Anda di halaman 1dari 193

LAPORAN AKHIR

MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG ASOKA 1 RS. TK. II 03.05.01 DUSTIRA

Disusun untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Stase Manejemen Keperawatan

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Profesi Ners Kemitraan Dustira
1. Ari Remara Nur’ulum 214121140
2. Muhamad Ardi Lazuardi 214121154
3. Wagiyanto 214121149
4. Cicilia Dewi Riyani 214121150
5. Meggi Gita Pratama 214121151
6. Siti Nuraeni 214121158
7. Ahmad Saparudin 214121153
8. Muhamad Suryana Rahmat 214121159
9. Tiana Ramdhani Gunawan 214121157
10. Ayu Chadra Kristanti 214121162
11. Semy Nurlaelasari 214121161
12. Hilmatu Dalfah 214121145

PROGRAM STUDI ILMU PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena kami
atas berkat rahmat dan karunia-Nya peyusun dapat menyelesaikan Laporan Akhir
Manajemen Keperawatan di Ruang Asoka 1 RS. TK. II 03.05.01 Dustira Kota
Cimahi.
Dengan segala keterbatasan dan kemampuan, kami menyadari bahwa
laporan menajemen keperawatan ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Karumkit TK. II 03.05.01 Dustira Kota Cimahi beserta jajarannya.
2. Suharjiman, S. Kep., Ners., M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners;
3. Lilis Rohayani, S.Kep., Ners., M.Kep sebagai koordinator sekaligus
pembimbing akademik kelompok I profesi ners kemitraan dustira;
4. Teman-teman seangkatan profesi ners khususnya kelompok I kemitraan
dustira terimakasih atas kekompakann dan rasa kekeluargaannya. Terimakasih
atas bantuannya.
Kami menyadari bahwa laporan akhir ini belum sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna penyusunan dan penulisan
yang lebih baik.

Cimahi, 03 Februari 2022


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin
(Weihrich dan Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2019).
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan
penting dalam penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Keperawatan sebagai profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan
secara profesional oleh perawat dengan kompetensi yang memenuhi standar dan
memperhatikan kaidah etik dan moral. Untuk menjadikan perawat sebagai tenaga
profesional maka perlu dilakukan pembinaan secara terus menerus secara
berkesinambungan, sehingga menjadikan perawat sebagai tenaga kerja yang
perlu diperhatikan, diakui dan dihargai keprofesionalannya melalui penerapan
sistem manajemen..
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Nursalam, 2016). Fungsi manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi
manajemen secara umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan,
dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2019).
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral pelayanan kesehatan
di rumah sakit yang tersedia selama 24 jam berkelanjutan selama masa perawatan
pasien. Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam upaya menjaga
dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan adalah
manajemen partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian fokus telaah
perawatan adalah respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik
aktual maupun potensial, sehingga lingkup garapan perawat adalah
penyimpangan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Proses manajemen satu unit
pelayanan kesehatan mencakup manajemen asuhan dan manajemen pelayanan,
dimana kedua manajemen tersebut saling terkait dan terintegrasi.
Pelayanan asuhan keperawatan dapat ditingkatkan melalui strategi
pengaturan pelaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan, dengan cara
melalui sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional. Sistem Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan suatu kerangka kerja yang
mengidentifikasi empat unsur yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan praktik keperawatan. Keberhasilan suatu asuhan keperawatan
kepada pasien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode
sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien (Nursalam,
2014). Pengembangan MAKP, diharapkan mencapai nilai profesional dapat
diaplikasikan secara nyata dilapangan, sehingga akan meningkatkan mutu
asuhan dan pelayanan keperawatan yang professional.
Upaya yang dapat dilakukan salah satunya melalui praktik manajemen
keperawatan Program Profesi Ners yang dilakukan di Ruang Salak RS Tk. II
Dustira, rawa inap khusus untuk anak. Model layanan tim di Ruang Salak adalah
dengan pengelolaan klien dilakukan secara bersama sama dari beberapa disiplin
ilmu yaitu praktisi kedokteran, perawat, farmasi dan gizi. Masing – masing
disiplin ilmu tersebut memiliki peran dan fungsi sendiri yang akan diintegrasikan
dalam upaya memberikan asuhan yang paripurna kepada klien. Pada model
layanan terpadu, keberadaan praktikan juga diintegrasikan dengan praktisi
bersama-sama untuk mengelola dan memberikan layanan kepada klien. Pada
proses pembelajaran praktikan dapat ikut serta untuk melayani klien. Dalam
memberikan asuhan, praktisibisa bekerja sama dengan praktikan dan praktikan
pun bisa belajar secara bersamaan.
Sehingga dengan model layanan terpadu diharapkan dapat meningkatkan
kualitas layanan yang diberikan. Diharapkan dengan praktik manajemen
keperawatan ini praktikan menerapkan konsep, teori dan prinsip Model Praktik
Keperawatan Profesional dalam pengelolaan pelayanan keperawatan pada tingkat
instalasi rawat inap disuatu tatanan pelayanan kesehatan dan dapat berperan
sebagai pembaharuan dan model peran dalam kepemimpinan dan pengelolaan
keperawatan profesional.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikut kegiatan praktik ini diharapkan mampu melakukan
pengelolaan manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan di Ruang
Asoka 1 RS Tk. II Dustira Cimahi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang hendak dicapai melalui laporan ini yaitu sebagai berikut:
a. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima dimensi
manajemen yaitu man, methode, material, money, marketing di Ruang
Rawat Inap RS TK. II DUSTIRA Instalasi Ruang Asoka 1;
b. Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5 M dalam proses pemberian
pelayanan keperawatan di Ruang Asoka 1;
c. Membuat plan of action untuk menjawab masalah-masalah yang
ditemukan.
d. Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang
ditemukan. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari hasil laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Membantu meningkatkan kualitas manajemen di RS. TK. II Dustira
Instalasi Ruang Asoka 1 untuk mencapai tujuan organisasi dibidang
peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna dan sebagai lahan
pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan, penelitian, dan pengembangan
pengetahuan ilmu kesehatan klinis dan perawatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Bagi Pasien
Diharapkan pasien mendapatkan pelayanan optimal dan mendapat
kenyamanan dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga tercapai
kepuasanklien.
3. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan
4. Bagi Mahasiswa
Dapat secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip Model
Praktik Keperawatan Profesional dalam pengelolaan pelayanan keperawatan
pada tingkat instalasi rawat inap disuatu tatanan pelayanan kesehatan dan
dapat berperan sebagai pembaharuan dan model peran dalam kepemimpinan
dan pengelolaan keperawatan profesional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemem Keperawatan


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis yang proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen tersebut
mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controling (POAC)
terhadap stap sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant
& Massey 1999 dalam nursalam 2021).
Manajemen Keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat (Gillies1985 dalam Suarli & Bahtiar, 2020).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
orang lain (Gillies, 1989 dalam Kemenkes, 2016). Menurut Siagian (1999)
dalam Kemenkes (2016) mengemukakan bahwa manajemen berfungsi
untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi.

B. Tujuan Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan yang umumnya di tetapkan oleh bidang
keperawatan meliputi :
1. Meningkatkan dan memperthankan kualitas pelayanan Rumah Sakit
2. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan
dengan mendidik perawat yang mempunyai sikap professional dan
bertanggung jawab dalam pekerjaan.
3. Meningkatkan komunikasi antar staf.
4. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempetahankan
kenyamanan klien.
5. Meningkatkan hubungan dengan klien, keluarga dan masyarakat.
6. Meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf keperawatan.
C. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori Manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen
umum yang memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi
secara efektif. Empat elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan,
pengorganisasian, mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau
mengevaluasi. Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun sutau
perencanaan yang stategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang
telah di tetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakan
tujuan, mengalokasikan semua angaran belanja, memutuskan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang di butuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah di tetapkan (Nursalam,2016).
2. Organizing
Pengorganisasian (Organization) sebagai cara untuk
mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut
kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah di rencanakan
(Terry, 2014).
3. Actuating
Pergerakan atau actuating yaitu untuk mengerakan organisasi agar
berjalan sesuai dengan pembagia kerja masing-masing serta menggerakan
seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau
kegiatan yang di lakukan bisa berjalan sesuai dengan rencana dan bisa
mencapai tujuan (Terry, 2014).
4. Controlling
Pengawasan atau controlling yaitu untuk mengawasi apakah
pergerakan dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum.
Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa
terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang menyimpang dari
rencana (Terry, 2014).

D. Tahapan Manajemen
1. Top Management (Manajemen Puncak)
Di kenal juga dengan istilah executive officer bertugas
merencanakan kegiatan dan startegi peusahaan secara umum dan
mengarahkan jalannya peusahan secara umum dan mengarahkan jalannya
perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO ( Chief Executive
Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial
Officer).
2. Middle Management (Manajemen Operasional)
Mencakup semua manajemen yang berada diantara manajemen
pertama dan manajemen puncak yang bertugas sebagai penghubung
antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah yaitu kepala
bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
3. Firs Line Management (Manajemen Operasional)
Merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas
memimpim dan mengawasi karyawan non manajerial yang terlibat dalam
proses produksi. Mereka sering di sebut supervisor, manajer shift,
manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).

E. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan,
yaitu sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperaatan, sistem
klasifikasi pasien dan metode proses asuhan keperawatan.
1. Sistem Pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri
dari:
a. Metode Fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
1) Kelebihan Metode Fungsional
a) Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan
baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
b) Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
2) Kelemahan Metode Fungsional
a) Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang
terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
b) Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
b. Metode Tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada
sekelompok pasien yang telah di tentukan. Perawat terdiri dari tenaga
professional, teknikal, dan pembantu
1) Konsep Metode Tim
a) Ketua tim harus mampu menerapkan berbagai tekinik
kepemimpinan
b) Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan katua tim.
2) Kelebihan Metode Tim
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses perawatan
c) Komunikasi antara tim berjalan dengan baiksehingga konflik
mudah di atasi.
d) Memberikan kepuasan pada anggota tim.
3) Kelemahan Metode Tim
a) Komunikasi antara anggota tim dalam bentuk konferensi tim
yang sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.

c. Model Keperawatan Primer


Metode primer yaitu metode pemberian asuhan keperawatan
komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik
keperawatan professional. Setiap perawat professional bertanggung
jawab terhadap asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
1) Konsep dasar metode primer
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b) Ada otonomi
c) Ketertiban Pasien dan keluarga
2) Ketenagaan matode primer
a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
c) Penugasan di tentukan oleh kepala ruangan
d) Perawat primer di bantu oleh perawat professional laninnya
maupun non professional sebagai perawat asisten.
3) Kelebihan metode keperawatan primer
a) Bersifat kontinuitas dan konprehensif
b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
4) Kelemahan metode keperawatan primer
a) Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dan kriteria
assertife, self direction, kemampuan mengambul keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinik, accountable serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2. Sistem Klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokan pasien sesuai dengan
ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang di
butuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang di butuhkan.

3. Metode Proses Keperawatan


Menurut Suarli & Bahtiar (2019) manajemen pada proses keperawatan
mencakup manajemen pada berbagai tahap dalam keperawatan.
a. Pengkajian
Merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang
mengharuskan perawat setepat mungkin mendata pengalaman masa
lalu pasien, pengetahuan yang di miliki, perasaan, dan harapan
kesehatan di masa dating. Pengkajian ini meliputi proses pengumpilan
data, memvalidasi, dan mengiterprestasikan informasi tentang pasien
sebagai individu yang unik.
b. Diagnosis
Merupakan tahap pengambilan keputusan professional dengan
menganalisis data yang telah di kumpulkan. Keputusan yang di ambil
bisa berupa rumusan diagnosis keperawatan, yaitu respon
biopsikososio spiritual terhadap masalah kesehatan actual maupun
potensial.
c. Perencanaan
Keperawatan di buat setelah perawat mampu mempormulasikan
diagnosis keperawatan sehingga perawat memilih metode khusus dan
memilih sekumpulan tindakan alternative untuk menolong pasien
mempertahankan kesejahteraan yang optimal.
d. Implementasi
Semua kegiatan yang di gunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien harus di rencanakan untuk menunjang tujuan
pengobatan medi, dan memenuhi tujuan rencana keperawatan.
Implementasi rencana asuhan keperawatan, berarti perawat
mengarahkan, menolong, mengobservasi, dan mendidik semua
personil keperawatan yang terlibat dalam asuhan pasien tersebut.
Pemantuan yang terus menerus terhadap personil keperawatan dan
pasien, termasuk evaluasi prilaku dan pendidikan, merupakan
supervise keperawatan yang penting.
e. Evaluasi
Adalah langkah kelima dalam proses keperawatan. Evaluasi
merupakan pertimbangan sistemis dan standar dari tujuan yang di
pilih sebelumnya di bandingkan dengan penerapan praktik yang
actual dan tingkat asuhan yang di berikan. Evaluasi keefektifan
asuhan yang di berikan hanya di buat jika tujuan yang
diidentifikasikan sebelumnya cukup realistis dan dapat di capai oleh
perawat, pasien dan keluarga. Kelima langkah dalam pross
keperawatan ini di lakukan terus menerus oleh perawat, melalui
metode penugasan yang telah di tetapkan oleh para manajer
keperawatan sebelumnya. Para manajer keperawatan (terutama
manajer tingakat bawah) terdapat dalam proses manajerial yang di
libatkan dalam proses sebagai fungsi manajemen, dalam rangka
memenuhi dan mengerakkan bawahan. Hal ini di lakukan agar
mampu memberikan asuhan keperawatan yang memadai, dengan
kode etik dan standar praktik keperawatan.

F. Manajemen Unit dan Manajemen Asuhan


Manajemen keperawatan di bagi menjadi dua yaitu manajemen unit
dan manajemen asuhan yang keduanya saling mendukung dan tidak dapat di
pisahkan.
1. Manajemen Unit
Pada model praktik keperawatan professional harus mampu memberikan
asuhan keperawatan professional dan untuk itu di perlukan penataan 5
komponen utama (Hoffart & Woods, 1996, dalam Suarli dan Bahtiar,
2017).
a. Sumber Daya Manusia ( Man )
1) Tenaga Perawat
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (Profesional lanjut,
Profesional pemula, vokasional dan lain-lain). Jenis ketenagaan
atau pendidikan, keterampilan khusus yang di miliki perawat
yang di dapat melalui kursus atau pendidikan dan pelatihan.
Jumlah tenaga professional lainnya yang terkait meliputi :
Dokter, Ahli Gizi, Petugas Lab, Tenaga Administrasi dan
Cleaning service (Nursallam, 2017). Untuk pasien rawat inap,
standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut:
a) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
b) Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga
kategori tersebut diatas adalah sebagai berikut :
a) Kategori 1 : self care/perawatan mandiri
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan
secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien
memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift,
tindakan pengobatan biasanya ringan dan simpel.
b) Kategori II : intermediet care/perawatan sedang
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi
waktu makan, memberi dorongan agar m,au makan, eliminasi
dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke
kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan
perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa
urin reduksi, fungsi fisiologis, status emisional, kelancaran
drainage atau infus.pasien memerlukan bantuan pendidikan
kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift atau 30-60
menit/shift dengan mengobservasi side efek obat atau reaksi
alergi.
c) Kategori III : intensive care/perawatan total
Kebutuhan sehari-hari tidak bisadilaksanakan sendiri, semua
dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat, pasien
memerlukan observasi terus menerus.

b. Material
Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis
1) Alat tenun
a) Alas baki
b) Alas blankar
c) Bantal
d) Barakshort
e) Duk bolong
f) Duk balutan
g) Duk alas
h) Gorden tebal
i) Gorden vitrase
j) Handuk
k) Kelambu
l) Laken
m) Selimut wol
n) Stik laken
o) Sarung bantal
p) Tutup mayat
q) Taplak meja klien
r) Waslap
2) Alat kedokteran dan kesehatan
a) Alat mandi : waskom mandi, standar Waskom
b) Alat eliminasi : pispot, urinal, irigator, gelas ukur
c) Alat oksigenasi: manometer oksigen, roda oksigen besar, kunci
inggris, ambu bag
d) Pengukuran tanda-tanda vital : tensimeter, stetoskop,
termometer, timbangan berdiri, timbangan biasa, tongue spatel
e) Alat transportasi : brankar, kursi roda, roda cucian. Machine :
suction portable, EKG, dviblator
f) Lain-lain : vena seksi set, dressing cart,perlak, buli-buli panas,
standar infus, standar BSE, windring, stabilisator listrik
g) Dressing set : pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting benang,
gunting jaringan, kom besar tertutup, kom sedang, kom kecil,
korentang, gunting perban, bak instrumen besar, bak instrumen
sedang, bak instrumen kecil, baki besar, bengkok sedang,
gunting besar, benang, gunting jahitan.
c. Methode (Metode)
1) Konsep Metode praktek Keperawatan Profesional
a) Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan adalah diskripsi atau gambaran dari
praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada
filosofi, konsep dan teori keperawatan. Era globalisasi dan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang
optimal. Indonesia juga berupaya mengembangkan model
praktik keperawatan profesional (MPKP).
b) Tujuan MPKP
(1) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
(2) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan
pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan
(3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan
keperawatan
(4) Memberikan pedoman dalam menetukan kebijaksanaan dan
keputusan
(5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
d. Money (Uang)
Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus
jelas, dalam arti harus transparan. Untuk pengeluaran ada perencanaan
pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat
dan untuk lain-lain (Supriyanto, 2015).
e. Marketing (Marketing)
1) Jumlah hari rawat inap
Indikator penilaian efisiensi pelayanan adalah :
a) Bed Occupancy Rate
Bed occupancy rate (BOR) atau Pemakaian Tempat Tidur
dipergunakanuntuk melihat beberapa banyak tempat tidur di
rumah sakit yang digunakan pasien dalam suatu masa.
BOR = Jumlah hari perawatan x100%
Jumlah TT x hari perawatan
Presentasi ini menunjukkan sampai berapa jauh pemakaian
tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu
tertentu. Bila nilai ini mendekati 100 berarti ideal tetapi bila
BOR Rumah Sakit 60-80% sudah bisa dikatakan ideal. BOR
antara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh
karena adanya perbedaan fasilitas rumah sakit, tindakanmedik,
perbedaan teknologi intervensi. Semua perbedaan tadi disebut
sebagai “case mix” .
b) Bed Turn Over
Turn Over Internal (TOI), waktu rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh
pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain.
TOI = ( Jumlah TT x 365 ) – hari perawatan
Jumlah semua pasien keluar hidup + mati
TOI diusahakan lebih kecil daripada 5 hari. Bed turn over
(BTO), berapa kali satu tempat tidur ditempatkan pasien dalam
satu tahun. Usahakan BTO lebih besar dari 40.
3) Length Of Stay
Length of stay yang baik 5-13 hari atau maksimum 12 hari, 6-10
hari. Infant mortality rate (angka kematian bayi). Standar 20%.
IMR= Jumlah kematian bayi yang lahir di x 100%
RS
Jumlah bayi yang lahir di RS dalam
waktu tertentu
Maternal Mortality Rate (MMR) atau angka kematian ibu
melahirkan. Standar 0,25% atau antara 0,1-0,2%.
IMR= Jumlah pasien obstetri yang meninggal x 100%
Jumlah pasien obstetri dalam jangka waktu
tertentu
Foetal Death Rate (FDR) atau angka bayi lahir mati. Standar
2%.
FDR= Jumlah kematian bayi dengan umur kandungan x
20 minggu 100%
Jumlah semua kelahiran dalam jangka waktu
tertentu
Post Operative Death Rate (FODR) atau angka kematian pasca
bedah. Standar 1%.
FDR= Jumlah kematian setelah operasi dalam satu x
periode 100%
Jumlah pasien yang dioperasi dalam periode
yang sama
Angka kematian sectio caecaria. Standar 5%.

G. Ronde Keperawatan
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan bertujuan mengatasi masalah
keperawatan klien dilandasi perawat, pasien dilibatkan untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan. Akan tetapi pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh perawat primer atau konsuler, kepala ruangan,
perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
(Nursalam, 2018).
Karakteristik :
a. Pasien dilibatkan secara langsung.
b. Pasien merupakan focus kegiatan.
c. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
d. Konselor menfasilitasi kreatifitas.
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Sementara itu menurut Potter (2021), nursing rounds adalah
pertukaran informasi diantara 2 shift dimana dilaporkan tiap-tiap kondisi
dengan cara mengunjungi pasien satu persatu (berkeliling), kemudian
mendiskusikannya. Jadi pelaksanana ronde keperawatan ini berkaitan
dengan pergantian shift dimana terjadi diskusi pada kasus-kasus tertentu.
2. Tujuan
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis serta menumbuhkan pemikiran
tentang asuhan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
b. Meningkatkan validitas data klien.
c. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
d. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
e. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan.
3. Manfaat
a. Masalah pasien dapat teratasi.
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
c. Terciptanya komunikasi yang profesional.
d. Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan.
e. Perawat dapat melaksanakan dan melakukan model asuhan
keperawatan dengan tepat dan benar.
4. Kriteria Pasien
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
b. Pasien dengan kasus baru atau langka.
5. Metode
Diskusi
6. Alat Bantu
a. Sarana diskusi: buku dan pulpen.
b. Status/dokumentasi keperawatan pasien.
c. Materi yang disiapkan secara lisan.
7. Kriterian dan Evaluasi
a. Struktur
1) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
2) Menerapkan kasus yang akan dirondekan.
3) Persiapan perlengkapan ronde keperawatan (klien yang akan
dirondekan informedconcent menghubungi konsultan).
4) Pembagian peran Karu, Katim dan PA.
b. Proses
1) Melakukan ronde keperawatan bersama-sama kepala ruangan, ketua
tim dan perawat pelaksana.
2) Penjelasan tentang klien oleh ketua tim dalam hal ini menjelaskan
difokuskan pada masalah keperawatan dan intervensi yang telah
dilaksanakan tetapi belum mampu mengatasi masalah pasien.
3) Diskusi antar anggota tim kesehatan tentang kasus tersebut.
4) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain mampu mengatasi
klien tersebut.
c. Hasil
1) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelasikan
masalah pasien.
2) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjut dan
dilaksanakan.
8. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b. Pemberian informed consent kepada klien/keluarga.
9. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan rencana tindakan selanjutnya.

H. Supervisi
1. Pengertian
Supervisi berasal dari kata super (bahasa latin yang berarti di atas)
dan videre (bahasa latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asalkata
aslinya,supervisi berarti “melihat dari atas” pengertian supervisi adalah
melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan”
terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila
ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya. Suarli & Bahtiar (2020).
2. Manfaat Supervisi
Apabila supervise dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh
banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut:
a. Supervisi dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan
efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan
dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan
suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan
efisiensi kerja ini erat kaitannya dengan makain berkurangnya
kesalahan yang dilakukan bawahan,sehingga pemakaian sumber daya
(tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia dan akan dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya
dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Sesungguhnya tujuan
pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksannan berbagai kegiatan yang
telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan
efisien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai
dengan memuaskan.
3. Unsur Pokok Dalam Supervisi
Unsur-unsur pokok dalam supervise adalah sebagai berikut:
a. Pelaksana
Yang bertanggung jawab melaksanakan supervise adalah atasan
(supervisesor) yang memiliki “kelebihan” dalam organisasi, karena
fungsi supervisi memang banyak terdapat pada tugas atasan. Namun,
untuk keberhasilan supervisi, yang lebih diutamakan adalah kelebihan
dalam hal keterampilan dan pengetahuan. Bertitik tolak dari ciri
tersebut, sering dikatakan bahwa keberhasilan supervisi lebih
ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
atasan dan untuk pekerjaan yang tidak di spervisi, bukan oleh
wewenangnya.
b. Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaaan. Jika supervisi
mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut
supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang
melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung.Disini terlihat
lebih jelas bahwa bawahan yang melaksanakan pekerjaan akan
disupervisi, tujuan utamanya adalah untuk menigkatkan
kinerjapekerjaan yang dilakukan oleh bawahan.
c. Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi
yang dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan bukan supervisi yang baik,
karena organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu,agar
organisasi selalu dapat mengikuti berbagai perkembangan dan
perubahan, perlu dilakukan berbagai penyesuaian. Supervisi dapat
membantu penyesuaian tersebut, yaitu melalui peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bawahan. Tidak ada pedoman yang pasti
mengenai beberapa kali supervisi harus dilakukan. Yang di gunakan
sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat
kesulitan pekerjaan yang di lakukan,serta sifat penyesuaian yang akan
dilakukan. Jika derajat kesulitan tinggi serta sifat penyesuaian yang
akandi kalukan. Jika derajat kesulitan tinggi serta sifat penyesuaiannya
mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.

d. Tujuan
Memberikan bantuan kepada bawahannya secara langsung sehingga
dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Pemahaman seperti ini sangat penting, karena tujuan dari supervisi
bukan semata-mata untuk mencapai hasil yang baik. Oleh karena itu,
atasan jagan sampai mengambil alih tugas bawahan. Supervisi harusnya
memberikan “bekal” kepada bawahan, sehingga dengan bekal tersebut
bawahan seharusnya dpat melaksanakan tugas dan pekerjaanya dengan
baik.
e. Teknik
Teknik pokok supervise pada dasarnya mencakup 4 hal, yaitu :
1) Menetapkan masalahnya dan prioritasnya
2) Menetapkan penyebab, prioritas, dan jalan keluarnya
3) Melaksanakan jalan keluar
4) Menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut
4. Prinsip pokok dalam supervise
Prinsip pokok supervise secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tujuan utama supervise ialah untuk lebih meningkatkan kinerja
bawahan, bukan mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan,
untuk kemudian apa bila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk
atau bantuan untuk mengatasinya.
b. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervise harus
edukatif dan suportif bukan otoriter.
c. Supervise harus dilakukan secara teraturdan berkala. Supervise yang
hanya dilakukan sekali, bukan supervise yang baik.
d. Supervise harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin
kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat
proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan
kepentingan bawahan.
e. Strategi dan tata cara supervise yang akan dilakukan harus sesuai
dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan
strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan
merupakan supervise yang baik.
f. Supervise harus dilaksanakan secara pleksibel dan selalu disesuaikan
dengan perkembangan.
5. Pelaksanaan supervise
Yang bertanggung jawab melaksanakan supervise adalah atasan
yang memiliki “kelebihan” dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut
tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan
keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok
supervise, maka untuk dapat melaksanakan supervise dengan baik, ada
beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelakasana
supervise (supervisor). Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Sebaiknya pelaksanaan supervise adalah atasan langsung dari yang
disupervise atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf
khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
b. Pelaksanaan supervise yang harus dimiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi
c. Pekerjaan supervise harus memiliki keterampilan melkasanakan
supervise, artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik
supervise.
d. Pelaksanaan supervise harus memiliki sifat edukatif dan suportif bukan
otoriter.
e. Pelaksanaan supervise harus memiliki waktu yang cukup, sabar dan
selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan prilaku
bawahan yang disupervisi
6. Teknik supervise
Teknik pokok supervise pada dasarnya identik dengan teknik
penyelsaian masalah (problem solving). Bedanya, pada supervise teknik
pengumpulan data untuk menetapkan masalah dan penyebab masalah
menggunakan teknik pengamatan langsung (direct observation) oleh
pelaksana supervise terhadap sarana supervise, serta pelaksanaan jalan
keluar. Dalam mengatasi masalah, tidak dapat dilakukan oleh pelaksana
supervise, bersama-sama dengan sarana supervise secara langsung
ditempat (on the spot). Dengan perbedaan seperti ini, jelaskan bahwa
untuk melaksanakan supervise yang baik, ada 2 hal yang perlu
diperhatikan.
a. Pengamatan langsung harus dilaksanakan sebaik-baiknya, untuk ini ada
beberapa hal lain yang harus diperhatiakan.
1) Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas
sasarannya dapat terperangkap pada suatu yang bersifat detail. Untuk
mencegah keadaan yang seperti ini , maka pada pengamatan
langsung harus ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya
ditunjukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja
(selective supervision).
2) Objektivitas pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat
mengganggu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini
maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan suatu daftar isi
(check list) yang telah dipersiapkan. Daftar isi tersebut ditunjukan
untuk setiap sasaran pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
3) Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan
kesan negative, misalnya rasa takut, tidak senang atau kesan
mengganggu kelancaran pekerjaan. Untuk mencegah keadaan ini
pengamatan langsung tersebut harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga berbagai dampak atau kesan negative tersebut tidak sampai
muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan
secara edukatif dan suportif, bukan menunjukan kekuasaan atau
otoriter.
b. Kerjasama
Tujuan pokok supervise adalah meningkatkan kinerja bawahan dengan
memberikan bantuan secara langsung ditempat, sesuai dengan
kebutuhannya. Untuk mengatasi masalah yang ditentukan, diperlukan
kerjasama antara pelaksana supervise dan yang disupervisi. Kerjasama
ini akan berhasil bila ada komunikasi yang baik antara pelaksana
supervise dan yang di supervise, serta mereka yang disupervisi
merasakan masalah yang dihadapi juga merupakan masalah mereka
sendiri (sense of belonging). Agar komunikasi yang baik dan rasa
memiliki ini dapat muncul, pelaksanaan supervise perlu kerjasama
dalam menyelesaikan masalah, sehingga prinsip-prinsip kerjasama
kelomok (team work) dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah
serta upaya alternative penyelesaian masalah harus dibahas secara
bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut
dilaksanakan secara bersama-sama pula.

I. Timbang Terima
1. Pengertian Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Timbang terima pasien harus dilaksanakan seeefektif
mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat,
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer (penanggung
jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam
2017).
2. Tujuan
a. Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi
yang penting
b. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
c. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien
d. Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat
dina berikutnya
e. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
3. Manfaat
a. Bagi perawat
1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2) Menjalin suatu hubungan kerjasama dan tanggung jawab antar
perawat
3) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
4) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
b. Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Supriyanto (2015)
a. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
b. Dipimpin oleh kepala atau penanggung jawab pasien (Ka.tim)
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
mengabarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien
e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien
f. Pada saat timbang terima dikamar pasien, menggunakan volume suara
yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu
yang rahasia bagi kilen. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung didekat klien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejutdan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station

J. Sentralisasi Obat
1. Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelola sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,
2018).
2. Tujuan
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana
dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan
pasien dapat terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa
obat perlu disentralisasikan:
a. Memberikan macam-macam obat untuk satu pasien
b. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar
yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas
dan keamanan yang sama.
c. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk
mencoba”
d. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang diperlukan
e. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang
akan membuang atau lupa untuk minum
f. Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan sehingga banyak yang
tersisa sudah bantas kadaluarsa
g. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif
h. Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas
i. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada
suatu waktu sehinga dipakai berlebihan atau di curi.
3. Teknik Pengelolaan Obat (Sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat
a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjukkan.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat
c. Penerimaan obat
1) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat
yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar obat
2) Perawat menuliskan nama pasien, register jenis obat, jumlah dan
sediaan obat (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan diketahui (di
tanda tangan) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat.
Keluar pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bila
obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5B (benar obat,
benar jenis, benar waktu, benar cara pemberian, benar nama pasien)
3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus di minum serta kartu sediaan obat
4) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
4. Pembagian Obat
a. Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam beku daftar
pemberian obat
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya disimpan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat. Dengan terlebih dicocokan dengan terapi yang
diinstruksikan dokter dan kartu obat yang pada pasien
c. Pada saat pemberian obat perawat mpat atau menjelaskan macam
obat,kegunaan obat jumlah obat dan efek samping . Usahakan tempat
atau wadah obat kembali ke perawat setelah obat di komsumsi serta
pantau efek samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditunjuk kepada dokter penanggung jawab
pasien.
5. Penambahan obat baru
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis ,dosis atau
perubahan alur pemberian obat ,maka informasi ini akan dimasukan
dalam buku masuk obat dan sekaligius dilakukan perubahan dalam
kartu sediaan obat.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja ).

6. Obat khusus
a. obat dikatagorikan khusus apabila sediaan memiliki harga,yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup ,besar atau hanya
diberikan dalam waktu/ sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat
dilaksanakan oleh perawat ketua tim.
c. Informasi yang diberikan oleh pasien atau keluarga, nama obat,
kegunaan obat,waktu pemberian obat, efek samping,penanggungjawab
pemberian dan wadah obat sebaliknya diserahkan atau ditunjukan
kepada keluarga setelah pemberian.
7. Menyimpan persediaan obat
a. Memeriksa ulang atau kebenaran obat dan jenis obat ,jumlah obat dan
alamat pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik
merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yang diterima
dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu kesediaan .
b. Sistem kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang kadang digunakan untuk
menggantikan buku besar persediaan.
c. Lemari obat periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari
obat beserta lemari pendingin.

