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama pasien mendapatkan asuhan yang
holistic dan tidak terpisah-pisah selama waktu kerja perawat.
c. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok / ketua group dan ketua group bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas
memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang
kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim
berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan
memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori
perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul
akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama
memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah
arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Nursalam, 2014).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat
bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan
terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim.
Model tim 5 didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya
di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan
yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu
kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta
menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan
keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim
apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai
ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua
pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua
tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien,
melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.
Menurut Nursalam (2014), ada beberapa elemen penting yang harus
diperhatikan:
1) Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan
bagi
2) Anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.
3) Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
4) Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada
kelompok pasien.
5) Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.
Komunikasi meliputi: penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien,
laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk
mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota
tim.
d. Metode Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan
beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan
suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer
bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan
pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai
pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang
bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang
mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada
model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui
bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu.
Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer
mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak
dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik,
mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya
kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang
memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang
diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode
keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk
membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan
anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana
keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian
asuhan keperawatan klien.
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati
karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan
kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai 10 keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan
baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang
ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang
mempunyai kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah:
1) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.
2) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan.
3) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat
primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
4) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
5) Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
e. Metode Modular
Metode Modular yaitu pengorganisasian pelayanan / asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk
sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung
jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang
berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3
perawat untuk 8-12 orang klien.
Metode modular atau metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan
keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer. Sekalipun dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan
oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab paling besar tetap ada pada
perawat professional. Perawat professional memiliki kewajiban untuk
memimbing dan melatih non professional. Apabila perawat professional sebagai
ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab
dapat digantikan oleh perawat professional lainnya yang berperan sebagai ketua
tim. Peran perawat kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota dalam
bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing secara motivator.
f. Metode Kasus
Metode Kasus yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan dimana
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan mencakup seluruh aspek
keperawatan yg dibutuhkan.
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap
pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan
pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat
kesehatan komunitas.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien
secarmenyeluruh, untuk mengetahui apa yang harus dilakukan pada pasien
dengan baik. Dalam metode ini dituntut kualitas serta kuantitas yang tinggi dari
perawat, sehingga metode ini sesuai jika digunakan untuk ruangan ICU ataupun
ICCU.
D. Kelebihan dan Kekurangan masing-masing Metode Keperawatan
Profesional
a. Metode Fungsional
1) Kelebihan Model Fungsional:
a) Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu
singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
baik.
b) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c) Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja.
d) Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
kerja.
e) Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana.
f) Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
g) Lebih sedikit membutuhkan perawat
h) Tugas-tugas mudah dijelaskan dan diberikan
i) Para pekerja lebih mudah menyesuaikan tugas
j) Tugas cepat selesai
2) Kelemahan Model Fungsional

a) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga


kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.
b) Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.
c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
d) Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
e) Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk
f) Tidak efektif
g) Membosankan
h) Komunikasi minimal
b. Metode keperawatan Total
1) Kelebihan
a) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
b) Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
c) Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
d) Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang
komprehensif.
e) Memotivasi perawat untuk selalu bersama kien selama bertugas, non
keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat.
f) Mendukung penerapan proses keperawatan.

2) Kekurangan
a) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien bertugas.
b) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas
rutin yang sederhana terlewatkan.
c. Metode TIM
1) Kelebihan

a) Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif dan


holistik.
b) Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
c) Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk
belajar.
d) Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
e) Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda secara efektif.
f) Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf
secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia
mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang
diberikan.
g) Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
h) Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama
bertugas.
2) Kekurangan

a) Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan


supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi
baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik.
b) Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila
konsepnya tidak diimplementasikan dengan total.
c) Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
d) Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
e) Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
f) Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena
membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
d. Metode Primer
1) Kelebihan

a) Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan


memungkinkan untuk pengembangan diri.
b) Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi
meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat.
c) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat
primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
d) Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi.
e) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan
keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat
primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan
ilmu pengetahuan.
f) Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi
tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi
dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui
keadaan kliennya.
g) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
h) Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan
supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada
klien.
i) Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu.
j) Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
k) Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan
perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.
l) Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
m) Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
n) Metode ini mendukung pelayanan profesional.
o) Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi.
2) kekurangan

a) Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional


b) Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan
asuhan keperawatan untuk klien.
c) Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
d) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
e) Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
e. Metode Modular
1) Kelebihan

a) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif dan holistik


dengan pertanggungjawaban yang jelas.
b) Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
c) Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt ditekan melalui rapat
tim, cara ini efektif untuk belajar.
d) Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
e) Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-
beda dengan aman dan efektif.
f) Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral
g) Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
h) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
i) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerima asuhan
keperawatan
j) Lebih mencerminkan otonomi
k) Menurunkan dana perawatan
2) Kekurangan

a) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga


tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
b) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien bertugas
c) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
d) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain karena lebih
banyak menggunakan perawat profesional.
e) Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehatan/kedokteran
f) Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan
f. Metode Kasus
1) Kelebihan
a) Sederhana dan langsung
b) Garis pertanggung jawaban jelas
c) Kebutuhan pasien cepat terpenuhi
d) Memudahkan perencanaan tugas
e) Perawat lebih memahami kasus per kasus

2) Kekurangan
a. Moral perawat profesional melakukan tugas non profesional
b. Tidak dapat dikerjakan perawat non profesional
c. Membingungkan
d. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
e. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama

E. PENCAPAIAN INDIKATOR KUALITAS PELAYANAN METODE


1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 s/d 16 Mei 2021, meliputi
pengkajian M1-M5. Data yang didapat selanjutnya dianalisa menggunakan
analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan masalah yang kemudian
akan dipilih salah satunya sebagai prioritas masalah.

2. Pengkajian
a. M1 (Man)
1) Struktur organisasi

Ruang Cermai RSUD Klungkung Ruang cermai RSUD Klungkung sudah


memiliki struktur organisasi. Ruang cermai dipimpin oleh seorang kepala
ruangan yang dibantu oleh wakil kepala ruangan yang juga sebagai
penanggung jawab, dengan latar belakang pendidikan sarjana keperawatan
Ners. Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat dibagi menjadi 2
tim, yang mana masing-masing katim menaungi beberapa anggota. Katim
I menaungi 4 anggota dan Katim II menaungi 5 anggota. Struktur
organikasi sudah terpasang di nurse station dilengkapi dengan nama, foto,
jabatan dan jenjang pendidikan masing-masing dari perawat

2) Jumlah ketenagaan
a) Tenaga Keperawatan

(1) Tenaga S2 Manajemen + Ners : 1 orang

(2) Tenaga S1 Ners : 3 orang

(3) Tenaga DIII Keperawatan : 9 orang

b) Tenaga Non-Keperawatan

Petugas Kebersihan Ruangan: 2 orang


Tabel keterangan dan riwayat pendidikan

perawat serta pelatihan yang didapat:

No. Nama Petugas Status Riwayat Sertifikasi


Ketenagaaan Pendidikan
1. Ns. Ni Wayan Kepala Sarjana BTCLS, PPI,
Wiratniasih, S. Ruangan Keperawatan KOMITE, CI,
Kep Perawatan Luka,
- Ners
BHD,

Manajemen

Bangsal, PMKP
2. Ns. Ni Luh Made Wakil Kepala Sarjana BTCLS, CI,

Ratna Yupiterika Ruangan Keperawatan Perawatan Luka,

J., S.kep - Ners PAK, PMKP


3. I Nyoman Kepala Tim I DIII BTCLS, PPI,

Keperawatan EWS, K3RS


Suasana, Amd.
Code Blue,
Kep
APAR,
Perawatan Luka,
Manajemen

Nyeri,

Komunikasi

efektif,
Perawatan
Pasien

Orthopedi.
4. Ida Ayu Sri Kepala Tim II DIII BTCLS,

Keperawatan PPI,
Widiastuti, Amd.
K3RS, EWS,
Kep
PMKP, Code

Blue,
Komunikasi

Efektif,

Perawatan Luka,
Manajemen
Nyeri, Perawatan
pasien orthopedi
5. Kadek Dwi Anggota Tim I DIII BTCLS

Payani, A.Md.Kep Keperawatan


6. Ida Ayu Alit Anggota Tim I DIII BTCLS, Komite,

Sriani, A.Md. Kep Keperawatan Transfer pasien,


Triage
7. I Made Lokantara Anggota Tim I DIII BTCLS

Putra, A.Md. Kep Keperawatan


8. Ns. Putu Eri Anggota Tim I Sarjana BTCLS, Komite
Wirantiasih, S. Keperawatan
Kep
- Ners
9. Luh Astri Anggota Tim I DIII BTCLS

Nopiyanti, Amd. Keperawatan

Kep
10. Putu Eva Anggota Tim II DIII BTCLS

Lingganuari, A. Keperawatan

Md. Kep
11. Ns. Deva Eddy Anggota Tim II S1 BTCLS,

Romansyah, Keperawatan PPI,


BHD, K3RS,
S.Kep, M.M + Ners
Asesor, CI
S2

Manajemen

(konservasi
RS)
12. Ni Wayan Mira Anggota Tim II DIII APAR, triage,
Anjasari, Amd. Keperawatan BHD, BLS,
Kep
BTCLS
13. Ni Putu Nita Sari, Anggota Tim II DIII BTCLS

A.Md. Kep Keperawatan

c) Pembagian Tugas

Pembagian tugas keperawatan yang dimiliki Ruang Cermai RSUD


Klungkung sebagai berikut:
Pembagian Tugas Keperawatan Di Ruang Cermai RSUD Klungkung

No SDM Fungsi Standar Teori Data Pengkajian


Ya Tidak
1. Kepala Administratif 1. Membuat laporan

Ruangan rutin dan insidentil


tentang pelaksanaan
keperawatan

2. Mengatur dinas dan 


pembagian staf
secara tertulis

3. Menyusun

kebutuhan staf,
krbutuhan alat, 

fasilitas, sarana dan


prasarana

4. Menyusun maping
pelatihan dan
rencana
pengembangan staf

Promosi 1. Mensosialisasikan 
peraturan atau
kebijakan pihak
terkait

Kepemimpinan 1. Mengatur dan 


mengendalikan
pelaksanaan asuhan
atau pelayanan
keperawatan
ruangan
Jaminan Mutu 1. Menjamin 
terlaksananya
pelayanan yang
bermutu dengan
mengutamakan

keselamatan pasien
ruangan / unit

2. Menjaga mutu

pelayanan dan
keselamatan pasien
di ruangan / unit
pelayanan

Monitoring 1. Memonitor absen 


harian
2. Memantau dan
membina

penerapan etika
keperawatan paa
tiap individu pasien

Advokasi 1. Melakukan 
pengawasan dan
pendampingan
pasien
2. Staff Administratif 1. Melakukan 
dokumentasi semua
aspek keperawatan
pasien secara
efektif, akurat, dan
jelas
Jaminan mutu 1. Memberikan asuhan 
keperawatan
(pengkajian,
implementasi, dan
evaluasi)

2. Melakukan

prioritas
perencanaan
keperawatan,
memberikan
jastifikasi, dan

manajemen waktu
secara efektif

3. Melakukan

penilaian resiko
seperti resiko
decubitus, resiko

jatuh, penilaian
nutrisi, penilaian
nyeri, dan penilaian
infeksi nosocomial

4. Melakukan

tindakan teknis
tindakan
keperawatan dasar
dan khusus secara

aman dan akurat

5. Menjaga rahasia dan
privasi pasien


6. Memberikan
pelayanan yang
professional tanpa
memandang status
pasien dan bekerja
sesuai standard an
aturan yang berlaku

7. Mengembangkan
komunikasi
terapeutik dengan
pasien, anggota
keluarga, serta
komunikasi efektif 
dengan tim
kesehatan lain

8. Menerapkan

prinsip-prinsip
pengendalian
infeksi seperti cuci 
tangan, prosedur
aseptic secara tepat


9. Menunjukan
pengetahuan dan
keterampilan yang
baik tentang
pemberian obat
secara aman


10. Menerapkan pasien
safety melalui
identifikasi resiko,
pelaporan insiden
serta menjaga
lingkungan kerja
yang aman, bersih,
dan mengutamakan
keselamatan pasien

11. Berpartisipasi penuh


dalam peningkatan
mutu 

12. Menerapkan kode


etik dan mematuhi
aturan yang berlaku

di rumah sakit

13. Melaksanakan
kewenangan klisis
sesjuai dengan PK


Promosi 1. Memberikan 

penjelasan tentang
rencana asuhan
keperawatan dan
tindakan
keperawatan yang
akan dilakukan
Advokasi 1. Melakukan 

orientasi pada staff


dan mahasiswa baru

2. Melakukan
pendampingan
pasien 

d) Bed Occupancy rate (BOR), ALOS, TOI, BTO Ruang Rawat Inap dan
Kelolaan
(1) BOR

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 10 – 16 Mei 2023 di Ruang


Cermai RSUD Klungkung, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur di
ruang Cermai yaitu 13 tempat tidur dengan perincian sebagai berikut:
Rumus BOR :

Jumlah hari perawatan


BOR = x 100%
Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam 1 periode

Jadi perhitungan BOR di Ruang Cermai RSUD Klungkung yaitu,


pasien yang dirawat tanggal 10 Mei 2021 berjumlah 12 orang, pasien yang
dirawat tanggal 11 Mei 2021 berjumlah 11 orang, pasien yang dirawat tanggal
12 Mei 2021 berjumlah 10 orang, pasien yang dirawat tanggal 13 Mei 2021
berjumlah 8 orang, pasien yang dirawat tanggal 14 Mei 2021 berjumlah 11
orang, pasien yang dirawat tanggal 15 Mei 2021 berjumlah 11 orang, pasien
yang dirawat tanggal 16 Mei 2021 berjumlah 11 orang dengan jumlah tempat
tidur sebanyak 13 bed. Maka jumlah hari perawatan dari tanggal 10-16 Mei
2021 adalah 74 orang, selama 7 hari (periode).

Perhitungan BOR Ruang Cermai :

= 74 X 100%

13 x 7

= 74 X 100%

91

= 0,81 x 100%

= 81 %

Perhitungan BOR pasien kelolaan setiap kamar (kelas) terdiri dari Kelas I, Kelas
II, dan Kelas III tanggal 10 Mei 2021 di Ruang Cermai RSUD Klungkung.