K. Konsep Perencanaan Pulang (Discharge Planning)


1. Pengertian Discharge Planning
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian ,persiapan,serta koordinasi yang dilakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan pelayanan
sosial sebelum dan sesudah pulang (Carpenito, 2020).
Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana
perawatan professional pasien dan keluarga berkolaborasi untuk
memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh
pasien dimana perencanaan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu
pencegahan,teurapeutik,rehabilitatif , serta perawatan rutin yang
sebenarnya (Swanberg, 2020)
2. Tujuan
Menurut Jipp dan Siras (2016) perencanaan pulang bertujuan :
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik ,psikologis.dan sosial.
b. Meningkatan kemandirian pasien dan keluarga .
c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien .
d. membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien.
f. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
3. Manfaat
a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien di mulai dari rumah sakit.
b. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontuinitas perawat baru.
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terancam pada
penyembuhan pasien dan mengidenfikasi kekambuhan atau kebutuhan
perawat baru.
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan
rumah .
4. Prinsip Prinsip
a. Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang, nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan di evaluasi.
b. Kebutuhan dari pasien di identifikasi, kebutuhan ini di kaikan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti sehingga
kemungkinan masalah yang di rumah dapat segera antisipasi.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif,perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja
sama.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang
ada, tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun
fasilitas yang tersedia di masyarakat
5. Jenis jenis
Chesca (2018) mengklasifikasi jenis pemulangan pasien sebagai berikut :
a. Conditioning discharge ( pulang sementara atau cuti ) ,keadaan pulang
ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi.
Pasien untuk sementara dirawat di rumah sakit namun harus ada
pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
b. Absolute discharge ( pulang mutlak atau selamanya ) cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun
apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosudur perawatan dapat
dilakukan kembali.
c. Judicial discharge ( pulang paksa ) ,kondisi ini pasien diperbolehkan
pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang
,tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan
perawatan puskesmas setempat.
BAB III
ANALISA DAN PENYELESAIAN MASALAH

A. Kajian Situasi Ruangan


1. Man
a. Tenaga dan Pasien M1-Man (Ketenagaan)
1) Jumlah dan Kualifikasi Ketenagaan
Jumlah tenaga keperawatan dan non keperawatan di Ruang Asoka 1:
a) Tenaga Keperawatan
Tabel 3.1 Kualifikasi Tenaga Keperawatan Di Ruang Asoka 1 Rumah
Sakit Tk. II Dustira

No Kualifikasi Jumlah Presentase


1 DIII Keperawatan 10 59 %
2 S1 Keperawatan 2 12 %
3 S1 Keperawatan+ Ners 5 29%
Total 17 100 %

Berdasarkan tabel diatas, dapat diinterpretasikan total keseluruhan tenaga


keperawatan di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit Dustira adalah 17 orang, dengan
distribusi DIII Keperawatan sebanyak 10 orang (59 %), S1 Keperawatan
sebanyak 2 orang (12 %), dan S1 Keperawatan+Ners sebanyak 5 orang (29 %).
b) Tenaga Non Keperawatan
Tabel 3.2 Kualifikasi Tenaga Non Keperawatan Di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit
Tk. II Dustira
No Kualifikasi Jumlah Presentase
1 Dokter Specialis 3 30 %
2 Dokter Umum 2 20 %
3 Administrasi 1 10 %
4 Penyaji 2 20 %
5 Cleaning Service 2 20 %
Total 10 100 %
Berdasarkan tabel diatas, dapat diinterpretasikan total keseluruhan tenaga non
keperawatan di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit Dustira adalah sebanyak 10
orang, dengan distribusi dokter spesialis 3 orang (30%), dokter umum 2 orang
(20%), administrasi 1 orang (10 %), penyaji 2 orang (20%), dan cleaning
service 2 orang (20%).
2) Kualifikasi Ketenagaan
Tabel 3.3 Kualifikasi Tenaga Keperawatan Ruang Asoka 1 Rumah Sakit Dustira Tk.
II Cimahi

No Nama Pendidikan Jabatan Masa Kerja Pelatihan PK

BTCLS
Kepala PK 3
1 Siti Heni,S S.Kep Ners 12 tahun PPI
Ruangan
APAR

Wakil BTCLS
Kepala & APAR PK 3
2 Mira meilani S.Kep Ners 17 tahun
Ruangan BCLS
Ketua Tim A CI
BTCLS
BCLS PK 3
3 Juwita Hapsah S.Kep Ners Ketua Tim B 11 tahun
APAR
Pelatihan Basic Trauma
BCLS
Perawat APAR PK 2
4 Sri rahmawati D3 Kep 9 tahun
Pelaksana Pelatihan Motivasi Pelatihan
Komunikasi Terapeutik
Perawat BCLS PK 2
5 Mega ayu D3 Kep 5 tahun
Pelaksana APAR
BCLS
7 PPGD PK 2
6 Nurul pangestu D3 Kep. Ketua Tim I
tahun APAR
BHD
PPGD
BCLS
Perawat PK 1
7 Tatang soleh D3 Kep 3 tahun APAR
Pelaksana
Pelatihan Orientasi Staff
Baru
BCLS
PPGD
Perawat APAR PK 2
8 Suneta Br barus S.Kep Ners 9 tahun
Pelaksana To Win Heart-share by
Optimizing complaints
Pelatihan Dasar ICU
Perawat BCLS PK 2
9 Anistya ayu S.Kep Ners 6 tahun
Pelaksana PPGD
APAR
Pedoman Program SPO
Peningkatan Mutu dan
keselamatan pasien
BPTLS
PPLT
Perawat PK 2
10 Wulandari D3 Kep 8 tahun BTCLS
Pelaksana
BTCLS
PPGD
BHD
Perawat PK 3
11 Yeti mulyati D3 Kep 8 tahun Servis
Pelaksana
Excellent
To Win Heart-share by
Optimizing complaints
BTCLS
Perawat PK 2
12 Anti dwi S1 Kep 5 tahun BHD
Pelaksana
APAR
BTCLS
Perawat BHD PK 2
13 Yani handayani S1 Kep 5 tahun
Pelaksana Servis
Excellent
BTCLS
BHD
Perawat PK 1
14 Husnu mubarok D3 Kep 3 tahun APAR
Pelaksana
Pelatihan Orientasi Staff
Baru
BTCLS
Perawat PK 3
15 Heni sri astuti D3 Kep 7 tahun BHD
Pelaksana
APAR
Perawat PK 2
16 Mela maesaroh D3 Kep 5 tahun BTCLS
Pelaksana
Perawat PK 1
17 Anafira nadiya D3 Kep 3 tahun BTCLS
Pelaksana
Uraian Tugas PK :
PK I
a) Memberikan keperawatan dasar
b) Memberikan askep dengan bimbingan dari perawat klinik lebih tinggi
c) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan melakukan dokumentasi askep
d) Memberikan penyuluhan pada keluarganya
e) Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
PK II
a) Memberikan keperawatan dasar dalam lingkup keperawatan : medikal bedah/ Maternitas/
Pediatrik/ Jiwa/ Komunitas/ gadar, tanpa komplikasi/ tidak komplek dengan bimbingan
terbatas dari perawat klinik yang lebih tinggi
b) Melakukan tindakan kolaborasi dengan profesi lain
c) Melakukan dokumentasi askep
d) Memberikan pendidikan kesehatan bagi klien dan keluarganya serta bagi perawat klinik
pada tingkat dibawahnya
e) Membimbing PK I
PK III
a) Memberikan keperawatan dasar pada klien dalam lingkup keperawatan : medikal bedah/
maternitas/ pediatrik/ jiwa/ komunitas/ gawat darurat dengan komplikasi/ kompleks
b) Melakukan tindakan keperawatan khusus dengan resiko
c) Melakukan konseling kepada klien
d) Melakukan rujukan keperawatan
e) Melakukan askep dengan keputusan secara mandiri (tanpa bimbingan)
f) Melakukan dokumentasi askep
g) Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
h) Memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga pasien
i) Membimbing PK II
j) Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
3) Jumlah Perawat Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit
Dustira Tk. II Cimahi

No Kualifikasi Jumlah Presentase


1 DIII Keperawatan 10 59 %
2 S1 Keperawatan 2 12 %
3 S1 Keperawatan+ Ners 5 29%
Total 17 100 %

Berdasarkan table di atas bahwa sebagian besar dari perawat di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II

Dustira memiliki pendidikan D3 Keperawatan dengan persentase 59%, hal ini juga sesuai dengan

standar departemen kesehatan bahwa perawat yang memiliki jenjang pendidikan strata 1 minimal

20%, dan di ruang Asoka 1 Rumah sakit TK II Dustira perawat dengan jenjang strata 1 ners sebanyak

29%.
4) Jumlah Perawat Berdasarkan Masa Kerja di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit Tk.II Dustira
Cimahi

GOLONGAN JUMLAH PERSENTASE

1-5 Tahun 7 41%

6-10 Tahun 7 41%

11-15 Tahun 2 12%

16-20 Tahun 1 6%

Total 17 100%

Berdasarkan hasil analisa tabel di atas bahwa sebagian besar perawat Ruang Asoka 1 Rumah

Sakit TK II Dustira bekerja selama 1-5 sampai sebanyak 7 perawat dengan presentase 41%

dan 6-10 tahun sebanyak 7 perawat dengan persentase 41%, dan yang bekerja selama 11-15

tahun sebanyak 2 perawat dengan presentase 12% dan yang bekerja selama 16-20 tahun

sebanyak 1 perawat dengan presentase 6%.

b. Jumlah Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian

Tabel 3.4 Jumlah Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian di Ruang Asoka 1 Rumah

STATUS KEPEGAWAIAN JUMLAH PERSENTASE


PNS 3 18%
Kontrak 14 82%
Total 17 100%

Sakit TK II Dustira

Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa sebagian besar dari perawat di Ruang Asoka 1

Rumah sakit TK II Dustira adalah Pegawai kontrak harian lepas lebih banyak dibandingkan

dengan pegawai negeri sipil dengan persentase 82% pegawai KHL.


c. Jumlah Perawat Yang Mengikuti Pelatihan Keperawatan
Tabel 3.5 Jumlah Perawat yang Mengikuti Pelatihan Keperawatan di Ruang Asoka 1
Rumah sakit TK II Dustira

PELATIHAN JUMLAH PERSENTASE


Mengikuti 17 100%
Tidak Mengikuti 0 0%
Total 17 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga perawat di Ruang Asoka 1

Rumah sakit TK II Dustira seluruh perawat yang telah mengikuti pelatihan dan seminar

keperawatan.

d. Gaya Kepemimpinan

Tabel dibawah ini merupakan hasil dari kuesioner gaya kepemimpinan yang dilakukan

terhadap 10 orang perawat di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II Dustira.

Tabel 3.9 Persepsi Gaya Kepemimpinan di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II Dustira

GAYA KEPEMIMPINAN JUMLAH PERSENTASE

Otoriter 2 20%

Demokrasi 3 30%

Liberal 5 50%

Total 10 100%

Berdasarkan tabel diatas Gaya kepemimpinan di Ruangan Asoka 1 Rumah Sakit TK II

Dustira didapatkan dari 10 perawat diketahui bahwa lebih banyak responden yang memilih

gaya kepemimpinan liberal yaitu sebanyak 5 orang (50%), sedangkan gaya kepemimpinan
demokrasi sebanyak 3 orang (30%) dan gaya kepemimpinan otoriter sebanyak 2 orang

(20%).

e. Gaya Komunikasi dan Jenis Komunikasi

Tabel dibawah ini merupakan hasil dari kuesioner Gaya Komunikasi dan Jenis Komunikasi

dari 10 perawat di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II Dustira

Tabel 3.10 Persepsi Gaya Komunikasi dan Jenis Komunikasi di Ruang Asoka 1

Rumah Sakit TK II Dustira

GAYA KOMUNIKASI JUMLAH PERSENTASE


PT-SR 8 80%
Partisipasi
PT-st 2 20%
delegasi
Total 10 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Gaya Komunikasi antar perawat di ruang
Asoka 1 Rumah sakit Tk II Dustira memiliki keseimbangan antara PT-SR Partisipasi dan PT-
ST Delegasi dengan presentasi setuju 80% kurang setuju 20%.

f. Jenis Komunikasi

Tabel dibawah ini merupakan hasil dari kuesioner Jenis Komunikasi dari 10 perawat di

Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II Dustira

Tabel 3.10 Jenis Komunikasi di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II Dustira

Jenis Komunikasi JUMLAH PERSENTASE

Baik 7 70%

Cukup 2 20%

Kurang 1 10%

Total 10 100%
Berdasarkan tabel diatas Gaya kepemimpinan di Ruangan Asoka 1 Rumah Sakit TK II

Dustira didapatkan dari 10 perawat diketahui bahwa lebih banyak responden yang memilih

jenis komunikasi baik yaitu sebanyak 7 orang (70%), sedangkan jenis komunikasi Cukup

sebanyak 2 orang (20%) dan jenis komunikasi Kurang sebanyak 1 orang (10%).

g. Kepuasan Kerja Perawat

Tabel dibawah ini merupakan hasil dari kuesioner kepuasan kerja perawat dari 10 perawat di

Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II Dustira

Tabel 3.10 Persepsi Kepuasan Kerja Perawat di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II

Dustira

KEPUASAN JUMLAH PERSENTASE


Puas 6 60%
Tidak Puas 4 40%
Total 10 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja perawat di ruang Asoka 1

Rumah sakit Tk II Dustira memiliki keseimbangan antara puas dan tidak puas dengan

presentasi puas 60% tidak puas 40%.

h. Perhitungan Tenaga Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian selama 3 hari, observasi dilakukan mulai tanggal 15 Februari
2022 sampai 17 Februari 2022. Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang Asoka 1 :
jumlah bed 35 yang terdiri dari 30 tempat tidur kelas 2 dan 5 tempat tidur observasi.
1) Perhitungan Tenaga Keperawatan Menurut Douglass

No Hari Jumlah pasien BOR


1 Selasa 20 orang
82 82
2 Rabu 28 orang x 100 = x 100 = 78%
35 x 3 105
3 Kamis 34 orang Tabel 2.5
Jumlah 82 orang Jumlah
Pasien
Selama 3 Hari Observasi

Jumlah rata-rata pasien perhari berdasarkan tingkat ketergantungan pasien tanggal 15- 17
Februari 2022 didapatkan 78%.

Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Tingkat Ketergantungan

Klasifikasi Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Pasien Pasien Pagi Sore Malam
Total care 5 5 x 0,36 = 1,75 5 x 0,30 = 1,5 5 x 0,20 = 1
Parsial care 17 17 x 0,27 = 4,59 17 x 0,15 = 2,55 17 x 0,10 = 1,7
Minimal care 13 13 x 0,17 = 2,21 13 x 0,14 = 1,82 13 x 0,07 = 0,91
Jumlah 35 8,55 5,87 3,61
Sumber : Data Primer Observasi Mahasiswa STKes Jenderal Ahmad Yani Tahun 2021

Total tenaga perawat :


Pagi : 8,55
Sore : 5,87
Malam : 3,61
Total : 18,03 orang (dibulatkan menjadi 18 orang)
Jumlah tenaga perawat dinas dalam 3 shift
Pagi : 5
Sore : 3
Malam : 3
Total : 11 orang
Jumlah tenaga lepas dinas perhari
86 x 11
= 3,4
279

Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1 tahun,
sedangkan angka 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun. Jadi, jumlah perawat
yang dibutuhkan menurut perhitungan menggunakan rumus douglas:
18,03 + 1 (kepala ruangan) + 1 (wakil kepala ruangan) + 3,4 orang lepas dinas = 23,43
orang atau dibulatkan menjadi 23 orang
Professional : vokasional = (55% x 23) : (45% x23)
= 12,6 : 10,3
= 12 Ners : 10 D3 Kep

2) Perhitungan Tenaga Keperawatan Menurut Depkes

Tabel 2.7 Jumlah Jam Perawatan Per Hari Berdasarkan Tingkat


Ketergantungan

No Rata2 Jml Jam Total Jam


Kategori Pasien/ Hari Perawatan/ Perawatan/
Hari Hari
1 Askep minimal 13 2 26
2 Askep sedang 17 3,08 52,36
3 Askep agak berat 0 4,15 0
4 Askep maksimal 5 6,16 30,8
Jumlah 35 15,39 109

 Kebutuhan tenaga =
Jml jam perawatan di ruangan/ hari = 109 = 15,57
Jam efektif perawat 7

 Loss day
86
X 15,57= 4,8
279

 Tugas non keperawatan


(kebutuhan tenaga + loss day) x 25% = (15,57 + 4,8) x 25% = 5,09
Maka :
 TP = 15,57 + 4,8 + 5,09 + 1 (kepala ruangan) + 1 (wakil kepala ruangan) = 27,46 =
27 perawat
 Professional : vokasional = (55% x 27) : (45% x27) = 14,85 : 12,15 = 14 ners : 12
D3.Kep

Kesimpulan : jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan menurut perhitungan


Depkes perhari 15,57 + 4,8 + 5,09 + 1 (kepala ruangan) + 1 (wakil kepala
ruangan) = 27,46 = 27 perawat

Perhitungan Tenaga Menurut Gillis

 Jam perawatan langsung


Self care = ¼ x 4 jam = 1 jam
Partial care = ¾ x 4 jam = 3 jam
Total care 1- 1 ½ x 4 jam = 5 jam
Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
 Perawatan tidak langsung
Waktu = 60 menit/klien
 Pendidikan kesehatan
Waktu = 15 menit/klien
TP =

TP =

Dimana :
A : jam efektif/ 24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan klien)
B : sensus harian (jml pasien) → BOR x TT
C : jml hari libur
 Menghitung A (jam efektif/ 24 jam)
Perawatan langsung :
Minimal care = 13 x 1 jam = 13jam
Partial care = 17 x 3 jam = 51 jam
Total care = 5 x 5 jam = 25 jam
Jumlah = 13+51 + 25 = 89/35 pasien = 2,5 jam
Perawatan tidak langsung :
60 menit = 1 jam
Penkes :
15 menit = 0,25 jam/ pasien
Maka :
Jam perawatan = 2,5 + 1 + 0,25 = 3,75 jam
 Menghitung B (BOR x TT)
Selasa 15/02/2021 = 20 pasien
Rabu 16/02/2021 = 28 pasien
Kamis 17/02/2021 = 34 pasien
BOR =

= 20+28+34 x100 %
35 x 3
= 82 x 100 % = 78%
105
B = BOR x TT = 78 % x 35 = 27,3 bed = 27 bed
TP = A x B x 365
(365-C) x jam kerja per hari
= 3,75 x 27 x 365
(365 - 86) x 8
= 36956,25 = 16,55
2.232
Cadangan = 20% x 16,55 = 3,31
Maka :
 Total = 16,55 + 3,31 + 1(kepala ruangan) = 20,86 = 20 perawat
 Proporsi professional : vokasional = (55% x 20) : (45% x 20)
= 11 : 9 = 11 Ners : 9 D3.Kep
Kesimpulan : jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan menurut perhitungan
Gillis perhari 16,55 + 3,31 + 1(kepala ruangan) = 20,86 = 20 perawat.

e. Beban kerja
Tabel dibawah ini merupakan hasil observasi dari 10 orang perawat dari shif pagi, siang
dan malam.
DINAS
Pera PAGI Pera SIANG Pera MALAM KE
wat JK A BK% wat JK A BK% wat JK A BK% T
1 420 357 85 6 420 250 59.52 11 600 595 99.16
2
420 354 84.28 7 420 270 64.28 12 600 585 97.5
3
420 346 82.38 8 420 226 53.81 13 600 581 96.83
4
420 349 83.09 9 420 235 55.95 14 600 510 85
5
420 352 83.80 10 420 261 62.14 15 600 445 74.1

Total 2100 1758 418.55 2100 1242 295.7 3000 2716 452.59

Rata-
rata
351.6 83.71 248.4 59.14 543.2 90.5
jam
dinas

Keterangan :
JK : Jam Kerja Perawat
A : Aktivitas Perawat
BK : Beban Kerja

1) Beban kerja per shift


Beban kerja =

a) Pagi =

= 84%
Direct =

= 43%
Indirect =

= 41%

b) Siang =

= 59%
a) Direct =

= 28%
b) Indirect =

= 31%

c) Malam =

= 90%
a) Direct =

= 60%
b) Indirect =
= 30%

Jumlah jam perawatan dalam 24 jam :


= rata-rata jam dinas pagi + siang + malam
= 351.6 + 248.4 + 543.2
= 1143.2 Menit
Jadi jumlah perawatan dalam 24 jam = 1100.2 Menit (19.05 jam)
2) Beban kerja
Beban kerja =

=79%

Kriteria menurut Gilies (2006) :


> 77% : beban kerja tinggi
< 77% : beban kerja rendah
Hasil Analisis :
Dari hasil observasi yang dilakukan kepada 5 perawat yang dipilih secara random
atau acak dan dianalisis hasilnya, didapat :
a. Beban kerja perawat di ruang Asoka 1 RS. Dustira pada shift pagi 84%
terdiri dari 43% direct dan 41% indirect, artinya beban kerja shift pagi di
ruangan Asoka 1 rendah, sedangkan pada shift siang 59% dari 28% direct
dan 31% indirect, artinya beban kerja shift siang di ruang Asoka 1 rendah,
dan pada shift malam 90% dari 60% direct dan 30% indirect, artinya
beban kerja shift malam di ruang Asoka 1 tinggi.
b. Secara keseluruhan jam kerja perawat di ruangAsoka 1 RS. Dustira beban
kerjanya adalah 79%, artinya beban kerja diruangan tersebut tinggi.
2. Metode
a. Struktur Organisasi
Bagan 1.1 Struktur Organisasi Ruang Asoka 1

Hasil analisa:

Berdasarkan hasil pengkajian, struktur organisasi telah tersedia dan telah terpasang di ruang
asoka 1. Struktur organisasi yang ada di ruang Asoka 1 menggunakan Metode Penugasan
Tim. Adapun penentuan anggota tim disusun berdasarkan lama/masa tugas.
Jumlah Personil

1) Perawat
a) Kepala Ruangan : 1 orang
b) Ketua Tim : 2 orang
c) Perawat Pelaksana : 14 orang
2) Non Perawat
a) Administrasi : 1 orang
b. Uraian Job Description Dari Struktur Organisasi
1. Persyaratan Kewenangan Struktur Organisasi
a. Kepala Ruangan
(1) Pendidikan S1 Keperawatan Ners
(2) Sudah pernah mengikuti pelatihan manajemen kepala ruangan dan seminar serta
pelatihan komunikasi terapeutik.
(3) Pengalaman kerja menjadi kepala ruangan <10 tahun.
b. Ketua Tim
(1) Pendidikan S1 keperawatan dengan masa kerja >10 tahun
(2) Pendidikan D3 Keperawatan dengan pengalaman >10 tahun
(3) Sehat jasmani dan rohani
(4) Memiliki SIP
(5) Sudah pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan managemen
ruangan dan pernah mengikuti pelatihan komunikasi teurapeutik.
c. Perawat Pelaksana
(1) Pendidikan minimal D3 Kep
(2) Sebanyak 16 orang perawat pelaksana pernah mengikuti atau memiliki
sertifikat yang berhubungan dengan keperawatan.
2. Job Description Dari Struktur Organisasi Kepala Ruangan
a. Kepala Ruangan
a) Melaksanakan fungsi perencanaan (P1) meliputi :
(1) Menyusun rencana kerja kepala ruangan
(2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di
ruang bedah pria instalasi rawat inap yang bersangkutan
(3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi untuk di ruang bedah pria instalasi rawat inap, koordinasi dengan
kepala instalasi rawat inap
b) Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan (P2) meliputi :
(1) Melaksanakan serah terima dan tanggung jawab pasien dari dinas
sebelumnya dan dinas yang selanjutnya
(2) Mendelegasikan wewenang kepada wakil kepala ruangan apabila kepala
ruangan berhalangan
(3) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas di ruang bedah
pria instalasi rawat inap
(4) Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain bersama-
sama dengan wakil kepala ruang bedah pria sesuai kebutuhan pelayanan dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit
(5) Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga lain yang
akan kerja di ruang bedah pria instalasi rawat inap
(6) Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang
menggunakan ruang rawatnya sebagai praktek
(7) Memberi orientasi kepada pasien atau keluarganya meliputi : penjelasan
tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada dan
cara penggunannya serta kegiatan rutin sehari-hari
(8) Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan pelayanan atau
asuhan keperawatan sesuai standar kompetensi
(9) Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf keperawatan dan
petugas lain yang bertugas di ruang bedah pria instalasi rawat inap
(10) Memberi kesempatan/izin kepada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan
ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala instalasi rawat inap
(11) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam
keadaan siap pakai
(12) Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter, khususnya bila ada
perubahan program pengobatan pasien
(13) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi, kelas sesuai haknya untuk
kelancaran pemberian asuhan keperawatan
(14) Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar. Hal ini penting untuk
tindakan keperawatan
(15) Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan lingkungan
ruang bedah pria instalasi rawat inap
(16) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang bedah pria instalasi
rawat inap
(17) Meneliti atau memeriksa pengisian daftar permintan makanan pasien
berdasarkan macam dan jenis diet pasien
(18) Meneliti atau memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien sesuai
dengan program dietnya
(19) Menyimpan berkas catatan medic pasien dalam masa perawatan di ruang
bedah pria
(20) Mengembalikan berkas catatan medic bila pasien keluar atau pulang dari
ruang bedah pria instalasi rawat inap ke unit medical record
(21) Membuat laporan kejadian khusus yang berhubungan dengan pelayanan
asuhan keperawatan
(22) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan serta
kegiatan lainnya di ruang bedah pria instalasi rawat inap, disampaikan
kepada atasannya
(23) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien atau keluarga sesuai
kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya
c) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian (P3) meliputi :
(1) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan
(2) Mengawasi atau menilai siswa atau mahasiswa keperawatan untuk
memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah
ditentukan
(3) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada di bawah
tanggung jawabnya
(4) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan,
peralatan, dan obat-obatan
(5) Mengawasi dan menilai pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar yang
berlaku secara mandiri dan koordinasi dengan sie mutu asuhan keperawatan
yang ada di komite keperawatan
b. Ketua Tim
a) Mengidentifikasi pesien-pasien yang membutuhkan koordinasi Case Manager
b) Mengkoordinasikan masalah pelayanan pasien dengan DPJP maupun bagian
ataupun instalasi atau unit terkait dengan rencana maupun tindakan medis
keperawatan
c) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga mengenai perkembangan
pelayanan kesehatan
d) Ikut serta dalam rapat tim pelayanan pasien
e) Mengkaji setiap pasien dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan
f) Mengkoordinasikan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan medis
g) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui pre dan post conference
h) Membuat laporan perkembangan pasien
i) Melakukan koordinasi dengan kepala ruangan, kepala instalasi rawat inap,
komite keperawatan, komite medic, kepala pelayanan medis (YanMed) maupun
pelayanan masyarakat umum (Yanmasum)
j) Melaksanakan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, merumuskan
diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan atau intervensi,
melakukan tindakan keperawatan atau implementasi, membuat evaluasi
keperawatan
k) Membuat perencanaan pasien pulang atau discharge planning dan memberikan
pendidikan kesehatan yang dibutuhkan pasien dan keluarganya
l) Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
m) Menciptakan iklim yang kondusif
n) Mendorong staff untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
o) Membuat pelaporan PMKP, SKP, dan PPI ke instalasi rawat inap
p) Membuat laporan pasien DHF ke instalasi rawat inap
q) Membuat penilaian kinerja perawat pelaksana setiap satu tahun sekali dan
selanjutnya dilaporkan ke instalasi rawat inap.
c. Perawat Pelaksana
a) Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan
b) Memelihara peralatan keperawatan rekam medik agar selalu dalam keadaan siap
pakai
c) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan berlaku
d) Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan,
sesuai batas kewenangannya.
e) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
f) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan kemampuannya,
antara lain:
(1) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan SAK (Standar Asuhan
Keperawatan)
(2) Memberikan penyuluhan Kesehatan kepada pasien dan keluarganya tentang
proses pelayanan keperawatan sesuai kasus penyakitnya
g) Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan gerak, pasif/aktif ambulasi
dini
h) Melakukan tindakan darurat kepada pasien antara lain, panas tinggi, kolaps,
perdarahan, keracunan, henti nafas dan henti jantung sesuai SPO yang berlaku.
Selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada dokter
ruang rawat atau dokter jaga.
i) Melaksanakan tindakan kolaboratif dengan dokter dan tenaga kesehatan lain.
j) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai SOP yang berlaku
k) Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat
berdasarkan hasil observasi tersebut batas kemampuannya.
l) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan
m) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan libur secara bergilir sesuai jadwal
dinas.
n) Mengikuti pertemuan berkala yang dia adalkan oleh kepala ruangan atau instalasi
rawat inap
o) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidang keperawatan, antara lain
mengikuti keterampilan ilmiah, inservice Training dan penataran atas
izin/persetujuan ka install Rawat Inap
p) Melaksanakan sistem pencatatan pelaporan asuhan yang tepat dan benar sesuai
standar Asuhan Keperawatan.
q) Melaksanakan serah terima tugas kepada pengganti secara lisan maupun tertulis
pada saat penggantian dinas dengan melakukan kunjungan ke pasien
r) Melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan pasien mengenai
(1) Program diet, kolaborasi dengan ahli gizi
(2) Perawatan lanjutan yang diperlukan sesuai dengan kondisi pasien
s) Melatih pasien menggunakan alat bantu sesuai yang dibutuhkan seperti:
(1) Rollstoel
(2) Tongkat penyangga
t) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan dirumah misalnya:
(1) Merawat Luka
(2) Melatih anggota Gerak
u) Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi menyediakan formulir
penyelesaian administratif seperti :
(1) Surat izin pulang
(2) Surat keterangan istrahat sakit
(3) Petunjuk Diet
(4) Resep obat untuk dirumah, jika diperlukan
(5) Surat rujukan atau pemeriksaan ulang
(6) Dan lain-lain
v) Menyiapkan status Lyst pasien setiap awal dinas tenang
(1) Rencana tindakan pasien selanjutnya
(2) Resep yang diperlukan untuk program terapi pasien
(3) Kelengkapan lembar konsul sesuai rencana tindakan pasien
(4) Pencatatan dokumentasi perkembangan kondisi pasien.
w) Mengkoordinasikan dan komunikasikan dengan
(1) Dokter yang merawat pasien (rawat bersama)
(2) Dokter yang bertanggung jawab
(3) Unit penunjang pelayanan kesehatan
(4) Kontrol, bila diluar jam kerja.
Hasil analisa:
Berdasarkan hasil analisa, job deskripsi dari struktur organisasi telah tersedia, lengkap
dan sesuai dengan pembagian struktur organisasi
d. Pengetahuan Perawat
1. Metode Penugasan (Tim)

Tabel 1.1 Pengetahuan Metode Penugasan Tim Ruang Asoka 1


Interpretasi Frekuensi Persentas
e
Baik (76-100 %) 8 80.0
Cukup (56-75 %) 1 10.0
Kurang (≤55 %) 1 10.0
Total 10 100.0

Tabel 1.1 menunjukan pengetahuan metode penugasan tim Ruang Asoka 1, dari hasil analisis
didapat bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 8 orang (80%),
perawat yang memiliki pengetahuan cukup adalah sebanyak 1 orang (10%), sedangkan
perawat yang memiliki pengetahuan kurang adalah sebanyak 1 orang (10%). Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan metode penugasan tim perawat ruang Asoka 1
adalah baik.
2. Supervisi

Tabel 1.2 Pengetahuan Supervisi Ruang Asoka 1

Interpretasi Frekuensi Persentase


Baik (76-100 %) 2 20.0
Cukup (56-75 %) 7 70.0
Kurang (≤55 %) 1 10.0
Total 10 100.0

Tabel 1.2 menunjukan pengetahuan supervisi Ruang Asoka 1, dari hasil analisis didapat
bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 2 orang (20%), perawat
yang memiliki pengetahuan cukup adalah sebanyak 7 orang (70%), sedangkan perawat
yang memiliki pengetahuan kurang adalah sebanyak 1 orang (10%). Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas pengetahuan supervisi perawat ruang Asoka 1 adalah cukup.
3. Ronde Keperawatan

Tabel 1.3 Pengetahuan Ronde Keperawatan Ruang Asoka 1

Interpretasi Frekuensi Persentase


Baik (76-100 %) 1 10.0
Cukup (56-75 %) 7 70.0
Kurang (≤55 %) 2 20.0
Total 10 100.0
Tabel 1.3 menunjukan pengetahuan ronde keperawatan Ruang Asoka 1, dari hasil analisis
didapat bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 1 orang (10%),
perawat yang memiliki pengetahuan cukup adalah sebanyak 7 orang (70%), sedangkan
perawat yang memiliki pengetahuan kurang adalah sebanyak 2 orang (20%). Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan ronde keperawatan perawat ruang Asoka 1 adalah
cukup.
4. Universal Precaution

Tabel 1.4 Pengetahuan Universal Precaution Ruang Asoka 1

Interpretasi Frekuensi Persentase


Baik (76-100 %) 9 90.0
Cukup (56-75 %) 1 10.0
Kurang (≤55 %) 0 0.0
Total 10 100.0

Tabel 1.4 menunjukan pengetahuan universal precaution Ruang Asoka 1, dari hasil analisis
didapat bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 9 orang (90%),
perawat yang memiliki pengetahuan cukup adalah sebanyak 1 orang (0%), dan tidak ada
perawat (0%) yang memiliki pengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas
pengetahuan universal precaution perawat ruang Asoka 1 adalah baik.
5. Discharge Planning

Tabel 1.5 Pengetahuan Discharge Planning Ruang Asoka 1

Interpretasi Frekuensi Persentase


Baik (76-100 %) 2 20.0
Cukup (56-75 %) 7 70.0
Kurang (≤55 %) 1 10.0
Total 10 100.0
Tabel 1.5 menunjukan pengetahuan discharge planning Ruang Asoka 1, dari hasil analisis
didapat bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 2 orang (20%),
perawat yang memiliki pengetahuan cukup adalah sebanyak 7 orang (70%), sedangkan
perawat yang memiliki pengetahuan kurang adalah sebanyak 1 orang (10%). Dapat
disimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan discharge planning perawat ruang Asoka 1 adalah
cukup.
6. Timbang Terima

Tabel 1.6 Pengetahuan Timbang Terima Ruang Asoka 1

Interpretasi Frekuensi Persentase


Baik (76-100 %) 9 90.0
Cukup (56-75 %) 1 10.0
Kurang (≤55 %) 0 0.0
Total 10 100.0

Tabel 1.6 menunjukan pengetahuan timbang terima Ruang Asoka 1, dari hasil analisis
didapat bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 9 orang (90%),
perawat yang memiliki pengetahuan cukup adalah sebanyak 1 orang (10%), dan tidak ada
perawat (0%) yang memiliki pengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas
pengetahuan timbang terima perawat ruang Asoka 1 adalah baik.
7. Sentralisasi Obat

Tabel 1.7 Pengetahuan Sentralisasi Obat Ruang Asoka 1

Interpretasi Frekuensi Persentase


Baik (76-100 %) 8 80.0
Cukup (56-75 %) 2 20.0
Kurang (≤55 %) 0 0.0
Total 10 100.0

Tabel 1.7 menunjukan pengetahuan sentralisasi obat Ruang Asoka 1, dari hasil analisis
didapat bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 8 orang (80%),
perawat yang memiliki pengetahuan cukup adalah sebanyak 2 orang (20%), dan tidak ada
perawat (0%) yang memiliki pengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas
pengetahuan sentralisasi obat perawat ruang Asoka 1 adalah baik.
8. Dokumentasi Askep
Tabel 1.8 Pengetahuan Dokumentasi Keperawatan Ruang Asoka 1

Interpretasi Frekuensi Persentase


Baik (76-100 %) 9 90.0
Cukup (56-75 %) 1 10.0
Kurang (≤55 %) 0 0.0
Total 10 100.0

Tabel 1.8 menunjukan pengetahuan dokumentasi asuhan keperawatan Ruang Asoka 1, dari
hasil analisis didapat bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 9
orang (90%), perawat yang memiliki pengetahuan cukup adalah sebanyak 1 orang (10%),
dan tidak ada perawat (0%) yang memiliki pengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas pengetahuan dokumentasi keperawatan perawat ruang Asoka 1 adalah baik.

e. Observasi
1. Metode Penugasan Tim

Tabel 1.9 Hasil Observasi Metode Penugasan Tim Selama 3 Kali Di Ruang
Asoka 1

Observasi Interpretasi Frekuensi Persentase


Pertama Sesuai SOP (22) 5 100.0
Tidak sesuai SOP 0 0.0
(<22)
Kedua Sesuai SOP (22) 5 100.0
Tidak sesuai SOP 0 0.0
(<22)
Ketiga Sesuai SOP (22) 5 100.0
Tidak sesuai SOP 0 0.0
(<22)
Total Rata-Rata
Persentase Sesuai SOP 100.0

Tabel 1.9 menunjukan hasil observasi metode penugasan tim selama 3 kali di ruang Asoka 1, dari
hasil analisis didapat bahwa pada observasi pertama, kedua dan ketiga metode penugasan tim
dilakukan sesuai SOP (100%). (Observasi mencakup pengaturan shift, komunikasi dan uraian
tugas dalam metode penugasan tim)
2. Supervisi
Berdasarkan hasil observasi, supervisi di Ruang Asoka 1 belum berjalan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala ruangan, belum pernah ada pelatihan khusus terkait
pelaksanaan supervise di ruangan. Meskipun begtu, kepala ruangan akan mencoba
menyusun program supervisi di Ruang Asoka 1 pada tahun anggaran selanjutnya.
Rencananya kepala ruangan akan membuat jadwal rutin supervisi untuk seluruh perawat
sebanyak 2 kali dalam satu minggu dengan supervisor yang berjenjang. Hambatan dalam
pelaksanaan supervisi saat ini yaitu menumpuknya tugas perawat terlebih dengan adanya
program baru yaitu penginputanasuhan asuhan keperawatan ke sistem informasi, maka
dari itu perawat terkesan menjadi double dalam melakukan dokumentasi keperawatan. (-)
Namun dari bagian manajemen rawat inap rumah sakit (kes manager), rutin dilaksanakan
supervisi ke setiap ruangan dua kali dalam satu bulan. Hal-hal yang disupervisikan antara
lain jumlah pasien dan perawat yang bertugas, prosedur asuhan keperawatan, dokumentasi
keperawatan serta cara penyelesaian kendala-kendala yang dialami selama melakukan
asuhan keperawatan. (+)
3. Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi selama pengkajian, tidak dilakukan ronde keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala dan kepala tim, pelaksanaan ronde
keperawatan belum pernah dilaksanakan karena hambatan-hambatan sistematika
dilapangan, seperti padatnya jadwal dinas dan tidak adanya jadwal khusus untuk
pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan. (-) Tetapi dari bagian komite keperawatan
rumah sakit rutin dilaksanakan agenda Bedah Kasus setiap hari selasa dan kamis. Agenda
Bedah Kasus adalah pembahasan asuhan keperawatan yang terbanyak / komplikatif yang
membutuhkan perawatan dari berbagai tim medis yang diikuti oleh seluruh perwakilan
tenaga medis setiap ruangan. Bedah Kasus ini bertujuan untuk meningkatkan mutu
perawat dari segi keterampilan dan keilmuan. Dalam agenda ini juga dihadirkan pemateri-
pemateri yang sesuai dengan materi yang akan dibahas. (+)
4. Universal Precaution

Tabel 1.10 Hasil Observasi Universal Precaution Selama 3 Kali Pada 5 Perawat
Di Ruang Asoka 1

Obser Interpretasi Frekuensi Persentase


vasi
Pertam Sesuai SOP (39) 5 100.0
a
Tidak sesuai 0 0.0
SOP (<39)
Kedua Sesuai SOP (39) 5 100.0
Tidak sesuai 0 0.0
SOP (<39)
Ketiga Sesuai SOP (39) 5 100.0
Tidak sesuai 0 0.0
SOP (<39)
Total Rata-Rata
Persentase
Sesuai SOP 100.0
Tabel 1.10 menunjukan hasil observasi universal precaution selama 3 kali pada 5 perawat di ruang
Asoka 1, dari hasil analisis didapat bahwa pada observasi pertama, kedua dan ketiga universal
precaution dilakukan sesuai SOP (100%). (Observasi mencakup mencuci tangan, pemakaian APD,
pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan alat-alat tajam dan pengelolaan limbah).
5. Discharge Planning

Tabel 1.11 Hasil Observasi Discharge Planning Selama 3 Kali Pada 5 Perawat Di
Ruang Asoka 1

Observasi Interpretasi Frekuen Persentase


si
Pertama Sesuai SOP (15) 3 60.0
Tidak sesuai SOP (<15) 2 40.0
Kedua Sesuai SOP (15) 3 60.0
Tidak sesuai SOP (<15) 2 40.0
Ketiga Sesuai SOP (15) 4 80.0
Tidak sesuai SOP (<15) 1 60.0
Total Rata-Rata Persentase
Sesuai SOP 66.7
Tabel 1.10 menunjukan hasil observasi discharge planning selama 3 kali pada 5 perawat di ruang
Asoka 1, dari hasil analisis didapat bahwa pada observasi pertama dan kedua perawat yang
sesuai SOP adalah sebanyak 3 orang (60%), dan yang tidak sesuai SOP adalah sebanyak 2 orang
(40%). Pada observasi ketiga perawat yang sesuai SOP adalah sebanyak 4 orang (80%), dan yang
tidak sesuai SOP adalah sebanyak 1 orang (20%). Dapat disimpulkan bahwa, total rata-rata
persentase adalah 66,7% atau sebanyak 3 dari 5 perawat sesuai SOP.
6. Timbang Terima

Tabel 1.12 Hasil Observasi Timbang Terima Selama 3 Kali Di Ruang Asoka 1

Observasi Interpretasi Frekuensi Persentase


Pertama Sesuai SOP (14) 5 100.0
Tidak sesuai SOP (<14) 0 0.0
Kedua Sesuai SOP (14) 5 100.0
Tidak sesuai SOP (<14) 0 0.0
Ketiga Sesuai SOP (14) 5 100.0
Tidak sesuai SOP (<14) 0 0.0
Total Rata-Rata Persentase
Sesuai SOP 100.0
Tabel 1.12 menunjukan hasil observasi timbang terima selama 3 kali di ruang Asoka 1, dari hasil
analisis didapat bahwa pada observasi pertama, kedua dan ketiga timbang terima dilakukan
sesuai SOP (100%).
7. Dokumentasi Askep

Tabel 1.13 Hasil Observasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Selama 3 Kali


Pada 5 Perawat Di Ruang Asoka 1

Observasi Interpretasi Frekuensi Persentase


Pertama Sesuai SOP (15) 3 60.0
Tidak sesuai SOP (<15) 2 40.0
Kedua Sesuai SOP (15) 3 60.0
Tidak sesuai SOP (<15) 2 40.0
Ketiga Sesuai SOP (15) 4 80.0
Tidak sesuai SOP (<15) 1 60.0
Total Rata-Rata Persentase
Sesuai SOP 66.7
Tabel 1.13 menunjukan hasil observasi dokumentasi keperawatan selama 3 kali pada 5 perawat di
ruang Asoka 1, dari hasil analisis didapat bahwa pada observasi pertama, kedua dan ketiga
dokumentasi keperawatan dilakukan sesuai SOP (100%). (Observasi mencakup pengkajian,
diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan).
f. Manajemen Asuhan (Kepatuhan Terhadap SOP)
Berdasarkan data daftar tindakan selama 3 bulan terakhir, 5 tindakan terbanyak di ruang Asoka 1
adalah :
1. Pengukuran Tanda-tanda Vital (TTV)

Tabel 1.9 Hasil Observasi Tindakan Pengukuran TTV Selama 3 Kali Pada 5
Perawat Ruang Asoka 1

Observasi Interpretasi Frekuensi Persentase


Pertama Patuh (32) 5 100.0
Tidak Patuh (<32) 0 0.0
Kedua Patuh (32) 5 100.0
Tidak Patuh (<32) 0 0.0
Ketiga Patuh (32) 5 100.0
Tidak Patuh (<32) 0 0.0
Total Rata-Rata Persentase
Patuh 100.0
Tabel 1.9 menunjukan hasil observasi tindakan pengukuran TTV selama 3 kali pada 5 perawat ruang
Asoka 1, dari hasil analisis didapat bahwa pada observasi pertama, kedua dan ketiga seluruh
perawat (100%) patuh terhadap SOP.
2. Pemberian Obat IV (Bolus)

Tabel 1.10 Hasil Observasi Tindakan Pemberian Obat IV (Bolus) Selama 3 Kali
Pada 5 Perawat Ruang Asoka 1

Observasi Interpretasi Frekuensi Persentase


Pertama Patuh (13) 5 100.0
Tidak Patuh (<13) 0 0.0
Kedua Patuh (13) 3 60.0
Tidak Patuh (<13) 2 40.0
Ketiga Patuh (13) 4 80.0
Tidak Patuh (<13) 1 20.0
Total Rata-Rata Persentase
Patuh 80.0

Tabel 1.10 menunjukan hasil observasi tindakan pemberian obat IV (Bolus) selama 3 kali
pada 5 perawat ruang Asoka 1, dari hasil analisis didapat bahwa pada observasi pertama
seluruh perawat (100%) patuh terhadap SOP. Pada observasi kedua perawat yang patuh
SOP adalah sebanyak 3 orang (60%), dan yang tidak patuh SOP adalah sebanyak 2 orang
(40%). Pada observasi ketiga perawat yang patuh SOP adalah sebanyak 4 orang (80%),
dan yang tidak patuh SOP adalah sebanyak 1 orang (20%). Dapat disimpulkan bahwa, total
rata-rata persentase adalah 80% atau sebanyak 4 dari 5 perawat patuh SOP.
3. Pengambilan Darah Vena

Tabel 1.11 Hasil Observasi Tindakan Pengambilan Darah Vena Selama 3 Kali
Pada 5 Perawat Ruang Asoka 1

Observasi Interpretasi Frekuensi Persentase


Pertama Patuh (29) 5 100.0
Tidak Patuh (<29) 0 0.0
Kedua Patuh (29) 5 100.0
Tidak Patuh (<29) 0 0.0
Ketiga Patuh (29) 5 100.0
Tidak Patuh (<29) 0 0.0
Total Rata-Rata Persentase
Patuh 100.0
Tabel 1.11 menunjukan hasil observasi tindakan pengambilan darah vena selama 3 kali pada 5
perawat ruang Asoka 1, dari hasil analisis didapat bahwa pada observasi pertama, kedua
dan ketiga seluruh perawat (100%) patuh terhadap SOP.
4. Pemasangan Infus

Tabel 1.12 Hasil Observasi Tindakan Pemasangan Infus Selama 3 Kali Pada 5
Perawat Ruang Asoka 1

Observasi Interpretasi Frekuensi Perse


ntase
Pertama Patuh (45) 5 100.0
Tidak Patuh (<45) 0 0.0
Kedua Patuh (45) 5 100.0
Tidak Patuh (<45) 0 0.0
Ketiga Patuh (45) 5 100.0
Tidak Patuh (<45) 0 0.0
Total Rata-Rata Persentase
Patuh 100.0

Tabel 1.12 menunjukan hasil observasi tindakan pemasangan infus selama 3 kali pada 5
perawat ruang Asoka 1, dari hasil analisis didapat bahwa pada observasi pertama, kedua
dan ketiga seluruh perawat (100%) patuh terhadap SOP.
5. Bed Making

Tabel 1.13 Hasil Observasi Tindakan Bed Making Selama 3 Kali Pada 5 Perawat
Ruang Asoka 1

Observasi Interpretasi Frekuensi Perse


ntase
Pertama Patuh (23) 3 60.0
Tidak Patuh (<23) 2 40.0
Kedua Patuh (23) 4 80.0
Tidak Patuh (<23) 1 20.0
Ketiga Patuh (23) 5 100.0
Tidak Patuh (<23) 0 0.0
Total Rata-Rata Persentase
Patuh 80.0
Tabel 1.13 menunjukan hasil observasi tindakan bed making selama 3 kali pada 5 perawat
ruang Asoka 1, dari hasil analisis didapat bahwa pada observasi pertama perawat yang
patuh SOP adalah sebanyak 3 orang (60%), dan yang tidak patuh SOP adalah sebanyak 2
orang (40%). Pada observasi kedua perawat yang patuh SOP adalah sebanyak 4 orang
(80%), dan yang tidak patuh SOP adalah sebanyak 1 orang (20%). Pada observasi ketiga
seluruh perawat (100%) patuh terhadap SOP. Dapat disimpulkan bahwa, total rata-rata
persentase adalah 80% atau sebanyak 4 dari 5 perawat patuh SOP.

Hasil analisis keseluruhan :

Total rata-rata persentase keseluruhan adalah 92% atau sebanyak 4 dari 5 perawat patuh
SOP.
g. Daftar Sop
Tabel 1.14 Daftar SOP Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira
No Judul SOP
1 Pengukuran TTV
2 Pemberian Obat IV (Bolus)
3 Pengambilan Darah Vena
4 Pemasangan Infus
5 Bed Making
6 Pemeriksaan Fisik Kepala Dan Leher
7 Pemeriksaan Fisik Dada
8 Pemeriksaan Fisik (Abdomen)
9 Pemeriksaan Glas Glow’s Coma Scale (Gcs)
10 Pengukuran Tekanan Darah
11 Pengukuran Suhu Tubuh
12 Pemeriksaan Nadi Dan Pernafasan
13 Pemberian Obat Intra Vena
14 Pemberian Obat Intra Muscular
15 Pemberian Obat Sub Cutan
16 Pemberian Obat Intra Cutan
17 Pemberian Obat Supositoria
18 Perawatan Pasien Yang Baru Meninggal
19 Perawatan Yang Akan Meninggal
20 Huknah Rendah Dan Huknah Tinggi
21 Huknah Glycerin
22 Membimbing Relaksasi Dan Distraksi
23 Penyiapan Specimen Darah Vena
24 Latihan Nafas Dalam
25 Pemberian Oksigen Binasal
26 Perawatan Kateter Wanita
27 Perawatan Kateter Pria
28 Pemasangan Kateter Wanita
29 Pemasangan Kateter Pria
30 Pelepasan Kateter
31 Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT)
32 Pemberian Makan Lewat NGT
33 Pemasangan Transfuse
34 Pemasangan Infus
35 Perawatan Infus
36 Cuci Tangan (Biasa Dan Antiseptic)
37 Mencuci Rambut
38 Memandikan Di Tempat Tidur
39 Oral Hygene Dengan Sikat Gigi
40 Menghisap Lender
41 Pemasangan Buli-Buli Panas
42 Pemberian Kibrat Es
43 Inhalasi Manual
44 Inhalasi Nembulizer
45 Batuk Efektif
46 Perawatan Luka Bakar
47 Perawatan Luka Kotor
48 Perawatan Luka Lecet
49 Perawatan Luka Perinium
50 Perawatan Luka Jahit
51 Perawatan Luka Jahitan
52 Penggunaan EKG Monitor
53 Penggunaan Alat Ventilator
54 Penggunaan Central EKG Monitor
55 Penggunaan Treadmill
56 Pemeriksaan Electro Cardio Graph
57 Penggunaan Ventilator
58 Menyiapkan Pasien Untuk Tindakan Intubasi
59 Menyiapkan Pasien Dan Alat Untuk Tindakan Extubasi
60 Fisioterapi Dada Diruang ICU
61 Menyiapkan Pasien Untuk Humidifikasi
62 Menyiapkan Pasien Dan Alat Untuk Tindakan Defibrilasi Dan Kardioversi
63 Memberikan Terapi Oksigen
64 Memantau Saturasi Oksigen (SP02) Dalam Darah
65 Trakheostomi
66 Mengukur Central Venous Pressure (CVP)
67 Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
68 Merawat Pasien Post Hemoroid /Rendam Duduk
69 Merawat Pasien Dengan WSD
70 Pemasangan Blood Line
71 Pembilasan Dializer Reuse (Priming)
72 Acces Pada Femoralis
73 Acces Pada AV-Shunt/Cimono
74 Pemberian Heparin
75 Mengakhiri Hemodialisa
76 Penanganan Pasien Dengan Kram
77 Penanganan Pasien Hipokalemik
78 Penanggulangan Pasien Dengan Mual Dan Muntah Pada Pasien HD
79 Penanganan Pasien Menggil Pada Pasien HD
80 Penerimaan Pasien Baru
81 Memasang Mancet/Fiksasi
82 Menyuapi Pasien
83 Memberikan Obat Melalui Mulut
84 Persiapan Hemodialisa
Hasil Analisa:
Jumlah SOP yang dimiliki yaitu sebanyak 84 SOP yang mencakup seluruh tindakan di
Ruang Asoka 1. Namun dari hasil observasi rata-rata tahun update SOP adalah tahun 2002.
(-)
h. Daftar Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Tabel 1.14 Daftar SAK Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK.II 03.05.01 Dustira
No Judul SAK
1. Asuhan Keperawatan pada Gastroenteritis
2. Asuhan Keperawatan pada Bronchopnemonia
3. Asuhan Keperawatan pada Typoid
4. Asuhan Keperawatan pada Tuberkulosa Paru
5. Asuhan Keperawatan pada Demam Berdarah Dengue(DBD)
6. Asuhan Keperawatan pada Meningitis
7. Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi
8. Asuhan Keperawatan pada Asma Bronchiale
9. Asuhan Keperawatan pada Pasien PPOK
10. Asuhan Keperawatan pada Pasien Covid

Hasil Analisa:
Ruang Asoka 1 telah memiliki daftar SAK dan sudah sesuai dengan tindakan yang
dilakukan. Dari hasil observasi rata-rata tahun update SAK sudah 5 tahun terakhir yaitu
tahun 2017. (+)

3. Material
Dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya pengelolaan peralatan sebagai
factor pendukung dan penunjang terlaksananya keperawatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan adalah semua bentuk alat Kesehatan yang di pergunakan dalam
melaksanakan Tindakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan,
sehingga diperoleh tujuan keperawatan yang efisien dan efektif.
a. Sarana dan Prasarana Ruang Asoka1 Rumah Sakit Dustira Cimahi

Berdasarkan hasil studi dokumentasi dari prakarya, kepala ruangan dan berdasrakan hasil
observasi selama 3 hari, sarana dan prasarana dan peralatan di Ruang Asoka 1 sebagai
berikut :

Tabel 2.8 Sarana dan Prasarana Penunjang Petugas Kesehatan di Ruang


Asoka 1 Rumah Sakit Tk. II Dustira
Sarana Di Ruangan Tidak
No Jumlah Layak Keterangan
Prasarana Ada Tidak layak
Berada di tengah-tengah
1 Nurse station 1
ruangan Guntur
Terpasang di dekat
2 Visi rumah sakit 1
nurse station
Terpasang di dekat
3 Misi rumah sakit 1
nurse station
Standar
Berada di ruang kepala
4 Operasional 79
ruangan
Prosedur (SOP)
Standar Asuhan
Berada di ruang kepala
5 Keperawatan 5
ruangan.
(SAK)
Format Berada di rekam medis
6 1
pengkajian pasien
Format asuhan Berada di setiap rekam
7 1
keperawatan medis pasien
Catatan Berada di setiap rekam
8 perkembangan 1 medis pasien
pasien
Berada di setiap rekam
9 Format SBAR 1
medis pasien
Format Discharge Berada di setiap rekam
10 1
planning medis pasien
Berada di setiap rekam
11 Format konsultasi 1
medis pasien
Format kepuasan Berada di ruang kepala
12 pasien dan 1 ruangans
perawat
Struktur Sudah terpasang karena
13 organisasi ruangan baru
ruangan
1 berada di ruang
tindakan tim 1 dan tim
14 Meja 7
2, 1 berada di ruang
diskusi dokter, 1 berada
di ruang kepala ruangan
1 berada di ruang
diskusi perawat, 1 di
ruang administrasi, 1
berada di nurse station,
1 berada di ruang
tunggu
Tempat diskusi Bertempat di belakang
15 1
perawat di antara kamar pasien
Bertempat di belakang
16 Ruang dokter 1
di antara kamar pasien
Ruang kepala Berada di depan pintu
17 1
ruangan masuk ruangan Guntur
Ruang ganti Berada di dekat nurse
18 1
perawat station
Berada di ruang ganti
19 Loker perawat
perawat
Terdapat di ruangan
20 Telepon ruangan 1
nurse station
Terdapat di ruang
Tempat cuci dispensing room 1, di
21 6
tangan nurse stasion 1, di ruang
perawatan kelas 1 ada 4
22 Mushola Tidak terdapat mushola
Berada di belakang
23 Kamar mandi 1
nurse station
Tersebar di nurse
station, ruang
24 Kursi 16 adminitrasi, ruang
kepala ruangan, ruang
diskusi perawat
Ruang mahasiswa Tersedia di sebelah
25 1
prakter ruang diskusi perawat
Tersedia di dekat nurse
26 Ruang tindakan 1 station, dekat dengan
ruang perawat
25/26x100%= 96%

Tabel 2.9 sarana dan prasarana ruang mahasiswa di ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK. II Dustira
No Sarana Keadaan
1. Loker Baik
2. Tempat pertemuan Baik

Tabel 2.10 sarana dan prasarana Ruang Kepela Ruagan di ruangAsoka1 Rumah Sakit TK. II
Dustira
No Sarana Keadaan
1. Meja Baik
2. Kursi Baik
3. Lemari Baik
4. AC baik
Tabel 2.11 Sarana dan Prasarana Penunjang Pasien di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit Tk.II
Dustira

Sarana Di Ruangan Tidak


No Jumlah Layak Keterangan
Prasarana Ada Tidak layak
Ruangan Laki - Laki dan
perempuan terdapat 13
1 Kamar Pasien 13
kamar 1 kamar terdiri
dari ruangan observasi
Tersebar di ruang laki
laki terdapat 14 tempat
tidur 2 kamar terdiri dari
ruangan observasi
2 Tempat tidur 35
Ruangan perempuan
terdapat 17 tempat tidur 2
kamar terdiri dari
ruangan observasi
Papan
Tidak terdapat papan
3 identitas
identitas pasien
pasien
Gelang identitas pasien
terdapat 5 buah warna,
biru untuk laki-laki,
Gelang merah muda untuk
4 identitas 5 perempuan, dan kuning
pasien untuk resiko jatuh, merah
untuk penanda pasien
alergi, dan ungu untuk
DNR
Tersedia bel pasien di
Alat panggil
5 18 seluruh bed pada setiap
perawat (Bel)
kamar pasien
Seluruh kamar dan
tempat tidur pasien
6 Kursi tunggu 31 terdapat masing-masing 1
kursi untuk penunggu
pasien
Kamar mandi tyersedia
disetiap ujung lorong
7 Kamar mandi 7 ruangan, 1 kamar mandi
ada di ruang ganti
perawat.
Penanda Di setiap tempat tidur
9 nomor tempat 35 pasien terdapat penanda
tidur pasien nomor tempat tidur
Berada di setiap tempat
10 Lemari pasien 35 tidur pasien masing-
masing satu buah lemari
Pispot yang berada di
wing laki-laki terdapat
14 pispot terdiri dari 5
pispot laki-laki
11 Pispot 35
Pispot yang berada di
wing perempuan terdapat
5 pispot perempuan 10
pispot laki- laki
Tempat Tersedia 1 buah tempat
12 sampah 4 sampah infeksius, berada
Infeksius di dispensing room
Tersedia 6 buah tempat
sampah non infeksius,
Tempat
tersebar di ruang
13 sampah non 35
dispensing room dan di
infeksius
setiap ruang pasien kelas
1 dan di luar
Tempat
Tidak terdapat tempat
16 sampah
sampah sitotoksik
sitotoksik
Terdapat 1 jenis handrub,
yaitu gel. Jumlah yang
terpasang yaitu 40 buah,
35 buah berada di tiap
bed pasien dan 2 buah
17 Handrub 42 handrub berada di tiap
wings setiap wingsnya
terdapat 2 handrub, 1
berada di dekat toilet
pasien kelas 2 wings laki-
laki
terdapat standar infus
yang teredia di kamar
18 Standar Infus 37 pasien yaitu 35 buah,
terdapat cadangan 2 buah
standar infus
Terdapat disetiap kamar
19 Jam dinding 17 dan ruang observasi 1
buah
Ruang Terdapat di belakang
20 1
istirahat nurse stasion
Ruang Terdapat di sebelah nurse
21 1
administrasi station
Ruang Terdapat di belakang
22 2
gudang ruang perawatan
Lemari Terdapat di ruang
23 1
berkas istirahat perawat
Lemari Di ruangan Asoka 1 tidak
24 dokumentasi - - tersedia lemari
pasien penyimpanan
dokumentasi pasien
25 AC  5  Di ruang Asoka 1
22/25x100%=88%

Hasil Analisa:

Berdasarkan hasil observasi sarana dan prasarana dan wawancara dengan penanggung jawab
inventaris alat-alat Ruang Asoka1.

1. Terdapatnya penanda nomor di setiap kamar pasien,


2. Kesediaan bel di setiap tempat tidur pasien
Ruang perawatan Asoka 1 meliputi kamar pasien, tempat tidur, papan identitas pasien,
kamar mandi di ruang Pangrango layak digunakan sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit
No 44 Tahun 2009 tentang sarana dan prasarana harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik.Tabel 2.12 Sarana dan Prasarana Alat Kesehatan di Ruang Asoka 1
Rumah Sakit Tk.II Dustira
Standar Jumlah Jumlah yang ada
No Nama Alat yang Tidak
Depkes RS tersedia Sesuai
Sesuai
1 Ambu Bag 2/ruangan - 3 -
2 Thermometer 4-5/ruangan - 4 -
3 Bak instrument
kecil/sedang 1: 1 - 2/3 -
4 Bak instrument besar 2/ruangan - 4 -
5 Baki Tindakan 2/ruangan - 2 -
6 EKG 1/ruangan - 2 -
7 Bengkok 2/ruangan - 5 -
8 Lampu sorot (pen light)
1/ruangan - 1 -
9 Nebulizer 1/ruangan - 2 -
10 Pinset anatomis 2/ruangan - 3 -
11 Pinset cirugis 2/ruangan - 3 -
12 Dorongan oksigen kecil
1/ruangan - 1 -
14 Monitor 1/ruangan - 4 -
15 Gunting biasa 1/ruangan - 1
16 Gunting verban 2/ruangan - 3 -
17 Infus pump 1/ruangan - 2 -
18 Tabung oksigen kecil 2/ruangan - 2 -
19 Tensimeter 2/ruangan - 2 -
20 Timbangan 2/ruangan - 2 -
21 Torniuet 2-3/ruangan - 2 -
22 Troli Tindakan 2/ruangan - 2 -
23 Kursi roda 2-3/ruangan - 5 -
24 Syring Pump 2/ruangan - 3 -

Hasil Analisis :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘 24
𝑥 100% = 𝑥100% = 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 24

Dari hasil pengkajian data dari tabel diatas menunjukan persentase yang didapatkan sarana dan

prasarana alat kesehatan diruang Asoka 1 Rumah Sakit TK.II Dustira Cimahi sebanyak 100% ada

dan layak digunakan. Pada hasil observasi didapatkan hasil sarana dan prasarana alat kesehatan

sudah sangat menunjang.

Tabel 2.13 Sarana dan Prasarana Habis Pakai Ruang Guntur


Rumah Sakit Tk.II Dustira
Tidak
No Nama Barang Ada Kondisi
ada
1 Plester Coklat - Baik
2 Plester Putih - Baik
3 Plester - Baik
4 Hipafix - Baik
5 Kassa - Baik
6 Kapas - Baik
7 Alkohol 70% - Baik
8 Betadine - Baik
9 Saflon √ Tidak ada
Obat-obatan
10 - Baik
emergency
11 Nacl 0,9 % - Baik
12 Aquabidest - Baik
13 Handwash - Baik
14 Handscrub Gel - Baik
15 Handscrub Cair - Baik
16 Swab Alkohol - Baik
17 Masker - Baik

Hasil Analisis :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘 16


𝑥 100% = 𝑥100% = 94%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 17

Dari hasil pengkajian data dari tabel diatas menunjukan persentase yang didapatkan

sarana dan prasarana habis pakai diruang Asoka 1 Rumah Sakit TK.II Dustira Cimahi

sebanyak 100% ada dan layak digunakan.

Pada hasil observasi didapatkan hasil sarana dan prasarana alat kesehatan sudah sangat

menunjang.

Tabel 2.14 Alat Tenun Ruang Asoka 1 Rumah Sakit Tk.II Dustira
Tidak
No Nama Barang Ada Kondisi
ada
1 Gordyn Tidak ada
2 Sprei Besar 93
- Baik
buah
3 Selimut 96
- Baik
buah
4 Sarung Bantal
- Baik
buah
5 Boven laken - Baik
6 Baju tidur 62 - Baik
7 Celana tidur 62 - Baik
8 Sarung tidur 62 - Baik
9 Handuk 10 - Baik
10 Waslap 8 - Baik
11 Barak shot - Baik
Hasil Analisis :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘 10


𝑥 100% = 𝑥100% = 91 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 11

Dari hasil pengkajian data dari tabel diatas menunjukan persentase yang didapatkan

sarana dan prasarana alat tenun diruang Asoka 1 Rumah Sakit TK.II Dustira Cimahi
sebanyak 92% ada dan layak digunakan dan untuk sarung tidur tidak disediakan

diruangan..

Pada hasil observasi didapatkan hasil sarana dan prasarana alat kesehatan sudah sangat

menunjang.

Tabel 2.15 Daftar Peralatan Non Medis di Ruang Asoka 1


Rumah Sakit Tk.II Dustira
No Nama Alat Jumlah Keterangan
1 Meja kerja kayu 7 Baik
3 Printer 1 Baik
4 Pesawat telepon 1 Baik
5 White board 1 Baik
6 Lemari Kayu 4 Baik
7 Lemari Es 1 Baik
8 Lemari Es Obat 1 Baik
9 Televisi 11 Baik
10 X-Ray Viewer 1 Baik
11 Emergency trolley 1 Baik
12 Over bad table/trolli saji 24 Baik
13 APAR 2 Baik
14 Helm K3 4 Baik
15 Sofa 2 Baik
16 Kursi lipat hitam 10 Baik

17 Kursi biru 27 Baik

18 Kursi besi bulat - Tidak ada

19 Tempat sepatu 1 Baik

20 Locker Besi (4 pintu) 1 Baik

21 Meja kaca/meja biro 2 Baik

22 Lemari besi 2 pintu 1 Baik

23 Denah ruangan 1 Ukuran sedang,


penempatan efektif,
sudah terdapat alur
jalur evakuasi pada
denah ruangan
24 Papan media 1 Baik
25 Hand trail selasar - Ketidaktersedian hand
trail selasar menuju
ruangan
26 Tempat Leaflet Tersedia tempat
1 menyimpan leaflet di
lorong ruang
perawatan
27 Penanda jalur evakuasi 13 Jalur evakuasi di
tempatkan 4 tanda
jalur evakuasi ada di
masing-masing kamar
kelas 1, 5 tanda jalur
evakuasi ada 3 di
sayap kanan dan 2 di
sayap kiri, 1 tanda
jalur evakusi ada di
dekat pintu masuk, 2
tanda jalur evakuasi
ada di depan pintu
kamar kels 1 di sayap
kanan
28 Emergency bag - Tidak Tersedia tas
emergency di ruang
guntur
25/28x100%=89%

Hasil Analisa :

1. Di setiap kamar mandi sudah tersedia hand trail, namu masih ada beberapa hand
trail yang belum terpasang atau terlepas. Sesuai standar yang telah ditetapkan oleh
PERMENKES No. 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknis bangunan dan
sarana prasarana di rumah sakit, disebutkan bahwa pada daerah yang dilalui
pasien, kamar mandi, dindingnya harus terpasang pegangan tangan (hand trail)
yang menerus dan dengan ketinggian berkisar 80-100 cm dari permukaan lantai.
Pegangan harus mampu menahan berat dan beban minimal 75 kg. kemudian
setelah melakukan wawancara dengan pihak K3RS pada bulan Februari belum
melakukan sweeping kembali terkait apa saja alat penunjang kesehatan yang
rusak yang belum dilaporkan dari ruangan ke pihak rumah sakit.