Rumus : Tempat tidur yang terisi


X 100% Jumlah tempat
tidur

Perhitungan BOR
Tanggal 10 Mei 2021

Kamar (Kelas) Jumlah bed BOR


Kelas I 1 bed kosong 0 100%
Kelas II 2 bed kosong 0 100%
Kelas III 10 bed kosong 0 100%
Tanggal 11 Mei 2021

Kamar (Kelas) Jumlah bed BOR


Kelas I 1 bed kosong 1 0%
Kelas II 2 bed kosong 1 50%
Kelas III 10 bed kosong 0 100%
Tanggal 12 Mei 2021

Kamar (Kelas) Jumlah bed BOR


Kelas I 1 bed kosong 0 100%
Kelas II 2 bed kosong 1 50%
Kelas III 10 bed kosong 0 100%
Tanggal 13 Mei 2021

Kamar (Kelas) Jumlah bed BOR


Kelas I 1 bed kosong 1 0%
Kelas II 2 bed kosong 1 50%
Kelas III 10 bed kosong 2 80%
Tanggal 14 Mei 2023

Kamar (Kelas) Jumlah bed BOR


Kelas I 1 bed kosong 1 0%
Kelas II 2 bed kosong 0 100%
Kelas III 10 bed kosong 0 100%
Tanggal 15 Mei 2021

Kamar (Kelas) Jumlah bed BOR


Kelas I 1 bed kosong 1 0%
Kelas II 2 bed kosong 0 100%
Kelas III 10 bed kosong 0 100%
Tanggal 16 Mei 2021

Kamar (Kelas) Jumlah bed BOR


Kelas I 1 bed kosong 1 0%
Kelas II 2 bed kosong 0 100%
Kelas III 10 bed kosong 0 100%

(2) ALOS
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 10 – 16 Mei 2021 di Ruang Cermai
RSUD Klungkung, didapatkan rata-rata lama rawat seorang pasien dengan
perumusan ALOS sebagai berikut

jumlah lama dirawat


ALOS =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

ALOS =
= 3,57 = 4 hari

(3) TOI (Turn of Interval)

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 10 – 16 Mei 2021 di Ruang Cermai


RSUD Klungkung, didapatkan rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati
daritelah diisi ke saat terisi berikutnya dengan perumusan TOI sebagai
berikut
(jumlah tempat tidur x periode) − Hari perawatan
TOI =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

(13 x 7) − 25
TOI = 7

TOI =

TOI = = 9,4

= 9 hari

e) Beban Kerja
(1) Perhitungan Menurut Rumus Gilles

Penetapan kebutuhan ketenagaan di Ruangan Cermai dinilai


dengan menggunakan instrumen penilaian dengan metode Gilles.
Perhitungan tenaga keperawatan berdasarkan klasifikasi pasien
menurut metode Gilles di Ruangan Cermai adalah sebagai berikut:
(a) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
pasien per hari
Keperawatan langsung
Keperawatan mandiri 2 orang pasien x 2 jam = 4 jam
Keperawatan sebagian 7 orang pasien x 3 jam = 21 jam

Keperawatan total 4 orang pasien x 6 jam = 24 jam


+
= 49 jam

(b) Keperawatan tidak langsung: 13 orang pasien x 1 jam = 13 jam


(c) Penyuluhan kesehatan: 13 orang pasien x 0,25 jam = 3,25 jam
(d) Jumlah jam perawatan langsung + jumlah perawatan tidak langsung
+ penyuluhan kesehatan = Total jam perawatanan
(e) 49 + 13 + 3,25 = 65,25 jam
(f) Rata-rata jumlah perawatan pasien per hari
Total jam perawatan
=
Jumlah pasien

= 5,01 jam/pasien/hari

(g) Jumlah tenaga kerja keperawatan di Ruangan


=A x B x C
(C−D)x E Ket:
A : Rata-rata jumlah perawatan /pasien/hari

B : Rata-rata jumlah pasien/hari

C : Jumlah hari/tahun

D : Jumlah hari libur masing-masing perawat

E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat


=

=
= 11,83 = 12 orang

Jadi jumlah kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Cermai


adalah 12 orang. Namun juga perlu diperhitungkan jumlah kebutuhan
tenaga non keperawatan, administrasi yaitu sebesar 25% dari
kebutuhan tenaga keperawatan.

Jumlah tenaga non keperawatan = Jumlah kebutuhan tenaga


keperawatan x 25%
= 11,83 x 25%

= 2,95 = 3 orang

Total kebutuhan tenaga keperawatan = 11,83 + 2,95 = 14,78 dibulatkan


menjadi 15 orang.
(2) Perhitungan Menurut Rumus Douglas
(a) Perhitungan beban kerja dan kebutuhan perawat
Perhitungan Beban Kerja dan Kebutuhan Perawat
Minimal Care Parsial Care Total Care
Pagi 0,17 0,27 0,36
Siang 0,14 0,15 0,30
Malam 0,07 0,10 0,20

Diketahui:

Ruang Cermai RSUD Klungkung dengan kapasitas 13 tempat tidur terisi 12


bed. Tingkat ketergantungan pasien di Ruang Cermai RSUD Klungkung:
Minimal care : 2

Parsial care :7
Total care :4

Kebutuhan Perawat Menurut Tingkat Ketergantungan Pasien


Klasifikasi Jumlah Sift

Pasien Pagi Siang Malam


Minimal 5 2x0,17= 2x0,14= 2x0,07 =

Care 0,34 0,28 0,14


Parsial 7 7x0,27= 7x0,15= 7x0,10 =

Care 1,89 1,05 0,7


Total Care 4 4x0,36= 4x0,30= 1,2 4x0,20 =

1,44 0,8
Jumlah 12 3,67 2,53 1,64
4 orang 3 orang 2 orang

Jadi total perawat yang dibutuhkan dalam sehari:

4+3+2 = 9 orang

Jumlah tenaga lepas dinas perhari:

Jumlah hari minggu pertahun + cuti + haribesar


= x Total perawat yang dibutuhkan perhari
Jumlah hari kerja efektif

= x9

= x9

= 2,44 = 2 orang

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di ruangan


Cermai adalah 9 orang + 2 orang lepas dinas + 2 orang tenaga; kepala ruangan
dan wakil kepala ruangan = 13 orang.
b. M2 (Material)
1) Gambaran umum RSUD Klungkung dan Ruang Cermai
a) Gambaran umum RSUD Klungkung

Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung atau RSUD Kabupaten


Klungkung merupakan suatu pusat pelayanan kesehatan spesialistik yang
paripurna dan bermutu yang menekankan pelayanan secara CERMAT
(Cepat, Efektif-Efisien, Ramah, Mantap, Akurat-Aman, Tertib
Adminsitrasi). Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung juga berperan
dalam menunjang pendidikan di Bali Timur. Saat ini RSUD Klungkung
terletak di satu setengah kilometer dari pusat kota Semarapura, tepatnya di
Jl. Flamboyan, No. 40 Semarapura dengan luas tanah 23.885 m2 dan luas
bangunan 10.480 m2. Lokasi tersebut sangat strategis, selain mudah
dijangkau juga terletak dijalur wisata dan tempat suci umat Hindu yaitu
Pura Besakih, juga sebagai alur lalu lintas yang menghubungkan Jawa dan
Bali dengan Lombok, disamping jalur utama jalan Prof. Ida Bagus Mantra
yang menghubungkan Tohpati Denpasar menuju Kusamba Klungkung
sehingga RSUD Kabupaten Klungkung mudah dikenali.
Pelayanan yang diberikan oleh RSUD Klungkung terdiri dari 14
instalasi meliputi: instalasi rawat darurat & intensif, pelayanan rawat jalan,
pelayanan rawat inap I& II, instalasi laboratorium, instalasi radiologi,
instalasi bedah sentral, instalansi farmasi, instalasi gizi,instalasi
pemeliharaan sarana rumah sakit (ipsrs), instalasi rekam medik dan
mediko legal, instalasi kesehatan lingkungan rumah sakit, instalasi diklat
dan penelitian, instalasi pemulasaran jenazah.
b) Gambaran umum Ruang Cermai

Ruang Cermai merupakan ruangan yang merawat pasien gabungan.


Ruang ini melayani pasien umum maupun pasien yang menggunakan
jaminan kesehatan yang terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas I, II, dan III dengan
jumlah tempat tidur sebanyak 11 tempat tidur dan 2 TT cadangan.
Kelas I diruangan ini terdapat 1 kamar dengan nomor tempat tidur 1.1
yang memiliki fasilitas, diantaranya 1 tempat tidur, Air Conditioner,
Kamar Mandi, Kursi Pengunjung, dan lemari. Kelas II diruangan ini
terdapat 1 kamar. Kelas II memiliki fasilitas diantaranya, 2 tempat tidur, 1
kamar mandi, 2 buah lemari, Air Conditioner dan kursi pengunjung.
Kelas III di ruangan ini terdapat 2 kamar, 1 kamar dengan fasilitas 6
tempat tidur dengan 2 bed cadangan dan 1 kamar lagi dengan 2 tempat
tidur berada di area lorong, dengan fasilitas kursi pengunjung, lemari
pakaian, 1 kamar mandi, kipas angin. Fasilitas lain yang dimiliki oleh
ruang Cermai adalah Nurse Station, dapur, toilet petugas, ruang tindakan
serta spoel hoek

2) Lokasi, denah RSUD Klungkung dan Ruang Cermai

RSUD Klungkung terletak di satu setengah kilometer dari pusat kota


Semarapura, tepatnya di Jl. Flamboyan, No. 40 Semarapura. Ruang cermai
terletak di lantai 1 dengan batas-batas sebagai berikut:
a) Timur : Poliklinik dan Addmision

b) Utara : Hemodialisa

c) Barat : Diklat dan Ruang oksigen

d) Selatan : Ruang Kedongdong

3) Peralatan dan fasilitas pasien

a) Fasilitas pasien

Fasilitas Pasien

Keadaan barang
Jumlah
No Nama Barang Baik Kuran Rusak
Barang
g baik berat
1 Tempat tidur 13 12 - -
2 Sarung bantal 30 30 - -
3 Seprai 39 39 - -
4 Selimut 38 38 - -
5 Perlak 32 32 - -
6 Stik laken 35 35 - -
7 Sampiran/sekat 2 2 - -
8 Korden sampiran 13 13 - -
9 Baju operasi 10 10 - -
10 Duk lubang 3 3 - -
11 Bantal 25 25 - -
12 Kursi penunggu 15 15 - -
13 Lemari 13 13 - -
14 AC 2 2 - -
15 WC/toilet 3 3 - -
16 Wastafel 2 2 - -
17 Kursi roda 2 2 - -
18 Kipas 3 3 - -
19 Lift 1 1 - -
20 Tempat cucian 1 1 - -
21 Sampah medis/non 4 4 - -
medis

b) Fasilitas perawat

Fasilitas Perawat
Keadaan barang
Jumlah
No Nama Barang Baik Kurang Rusak
Barang
baik berat
1 Meja resepstionis 1 1 - -
2 Kursi lipat 3 3 - -
3 Bangku injak 4 4 - -
4 Loker katun 1 1 - -
5 bantal 1 1 - -
6 Dispenser 1 1 - -
7 kursi 8 8 - -
8 Kulkas obat 1 1 - -
9 lemari 1 1 - -
10 wastafel 1 1 - -
11 Wc/toilet 1 1 - -
12 Rak buku 1 1 - -
13 Kotak saran 1 1 - -
14 Jam dingding 1 1 - -
15 kasur 1 1 - -
16 AC portable 1 1 - -
17 handuk 1 1 - -
18 Tissue 1 1 - -

c) Alat Medis/Keperawatan

Alat Medis/Keperawatan
Keadaan barang
Jumlah
No Nama Barang Baik Kuran Rusak
Barang
g baik berat
1 Alat pemadam portable 1 1 - -
2 Diagnostik set 1 1 - -
3 Infusing stand 13 13 - -
4 Oksigen regulator 8 8 - -
5 Trolly instrument 1 1 - -
6 EKG 1 1 - -
7 Tensimeter + manzet dewasa 2 2 - -
8 Blood warmer 1 1 - -
9 Stetoskop 2 2 - -
10 Termometer digital 3 3 - -
11 Saturasi oksigen 1 1 - -
12 Trolly emergency 1 1 - -
13 Lemari obat 2 2 - -
14 Lemari laken 1 1 - -
15 Bengkok 1 1 - -
16 Tempat sampah infeksius 1 1 - -
17 Tempat sampah non infeksius 2 2 - -
18 Tempat sampah botol/vial 1 1 - -
19 Tempat sampah botol infus 1 1 - -
20 Safety Box 2 2 - -
21 Blood box 1 1 - -
22 Tensimeter digital 1 1 - -
23 Timbangan dewasa 1 1 - -
24 Senter 1 1 - -
25 Rong spatel 2 2 - -
26 Oxymetri 2 2 - -
27 Blood warmer 1 1 - -
28 Nebulizer 1 1 - -
29 Suction 1 1 - -
30 Amu bag dewasa 2 2 - -
31 Weel chair 1 1 - -
32 Truno gas 1 1 - -

d) Administrasi penunjang

Administrasi penunjang
Keadaan barang
Jumlah
No Nama Barang Baik Kurang Rusak
Barang
baik berat
1 Buku pinjaman alat 2 2 - -
2 Buku visite 1 1 - -
3 Buku SPO 1 1 - -
4 Buku amprahan 2 2 - -
5 Buku laporan situasi 1 1 - -
pelayanan
6 Buku rapat 3 4 - -
7 Buku laporan kematian 1 1 - -
8 Buku mutase alat 1 1 - -
9 Buku tamu 1 1 - -
10 Buku oeperan jaga staf 1 1 - -
11 Buku saran 1 1 - -
12 Buku operan alat 1 1 - -
11 Buku pasien APS 1 1 - -
12 Buku pembagian tugas 1 1 - -
13 Buku pendataanpasien 2 2 - -
beresiko tinggi
14 Buku catatan ganti laken 1 1 - -
15 Buku rujukan 1 1 - -
16 Buku nomor surat opname 1 1 - -
17 Buku obat sentral 1 1 - -
18 Buku kerusakan 1 1 - -
19 Buku administrasi 1 1 - -
20 Buku tim 2 2 - -
21 Buku laundry 2 2 - -
22 Buku CSSD 1 1 - -
23 Buku jadwal 1 1 - -
24 Buku espedisi radiologi 1 1 - -
25 Buku amprahan radiologi 1 1 - -
26 Buku komplin 1 1 - -
27 Buku RKBU 1 1 - -
28 Buku cattaan sosialisasi 1 1 - -
29 Buku BCP 1 1 - -

c. M3 (Metode)

Penerapan sistem MPKP (Model Penugasan)

1) Kajian teori

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu


sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut. Ada lima model praktik keperawatan pofesional salah
satunya adalah sistem pemberian asuhan keperawatan. Dalam
perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional,
digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya
metode kasus, tim, fungsional dan sebagainya (Hoffart & Woods, 1996
dalam Huber, 2010). Metode primer modifikasi adalah metode
gabungan antara metode tim dan metode primer. Metode ini
menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai
pulang. Metode asuhan keperawatan ini mendorong kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat asuhan keperawatan dengan
pelaksaan asuhan keperawatan, sehingga konsep dasar model ini
adalah tanggung jawab dan tanggung gugat. Penetapan sistem model
MPKP ini didasarkan pada beberapa alasan berikut: keperawatan
primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara,
keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim, dan
melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada
primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah
lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat primer/ketua tim.
2) Pelaksanaan di ruangan

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal


10-16 Mei 2021 di Ruang Cermai RSUD Klungkung, didapatkan hasil
bahwa metode penugasan yang digunakan di ruang Cermai adalah
metode primer modifikasi. Metode keperawatan primer tidak
digunakan secara murni karena latar belakang pendidikan perawat di
ruang Cermai adalah S.Kep ners dan Diploma III. Ruang cermai
memiliki 2 ketua tim yang dibantu dengan 4-5 orang anggota tim yang
akan bertanggung jawab kepada kepala ruangan dan tenaga kesehatan
yang bertugas setiap harinya pada saat pelaksanaan sebanyak 13
orang. Apabila terdapat masalah di ruangan maka Anggota Tim wajib
melaporkannya kepada Ketua Tim dan Ketua Tim kemudian
melaporkannya kepada Kepala Ruangan.
3) Kesenjangan