4. Money

1) Kajian Data
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 15-16 Februari 2022 di ruang Asoka 1
didapatkan hasil bahwa:

a) Dana Pengembangan SDM


1) Pelatihan
Dana pelatihan/seminar yang ada bagi perawat ruang Asoka 1 bersumber
pada pegawai ruangan, namun dalam beberapa kesempatan pihak rumah sakit
akan menunjuk beberapa perawat untuk mengikuti pelatihan di rumah sakit
sehingga biaya pelatihan /seminar berasal dari Rumah sakit.
2) Pendidikan Lanjutan
Dana pendidikan lanjut bagi perawat di ruang Asoka 1 RS Dustira
bersumber pada Dana pribadi, rumah sakit hanya memberi izin belajar dengan
tidak meninggal jam dinas/kerja.
3) Adanya kerjasama program kemitraan pendidikan profesi ners dan
pendidikan sarjana keperawatan dengan intstansi pendidikan universitas
jenderal achmad yani sehingga meringankan karyawan dustira dalam biaya
pendidikan.
4) Penelitian
Penelitian jarang dilakukan, penelitian dilakukan jika ada yang
melakukan penelitian yaitu pegawai yang sedang melakukan pendidikan
lanjutan, dan rumah sakit memberikan izin untuk penelitian di ruangan
tersebut (ruang Asoka 1).
5) Workshop
Workshop pada pegawai di ruang Asoka 1, dana yang digunakan
bersumber pada pegawai ruangan yang mengikuti workshop, jika workshop
dilakukan di luar rumah sakit. namun dalam beberapa kesempatan pihak
rumah sakit mengadakan workshop, kepala ruangan atau dari bagian rawat
inap akan menunjuk beberapa perawat untuk mengikuti workshop di rumah
sakit sehingga biaya pelatihan /seminar berasal dari Rumah sakit.
6) Penghargaan
Di RS Dustira dalam 4 tahun kedepan ini tidak terdapat penghargaan
yang diberikan untuk pegawai berprestasi atau teladan atau penghargaan
ruangan paling bersih.
7) Pendanaan Penyediaan Barang
Untuk pendanaan penyediaan barang yang ada di ruang asoka 1, pihak
ruangan sebelumnya harus melakukan pengajuan terlebih dahulu kepada
pihak rumah sakit.
b) Dana operasional rumah sakit
(1) Sumber dana
Sumber dana ruangan asoka didapatkan dari pendapatan Rumah Sakit,
APBN, Yanmasum, BPJS, dan bersumber dari MOU dengan instansi
pendidikan.
(2) Jaminan kesehatan karyawan
Terdapat tunjangan kesehatan yaitu, BPJS kesehatan untuk pegawai KHL,
BPJS ketenagakerjaan dan ada jaminan hari tua pegawai bagi PNS
(3) Gaji karyawan
Sistem gaji pegawai di ruang Asoka 1 di RS Dustira, untuk gaji pegawai
golongan PNS berasal dari pendapatan rumah sakit gaji pegawai PNS
disesuaikan dengan pangkat dan golongan, sedangkan sumber dana gaji
pegawai non PNS berasal dari rumah sakit yang disesuaikan dengan
pendidikan dan masa kerja.
Golongan Gaji
PNS Gaji diatas UMR
KHL Berdasarkan pendidikan, masa kerja besaran
akumulasi gaji perbulan belum sesuai standar
UMR Kota ciamhi

(4) Tunjangan hari raya


Tunjangan hari raya di ruang asoka 1 , ada. Tunjangan hari raya diberikan
pada pegawai ruangan baik pegawai golongan PNS dan non PNS di hari
raya Idul Fitri.
(5) Insentif
(6) Dana insentif yang ada di ruang asoka 1 berasal dari pendapatan rumah
sakit, dan itu diberikan sesuai dengan pendidikan dan lamanya kerja.
(7) Adanya tunjangan lauk pauk bagi karyawan PNS
(8) Adanya tunjangan fungsional bagi karyawan PNS
(9) Adanya tunjangan dana (remunerasi) bagi karyawan PNS
(10) Uang kas
Uang kas di ruang asoka 1, uang kas tersebut adalah hasil
pemotongan uang insentif dari seluruh anggota ruang asoka 1, yang bisa
digunakan untuk makan bersama, uang santunan yg sakit, atau manikah
dan melahirkan
(11) Jenis pembayaran pasien
Jenis pembayaran yang dapat dilakukan oleh pasien di ruang Asoka 1r
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. BPJS Dinas (militer/sipil/keluarga) untuk kelas 2
b. BPJS PBI
c. Jamkesda
d. Umum
e. Jampersal
5. Material
Tugas Pokok

a. Memberikan yankes yang prima khususnya kepada satuan-satuan dan personel TNI

AD, PNS dan keluarganya umumnya kepada anggota TNI lainnya serta masyarakat

umum dan peserta BPJS.

b. Menjadi RS rujukan dari RS di bawahnya.

1. Visi dan Misi


a. Visi

Menjadi rumah sakit kebanggaan prajurit, PNS dan keluarganya serta masyarakat

umum diwilayah Kodam III/Siliwangi yang bermutu dalam pelayanan, pendidikan

dan penelitian.

b. Misi

1). Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna

2). Memberikan dukungan kesehatan yang handal

3). Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan

yang bermutu dalam rangka pelaksanaan Rumah sakit Pendidikan.

2. Motto

TeRPESoNA : Tertib, Ramah, Proffesional, Empati, Solid, Nyaman

dan Aman

3. Falsafah

a. Visi tanpa aksi hanya mimpi

b. Aksi tanpa visi buang waktu

c. Visi dengan aksi bangun perubahan.

4. Nilai-nilai

a. Nondiskriminatif

b. Profesional

c. Solid

d. Komitmen

e. Transparan

f. Akuntabel
1. Profil Ruangan Asoka 1 Rumah Sakit Dustira TK II Cimahi

Ruang asoka 1 adalah salah satu ruangan rawat inap yang ada di RS Dustira TK II

Cimahi, dimana ruangan ini adalah ruangan khusus pasien dinas aktif baik militer, pns

maupun keluarga. Dimana memiliki kapasitas tempat tidur yaitu 35 bed.

2. Tujuan Pelayanan Keperawatan Ruang Rawat Inap (Ruang Asoka) Juga Mengacu

Pada Tujuan Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi, yaitu:

1. Membangun budaya organisasi yang kondusif dan sense of service mencegah dan

mengendalikan infeksi.

2. Mewujudkan pelayanan kesehatan prima berbasis kepuasan pelanggan

3. Mengintegrasikan pelayanan dan pendidikan untuk meningkatkan mutu pelayanan

dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.


5. Jumlah pasien 3 bulan terakhir :

November :234

Desember : 237

Januari :245

6. 10 diagnosa keperawatan :

1. Hipertermi

2. Nyeri

3. Ansietas

4. Diare

5. Pola nafas tidak efektif

6. Bersihan jalan nafas tidak efektif

7. Ketidaksatbilan kadar glukosa darah

8. Nausea

9. Resiko perfusi miokard tidak efektif

10. Resiko perdarahan

7. 10 penyakit terbanyak :

1. DHF

2. Typoid

3. GEA

4. Bacterial Infection

5. Stroke

6. DM

7. Fraktur
8. Hipertensi

9. Bronchopneumonia

10. Gerd

8. 10 tindakan terbanyak :

1. Pengukuran Tanda tanda vital

2. Pemberian obat IV

3. Pengambilan darah vena

4. Pemasangan infus

5. Bed making

6. Mobilisasi / ambulasi pasien

7. Skin test antibiotik

8. Ekg

9. Perawatan luka

10. Pemberian oksigen

9. Mutu Rs :

a. Tidak adanya pasien yang mengalami insiden jatuh ataupun mengalami kesalahan

dalam pemberian obat.

b. Kejadian Infeksi Nosokomial 3 bulan terakhir di Ruang asoka

1) Tidak ada pasien yang mengalami phlebitis kurun waktu 3 bulan terakhir

2) Tidak ada pasien yang mengalami ISK dalam perawatan 24 jam dalam kurun waktu

3 bulan terakhir

3) Tidak ada pasien yang mengalami dekubitus kurun waktu 3 bulan terakhir
10. HASIL PERHITUNGAN INDIKATOR BOR, BTO,TOI,LOS

Total Pasien yang dirawat tanggal 15-17 Februari 2022 diruang Asoka 1 adalah 87

passien diantaranya tanggal 15 Februari 2022 22 pasien, tanggl 16 Februari 31 pasien

dan tanggal 17 Februari 34 pasien.

Jumlah Pasien : 87

Jumlah Hari Perawatan :3

Jumlah Pasien Keluar (Hidup) : 17

Lama Dirawat : 87

Jumlah Tempat Tidur : 35 bed

Periode Perawatan : 3 hari

1. BOR

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛


BOR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑇𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 x 100 % = 82,8 %

2. LOS

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝐷𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡


LOS = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝& 𝑀𝑎𝑡𝑖) = 5 hari

3. BTO

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝&𝑀𝑎𝑡𝑖)


BTO = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑇𝑖𝑑𝑢𝑟
= 0,5

4. TOI
( 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑇𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒)−𝐻𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
TOI = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝&𝑀𝑎𝑡𝑖)
= 1,05

Daftar Indikator Pelayanan di Ruang Asoka 1 tanggal 15-17 Februari 2022

No Indikator Standar Nasional Pencapaian Ruangan

1 BOR 75-85% 82,8 %

2 LOS 6-9 hari 5 hari


3 TOI 1-3 hari 1 hari

4 BTO 40-50 kali 0,5 kali

Analisa Standar Departemen Kesehatan

1) BOR

Rata-rata BOR pada Ruang Asoka 1 selama 3 hari didapatkan yaitu 82,8 % artinya dalam

tingkat pemanfaa tempat tidur di Ruang Asoka 1 memenuhi standar Asuhan Keperawatan

di Indonesia berdasarkan Standar Departemen Kesehatan (75-85%)

2) LOS

Rata-rata LOS pada ruang Asoka 1 selama 3 hari didapatkan hasil yaitu sebanyak 5 hari .

hal tersebut belum memenuhi standar karena nilai rata-rata LOS menurut Departemen

Kesehatan (6-9) hari

3) TOI

Rata-rata TOI pada Ruang Asoka 1 selama 3 hari didapatkan hasil sebanyak 1 hari. Hal

tersebut sesuai dengan Standar Departemen Kesehatan (1-3 hari)

4) BTO

Rata-rata BTO pada Ruang Asoka 1 selama 3 hari yaitu sebanyak 0,5 hari, hal tersebut

belum memenuhi Standar Departemen Kesehatan (40-50) dalam satu tahun

11. Kepuasan pasien :

Dari 15 responden kepuasan pasien/ keluarga baik, sedangkan 3 responden

mengatakan cukup.

12. Program Unggulan : salah satu unit kedokteran militer

13. Promosi Kesehatan :

Diruang Asoka 1 hanya ada beberapa leaflet tentang 10 diagonas medis terbanyak
1) Promosi Kesehatan

Hasil observasi didapatkan bahwa ruang Asoka memiliki tempat leaflet sebagai media

untuk menambah informasi penyakit pasien.

2) Sarana Komunikasi

Hasil observasi didapatkan bahwa ruang Asoka 1 sudah memiliki kotak saran

yang ditujukan untuk menampung saran, keluhan, dan kritik yang ingin disampaikan

pasien, keluarga pasien maupun pengunjung sebagai bahan evaluasi yang diharapkan

dapat meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.


14. Denah Ruangan :

15. Alur massuk pasien :


Alur masuk pasien ke ruang Asoka 1 terbagi menjadi dua yaitu IGD dan Poliklinik

pada saat jam kerja.

16.
Datang Sendiri Pendaftaran
17.Dokter Praktek
Rujukan RS Lain
18.Rujukan Puskesmas
Pengantar dari Kesatuan Poliklinik Yang Dituju Pulang
19.Atau Poli Umum

Dirawat

Ruang Rawat Inap


(Asoka 1)

4) Alur Pasien Pulang Dari Ruang Asoka 1

Pasien Diperbolehkan Pulang Pasien Pulang Diberikan Informasi

Anjurkan Kontrol Ke Poliklinik


ANALISA SWOT
MANAJEMEN UNIT RUANG ASOKA 1 RUMAH SAKIT TK. II 03.05.01 DUSTIRA CIMAHI

KAJIAN INTERNAL : S dan W


KAJIAN EKSTERNAL : O dan T

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREATMENT


VARIABEL
(S) (W) (O) (T)

MAN 1. Jumlah pegawai diruang 1. Sebagian besar perawat 1. Terdapat kesempatan 1. Akan adanya
Asoka 1 berjumlah 17 dengan status kepegawaian perawat untuk mengikuti peraturan Depkes
orang dengan pendidikan KHL sebanyak 14 orang tugas belajar dan pelatihan tahun 2019 bahwa
D3 berjumlah 10 orang dan (82%), dan PNS sebanyak 3 yang dibiayai oleh tenaga keperawatan
S1 + Ners berjumlah 5 orang (18%). PPSDM (Pengembangan minimal S.Kep.,
orang dan S1 Kep 2 orang 2. Jumlah perawat 17 orang, Potensi Sumber Daya Ners
Katim 1 S.Kep., Ners dan adanya kekurangan jumlah Manusia) 2. Akan adanya
katim 2 S.Kep., Ners. SDM diruangan, dimana 2. Adanya izin belajar pembatasan bagi
2. Pegawai PNS sebanyak 3 berdasarkan rumus douglas dengan kebijakan dari RS tenaga keperawatan
orang, 14 orang berstatus (23 perawat), dan rumus Tk II Dustira dengan pendidikan
sebagai KHL. Depkes (27 perawat) 3. Adanya kelas kemitraan D3
3. Lama kerja pegawai lebih 3. Pada shift malam 90% dari profesi ners antara RS.
dari 1-5 tahun sebanyak 7 60% direct dan 30% indirect, Dustira dengan Institusi
orang dan yang kurang dari artinya beban kerja shift Jenderal Achmad Yani
6-10 tahun sebanyak 7 malam di ruang Asoka 1 Cimahi
orang, 11-15 sebanyak 2 tinggi. 4. Adanya peluang KHL
orang, 16-20 sebanyak 1 menjadi PNS
orang.
4. Klasifikasi pasien yaitu 5
pasien total care, 17 pasien
dengan partial care, dan 13
pasien dengan minimal
care.
5. 17 orang perawat sudah
mengikuti pelatihan
keperawatan.
6. Gaya kepemimpinan
cenderung demokrasi dan
liberal
7. Gaya komunikasi yang
digunakan adalah telling
dan selling
8. Beban kerja perawat di
ruang Asoka 1 RS. Dustira
pada shift pagi 84% terdiri
dari 43% direct dan 41%
indirect, artinya beban
kerja shift pagi di ruangan
Asoka 1 rendah, sedangkan
pada shift siang 59% dari
28% direct dan 31%
indirect, artinya beban
kerja shift siang di ruang
Asoka 1 rendah
9. Kepuasan kerja perawat di
Ruang Asoka 1 Rumah
Sakit TK II Dustira
memiliki keseimbangan
antara puas dan tidak puas
dengan persentasi puas
60% tidak puas 40%
10. Ketua tim sudah pernah
mengikuti pelatihan yang
berkaitan dengan
manajemen ruangan
METODE 1. Struktur organisasi telah 1. Hasil observasi, supervisi di 1. Pihak manajemen rawat 1. Adanya risiko
tersedia dan telah terpasang Ruang Asoka 1 belum inap rumah sakit (kes ketidakpatuhan
di ruang asoka berjalan. manager), rutin terhadap SOP
2. Job deskripsi dari struktur 2. Hasil observasi dan melaksanakan supervisi karena supervisi di
organisasi telah tersedia, wawancara dengan kepala ke ruangan dua kali dalam Ruang Asoka
lengkap dan sesuai dengan dan kepala tim, pelaksanaan satu bulan. belum berjalan dan
pembagian struktur ronde keperawatan belum 2. Pihak komite keperawatan belum pernah ada
organisasi dilaksanakan karena rumah sakit rutin pelatihan khusus
3. Pengetahuan metode hambatan-hambatan melaksanakan agenda terkait pelaksanaan
penugasan tim perawat sistematika dilapangan. Bedah Kasus setiap hari supervisi di
ruang Asoka 1 adalah baik 3. Hasil observasi rata-rata selasa dan kamis yang ruangan.
dengan presentase 80%. tahun update SOP adalah diikuti oleh seluruh
4. Pengetahuan supervisi tahun 2002. (-) perwakilan tenaga medis
perawat ruang Asoka 1 setiap ruangan. Dalam
adalah cukup dengan agenda ini juga
presentase 70%. dihadirkan pemateri-
5. Pengetahuan ronde pemateri yang sesuai
keperawatan perawat ruang dengan materi yang akan
Asoka 1 adalah cukup dibahas.
dengan presentase 70%. 3. Adanya rencana kepala
6. Pengetahuan universal ruangan untuk membuat
precaution perawat ruang jadwal rutin supervisi
Asoka 1 adalah baik dengan untuk seluruh perawat
presentase 90%. sebanyak 2 kali dalam
7. Pengetahuan discharge satu minggu dengan
planning perawat ruang supervisor yang
Asoka 1 adalah cukup berjenjang pada tahun
dengan presentase 70%. anggaran selanjutnya.
8. Pengetahuan timbang terima
perawat ruang Asoka 1
adalah baik dengan
presentase 90%.
9. Pengetahuan sentralisasi
obat perawat ruang Asoka 1
adalah baik dengan
presentase 80%.
10. Pengetahuan dokumentasi
asuhan keperawatan perawat
ruang Asoka 1 adalah baik
dengan presentase 90%.
11. Hasil observasi metode
penugasan tim di ruang
asoka 1 dilakukan sesuai
SOP (100%).
12. Hasil observasi universal
precaution di ruang asoka 1
dilakukan sesuai SOP
(100%).
13. Hasil observasi discharge
planning di ruang asoka 1
dilakukan dengan tingkat
kesesuaian dengan SOP
sebesar (66,7%).
14. Hasil observasi timbang
terima di ruang asoka 1
dilakukan sesuai SOP
(100%).
15. Hasil observasi
penyusunan dokumentasi
asuhan keperawatan di
ruang asoka 1 dilakukan
sesuai SOP (100%).
16. Total rata-rata persentase
kepatuhan tindakan
perawat di ruang Asoka 1
terhadap SOP adalah
sebesar 92%.
17. Ruang Asoka 1 telah
memiliki daftar SOP yang
mencakup seluruh tindakan
di Ruang Asoka 1.
18. Ruang Asoka 1 telah
memiliki daftar SAK
Dan sudah sesuai dengan
tindakan yang dilakukan.
19. Dari hasil observasi rata-
rata tahun update SAK
sudah 5 tahun terakhir
yaitu tahun 2017. (+)
MATERIAL 1. Fasilitas Sarana Prasarana 1. Terdapat beberapa sarana dan 1. Adanya dana pembelian 1. Adanya rumah sakit
Penunjang Perawat Sudah prasarana yang sudah tidak alat–lat kesehatan berasal kompetitor yang
Terpenuhi dengan layak yaitu terdapat beberapa dari APBN. sarana dan
presentase 96% hand trail yang rusak/terlepas 2. Adanya dana alokasi dari prasarananya lebih
2. Fasilitas Sarana Prasarana rumah sakit untuk lengkap
Pasien Sudah Cukup pengadaan sarana dan
Mendukung Dengan prasarana
Persentase 88%
3. Fasilitas Sarana Prasarana
Alat Kesehatan Sudah
Cukup Lengkap Dengan
Persentase 100% dan
sesuai dengan standar
Depkes
4. Fasilitas Sarana dan
Prasarana Habis Pakai
Sudah Cukup Mendukung
Dengan Persentase 94%
5. Fasilitas Sarana dan
Prasarana alat tenun Sudah
Cukup Mendukung Dengan
Persentase 91%
6. Fasilitas Sarana dan
Prasarana Peralatan Non
Medis Sudah Cukup
Mendukung Dengan
Persentase 89%
7. Adanya alur untuk
pengajuan sarana dan
prasarana
8. Tersedianya handrub di
ruang perawat dan pasien
9. Terdapatnya penomoran
pada kamar pasien
10. Sudah tersedianya nurse
station
11. Tersedianya bel di setiap
kamar pasien
MONEY 1. Dana pengembangan 1. Belum adanya dana untuk 1. Izin belajar diberikan 1. Kebijakan pendanaan
berasal dari RUMAH jenjang karir pendidikan kepada karyawan kontrak program BPJS
SAKIT seperti adanya untuk karyawan kontrak dan dan PNS dengan syarat berubah-rubah
alokasi dana untuk PNS tidak meninggalkan 2. Jika terhambatnya
pelatihan bagi perawat 2. Belum adanya reward untuk pekerjaan dan proses pencairan
diruangan dari bidang perawat berprestasi menggunakan biaya subsidi APBN, dan
keperawatan, Komite 3. Gaji perawat status KHL di sendiri pencairan dana dari
keperawatan lingkungan Rumah Sakit 2. Adanya sumber dana yang BPJS akan berdampak
2. Sumber dana tetap (gaji) Dustira belum memenuhi berasal dari kerja sama pada kinerja rumah
untuk karyawan KHL standar UMR dengan pihak Institusi sakit sendiri
didapatkan setiap bulan Pendidikan (mahasiswa 3. Adanya
dari rumah sakit, dimana yang praktek klinik) persaingan rumah sakit
Rumah Sakit mendapatkan 3. Adanya program BPJS baik Negeri maupun
dana tersebut dari yang dapat diikuti oleh Swasta di kota Cimahi.
penghasilan rumah sakit semua warga indonesia,
sendiri dan biaya sehingga fasilitas
perawatan pasien Umum kesehatan dapat
dan BPJS PBI dan BPJS digunakan secara optimal
mandiri. Sedangkan gaji dan akan mempengaruhi
yang didapatkan oleh PNS pendapatan rumah sakit.
itu dari APBN. 4. Dana operasional ruangan
3. Pendanaan dari Rumah didapatkan dari APBN,
Sakit untuk ruangan dalam Rumah Sakit dan
bentuk alat didapatkan dari Kemenhumham.
Rumah sakit adapun ada 5. Adanya kerjasama
beberapa alat yang program kemitraan
didapatkan dari pemerintah pendidikan profesi ners
seperti ventilator. dan pendidikan sarjana
4. Sumber dana bagi keperawatan dengan
keperluan alat kesehatan intstansi pendidikan
yang ada diruangan berasal universitas jenderal
dari Rumah Sakit dan achmad yani sehingga
APBN meringankan karyawan
5. Insentif bagi karyawan dustira dalam
yang diberikan oleh meringankan biaya
ruangan yang berasal dari pendidikan.
RS sesuai dengan, jabatan,
status kepegawaian bagi
PNS dan karyawan kontrak
6. Terdapat uang kas di
ruangan , dan uang kas
tersebut hasil dari iuran
karu dan anggota ketika
dapat insentif, uang kas
tersebut digunakan ketika
ada yang sakit atau ada
yang beduka. Uang kas di
bagian rawat inap pun ada
dan itu ditujukan untuk
karyawan yg sakit,
melahirkan, dan berduka
juga.
7. Adanya dana tambahan
bagi karyawan saat idul
fitri , adanya dana untuk
rekreasi setiap tahunnya
dari rumah sakit dilakukan
per gelombang.
8. Adanya dana untuk
jaminan kesehatan berupa
BPJS bagi karyawan PNS
dan BPJS bagi karyawan
kontrak Rumah Sakit
9. Adanya tunjangan lauk
pauk bagi karyawan PNS
10. Adanya tunjangan
fungsional bagi karyawan
PNS
11. Jenis pembayaran yang
dilakukan pasien di rumah
sakit dustira jenis
pembayarannya ada
UMUM, BPJS PBI, BPJS
NON PBI, Jamkesda,
Jamsostek.
12. Adanya tunjangan dana
(remunerasi) bagi
karyawan PNS
13. Pengajuan perbaikan
sarana dan prasarana
rumah sakit di permudah
MARKETING 1. Terdapat poster visi dan 1. Belum terdapatnya 10 leaflet 1. Adanya kerjasama dengan 1. Makin tingginya
misi RS Tingkat II Dustira dengan diagnose medis instansi pendidikan untuk kesadaran
Cimahi penyakit terbanyak praktik keperawatan masyarakat akan
2. Tingkat Kepuasan pasien mahasiswa profesi kualitas pelayanan
dikategorikan baik 2. Adanya kerjasama dengan
3. Rumah Sakit Dustira sudah BPJS Sasaran marketing
terakreditasi paripurna Ruang Bedah Pria adalah
4. Tersedianya website RS pasien dinas baik militer,
Dustira (www.dustira.com) pns maupun keluarga
yang dapat menampung
saran dari pada konsumen
5. Sudah adanya pemetaan 10
besar penyakit di asoka 1
6. Tidak adanya pasien yang
mengalami insiden jatuh
ataupun mengalami
kesalahan dalam pemberian
obat
7. Sudah terdapatnya denah
ruangan, alur masuk pasien
dan jalur evakuasi
diruangan
8. Terdapat tempat
menyimpan leafleat
9. Indikator mutu ruang asoka
1 baik dan telah sesuai
dengan standar depkes
10. Keselamatan pasien (6
IPSG) Ruang Asoka 1 baik

TOWS MATRIX
S W
1. Jumlah pegawai diruang Asoka 1 berjumlah 1. Sebagian besar perawat dengan status
17 orang dengan pendidikan D3 berjumlah 10 kepegawaian KHL sebanyak 14 orang (82%),
orang dan S1 + Ners berjumlah 5 orang dan dan PNS sebanyak 3 orang (18%).
S1 Kep 2 orang Katim 1 S.Kep., Ners dan 2. Jumlah perawat 17 orang, adanya kekurangan
katim 2 S.Kep., Ners. jumlah SDM diruangan, dimana berdasarkan
2. Pegawai PNS sebanyak 3 orang, 14 orang rumus douglas (23 perawat), dan rumus
berstatus sebagai KHL. Depkes (27 perawat)
3. Lama kerja pegawai lebih dari 1-5 tahun 3. Hasil observasi, supervisi di Ruang Asoka 1
sebanyak 7 orang dan yang kurang dari 6-10 belum berjalan.
tahun sebanyak 7 orang, 11-15 sebanyak 2 4. Hasil observasi dan wawancara dengan kepala
orang, 16-20 sebanyak 1 orang. dan kepala tim, pelaksanaan ronde
4. 17 orang perawat sudah mengikuti pelatihan keperawatan belum dilaksanakan karena
keperawatan. hambatan-hambatan sistematika dilapangan.
5. Gaya kepemimpinan cenderung demokrasi 5. Hasil observasi rata-rata tahun update SOP
dan liberal adalah tahun 2002. (-)
6. Gaya komunikasi yang digunakan adalah 6. Terdapat beberapa sarana dan prasarana yang
telling dan selling sudah tidak layak yaitu terdapat beberapa
7. Beban kerja perawat di ruang Asoka 1 RS. hand trail yang rusak/terlepas
Dustira pada shift pagi 84% terdiri dari 43% 7. Belum adanya dana untuk jenjang karir
direct dan 41% indirect, artinya beban kerja pendidikan untuk karyawan kontrak dan PNS
shift pagi di ruangan Asoka 1 rendah, 8. Belum adanya reward untuk perawat
sedangkan pada shift siang 59% dari 28% berprestasi
direct dan 31% indirect, artinya beban kerja 9. Gaji perawat status KHL di lingkungan
shift siang di ruang Asoka 1 rendah Rumah Sakit Dustira belum memenuhi
8. Kepuasan kerja perawat di Ruang Asoka 1 standar UMR
Rumah Sakit TK II Dustira memiliki 10. Hanya ada beberapa leafleat dengan diagnosa
keseimbangan antara puas dan tidak puas medis terbanyak
dengan persentasi puas 60% tidak puas 40% 11. Pada shift malam 90% dari 60% direct dan
9. Ketua tim sudah pernah mengikuti pelatihan 30% indirect, artinya beban kerja shift malam
yang berkaitan dengan manajemen ruangan di ruang Asoka 1 tinggi.
10. Struktur organisasi telah tersedia dan telah
terpasang di ruang asoka
11. Job deskripsi dari struktur organisasi telah
tersedia, lengkap dan sesuai dengan
pembagian struktur organisasi
12. Pengetahuan metode penugasan tim perawat
ruang Asoka 1 adalah baik dengan presentase
80%.
13. Pengetahuan supervisi perawat ruang Asoka 1
adalah cukup dengan presentase 70%.
14. Pengetahuan ronde keperawatan perawat ruang
Asoka 1 adalah cukup dengan presentase 70%.
15. Pengetahuan universal precaution perawat ruang
Asoka 1 adalah baik dengan presentase 90%.
16. Pengetahuan discharge planning perawat ruang
Asoka 1 adalah cukup dengan presentase 70%.
17. Pengetahuan timbang terima perawat ruang
Asoka 1 adalah baik dengan presentase 90%.
18. Pengetahuan sentralisasi obat perawat ruang
Asoka 1 adalah baik dengan presentase 80%.
19. Pengetahuan dokumentasi asuhan keperawatan
perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan
presentase 90%.
20. Hasil observasi metode penugasan tim di
ruang asoka 1 dilakukan sesuai SOP (100%).
21. Hasil observasi universal precaution di ruang
asoka 1 dilakukan sesuai SOP (100%).
22. Hasil observasi discharge planning di ruang
asoka 1 dilakukan dengan tingkat kesesuaian
dengan SOP sebesar (66,7%).
23. Hasil observasi timbang terima di ruang
asoka 1 dilakukan sesuai SOP (100%).
24. Hasil observasi penyusunan dokumentasi
asuhan keperawatan di ruang asoka 1
dilakukan sesuai SOP (100%).
25. Total rata-rata persentase kepatuhan tindakan
perawat di ruang Asoka 1 terhadap SOP
adalah sebesar 92%.
26. Ruang Asoka 1 telah memiliki daftar SOP
yang mencakup seluruh tindakan di Ruang
Asoka 1.
27. Ruang Asoka 1 telah memiliki daftar SAK
Dan sudah sesuai dengan tindakan yang
dilakukan.
28. Dari hasil observasi rata-rata tahun update
SAK sudah 5 tahun terakhir yaitu tahun 2017.
(+)
29. Fasilitas Sarana Prasarana Penunjang Perawat
Sudah Terpenuhi dengan presentase 96%
30. Fasilitas Sarana Prasarana Pasien Sudah
Cukup Mendukung Dengan Persentase 88%
31. Fasilitas Sarana Prasarana Alat Kesehatan
Sudah Cukup Lengkap Dengan Persentase
100% dan sesuai dengan standar Depkes
32. Fasilitas Sarana dan Prasarana Habis Pakai
Sudah Cukup Mendukung Dengan Persentase
94%
33. Fasilitas Sarana dan Prasarana alat tenun
Sudah Cukup Mendukung Dengan Persentase
91%
34. Fasilitas Sarana dan Prasarana Peralatan Non
Medis Sudah Cukup Mendukung Dengan
Persentase 89%
35. Adanya alur untuk pengajuan sarana dan
prasarana
36. Tersedianya handrub di ruang perawat dan
pasien
37. Terdapatnya penomoran pada kamar pasien
38. Sudah tersedianya nurse station
39. Tersedianya bel di setiap kamar pasien
40. Dana pengembangan berasal dari RUMAH
SAKIT seperti adanya alokasi dana untuk
pelatihan bagi perawat diruangan dari bidang
keperawatan, Komite keperawatan
41. Sumber dana tetap (gaji) untuk karyawan
KHL didapatkan setiap bulan dari rumah
sakit, dimana Rumah Sakit mendapatkan dana
tersebut dari penghasilan rumah sakit sendiri
dan biaya perawatan pasien Umum dan BPJS
PBI dan BPJS mandiri. Sedangkan gaji yang
didapatkan oleh PNS itu dari APBN.
42. Pendanaan dari Rumah Sakit untuk ruangan
dalam bentuk alat didapatkan dari Rumah
sakit adapun ada beberapa alat yang
didapatkan dari pemerintah seperti ventilator.
43. Sumber dana bagi keperluan alat kesehatan
yang ada diruangan berasal dari Rumah Sakit
dan APBN
44. Insentif bagi karyawan yang diberikan oleh
ruangan yang berasal dari RS sesuai dengan,
jabatan, status kepegawaian bagi PNS dan
karyawan kontrak
45. Terdapat uang kas di ruangan , dan uang kas
tersebut hasil dari iuran karu dan anggota
ketika dapat insentif, uang kas tersebut
digunakan ketika ada yang sakit atau ada yang
beduka. Uang kas di bagian rawat inap pun
ada dan itu ditujukan untuk karyawan yg
sakit, melahirkan, dan berduka juga.
46. Adanya dana tambahan bagi karyawan saat
idul fitri , adanya dana untuk rekreasi setiap
tahunnya dari rumah sakit dilakukan per
gelombang.
47. Adanya dana untuk jaminan kesehatan berupa
BPJS bagi karyawan PNS dan BPJS bagi
karyawan kontrak Rumah Sakit
48. Adanya tunjangan lauk pauk bagi karyawan
PNS
49. Adanya tunjangan fungsional bagi karyawan
PNS
50. Jenis pembayaran yang dilakukan pasien di
rumah sakit dustira jenis pembayarannya ada
UMUM, BPJS PBI, BPJS NON PBI,
Jamkesda, Jamsostek.
51. Adanya tunjangan dana (remunerasi) bagi
karyawan PNS
52. Pengajuan perbaikan sarana dan prasarana
rumah sakit di permudah
53. Terdapat poster VISI dan MISI RS Tingkat II
Dustira Cimahi
54. Tingkat Kepuasan pasien dikategorikan baik
55. Rumah Sakit Dustira sudah terakreditasi
paripurna
56. Tersedianya website RS. Dustira
(www.dustira.com) yang dapat menampung
saran dari pada konsumen
57. Sudah adanya pemetaan 10 besar penyakit di
asoka 1
58. Tidak adanya pasien yang mengalami insiden
jatuh ataupun mengalami kesalahan dalam
pemberian obat
59. Sudah terdapatnya denah ruangan, alur masuk
pasien dan jalur evakuasi diruangan
60. Terdapat tempat menyimpan leafleat
61. Indikator mutu ruang asoka 1 baik dan telah
sesuai dengan standar depkes
62. Keselamatan pasien (6 IPSG) Ruang Asoka 1
baik
O SO WO
1. Terdapat kesempatan perawat untuk 1. Meningkatkan pelayanan keperawatan 1. Mengusulkan perekrutan SDM perawat
mengikuti tugas belajar dan pelatihan yang kepada pasien dengan mengoptimalkan sebanyak 10 orang perawat (sesuai kebutuhan
dibiayai oleh PPSDM (Pengembangan Potensi pengalaman pelatihan perawat yang pernah SDM menurut Depkes), atau 6 orang (sesuai
Sumber Daya Manusia) diikuti, kualifikasi pendidikan, masa kerja, kebutuhan SDM menurut Douglas) dengan
2. Adanya izin belajar dengan kebijakan dari RS sarana prasarana yang tersedia, manajemen memanfaatkan supervisi pihak manajemen
Tk II Dustira ruangan dan kerjasama yang telah dijalin. (S2, rawat inap RS (kes manager) yang berkunjung
3. Adanya kelas kemitraan profesi ners antara 3, 4, 7, 9, 10, 11, 31, 36, 37, 38, 39, 53, 55, 57, 58, 59, 60, 61 , ke ruangan (W2, 11, O5)
RS. Dustira dengan Institusi Jenderal Achmad O1,10, 12) 2. Mengusulkan untuk KHL masuk dalam data
Yani Cimahi 2. Menindaklanjuti saran konsumen yang base PNS (W1, O4)
4. Adanya peluang KHL menjadi PNS masuk melalui website RS. Dustira melalui 3. Mengadakan desiminasi supervisi dan ronde
5. Pihak manajemen rawat inap rumah sakit (kes penyampaian masukan kepada pihak keperawatan di ruang rawat inap. (W3, 4, O6, 7)
manager), rutin melaksanakan supervisi ke manajemen RS pada saat supervisi ke 4. Mengusulkan pada RS. untuk memenuhi
ruangan dua kali dalam satu bulan. ruangan (S56 , O5) sarana prasarana ruang rawat inap yang layak,
6. Pihak komite keperawatan rumah sakit rutin 3. Mengedepankan konsep keselamatan pasien lengkap dan nyaman bagi pasien (W5, O9)
melaksanakan agenda Bedah Kasus setiap hari khususnya bagi pasien dinas militer, pns 5. Mengusulkan pada RS untuk kesejahteraan
selasa dan kamis yang diikuti oleh seluruh maupun keluarga untuk meningkatkan karyawan (W7, 8, 9, O 3, 14, 15)
perwakilan tenaga medis setiap ruangan. kepuasan pasien (S29, 30, 32, 33, 34, 35, 54, 62, O16, 13) 6. Melengkapi leaflet 10 besar diagnosa kasus
Dalam agenda ini juga dihadirkan pemateri- 4. Mempertahankan metode dan sarana dan penyakit terbanyak di ruang perawatan (W 10,
pemateri yang sesuai dengan materi yang akan prasarana yang baik bagi kebutuhan praktik O3)
dibahas. klinik mahasiswa dengan memanfaatkan
7. Adanya rencana kepala ruangan untuk sumber dana yang berasal dari kerja sama
membuat jadwal rutin supervisi untuk seluruh dengan pihak Institusi Pendidikan
perawat sebanyak 2 kali dalam satu minggu (mahasiswa yang praktek klinik) (S20, 21, 23, 24,
dengan supervisor yang berjenjang pada tahun 26, 27, 28, 42, 43, 52, O8, 11)
anggaran selanjutnya.
8. Adanya dana pembelian alat–lat kesehatan
berasal dari APBN.
9. Adanya dana alokasi dari rumah sakit untuk
pengadaan sarana dan prasarana
10. Izin belajar diberikan kepada karyawan
kontrak dan PNS dengan syarat tidak
meninggalkan pekerjaan dan menggunakan
biaya sendiri
11. Adanya sumber dana yang berasal dari kerja
sama dengan pihak Institusi Pendidikan
(mahasiswa yang praktek klinik)
12. Adanya program BPJS yang dapat diikuti oleh
semua warga indonesia, sehingga fasilitas
kesehatan dapat digunakan secara optimal dan
akan mempengaruhi pendapatan rumah sakit.
13. Dana operasional ruangan didapatkan dari
APBN, Rumah Sakit dan Kemenhumham.
14. Adanya kerjasama program kemitraan
pendidikan profesi ners dan pendidikan
sarjana keperawatan dengan intstansi
pendidikan universitas jenderal achmad yani
sehingga meringankan karyawan dustira
dalam meringankan biaya pendidikan.
15. Adanya kerjasama dengan instansi pendidikan
untuk praktik keperawatan mahasiswa profesi
16. Adanya kerjasama dengan BPJS Sasaran
marketing Ruang Bedah Pria adalah pasien
dinas baik militer, pns maupun keluarga
T ST WT
1. Akan adanya peraturan Depkes tahun 2019 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM,
bahwa tenaga keperawatan minimal S.Kep., perawat dengan memanfaatkan kesempatan sarana prasarana dan metode untuk
Ners mengikuti seminar, pelatihan, izin belajar dan menghadapi rumah sakit kompetitor dan
2. Akan adanya pembatasan bagi tenaga pendapatan perawat. (S1, 5, 6, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 17, memenuhi kualitas pelayanan (W6, T4,7)
keperawatan dengan pendidikan D3 18, 19, 40, 41, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 51. T1, 2)
3. Adanya risiko ketidakpatuhan terhadap SOP 2. Mengusulkan pada RS pengadaan program
karena supervisi di Ruang Asoka belum supervisi rutin di ruang perawatan untuk
berjalan dan belum pernah ada pelatihan peningkatan kepatuhan SOP (S22, 25, T3)
khusus terkait pelaksanaan supervisi di 3. Meningkatkan pelayanan kepada pasien
ruangan. dengan mengoptimalkan pengelolaan BPJS
4. Adanya Rumah Sakit Kompetitor yang sarana (S50, T5, 6, 8)
dan prasarananya lebih lengkap
5. Kebijakan pendanaan program BPJS
berubah-rubah
6. Jika terhambatnya proses pencairan subsidi
APBN, dan pencairan dana dari BPJS akan
berdampak pada kinerja rumah sakit sendiri
7. Adanya persaingan rumah sakit baik Negeri
maupun Swasta di kota Cimahi.
8. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan
kualitas pelayanan

RENSTRA
1. INTERNAL FACTOR EVALUATION (IFE) MATRIX
NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SCORE
KEKUATAN 0,… 1-4
1. Jumlah pegawai diruang Asoka 1 berjumlah 17 orang dengan pendidikan D3 berjumlah 10
orang dan S1 + Ners berjumlah 5 orang dan S1 Kep 2 orang Katim 1 S.Kep., Ners dan
katim 2 S.Kep., Ners. 0.013 3 0.039
2. Pegawai PNS sebanyak 3 orang, 14 orang berstatus sebagai KHL. 0.013 3 0.039
3. Lama kerja pegawai lebih dari 1-5 tahun sebanyak 7 orang dan yang kurang dari 6-10 tahun
sebanyak 7 orang, 11-15 sebanyak 2 orang, 16-20 sebanyak 1 orang. 0.014 4 0.056
4. 17 orang perawat sudah mengikuti pelatihan keperawatan. 0.014 4 0.056
5. Gaya kepemimpinan cenderung demokrasi dan liberal 0.013 3 0.039
6. Gaya komunikasi yang digunakan adalah telling dan selling 0.013 4 0.052
7. Beban kerja perawat di ruang Asoka 1 RS. Dustira pada shift pagi 84% terdiri dari 43%
direct dan 41% indirect, artinya beban kerja shift pagi di ruangan Asoka 1 rendah,
sedangkan pada shift siang 59% dari 28% direct dan 31% indirect, artinya beban kerja shift
siang di ruang Asoka 1 rendah 0.015 4 0.060
8. Kepuasan kerja perawat di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II Dustira memiliki
keseimbangan antara puas dan tidak puas dengan persentasi puas 60% tidak puas 40% 0.012 3 0.036
9. Ketua tim sudah pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan manajemen ruangan 0.013 4 0.052
10. Struktur organisasi telah tersedia dan telah terpasang di ruang asoka 0.011 3 0.033
11. Job deskripsi dari struktur organisasi telah tersedia, lengkap dan sesuai dengan pembagian
struktur organisasi 0.012 3 0.036
12. Pengetahuan metode penugasan tim perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan presentase 80%. 0.017 4 0.068
13. Pengetahuan supervisi perawat ruang Asoka 1 adalah cukup dengan presentase 70%. 0.014 4 0.056
14. Pengetahuan ronde keperawatan perawat ruang Asoka 1 adalah cukup dengan presentase 70%. 0.014 4 0.056
15. Pengetahuan universal precaution perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan presentase 90%. 0.017 4 0.068
16. Pengetahuan discharge planning perawat ruang Asoka 1 adalah cukup dengan presentase 70%. 0.014 4 0.056
17. Pengetahuan timbang terima perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan presentase 90%. 0.017 4 0.068
18. Pengetahuan sentralisasi obat perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan presentase 80%. 0.017 4 0.068
19. Pengetahuan dokumentasi asuhan keperawatan perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan
presentase 90%. 0.017 4 0.068
20. Hasil observasi metode penugasan tim di ruang asoka 1 dilakukan sesuai SOP (100%). 0.017 4 0.068
21. Hasil observasi universal precaution di ruang asoka 1 dilakukan sesuai SOP (100%). 0.017 4 0.068
22. Hasil observasi discharge planning di ruang asoka 1 dilakukan dengan tingkat kesesuaian
dengan SOP sebesar (66,7%). 0.014 4 0.056
23. Hasil observasi timbang terima di ruang asoka 1 dilakukan sesuai SOP (100%). 0.017 4 0.068
24. Hasil observasi penyusunan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang asoka 1 dilakukan
sesuai SOP (100%). 0.017 4 0.068
25. Total rata-rata persentase kepatuhan tindakan perawat di ruang Asoka 1 terhadap SOP 0.017 4 0.068
adalah sebesar 92%.
26. Ruang Asoka 1 telah memiliki daftar SOP yang mencakup seluruh tindakan di Ruang Asoka
1. 0.014 4 0.056
27. Ruang Asoka 1 telah memiliki daftar SAK 0.013 4 0.052
Dan sudah sesuai dengan tindakan yang dilakukan. 0.013 4 0.052
28. Dari hasil observasi rata-rata tahun update SAK sudah 5 tahun terakhir yaitu tahun 2017. (+) 0.014 4 0.056
29. Fasilitas Sarana Prasarana Penunjang Perawat Sudah Terpenuhi dengan presentase 96% 0.014 4 0.056
30. Fasilitas Sarana Prasarana Pasien Sudah Cukup Mendukung Dengan Persentase 88% 0.015 4 0.060
31. Fasilitas Sarana Prasarana Alat Kesehatan Sudah Cukup Lengkap Dengan Persentase 100%
dan sesuai dengan standar Depkes 0.014 4 0.056
32. Fasilitas Sarana dan Prasarana Habis Pakai Sudah Cukup Mendukung Dengan Persentase
94% 0.014 4 0.056
33. Fasilitas Sarana dan Prasarana alat tenun Sudah Cukup Mendukung Dengan Persentase 91% 0.014 4 0.056
34. Fasilitas Sarana dan Prasarana Peralatan Non Medis Sudah Cukup Mendukung Dengan
Persentase 89% 0.013 3 0.039
35. Adanya alur untuk pengajuan sarana dan prasarana 0.009 3 0.027
36. Tersedianya handrub di ruang perawat dan pasien 0.011 3 0.033
37. Terdapatnya penomoran pada kamar pasien 0.010 3 0.030
38. Sudah tersedianya nurse station 0.010 3 0.030
39. Tersedianya bel di setiap kamar pasien 0.013 4 0.052
40. Dana pengembangan berasal dari RUMAH SAKIT seperti adanya alokasi dana untuk
pelatihan bagi perawat diruangan dari bidang keperawatan, Komite keperawatan 0.013 3 0.039
41. Sumber dana tetap (gaji) untuk karyawan KHL didapatkan setiap bulan dari rumah sakit,
dimana Rumah Sakit mendapatkan dana tersebut dari penghasilan rumah sakit sendiri dan
biaya perawatan pasien Umum dan BPJS PBI dan BPJS mandiri. Sedangkan gaji yang
didapatkan oleh PNS itu dari APBN. 0.013 3 0.039
42. Pendanaan dari Rumah Sakit untuk ruangan dalam bentuk alat didapatkan dari Rumah sakit
adapun ada beberapa alat yang didapatkan dari pemerintah seperti ventilator. 0.013 3 0.039
43. Sumber dana bagi keperluan alat kesehatan yang ada diruangan berasal dari Rumah Sakit
dan APBN 0.013 4 0.052
44. Insentif bagi karyawan yang diberikan oleh ruangan yang berasal dari RS sesuai dengan,
jabatan, status kepegawaian bagi PNS dan karyawan kontrak 0.013 3 0.039
45. Terdapat uang kas di ruangan , dan uang kas tersebut hasil dari iuran karu dan anggota
ketika dapat insentif, uang kas tersebut digunakan ketika ada yang sakit atau ada yang
beduka. Uang kas di bagian rawat inap pun ada dan itu ditujukan untuk karyawan yg sakit,
melahirkan, dan berduka juga. 0.013 4 0.052
46. Adanya dana tambahan bagi karyawan saat idul fitri , adanya dana untuk rekreasi setiap
tahunnya dari rumah sakit dilakukan per gelombang. 0.013 4 0.052
47. Adanya dana untuk jaminan kesehatan berupa BPJS bagi karyawan PNS dan BPJS bagi 0.013 4 0.052
karyawan kontrak Rumah Sakit
48. Adanya tunjangan lauk pauk bagi karyawan PNS 0.013 4 0.052
49. Adanya tunjangan fungsional bagi karyawan PNS 0.015 4 0.060
50. Jenis pembayaran yang dilakukan pasien di rumah sakit dustira jenis pembayarannya ada
UMUM, BPJS PBI, BPJS NON PBI, Jamkesda, Jamsostek. 0.013 3 0.039
51. Adanya tunjangan dana (remunerasi) bagi karyawan PNS 0.014 4 0.056
52. Pengajuan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit di permudah 0.010 3 0.030
53. Terdapat poster VISI dan MISI RS Tingkat II Dustira Cimahi 0.017 4 0.068
54. Tingkat Kepuasan pasien dikategorikan baik 0.014 4 0.056
55. Rumah Sakit Dustira sudah terakreditasi paripurna 0.014 4 0.056
56. Tersedianya website RS. Dustira (www.dustira.com) yang dapat menampung saran dari
pada konsumen 0.011 3 0.033
57. Sudah adanya pemetaan 10 besar penyakit di asoka 1 0.013 4 0.052
58. Tidak adanya pasien yang mengalami insiden jatuh ataupun mengalami kesalahan dalam
pemberian obat 0.010 3 0.030
59. Sudah terdapatnya denah ruangan, alur masuk pasien dan jalur evakuasi diruangan 0.010 3 0.030
60. Terdapat tempat menyimpan leafleat 0.015 4 0.060
61. Indikator mutu ruang asoka 1 baik dan telah sesuai dengan standar depkes 0.015 4 0.060
62. Keselamatan pasien (6 IPSG) Ruang Asoka 1 baik 0.013 3 0.039
KELEMAHAN
1. Sebagian besar perawat dengan status kepegawaian KHL sebanyak 14 orang (82%), dan
PNS sebanyak 3 orang (18%). 0.013 2 0.026
2. Jumlah perawat 17 orang, adanya kekurangan jumlah SDM diruangan, dimana berdasarkan
rumus douglas (23 perawat), dan rumus Depkes (27 perawat) 0.013 1 0.013
3. Hasil observasi, supervisi di Ruang Asoka 1 belum berjalan. 0.013 1 0.013
4. Hasil observasi dan wawancara dengan kepala dan kepala tim, pelaksanaan ronde
keperawatan belum dilaksanakan karena hambatan-hambatan sistematika dilapangan. 0.013 1 0.013
5. Hasil observasi rata-rata tahun update SOP adalah tahun 2002. 0.015 1 0.015
6. Terdapat beberapa sarana dan prasarana yang sudah tidak layak yaitu terdapat beberapa hand
trail yang rusak/terlepas 0.013 2 0.026
7. Belum adanya dana untuk jenjang karir pendidikan untuk karyawan kontrak dan PNS 0.014 2 0.028
8. Belum adanya reward untuk perawat berprestasi 0.013 2 0.026
9. Gaji perawat status KHL di lingkungan Rumah Sakit Dustira belum memenuhi standar
UMR 0.015 1 0.015
10. Hanya ada beberapa leafleat dengan diagnosa medis terbanyak 0.013 2 0.026
11. Pada shift malam 90% dari 60% direct dan 30% indirect, artinya beban kerja shift malam di
ruang Asoka 1 tinggi. 0.017 1 0.017
JUMLAH TOTAL 1 3.377
2. EXTERNAL FACTOR EVALUATION (EFE) MATRIX

NO CRITICAL SUCCES FACTOR BOBOT RATING SCORE


PELUANG 0,… 1-4
1. Terdapat kesempatan perawat untuk mengikuti tugas belajar dan pelatihan yang dibiayai oleh
PPSDM (Pengembangan Potensi Sumber Daya Manusia) 0.044 4 0.176
2. Adanya izin belajar dengan kebijakan dari RS Tk II Dustira 0.044 4 0.176
3. Adanya kelas kemitraan profesi ners antara RS. Dustira dengan Institusi Jenderal Achmad
Yani Cimahi 0.041 4 0.164
4. Adanya peluang KHL menjadi PNS 0.041 4 0.164
5. Pihak manajemen rawat inap rumah sakit (kes manager), rutin melaksanakan supervisi ke
ruangan dua kali dalam satu bulan. 0.042 4 0.168
6. Pihak komite keperawatan rumah sakit rutin melaksanakan agenda Bedah Kasus setiap hari
selasa dan kamis yang diikuti oleh seluruh perwakilan tenaga medis setiap ruangan. Dalam
agenda ini juga dihadirkan pemateri-pemateri yang sesuai dengan materi yang akan dibahas. 0.044 4 0.176
7. Adanya rencana kepala ruangan untuk membuat jadwal rutin supervisi untuk seluruh perawat
sebanyak 2 kali dalam satu minggu dengan supervisor yang berjenjang pada tahun anggaran
selanjutnya. 0.043 4 0.172
8. Adanya dana pembelian alat–lat kesehatan berasal dari APBN. 0.039 3 0.117
9. Adanya dana alokasi dari rumah sakit untuk pengadaan sarana dan prasarana 0.04 4 0.16
10. Izin belajar diberikan kepada karyawan kontrak dan PNS dengan syarat tidak meninggalkan
pekerjaan dan menggunakan biaya sendiri 0.041 4 0.164
11. Adanya sumber dana yang berasal dari kerja sama dengan pihak Institusi Pendidikan
(mahasiswa yang praktek klinik) 0.041 4 0.164
12. Adanya program BPJS yang dapat diikuti oleh semua warga indonesia, sehingga fasilitas
kesehatan dapat digunakan secara optimal dan akan mempengaruhi pendapatan rumah sakit. 0.044 4 0.176
13. Dana operasional ruangan didapatkan dari APBN, Rumah Sakit dan Kemenhumham. 0.042 4 0.168
14. Adanya kerjasama program kemitraan pendidikan profesi ners dan pendidikan sarjana
keperawatan dengan intstansi pendidikan universitas jenderal achmad yani sehingga
meringankan karyawan dustira dalam meringankan biaya pendidikan. 0.041 4 0.164
15. Adanya kerjasama dengan instansi pendidikan untuk praktik keperawatan mahasiswa profesi 0.041 4 0.164
16. Adanya kerjasama dengan BPJS Sasaran marketing Ruang Bedah Pria adalah pasien dinas
baik militer, pns maupun keluarga 0.044 4 0.176
ANCAMAN
1. Akan adanya peraturan Depkes tahun 2019 bahwa tenaga keperawatan minimal S.Kep., Ners 0.039 1 0.039
2. Akan adanya pembatasan bagi tenaga keperawatan dengan pendidikan D3 0.039 1 0.039
3. Adanya risiko ketidakpatuhan terhadap SOP karena supervisi di Ruang Asoka belum berjalan
dan belum pernah ada pelatihan khusus terkait pelaksanaan supervisi di ruangan. 0.044 2 0.088
4. Adanya Rumah Sakit Kompetitor yang sarana dan prasarananya lebih lengkap 0.041 2 0.082
5. Kebijakan pendanaan program BPJS berubah-rubah 0.041 1 0.041
6. Jika terhambatnya proses pencairan subsidi APBN, dan pencairan dana dari BPJS akan
berdampak pada kinerja rumah sakit sendiri 0.042 2 0.084
7. Adanya persaingan rumah sakit baik Negeri maupun Swasta di kota Cimahi. 0.041 2 0.082
8. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan kualitas pelayanan 0.041 1 0.041
JUMLAH TOTAL 1 3.145

3. INTERNAL DAN EXTERNAL MATRIX


IFE
Kuat Sedang Lemah
4.0 3.0 2.0 1.0

Kuat
I II III
E
F 3.0
E
Sedang
IV V VI

2.0

Lemah
VII VIII IX

1.0

Pada IE matrix di atas menunjukan kondisi ruang rawat tersebut pada Sel 1. Simbol sel ini +/+. Sel 1 menggambarkan kondisi
Grow dan Build. Strategi yang disarankan pada sel 1 yaitu : Strategi Intensif (Market Penetration, Market Development dan
Product Development) dan Strategi Integratif (Backward Integratif, Forward Integration dan Horizontal Integration)
4. MATRIX SPACE TABLE
FAKTOR KUNCI RATING
FAKTOR INTERNAL +1 sampai +4
A. Kekuatan Keuangan (FS)
1. Dana pengembangan berasal dari rumah sakit seperti adanya alokasi dana untuk 4
pelatihan bagi perawat diruangan dari bidang keperawatan, komite keperawatan
2. Sumber dana tetap (gaji) untuk karyawan KHL didapatkan setiap bulan dari rumah
sakit, dimana Rumah Sakit mendapatkan dana tersebut dari penghasilan rumah
sakit sendiri dan biaya perawatan pasien Umum dan BPJS PBI dan BPJS mandiri. 4
Sedangkan gaji yang didapatkan oleh PNS itu dari APBN.
3. Pendanaan dari rumah sakit untuk ruangan dalam bentuk alat didapatkan dari
Rumah sakit adapun ada beberapa alat yang didapatkan dari pemerintah seperti 3
ventilator.
4. Sumber dana bagi keperluan alat kesehatan yang ada diruangan berasal dari rumah 4
sakit dan APBN
5. Insentif bagi karyawan yang diberikan oleh ruangan yang berasal dari RS sesuai 4
dengan, jabatan, status kepegawaian bagi PNS dan karyawan kontrak
6. Terdapat uang kas di ruangan , dan uang kas tersebut hasil dari iuran karu dan
anggota ketika dapat insentif, uang kas tersebut digunakan ketika ada yang sakit
atau ada yang beduka. Uang kas di bagian rawat inap pun ada dan itu ditujukan 4
untuk karyawan yg sakit, melahirkan, dan berduka juga.
7. Adanya dana tambahan bagi karyawan saat idul fitri, adanya dana untuk rekreasi 4
setiap tahunnya dari rumah sakit dilakukan per gelombang.
8. Adanya dana untuk jaminan kesehatan berupa BPJS bagi karyawan PNS dan BPJS 4
bagi karyawan kontrak Rumah Sakit
9. Adanya tunjangan lauk pauk bagi karyawan PNS 4
10. Adanya tunjangan fungsional bagi karyawan PNS 4
11. Adanya tunjangan dana (remunerasi) bagi karyawan PNS 4
12. Jenis pembayaran yang dilakukan pasien di rumah sakit dustira jenis 4
pembayarannya ada UMUM, BPJS PBI, BPJS NON PBI, Jamkesda, Jamsostek.
13. Adanya dana pembelian alat–lat kesehatan berasal dari APBN. 4
14. Adanya dana alokasi dari rumah sakit untuk pengadaan sarana dan prasarana 4
15. Adanya program BPJS yang dapat diikuti oleh semua warga indonesia, sehingga
fasilitas kesehatan dapat digunakan secara optimal dan akan mempengaruhi 4
pendapatan rumah sakit.
16. Dana operasional ruangan didapatkan dari APBN, Rumah Sakit dan 4
Kemenhumham.
17. Adanya sumber dana yang berasal dari kerja sama dengan pihak Institusi 4
Pendidikan (mahasiswa yang praktek klinik)
B. Kekuatan Industri (IS)
1. Ketua tim sudah pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan manajemen 3
ruangan
2. Struktur organisasi telah tersedia dan telah terpasang di ruang asoka 3
3. Job deskripsi dari struktur organisasi telah tersedia, lengkap dan sesuai dengan 3
pembagian struktur organisasi
4. Ruang Asoka 1 telah memiliki daftar SOP yang mencakup seluruh tindakan di 4
Ruang Asoka 1.
5. Ruang Asoka 1 telah memiliki daftar SAK dan sudah sesuai dengan tindakan yang 4
dilakukan.
6. Dari hasil observasi rata-rata tahun update SAK sudah 5 tahun terakhir yaitu tahun 4
2017. (+)
7. Fasilitas Sarana Prasarana Penunjang Perawat Sudah Terpenuhi dengan presentase 4
96%
8. Fasilitas Sarana Prasarana Pasien Sudah Cukup Mendukung Dengan Persentase 4
88%
9. Fasilitas Sarana Prasarana Alat Kesehatan Sudah Cukup Lengkap Dengan 4
Persentase 100% dan sesuai dengan standar Depkes
10. Fasilitas Sarana dan Prasarana Habis Pakai Sudah Cukup Mendukung Dengan 4
Persentase 94%
11. Fasilitas Sarana dan Prasarana alat tenun Sudah Cukup Mendukung Dengan 4
Persentase 91%
12. Fasilitas Sarana dan Prasarana Peralatan Non Medis Sudah Cukup Mendukung 4
Dengan Persentase 89%
13. Pengajuan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit di permudah 4
14. Rumah Sakit Dustira sudah terakreditasi paripurna 4
15. Sudah adanya pemetaan 10 besar penyakit di asoka 1 2
16. Sudah terdapatnya denah ruangan, alur masuk pasien dan jalur evakuasi diruangan 2
17. Indikator mutu ruang asoka 1 baik dan telah sesuai dengan standar depkes 4
18. Keselamatan pasien (6 IPSG) Ruang Asoka 1 baik 4
19. Jumlah pegawai diruang Asoka 1 berjumlah 17 orang dengan pendidikan D3 2
berjumlah 10 orang dan S1 + Ners berjumlah 5 orang dan S1 Kep 2 orang Katim
1 S.Kep., Ners dan katim 2 S.Kep., Ners.
20. Lama kerja pegawai lebih dari 1-5 tahun sebanyak 7 orang dan yang kurang dari 2
6-10 tahun sebanyak 7 orang, 11-15 sebanyak 2 orang, 16-20 sebanyak 1 orang.
21. 17 orang perawat sudah mengikuti pelatihan keperawatan. 4
22. Gaya kepemimpinan cenderung demokrasi dan liberal 2
23. Gaya komunikasi yang digunakan adalah telling dan selling 2
24. Beban kerja perawat di ruang Asoka 1 RS. Dustira pada shift pagi 84% terdiri 4
dari 43% direct dan 41% indirect, artinya beban kerja shift pagi di ruangan Asoka
1 rendah, sedangkan pada shift siang 59% dari 28% direct dan 31% indirect,
artinya beban kerja shift siang di ruang Asoka 1 rendah
25. Adanya alur untuk pengajuan sarana dan prasarana 2
26. Tersedianya handrub di ruang perawat dan pasien 1
27. Terdapatnya penomoran pada kamar pasien 1
28. Sudah tersedianya nurse station 1
29. Tersedianya bel di setiap kamar pasien 1
30. Terdapat poster VISI dan MISI RS Tingkat II Dustira Cimahi 1
31. Tersedianya website RS. Dustira (www.dustira.com) yang dapat menampung 4
saran dari pada konsumen
32. Terdapat tempat menyimpan leafleat 2
FAKTOR EXTERNAL Rating -1
A. Stabilitas Lingkungan (ES) sampai -4
1. Hasil observasi metode penugasan tim di ruang asoka 1 dilakukan sesuai SOP -1
(100%).
2. Hasil observasi universal precaution di ruang asoka 1 dilakukan sesuai SOP -1
(100%).
3. Hasil observasi discharge planning di ruang asoka 1 dilakukan dengan tingkat -1
kesesuaian dengan SOP sebesar (66,7%).
4. Hasil observasi timbang terima di ruang asoka 1 dilakukan sesuai SOP (100%). -1
5. Hasil observasi penyusunan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang asoka 1 -1
dilakukan sesuai SOP (100%).
6. Pengetahuan metode penugasan tim perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan -1
presentase 80%.
7. Pengetahuan supervisi perawat ruang Asoka 1 adalah cukup dengan presentase 70%. -1
8. Pengetahuan ronde keperawatan perawat ruang Asoka 1 adalah cukup dengan -1
presentase 70%.
9. Pengetahuan universal precaution perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan -1
presentase 90%.
10. Pengetahuan discharge planning perawat ruang Asoka 1 adalah cukup dengan -1
presentase 70%.
11. Pengetahuan timbang terima perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan presentase -1
90%.
12. Pengetahuan sentralisasi obat perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan presentase -1
80%.
13. Pengetahuan dokumentasi asuhan keperawatan perawat ruang Asoka 1 adalah baik -1
dengan presentase 90%.
14. Total rata-rata persentase kepatuhan tindakan perawat di ruang Asoka 1 terhadap -1
SOP adalah sebesar 92%.
15. Tingkat Kepuasan pasien dikategorikan baik -1
16. Tidak adanya pasien yang mengalami insiden jatuh ataupun mengalami kesalahan -4
dalam pemberian obat
17. Adanya kerjasama dengan instansi pendidikan untuk praktik keperawatan -4
mahasiswa profesi
B. Keuntungan Kompetisi (CA)
1. Adanya rencana kepala ruangan untuk membuat jadwal rutin supervisi untuk -1
seluruh perawat sebanyak 2 kali dalam satu minggu dengan supervisor yang
berjenjang pada tahun anggaran selanjutnya.
2. Adanya kerjasama dengan BPJS Sasaran marketing Ruang Bedah Pria adalah -3
pasien dinas baik militer, pns maupun keluarga
3. Adanya Rumah Sakit Kompetitor yang sarana dan prasarananya lebih lengkap -1
4. Adanya persaingan rumah sakit baik Negeri maupun Swasta di kota Cimahi. -1

5. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan kualitas pelayanan -4

Hasil Rating Matrix SPACE :


FS = (jumlah FS) : jumlah option = 67 : 17 = 3,94
ES = (jumlah ES) : jumlah option = -23 : 17 = -1,35
IS = (jumlah IS) : jumlah option = 94 : 32 = 2,94
CA = (jumlah CA) : jumlah option = -8 : 5 = -1,60
X = IS + CA = 2,94 + (-1,60) = 1,34
Y = FS + ES = 3,94 + (-1,35) = 2.59
MATRIX SPACE :
Banyak
Peluang
Lingkungan

Sel.3 Strategi Sel 1. Strategi


Berbenah diri 3 2,59 agresif
(konservatif)
2
Kekuatan
Kelemahan 1 1,34 intern yang
Intern yang penting
Kritis 1 2 3

Sel. 4 Strategi Sel 2. Strategi


Defensif diversifikasi
(kompetitif)

Ancaman
Lingkungan
Yang besar
Kesimpulan :