Pelaksanaan MPKP metode modifikasi primer tersebut kurang


berjalan optimal dan tidak ada kesenjangan karena jumlah perawat di
ruang cermai sudah tepat, perhitungan jumlah perawat yang
dibutuhkan per hari sesuai dengan rata-rata pasien diruangan, yang
mana jumlah tenaga kesehatan yang bertugas setiap harinya pada
pelaksanaan adalah 13 orang, idealnya jika dihitung dengan
menggunaka rumus gillies dengan rata-rata pasien perhari 12 pasien,
maka jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 13 orang sudah termasuk
2 orang lepas, kepala ruangan dan wakil kepala ruangan.
b. Penerapan timbang terima (Operan)

1) Kajian teori

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara


untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat itu. Informasi
yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat penanggung jawab kepada perawat
penanggung jawab dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan
lisan. Dalam pelaksanaan timbang terima dilakukan di dua tempat
yaitu nurse station dan bed pasien (Nursalam, 2014).
2) Pelaksanaan di ruangan

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 – 16


Mei 2021 di ruang Cermai, RSUD Klungkung di dapatkan data jika
timbang terima (operan) dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada
pergantian dari shif malam ke pagi (pukul 07.30 WITA), pagi ke sore
(pukul 13.30 WITA), dan sore ke malam (pukul 19.30 WITA).
Pelaksanaan timbang terima (operan) dilaksanakan di nurse station.
Kegiatan tersebut diawali dengan doa, kemudian timbang terima
dimulai dengan setiap perawat yang dinas malam melaporkan
informasi yang terperinci meliputi identitas pasien, kondisi pasien,
tindakan keperawatan yang telah dilakukan, terapi yang telah
diberikan kepada pasien, kondisi terbaru, serta tindak lanjut rencana
keperawatan yang akan dilaksanakan oleh perawat shift pagi. Setelah
itu dilanjutkan dengan berkeliling di setiap ruangan, perawat shift
malam memperkenalkan perawat shift pagi kepada pasien. Pergantian
shift pagi ke shift siang ataupun pergantian shift siang ke shift malam
juga melakukan timbang terima yang sama seperti timbang terima
shift malam ke shift pagi dengan terlebih dahulu melaksanakan operan
di nurse station dan dilanjutkan berkeliling di setiap ruangan pasien.
3) Kesenjangan

Pada pelaksanaan timbang terima perawat belum dapat


melaksanakannya secara optimal, dan sesuai teori yang ada. Yang
mana perawat tidak selalu melakukan timbang terima di bed pasien
atau dihadapan pasien kelolannya, hal ini dibuktikan dengan hasil
observasi bahwa perawat hanya melakukan timbang terima langsung
ke pasien hanya pada shift malam ke shift pagi saja, sedangkan
timbang terima dari shift pagi ke shift siang ataupun shift siang ke
shift malam hanya dilakuka di nurse station saja.
c. Penerapan ronde keperawatan

1) Kajian teori

Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk


membahas masalah keperawatan dengan melibatkan pasien dan
seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan, seperti devisi terkait
(medis, gizi, rehabilitasi medis, dokter umum, dokter spesialis dan
sebagianya). Ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar
bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor (Nursalam, 2014).
2) Pelaksanaan di ruangan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 - 16 Mei
2021 di ruang Cermai, RSUD Klungkung tidak menerapkan ronde
keperawatan sehingga permasalahan pasien yang dirawat lama tidak
dapat diatasi.
3) Kesenjangan

Terdapat kesenjangan antara teori ronde dengan pelaksanaan di


ruangan yang mana penerapan ronde yang seharusnya dilaksanakan
untuk memecahkan permasalahan pasien tetapi tidak dilaksanakan.
d. Pengelolaan logistic dan obat (Sentralisasi obat)

1) Kajian teori

Kajian teori: sentralisasi obat adalah pengelolaan obat yang mana


seluruh obat akan diberikan kepada pasien, pengelolaan obat
diserahkan sepenuhnya oleh perawat. Tujuan sentralisasi obat adalah
menggunakan obat secara bijaksana dan menghindarkan pemborosan
sehingga asuhan keperawatan dapat terpenuhi. Adapun tehnik
pengelolaan obat menurut Dasi, (2015) :
a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang
secara operasional dapat didelegasikan pada staff yang ditunjuk.
b) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan
obat
2) Pelaksanaan di ruangan

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 – 16 Mei


2021 di ruang Cermai, RSUD Klungkung tehnik pengelolan obat
diawali dari penerimaan obat yang mana resep obat dari dokter di
serahkan ke perawat kemudian perawat membawa resep dokter
tersebut pada depo farmasi di apotik. Kemudian obat diambil oleh
perawat lalu Obat yang sudah diambil kemudian akan dipisahkan
sesuai resep dokter lalu di simpan ke lemari obat yang mana di dalam
lemari obat tersebut terdapat tempat-tempat yang sudah diberikan
label nomor bed pasien, obat insulin disimpan di kulkas khusus obat,
sementara untuk infus disimpan di kardus yang sudah diberikan label
jenis infus. Sebelum perawat memberikan obat injeksi/oral perawat
mengecek kembali obat yang diberikan untuk meminimalkan
kesalahan dalam pemberian obat sehingga 6 benar diperhatikan (benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara
pemberian dan benar kedaluwarsa obat). Obat-obat yang masih lanjut
diberikan, jika obat tersebut hampir habis akan diinformasikan oleh
perawat kepada dokter untuk diresepkan kembali. Bila pasien pindah
ruangan, obat-obatan yang dimiliki pasien akan dibawa ke ruang
perawatan yang baru dan jika pasien pulang tetapi obat masih tersisa
maka obat oral akan dikembalikan ke pasien/keluarga sementara untuk
obat injeksi akan disimpan di rak obat.
3) Kesenjangan

Terdapat kesenjangan teori dan pelaksanaan di ruangan yang mana


seharusnya di tempat penyimpanan obat pasien perlu diberikan label
identitas (nama, umur, nomor RM) untuk meminalisir terjadinya
kesalahan dalam pemberian obat, akan tetapi di lemari obat terdapat
keranjang obat yang hanya diberikan label no bed pasien saja.
e. Perencanaan pulang (Discharge Planning)

1) Kajian teori

Discharge planning merupakan suatu proses yang mana pasien


mendapatkan pelayanan dari awal masuk rumah sakit hingga pulang
kerumah. Discharge planning dapat mengurangi lamanya perawatan
pasien, meningkatkan kesehatan pasien, mencegah kekambuhan,
menurunkan angka mordalitas dan morfilitas. Dalam proses
keperawatan discharge planning merupakan salah satu dari intervensi
keperawatan. Intervensi yang dilakukan dalam discharge planning
yang dilakukan yaitu perencanaan pulang, memberikan edukasi
mengenai pola makan, pola istrirahat dan control setelah pulang dari
rumah sakit (Novitasari, 2019).
2) Penerapan di ruangan

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 - 16 Mei

2021 di ruang Cermai, RSUD Klungkung, discharge planning tidak


dilakukan oleh semua pasien di ruangan, tetapi dilakukan apabila
pasien perlu pengobatan yang berkelanjutan. Pasien yang sudah
diperbolehkan pulang, dokter memberikan jadwal untuk kontrol
kembali termasuk terapi obatnya dan mengajarkan pada pasien yang
harus dilakukan dan dihindari selama di rumah, serta hasil-hasil
pemeriksaan selama dirawat. Pemberian health education kepada
pasien dan keluarga pasien hanya dijelaskan secara lisan
3) Kesenjangan

Terdapat kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan di ruangan


yang mana pemberian health education dijelaskan sebatas informasi
lisan yang disampaikan perawat.
f. Penerapan supervisi keperawatan

1) Kajian teori

Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan


yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup
masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan
agar pasien yang mendapatkan pelayanan yang bermutu (Nursalam,
2014).
2) Pelaksanaan di ruangan

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggl 10 - 16 Mei 2021


di ruang Cermai, RSUD Klungkung di dapatkan data bahwa selama
pandemi Covid-19 supervisi tidak dilaksanakan kecuali ada masalah
yang mendesak.
3) Kesenjangan

Terdapat kesenjangan antara teori dan pelaksanaan di ruangan yang


mana supervisi tidak dilakukan semenjak pandemi Covid-19.
g. Dokumentasi keperawatan

1) Kajian teori

Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan


atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data
lengkap, nyata, dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan
dari pasien, tetapi juga jenis atau tipe, kualitas dan kualitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Fisbach, 1991 dalam
Krisnawati, 2017).
2) Pelaksanaan di ruangan

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggl 10 – 16 Mei 2021


di ruang Cermai, RSUD Klungkung di dapatkan data setiap perawat
melakukan pengkajian, merumuskan diagnose keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan
akan dicatat di rekam medik pasien dan diberikan tanda tangan serta
nama perawat yang melaksanakan tindakan untuk menghindari
kesalahan, melindungi klien dari malpraktek serta sebagai payung
hukum untuk perawat.
Format dokumentasi ruang Cermai
No. Bagian Nama Dokumen Sumber
1. UGD Identitas Pasien Perawat
General Concent (Kondisi Perawat

pelayanan kewajiban keuangan)


Form deteksi dini covid19 Perawat &
dokter
Pengkajian gawat darurat Perawat
Tindakan gawat darurat Perawat
Data perkembangan pasien Perawat
Catatan KIE Perawat
Ringkasan pasien keluar ruang Perawat

UGD
2. Rawat Surat permintaan dirawat Perawat

Inap (R. Surat pernyataan kesanggupan membayar Perawat

Cermai)
Lembar verifikasi pasien Perawat
Resume pasien masuk dan keluar Perawat
Catatan perkembangan pasien Perawat
Pengkajian keperawatan Perawat
Catatan KIE Perawat
Rekonsiliasi obat Perawat
Asuhan gizi rawat inap Perawat
dan ahli
Gizi
Monitoring perburukan pasien Perawat
Informed concent Perawat
Timbang terima antar ruangan Perawat
Ceklist pulang pasien Perawat
dan dokter
Perencanaan pulang Dokter
Surat kontrol Dokter
d. M4 (Money)
1) Pengelolaan Anggaran

RSUD Klungkung merupakan rumah sakit pemerintah dan juga


merupakan rumah sakit pendidikan. Aggaran yang ditetapkan untuk
membiayai aktivitas di RSUD Klungkung khususnya di Ruang Cermai
bersumber dari dana APBD II, pendapatan BLUD dan penggunaan Slipa
BLUD (Laporan Tahunan Kinerja BLUD RSUD Kabupaten Klungkung Tahun
2018).
a) Tarif Perawatan di Ruang Cermai

Tarif Perawatan di Ruang Cermai


No Ruangan Harga Kamar Jasa Layanan Keperawatan Non Medik Total Estimasi Fasilitas
Akomodasi Medik
1. Kelas III Rp. 100.000 Rp. 25.000 Rp. 30.000 Rp. 15.000 Rp. 170.000 10 bed pasien, 3
kipas angin, 2
AC, 1 kamar
mandi, 10
lemari kecil, 10
kursi,
10 meja
2. Kelas II Rp.125.000 Rp. 40.000 Rp.45.000 Rp. 20.000 Rp. 230.000 2 bed pasien, 2
lemari kecil, 1
kamar mandi, 2
meja, 2 kursi, 1
AC
3. Kelas I Rp.200.000 Rp. 50.000 Rp. 60.000 Rp. 25.000 Rp. 335.000 1 bed pasien, 1
kamar mandi,
lemari kecil,
meja dan kursi,
1
AC
Sumber : Data da Informasi Profil RSUD Klungkung (2021)
Keterangan :

1. Komponen jasa layanan rawat inap terdiri atas jasa medic, jasa keperawatan dan
jasa non medik.
2. Jasa medik merupakan jasa visite dokter spesialis sebagai penanggung jawab
utama yang dibayarkan 1 kali per hari.

e. M5 (Market)
1) Kasus terbanyak

Sepuluh besar kasus diagnose terbanyak diinstalasi Rawat Inap Cermai


bulan Februari-April 2021.
Kasus Terbanyak
No Bulan Februari 2021

Nama Penyakit Jumlah kasus


1 Close Fraktur 13
2 Pneumonia 8
3 Anemia 7
4 CKD (chronic kidney disease) 5
5 Open fraktur 4
6 CHF (congestive heart failure) 4
7 DHF (Dengue Hemoragik Fever) 4
8 SNH (Stroke Non-Hemoragik) 3
9 CKR (Cidera Kepala Ringan) 3
10 Sindrom dyspepsia 3

No Bulan Maret 2021

Nama Penyakit Jumlah kasus


1 Anemia 10
2 CKD (chronic kidney disease) 8
3 CHF (congestive heart failure) 7
4 DM (Diabetes Militus) 6
5 Pneumonia 6
6 SNH (Stroke Non-Hemoragik) 6
7 DHF (Dengue Hemoragik Fever) 5
8 Close Fraktur 5
9 Selulitis 3
10 Sindrom dyspepsia 3

No Bulan April 2021

Nama Penyakit Jumlah kasus


1 Pneumonia 10
2 DM (Diabetes Militus) 7
3 Close Fraktur 5
4 CKD (chronic kidney disease) 3
5 Hipertensi 2
6 Gastritis 2
7 ACKD (acut chronic kidney disease) 2
8 SH (Stroke Hemoragik) 2
9 Kandidiasis 2
10 AF (Atrial Fibrilasi) 2

No Akumulasi Bulan Februari – April 2021


Nama Penyakit Jumlah kasus
1 Pneumonia 24
2 Close Fraktur 23
3 Anemia 17
4 CKD (chronic kidney disease) 16
5 DM (Diabetes Militus) 13
6 CHF (congestive heart failure) 11
7 DHF (Dengue Hemoragik Fever) 9
8 SNH (Stroke Non-Hemoragik) 9
9 Sindrom dyspepsia 6
10 Open fraktur 4
Gambar 3.5

10 Besar Kasus Penyakit di Ruangan Cermai RSUD Klungkung Bulan


Februari - April 2021

5%3%
7% 18%
7%

8% 17%
10%

12% 13%

Pneumonia Close Fraktur Anemia


CKD DM CHF
DHF SNH Sindrom dispepsia
Open Fraktur

Berdasarkan data tiga bulan terakhir (bulan Februari – April 2021) didapatkan
data bahwa dari 18 kasus penyakit di Ruang Cermai RSUD Klungkung yang
termasuk 10 besar adalah kasus Pneumonia dengan persentase 18%.
a. Kepuasan pasien

Berdasarkan hasil pengumpulan data terkait kepuasan pasien di ruang Cermai


RSUD Klungkung yang dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2023 diperoleh hasil
sebanyak 22,2 % pasien puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan.
F. PERHITUNGAN BEBAN KERJA DAN KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT
1. Ilustrasi Kasus

Di Ruang cermai, RSUD KLUNGKUNG, terdapat 15 pasien dengan 9 pasien


dengan perawatan minimal, 4 pasien dengan perawatan parsial dan 2 pasien dengan
perawatan total. Jumlah perawat yang diperlukan di ruang cermai adalah :

a) Metode Douglas

Jumlah KLASIFIKASI PASIEN


Pasien
Minimal Partial Total

pagi siang Malam pagi siang Malam pagi siang malam

1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20

Pagi Siang Malam

Minimal : 0.17x9 : 1,53 Minimal: 0.14x9 : 1,26 Minimal : 0.07x9: 0,63

Parsial : 0.27 x 4 :1,08 Parsial : 0.15x 4: 0,6 Parsial : 0.10x 4: 0,4

Total : 0.36 x 2: 0,72 Total : 0.30x2: 0,6 Total : 0.20x 2 : 0,4

1,53+1,08+0,72 : 3,33 1,26+0,6+0,6 : 2,46 berarti 0,63+0,4+0,4 : 1,43 berarti


berarti dibutuhkan 3 orang dibutuhkan 3 orang perawat dibutuhkan 1 orang perawat
perawat

Total tenaga perawat yang Jumlah tenaga lepas dinas per hari Jumlah perawat yang
dibutuhkan yaitu : dibutuhkan di ruang jepun
86x7 602
= = 2,02
Pagi : 3 orang
297
297
Siang : 3 orang 7+2+2 perawat structural : 11
orang
Malam : 1 orang
Jadi total : 2 orang

Total : 7 orang

Note : angka 86 merupakan jumlah libur/lepas per tahun

Angka 297 merupakan jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun

b) Metode Gilies
Menurut Gillies Rumus Kebutuhan Tenaga Keperawatan disatu unit perawatan adalah sebagai
berikut : axbxc f
= =h

(c-d) x e g

Ket:

A = Rata-rata jumlah jam perawatan yang dibutuhkan klien/hari

B = Rata-rata jumlah klien/hari

C = Jumlah hari/tahun (365 hari)

D = Jumlah hari libur masing-masing perawat (86 hari)

E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat ( 7 jam)

F = Jumlah perawatan yang dibutuhkan/tahun

G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun

H = Jumlah perawat di satu unit

1) Jumlah kebutuhan keperawatan yang dibutuhkan klien per hari sesuai rumus baku
gillies adalah
(1) Waktu perawatan langsung
(self care) = ½ x 4 = 2 jam

(partial care) = ¾ x 4 = 3 jam

(total care) = (1 – 1 ½) x 4 = 4 – 6 jam

(intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam


(2) Waktu perawatan tidak langsung
RS Graha Detroit = 38 menit/klien/hari

Wolfe & Young = 60 menit/klien/hari

(3) Waktu penyuluhan kesehatan = 15 menit/hari/klien


Total jam perawatan yang diberikan perawat
= waktu perawatan langsung + perawatan tidak langsung + waktu penyuluhan kesehatan

Ilustrasi kasus

Di Ruang Jepun, RSU Bunga, selama periode 6 bulan (1 Juli 2021 – Desember 2021) 184
hari. memiliki kapasitas tempat tidur 16 TT, jumlah rata-rata pasien yang dirawat perhari
yaitu 20 pasien, jumlah pasien mati seluruhnya 8. Di Ruang Jepun saat ini terdapat 15 pasien
dengan 9 pasien dengan perawatan minimal, 4 pasien dengan perawatan parsial dan 2 pasien
dengan perawatan total.

a) Keperawatan langsung
Perawatan minimal = 9 orang x 2 jam = 18 jam

Perawatan parsial = 4 orang x 3 jam = 12 jam

Perawatan total = 2 orang x 5 jam = 10 jam

Total perawatan : 18 jam + 12 Jam + 10 jam = 40 jam

b) Keperawatan tidak langsung


15 pasien x 1 jam = 15 jam

c) Penyuluhan Kesehatan
15 orang x 0,25 jam = 3,75 jam

Total jam keseluruhan : 40 jam + 15 jam + 3,75 Jam = 58,75 jam

d) Total Jam perawatan per pasien / hari


58,75 : 15 pasien = 3,9 jam

e) Total kebutuhan tenaga Kesehatan


21,352,5
3,9 jam x 15 pasien x 365 hari
= = 10, 93
1,953
Dibulatkan menjadi 11
(365 hari – 86 hari) x 7 jam
11 x 20% = 2,2 (2 orang)

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah

11+2 = 13 orang / hari

c) Metode Nina
Di Ruang Cermai, RSUD KLUNGKUNG, selama periode 6 bulan (1 Juli 2021 –
Desember 2021) 184 hari. memiliki kapasitas tempat tidur 16 TT, jumlah rata-rata pasien
yang dirawat perhari yaitu 20 pasien, jumlah pasien mati seluruhnya 8. Di Ruang cermai
saat ini terdapat 15 pasien dengan 9 pasien dengan perawatan minimal, 4 pasien dengan
perawatan parsial dan 2 pasien dengan perawatan total. Rata-rata jam perawatan perhari
yaitu 5 jam/hari.

1) Tahap I
A : 5 jam perhari

2) Tahap II
B: A x TT = 5 jam x 16 TT

= 80 jam

3) Tahap III
C : B x 365

= 80 Jam x 365

= 29.200 jam

4) Tahap IV
D = C x BOR
= 29.200 x 7,5
80 = 2.737
80

5) Tahap V
E = D : 1878

= 2.737 : 1878

= 1, 475

= 2 orang
G.
H. ROLE PLAY BERMAIN PERAN

1. SUPERVISI

a) Alur

Kepala Bidang Menetapkan kegiatan


Keperawatan dari tujuan serta
instrument atau alat PRA
ukur

Kepala Per IRNA

Menilai kerja perawat :


Kepala Ruangan Responbility -
Accountability - Authority PELAKSANAAN

PP 1 PP 2

Penilaian 3F

1. Penyampaian penilaian
(fair)
2. Umpan balik (feed back)
PA PA 3. Tindak lanjut (Follow PASCA
Up) , pemecahan masalah
dan reward

Kinerja perawat dan


kualitas pelayanan

Supervisi
KETERANGAN :

Struktur Organisasi:

1. Kepala Ruangan : Panji


2. Perawat Primer : Gung Yolanda
3. PA 1 : Santika
4. PA 2 : Dewinta
5. Pasien : Gung Nanda
6. Keluarga pasien : Anna

b) Skenario:

Di Ruang Rawat Inap Cendrawasih terdapat Klien atas nama Tn. N mengeluh
tangan sebelah kiri terasa nyeri, karena terdapat luka yang diakibatkan oleh tangan
pasien masuk ke mesin penggiling padi. Tangan sebelah kiri pasien mengalami luka
dengan panjang ± 30 cm dan lebar ± 7 cm. pada jari ke-5 dan ke-4 pasien mengalami
fraktur. Pada luka pasien terdapat biji padi hasil pemeriksaan tanda – tanda vital :
Tekanan Darah: 146/80 mmHg, Nadi: 91 x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu: 36,6oC. Pada
hari yang sama kepala ruangan akan melakukan supervise terhadap tindakan yang
akan dilakukan oleh perawat. Di ruang keperawatan kepala ruangan menyampaikan
maksud dan tujuan kepada perawat primer dan perawat asosiasi.

Karu: “Selamat pagi, apa semuanya sudah lengkap?”


PP : “Sudah pak.”
Karu : “Baik, pagi ini saya akan melakukan supervise yang tujuannya untuk melihat
dan memperbaiki tindakan yang akan dilakukan perawat semua disini kepada pasien
kita. Tindakan yang akan kita supervise adalah Tindakan pencegahan infeksi yaitu
pemberian antibiotic. Sesuai jadwal hari ini yang sudah saya lihat, apakah benar
pasien atas nama Tn. N berusia 48 tahun kamar no. 2 yang akan dilakukan pemberian
obat antibiotic melalui IV?”

PP : “Benar pak, hari ini di jam 09.00 terdapat jadwal pemberian obat antibiotic pada
pasien atas nama Tn.N pada kamar no.2”

Karu : “Kalau begitu silahkan kalian persiapkan peralatannya terlebih dahulu.”

PP : “Baik pak, mohon tunggu sebentar.”

Di ruang Nurse Station


PP : “Baik teman-teman, segera dipersiapkan alat serta bahan-bahan yang diperlukan
untuk pemberian obat.”
PA1 : “Baik pak, akan segera saya persiapkan.”
PP : “Perawat Dewinta tolong dibantu perawat santika juga ya.”
PA2 : “Iya bu, akan segera saya siapkan.”

PA1 dan PA2 telah selesai menyiapkan alat dan bahan untuk pemberian obat
antibiotic kemudian melaporkan jika semuanya sudah siap

PA1: “semua alat dan bahan untuk pemberian obat melalui IV sudah siap pak.”
Karu: “Baik, pada hari ini kita mempunyai 1 pasien yang akan dilakukan pemberian
obat. Jadi, untuk format penilaian yang akan dilakukan supervisi pada hari ini saya
akan melakukan beberapa penilaian terhadap tindakan yang akan dilakukan dan nanti
saya akan memberikan penilaian terhadap beberapa peralatan instrument tindakan
seperti teknik pemberian obat, cara kalian menjelaskan pada pasien fungsi obat yang
diberikan serta Teknik steril yang kalian terapkan dan perawatan balutan yang benar.
Mungkin ini ada beberapa format/instrumen penilaian yang akan digunakan, silahkan
dibaca.”

(sambil menyerahkan map kepada PP)

PP : “Baik pak.” (menerima map)


Karu : “Apakah ada yang ingin ditanyakan dari format penilaian yang saya berikan?”

PP : “Tidak ada pak.”


Karu : “Baik jika tidak ada, sekali lagi saya bertanya, bagaimana dengan perlengkapan
untuk pemberian obat melalui IV? Apakah sudah lengkap dan siap?”

PP : “Sudah lengkap pak.”

Karu :” dosis nya sudah benar?”

PA1:” sudah pak.”

Karu : “Baik jika sudah, kita langsung saja menuju ke kamar pasien ya.”
Setelah semuanya siap Karu, PP, PA1 dan PA2, ke ruangan pasien

PP : “Selamat pagi pak”


Pasien : selamat pagi sus.”
PP : “Bagaimana kabarnya hari ini pak? Apakah ada keluhan?”
pasien : “Iya sus, saya memiliki keluhan tangan kiri saya nyeri sus.”

PP: “Baik pak, kami akan memberikan obat antibiotic ya pak melalui infus dengan
tujuan agar tidak terjadi infeksi pada luka di tangan kiri bapak. Nanti saat disuntikan
mungkin terasa sedikit perih tapi tidak terlalu sakit ya pak, jika perih bisa langsung
bilang pada kami ya. Bagaimana pak, apa diperbolehkan?”

Pasien : “Ya, silahkan sus.”


PP: “Sebelum kami melakukan Tindakan, apakah ada yang ingin ditanyakan oleh
bapak ataupun ibu?”

Pasien : “Tidak ada sus.”


keluarga pasien : “Belum ada sus”

Kemudian PA1 dan PA2 melakukan pemberian obat antibiotic melalui IV pada Tn.N.
Setelah beberapa saat PA1 dan PA2 sudah selesai melakukan pemberian obat

PP : “bapak, obatnya sudah kami suntikan, bagaimana rasanya pak? Apa ada yang
perih?”

Pasien : “tidak sus, tidak ada yang perih.”

PP :” baiklah kalau begitu, 15 menit kedepan, perawat kami akan kembali untuk
melakukan tindakan lainnya. Terimakasih atas kerjasamanya ya pak. Kami permisi.”

Di ruangan Nurse Station


Karu : “Baik tadi saya sudah melakukan penilaian terhadap hasil kerja pemberian obat
pada hari ini. Untuk secara prosedur secara keseluruhan sudah baik, tapi tadi ada hal-
hal yang perlu kita perhatikan bersama sebelumnya.”

PP : “Apa itu pak?”


Karu : “Dalam pemberian obat melalui IV tadi saya lihat saat membuka tutup three
way kalian terlalu lama dan lupa untuk dibersihkan, itu bisa saja menyebabkan infeksi
pada pasien. Saya harap itu kalian jadikan evaluasi kedepannya.”

PP : “Baik pak, saya menyadari akan hal itu dan saya akan memperbaikinya”

Karu : “Tindakan itu memang sepele terlihat namun itu bisa saja berdampak besar
pada pasien karena bisa menyebabkan infeksi masuk melalui three way yang belum
dibersihkan. Secara keseluruhan sudah sangat bagus Tindakan yang kalian lakukan.
Saya harap itu dipertahankan yang sudah bagus dan diperbaiki untuk kesalahan-
kesalahannya mengerti?”

PP : “ mengerti pak.”

PA1:” memgerti pak.”

PA2:” mengerti pak.”

Karu :” Oke, Sepertinya hanya itu yang bisa saya sampaikan jika ada perkataan saya
yang salah saya mohon maaf, saya akhiri pertemuan ini. Terimakasih”

PP : “Baik pak, terimakasih masukannya untuk hari ini, lain kali saya usahakan
untuk melakukan komunikasi terapeutik yang lebih baik, dan kesalahan hari ini tidak
terulang kembali pak.”

PA1  : “Terimakasih pak atas masukan dan sarannya.”

PA2  : “Terimakasih pak atas kritikan dan sarannya pak.”

PP dan PA1 & PA2 kembali ke ruangnya dan Karu melakukan dokumentasi
keperawatan untuk hasil supervise.
2. Sentralisasi Obat

a) Alur:

DOKTER
Koordinasi dengan
perawat
Pasien/Keluarga

Farmasi/ Apotek

Pasien/Keluarga Surat persetujuan sentralisasi


obat dari perawat.
Lembar serah terima obat.
Buku serah terima/masuk obat.
Perawat yang Menerima

Pengaturan dan pengelolaan oleh Perawat

Pasien Keluarga /

Struktur Organisasi

a) Dokter : Santika

b) Perawat 1 : Diah Pradnya

c) Perawat 2 : Ayu Mirah

d) Kepala ruangan : Gung Nanda

e) Perawat 3 : Ayu Dewinta


f) Petugas apotik : Anna Monica

g) Pasien : Panji

h) Narator : Ayu Diah

i) Keluarga pasien : Gung Yolanda


b) SKENARIO :
Pada hari Selasa 16 Mei 2023  pukul 08.00 WIB terdapat pasien Post Operasi
baru bernama Tn.N  dengan diagnosis Risiko Infeksi  dari ruangan operasi di rujuk ke
Ruangan Ratna Pasien diantar oleh istrinya dan perawat OK menuju ke Ruangan
Ratna Keadaan Umum pasien lemah dan kesadaran compos mentis. Pasien terpasang
infus RL + 20 mg oksitosin 28 tpm. Setelah sampai di Ruangan Ratna, kepala ruangan
dan perawat OK melaksanakan serah terima pasien baru. Setelah pasien baru diterima
di Ruang Ratna, beberapa menit kemudian dokter melakukan visite pada  pasien
tersebut. Sebelum visite Dokter dan Perawat berdiskusi terlebih dahulu.

Dokter : "selamat pagi sus" 


Pp1 pp2 : "selamat pagi dok"
Dokter : "apakah ada pasien saya hari ini ?"
Pp1 : "ada dok atas nama Tn. N , dengan diagnosa resiko infeksi keadaan
pasien
umum lemah dan kesadaran composmentis. Pasien terpasang RL  + 20 mg oksitosin
28 tpm."
Dokter : "baik sus, pasien di rawat dikamar berapa ?"
Pp1 : "Di kamar 1 beb 6 dok"
Dokter : "baik kita mulai periksa sus" 
Pp1 pp2 : "baik dok"

Setelah itu, dokter dan perawat langsung menuju keruangan pasien untuk memeriksa
keadaan pasien. 