Pada Matrix Space di atas menunjukan kondisi ruang rawat tersebut pada Sel 1. Simbol sel ini +/+. Sel ini memberikan ususlan
beberapa startegi. Strategi yang disarankan pada sel 1 yaitu : Strategi Intensif (Market Penetration, Market Development dan Product
Development) dan Strategi Integratif (Backward Integratif, Forward Integration, Horizontal Integration, Conglomerate Diversification,
Concentric Diversification, Horizontal Diversification)
5. ALTERNATIF STRATEGI
SPACE
ALTERNATIF STRATEGI TOWS MATRIX IE MATRIX
MATRIX
1. Mengadakan desiminasi supervisi -/+ +/+ +/+
dan ronde keperawatan di ruang
rawat inap.
2. Melengkapi leaflet 10 besar diagnosa -/+ +/+ +/+
kasus penyakit terbanyak di ruang
perawatan
3. Membuat proposal pengembangan -/+ +/+ +/+
ruangan untuk :
a. Mengusulkan pada RS. untuk
memenuhi sarana prasarana
ruang rawat inap yang layak,
lengkap dan nyaman bagi pasien
b. Mengusulkan perekrutan SDM
perawat sebanyak 10 orang
perawat (sesuai kebutuhan SDM
menurut Depkes), atau 6 orang
(sesuai kebutuhan SDM menurut
Douglas) dengan memanfaatkan
supervisi pihak manajemen
rawat inap RS (kes manager)
yang berkunjung ke ruangan
c. Mengusulkan untuk KHL masuk
dalam data base PNS
d. Mengusulkan pada RS untuk
kesejahteraan karyawan
6. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
QUANTITATIVE STRATEGIC PLANNING METHODE MATRIX (QSPM)

Alt.1 Alt.2 Alt.3


Mengadakan Melengkapi leaflet Membuat
desiminasi supervisi 10 besar diagnosa proposal
FAKTOR KUNCI BOBOT
dan ronde kasus penyakit pengembangan
keperawatan di terbanyak di ruang ruangan
ruang rawat inap perawatan
AS TS AS TS AS TS
PELUANG 0,,,,, 0,,,,, 0,,,,,,
1. Terdapat kesempatan perawat untuk mengikuti tugas belajar dan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
pelatihan yang dibiayai oleh PPSDM (Pengembangan Potensi
Sumber Daya Manusia)
2. Adanya izin belajar dengan kebijakan dari RS Tk II Dustira 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
3. Adanya kelas kemitraan profesi ners antara RS. Dustira dengan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Institusi Jenderal Achmad Yani Cimahi
4. Adanya peluang KHL menjadi PNS 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
5. Pihak manajemen rawat inap rumah sakit (kes manager), rutin 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
melaksanakan supervisi ke ruangan dua kali dalam satu bulan.
6. Pihak komite keperawatan rumah sakit rutin melaksanakan agenda 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Bedah Kasus setiap hari selasa dan kamis yang diikuti oleh seluruh
perwakilan tenaga medis setiap ruangan. Dalam agenda ini juga
dihadirkan pemateri-pemateri yang sesuai dengan materi yang akan
dibahas.
7. Adanya rencana kepala ruangan untuk membuat jadwal rutin 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
supervisi untuk seluruh perawat sebanyak 2 kali dalam satu minggu
dengan supervisor yang berjenjang pada tahun anggaran selanjutnya.
8. Adanya dana pembelian alat–lat kesehatan berasal dari APBN. 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
9. Adanya dana alokasi dari rumah sakit untuk pengadaan sarana dan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
prasarana
10. Izin belajar diberikan kepada karyawan kontrak dan PNS dengan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
syarat tidak meninggalkan pekerjaan dan menggunakan biaya sendiri
11. Adanya sumber dana yang berasal dari kerja sama dengan pihak 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Institusi Pendidikan (mahasiswa yang praktek klinik)
12. Adanya program BPJS yang dapat diikuti oleh semua warga 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
indonesia, sehingga fasilitas kesehatan dapat digunakan secara
optimal dan akan mempengaruhi pendapatan rumah sakit.
13. Dana operasional ruangan didapatkan dari APBN, Rumah Sakit dan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Kemenhumham.
14. Adanya kerjasama program kemitraan pendidikan profesi ners dan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
pendidikan sarjana keperawatan dengan intstansi pendidikan
universitas jenderal achmad yani sehingga meringankan karyawan
dustira dalam meringankan biaya pendidikan.
15. Adanya kerjasama dengan instansi pendidikan untuk praktik 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
keperawatan mahasiswa profesi
16. Adanya kerjasama dengan BPJS Sasaran marketing Ruang Bedah 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Pria adalah pasien dinas baik militer, pns maupun keluarga
ANCAMAN
1. Akan adanya peraturan Depkes tahun 2019 bahwa tenaga 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
keperawatan minimal S.Kep., Ners
2. Akan adanya pembatasan bagi tenaga keperawatan dengan 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
pendidikan D3
3. Adanya risiko ketidakpatuhan terhadap SOP karena supervisi di 0,01 2 0,02 2 0,02 2 0,02
Ruang Asoka belum berjalan dan belum pernah ada pelatihan khusus
terkait pelaksanaan supervisi di ruangan.
4. Adanya Rumah Sakit Kompetitor yang sarana dan prasarananya 0,01 2 0,02 2 0,02 2 0,02
lebih lengkap
5. Kebijakan pendanaan program BPJS berubah-rubah 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
6. Jika terhambatnya proses pencairan subsidi APBN, dan pencairan 0,01 2 0,02 2 0,02 2 0,02
dana dari BPJS akan berdampak pada kinerja rumah sakit sendiri
7. Adanya persaingan rumah sakit baik Negeri maupun Swasta di kota 0,01 2 0,02 2 0,02 2 0,02
Cimahi.
8. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan kualitas pelayanan 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
KEKUATAN
1. Jumlah pegawai diruang Asoka 1 berjumlah 17 orang dengan 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
pendidikan D3 berjumlah 10 orang dan S1 + Ners berjumlah 5 orang
dan S1 Kep 2 orang Katim 1 S.Kep., Ners dan katim 2 S.Kep., Ners.
2. Pegawai PNS sebanyak 3 orang, 14 orang berstatus sebagai KHL. 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
3. Lama kerja pegawai lebih dari 1-5 tahun sebanyak 7 orang dan yang 0,01 4 0,04 3 0,03 4 0,04
kurang dari 6-10 tahun sebanyak 7 orang, 11-15 sebanyak 2 orang,
16-20 sebanyak 1 orang.
4. 17 orang perawat sudah mengikuti pelatihan keperawatan. 0,01 4 0,04 3 0,03 4 0,04
5. Gaya kepemimpinan cenderung demokrasi dan liberal 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
6. Gaya komunikasi yang digunakan adalah telling dan selling 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
7. Beban kerja perawat di ruang Asoka 1 RS. Dustira pada shift pagi 0,01 4 0,04 3 0,03 4 0,04
84% terdiri dari 43% direct dan 41% indirect, artinya beban kerja
shift pagi di ruangan Asoka 1 rendah, sedangkan pada shift siang
59% dari 28% direct dan 31% indirect, artinya beban kerja shift
siang di ruang Asoka 1 rendah
8. Kepuasan kerja perawat di Ruang Asoka 1 Rumah Sakit TK II 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
Dustira memiliki keseimbangan antara puas dan tidak puas dengan
persentasi puas 60% tidak puas 40%
9. Ketua tim sudah pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
manajemen ruangan
10. Struktur organisasi telah tersedia dan telah terpasang di ruang asoka 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
11. Job deskripsi dari struktur organisasi telah tersedia, lengkap dan 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
sesuai dengan pembagian struktur organisasi
12. Pengetahuan metode penugasan tim perawat ruang Asoka 1 adalah baik 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
dengan presentase 80%.
13. Pengetahuan supervisi perawat ruang Asoka 1 adalah cukup dengan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
presentase 70%.
14. Pengetahuan ronde keperawatan perawat ruang Asoka 1 adalah cukup 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
dengan presentase 70%.
15. Pengetahuan universal precaution perawat ruang Asoka 1 adalah baik 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
dengan presentase 90%.
16. Pengetahuan discharge planning perawat ruang Asoka 1 adalah cukup 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
dengan presentase 70%.
17. Pengetahuan timbang terima perawat ruang Asoka 1 adalah baik dengan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
presentase 90%.
18. Pengetahuan sentralisasi obat perawat ruang Asoka 1 adalah baik 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
dengan presentase 80%.
19. Pengetahuan dokumentasi asuhan keperawatan perawat ruang Asoka 1 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
adalah baik dengan presentase 90%.
20. Hasil observasi metode penugasan tim di ruang asoka 1 dilakukan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
sesuai SOP (100%).
21. Hasil observasi universal precaution di ruang asoka 1 dilakukan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
sesuai SOP (100%).
22. Hasil observasi discharge planning di ruang asoka 1 dilakukan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
dengan tingkat kesesuaian dengan SOP sebesar (66,7%).
23. Hasil observasi timbang terima di ruang asoka 1 dilakukan sesuai 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
SOP (100%).
24. Hasil observasi penyusunan dokumentasi asuhan keperawatan di 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
ruang asoka 1 dilakukan sesuai SOP (100%).
25. Total rata-rata persentase kepatuhan tindakan perawat di ruang 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Asoka 1 terhadap SOP adalah sebesar 92%.
26. Ruang Asoka 1 telah memiliki daftar SOP yang mencakup seluruh 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
tindakan di Ruang Asoka 1.
27. Ruang Asoka 1 telah memiliki daftar SAK dan sudah sesuai dengan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
tindakan yang dilakukan.
28. Dari hasil observasi rata-rata tahun update SAK sudah 5 tahun 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
terakhir yaitu tahun 2017. (+)
29. Fasilitas Sarana Prasarana Penunjang Perawat Sudah Terpenuhi 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
dengan presentase 96%
30. Fasilitas Sarana Prasarana Pasien Sudah Cukup Mendukung Dengan 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Persentase 88%
31. Fasilitas Sarana Prasarana Alat Kesehatan Sudah Cukup Lengkap 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Dengan Persentase 100% dan sesuai dengan standar Depkes
32. Fasilitas Sarana dan Prasarana Habis Pakai Sudah Cukup 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Mendukung Dengan Persentase 94%
33. Fasilitas Sarana dan Prasarana alat tenun Sudah Cukup Mendukung 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Dengan Persentase 91%
34. Fasilitas Sarana dan Prasarana Peralatan Non Medis Sudah Cukup 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
Mendukung Dengan Persentase 89%
35. Adanya alur untuk pengajuan sarana dan prasarana 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
36. Tersedianya handrub di ruang perawat dan pasien 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
37. Terdapatnya penomoran pada kamar pasien 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
38. Sudah tersedianya nurse station 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
39. Tersedianya bel di setiap kamar pasien 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
40. Dana pengembangan berasal dari RUMAH SAKIT seperti adanya 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
alokasi dana untuk pelatihan bagi perawat diruangan dari bidang
keperawatan, Komite keperawatan
41. Sumber dana tetap (gaji) untuk karyawan KHL didapatkan setiap 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
bulan dari rumah sakit, dimana Rumah Sakit mendapatkan dana
tersebut dari penghasilan rumah sakit sendiri dan biaya perawatan
pasien Umum dan BPJS PBI dan BPJS mandiri. Sedangkan gaji
yang didapatkan oleh PNS itu dari APBN.
42. Pendanaan dari Rumah Sakit untuk ruangan dalam bentuk alat 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
didapatkan dari Rumah sakit adapun ada beberapa alat yang
didapatkan dari pemerintah seperti ventilator.
43. Sumber dana bagi keperluan alat kesehatan yang ada diruangan 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
berasal dari Rumah Sakit dan APBN
44. Insentif bagi karyawan yang diberikan oleh ruangan yang berasal 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
dari RS sesuai dengan, jabatan, status kepegawaian bagi PNS dan
karyawan kontrak
45. Terdapat uang kas di ruangan , dan uang kas tersebut hasil dari iuran 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
karu dan anggota ketika dapat insentif, uang kas tersebut digunakan
ketika ada yang sakit atau ada yang beduka. Uang kas di bagian
rawat inap pun ada dan itu ditujukan untuk karyawan yg sakit,
melahirkan, dan berduka juga.
46. Adanya dana tambahan bagi karyawan saat idul fitri , adanya dana 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
untuk rekreasi setiap tahunnya dari rumah sakit dilakukan per
gelombang.
47. Adanya dana untuk jaminan kesehatan berupa BPJS bagi karyawan 0,01 4 0,04 4 0,04 3 0,03
PNS dan BPJS bagi karyawan kontrak Rumah Sakit
48. Adanya tunjangan lauk pauk bagi karyawan PNS 0,01 4 0,04 4 0,04 3 0,03
49. Adanya tunjangan fungsional bagi karyawan PNS 0,01 4 0,04 4 0,04 3 0,03
50. Jenis pembayaran yang dilakukan pasien di rumah sakit dustira jenis 0,01 4 0,04 4 0,04 3 0,03
pembayarannya ada UMUM, BPJS PBI, BPJS NON PBI, Jamkesda,
Jamsostek.
51. Adanya tunjangan dana (remunerasi) bagi karyawan PNS 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
52. Pengajuan perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit di permudah 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
53. Terdapat poster VISI dan MISI RS Tingkat II Dustira Cimahi 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
54. Tingkat Kepuasan pasien dikategorikan baik 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
55. Rumah Sakit Dustira sudah terakreditasi paripurna 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
56. Tersedianya website RS. Dustira (www.dustira.com) yang dapat 0,01 4 0,04 4 0,04 4 0,04
menampung saran dari pada konsumen
57. Sudah adanya pemetaan 10 besar penyakit di asoka 1 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
58. Tidak adanya pasien yang mengalami insiden jatuh ataupun 0,01 4 0,04 4 0,04 3 0,03
mengalami kesalahan dalam pemberian obat
59. Sudah terdapatnya denah ruangan, alur masuk pasien dan jalur 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
evakuasi diruangan
60. Terdapat tempat menyimpan leafleat 0,01 3 0,03 3 0,03 3 0,03
61. Indikator mutu ruang asoka 1 baik dan telah sesuai dengan standar 0,01 4 0,04 4 0,04 3 0,03
depkes
62. Keselamatan pasien (6 IPSG) Ruang Asoka 1 baik 0,01 4 0,04 4 0,04 3 0,03
KELEMAHAN
1. Sebagian besar perawat dengan status kepegawaian KHL sebanyak 0,01 2 0,02 2 0,02 2 0,02
14 orang (82%), dan PNS sebanyak 3 orang (18%).
2. Jumlah perawat 17 orang, adanya kekurangan jumlah SDM 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
diruangan, dimana berdasarkan rumus douglas (23 perawat), dan
rumus Depkes (27 perawat)
3. Hasil observasi, supervisi di Ruang Asoka 1 belum berjalan. 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
4. Hasil observasi dan wawancara dengan kepala dan kepala tim, 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
pelaksanaan ronde keperawatan belum dilaksanakan karena
hambatan-hambatan sistematika dilapangan.
5. Hasil observasi rata-rata tahun update SOP adalah tahun 2002. (-) 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
6. Terdapat beberapa sarana dan prasarana yang sudah tidak layak yaitu 0,01 2 0,02 2 0,02 2 0,02
terdapat beberapa hand trail yang rusak/terlepas
7. Belum adanya dana untuk jenjang karir pendidikan untuk karyawan 0,01 2 0,02 2 0,02 2 0,02
kontrak dan PNS
8. Belum adanya reward untuk perawat berprestasi 0,01 2 0,02 2 0,02 2 0,02
9. Gaji perawat status KHL di lingkungan Rumah Sakit Dustira belum 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
memenuhi standar UMR
10. Hanya ada beberapa leafleat dengan diagnosa medis terbanyak 0,01 2 0,02 2 0,02 2 0,02
11. Pada shift malam 90% dari 60% direct dan 30% indirect, artinya 0,01 1 0,01 1 0,01 1 0,01
beban kerja shift malam di ruang Asoka 1 tinggi.
1 3,19 3,16 3,12
Keterangan :
AS = 1-4
TS = jumlah total 1

PLANNING OF ACTION
5W1H
NO TUJUAN KEGIATAN 5M PENANGGUNG JAWAB WAKTU INDIKATOR KEBERHASILAN
1 Membuat rancangan, Melakukan desiminasi Mahasiswa 27 Terdapat leaflet 10 besar kasus penyakit di
perangkat, mengundang dan supervisi dan ronde 1. Ari Remara Nur’ulum Februari ruangan yang telah diperbanyak
melakukan pre serta post keperawatan di ruang 2. Cicilia Dewi Riyani 2022
test untuk melakukan rawat inap 3. M. Ardi Lazuardi
desiminasi supervise dan
ronde keperawatan sebagai
peningkatan kinerja perawat
professional dalam
memberikan asuhan
keperawatan
2 Membuat leaflet 10 besar Melengkapi leaflet 10 Mahasiswa 26 Terdapat peningkatan pengetahuan post test
diagnosa kasus penyakit besar diagnosa kasus 1. Meggi Gita Pratama Februari dari pre test desiminasi sebanyak 10%
terbanyak di ruang penyakit terbanyak di 2. Ayu Chandra Kristanti 2022
perawatan yang dapat ruang perawatan 3. Hilmatu Dalfah
dijadikan dasar dalam
meningkatkan pelayanan
keperawatan.
3 Menyusun dan membuat Membuat proposal Mahasiswa 28 Terdapat proposal pengembangan ruangan
proposal pengembangan pengembangan ruangan 1. Siti Nuraeni Februari yang dapat dilanjutkan oleh kepala ruangan
ruangan yang mencakup untuk 2. Ahmad Saparudin 2022 yang didalamnya terdapat hasil analisa
kebutuhan sarana prasarana, 3. Tiana Ramdhani kebutuhan dan pembahasannya yang rasional
jumlah perawat, pengusulan Gunawan sesuai dengan standar depkes, yang meliputi:
KHL untuk masuk dalam 4. Wagiyanto a. Pengusulan sarana prasarana ruang rawat
data base PNS, dan 5. Semy Nurlaelasari inap yang layak, lengkap dan nyaman
kesejahteraan karyawan 6. M. Suryana Rahmat bagi pasien
b. Pengusulan perekrutan SDM perawat
sebanyak 10 orang perawat (sesuai
kebutuhan SDM menurut Depkes), atau
6 orang (sesuai kebutuhan SDM menurut
Douglas) dengan memanfaatkan
supervisi pihak manajemen rawat inap
RS (kes manager) yang berkunjung ke
ruangan
c. Pengusulan untuk KHL masuk dalam
data base PNS
d. Pengusulan pada RS untuk kesejahteraan
karyawan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. KESENJANGAN TEORI DAN PENYELESAIAN


Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman
(2018), implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya
mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas. Sedangkan
implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pelaksanaan,
penerapan, pertemuan kedua ini mencari bentuk yang telah disepakati dahulu.
Berdasarkan perencanaan yang telah disusun, maka kelompok mencoba
melakukan implementasi sesuai dengan perencanaan (Planning Off Action) tersebut
disesuaikan dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh kelompok. Beberapa
perencanaan telah kelompok implementasikan. Berikut ini akan disajikan tabel
perencanaan yang sudah kelompok implementasikan beserta evaluasinya :
Masalah Tujuan Kegiatan Evaluasi Tindak Lanjut
Belum berjalannya supervisi Membuat Melakukan desiminasi supervisi Terdapat peningkatan Berjalannya
dan ronde keperawatan di rancangan, dan ronde keperawatan di ruang pengetahuan setelah supervisi dan ronde
ruang Asoka 1 perangkat, rawat inap dilakukan desiminasi keperawatan di
mengundang dan sebanyak 10%, yaitu : ruang Asoka 1
melakukan pre
Pengetahuan supervisi
Pengetahuan supervisi perawat serta post test untuk
perawat ruang Asoka 1
ruang Asoka 1 adalah cukup melakukan
adalah cukup dengan
dengan presentase 70%. desiminasi
presentase 80%.
supervise dan ronde
Pengetahuan ronde keperawatan Pengetahuan ronde
keperawatan perawat ruang sebagai keperawatan perawat
Asoka 1 adalah cukup dengan peningkatan kinerja ruang Asoka 1 adalah
presentase 70%. perawat cukup dengan presentase
professional dalam 80%.
memberikan asuhan
Terdapat perbedaan persepsi keperawatan
mengenai supervisi dan
Persamaan persepsi
ronde keperawatan sehingga
mengenai supervisi dan
perlu dilakukan diseminasi
ronde keperawatan
untuk penyegaran dan update
ilmu terkait supervisi dan
ronde keperwatan.
Tersusunnya program
supervisi dan ronde
keperawatan di Ruang
Asoka 1
Belum terdapatnya 10 leaflet Membuat leaflet 10 Melengkapi leaflet 10 besar Terdapatnya 10 leaflet Updating 10 leaflet
dengan diagnosa medis besar diagnosa diagnosa kasus penyakit terbanyak dengan diagnosa medis diagnosa medis
penyakit terbanyak kasus penyakit di ruang perawatan penyakit terbanyak dan penyakit terbanyak
terbanyak di ruang telah terpasang dalam setiap triwulan
perawatan yang tempat penyimpanan
dapat dijadikan leaflet
dasar dalam
meningkatkan
pelayanan
keperawatan.

a. Adanya sarana prasarana Menyusun dan Membuat proposal pengembangan Tersusunnya proposal Kebutuhan sarana
di ruang Asoka 1 yang membuat proposal ruangan untuk pengembangan ruangan prasarana, jumlah
sudah tidak layak pengembangan yang mencakup : perawat,
b. Kurangnya SDM ruangan yang kebutuhan sarana pengusulan KHL
perawat di ruang Asoka mencakup prasarana, jumlah untuk masuk dalam
1 sebanyak 10 orang kebutuhan sarana perawat, pengusulan data base PNS, dan
perawat (sesuai prasarana, jumlah KHL untuk masuk kesejahteraan
kebutuhan SDM menurut perawat, dalam data base PNS, karyawan
Depkes), atau 6 orang pengusulan KHL dan kesejahteraan ditindaklanjuti
(sesuai kebutuhan SDM untuk masuk dalam karyawan yang telah
menurut Douglas) data base PNS, dan diterima oleh kepala
c. KHL belum difasilitasi kesejahteraan ruangan Asoka 1
untuk masuk dalam data karyawan
base PNS
d. Adanya usulan gaji KHL
disesuaikan dengan
UMR Kota Cimahi
B. ANALISA
1. Renstra Methode
a. Pelaksanaan Desiminasi Supervisi Dan Ronde Keperawatan Di
Ruang Asoka 1
1) Supervisi
Supervisi berasal dari kata super (bahasa latin yang berarti
di atas) dan videre (bahasa latin yang berarti melihat). Bila dilihat
dari asalkata aslinya, supervisi berarti “melihat dari atas”
pengertian supervisi adalah melakukan pengamatan secara
langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang
dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah,
segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (Suarli & Bahtiar, 2020).
Berdasarkan hasil observasi, supervisi di Ruang Asoka 1
belum berjalan. Hambatan dalam pelaksanaan supervisi saat ini
yaitu menumpuknya tugas perawat terlebih dengan adanya
program baru yaitu penginputanasuhan asuhan keperawatan ke
sistem informasi, maka dari itu perawat terkesan menjadi double
dalam melakukan dokumentasi keperawatan. Sedangkan apabila
supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut (Suarli &
Bahtiar, 2020).:
c. Supervisi dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja.
Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara atasan dan bawahan.
d. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja.
Peningkatan efisiensi kerja ini erat kaitannya dengan makain
berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan,sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia
dan akan dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama
artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi.
Sesungguhnya tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin
pelaksannan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara
benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efisien, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan
memuaskan.
Pelaksanaan diseminasi supervisi di ruang perawatan
Asoka 1 berjalan dengan cukup baik dan lancar. Tabel dibawah ini
adalah rincian capaian hasil kuesioner pengetahuan supervisi pre dan
post diseminasi pada 10 orang perawat Asoka 1 :
Tabel. 1.1 Rincian Capaian Hasil Kuesioner Pengetahuan
Supervisi Pre Dan Post Diseminasi Pada 10 Orang Perawat
Asoka 1
Pengetahuan Pre Post
Pengertian supervisi 70% 100%
Tujuan supervisi 90% 100%
Prinsip supervisi 70% 100%
Poin prinsip supervisi 60% 100%
Teknik supervisi 80% 100%
Pelaku supervisi 50% 100%
Elemen proses supervisi80% 100%
perawatan
Cara supervisi 70% 100%
Peran Karu ketika Katim70% 100%
akan mengsupervisi PP
Peran Katim dalam supervisi 70% 100%
Tugas PP selama proses60% 100%
supervisi
Tahapan pertama fase80% 100%
evaluasi supervisi
Hal yang harus dilakukan70% 100%
sebelum melakukan
supervisi
Prinsip evaluasi supervisi 90% 100%
Kegiatan pengorganisasian60% 100%
supervisi
Kegiatan evaluasi supervisi 90% 100%
Cara menggali perasaan60% 100%
perawat dalam supervisi
Hal yang harus disampaikan60% 100%
dalam evaluasi penilaian
Area supervisi keperawatan 70% 100%
Tanggung jawab supervisor 50% 100%
Total Rata-Rata Persentase70% 100%
Sesuai SOP

Hasil analisis pre diseminasi supervisi didapat bahwa


perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 2 orang
(20%), perawat yang memiliki pengetahuan cukup adalah
sebanyak 7 orang (70%), sedangkan perawat yang memiliki
pengetahuan kurang adalah sebanyak 1 orang (10%). Sedangkan
hasil analisis post diseminasi didapat bahwa seluruh perawat
memiliki pengetahuan yang baik (100%) pada setiap poin dalam
kuesioner pengetahuan supervisi.
Pengetahuan perawat Asoka 1 tentang supervise yang telah
baik ini sudah sangat mendukung untuk berjalannya supervisi di
ruang Asoka 1. Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut (Suarli & Bahtiar, 2020) :
g. Tujuan utama supervise ialah untuk lebih meningkatkan kinerja
bawahan, bukan mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini
dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
pekerjaan bawahan, untuk kemudian apa bila ditemukan
masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk
mengatasinya.
h. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervise
harus edukatif dan suportif bukan otoriter.
i. Supervise harus dilakukan secara teraturdan berkala. Supervise
yang hanya dilakukan sekali, bukan supervise yang baik.
j. Supervise harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
terjalin kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan,
terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan untuk
lebih mengutamakan kepentingan bawahan.
k. Strategi dan tata cara supervise yang akan dilakukan harus
sesuai dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara
individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk
semua kategori bawahan, bukan merupakan supervise yang
baik.
l. Supervise harus dilaksanakan secara pleksibel dan selalu
disesuaikan dengan perkembangan.
Yang bertanggung jawab melaksanakan supervise adalah
atasan yang memiliki “kelebihan” dalam organisasi. Idealnya,
kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi
juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta
prinsip-prinsip pokok supervise, maka untuk dapat melaksanakan
supervise dengan baik, ada beberapa syarat atau karakteristik yang
harus dimiliki oleh pelakasana supervise (supervisor). Karakteristik
yang dimaksud adalah sebagai berikut (Suarli & Bahtiar, 2020) :
f. Sebaiknya pelaksanaan supervise adalah atasan langsung dari
yang disupervise atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat
ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan
tanggung jawab yang jelas.
g. Pelaksanaan supervise yang harus dimiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan
disupervisi
h. Pekerjaan supervise harus memiliki keterampilan
melkasanakan supervise, artinya memahami prinsip-prinsip
pokok serta teknik supervise.
i. Pelaksanaan supervise harus memiliki sifat edukatif dan
suportif bukan otoriter.
j. Pelaksanaan supervise harus memiliki waktu yang cukup, sabar
dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan prilaku bawahan yang disupervisi
Karena karakteristik-karakteristik tersebut, terutama
karakteristik yang ketiga yaitu memahami prinsip-prinsip serta
teknik supervise, maka untuk dapat menjadi peklaksana supervise
yang baik manajer perlu mengikuti pendidikan dan pelatihan yang
bersifat khusus. Pelaksanaan supervise yang baik membutuhkan
bekal yang banyak, termasuk bekal dalam melakukan komunikasi
motivasi, pengetahuan, bimbingan, dan juga kepemimpinan.
Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan
teknik penyelsaian masalah (problem solving). Bedanya, pada
supervise teknik pengumpulan data untuk menetapkan masalah dan
penyebab masalah menggunakan teknik pengamatan langsung
(direct observation) oleh pelaksana supervise terhadap sarana
supervise, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi
masalah, tidak dapat dilakukan oleh pelaksana supervise, bersama-
sama dengan sarana supervise secara langsung ditempat (on the
spot). Dengan perbedaan seperti ini, jelaskan bahwa untuk
melaksanakan supervise yang baik, ada 2 hal yang perlu
diperhatikan (Suarli & Bahtiar, 2020) :
c. Pengamatan langsung harus dilaksanakan sebaik-baiknya,
untuk ini ada beberapa hal lain yang harus diperhatiakan.
4) Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak
jelas sasarannya dapat terperangkap pada suatu yang
bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini ,
maka pada pengamatan langsung harus ditetapkan sasaran
pengamatan, yakni hanya ditunjukan pada sesuatu yang
bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
5) Objektivitas pengamatan langsung yang tidak
terstandarisasi dapat mengganggu objektivitas. Untuk
mencegah keadaan yang seperti ini maka pengamatan
langsung perlu dibantu dengan suatu daftar isi (check list)
yang telah dipersiapkan. Daftar isi tersebut ditunjukan
untuk setiap sasaran pengamatan secara lengkap dan apa
adanya.
6) Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai
dampak dan kesan negative, misalnya rasa takut, tidak
senang atau kesan mengganggu kelancaran pekerjaan.
Untuk mencegah keadaan ini pengamatan langsung
tersebut harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
berbagai dampak atau kesan negative tersebut tidak sampai
muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukan
kekuasaan atau otoriter.
d. Kerjasama
Untuk mengatasi masalah yang ditentukan, diperlukan
kerjasama antara pelaksana supervise dan yang disupervisi.
Kerjasama ini akan berhasil bila ada komunikasi yang baik
antara pelaksana supervise dan yang di supervise, serta mereka
yang disupervisi merasakan masalah yang dihadapi juga
merupakan masalah mereka sendiri (sense of belonging). Agar
komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul,
pelaksanaan supervise perlu kerjasama dalam menyelesaikan
masalah, sehingga prinsip-prinsip kerjasama kelomok (team
work) dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta
upaya alternative penyelesaian masalah harus dibahas secara
bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian masalah tersebut
dilaksanakan secara bersama-sama pula.
Unsur-unsur pokok dalam supervise adalah sebagai
berikut (Suarli & Bahtiar, 2020) :
(1) Pelaksana
Yang bertanggung jawab melaksanakan supervise adalah
atasan (supervisesor) yang memiliki “kelebihan” dalam
organisasi, karena fungsi supervisi memang banyak
terdapat pada tugas atasan.
(2) Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan
pekerjaaan.
(3) Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala.
Supervisi yang dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan
bukan supervisi yang baik, karena organisasi/lingkungan
selalu berkembang.
(4) Tujuan
Memberikan bantuan kepada bawahannya secara langsung
sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki
bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau
pekerjaan dengan hasil yang baik.
(5) Teknik
Teknik pokok supervisi pada dasarnya mencakup 4 hal,
yaitu :
5) Menetapkan masalahnya dan prioritasnya
6) Menetapkan penyebab, prioritas, dan jalan keluarnya
7) Melaksanakan jalan keluar
8) Menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut
2) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan bertujuan mengatasi
masalah keperawatan klien dilandasi perawat, pasien dilibatkan
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Akan
tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau
konsuler, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim (Nursalam, 2018). Sementara itu
menurut Potter (2019), nursing rounds adalah pertukaran informasi
diantara 2 shift dimana dilaporkan tiap-tiap kondisi dengan cara
mengunjungi pasien satu persatu (berkeliling), kemudian
mendiskusikannya. Jadi pelaksanana ronde keperawatan ini
berkaitan dengan pergantian shift dimana terjadi diskusi pada
kasus-kasus tertentu.
Berdasarkan hasil observasi selama pengkajian di ruang
Asoka 1, tidak dilakukan ronde keperawatan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala dan kepala tim, pelaksanaan ronde
keperawatan belum pernah dilaksanakan karena hambatan-
hambatan sistematika dilapangan, seperti padatnya jadwal dinas
dan tidak adanya jadwal khusus untuk pelaksanaan ronde
keperawatan di ruangan. Sedangkan menurut Nursalam (2018)
manfaat ronde keperawatan adalah :
f. Masalah pasien dapat teratasi.
g. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
h. Terciptanya komunikasi yang profesional.
i. Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan.
j. Perawat dapat melaksanakan dan melakukan model asuhan
keperawatan dengan tepat dan benar.
Pelaksanaan diseminasi ronde keperawatan di ruang
perawatan Asoka 1 berjalan dengan cukup baik dan lancar. Tabel
dibawah ini adalah rincian capaian hasil kuesioner pengetahuan ronde
keperawatan pre dan post diseminasi pada 10 orang perawat Asoka 1 :
Tabel 1.2 Rincian Capaian Hasil Kuesioner Pengetahuan Ronde
Keperawatan Pre Dan Post Diseminasi Pada 10 Orang Perawat
Asoka1
Pengetahuan Pre Post
Pengertian ronde60% 100%
keperawatan
Tujuan ronde keperawatan 60% 100%
Peran dari PP dalam ronde 80% 100%
keperawatan
Urutan kegiatan ronde60% 100%
keperawatan
Kegiatan pre ronde50% 100%
keperawatan
Karakteristik dari ronde60% 100%
keperawatan
Kegiatan ronde keperawatan 70% 100%
Cara menyelesaikan masalah60% 100%
pada ronde keperawatan
Tujuan dari bed site ronde70% 100%
keperawatan
Jenis kasus dalam ronde50% 100%
keperawatan
Total Rata-Rata Persentase70% 100%
Sesuai SOP

Hasil analisis pre diseminasi ronde keperawatan didapat


bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik adalah sebanyak 1
orang (10%), perawat yang memiliki pengetahuan cukup adalah
sebanyak 7 orang (70%), sedangkan perawat yang memiliki
pengetahuan kurang adalah sebanyak 2 orang (20%). Sedangkan
hasil analisis post diseminasi didapat bahwa seluruh perawat
memiliki pengetahuan yang baik (100%) pada setiap poin dalam
kuesioner pengetahuan ronde keperawatan.
Tujuan ronde keperawatan dapat diuraikan sebagai berikut
(Nursalam, 2018) :
f. Menumbuhkan cara berpikir kritis serta menumbuhkan
pemikiran tentang asuhan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
g. Meningkatkan validitas data klien.
h. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
i. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
j. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan.
Pengetahuan perawat Asoka 1 tentang ronde keperawatan yang
telah baik (100%) sudah sangat mendukung untuk berjalannya
ronde keperawatan di ruang Asoka 1. Sehingga tujuan ronde
keperawatan akan mudah dicapai.
Kriteria pasien dalam ronde keperawatan yaitu mempunyai
masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan atau pasien dengan kasus baru
atau langka. Kriteria dan evaluasi ronde keperawatan yaitu sebagai
berikut (Nursalam, 2018) :
d. Struktur
5) Menentukan penanggung jawab ronde keperawatan.
6) Menerapkan kasus yang akan dirondekan.
7) Persiapan perlengkapan ronde keperawatan (klien yang
akan dirondekan informedconcent menghubungi
konsultan).
8) Pembagian peran Karu, Katim dan PA.
e. Proses
(1) Melakukan ronde keperawatan bersama-sama kepala
ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
(2) Penjelasan tentang klien oleh ketua tim dalam hal ini
menjelaskan difokuskan pada masalah keperawatan dan
intervensi yang telah dilaksanakan tetapi belum mampu
mengatasi masalah pasien.
(3) Diskusi antar anggota tim kesehatan tentang kasus
tersebut.
(4) Pemberian masukan solusi tindakan yang lain mampu
mengatasi klien tersebut.
f. Hasil
3) Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk
menyelasikan masalah pasien.
4) Hasil diskusi yang disampaikan dapat ditindak lanjut dan
dilaksanakan.
Karakteristik ronde keperawatan yaitu sebegai berikut
(Nursalam, 2018):
f. Pasien dilibatkan secara langsung.
g. Pasien merupakan focus kegiatan.
h. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
i. Konselor menfasilitasi kreatifitas.
j. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
2. Renstra Marketing
a. Pengadaan Leaflet Dari 10 Penyakit Terbanyak
Tujuan pemasaran menurut Aziz (2017) adalah untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen dengan menjual
produk dan selalu memperhatikan produk yang dijual baik barang
maupun jasa dimana konsumen akan merasa puas dengan jasa
dimana konsumen akan merasa puas dengan apa yang didapatnya.
Salah satu produk pemasaran dari ruangan adalah memberikan
leaflet pada saat pasien akan pulang.
Berdasarkan analisa kajian SWOT di ruangan belum terdapat
leaflet dari 10 penyakit terbanyak, maka kelompok membuat 10
leaflet di Ruang Perawatan Asoka 1. Dengan adanya leaflet
mengenai penyakit yang tersedia dapat memberikan informasi
terutama penyakit yang menyangkut dengan pasien. Dan dengan
adanya leaflet diharapkan dapat menjadi jalan pemasaran bagi
ruangan di Ruang perawatan Asoka 1. Dalam proses pembuatan
leaflet dengan diagnosa penyakit terbanyak di ruang perawatan
Asoka 1 berjalan dengan cukup baik dan lancar.
3. Renstra Money
a. Pengusulan Pada Rumah Sakit Untuk Kesejahteraan Karyawan
Pemberian gaji perawat juga harus mengikuti
perkembangan jaman dan kebijakan pemerintah termasuk mengikuti
upah minimum regional (UMR). Kenyataan dilapangan memang
belum ada keseragaman untuk gaji perawat tiap daerah. Berdasarkan
hasil pengkajian, gaji perawat KHL di Ruang Asoka 1 belum sesuai
dengan UMR Kota Cimahi. Hal ini menggambarkan bentuk
ketimpangan jika dibandingkan dengan pekerjaan yang menumpuk
dan eksistensi perawat sebagai tenaga kesehatan yang merawat pasien
24 jam dan berada pada garis terdepan. Beberapa faktor yang melan-
dasi kenapa Perawat sudah seharusnya dan selayaknya dibayar
dengan gaji yang layak (Suraja, 2019) :
1) Perawat adalah pekerja profesional sebagai professional. Perawat
memiliki standar keilmuan yang harus dikuasainya baik itu secara
teori maupun praktik.Untuk itu, seorang Perawat memiliki
tanggung jawab dan tanggung gugat yang jelas dikarenakan
batasan keilmuannya yang jelas dibandingkan dengan tenaga
kesehatan lainnya. Perawat dalam setiap aktifitasnya haruslah
mampu dipertanggungjawabkan secara hukum. Perawat bekerja
sesuai kualifikasi keimuan dan keterampilan yang dimilikinya
dalam melakukan setiap asuhannya kepada klien.
2) Perawat terpapar penyakit dan resikonya ini adalah hal penting
yang tak pernah dipertimbangkan oleh para stake holder terhadap
penggajian Perawat. Resiko Perawat sangat tinggi terkena
penyakit menular. Yang harus bersama kita pahami adalah
penularan penyakit tersebut bukan hanya melalui kontak langsung
saja, namun juga bisa melalui udara atau alat yang telah
digunakan oleh klien. Terpaparnya Perawat dengan berbagai
kondisi ini menyebabkan Perawat sangat beresiko mengalami
penyakit yang pasti tak pernah diaharapkannya sebelumnya. Hal
ini bisa saja terjadi dikarenakan ketidak tahuannya dalam
memperlakukan klien dengan penyakit tertentu atau memang Alat
Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh sarana kesehatan
temapatnya bekerja tak tersedia dengan baik. Sehingga perlin-
dungan dirinya tak terproteksi secara baik.
3) Keluarga perawat beresiko tertular penyakit yang dibawanya dari
rumah sakit. Dampak dari paparan tersebut, biasanya Perawat
datang ke tempat kerjanya apakah itu klinik ataupun Rumah Sakit
dengan menggunakan pakaian yang juga dipakainya ketika
memberikan pelayanan. Maka tak heran kalau kuman kuman yang
menempel di tubuh dan pakaiannya juga akan terbawa ke rumah
dan ditularkan kepada sanak saudara melalui belaian sayang yang
diberikan ketika mereka bersua. Infeksi nosokomial seperti ini
sudah sangat lumrah terjadi dengan kondisi unit pelayanan
kesehatan tempat Perawat bekerja yang tak menyediakan alat
dekontaminasi dan pelindung diri yang memadai. Seharusnya
Perawat ketika dari rumah menuju rumah sakit menggunakan
pakaian yang berbeda dengan pakaian dinasnya. Namun
bagaimana ini bisa terwujud, di layanan kesehatan biasanya tak
tersedia petugas cuci pakaian khusus untuk tenaga kesehatan.
Sehingga walaupun sudah berganti pakaian, pakaian yang
digunakannya tetap saja akan dibawa pulang walaupun sudah
dimasukkan kedalam kantongan.
4) Shift kerja perawat yang menguras tenaga. Perawat bekerja bisa
dikatakan 24 jam walaupun menggunakan shift jaga. Kalau pagi
atau sore mungkin bukanlah permasalahan besar bagi tenaga
Keperawatan. Namun kalau sudah berbicara shift malam, ini
adalah musibah besar bagi Perawat. Satu malam berjaga tanpa
istirahat terutama diruangan Perawatan khusus membuat cukup
banyak energy yang terkuras. Sebagai penggantinya seharusnya
diiringi pula oleh asupan nutrisi yang adekuat. Namun pada
kenyataannnya, secara umum tak ada baik barang maupun uang
yang diberikan untuk menggantinkan energi ini. Perawat harus
meninggalkan pasangan hidup dan anaknya dirumah selama satu
malam penuh.
5) Jumlah tenaga perawat yang saat ini masih minim di unit unit
pelayanan. Kalau kita tarik kepada perbandingan jumlah Perawat
dengan klien, maka akan kita dapati jauh panggang dari api antara
praktik dan teori yang pernah didapatkan selama berada dibangku
perkuliahan. Banyak teori yang berkembang tentang standar ini
tergantung jumlah klien dan tingkat ketergantungan Klien
terhadap Perawat. Semakin banyak dan semakin tinggi
ketergantungan klien, maka jumlah Perawat yang dibutuhkan
untuk melalukan pelayanan di unit unit tersebut juga akan
semakin banyak. Sehingga seolah para pemilik ataupun direktur
sebuah institusi pelayanan melakukan penghemaatan dengan
menumpuk tugas beberapa orang Perawat kepada seorang Perawat
yang bertugas disana. Sehingga seorang Perawat akan melakukan
tugas tugas diluar batas kemampuan individunya
6) Perawat masih mengerjakan tugas diluar kewenangannya. Perawat
itu adalah profesi yang serba bisa, namun ada satu hal yang tak
bisa dilakukannya yaitu tugas utamanya sebagai seorang Perawat
Professional. Fungsi layanannya kadang terabaikan dikarenakan
tumpukan pekerjaan admiastratif yang harus diselesaikan atau
tugas tugas diluar Keperawatan.
7) Perawat harus membayar pengasuh anak dan pembantu di rumah.
Pekerjaan Perawat yang hampir menyita seluruh waktunya untuk
melayani Kliennya secara baik membuat Perawat sangat terbatas
waktunya untuk tinggal di rumah.
Disinilah pentingnya penelitian-penelitian tentang keperawatan atau
yang dilakukan oleh perawat harus terus dikembangkan, sehingga
perawat Indonesia memiliki kualifikasi yang sama dengan perawat-
perawat di negara maju, sehingga sesuai dengan standar internasional
sehingga diharhai dan diapresiasi dengan gaji yang layak. Harapan
kiranya pemerintah dapat memberikan sebuah kebijakan dengan
menganggarkan insentif bagi perawat dan juga aturan agar rumah
sakit negeri, swasta atau pelayanan kesehatan milik swasta juga
melaksanakan hal yang dilakukan pemerintah. Dengan demikian
perawat akan semakin profesional dan melayani dengan sepenuh hati.

4. Renstra Man
a. Pengusulan Perekrutan SDM Perawat
Pengusulan perekrutan SDM perawat sebanyak 10 orang
perawat (sesuai kebutuhan SDM menurut Depkes), atau 6 orang
(sesuai kebutuhan SDM menurut Douglas) dengan memanfaatkan
supervisi pihak manajemen rawat inap RS (kes manager) yang
berkunjung ke ruangan
Kekurangan SDM menurut Samidjo (2019) merupakan
kendala yang cukup signifikan karena menyebabkan adanya tupoksi
yang saling tumpang tindih. Akibatnya muncul stress kerja pada
tenaga medis dan perawat serta program kesehatan perorangan
maupun program kesehatan masyarakat tidak dapat dilakukan secara
maksimal.
Sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen utama
dalam suatu organisasi karena manusia yang mengendalikan
perangkat-perangkat lain untuk menjalankan suatu organisasi.
Perencanaan tenaga kesehatan harus tepat sesuai dengan beban kerja
karena merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan.
b. Pengusulan untuk KHL masuk dalam data base PNS
Rumah Sakit Tingkat II Dustira merupakan rumah sakit
negeri kebanggaan prajurit tentara nasional Indonesia angkatan darat
di wilayah Kodam III/Siliwangi. Maka dari itu, terdapat peluang bagi
para perawat disana untuk menjadi PNS dibawah kementerian
pertahanan (Kemhan). Hal ini menjadi poin plus untuk para perawat
yang bekerja di RS. Dustira karena mendapatkan kesempatan dan
perluang untuk mendapatkan status pekerjaan yang tetap yaitu PNS.
Maka dari itu, program pengusulan untuk KHL masuk dalam data
base PNS merupakan ide yang cemerlang yang dapat membantu
pengembangan karier perawat Asoka 1.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen di Ruang
Asoka 1 selama 17 hari mulai tanggal 15 Februari - 03 Maret 2022 mahasiswa
mendapatkan gambaran dari manajemen unit dan manajemen asuhan
keperawatan dan didapatkan hasil analisa diantaranya :
1. Belum Berjalannya Supervisi Dan Ronde Keperawatan Di Ruang Asoka 1
Dengan demikian kelompok melakukan diseminasi supervisi dan ronde
Keperawatan Di Ruang Asoka 1.
2. Belum Terdapatnya 10 Leaflet Dengan Diagnosa Medis Penyakit
Terbanyak
Dengan demikian kelompok menyediakan 10 leaflet diagnosa medis
penyakit terbanyak di Ruang Asoka 1.
3. Adanya Masalah Dalam Pengembangan Ruangan
Masalah pengembangan ruangan tersebut meliputi kebutuhan sarana
prasarana, jumlah perawat, pengusulan KHL untuk masuk dalam data base
PNS, dan kesejahteraan karyawan. Dengan demikian kelompok menyusun
proposal pengembangan ruangan yang mencakup solusi bagi masalah-
masalah di Ruang Asoka 1 tersebut.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisa manajemen keperawatan di ruangan
Asoka 1 yang telah diuraikan diatas, berikut ini merupakan saran yang kami
berikan untuk kemudian dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi semua
pihak:
1. Bagi Rumah Sakit
Rumah Sakit Dustira diharapkan dapat menganalisa ulang data-data yang
kelompok peroleh sehingga dapat menyelesaikan masalah yang
ditemukan dengan tujuan memberikan pelayanan yang lebih berkualitas.
2. Bagi Ruang Asoka 1
a. Mengoptimalkan lingkungan ruangan yang dapat membuat pasien
merasa nyaman.
b. Mengoptimalkan metode tim.
c. Meningkatkan promosi pelayanan kesehatan salah satunya dengan
pengadaan leaflet.
d. Memotivasi para perawat di ruangan untuk memberikan pelayanan
asuhan keperawatan yang terbaik.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa menganalisis dan kritis dalam melakukan analisa situasi
dengan melihat dari berbagai aspek tidak hanya mempertimbangkan
konsep ideal.
b. Mahasiswa memodifikasi dan menyederhanakan aplikasi dari konsep
teori yang didapat kedalam kenyataan di lapangan disesuaikan
dengan keadaan situasi, kondisi, kebijakan dan nilai yang telah
dianut di tempat praktik tersebut.
c. Mahasiswa mendapatkan manfaat baik berupa keterampilan, ilmu,
kepemimpinan, manajerial dan pelajaran moral dari tempat
mahasiswa Ners praktik.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2016. Pedoman Peningkatan Kinerja Perawat di Puskesmas.

Jakarta: Depkes RI

Gillies, DA. 2020. Nursing Management A system Approach. Philadelpia :

WB. Sauders Company

Nursalam. 2016. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik

keperawatan profesional. Jakarta : salemba medika

Nasution. 2018. Buku Pintar Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Cakrawala

Ilmu
LAMPIRAN
FOTO DOKUMENTASI IMPLEMENTASI POA

PENYERAHAN PROPOSAL PENYERAHAN LEAFLET


PELAKSANAAN DISEMINASI SUPERVISI DAN RONDE KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI POA KEL. 1 KEMITRAAN DUSTIRA PEMENUHAN LEAFLET 10 PENYAKIT TERBANYAK
DENGAN KARU RUANG ASOKA 1

PELAKSANAAN DISEMINASI SUPERVISI DAN RONDE KEPERAWATAN BERSAMA KARU, KATIM DAN
PERAWAT PELAKSANA RUANG ASOKA 1
MANAJEMEN ASUHAN (KEPATUHAN SOP)
RUANG ASOKA 1 RS. TK. II 03.05.01 DUSTIRA

1. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRA VENA (BOLUS)

OBSERVASI
NO PROSEDUR 1 2 3
D TD D TD D TD
1 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan teknik aseptic, membaca etiket obat
dan dosis obat sesuai 6 prinsip pemberian obat benar.
2 Mencuci tangan
3 Memasang sarung tangan.
4 Mengambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan takaran / dosis yang akan
diberikan. Bila obat dalam sediaan bubuk makan larutkan dengan cairan pelarut (aquades
steril). Tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
5 Observasi tempat pemasangan infuse terhadap plebitis jika tidak ada plebitis dan jalan
infuse masih lancar
6 Memasang perlak / pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan (pada
daerah pemasangan infuse)
7 Turunkan drak infuse sehingga tetesan infuse terhenti.
8 Desinfeksi daerah infuse yang akan diinjeksi
9 Melakukan penusukkan dengan lubang jarum menghadap keatas pada tempat injeksi
pada infuse set.
10 Menyemprotkan obat hingga habis dengan pelan-pelan
11 Setelah obat habis, tarik spuit dan desinfeksi daerah tempat injeksi pada infuse set
dengan kapas alcohol . Masukkan spuit yang telah digunakan ke dalam bengkok
12 Mencuci tangan setelah prosedur dilakukan
13 Mencatat prosedur dan reaksi pemberian obat
2. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL

OBSERVASI
NO PROSEDUR 1 2 3
D TD D TD D TD
1 Persiapan alat
2 Persiapan perawat
3 Persiapan lingkungan
PENGUKURAN TEMPERATUR TEMPORAL
4 Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan pada klien
5 Cuci tangan dan persiapkan alat-alat di dekat klien
6 Pakai sarung tangan
7 Lepaskan topi/penutup kepala klien, sibak dahi klien, bersihkan dengan menggunakan kapas
8 Letakkan sisi lensa thermometer pada bagian tengah dahi klien antara alis dan batas rambut
9 Tekan dan tahan tombol SCAN, geser perlahan menyamping dari dahi hingga bagian atas telinga
(terdengar bunyi „BIP‟ dan lampu merah akan menyala)
10 Lepaskan tombol SCAN, angkat thermometer dari dahi klien (Termometer akan secara otomatis
mati dalam 30 detik, untuk mematikannya segera, tekan dan lepaskan tombolSCAN dengan
cepat)
11 Baca hasil pengukuran pada layar
PEMERIKSAAN FREKUENSI NAFAS
12 Posisikan pasien untuk berbaring/duduk, pastikan klien merasa nyaman
13 Lakukan inspeksi atau palpasi dengan kedua tangan pada punggung / dada untuk menghitung
gerakan pernapasan selama minimal 1 menit
PEMERIKSAAN NADI
14 Gunakan ujung dua atau tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis ) untuk meraba salah
satu dari 9 arteri.
15 Tekan arteri radialis untuk merasakan denyutan
16 Kaji jumlah, kualitas, dan ritme nadi
17 Gunakan jam tangan, untuk menghitung frekuensi nadi selama minimal 30 detik
18 Hitung frekuensi nadi selama 1 menit penuh apabila ditemukan kondisi abnormal
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH
19 Pilih manset tensimeter/sphygmomanometer sesuai dengan ukuran lengan pasien
20 Tempatkan pasien dalam posisi nyaman (duduk/berbaring) dengan lengan rileks, sedikit
menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian
21 Palpasi arteri brachialis.
22 Pasang manset melingkari lengan atas dimana arteri brachialis teraba, secara rapi dan tidak
terlalu ketat (2,5 cm di atas siku) dan sejajar jantung
23 Raba nadi radialis atau brachialis dengan satu tangan.
24 Tutup bulb screw tensimeter
25 Pasang bagian diafragma stetoskop pada perabaan pulsasi arteri brachialis
26 Pompa tensimeter/sphygmomanometer dengan cepat sampai 30mmHg di atas hilangnya pulsasi
27 Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri teraba
28 Dengarkan melalui stetoskop, sambil menurunkan perlahan-lahan 3mmHg/detik dan
melaporkan saat mendengar bising „dug‟ pertama (tekanan sistolik)
29 Turunan tekanan manset sampai suara bising “dug‟ yang terakhir (tekanan diastolik)
30 Rapikan alat-alat yang telah digunakan
31 Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada pasien
32 Dokumentasikan hasil pemeriksaan

3. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH VENA

OBSERVASI
NO PROSEDUR 1 2 3
D TD D TD D TD
1 Melakukan verifikasi program pengobatan pasien
2 Persiapan alat
3 Mencuci tangan
4 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
5 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
6 Melakukan Identifikasi pasien
7 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga / pasien
8 Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
9 Pasang Sarung tangan
10 Mengatur posisi pasien dan pilih vena dari arah distal
11 Memasang perlak dan alasnya
12 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi
13 Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
14 Desinfektan permukaan kulit yang akan disuntik / usap dengan kapas betadhin tunggu
hingga kering
15 Desinfektan permukaan kulit yang akan disuntik / usap dengan kapas alcohol dari tengah
keluar melingkar sekiar 5 cm (tunggu sampai alcohol mengering)
16 Mempertahankan vena pada posisi stabil
17 Memegang spuit dengan sudut 30 º
18 Menusuk vena dengan kemiringan 30 º , dan lubang jarum menghadap ke atas
19 Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk spuit, ambil darah sesuai kebutuhan
20 Membuka tourniquet
21 Mencabut jarum sambil menekan daerah tusukan dengan kapas
22 Menutup daerah tusukan dengan “plester luka “
23 Memasukkan darah kedalam botol specimen
24 Beri label berisi nama, No. RM, tgl dan jam
25 Melakukan Evaluasi tindakan
26 Berpamitan dengan pasien
27 Membereskan alat-alat
28 Mencuci tangan
29 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

4. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

OBSERVASI
NO PROSEDUR 1 2 3
D TD D TD D TD
1 Persiapan alat
2 Menjaga Privaci Pasien
3 Mengatur Pencahayaan
4 Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
5 Melakukan Identifikasi Pasien
6 Komunikasi dengan PASIEN untuk kontrak waktu
7 Menjelaskan tujuan
8 Cuci tangan
9 Menggunakan alat pelindung diri (APD)
10 Mengkaji ulang Kebutuhan Pasien
11 Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan
12 Berikan inform consent ke pasien
13 Cek cairan yang digunakan dengan menggunakan 6 prinsip benar pemberian obat
(medikasi, warna, kejernihan, tanggal kadaluarsa)
14 Cuci Tangan, Dekatkan alat kedekat pasien
15 Periksa kembali cairan IV
16 Buka Set Infuse, Pasang roller klem/klem putar selang infuse 2-5 cm dibawah kantung
tetesan infus. Roller klem dalam posisi off/ tutup
17 Buka segel/ tutup pelindung pada botol cairan infuse
18 Masukan ujung set infuse ke dalam botol cairan infuse tanpa harus menyentuh area steril
19 Isi ruang udara dengan cara memijit ruang udara sehingga terisi 1/3 sampai ½ bagian.
20 Buka roller klem dan alirkan cairan infuse sehingga cairan mengalir dari kantung tetesan
ke selang hingga ke adapter jarum, putar kembali roller klem ke posisi off
21 Periksa adanya udara dan gelembung di sepanjang selang dengan menepuk menepuk
selang IV pada bagian gelembung udara berada
22 Gunakan sarung tangan bersih atau APD lainnya sesuai kebijakan institusi
23 Pasang pengalas
24 Identifikasi vena yang dapat diakses untuk kanula IV, Pasang tourniquet ±10-15 cm
diatas lokasi penusukan, jangan terlalu ketat, untuk mencegah cedera dan memar pada
kulit, minta pasien untuk mengepalkan tangannya
25 Pilih vena yang akan ditusukan,
- Utamakan sisi yang paling distal
- Cegah era yang nyeri saat dipalpasi
- Pilih vena yang cukup besar untuk di palpasi
- Pilih sisi yang tidak mengganggu aktivitas
- Palpasi vena dengan telujuk, pilih yang lentur, lembut dan elastis
- Pilih vena yang berdilatasi baik
26 Lepaskan tourniquet
27 Letakkan penghubung set infus atau selang infus pada tempat yang terjangkau untuk
mempertahankan sterilitas (simpan pada bak steril)
28 Bersihkan area penusukan dengan menggunakan apusan antiseptik dengan
menggosokkan secara horizontal, kemudian vertical diikuti gerakan memutar dari sisi
tengah ke arah luar, biarkan mengering, jangan menyentuh kembali area yang telah di
bersihkan
29 Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alcohol dari arah dalam kearah
luar (gerakan sirkuler) tunggu hingga kering, jangan menyentuh area yang telah
dibersihkan
30 Pasang kembali torniquet 10-12 cm di atas sisi insersi yang diinginkan
31 Tahan vena dengan menggunakan ibu jari menggunakan ibu jari dan tarik kulit kearah
distal 4-5 cm berlawanan dengan arah penusukan agar vena semakin terlihat dan tidak
berubah posisi. Jangan menyentuh area steril.
32 Beri tahu pasien bahwa pasien akan merasakan tusukan. Masukan IV catheter secara
perlahan kelokasi penusukan dengan sudut 10-30 derajat
33 Jika terlihat darah masuk kedalam IV kateter maka mengindikasikan posisi IV kateter
sudah masuk kedalam pembunuh darah vena rendahkan kanula hingga semua melekat
pada kulit (masukkan kanula sekitar ¼ inchi dari panjang vena dan kemudian lepaskan
stilet. Terus pegang kulit dan masukkan kanula ke dalam vena hingga berada pada sisi
vena fungsi
34 Stabilisasi kanula dengan satu tangan, dan lepaskan tourniquet dengan tangan yang lain.
35 Tekan sisi yang berada 3 cm dari sisi insersi menggunakan jari telunjuk tangan yang tidak
dominan. Lepaskan stilet, letakkan stilet ke tabung pembuangan benda tajam
36 Hubungkan ujung penghubung set infus atau selang infus ke ujung kanula. Jangan
meyentuh ujung adapter
37 Pasang roller klem dalam posisi on sehingga cairan infuse dapat mengalir melalui selang
infuse kearah pembuluh darah. Tetesan cairan infuse hanya sebagai maintenance dan
memastikan insersi tepat.
38 Fiksasi kanula (prusedur tindakan dapat berbeda)
- Balutan transfaran : lepaskan pelindung perekat plester, letakkan ujung salah satu
balutan kemudian lanjutkan ke sisi IV, letakkan plester secra perlahan diatas sisi yang
telah dibalut balutan transfaran
- Balutan kasa steril : letakkan plester kecil di bawah penghubung kanula sisi kanan dan
kiri dan letakkan secara menyilang diatas penghubung kanula. Lipat dua kasa steril
2x2 letakkan dia atas penghubung kanula .
39 Bentuk lengkungan pada selang di sepanjang lengan dan letakkan plester diatas balutan
transparan atau diatas kasa 2x2
40 Menghitung dan mengatur Tetesan Infus sesuai Indikasi atau menghubungkan dengan
peralatan infus elektronik
41 Catat tanggal dan waktu pemasangan IV, observasi pasien setelah dilakukan pemasangan
(kecepatan infus, dan kepatenan kanula)
42 Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
43 Cuci tangan
44 Dokumentasikan tindakan dalam format yang telah ditetapkan.
45 Evaluasi hasil tindakan

5. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BED MAKING

OBSERVASI
NO PROSEDUR 1 2 3
D TD D TD D TD
1 Persiapan alat
2 Melakukan identifikasi pasien
3 Komunikasi dengan pasien untuk kontrak waktu
4 Menjelaskan tujuan dan prosedur
5 Atur posisi pasien
6 Petugas mencuci tangan
7 Memakai masker
8 Menggunakan sarung tangan
9 Angkat kasur dan lap seluruh kerangka kasur dengan kain lap
10 Letakan alas kasur dan kasur
11 Pasang sprei besar / laken dengan ketentuan : Garis tengah lipatan diletakan tepat di
tengah kasur
12 Bentangkan sprei, masukan sprei bagian kepala ke bawah kasur 30 cm, tarik setengah
mungkin
13 Pada ujung setiap sisi kasur bentuk 90 derajat, lalu masukan seluruh tepi sprei ke bawah
kasur dengan rapih dan tegang
14 Letakan perlak pelintang pada kasur 50 cm dari bagian kepala
15 Letakan stik laken diatas sprei melintang kemudian masukan sisi-sisinya ke bawah kasur
bersama dengan perlak
16 Pasang boven pada kasur bagian kaki, pada baian atas yang terbalik masukkan ke bawah
kasur 10 cm kemudian ujung sisi dengan bawah (kaki) di bentuk 90 derajat dan masukan
ke bawah kasur tarik sisi atas sampai terbentang
17 Pasang selimut pada kasur bagian kaki, pada bagian atas terbalik dimasukan ke bawah
kasur 10 cm kemudian ujung sisi-sisinya di betuk 90 derajat dan dimasukan ke bawah
kasur. Tarik sisi atas sampai terbuang
18 Lipat ujung boven sampai tempak garis / pita
19 Masukan bantal ke dalam sarungnya dan letakan di atas tempat tidur dengan bagian yang
terbuka di bagian bawah
20 Pasang sprei penutup (over laken)
21 Lepas masker
22 Rapikan alat-alat
23 Petugas cuci tangan
Nama :…………………….

KUESIONER SUPERVISI

1. Apakah yang dimaksud dengan supervisi ?


a. Teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima laporan terkait klien
b. Suatu proses kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga
perawat
c. Kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
d. Cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna
2. Tujuan supervisi adalah ........................
a. Menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi
b. Proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan perawat pelaksana
c. Pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada
kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas
d. Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting
3. Prinsip supervisi adalah……………..
a. Dapat meningkatkan efektifitas kerja dan meningkatkan efisien kerja
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab kepada perawat
c. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
d. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap
4. Dibawah ini merupakan prinsip supervisi, kecuali……………
a. Sesuai dengan struktur organisasi
b. Memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antara manusia dan
kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan
c. Proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan perawata pelaksana
d. Dilaksanakan setiap pergantian ship
5. Teknik dalam melakukan supervise adalah……………
a. Menetapkan masalah, prioritas, jalan keluar menilai hasil yang dicapai, tindak lanjut
b. Menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan
c. Lebih efektif dan efisien
d. Fleksibel, sesuai dengan perkembangan
6. Dibawah ini merupakan orang yang dapat melakukan supervisi, kecuali………
a. Perawat associate yang baru masuk
b. Atasan langsung dalam sebuah organisasi
c. Ketua TIM
d. Kepala Ruangan
7. Termasuk elemen proses supervisi perawatan, kecuali……….
a. Mengacu kepada standar asuhan keperawatan
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembimbing untuk menetapkan pencapain
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan
d. Dilakukan secara langsung
8. Cara yang dilakukan dalam supervisi adalah…………….
a. Langsung dan tidak langsung
b. Delegasi
c. Tanggung jawab
d. Kekuasaan
9. Merupakan peran kepala ruangan ketika ketua TIM akan mengsupervisi perawat
pelaksana…………….
a. Evaluasi kerja perawat pelaksana
b. Menentukan klien untuk dilakukan supervise
c. Menerima laporan dari ketua TIM hasil dari supervisi ketua TIM ke perawat pelaksana
d. Ikut memberikan penilaian pada pelaksanaan supervisi ketua TIM dan perawat pelaksana
10. Merupakan peran ketua TIM saat supervisi adalah, kecuali………….
a. Evaluasi kerja perawat pelaksana
b. Melaporkan rencana supervisi ke kepala ruangan
c. Inform concent pada perawata pelaksana untuk tindakan supervisi
d. Melakukan penilaian sepihak tanpa konfirmasi dengan perawat pelaksana
11. Merupakan perawat pelaksana selama proses supervisi………….
a. Evaluasi kerja ketua TIM
b. Menentukan tindakan yang akan disupervisi
c. Menyiapkan SOP tindakan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disepakati akan disupervisi
12. Tahapan pertama fase evaluasi supervisi……………..
a. Eksplolarisasi perasaan
b. Self evaluasi
c. Konfirmasi
d. Keputusan
13. Hal yang harus dilakukan sebelum melakukan supervisi, kecuali………….
a. Membuat jadwal supervisi
b. Menyiapkan SOP kegiatan yang akan disupervisi
c. Menyampaikan maksud dan tujuan
d. Menentukan perawat yang akan disupervisi
14. Termasuk prinsip evaluasi supervisi, kecuali………………
a. Penilaian supervisi
b. Feedback
c. Perbaikan
d. Melakukan observasi
15. Dilakukan dalam pengorganisasian supervisi adalah…………….
a. Melakukan F-Fair (penilaian supervisi), feedback, follow up (perbaikan ), melapor kepada
kepala ruangan
b. Koordinasi, komunikasi menyiapkan format supervisi, melakukan supervisi dengan observasi
dan wawancara
c. Menentukan perawata yang akan disupervisi
d. Menentukan kegiatan supervisi
16. Dilakukan dalam evaluasi supervisi adalah………………
a. Melakukan F-Fair (penilaian supervisi), feedback, follow up (perbaikan ), melapor kepada
kepala ruangan
b. Koordinasi, komunikasi menyiapkan format supervisi, melakukan supervisi dengan observasi
dan wawancara
c. Menentukan perawata yang akan disupervisi
d. Menentukan kegiatan supervisi
17. Supervisi melakukan menggali perasaan perawat dengan cara…………
a. Menyampaikan prosedur yang sudah sesuai dan belum sesuai SOP
b. Menanyakan kepada perawat persetujuan penilaian supervisi
c. Menanyakan perasaan perawat setelah disupervisi
d. Menentukan jawaban perbaikan
18. Apakah yang harus disampaikan dalam melakukan evaluasi penilaian…………
a. Menyampaikan prosedur yang sudah sesuai dan belum sesuai SOP
b. Menanyakan kepada perawat persetujuan penilaian supervisi
c. Menanyakan perasaan perawat setelah disupervisi
d. Meminta kepada perawat untuk mengulang tindakan supervisi tanpa persetujuan perawat
19. Dibawah ini merupakan area supervisi keperawatan, kecuali…………..
a. Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
b. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien
c. Pendokumentasian keperawatan
d. Komunikasi antar perawat
20. Dibawah ini tanggung jawab supervisor, kecuali…………..
a. menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan
b. menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan,
kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait
d. Membantu mendapatkan informasi statistic keperawatan
Nama : ………………………

KUESIONER PENGETAHUAN RONDE KEPERAWATAN (STUDI KASUS)

Petunjuk Pengisian
a. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
b. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada
huruf a, b, c atau d
c. Tanyakan langsung pada peneliti bila ada yang tidak pahami.

PERTANYAAN
1. Ronde Keperawatan (studi kasus) adalah ?
a. Merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan pasien
b. Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakn
oleh perawat yang melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
c. Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakn
oleh perawat tanpa melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan
d. Suatu kegiatan pelayanan keperawatan yang bertujuan untuk mempelajari dan memperbaiki
secara bersama-sama
2. Yang bukan termasuk dari tujuan Ronde Keperawatan adalah ?
a. Menjelaskan masalah keperawatan yang utama
b. Menumbuhkan cara berpikir kritis
c. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
d. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3. Dibawah ini yang bukan termasuk peran dari perawat pelaksana dalam Ronde Keperawatan adalah
?
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
b. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
c. Inform consent pada klien
d. Menjelaskan data perawat yang mendukung masalah pasien

4. Urutan kegiatan Ronde Keperawatan


1. Bed site ronde keperawatan untuk klarifikasi masalah pasien
2. Diskusi pertama dan pemaparan kasus untuk ronde
3. Katim mengajukan kekaru untuk ronde keperawatan kliennya
4. Inform consent pada keluaraga klien untuk ronde keperawatan
5. Diskusi kedua, kesimpulan dan rekomendasi solusi masalah
6. Katim konsul masalah kliennya pada CI
Urutan yang benar dalam pelaksanaan Ronde Keperawatan adalah ?
a. 6-4-3-1-2-5
b. 2-3-6-4-5-1
c. 6-3-4-2-1-5
d. 2-5-6-4-3-1
5. Kegiatan yang ada dalam pra Ronde Keperawatan adalah ?
a. Menentukan kasus dan topik
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Menentukan tim ronde
d. Informed consent pada pasien
6. Dibawah ini yang bukan termasuk karakteristik dari Ronde Keperawatan adalah ?
a. Pasien merupakan fokus kegiatan
b. Pasien dilibatkan secara langsung
c. Pasien tidak dilibatkan secara langsung
d. Tim Ronde melakukan diskusi bersama
7. Dibawah ini yang bukan termasuk kegiatan yang dilakukan pada kegiatan ronde keperawatan tahap
kedua adalah ?
a. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
b. Mendiskusikan hasil temuan setelah bed site ronde dan tindakan pada klien serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan
c. Pemberian informed consent pada pasien dan keluarga pasien
d. Penjelasan tentang pasien oleh perawat pelaksana
8. Kegiatan apa yang dilakukan untuk meneyelesaikan masalah klien pada Ronde Keperawatan ?
a. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
b. Mengarahkan dan mengkoreksi hasil asuhan keperawatan
c. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
d. Menjelaskan masalah pasien
9. Yang bukan merupakan tujuan dari Bed Site Ronde Keperawatan adalah …
a. Memeberikan rasa nyaman pada klien
b. Meningkatkan sistem pendukung dari keluarga pasien untuk kelanjutan perawatan pasien
c. Mengerjakan teknik keperawatan dan tambahan untuk peyembuhan klien dan kalrifikasi
masalah klien
d. Melatih critical thinking dari perawat baru dan mahasiswa yang praktek
10. Dibawah ini kasus yang dapat diangkat dalam Ronde Keperawatan,
kecuali ?
a. Penyakit yang baru atau langka
b. Kasus penyakit yang lama atau tidak sembuh-sembuh
c. Kasus-kasus pasien yang sudah pulang
d. Penyakit yang menarik untuk dibahas sebagai pembelajaran
Nama : ………………………

KUESIONER SENTRALISASI OBAT

Petunjuk Pengisian
a. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
b. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada
huruf a, b, c atau d
c. Tanyakan langsung pada peneliti bila ada yang tidak pahami.

PERTANYAAN
1. Di bawah ini yang termasuk dalam pengertian dari sentralisasi obat adalah ?
a. Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan di berikan kepada pasien diserahkan
pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
b. Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan di berikan kepada perawat diserahkan
pengelolaan sepenuhnya oleh pasien
c. Penyediaan obat dimana seluruh obat yang akan di berikan kepada perawat
d. Penyediaan obat dimana seluruh obat yang akan di berikan kepada pasien
2. Yang di maksud dari tujuan sentralisasi obat adalah ?
a. Menggunakan obat secara bijakasana dan menghindarkan pemborosan sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi
b. Menghindari obat secara bijakasana dan menghindarkan pemborosan sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi
c. Menggunakan obat secara bijakasana dan menghindarkan pemborosan sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien tidak dapat terpenuhi
d. Pemakaian obat secara teratur sehingga pasien dapat menggunakan obat secara bijakasana
3. Hal – hal berikut ini yang termasuk alasan yang paling sering, mengapa obat perlu di sentralisasi,
kecuali ?
a. Memberikan satu obat untuk satu pasien
b. Memberikan bermacam –macam obat untuk satu pasien
c. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang di perlukan
d. Meletakan obat di tempat yang lembab terkena cahaya atau panas

4. Di bawah ini yang bukan termasuk dalam teknik pengelolaan obat (sentralisasi) adalah ?
a. Pemakaian obat secara tidak teratur
b. Penanggung jawab pengelolaan obat
c. Keluarga ikut serta mengontrol pengelolaan sentrelasisasi obat
d. Penerimaan obat
5. Yang termasuk kedalam pembagian obat yang benar adalah, kecuali :
a. Sediaan obat yang ada selanjutnya disimpan dan tidak diperiksa
b. Obat yang telah di terima untuk selanjutnya di salin dalam buku daftar pemberian obat
c. Obat yang telah di simpan untuk selanjutnya di simpan oleh perawat dengan memperhatikan
alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat
d. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan
efek samping
6. Seorang manager keperawatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan cara yang benar adalah
:
a. Mengadakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat
b. Tidak membuat catatan mengenai obat – obatan yang sering dipakai
c. Tidak menuliskan dosis yang tepat, obat – obatan yang sering di gunakan
d. Tidak memberitahukan kepada semua staf mengenai harga macam obat
7. Berikut ini cara menyimpan persediaan obat yang benar adalah, kecuali:
a. Obat yang di terima tidak di catat dalam buku besar, persediaan atau dalam kartu persediaan
b. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, menulis etiket, dan alamat
pasien
c. System kartu persediaan kadang – kadang di gunakan untuk menggantikan buku besar
persediaan
d. Memriksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari pendingin obat
8. Langkah-langkah penerimaan obat
1) Obat yang diresepkan diserahkan kepada perawat
2) Obat disimpan oleh perawat
3) Pasien atau keluarga mendapatkan salinan obat yang harus diminum
4) Perawat melakukan pendataan obat
Urutkan langkah-langkah diatas ?
a. 1-2-3-4
b. 1-4-3-2
c. 4-3-2-1
d. 4-3-1-2
9. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penambahan obat baru ?
a. Jenis obat, dosis obat dan cara pemberian obat
b. Jenis obat dan dosis obat
c. Cara pemberian obat, waktu pemberian, jenis obat
d. Waktu pemberian dan jenis obat
10. Dikategorikan obat khusus apabila ?
a. Harga mahal, susah dicari dan khusus buat pasien penyakit kronik
b. Harga mahal, cara pemberian sulit dan susah dicari
c. Harga mahal, cara pemberian sulit, memiliki efek samping yang berbahaya/hanya diberikan
dalam waktu tertentu
d. Harga mahal, cara pemberian sulit, memiliki efek samping yang berbahaya/hanya diberikan
dalam waktu tertentu dan susah dicari
INTRUMEN UNIVERSAL PRECAUTION
Nama :

1. Universal precaution/ kewaspadaan menyeluruh dilakukan kepada?


a. Pasien tanpa memandang status infeksinya
b. Dokter
c. Perawat
d. Keluarga pasien
2. Baik digunakan untuk mencuci tangan
a. Air sabun
b. Air hangat
c. Air mengalir
d. Air menggenang
3. Waktu yang diperlukan untuk mencuci tangan dalam setiap gerakan yaitu?
a. 5 detik
b. 10-15 detik
c. 20 detik
d. 25 detik
4. Prinsip dan manfaat cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
adalah?
a. Mencegah infeksi silang/ nosocomila
b. Tangan menjadi bersih
c. Memebrsihkan tangan dari darah, debu atau cairan tubuh yang menempel
d. Memutus mata rantai kuman
5. Langkah kelima dari tujuh langkah mencuci tangan yaitu?
a. Meletakkan punggung jari pada telapak tangan satunya dengan jari saling mengunci
b. Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, gerakan memutar
c. Meletakkan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan telapak tangan kiri dan
telapak tangan kiri diatas punggung telapak tangan kanan
d. Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri dan sebaliknya

6. Mencegah kontak droplet dengan menggunakan?


a. Masker
b. Sarung tangan
c. Kaca mata (goggle)
d. Baju pelindung
7. Pengelolaan alat habis pakai yaitu?
a. Cuci bersih
b. Dekontaminasi
c. Sterilisasi/DTT
d. Buang kelimbah medis
8. Larutan yang digunakan untuk membunuh virus HIV/AIDS adalah?
a. Klorin 0,5 %
b. Detergen
c. Savlon
d. Lysol
9. Merendam alat dengan cairan klorin 0,1% memebutuhkan waktu?
a. 20 menit
b. 30 menit
c. 10 menit
d. 45 menit
10. Cara menutup jarum pada spuit yang telah digunakan yaitu?
a. Menggunkan tangan kanan atau kiri
b. Menggunkan satu tangan
c. Menggunkan 2 tangan
d. Meminta bantuan orang lain
11. Cara membuang jarum spuit bekas pakai yaitu?
a. Dibengkokan dahulu sebelum dibuang
b. Dibuang ketempat sampah medis
c. Dibuang ketempat sampah non medis
d. Dibuang ke bengkok
12. Tempat mebuang alat-alat tajam bekas pakai yaitu?
a. Dibengkokkan dahulu sebelum dibuang
b. Dibuang ketempat sampah medis
c. Dibuang ketempat sampah non medis
d. Dibuang ke bengkok
13. Membuang tempat penampungan alat-alat yang tajam (jarum, pemecahan ampul dll) ketika
mencapai keadaan?
a. Penuh
b. ½ penuh
c. ¾ penuh
d. ¼ penuh
14. Pengolahan limbah, kecuali?
a. Pemilihan limbah medis dan non medis
b. Limbah medis dibuang disarana sampah medis
c. Limbah medis seperti kassa dibuang dan dibakar bersama sampah rumah tangga
d. Limbah medis cair seperti darah, pus, urine dll dibuang di closet
15. Limbah yang dibuang dengan dipilah terlebih dahulu, pengelolaannya diinsenerasi adalah
limbah?
a. Limbah medis
b. Limbah padat medis
c. Limbah laboratorium
d. Limbah kimia/racun
Nama :…………………….
KUESIONER DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Petunjuk Pengisian
a. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
b. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada
huruf a, b, c atau d
c. Tanyakan langsung pada peneliti bila ada yang tidak pahami.

PERTANYAAN

1. Manfaat dilakukannya dokumentasi asuhan keperawatan adalah …


a. Alat komunikasi antar perawat dan dengan tenaga kesehatan yang lain
b. Meningkatkan status kesehatan
c. Alternative tindakan secara tepat
d. Sebagai edukasi untuk pasien
2. Apa yang dimaksud dengan pengkajian data dasar yang komprehensif …?
a. Kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk
mengelola kesehatan
b. Kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien
c. Kumpulan data yang berisikan mengenai kemampuan klien
d. Kumpulan data yang berisikan mengenai biodata klien
3. Tahap kedua pada pengumpulan data adalah dengan observasi ada keterampilan yang dinamakan
dengan 2S HFT :
a. Sight, smell dan hearing, therapy
b. Sight, smell, hearing danfresh
c. Sight,smell,hearing,felling dan therapy
d. Sight, smell, hearing, felling dan taste
4. Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan ROS. Apa yang dimaksud dengan ROS…?
a. Range of System
b. Review of Standar
c. Review of System
d. Review of Sharing

5. Penulisan etiologi dari diagnosa keperawatan meliputi :


a. Problem, situasional dan patofisiologi
b. Problem, patofisiologi dan medikasi
c. Patofisiologi, situasional, medikasi dan maturasi
d. Patofisiologi, problem dan maturasi
6. Kriteria untuk merumuskan diagnosa keperawatan adalah, kecuali …
a. Mencakup seluruh dimensi individu (biopsikososiospiritual)
b. Sesuai dengan prioritas masalah saat itu
c. Komponen terdiri dari PES
d. Mencakup riwayat kesehatan dahulu
7. Langkah-langkah dalam perencanaan terdiri dari
1) Menentukan prioritas
2) Dokumentasi
3) Menentukan rencana tindakan
4) Menentukan kriteria hasil
Urutkan langkah-langkah dalam perencanaan ..?
a. 1-2-3-4
b. 1-3-4-2
c. 1-4-2-3
d. 1-4-3-2
8. Apa yang dimaksud dengan perencanaan SMART
a. Spesifik – Measurable – Achievable – Reasonable – Time
b. Spesifik – Measurable – Analysis – Reasonable – Time
c. Special– Measurable – Achievable – Reasonable – Time
d. Spesifik – Monitoring – Achievable – Reasonable – Time
9. Kriteria dalam pengumpulan data adalah, kecuali …
a. Lengkap
b. Akurat
c. Relevan
d. Objektif
10. Bagian dari evaluasi adalah ….
a. Formatif dan sumatif
b. Formatif dan subjektif
c. Objektif dan subjektif
d. Kualitatatif dan kuantitatif
11. Evaluasi yang terus-menurus dilakukan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai adalah
pengertian dari evaluasi …
a. Sumatif
b. Formatif
c. Kualitatif
d. Kuantitatif
12. Kriteria dalam melakukan implementasi keperawatan adalah, kecuali …
a. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
b. Dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
c. Melibatkan pasien/keluarga
d. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/keluarga
13. Implementasi dibagi menjadi berapa bagian …
a. Mandiri dan kolaboratif
b. Independen dan dependen
c. mandiri dan independen
d. Independen dan kolaboratif
Nama :…………………….

KUESIONER TIMBANG TERIMA

1. Apakah yang dimaksud dengan timbang terima . . . .


a. Teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien.
b. Suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua
orang atau lebih yang bekerja sama.
c. Kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan.
d. Kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor.
2. Dibawah ini tujuan dari dilakukannya timbang terima kecuali . . . .
a. Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
b. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
c. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien
d. Meningkatkan kinerja perawat
3. Salah satu manfaat dilakukannya timbang terima bagi perawat . . . .
a. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat
b. Menyelesaikan masalah klien
c. Menentukan diagnosa Keperawatan
d. Meningkatkan kemampuan justifikasi
4. Manfaat dilakukannya timbang terima bagi pasien . . . .
a. Media komunikasi untuk berkonsultasi bagi pasien
b. Klien dapat menyampaikan masalah secaral langsung bila ada yang belum terungkap
c. Masalah klien teratasi secara maksimal
d. Meningkatkan kemandirian pasien
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat timbang terima kecuali . . . .
a. Menentukan waktu dan tepat
b. Menyiapkan data pasien
c. Menyiapkan berita acara timbang terima
d. Menyapaikan jaduan perbaikan dan lembar observasi yang ditandatangani kepala ruangan
6. Input timbang terima, kecuali . . . .
a. Catatan timbang terima
b. Status klien dan kelompok shift timbang terima.
c. Kepala ruangan selalu memimpin timbang terima
d. Ketua tim melaporkan implementasi yang sudah dilakukan
7. Pihak yang dilibatkan saat pelaksanaan timbang terima kecuali . . . .
a. Kepala ruangan
b. Ketua tim
c. Perawat pelaksana
d. Dokter
8. Kapan timbang terima dilaksanakan . . . .
a. Kunjungan dokter
b. Ronde keperawatan
c. Pergantian shift
d. Supervisi
9. Siapakan yang memimpin proses timbang terima . . . .
a. Kepala ruangan
b. Perawat pelaksana
c. Ketua tim
d. Supervisor
10. Hal-hal yang harus dilaporkan ketua tim pada saat timbang terima . . . .
a. Klien baru
b. Klien bermasalah
c. Diagnosa medis
d. Persiapan pasien pulang
Nama :…………………….

KUESIONER DISCHARGE PLANNING

1. Pengertian dari discharge planning adalah....


a. Kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
b. Proses yang dinamis untuk mendapatkan kesempatan menyiapkan klien melakukan perawatan
dirumah
c. Kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
d. Pengelolaan di mana seluruh obat yang dapat diberikan klien
2. Tujuan umum discharge planning adalah....
a. Mampu menerapkan perencanaan pulang
b. Mengkaji kebutuhan rencana pulang
c. Mengidentifikasi masalah
d. Melakukan evaluasi
3. Tujuan khusus discharge planning adalah .....
a. Mendokumentasikan
b. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
c. Meningkatkan kemampuan menetukan diagnosis keperawatan
d. Meningkatkan kemampuan justifikasi
4. Prinsip dari discharge planning, kecuali ....
a. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan
b. Akurat dan tepat sasaran
c. Klien sebagai fokus
d. perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada
5. Di bawah ini manfaat discharge planning bagi klien, kecuali.....
a. Meningkatkan kemandirian
b. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mempertahan status kesehatan
c. Meningkatkan perawatan berkelanjutan
d. Menggorganisir kebutuhan pasien
6. Conditioning Discharge adalah.....
a. Pulang mutlak atau selamanya
b. Pulang paksa
c. Pulang sementara atau cuti
d. Pulang dalam kondisi belum baik
7. Absolute Discharge adalah.....
a. Pulang mutlak atau selamanya
b. Pulang paksa
c. Pulang sementara atau cuti
d. Pulang dalam kondisi belum baik
8. Judicial Discharge adalah.....
a. Pulang mutlak atau selamanya
b. Pulang paksa
c. Pulang sementara atau cuti
d. Pulang dengan kondisi baik
9. Dibawah ini hal-hal yang harus diketahui klien sebelum pulang, kecuali.....
a. Fasilitas yang ada di rumah dan harapan klien setelah dirawat
b. Informasi tertulis tentang perawatan
c. Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasinya
d. Menginformasikan alur pasien pulang
10. Metode discharge planning adalah.....
a. Diskusi dan tanya jawab
b. Leaflet
c. flit chart
d. kuesioner
11. Persiapan klien/ keluarga pada discharge planning.....
a. Keluarga/klien diberitahu rencana pulang dan libatkan pihak keluarga
b. Implementasi tindakan keperawatan sebelum pasien pulang
c. Lakukan koordinasi dengan petugas administrasi
d. Koordinasi dengan home care
12. Membuat discharge planning merupakan tugas ....
a. Kepala ruangan
b. Ketua tim
c. Perawat pelaksana
d. Clinical instructure
13. Hal yang dilakukan dalam pelaksanaan discharge planning, kecuali......
a. Lakukan prosedur pelayanan klien pulang yang ada di ruangan
b. Tanyakan pada klien/ keluarga sudah adanya surat izin pulang
c. Serahkan surat-surat, obat-obatan, hasil pemeriksaan penunjang pada klien/ keluarga
d. Mengkaji keluhan klien
14. Formulir discharge planning berisikan hal di bawah ini, kecuali...
a. Tindakan keperawatan yang perlu dilanjutkan di rumah
b. Obat-obatan yang harus diminum/ perlu dilanjutkan di rumah
c. Libatkan pihak keluarga
d. Kontrol hanya saat keluhan muncul
15. Pengorganisasian dalam discharge planning, kecuali......
a. Kepala ruangan dan supervisor
b. Clinical Instruktur
c. Perawat pelaksana
d. Dokter
Nama :…………………….

KUESIONER METODE TIM

1. Apakah yang di maksud dengan metode tim ?


a. Kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien.
b. Proses dinamis dan sistmatis penilaian, persiapan, serta koordinasi memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan.
c. Teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesua laporan yang berkaitan dengan
keadaan klien.
d. Pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin kelompok
tenaga keperawatan secara kooperatif dan kolaboratif.
2. Berikut ini adalah tujuan dari metode tim, kecuali...
a. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif.
b. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda.
c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
d. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar.
3. Dibawah ini merupakan tugas dari anggota tim, yaitu...
a. Membuat perencanaan, membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
b. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dan memberikan laporan
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
4. Yang merupakan tugas ketua tim adalah...
a. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
b. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
c. Membuat perencanaan
d. Meningkatkan mutu dan kualitas kinerja harian
5. Berikut adalah kelebihan metode tim, kecuali...
a. Mempercepat dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
c. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
d. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota.
6. Berikut ini merupakan kelancaran konsep model tim, kecuali....
a. Ketua tim harus menguasai tehnik kepemimpinan.
b. Anggota tim memberikan evaluasi pemberian asuhan keperawatan
c. Harus terjalin komunikasi yang efektif
d. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim
7. Kelemahan dari metode tim yaitu...
a. Komunikasi hanya terjalin pada anggota tim saja
b. Kurang efisiennya waktu
c. Pekerjaan terbagi dengan rata
d. Tidak memberikan kepuasan kepada anggota tim
8. Peran dari perawat pelaksana adalah...
a. Membuat perencanaan
b. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan
c. Melakukan implementasi yang sudah dirancang oleh ketua tim
d. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
9. Peran dari ketua tim adalah....
a. Memberikan laporan
b. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
c. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan
d. Memimpin serah terima tugas antar pelaksana
10. peran dari kepala ruangan adalah....
a. Mengembangkan kemampuan anggota
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien
d. Mengorganisasikan, mengawasi serta mengevaluasi kegiatan pelayanan keperawatan di
ruangan
LEMBAR OBSERVASI

PELAKSANAKAN TIMBANG TERIMA

Hari dan Tanggal :

NO KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN

1 Katim/ PP memeriksa intervensi dan


dokumentasi yang didelegasikan ke PA

2 Katim lapor ke Karu menyatakan siap


timbang terima

3 Karu memeriksa dokumentasi

4 Karu membuka timbang terima

5 Karu memimpin doa

6 Karu menyampaikan beberapa info yang


diperlukan

7 Karu mempersiapkan katim pagi untuk


menjelaskan pasien ke katim sore

8 Operan berdasarkan diagnosa keperawatan

9 Karu, Katim dan PA pagi dan tim sore


bersama ke pasien

10 Katim pagi menyapa pasien dan menjelaskan


kondisi pasien ke di dines sore

11 Katim pagi memimpin doa

12 Kembali ke ruang Nurse station, karu


mengklarifikasi

13 Penandatanganan berita acara

14 Karu menutup
LEMBAR OBSERVASI DISCHARGE PLANNING

Hari dan Tanggal :

Dilakukan
No. Tindakan
Ya Tidak
1. Perawat memeriksa kelengkapan administrasi pasien
2. Perawat menjelaskan bahwa pasien sudah bisa pulang
Ada surat pernyataan tertulis dari dokter yang merawat
3.
pasien bahwa pasien boleh pulang karena sudah sembuh
Memberikan penyuluhan tentang keadaan kesehatan pasien
4.
saat pulang
Memberikan penyuluhan tentang perawatan yang harus
5.
dilakukan di rumah
Memberikan penyuluhan tentang obat – obatan yang masih
6.
terus diberikan dan cara pemakaiannya
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya control ulang ke
7.
klinik sesuai kasus
8. Memberikan penyuluhan tentang diet pasien
Memberikan penyuluhan tentang kegiatan / aktivitas yang
9.
boleh dan tidak boleh di kerjakan setelah sembuh
10. Pasien disiapkan untuk pulang dalam keadaan rapih
Pasien dipersilahkan pulang dan diberikan kesempatan
11. kepada keluarga untuk berpamitan dan mengucapkan terima
kasih kepada sesame pasien dan petugas
12. Pasien dan keluarga diantar sampai pintu keluar
Perawat mengucapkan salam perpisahan dan terima kasih
13.
atas kepercayaan pasien
14. Pasien pulang dicatat dalam buku register pasien
15. Tempat tidur pasien dibereskan
LEMBAR OBSERVASI UNIVERSAL PRECAUTION

A. Mencuci tangan

Tdk
No. Pertanyaan Dilakukan
dilakukan
1. Universal precautions/kewaspadaan menyeluruh dilakukan
kepada setiap klien tanpa memandang status infeksinya
2. Mencuci tangan selalu disarana air mengalir
3. Mencuci tangan higienis selama 10 detik
4. Mencuci tangan setelah memberi savlon/desinfektan
5. Mencuci tangan dengan antiseptik setelah melakukan
prosedur yang menyebabkan kontak / percikan darah atau
cairan tubuh
6. Lap tangan sekali pakai
Mencuci tangan dengan 7 langkah :
7. Telapak dan telapak kanan dan kiri

8. Telapak dan punggung tangan (bergantian kanan dan


kiri)

9. Telapak tangan kanan dan kiri, Khusus sela-sela jari

10. Punggung jari tangan berlawanan (kanan dan kiri


bergantian)

11.
Putar ibu jari dalam telapak tangan yang berlawanan
12. Gosok ujung jari di telapak tangan yang berlawanan,
kanan dan kiri bergantian

13.

Gosok punggung tangan sampai pergelangan tangan


secara bergantian

B. Pemakai alat pelindung diri

Tdk
No. Pertanyaan Dilakukan
dilakukan
1. Menggunakan sarung tangan untuk mencegah
kontak tangan nakes dengan darah dan cairan tubuh
klien, mukosa, kulit luka / alkes/ permukaan yang
terkontaminasi
2. Menggunakan masker untuk mencegah kontak droplet
dari mulut & hidung saat napas, bicara, batuk, bersin
3. Kacamata pelindung untuk mencegah mukosa kontak
dengan percikan darah / droplet dll
4. Baju pelindung/ celemek untuk mencegah kontak dengan
percikan darah dll

C. Pengelolaan Alat Kesehatan


Tdk
No. Pertanyaan Dilakukan
dilakukan
1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai meliputi :
dekontaminasi, cuci bersih, sterilisasi/ DTT, penggunaan
disinfektan dengan benar
2. Penggunaan instrument satu kali tiap tindakan untuk
satu pasien dan langsung dicuci.
3. Setelah menggunakan instrument didekontaminasi
dengan desinfektan klorin 0,5% selama 10 menit
4. Alat yang terbungkus dalam bungkusan steril dapat
disimpan sampai satu minggu bila tetap kering
5. Alat yang tidak terbungkus harus disimpan dalam tempat
(tromol) steril
6. Alat yang diolah dengan disinfeksi tingkat tinggi disimpan
dalam wadah terutup yang tidak mudah terbuka atau
segera dipakai
7. Alat yang menembus kulit dilakukan sterilisasi, atau
sekali pakai
8. Alat yang kontak dengan kulit yang tidak utuh atau
lapisan mukosa dilakukan sterilisasi, disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) -rebus, disinfeksi kimiawi
9. Alat yang kontak dengan kulit yang utuh dapat di cuci
bersih dengan air panas dan sabun
10. Jarum / spuit bekas pakai dipergunakan kembali setelah
disterilkan dan tidak didekontaminasikan dulu
11. Penggunaan alat / instrument bekas pakai hanya dicuci
sabun sebelum disterilkan
12. Alat atau linen yang tercemar cairan tubuh dan darah
pasien HIV positif tidak dipergunakan kembali / dibuang
atau dibakar

D. Pengelolaan Alat-Alat Tajam

Tdk
No. Pertanyaan Dilakukan
dilakukan
1. Menutup jarum pada spuit bekas pakai dengan
menggunakan satu tangan
2. Menutup spuit bekas pakai menggunkan dua tangan
3. Jarum pada spuit bekas pakai dibengkokan terlebih
dahulu sebelum dibuang
4. Alat – alat tajam bekas pakai dibuang ditempat
pembuangan khusus benda tajam
5. Membuang tempat penampungan alat – alat tajam bekas
pakai (jarum, pemecahan ampul bisturi, dan lain–lain )
ketika mencapai ¾ penuh
6. Jarum bekas pakai sebelum dibuang dekontaminasi dulu

E. Pengelolaan Limbah

Tdk
No. Pertanyaan Dilakukan
dilakukan
1. Pemilihan limbah medis dan non medis
2. Limbah padat medis dibuang ke tempat sampah mana
saja
3. Limbah medis seperti kassa, verband dibuang dan dibakar
bersama sampah rumah tangga
4. Limbah medis dibuang di sarana sampah medis

LEMBAR OBSERVASI

METODE PENUGASAN TIM

Hari dan Tanggal :

NO KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN


SHIFT
1 Pihak manajemen menerapkan shift kerja
tiga shift dalam sehari (24 jam)
2 Dalam penyusunan jadwal shift kerja setiap
perawat di bagian masing-masing harus
dilibatkan.
3 Jadwal shift kerja yang ditetapkan sudah
sesuai dengan keinginan para perawat
4 Jadwal shift kerja harus dibuat secara
sederhana dan mudah diingat.
5 Pola pengaturan shift kerja yang baik
menggunakan rotasi 2-2-2 atau 2-2-3 (dua
kali pagi, dua kali siang dan dua kali malam)
atau (dua kali pagi, dua kali siang dan tiga
kali malam)
6 Seorang perawat tidak boleh bekerja selama
tujuh hari berturut-turut (seharusnya 5 hari
kerja dan dua hari libur)
7 Pengaturan shift kerja dapat mendorong
para perawat untuk bekerja lebih baik lagi
8 Jumlah shift kerja malam yang berurutan
bagi perawat harus ditekan sekecil mungkin
9 Waktu kerja tiap hari tidak boleh lebih dari 8
jam
KOMUNIKASI
1 Kepala ruang menerapkan sistem
komunikasi terbuka dalam metode
penugasan tim.
2 Kepala ruang harus menerima saran yang
disampaikan oleh perawat pelaksana demi
keberhasilan metode tim
3 Kepala ruang memberikan instruksi yang
jelas pada setiap perawat pelaksana yang
menjadi anggota tim
4 Saling percaya sangat dibutuhkan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada
metode tim
5 Pimpinan menyiapkan media komunikasi
sebagai sarana penujang dalam pekerjaan.
6 Perawat pelaksana mempunyai peran
membantu tercapainya tujuan metode
penugasan tim.
URAIAN TUGAS
1 Kepala ruangan dan perawat pelaksana
memiliki uraian tugas masing-masing.
2 Tanggung jawab anggota tim adalah
memberikan asuhan keperawatan pada
pasien di bawah tanggung jawabnya.
3 Mengatur dan membuat jadwal dinas
perawat pelaksana adalah tugas kepala
ruangan
4 Merumuskan metode penugasan dan
membuat rincian tugas anggota tim secara
jelas adalah tugas kepala ruang
5 Anggota tim mempunyai tugas memberikan
laporan kepada kepala ruang
6 Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan
keperawatan adalah tugas kepala ruang
7 Kepala ruang melaksanakan pengawasan
melalui komunikasi dan supervisi
LEMBAR OBSERVASI AUDIT DOKUMENTASI

HASIL OBSERVASI
No KEGIATAN D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 HASIL
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
PENGKAJIAN ∑ ͞x
1. Data Biodata
2. Data Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Data Riwayat Kesehatan Dahulu
4. Data Riwayat Kesehatan Keluarga
5. Data Biologis (Fisik)
6. Data Psikososial-spiritual
7. Pola hidup/pola aktivitas sehari-hari
8. Data Respon klien terhadap nyeri
9. Data ditulis secara lengkap dalam waktu
24 jam setelah pasien masuk

HASIL OBSERVASI
No KEGIATAN D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 HASIL
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
DIAGNOSA ∑ ͞x
1. Sesuai dengan prioritas masalah klien saat
itu
2. Mancangkup seluruh dimensi individu
(Bisopsikososiospiritual)
3. Mencangkup tentang masalah kurangnya
pengetahuan klien/keluarga
4. Dirumuskan dengan benar (PE/PES)

HASIL OBSERVASI
No KEGIATAN D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 HASIL
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
PERENCANAAN ∑ ͞x
1. Rencana keperawatan disusun menurut
prioritas masalah
2. Terdapat tujuan yang harus dicapai oleh
perawat
3. Tujuan mengandung kriteria evaluasi
4. Dirumuskan dengan benar (SMART)
5. Mencangkup tindakan mandiri
keperawatan
6. Mencangkup tindakan kolaborasi
7. Mencakup tindakan pendidikan kesehatan
8. Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien/keluarga

HASIL OBSERVASI
No KEGIATAN D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 HASIL
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
PELAKSANAAN ∑ ͞x
1. Tindakan mandiri keperawatan
2. Tindakan kolaborasi
3 Tercatatanya hasil observasi /respon
pasien terhadap tindakan keperawatan
yang sudah dilaksanakan
4 Setiap tindakan dicatat sesuai waktu
pelaksanaan
5 Tercantum nama dan paraf perawat setiap
tindakan keperawatan yang dilaksanakan
6. Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien/keluarga

HASIL OBSERVASI
No KEGIATAN D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 HASIL
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
EVALUASI ∑ ͞x
1. Diagnosa keperawatan dievaluasi setiap
2. Tindakan evaluasi terlihat dalam
dokumentasi
3. Diagnosa keperawatan yang sudah teratasi
maupun yang belum teratasi terlihat
dalam dokumentasi
4 Tercantum tanggal dan waktu pelaksanaan
evaluasi
5 Tercantum nama dan paraf perawat yang
melaksanan evaluasi

Anda mungkin juga menyukai