Dokter : "selamat pagi"


Pasien dan Keluarga : "selamat pagi dok"
Dokter : "bagaimana kabar nya hari ini pak, apakah ada keluhan ? "
Pasien :  "ada dok, masih terasa nyeri di luka operasi saya"
Dokter : "baik pak, kalau begitu nanti saya akan resepkan obat untuk
meredakan rasa nyerinya pak, apakah ada keluhan yang rasakan lagi pak ?"
Pasien : "Terimakasih dok, tidak ada untuk saat ini."
Dokter : "baik jika tidak ada. nanti setelah saya resepkan obat, perawat
akan membantu bapak memberikan obatnya, kami permisi pak. "
Keluarga : "Terimakasih dok, sus"

Setelah memeriksa kondisi pasien dokter dan perawat kembali ke ruangannya.


Sesampainya di ruangan dokter pun meresepkan obat untuk pasien. Di ruangan pp1
dan Pp 2 bertemu karu untuk melaporkan dan meminta ijin kepada karu untuk
dilakukan sentralisasi obat kepada pasien baru. 

Pp1 pp2 : "selamat pagi pak"


Karu : "selamat pagi, ada apa sus ?"
Pp2 : "begini pak, kita memiliki pasien baru atas nama Tn. N di ruangan
kamar 1 Bed 6 dengan diagnosa Resiko Infeksi dengan keadaan umum pasien lemah
dan kesadaran compasmetis. Rencananya saya pp1 dan perawat associste akan
melakukan sentralisasi obat pada pasien baru, bagaimana menurut pak? "
Karu. : "baik saya setuju untuk dilakukan sentralisasi obat pada pasien baru.
Menurut pp2 bagaimana tindakan pelaksanaan dan keperluan instrumennya? "
Pp2 : "Untuk pelaksanaannya yang mana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan ke perawat untuk dilakukan pengeluaran dan pembagian
obat secara tepat dan benar dengan prinsip 6B + 1W. Instrument yang kita butuhkan
antara lain:
1. Lembar informed consent sentralisasi obat
2. Tempat obat
3. Kotak penyimpanan obat
4. Format penyerahan obat antara keluarga dan perawat
5. Daftar pemberian obat
Dan kami sudah menyiapkan instrumennya pak”
Karu : "baik sus, saya rasa persiapannya sudah matang bisa dilakukan
sekarang."
Pp2 : "Baik, Terimaksih atas perijinan pak"

Pp1 kemudian memberitahu PA untuk memanggil keluarga pasien untuk


mengambilkan obat yang sudah di resepkan. Beberapa saat kemudian keluarga Tn. N
datang ke ruangan perawat. 
Pp1 : "Selamat pagi ibu , berikut adalah resep yang telah di berikan oleh dokter,
ibu nanti jika sudah mendapatkan obatnya tolong beritahu perawat di nurse station.
Nanti kami akan melakukan yang namanya setralisasi obat, nanti kalau sudah dapat
obatnya akan kami jelaskan diruangan masing- masing ya bu."
Keluarga : "baik sus nanti saya lapor ke ruangan perawat."
Pp1 : "Baik, Terimakasih buk."

Keluarga pasien pergi ke apotik untuk mengambil obat setelah sampai di apotik
keluarga pasien menyerahkan resep kepada apoteker. keluarga menunggu obat yang
telah di resepkan.

Apoteker :  "obat atas nama Tn. N"


Keluarga : "saya bu."
Apoteker :  "Berikut adalah obatnya, nanti setelah sampai di ruangan tolong langsung
diberikan ke perawat ya bu”
Keluarga : "baik terimkasih"

Setelah selesai mengambil obat ke apotik keluarga pasien kembali keruangan untuk
menyerahkan obat yang di dapatkan di apotik.

Keluarga : "sus ini obat atas Tn. N"


Pp1 : "baik bu, Terimaksih untuk obatnya saya taruh di ruangan ya, nanti saya
dengan perawat lainnya akan menemui Tn. N untuk memberikan lembar sentralisasi
obat. Sekarang ibu bisa keruangan ya."
Keluarga : "baik sus, Terimakasih "

Setelah itu PP 1 melapor kepada KARU menyampaikan bahwa obat sudah di ambil ke
apotek oleh keluarga pasien dan selanjutnya akan melakukan sentralisasi obat. Setelah
melapor, Kepala Ruangan, PP, dan PA ke rungan pasien untuk melakukan sentralisasi
obat dan di mulai dari kamar 1 terlebih dahulu yaitu kamar Tn. N”

Karu : "selamat pagi pak, bagaimana keadaan nya hari ini? Apakah benar ini
dengan Tn. N. "
Pasien : "ya benar "
Karu :  "perkenalkan pp1, pp2 dan ini PA1 tujuan kami disini untuk menjelaskan
sentralisasi obat yang berlaku dirumah sakit ini sekitar 5mnt apakah bapak bersedia ?
"
Pasien : "baik, saya bersedia" 
Karu : "baik selanjutnya akan dijelaskan oleh pp2. "
Pp2 : "Baik bu, Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan
sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan
oleh perawat. Tujuannya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program
therapy obat. Obat akan ditaruh di rak khusus obat yang berisikan nama bapak.
Apabila sudah saatnya waktu pemberian obat perawat akan mengambil obat di kotak
obat bapak. Apakah sudah jelas pak? Atau ada yang ingin di tanyakan?”
Pasien : "sudah jelas , tidak ada sus. "
Pp2 : "baik jika sudah jelas tidak ada yang ingin ditanyakan apakah bapak
bersedia dilakukan sentralisasi obat." 
Pasien : "baik, saya bersedia sus."
Pp2 : "mohon untuk Tn. N menanda tangani form ini dan tolong dibaca
dengan baik terlebih dahulu pak."
Keluarga : "baik sus, saya sudah baca dan saya tangani sekarang sus."
Pp2 : "Saya akan membaca di form bapak, obat yang sudah diterima analgesic
500 mg 3x1, antibiotic 3x1, infus RL. Baik pak, mohon tanda tangan form serah
terima ini dan saya juga akan menanda tangani sebagai bukti bahwa saya sudah
mengelola obat bapak”
Keluarga. : "baik, sus sudah sus"
Karu : "baik pak, jika sudah tidak ada yang ingin ditanyakan. Saya dan rekan-
rekan saya permisi ya pak bu"
Keluarga : "baik, Terimaksih sus"

Perawat pun kembali ke nurse station, kemudian menepatkan obat Tn. N di lemari
obat dan mencatat di buku sentralisasi obat. Pukul 12.00 wita PA 1 membantu Tn. N
meminum obat oral.
PA 1 : “Selamat siang Tn. N, kedatangan saya kesini ingin membantu bapak untuk
minum obat dan memberi obat analgesic dan antibiotic yang bertujuan untuk
mengurangi rasa nyeri yang bapak rasakan. Apakah bapak bersedia?”
Px : “Siang sus, iya saya bersedia”
PA : “Baik saya akan mendokumentasikan obat bapak, saya sudah memberi 1
tablet analgesic dan antibiotic. Sisa semua obat tinggal 5 tablet ya pak”
Px : “Baik sus”
PA : “Baik sudah selesai ya, saya permisi dulu”
Kel px : “Baik terimakasih sus”
3. Discharge Planning

a) Alur:

Dokter dan tim Ners


Kesehatan lain PP dibantu PA

Penentuan Keadaan Pasien

Klinis dan pemeriksaan penunjang


lain.
Tingkatketergantungan pasien.

Perencanaan pulang

Penyelesaian Lain-lain
administrasi
Program HE
1. Control dan obat
2. Nutrisi
3. Aktivitas dan
istirahat
4. Perawatan diri

Monitor
(sebagai program service safety)
Oleh keluarga dan petugas
b) Struktur Organisasi:

Kepala Ruangan : Nanda

PP : Anna

PA : Santika

Pasien : Panji

Dokter : Mirah

Keluarga : Dewinta

c) Skenario

Pada Tanggal 20 Mei 2023 Seorang pasien Bernama Tn.N di Ruangan Ratna Post
Operasi dengan diagnosis Risiko Infeksi , hari ini akan dilakukan Discharge Planning.
Setelah 4 hari di rawat Tn.N diperbolehkan pulang oleh dokter karena kondisinya
sudah membaik. Maka dari itu Karu beserta Tim di ruangan Ratna akan melakukan
Discharge Planning.

(Dokter dan perawat melakukan visite keruangan pasien) Dokter: Selamat pagi bapak,
bagaimana keadaanya hari ini?

Pasien: Pagi dokter, sudah membaik dok.

Dokter: Apakah hari ini bapak ada keluhan?

Pasien: Kadang-kadang tangan saya sedikit nyeri dok, namun kondisi saya sudah
sangat membaik dari sebelumnya.

Dokter: Kalo begitu saya periksa dulu ya keadaannya.

Setelah itu dokter memeriksa keadaan umum pasien dan hasilnya sangat membaik.

Keluarga: Apakah suami saya sudah boleh pulang hari ini dok?
Dokter: Setelah saya memeriksa kondisi suami bapak tadi ternyata kondisinya
memang sudah sangat membaik maka dari itu hari ini bapak sudah
diperbolehkan pulang. Nanti akan saya resepkan obat penghilang
rasa nyeri untuk dibawa pulang.

Keluarga: Baik dok, setelah suami saya keluar dari RS apakah akan kontrol

lagi?

Dokter: Iya bu, tentu saja. Jadwal kontrol sudah saya siapkan, nanti perawat

yang akan menyerahkannya kepada ibu. Apakah ada yang ingin ibu tanyakan lagi.
Keluarga: Tidak dokter

Dokter: Baik, jika tidak ada yang ingin ditanyakan lagi saya permisi meninggalkan
ruangan ini ya bu

keluarga: Baik dok, terimakasih.

(Dokter dan perawat meninggalkan ruangan pasien)

Karu: Selamat pagi semua pagi ini pasien atas nama Tn.N akan direncanakan
melakukan Discharge Planning karena kondisi pasien sudah membaik
dan memungkinkan untuk melakukan perawatan dirumah, Bagaimana
perisapan kepada pasien Tn.N?

PP: Untuk persiapan Discharge Planning pada Tn.N sudah siap, status pasien dan
format discharge planning sudah dipersiapkan. Untuk masalah pada
pasien saat ini adalah nyeri dan luka post operasi pada tangan kiri yang
dapat memungkinkan terjadinya infeksi maka dari itu perlu di
informasikan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai tempat
control, cara perawatan luka, Teknik meredakan nyeri dan tanda-tanda
terjadi bahaya dan kegawatan pasien.

Karu: Baik, terimakasih, sebelumnya saya periksa dulu berkas-berkasnya.

PP: Baik bu, ini berkas-berkasnya serta format discharge planningnya.


4. Timbang Terima atau Operan

Timbang Terima/Operan Alur


:

SITUATION

Diagnosa Keperawatan (Data)


Data Demografi Diagnosa
Medis

Background

Riwayat Keperawatan

Assesment

KU, TTV, GCS, Skala Nyeri, Skala


Resiko Jatuh, dan ROS

Rekomendation:
Tindakan yang sudah
Dilanjutkan
Stop
Modifikasi
Strategi Baru
Struktur Organisasi :
1. Kepala Ruangan : Gung nanda
2. PP 1 (pagi) : Yolanda
3. PA 1 (Pagi) : Anna
4. PP 2 (pagi) : Pradnya
5. PA 2 (pagi) : Diah Utami
6. PP 1 (siang) : Ayu Mirah
7. PP 2 (siang) : Santika
8. Pasien R. Anggrek 1&3 : Panji
9. Pasien R. Anggrek 2&4 : Ayu Dewinta

Pada siang hari di Ruangan Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Sehat, terlihat kepala
ruangan anggrek dan tim perawat PP 1 dan 2 yang mendapatkan tugas sift pagi bersiap – siap
untuk melakukan operan kepada perawat PP 1 dan 2 yang mendapatkan tugas sift siang.

Kepala Ruangan : “Selamat siang semuanya, untuk perawat PP 1 dan 2 yang


mendapatkan tugas sift pagi dan siang silahkan berkumpul terlebih
dahulu untuk melakukan operan karena waktu sudah menunjukan pukul
14.00 wita”

Perawat PP 1 dan 2 pagi dan siang berjalan menuju nurse station untuk melakukan operan
Kepala Ruangan : “Baik karena sudah semua berkumpul, sebelum kita melakukan operan

ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa menurut keyakinan dan
kepercayaan masing – masing, berdoa di mulai. Berdoa selesai”

Kelapa Ruangan : “Baik langsung saja kita mulai operan pada siang hari ini, yang pertama
kita mulai dari PP 1(pagi), silahkan”

PP 1 (pagi) : “Baik terimakasih bu, selamat siang ibu dan teman – teman semua
siang ini saya akan melakukan operan untuk PP 1sift siang.”

“Ruang anggrek 1 terdapat 1 bed pasien yang tersisi dari 3 bed pasien
yang tersedia. Bed 1 di isi oleh Tn. A masuk kemarin malam dirawat
oleh dr. S, dengan diagnose medis apendisitis. Pasien masih
mengeluhkan nyeri pada perut kanan bawah dengan skala nyeri 5. Pasien
sudah mendapatkan perawatan luka dan visite dokter sudah di
laksanakan pada

pukul 09.00 wita. Pasien dipasang infus NaCl 20 tpm, tekanan darah
pasien 120/80 mmHg, nadi 80x/mnt, RR 18 x/mnt, suhu 36’c. berikan
kolaborasi analgetic jika nyeri pasien semakin berat.”

PA 1 (Pagi) : “Ruang anggrek 2 Bed 1 diisi oleh Ny. U usia 30 th, Masuk tanggal 19
mei 2023. Dirawat oleh dr. C. pasien mengalami fraktur pada femur
dextra dan sudah silakukan operasi. Sudah dilakukan perawatan luka dan
pengantian balutan pada luka pagi hari tadi. Pasien mengatakakan masih
merasakan nyeri, hanya saja nyeri yang di rasakan sewaktu saat ia
bergerak dengan skala nyeri 2. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg,
nadi 88 x/mnt, suhu 36,5’c, RR 20x/mnt. Pasien masih terpasang infus
NaCl

20 tpm. Coba ajarkan pasien Teknik relaksasi nafas dalam agar


mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.”

PP 1 (siang) : “Baik sus, terimakasih atas informasinya”


Kepala Ruangan : “Baik terimakasih atas informasinya mengenai pasien di Raung
anggrek 1 dan 2, untuk perawat sift siang selamat bertugas. Selanjutnya
kita lanjutkan operan untuk PP 2 (pagi), silahkan”

PP 2 (pagi) : “Baik bu, terimakasih. Selamat siang ibu dan teman – teman semua
siang ini saya akan melakukan operan untuk PP 2 siang.”

“Ruang anggrek 3 terdapat 1 bed pasien yang terisi dari total 3 bed yang
ada. Bed 2 diisi oleh Ny. O usia 19 th. Masuk tanggal 20 mei 2023.
Dirawat oleh dr. A. pasien mengalami fraktur pada patella sinistra dan
sudah silakukan operasi. Sudah dilakukan perawatan luka dan
pengantian balutan pada luka pagi hari tadi. Pasien masih mengeluhkan
nyeri pada lutut kiri dengan skala nyeri 4, pasien mengatakan rasanya
seperti di tusuk
– tusuk, pasien mengatakan nyeri yang di rasakan sewaktu – waktu saat
ia bergerak. Tekanan darah pasien 130/90 mmHg, nadi 88 x/mnt, suhu
36,5’c, RR 20x/mnt. Pasien masih terpasang infus NaCl 20 tpm.
Lanjutkan berikan kolaborasi analgetic jika nyeri pasien semakin berat.”

PP 2 (siang) : “Baik terimakasih sus, untuk hari ini apakah di Ruangan anggrek 3
akan di laksanakan visite dokter?”

PP 2 (pagi) : “Iya sus, hari ini di Ruangan anggrek 3 akan di lakukan visite dokter
bedah untuk pasien Ny. O dan Ny. U pada pukul 15.00 wita”
PP 2 (siang) : “Baik sus, terimakasih atas informasinya”

Kepala Ruangan : “Baik sus, silahkan di lanjutkan ke PA 2 Ruang anggrek 4”


PA 2 (pagi) : “Baik bu, untuk Ruang anggrek 4 terdapat 1 bed pasien yang terisi dari
3 bed yang tersedia. Bed 1 di isi oleh Ny.P Masuk tanggal 20 mei 2023.
Dirawat oleh dr. K. Dengan diagnose medis ca mamae. Pasien masih
terpasang infus NaCl 20 tpm. Tekanan darah pasien 120/80 mmHg, suhu
36,5’c, nadi 80x/mnt, RR 20x/mnt. Pasien sudah tidak mengeluhkan rasa
nyeri dan pasien sudah mulai beraktifitas secara mandiri tapi pasien
masih memerlukan pengawasan. Untuk visite dokter hari ini tidak ada.”

PP 2 (siang) : “Baik sus, terimakasih atas informasinya”


Kepala Ruangan : “Baik, karena semua PP sudah selesai melakukan operan selanjutnya
silahkan di lanjutkan untuk mengecek ruangan masing – masing.”

Kemudian PP dan PA berjalan ke ruangan untuk mengecek masing-masing pasien dan


menanyakan keluhannya

Di ruang anggrek 1
PP 1 (Pagi) : “Selamat siang bapak, perkenalkan saya perawat Kristina yang
bertugas pada pagi hingga pukul 14.00, dan ini adalah perawat Nadia
yang bertugas menggantikan saya dari pukul 14.00-20.00 pak.”

PP 1 (Siang) : “Selamat siang bapak, perkenalkan saya perawat Nadia bagaimana


kondisinya hari ini pak?”
Pasien : “Baik sus, perut saya masih sedikit nyeri sus.”
PP 1 (Siang) : “Baik pak, nanti saya akan kembali untuk memberi obat siang, bapak
silahkan istirahat terlebih dahulu ya pak.”

PP 1 (Pagi) : “baik saya tinggalkan dulu pak, selamat istirahat”


Di Ruang anggrek 2

PA 1 (Pagi) : “Selamat siang bu, perkenalkan saya perawat Frisca yang bertugas
pada pagi hingga pukul 14.00, dan ini adalah perawat Nadia Yang
bertugas menggantikan saya dari pukul 14.00-20.00 bu.”

PP 1 (Siang) : “Selamat siang bu, perkenalkan saya perawat Nadia yang akan
bertugas menggantikan perawat Frisca ibu akan menjadi tanggung jawab
saya hingga pukul 20.00. boleh saya tau bagaimana keadaan ibu
sekarang?”

Pasien : “Siang sus, keadaan saya sudah lebih baik, tapi masih sedikit nyeri
sus.”

PP 1 (Siang) : “Baik ibu, nanti saya akan Kembali untuk memberikan obat ya bu, saya
tinggalkan dulu ya bu, selamat istirahat bu”

PA 1 (Pagi) : “Selamat siang bu”


Pasien : “Selamat siang, baik sus.”

Di ruang anggrek 3
PP 2 (Pagi) : “Selamat siang bu, perkenalkan saya perawat Widia yang bertugas
pada pagi hingga pukul 14.00, dan ini adalah perawat Ayuni yang
bertugas menggantikan saya dari pukul 14.00-20.00 bu.”

PP 2 (Siang) : “Selamat siang bu, perkenalkan saya perawat Ayuni yang akan
bertugas menggantikan perawat Widia ibu akan menjadi tanggung jawab
saya hingga pukul 20.00. boleh saya tau bagaimana keadaan ibu
sekarang?”
Pasien : “Siang sus, lutut saya masih terasa nyeri sus.”
PP 2 (Siang) : “Baik ibu, nanti saya akan kembali untuk memberikan obat ya bu, saya
tinggalkan dulu ya bu, selamat istirahat bu”

PP 2 (Pagi) : “Selamat siang bu”


Pasien : “Selamat siang, baik sus.”

Di ruang anggrek 4
PA 2 (Pagi) : “Selamat siang bu, perkenalkan saya perawat Manita yang bertugas
pada pagi hingga pukul 14.00, dan ini adalah perawat Ayuni yang
bertugas menggantikan saya dari pukul 14.00-20.00 bu.”

PP 2 (Siang) : “Selamat siang bu, perkenalkan saya perawat Ayuni yang akan
bertugas menggantikan perawat Manita bu akan menjadi tanggung
jawab saya hingga pukul 20.00. boleh saya tau bagaimana keadaan ibu
sekarang?”

Pasien : “Siang sus, keadaan saya membaik.”


PP 2 (Siang) : “Baik ibu, nanti saya akan Kembali untuk memberikan obat ya bu, saya
tinggalkan dulu ya bu, selamat istirahat bu”

PA 2 (Pagi) : “Selamat siang bu”


Pasien : “Selamat siang, baik sus.”

Setelah selesai melakukan pengecekan dan observasi kepada pasien di ruangan masing – masing,
perawat di setiap PP kembali ke nurse station

Kepala Ruangan : “Baik karena masing – masing PP sudah selesai melakukan


pengecekan di ruangan masing – masing kita tutup operan hari ini
karena tadi sudah dibuka dengan doa mari kita tutup juga dengan doa.
Berdoa Mulai! Selesai!untuk perawat sift pagi saya persilahkan pulang,
selamat beristirahat, dan hati – hati di jalan. Untuk perawat sift siang
selamat bekerja dan jangan lupa semangat. Terimakasih semuanya
selamat siang”

PP 1 dan 2 (pagi) : “Baik bu, selamat siang terimakasih”


PP 1 dan 2 (siang) : “Baik bu, selamat siang terimakasih”

PP 1 dan 2 (pagi) berkemas dan meninggalkan Ruangan anggrek


PP 1 dan 2 (siang) melanjutkan tugas untuk merawat pasien
5. Ronde Keperawatan

Ronde Keperawatan Alur :

Tahap Pra PP

1. Penetapan pasien

2. Persiapan Pasien
 Informend Consent.
 Hasil.
 Pengkajian/validasi
data.
Tahap Pelaksana di
Nurse Station  Apa diagnosa keperawatan ?
3. Penyajian Masalah  Apa data yang mendukung ?
 Bagaimana intervensi yang sudah
dilakukan ?
 Apa hambatan yang ditemukan ?

Tahap Pelaksana di
4. Validasi Data di bed
Kamar Pasien
Pasien

PP, Konselor,
KARU
Pascaronde 6. Kesimpulan dan
5. Lanjutan-diskusi di
(nurse station) rekomendasi
Nurse Station
solusi masalah.
RONDE KEPERAWATAN
a. Topik : Ronde Keperawatan
b. Hari/tanggal : Senin, 15 Mei 2023
c. Waktu : 10.00 WITA
d. Tempat Ruang Bougenvile RSUD Tabanan
e. Metode : Diskusi
f. Instrument : Form persetujuan ronde keperawatan
g. Struktur Organisasi :
- Karu : Gung Nanda
- Dokter Bedah : Yolanda
- Perawat primer : Anna
- Perawat assosiet (PA 1) : Pradnya
- Perawat assosiet (PA 2) : Diah Utami
- Ahli gizi : Ayu Mirah
- Farmasi : Panji
- Pasien : Santika
- Orang tua pasien : Dewinta

Skenario :
Di Ruang Bougenvile RSUD Sanjiwani akan dilakukan ronde keperawatan yang
diberikan kepada Ny. Y berusia 19 tahun. Pasien dengan post operasi debridement, exfix ORIF
TBW pada lutut kiri, dengan diagnose keperawatan Nyeri akut
Pra Ronde
PP : “Selamat pagi bu.”
Karu : “Selamat pagi silahkan masuk, silahkan duduk, sebelumnya ada perlu apa ya?”
PP : “Terimakasih bu, sebelumnya saya dan perawat widia ingin berkonsultasi
permasalahan yang dialami pasien Ny. Y dan meminta saran ibu.”
Karu : “Iya silahkan, apakah ada masalah mengenai pasien tersebut ?”
PA : “Iya bu, pasien Ny. Y yang telah selesai melakukan operasi debridement, exfix
ORIF TBW pada lutut kiri saat ini mengeluh merasakan nyeri dibagian operasi.
Pasien tidak dapat tidur dengan nyaman karena nyeri yang dirasakan.
Rencananya kami akan melakukan ronde keperawatan.”
Karu : “Baik kalau begitu, sebelum kita akan melakukan ronde keperawatan
sebaiknya kita harus menentukan tim ronde terlebih dahulu. Sebelumnya
apakah kalian sudah menentukan tim siapa yang akan ikut serta dalam ronde
keperawatan ini ?”
PA : “Sudah bu, rencananya kami akan melakukan kolaborasi bersama dengan
dokter, perawat, karu, ahli gizi, dan farmasi.”
Karu : “Baik, jika begitu kita akan melakukan ronde keperawatan pada pasien Ny.
Y pukul 10.00 WITA”
PA : “Baik bu”
Karu : “Baik, mohon diingat sebelum kita melakukan ronde keperawatan kepada
pasien, jangan lupa untuk mempersiapkan inform consent, untuk meminta
persetujuan dari pasien atau keluarga pasien bahwa kita akan melakukan ronde
keperawatan.”
PA : “Baik bu, kami akan siapkan”
Karu : “Baik, selanjutnya segera kunjungi keluarga pasien untuk meminta
persetujuan”
PA & PP : “Baik bu, kami permisi”

Setelah melakukan diskusi dengan Karu dan masalah perijinan sudah selesai, kemudian
PP dan PA 1 & PA 2 diberi tugas untuk mengunjungi Ny. Y untuk melakukan informed consent
dan meminta persetujuan untuk dilakukan ronde keperawatan sekaligus melakukan pengkajian
jika pasien menyetujui tindakan.
PP : “Selamat pagi bu, saya perawat Ayuni, Kristina dan Widia,
sebelumnya bagaimana kondisi Ny. Y hari ini ?”
Ortu Pasien : “Selamat pagi sus, masih sama seperti kemarin sus, anak saya masih
merasakan nyeri.”
PA 1 : “Begini ya bu, untuk menindak lanjuti masalah penyakit yang masih dirasakan
oleh anak ibu maka kami berencana untuk mengadakan ronde keperawatan.”
Ortu Pasien : “Sebelumnya apa itu ronde keperawatan ya sus?”
PA 2 : “Baik bu, Ronde keperawatan adalah suatu pemecahan masalah keperawatan
yang belum terselesaikan yang nantinya permasalahan ini akan diberikan solusi
oleh perawat konsultan dan tim medis lainnya. Tujuannya untuk menyelesaikan
permasalahan yang masih dirasakan anak ibu saat ini. Untuk itu saya meminta
ijin kepada ibu untuk mengadakan ronde keperawatan nanti pada pukul 10.00
WITA. Sebelumnya apakah ibu sudah paham apa yang saya jelaskan?
Ortu Pasien : “Baik sus, saya sudah paham.”
PA 1 : “Baik bu, jika ibu sudah paham maka selanjutnya ibu saya minta untuk
menandatangi persetujuan untuk dilakukannya ronde keperawatan jika ibu
sudah setuju.”
Ortu Pasien : “Baik sus saya setuju asalkan hal tersebut bisa memberikan kesembuhan pada
anak saya.”
PP : “Ini formulirnya bu, tolong dibaca terlebih dahulu, jika setuju ibu boleh tanda
tangan disebelah sini.”
Ortu Pasien : “Baik sus, sudah.”

Kemudian PA 1 dan PA 2 melakukan pengkajian pada Ny. Y (Di Ruangan Pasien)


PA 1 : “Selamat pagi dik, perkenalkan saya perawat Widia dan rekan saya perawat
Kristina. Disini saya yang akan merawat adik pada hari ini bersama teman saya.
Bagaimana kabarnya hari ini dik ?”
Pasien : “Selamat pagi sus, hari ini tidak ada perubahan yang saya rasakan, saya masih
merasakan nyeri pada daerah operasi, sampai menggangu istirahat tidur saya,
dan saya merasa sangat tidak nyaman, saya juga tidak nafsu untuk makan”
PA 2 : “Baik dik, kami disini akan melakukan pengkajian untuk mengetahui lebih
dalam keluhan apa saja yang adik alami dan rasakan.”
Pasien : “Baik sus.”

PA 1 dan PA 2 pun telah selesai melakukan pengkajian, lalu didapatkan hasil dimana
Ny. Y masih merasakan nyeri pada daerah post operasi, nyeri yang dirasakan pada lutut kiri
dengan skala 6 yang sebelumnya pasien hanya mengalami nyeri dengan skala 4. Sensasi
nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri dirasakan sewaktu-waktu 17ontro bergerak. TD; 115/50
mmHg, Nadi 85x/menit, RR 16x/menit, dan Suhu 37°C. Pasien terpasang Nacl 0,9% 20tpm.
Setelah mendapatkan data yang dirasa cukup, kemudian PA 1 dan PA 2 melaporkan hasil
pengkajiannya kepada PP.
Di Nurse Station
PA 2 : “Selamat pagi bu, pengkajiannya sudah selesai kami lakukan, dan kami juga
telah memberikan formulir persetujuan kepada keluarga pasien selaku
penanggung jawab.”
PP : “Baik sus, lalu bagaimana hasil yang didapatkan ?”
PA 1 : “Ternyata permasalahan yang dirasakan olah pasien Ny. Y dimana pasien
merasakan nyeri pada luka post operasi debridement dengan skala nyeri 6,
pasien juga mengeluh tidurnya terganggu karena nyeri yang dirasakan, nutrisi
juga tidak terpenuhi karena pasien mengeluh tidak nafsu makan.”
PP : “Baiklah, untuk selanjutnya kita akan melakukan validasi data ke ruangan
pasien. Dan tolong siapkan semua tim ronde”
PA 1 & PA 2 : “Baik bu”

Ronde Keperawatan
Karu : “Selamat pagi, terima kasih atas kehadirannya dan hari ini kita akan
mengadakan ronde keperawatan. Saya akan memperkenalkan tim ronde, kali ini
tim ronde akan dilakukan oleh saya Melinda selaku karu, perawat ayuni,
perawat widia, perawat Kristina, dokter nadia, ahli gizi wita, dan farmasi dewi.
Baiklah, silahkan perawat Ayuni menjelaskan masalah pada Ny. Y
PP : “Baik, terima kasih. Selamat pagi semuanya. Pasien dalam ronde keperawatan
kita pada pagi hari ini yaitu pasien Ny. Y usia 19 tahun. Pasien dengan post
operasi debridemenr, exfix ORIF TBW pada lutut kiri. Saat ini pasien mengeluh
mengalami nyeri dengan skala 6 pada daerah post operasi lutut kiri, sensasi
nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang dirasakan ketika adanya
pergerakan. Pasien juga mengeluh bahwa istirahat tidur pasien terganggu karena
nyeri yang dirasakan sangat hebat. Nutrisi pasien juga tampak tidak terpenuhi
karena pasien mengeluh tidak nafsu makan.
Karu : “Sampai disini, apakaha ada yang ditambahkan lagi ?”
PA 2 : “Saya izin menambahkan sedikit bu, dari hasil pengkajian juga didapatkan
hasil pengukuran tanda-tanda vital pasien TD: 115/50 mmHg, Nadi 85x/menit,
RR 16x/menit, dan Suhu 37°C. Pasien terpasang Nacl 0,9% 20tpm.
Karu : “Kira-kira dari data yang disampaikan apakah masih ada yang ingin
ditambahkan?”
Semua Tim : “Tidak bu”
Karu : “Baiklah jika tidak ada yang ingin ditambahkan, kita langsung saja menuju
ruangan pasien untuk memvalidasi data.”
Tim ronde keperawatan bersama karu, perawat, dokter, ahli gizi, dan farmasi
melakukan validasi data.
Di Ruangan Pasien
Karu : “Selamat pagi dik, bagaimana keadaannya hari ini ?”
Pasien : “Selamat pagi sus, saya masih merasakan nyeri dibagian luka bekas operasi
saya pada lutut kiri.”
Dokter : “Boleh saya tahu dik, rasa nyeri yang dirasakan seperti apa ?”
Pasien : “Rasa nyeri yang saya rasakan sensasinya seperti tertusuk-tusuk, rasa nyeri
yang dirasakan sewaktu-waktu ketika digerakan.”
Dokter : “Baik dik, selanjutnya saja izin untuk melakukan pemeriksaan sebentar ya.
(dokter memeriksa pasien)
Karu : “Apakah ada keluhan lain lagi yang saat ini adik rasakan ?”
Pasien : “Saya tidak ada nafsu makan sus, dan tidur saya terganggu akibat nyeri yang
saya rasakan.”
Ahli Gizi : “Kalau boleh tau, apakah adik ada alergi makanan tertentu ?”
Pasien : “Tidak ada bu”
Ahli Gizi : “Baik dik”
Dokter : “Baik saya telah selesai melakukan pemeriksaan, bahwa memang didapatkan
hasil adik ini merasakan nyeri pada bagian luka operasi, kalau boleh saya tau
jika saya berikan skala nyeri dari 0-10, 0 itu sama sekali tidak merasakan nyeri
dan 10 nyeri yang dirasakan sangat berat. Kira-kira sekarang adik berada pada
nyeri skala berapa ?”
Pasien : “6 dok”
Dokter : “Sus, apakah obat pereda nyeri sudah sempat diberikan kepada pasien
?” PA 1 : “Untuk obat pereda nyeri sudah diberikan dok.”
Dokter : “Baik jika sudah, selanjutnya mungkin bisa untuk tetap diberikan, dan dibantu
dengan tekhnik relaksasi.”
PA 1 : “Baik dok.”
Dokter : “Untuk farmasi tolong dibantu untuk merekomendasikan obat lain agar nyeri
pasien dapat berkurang.”
Farmasi : “Baik dok.”
Karu : “Baik. Laporan kami terima ya dik. Nanti untuk informasi lebih lanjut akan
kami informasikan kembali. Apakah ada yang ingin ditanyakan dari ibu dan
adik?”
Ortu Pasien : “Tidak sus”
Karu : “Baik bu, dik, jika tidak ada yang ditanyakan lagi, kami permisi terlebih
dahulu, selamat pagi.”
Ortu Pasien : “Selamat pagi sus, terimakasih.”

Setelah melakukan Validasi data di ruangan pasien, Tim Ronde keperwatan akan
melanjutkan ke tahap diskusi, rekomendasi dan kesimpulan di nurse station.
Di Nurse Station
Karu : “Baik, selamat pagi semua. Tadi kita sudah sama-sama mengetahui keadaan
pasien tersebut, lalu untuk selanjutnya bagaimana baiknya? Ada yang punya
usul tambahan selain yang telah diungkapkan tadi? Kalau untuk memenuhi
status gizinya bagaimana dari nutrisionist ?”
Ahli Gizi : “Menurut saya untuk saat ini Ny.Y bisa diberikan makanan yang lebih
bernutrisi seperti asupa TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein), lalu diimbangi
dengan asupab buah-buahan dan sayuran. Mungkin nanti dari farmasist bisa
merekomendasikan vitamin untuk penambah nutrisi ?”
Farmasi : “Untuk penambah nutrisi, kami bisa rekomendasikan dengan Curvit CL, untuk
peningkatan nafsu makan dan nutrisi bagi pasien.”
Karu : “Baiklah, selanjutnya untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien bagaimana
?”
PA 2 : “Untuk nyeri pada pasien kami dari tim perawat sudah memberikan intervensi
berupa kolaborasi dalam pemberian analgetik, namun untuk saat ini memang
nyeri yang dirasakan klien belum reda.”
Karu : “Lalu, untuk rencana selanjutnya apa yang dapat diberikan untuk meredakan
nyeri ?”
PP : “Rencananya kami akan memberikan intervensi berupa tekhnik menejemen
nyeri relaksasi dengan mengatur pola nafas, dan menciptakan suasana yang
aman dan nyaman disekitar pasien.”
Dokter : “Baik benar begitu sus, karena tekhnik relaksasi juga dapat meredakan nyeri
yang dirasakan pasien, namun untuk pemberian analgetik dan cairan Nacl 0,9%
tetap harus terus dijalannkan ya sus. Untuk keadaan pasiennya tolong dilakukan
observasi agar kita mengetahaui sejauh mana keberhasilan intervensi yang kita
berikan”
Farmasi : “Saya setuju dengan dokter, analgetik dan asupan cairan Nacl harus terus
diberikan kepada pasien.”
Karu : “Baik, apa ada lagi yang harus ditambahkan?”
Semua Tim : “Tidak ada bu”
Karu : “Baiklah sesuai hasil ronde kita hari ini, saya bisa menyimpulkan bahwa yang
dapat diberikan kepada Ny. Y dalam pemenuhan nutrisi yakni pemberian TKTP
(Tinggi Kalori Tinggi Protein) dengan diimbangi sayuran dan buah-buahan, dan
Curvit CL untuk nutrisi. Untuk mengatasi nyeri dengan tetap memberikan
analgetik dan diimbangi dengan tekhnik manajemen nyeri relaksasi dengan
mengatur pola nafas, serta menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
disekitar pasien. Dan pasien tetap diberikan asupan cairan Nacl 0.9%. apakah
ada lagi yang ingin menambahkan kesimpulan?
Semua Tim : “Tidak bu”
Karu : “Baiklah kalau tidak ada yang ditambahkan lagi maka kita tutup saja ronde
keperawatan pada hari ini. Terima kasih atas perhatiannya. Saya tutup dengan
selamat pagi.”
Semua : “Selamat pagi bu.”
Akhirnya ronde keperawatan telah selesai dilakukan, semua tim
ronde keperawatan kembali menjalankan tugasnya masing-masing.

Pasca Ronde
Setelah ronde keperawatan selesai selanjutnya melakukan diskusi
dan masukan dari tim dan menympulkan tindakan keperawatan pada
masalah prioritas yang telah ditetapkan.
Karu : “Setelah dilakukan ronde keperawatan, saya
persilahkan untuk perawat widia dan perawat Kristina
untuk menyampaikan hasilnya.”
PA 2 : “Dari hasil ronde keperawatan, dokter dan farmasi
menyarankan untuk tetap memberikan intervensi
kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk meredakan
nyeri pasien, dan diimbangi dengan tekhnik manajemen
nyeri relaksasi dengan mengatur pola nafas dan
menciptakan lingkungan aman dan nyaman pada pasien,
serta memberikan cairan Nacl 0,9%. Dari usul konselor
ahli gizi juga menginginkan pasien untuk diberikan
asupan makanan TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).
Dan konselor farmasi juga merekomendasikan pemberian
Curvit Cl untuk penambah nafsu makan.
Karu : “Baik, terimakasih perawat Kristina”
PA 1 : “Saya bu, setelah pelaksanaan ronde keperawatan berjalan
saya sudah sempat melakukan evaluasi kepada Ny. Y.
Setelah diberikan beberapa intervesi seperti yang sudah
kita sepakati, Ny. Y mengatakan nyeri pada lutut kiri
berkurang pada skala 5 dan nafsu makan juga sudah mulai
meningkat. Pada kualitas tidur pasien juga sudah mulai
normal dan baik.”
Karu : “Baik, terimakasih perawat Widia. Untuk
selanjutnya kita akan tetap memantau kondisi
pasien.”
PA 1 & PA 2 : “Baik bu.”
BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisa SWOT

Bobot X
No Analisa SWOT Bobot Rating
Rating
1 M1 ( MAN)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1 70 % Perawat menyatakan 0,2 3 0,6
bahwa struktur organisasi yang
ada sesuai dengan kemampuan
perawat
2 75% Perawat menyatakan 0,2 3 0,6
pembagiantugas sesuai dengan
struktur organisasi yang ada
3 80 % perawat menyatakan 0,2 4 0,8
kepala ruangan sudah optimal
dalam melaksanakan tugas-tugas
nya.
4 Jenis ketenagaan di ruangan : 0,2 3 0,6
S2 Kep = 2 Orang
S1 Kep Ners = 2 Orang
S1 Keperawatan = 4 Orang
D-III Keperawatan = 8 Orang
5 Semua staf nakes sudah 0,1 2 0,2
mengikuti pelatihan dasar
termasuk tenaga non nakes
6 Beban kerja perawat di 0,1 3 0,3
ruangan tidak terlalu tinggi.
TOTAL 1 18 3,1
WEAKNESS
1 Kurangnya keinginan nakes 0,3 3 0,9
melanjutkan pendidikan
formal.
2 Jumlah lulusan Ners hanya 2 0,4 4 1,2
orang (11,1%)
3 Masih terdaat beberapa perawat 0,3 3 0,9
judes saat memberikan
pelayanan
TOTAL 1 10 3,0
S–W=
3,3 – 3,0 = 0,3 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 75 % perawat mempunyai
kemauanuntuk melanjutkan
0,2 3 0,6
pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi
2 Rumah Sakit memberikan
kebijakan untuk memberi
0,2 3 0,6
beasiswa danpelatihan bagi
perawat ruangan.
3 Terjalin kerjasama yang baik
antara RS dengan institusi 0,1 3 0,3
pendidikan
4 Beberapa perawat sudah
mengikutipelatihan, seminar dan 0,2 2 0,4
workshop
5 Membuka kerjasama dengan
BPJS, pemerintah maupun pihak
swasta untuk menambah
0,3 3 0,9
penerimaan lain lain rumah sakit
yang nantinya akan membantu
layanan rumah sakit
TOTAL 1 14 2,8
TREATENED
1 Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya 0,2 3 0,6
kesehatan.
2 Persaingan dengan
0,2 2 0,4
masuknya perawat asing.
3 Adanya pertanggung
0,2 2 0,4
jawaban legalitas bagi pasien.
4 Adanya standar kelengkapan
0,2 3 0,6
untuk memenuhi akreditasi RS
5 Akan adanya biaya yang
meningkatan seiring dengan
0,2 2 0,4
penambahan pegawai di tahun
yang akan datang.
TOTAL 1 12 2,4
O–T=
2,8 – 2,4 = 0,4 (EFAS)
2 M2 (Sarana dan Prasarana)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1 Mempunyai sarana dan
prasarana untuk pasien dan 0,2 4 0,8
tenaga kesehatan.
2 Mempunyai peralatan
oksigenasi dan semua perawat
0,2 3 0,6
ruangan mampu
menggunakannya
3 Terdapat administrasi
0,1 4 0,4
penunjang.
4 Tersedianya Nurse Station. 0,2 3 0,6
5 Memiliki kapasitas tempat tidur
0,1 2 0,2
sebanyak 30 buah
6 Fasilitas ruangan yang lengkap 0,2 3 0,6
TOTAL 1 19 3,2
WEAKNESS
1 Belum terpakainya sarana dan
0,3 3 0,9
prasarana secara optimal
2 Nurse Station belum
0,2 2 0,4
termanfaatkan secara optimal.
3 Kurangnya kamar mandi, ember
0,3 3 0,9
sampah untuk pasien
4 Beberapa alat tidak terawat
0,2 3 0,6
secara optimal
TOTAL 1 11 2,8
S-W =
3,2– 2,8 = 0,4 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Adanya kesempatan menambah
0,3 4 1,2
peralatan yang dibutuhkan
2 Adanya kesempatan menambah
Anggaran untuk pembelian alat 0,2 3 0,6
yang dibutuhkan
3 Adanya kesempatan untuk
penggantian alat-alat yang 0,2 4 0,8
tidaklayak pakai
4 Adanya kesempatan melaporkan
jika ada satu ruangan yang
0,3 3 0,9
kekurangan sarana dan
prasarana
TOTAL 1 14 3,5
THREATENED
1 Adanya tuntutan yang tinggi
dari masyarakat untuk lebih 0,5 3 1,5
melengkapi saranadan prasarana
2 Adanya kesenjangan antara 0,5 3 1,5
jumlah pasien dengan
peralatan yang diperlukan.
TOTAL 1 6 3,0
O-T =
3,5 – 3 ,0 = 0,5 (EFAS)
3 M3 (Method)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1 Sudah ada model asuhan
keperawatan yang digunakan 0,2 3 0,6
yaitu modifikasi TIM PRIMER
2 Job yang sesuai dengan lulusan
akademik yang berbeda 0,2 3 0,6
tingkatannya
3 Semua perawat yang
mengetahui kebutuhan
0,2 4 0,8
perawatan pasien secara
komperehensif.
4 Kemampuan perawat
dalam melaksanaan model yang 0,2 3 0,6
telah ada sangat baik
5 Memiliki standart asuhan
0,2 4 0,8
keperawatan
TOTAL 1 17 3,4
WEAKNESS
1 Model yang digunakan tidak
0,3 3 0,9
cukup efisien.
2 Kurangnyajumlah tenaga yang
membantu optimalisasi
0,4 2 0,8
penerapan model yang
digunakan
3 Model yang digunakan kurang 0,3 3 0,9
sesuaidengan visi dan misi
ruangan
TOTAL 1 8 2,6
S-W =
3,4– 2,6 = 0,8 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Kepercayaan dari pasien
0,3 4 1,2
dan masyarakat cukup baik
2 Adanya tim penilai sebagai
0,2 3 0,6
supervisor
3 Ada kebijakan pemerintah
0,2 4 0,8
tentang Profesionalisme
4 Adanya kerjasama dengan
0,3 2 0,6
institusi pendidikan
TOTAL 1 14 3,2
THRETENED
1 Persaingan dengan RS lain 0,6 3 1,8
2 Tuntuan masyarakat akan
0,4 2 0,8
pelayanan yangmaksimal
TOTAL 1 6 2,6
O-T =
3,2 – 2 ,6 = 0,6 (EFAS)
Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1 Ruangan mendukung adanya
0,4 4 1,6
kegiatan ronde keperawatan
2 Adanya kemauan perawat
0,3 2 0,6
untuk berubah
3 Adanya kasus yang memerlukan 0,3 3 0,9
perhatian khusus oleh perawat
ruangan dan kepala ruangan
misalnya emergency
TOTAL 1 9 3,1
WEAKNESS
1 Ronde keperawatan adalah
kegiatan yang belum dapat 0,3 2 0,6
dilaksanakan secara optimal
2 Belum dibentuk tim
dalam pelaksanaan rondedan 0,2 3 0,6
penyelesaian tugas
3 Jumlah perawat yang
tidak seimbang dengan jumlah 0,5 2 1
pasien
TOTAL 1 7 2,2
S-W =
3,1– 2,2 = 0,9 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Adanya mahasiswa yang
0,3 3 0,9
praktik manajemen keperawatan
2 Adanya kerjasama yang baik
0,3 2 0,6
dengan tim kesehatan yang lain
3 Adanya kesempatan dari
kepala ruang dan perawat
0,4 2 0,8
ruangan untuk mengadakan
ronde keperawatan
TOTAL 1 7 2,3
THEATENED
1 Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari pasien dan keluarga
pasien untuk mendapatkan 0,5 2 1
pelayanan yang lebih
professional
2 Adanya tuntutan dari karu agar 0,5 1 0,5
ronde dilakukan dengan lebih
optimal
TOTAL 1 3 1,5
O-T =
2,3 – 1 ,5 = 0,8 (EFAS)
Dokumentasi Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1 Tersedianya sarana dan
prasarana (administrasi 0,3 2 0,6
penunjang)
2 Sudah ada system
0,2 3 0,6
pendokumentasian terintegrasi
3 Format pengkajian sudah ada
dan dapat memudahkan
0,3 3 0,9
perawat dalam pengkajian dan
pengisiannya
4 Adanya kesadaran perawat
tentang tanggung jawab dan 0,2 2 0,4
tanggungg gugat
TOTAL 1 10 2,5
WEAKNESS
1 Sistem pendokumentasian
sudah menggunakan
0,5 3 1,5
komuterisasi namun belum
optimal
2 Pendokumentasian masih
0,5 1 0,5
memakan waktu
TOTAL 1 4 2
S-W =
2,5– 2 = 0,5 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Adanya program pelatihan 0,6 3 1,8
tentang pendokumentasian
keperawatan
2 Peluang perawat untuk
meningkatkan Pendidikan 0,4 3 1,2
(Pengembangan SDM)
TOTAL 1 6 3
THREATENED
1 Adanya kesadaran
pasien dan keluarga akan
0,3 3 0,9
tanggung jawab dan tanggung
gugat
2 Akreditasi rumah sakit
0,7 2 1,4
tentang sistem dokumentasi
TOTAL 1 5 2,3
O-T =
3 – 2 ,3 = 0,7 (EFAS)
Sentralisasi Obat
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1 Semua perawat
mengemukakan jawaban
0,3 3 0,9
mengerti tentang sentralisasi
obat.
2 Pada pelaksanaan pemberian
obat sudah tercatat
dengan baik 0,2 2 0,4
pendokumentasiannya sudah
lengkap sesuai 6 benar.
3 Alur sentralisasi obat jelas 0,5 3 1,5
TOTAL 1 8 2,8
WEAKNESS
1 Pelaksanaan sentralisasi obat 0,5 3 1,5
belum optimal
2 Obat disimpan diruangan pasien
0,5 2 1
bukan diruangan khusus obat
TOTAL 1 5 2,5
S-W =
2,8– 2,5 = 0,3 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Kerjasama yang baik antara
0,5 3 1,5
perawat dan mahasiswa
2 Adanya mahasiswa yang
0,5 3 1,5
praktek manajemen keperawatan
TOTAL 1 6 3
THREATENED
1 Adanya tuntutan akan pelayanan
0,6 2 1,2
yang profesional
2 Kurangnya kepercayaan pasien
0,4 2 0,8
terhadap sentralisasi obat
TOTAL 1 4 2
O-T =
3 – 2 = 1 (EFAS)
Supervisi
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1 Kepala ruangan sudah
memonitor bawahan secara 0,3 3 0,9
langsung
2 Adanya kemauan perawat
untuk berubah menjadi lebih 0,4 2 0,8
baik.
3 Kepala ruangan mendukung 0,3 3 0,9
kegiatan supervisi demi
peningkatan mutu pelayanan
mutu pelayanan keperawatan
TOTAL 1 8 2,6
WEAKNESS
1 Belum ada uraian yang jelas
0,4 2 0,8
tentang supervisi.
2 Belum mempunyai format
yang baku dalam pelaksanaan 0,2 2 0,4
supervisi
3 Kurangnya program pelatihan
0,4 3 1,2
dan sosialisasi tentang supervisi.
TOTAL 1 7 2,4
S-W =
2,6– 2,4 = 0,2 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Adanya mahasiwa yang
praktek manajemen 0,3 3 0,9
keperawatan.
2 Adanya jadwal
supervise keperawatan oleh 0,3 4 1,2
pengawas perawat setiap bulan.
3 Terbuka kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan 0,4 2 0,8
atau magang.
TOTAL 1 11 2,9
THREATENED
1 Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional dan 1 2 2
bermutu sesuai dengan
peningkatan biaya perawatan.
TOTAL 1 2 2
O-T =
2 , 9 – 2 = 0,9 (EFAS)
Timbang Terima
a. Faktor Internal (IFAS)
STRENGHT
1 Timbang terima
merupakan kegiatan rutin,
0,3 3 0,9
yaitu dilaksanakan setiap
pergantian shift
2 Diikuti oleh semua perawat
0,2 4 0,8
yang telah dan akan dinas
3 Ada buku khusus untuk
0,3 2 0,6
pelaporan timbang terima
4 Setelah dilaporkan,
laporan ditandatangani 0,2 3 0,6
oleh yang bersangkutan
TOTAL 1 12 2,9
WEAKNESS
1 Timbang terima tidak
0,6 3 1,8
selalu dihadiri kepala ruangan
2 Timbang terima tidak
selalu dilakukan secara langsung 0,4 2 0,8
kepasien
TOTAL 1 5 2,6
S-W =
2,9– 2,6 = 0,3 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Adanya mahasiswa yang
0,5 3 1,5
praktik profesi di ruangan
2 Adanya kerjasama yang baik
antara mahasiswa dengan 0,5 3 1,5
perawat ruangan
TOTAL 1 6 3
THREATENED
1 Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
0,5 2 1
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
2 Meningkatnya kesadaran
masyarakat tentang
tanggung jawab dan
0,5 3 1,5
tanggunggugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan
TOTAL 1 5 2,5
O-T =
3 – 2 , 5 = 0,5 (EFAS)
Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1 Adanya kemauan untuk
memberikan pendidikan
kesehatan (Discharge 0,4 3 1,2
Planning) kepada pasien dan
keluarga pasien.
2 Memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan
keluarga saat akan 0,3 2 0,6
dipindahkan ke ruang
perawatan.
3 Perawat menggunakan bahasa
Indonesia saat melakukan 0,3 3 0,9
Discharge Planning.
TOTAL 1 8 2,7
WEAKNESS
1 Pelaksanaan Discharge Planning 0,5 2 1
belum optimal.
2 Ada beberapa perawat yang
kurang memahami Discharge 0,5 2 1
Planing
TOTAL 1 4 2
S-W =
2,7 – 2 = 0,7 (IFAS)
b. Faktor Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Adanya mahasiswa yang
0,4 3 1,2
melakukan praktik
2 Adanya kerjasama yang baik
antara mahasiswa dengan 0,3 4 1,2
perawat klinik
3 Kemauan pasien/keluarga
0,3 3 0,9
terhadap anjuran perawat.
TOTAL 1 10 3,3
THREATENED
1 Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan 0,3 3 0,9
keperawatan yang profesional
2 Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya 0,4 2 0,8
kesehatan.
3 Persaingan antar ruang yang
0,3 3 0,9
semakin ketat.
TOTAL 1 8 2,6
O-T =
3,3 – 2 , 6 = 0,7 (EFAS)
4 M4 (Money)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1 Adanya dukungan dari 0,3 4 1,2
pemerintah merupakan hal baik
untuk rumah sakit karena dapat
melakukan pembangunan untuk
menunjang pelayanan yang ada
2 PEngelolaan uang yang baik 0,3 3 0,9
3 Adanya emasukan tambahan di
0,4 4 1,6
RS
TOTAL 1 11 3,7
WEAKNESS
1 Keterbatasan dalam biaya untuk
mengikuti seminar maupun 1 3 3
workshop (atraumatic care)
TOTAL 1 3 3
S-W =
3,7 – 3 = 0,7 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Mencari Kerjasama dengan
pihak ketiga sebagai upaya
peningkatkan pelayanan ruma
sakit, baik kerja sama yang
0,5 4 2
langsung berhubungan dengan
pelayanan utama maupun
layanan penunjang.

2 Adanya ketertarikan dari pihak


laboratorium pihak ketiga yang 0,5 3 1,5
ingin bekerjasama
TOTAL 1 7 3,5
THREATENED
1 Akan adanya biaya yang 1 3 3
meningkat seiring dengan
penambahan pegawai di tahun
yang akan datang
TOTAL 1 3 3
O-T =
3,5 – 3 = 0,5 (EFAS)
5 M5 (MUTU)
a. Internal Faktor (IFAS)
STRENGHT
1 Tingkat kepercayaan terhadap
rumah sakit tidak hanya dari
dalam kota namun saja namun 0,4 3 1,2
juga datang dari luar kota

2 Klien merasa nyaman dengan


fasilitas yang ada 0,4 3 1,2

3 Perawat mampu memberikan


0,2 4 0,8
sikap ramah dan tamah
TOTAL 1 10 3,2
WEAKNESS
1 Terdapat beberapa perawat
memberikan pelayanan Asuhan
Keperawatan yang tidak sesuai 0,5 2 1
dengan SOP

2 Kurangnya keterampilan
perawat dalam melakukan
0,5 3 1,5
Asuhan Keperawatan
(atraumatic care)
TOTAL 1 5 2,5
S-W =
3,2 – 2,5 = 0,7 (IFAS)
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1 Terbukanya kesempatan 0,3 3 0,9
mengikuti pendidikan lebih
lanjut (S1 Keperawatan Ners)
2 Adanya kesematan
mengembangkan fasilitas 0,5 3 1,5
pelayanan
3 Adanya peluang meningkatkan
0,2 4 0,8
kualitas pelayanan
TOTAL 1 10 3,2
THREATENED
1 Meningkatkan keinginan
masyarakat untuk pelayanan
0,5 3 1,5
yang cepat dan puas

2 Adanya standar kelengkapan


untuk memenuhi syarat 0,5 1 0,5
akreditasi rumah sakit
TOTAL 1 7 2
O-T =
3,2 – 2 = 1,2 (EFAS)

B. Diagram Layang

PROGRESSIVE
O1,2 M5 AGGRESSIVE
1,1
1 SO
0,9 SV
0,8 DK RK
M4 DP
0,7 p
0,6 M3
TT M2
0,5
0,4 M1
0,3
0,2
-0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,1
W -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 S
-0,2
-0,3
-0,4
-0,5
DEFENSIVE DIVERSIFICATION
T
C. Prioritas Masalah

SKOR ANALISIS

MASALAH SWOT PRIORITAS KONDISI


IFAS EFAS
Ketenagakerjaan 0,3 0,4 Pertama Aggressive (S-O)
Timbang Terima 0,3 0,5 Kedua Aggressive (S-O)
Sarana dan Prasarana 0,4 0,5 Ketiga Aggressive (S-O)
Methode 0,8 0,6 Keempat Aggressive (S-O)
Money 0,7 0,5 Kelima Aggressive (S-O)
Discharge Planning 0,7 0,7 Keenam Aggressive (S-O)
Dokumentasi 0,5 0,7 Ketuju Aggressive (S-O)
Ronde Keerawatan 0,9 0,8 Kedelapan Aggressive (S-O)
Supervisi 0,2 0,9 Kesembilan Aggressive (S-O)
Sentralisasi Obat 0,3 1 Kesepuluh Aggressive (S-O)
Motto 0,7 1,2 Kesebelas Aggressive (S-O)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen merupakan proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain.
Menurut Fitria & Husaini (2019) menyatakan bahwa manajemen berfungsi untuk melakukan
semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas- batas yang
telah ditentukan pada tingkat administrasi. Pelayanan Keperawatan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit memiliki kepentingan
untuk memberikan pelayanan keperawatan yang optimal melalui tenaga keperawatan yang
bertanggung jawab dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan
yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan di bawah tanggung jawab seorang
pemimpin keperawatan. Perawat sebagai salah satu dari ujung tombak rumah sakit,
memerlukan suatu sistem untuk melakukan tindakan keperawatan. Sistem yang terdiri dari
dari struktur, proses dan nilai-nilai profesional akan mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut (Asriani
& Mattalatta, 2017).

Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih tinggi sehingga terjadi
peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan ini akan lebih
memuaskan tentunya dengan penerapan model praktik keperawatan professional atau MPKP
karena kepuasan pasien ditentukan salah satunya dengan pelayanan keperawatan yang
optimal (Fisbach, dalam Nurhidayah, 2014).

MPKP dalam pengembangan dan implementasi secara klinis telah berkembang selama
beberapa tahun terakhir, baik secara nasional maupun secara internasional, terbukti memberi
dampak yang positif pada pemberian asuhan keperawatan dan peningkatan angka kepatuhan
perawat terhadap standar asuhan (Sitorus, 2017 dalam Amir, Chanafie & Hastono, 2020).
MPKP merupakan suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai professional yang
memungkinkan perawat profesional mengatur asuhan tersebut (Setiadi, 2016 dalam Amir,
Chanafie & Hastono, 2020).

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni :
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa
layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan
dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014)

B. Saran

Setiap rumah sakit hendaknya melakukan pengorganisasian dalam segala bidang termasuk
bidang keperawatan. MAKP ini sendiri merupakan cara yang tepat yang bisa dilakukan rumah
sakit untuk dilakukannya pengorganisasian didalam rumah sakit. Melalui MAKP ini sendiri dapat
mempermudah pengambilan keputusan yang harus dilakukan rumah sakit sebagai instansi
pelayanan Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Rielo, N. (2018). Analisis Menurunnya Tenaga Diesel Generator Akibat Patahnya Baut
Cylinder Head Mengguakan Metode Fish Bone Di Mv Lieke. [Doctoral dissertation].
Semarang: Politeknik Ilmu Pelayaran.

Dasi, M. A. (2015). Perbedaan Kualitas Pelayanan Keperawatan Pada Ruangan Kelimutu


Yang Telah Menerapkan Sentralisasi Obat Dan Ruangan Teratai Yang Belum
Menerapkan Sentralisasi Obat Di Rsud Prof. Dr. Wz Johannes Kupang. [Doctoral
dissertation]. Kupang: Universitas Citra Bangsa

Novitasari, F. P., Gasong, D. N., & Nusawakan, A. W. (2019). Manajemen Discharge


Planning pada Klien dengan Demam Berdarah Dengue (DBD). Jurnal Kesehatan,
10(2), 257-263.

Nursalam, D. (2014). Manajemen Keperawatan "Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, D. (2016). Manajemen Keperawatan "Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika Krisnawati, K.M.S. (2017). Empat Pilar
Metode Keperawatan Profesional. Diakses tanggal 15 Mei 2020, dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c5d56aa361764
7cbf5600ce1c8cbf388.pd

Marquis, B. L. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : teori & aplikasi.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai