DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2 :
PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. Indah Mawarti, S.Kep,. M.Kep
PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Hj. Metti Astuti, S.Pd.,S.Kep,. M.Kep
Ns. Yesika Yusna, S.Kep., M.Kep
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Lokakarya Mini I
(Lokmin I) Praktek Profesi Manajemen Keperawatan di Rawat Kelas 1 Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi sebagian kewajiban
tugas dalam stase manajemen keperawatan program profesi ners kelompok 2 angkatan 7. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materil sehingga makalah ini dapat selesai. Ucapan
terima kasih ini kami tujukan kepada:
1. Ibu Ns.Indah Mawarti, S.Kep,.M.Kep selaku dosen pembimbing akademik Stase
Manajemen Keperawatan Profesi Ners Unja yang telah mendidik dan memberikan
bimbingan selama masa praktik.
2. Ibu Ns. Hj. Metti Astuti,.S.Pd,S. Kep., M.Kep selaku pembimbing lapangan/CI
lapangan Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners Unja yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memberi masukan yang diperlukan selama penulisan
makalah ini.
3. Ibu Ns.Yesika Yusna, M.Kep. selaku pembimbing lapangan/CI lapangan Stase
Manajemen Keperawatan Profesi Ners Unja yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing dan memberi masukan yang diperlukan selama penulisan makalah ini.
4. Ibu Ns. Sodriah., S.Kep selaku Kepala Ruangan Rawat Inap Kelas 1 RSUD Raden
Mattaher Jambi yang telah memfasilitasi dan memberi masukan yang diperlukan selama
penulisan makalah ini.
5. Bapak/Ibu Perawat Ruangan Kelas 1 RSUD Raden Mattaher Jambi yang telah terbuka
menerima dan membantu kami dalam menjalankan praktik Manajemen Keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan segala kekurangan
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
b. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan operasional guna mencapai visi
yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan bedah yang mengacu pada
visi tersebut di atas:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien bedah secara holistik bio-
psiko-sosio-kultural dan spiritual.
2) Melakukan tindakan perawatan luka dengan menggunakan manajemen
perawatan luka modern.
3) Menyediakan sarana prasarana untuk menunjang manajemen perawatan
luka modern.
4) Melakukan penelitian tindakan bedah berdasarkan perkembangan dan
trend perawatan bedah.
c. Perumusan Filosofi
Filosofi adalah nilai-nilai dan keyakinan yang menyangkut keyakinan dan
praktik keperawatan dalam suatu organisasi. Contoh:
1) Pasien adalah manusia yang merupakan makhluk holistik ( bio-psiko-
sosial-spiritual).
2) Pasien adalah individu yang unik dan bermartabat.
d. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai sebagai arah kebijakan bagi
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara
mencapainya. Tujuan mutlak harus ada dalam organisasi pelayanan
keperawatan. Untuk merumuskan tujuan yang baik harus memenuhi syarat
antara lain:
1) Tujuan harus dapat menjelaskan arah.
2) Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai
3) Terukur artinya tujuan berisi ketentuan kwantitatif.
4) Teradapat batasan waktu untuk pencapaian target.
5) Pencapaian akhir setiap tujuan dapat diterima semua anggota organisasi.
6) Kriteria dibuat untuk melihat seberapa besar tujuan tercapai.
7) Setiap tujuan mendukung sasaran organisasi
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan
kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik
vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas
yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas
dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana serta kapan
keputusan harus diambil oleh seorang perawat (Sri Mugianti, 2016).
Pengorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada metode
asuhan keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode
yang digunakan dan bentuk struktur pengorganisasian kerja yang digunakan supaya
efektif dan efisien. Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional
yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi
tren pelayanan keperawatan (Nursalam, 2014).
Kelebihan Kelemahan
Fokus keperawatan sesuai dengan Beban kerja tinggi terutama jika klien
kebutuhan klien banyak sehingga tugas yang sederhana
terlewatkan
Memberikan kesempatan untuk Peserta didik sulit untuk memperoleh
melakukan keperawatan yang ketrampilan khusus yang tidak
komprehensif dilakukan pada klien yang menjadi
kelolaannya: misal kateterisasi, NGT
dsb
Memotivasi perawat selalau bersama Pendelegasian tugas tertentu
klien selama bertugas, tugas non
keperawatan dapat dilakukan oleh
bukan perawat
Mendukung penerapan proses Kelanjutan perawatan klien hanya
keperawatan sebagaian selama perawat penagggung
jawab klien bertugas
Kepuasan kerja secara keseluruhan
dapat dicapai
3. Pengarahan (directing)
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat dalam rangka menugaskan perawat untuk
melakskelas satuan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan
dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi,
membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan
komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Suyanto,
2009).
a. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan
maupun tidak langsung melalui media (Arwani, 2010).
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling
mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan karena perawat secara
terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Penguasaan tentang
komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan akan memungkinkan
perawat melakskelas satuan praktik keperawatan secara berkualitas.
Secara umum ada dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal (Tri Anjaswara, 2016).
1) Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah pertukaran informasi menggunakan
kata-kata yang diucapkan secara oral dan kata-kata yang dituliskan.
Komunikasi oral adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan,
baik langsung dengan cara tatap muka maupun secara tidak
langsung, melalui telepon atau telekonferensi.
Contoh penerapan komunikasi verbal oleh perawat seperti saat
menjelaskan rencana asuhan keperawatan kepada pasien,
menjelaskan prosedur tindakan, melakukan konsultasi, kolaborasi,
atau melaporkan kondisi klien dan sebagainya. Contoh penerapan
jenis komunikasi tertulis dalam keperawatan adalah dokumentasi
asuhan keperawatan, mencatat intruksi dokter, menulis hasil
kolaborasi, mencatat perkembangan klien, pelaporan, dan
sebagainya.
2) Komunikasi nonverbal
Macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak mata,
ekspresi wajah, postur atau sikap tubuh, gaya jalan, gerakan/bahasa
isyarat tubuh waktu bicara, penampilan secara umum, suara dan
sikap diam, atau simbol- simbol lain, misalnya model pakaian dan
cara menggunakan.
b. Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang
mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan
kekuasaan, terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2014).
1) Motivasi Kerja
Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental,
bekerja itu merupakan proses fisik dan mental manusia dalam
mencapai tujuannya. Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang
berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara
perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja
2) Prinsip-prinsip dalam memotivasi kerja pegawai
a) Prinsip partisipatif
Pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi
menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin dalam
upaya memotivasi kerja.
b) Prinsip komunikasi
Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang
berhubungan dengan usaha pencapaian tugas. Informasi yang
jelas akan membuat kerja pegawai lebih mudah dimotivasi.
4. Pengawasan (Controlling)
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan dan
pengembangan fungsi pengawasan (Nursalam, 2014).
a. Pengawasan yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat dimengerti
oleh staf, hasilnya dapat diukur.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting untuk
meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi tercapai dengan baik.
c. Standar unjuk kerja (standart of performance) harus dijelaskan kepada
semua staf pelaksana. Kinerja staf dinilai oleh manajer sebagai bahan
pertimbangan memberikan reward kepada mereka yang mampu bekerja
profesional.
c. Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa
keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektivitas
dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum dapat berupa
BOR, aLOS, TOI, angka infeksi nosokomial (NI) dan angka dekubitus.
Pada ruang perawatan yang menerapkan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP), pengendalian dapat diukur dalam bentuk kegiatan
pengukuran yang menggunakan indikator umum, indikator mutu pelayanan,
indikator pasien dan SDM seperti berikut ini:
b. Jenis Kelamin
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan dalam produktifitas
kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi dalam masalah absen kerja karyawati
lebih sering tidak masuk kerja daripada laki-laki.Alasan yang paling logis adalah
karena secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab urusan rumah tangga
dan keluarga.Bila ada anggota keluarga yang sakit atau urusan sosial seperti
kematian tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak sering tidak masuk kerja
(Robbins, 2008).
c. Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan dan
produktivitas.Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa ditelusuri dari prestasi
kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum dapat diambil kesimpulan yang
meyakinkan antara dua variabel tersebut.Hasil riset menunjukkan bahwa suatu
hubungan yang positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan (Suyanto,
2009).
d. Pendidikan
Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah
melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan perawatan
keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan interpersonal.Sebagian
besar pendidikan perawat adalah D3 Keperawatan (Munanjaya, 2004).
e. Pelatihan Kerja
Raimond (2013), menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
A×B×C F
= =H
(C−D)×E G
Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
3) Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan
maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil =
5% × jumlah hari cuti hamil × jumlah jam kerja/hari
Tambah tenaga:
5% × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑗𝑎𝑚𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑐𝑢𝑡𝑖ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑗𝑎𝑚𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Catatan:
a) Jumlah hari tak kerja/tahun.
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12hari) + hari besar (12 hari)
+ cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari.
b) Jumlah hari kerja efektif/tahun.
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279
hari
c) Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam
d) Cuti hamil = 12 × 6 = 72 hari
e) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan).
f) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.
g) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan levinne adalah 55%
tenaga profesional dan 45% tenaga nonprofesional.
Keterangan:
* : Uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : Berdasarkan penelitian di luar negeri
1) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah jam perawatan ruangan/ hari = 87,37 = 12,5 perawat
Jam kerja efektif perawat 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor
koreksi) dengan:
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (12,5 + 3,4) x 25% = 3,9
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + factor koreksi =
12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20orang perawat).
2.2.2 Sarana dan Prasarana (M3/ Material)
1. Fasilitas Pasien
Tabel 2.6 Fasilitas untuk Pasien di Ruang Rawat Inap Klas 1
1. Stetoskop 2/ruangan
2. Hb meter 2/ruangan
3 Urometer 2/ruangan
4 Lemari Es 1/ruangan
5 Com stainless 3/ruangan
6 Tabung O2 2/ruangan
7 Senter 2/ruangan
8 Bak Injeksi 2/ruangan
9 Ember sampah pasien 1:1
10 Papan tulis/white board 1/ruangan
11 Lemari kaca 1/ruangan
12 Lemari besi 1/ruangan
13 Tensimeter 2/ruangan
14 Pinset anatomis 2/ruangan
15 Pinset cirurgis 2/ruangan
16 Gunting nekrotomi 2/ruangan
17 Gunting perban 2/ruangan
18 Korentang dan tempat 2/ruangan
19 Bengkok 2/ruangan
20 Suction 2/ruangan
21 Lemari obat 2/ruangan
22 Spuit gliserin 2/ruangan
23 Kereta obat 1/ruangan
24 Standar baskom 1/ruangan
25 Standar infuse 1:1
26 Ambu bag 1/ruangan
27 Manometer O2 lengkap 2/ruangan
28 Standar O2 2/ruangan
29 Termometer 5/ruangan
Sumber: Nursalam (2014)
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart & Woods
Dalam Kuntoro (2010), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :
b. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi
yang jelas antara PP dan PA.performa PA dalam satu tim menjadi tanggung
jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali
dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat
menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang efektif.
d. Hubungan professional
Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih mengetahui tentang
perkembangan klien sejak awal masuk ke suatu ruang rawat sehingga mampu
member informasi tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan klien akan membantu
dalam penetapan rencana tindakan medik.
2. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum, dan perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang
terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat
primer(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan
(Nursalam, 2014).
Berikut ini adalah prosedur dalam timbang terima:
Tabel 2.8 Prosedur Timbang Terima
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Di Bed Pasien
Situasion
Background
Riwayat Keperawatan
Assessment:
k/u,TTV,GCS, Skala Nyeri,Skala
Risiko Jatuh. dan ROS
Rekomendation
1. Tindakan yang sudah
dilakukan,
2. Tindakan yang dilanjutkan
3. Tindakan yang di stop
4. Modifikasi
5. Strategi baru
Nursalam (2014)
3. Ronde Keperawatan
Adapun konsep konsep dari pelaksanaan ronde keperawatan menurut Nursalam
(2012), adalah sebagai berikut:
a. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat selain
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor,
kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).
b. Tujuan
1) Tujuan umum : menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
2) Tujuan khusus
a) Menumbuhkan cara berfikir dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g) Meningkatkan kemampuan menilai kerja.
c. Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3) Terciptanya komunikasi keperawatan yanag profesional
4) Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar.
d. Kriteria pasien
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
e. Metode
Diskusi
f. Alat bantu
1) Sarana diskusi: buku, pulpen
2) Status/dokumentasi keperawatan pasien
3) Materi yang disampaikan secara lisan.
g. Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan
Langkah-langkah dalam kegiatan ronde keperawatan antara lain:
a. Persiapan (Pra)
a) Menentukan kasus dan topik.
b) Menentukan tim ronde.
c) Mencari sumber atau literatur
d) Mempersiapkan pasien: informed consent
e) Membuat proposal (Studi Kasus/resume keperawatan).
b. Pelaksanaan
a) Penjelasan/penyajian tentang pasien oleh perawat yang mengelola
pasien.
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c) Ke bed pasien, perawat lain/konselor/tim kesehatan lainnya
melakukan pemeriksaan/validasi dengan cara observasi; membaca
status/dokumen lainnya; dan menayanyakan.
c. Pasca di nurse station
a) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang data, masalah pasien,
rencana, tindakan yang akan dilakukan dan kriteria evaluasi.
b) Kesimpulan dan rekomendasi untuk asuhan keperawatan selanjutnya
oleh Kepala Ruang/pimpinan ronde.
6. Discharge Planning
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan dicharge planning
antara lain:
a. Persiapan
Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien, kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang, antara lain:
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit; kebutuhan psikologis;
bantuan yang diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup
sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi, dan lain-lain; sumber dan
sistem yang ada di masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di rumah;
kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
b. Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta disesuaikan dengan sumber
daya dan fasilitas yang ada.
7. Supervisi
Langkah-langkah pelaksanaan supervisi menurut Nursalam (2014), antara
lain:
a. Prasupervisi: Supervisi dilakukan oleh kepala ruang terhadap kinerja dari tim
(ketua dan anggota) dan atau Perawat Primer dalam melaksanakan ASKEP.
b. Pelaksaaan supervisi dilihat aspek; tanggung jawab, kemampuan, dan
kepatuhan dalam menjalankan delegasi.
c. Pascasupervisi-3F:
1) penilaian (fair),
2) feedback dan klarifikasi,
3) reinforcement dan follow up perbaikan.
8. Dokumentasi
Menurut Nursalam (2014), pendokumentasian memiliki prinsip sebagai
berikut:
a. Format model dokumentasi yang digunakan (pengkajian dan catatan asuhan
keperawatan).
b. Pengisian dokumentasi: legalitas, lengkap, akurat, relevan, baru (LLARB).
2. Reward
Kuntoro (2010) mendefinisikan reward yaitu hadiah dalam situasi
kerja, hadiah menunjukkan adanya penerimaan terhadap perilaku dan
perbuatan. Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan tanpa
ada kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat berjalan apa adanya
sesuai evaluasi kinerja sebelumnya. Selebihnya, dengan reward seseorang
dapat meningkatkan cara kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan.
3. Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak
tercapai/pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap
orang pasti beda persepsi dan beda pendapat. Punishment merupakan
penguatan yang negatif, tetapi diperlukan dalam
perusahaan.punishmentyang di maksud disini adalah tidak seperti hukuman
dipenjara atau potong tangan, tetapi punishment yang bersifat
mendidik.Selain itu punishmentjuga merupakan alat pendidikan regresif,
artinya punishment ini digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan
kepada hal-hal yang benar (Simanjuntak, 2005).
2.2.5 Kualitas Pelayanan Keperawatan (M5-Mutu)
Menurut Nursalam (2014), komponen M5 terdiri atas:
1. Patient safety
Berdasarkan Sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh Standar
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition, maka
sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut.
a. Sasaran IKetepatan identifikasi pasien.
Ketepatan identifikasi pasien, meliputi standar berikut.
1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis.
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
5) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
2 Kepuasan Pasien
Menurut Nursalam (2014), pasien adalah makhluk Bio-Psiko-Sosio-
Ekonomi-Budaya, artinya dia memerlukan terpenuhinya kebutuhan, keinginan
dan harapan dari aspek biologis (kesehatan), aspek psikologis (kepuasan),
aspek sosio-ekonomi (papan, sandang, pangan dan afiliasi sosial), dan aspek
budaya. Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan,
keinginan, harapan pelanggan dapat terpenuhi, maka pelanggan akan puas.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita
berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien
lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia).
Menurut Nursalam (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
adalah:
a. Product Quality
Bagaimana konsumen akan merasa puas atas produk barang yang
digunakan. Beberapa dimensi yang membentuk kualitas produk barang
adalah performance, reliabillity, conformance, durability, feature dan lain-
lain.
b. Service Aquality
Bagaimana konsumen akan puas dengan jasa yang telah
dikonsumsinya. Dimensi service qulity yang lebih dikenal dengan servqual
meliputi 5 dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, empathy,
responsiveness. Skala nilai dinyatakan dengan skala 1−5. Skala 1 adalah
tidak puas dan skala 5 adalah puas. Nilai rerata skala adalah nilai skor
(skor = jumlah n pengukuran dikatakan skala).
c. Emotional Factor
Keyakinan dan rasa bangga terhadap produk, jasa yang digunakan
dibandingkan pesaing. Emotional factor diukur dari preceived best score,
artinya persepsi kualitas terbaik dibandingkan pesaingnya.
d. Price
Harga dari produk, jasa yang di ukur dari value (nilai) manfaat
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan konsumen. Harga adalah
harga pelayanan medis (medical care) yang harus dibayar konsumen
(Price is that which is given in an exchange to aquire a good or service).
e. Cost of Aquaring
Biaya yang di keluarkan untuk mendapatkan produk atau jasa.
BAB III
GAMBARAN UMUM & HASIL PENGKAJIAN
MANAJEMENKEPERAWATAN
Lantai II
TANGGA TANGGA
Ruang 1
Ruang 2
Ruang 3
Ruang 4
Ruang 5 Ruang6
Ruang 7 Ruang 8
Administrasi, Nurse station
Ruangan
KARU
Ruang 9 Ruang 10
Ruang 11 Gudang Ruang 12
Ruang 14
ADMRuang
Mahasiswa
Ruang 15 Ruang 16
Ruang 21 Ruang 22
Gudang Ruang 24
Ruang 25 Ruang 26
Gudang Ruang 28
Ruang
Lantai I
Total ruangan di ruang rawat inap adalah 28 ruangan yang terdiri dari 13 ruang
perawatan rawat inap, 2 ruang gudang, 2 ruang nurse stasion,1 ruang administrasi, 1
ruang karu.
KEPALA
INSTALASI RAWAT INAP
Dr. Niza Febrida
KOORDINATOR IRIN
Ns. Endah pramukti, S.Kep
KEPALA RUANGAN
Ns. Sodriah.,S.Kep
PERAWAT PELAKSANA
Sulistiawati, Am.Kep Mona marliyanti, Am.Kep
Susi Haryanti, Am.Kep Widya Parida, Am.Kep
Widyawati, Am.Kep Nova Wulandari, Am.Kep
Elfi Maryanti, S.Kep Sheinal, Am.Kep
Ns. Astri Pusparina, S.Kep Devi Permata Sari, Am.Kep
Ns. Rahmat Ali, S.Kep ReniYuniati, Am.Kep
Hasmawati, Am.Kep Apniati,S.Kep
Kurnia, S.Kep Puji Askaswasih, Am.Kep
Ns. Roza Deviyanti, S.Kep Lita Yendra, S.Kep
Ns. Nora Afryety,S.Kep Metha Afrienty, Am.Kep
Laili Safitri, Am.Kep Suhendri,Am.Kep
Reti Hadinata,Am.Kep Gita Vidora S.Kep
Veni Motivasi Niken Wela Pratami
Aditia Widya Prabawa
Asuransi: Umum
BPJS
JAMKESMAS
SKTM
BPJS Ketenagakerjaan
Perusahaan
TPRI
(Tempat Pendaftaran
Pasien Rawat Inap)
Admisi: Pendaftaran :
2) Non-Keperawatan
Tabel 2.2 Pegawai Non-Keperawatan di Ruang Rawat Inap Kelas I RSUD
Raden Mattaher Jambi
c. Pengaturan Ketenagaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tanggal 28 februari 2019 kepada
kepala ruangan Rawat Inap Kelas 1 mengenai tingkat ketergantungan pasien,
diketahui bahwa pembagian tingkat ketergantungan klien dan kebutuhan tenaga
keperawatan yang digunakan di Ruang Kelas I RSUD Raden Mattaher Jambi
adalah perhitungan berdasarkan Depkes RI 2011. Setiap pagi ketua tim
menghitung tingkat ketergantungan klien yang kemudian menjadi acuan untuk
membagikan jumlah tenaga perawat untuk setiap pasien.
Pembagian tingkat ketergantungan pasien menurut Depkes RI tahun
2011berdasarkan 4 kategori yaitu: Minimal (2 jam perawatan), Sedang (3,08 jam
perawatan), Berat (4,15 jam perawatan), dan Maksimal Berat (6 jam perawatan).
Berikut ini datamengenai kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien dalam satu tahun:
Tabel 2.3Analisa Tingkat Ketergantungan Pasiendi Ruang Rawat Inap Kelas
I Tahun 2019
Jumlah jam
Rata-Rata Jumlah Jam
perawatan
Data Jumlah Pasien Perawatan /
ruangan
/ Hari Hari
/hari
Askep minimal 3 2 jam 6 jam
Askep Sedang 12 3,08 jam 36,96 jam
Askep Maksimal Berat 5 6 jam 30 jam
JUMLAH 20 11,8 jam 72,96
Sumber : Data Ruang Rawat Inap kelas 1 RSUD Raden Mattaher Tahun 2019
H
asil observasi dan menunjukkan tidak terdapatnyaset hecting, gagang bisturi,
thoraicard dan sputum DOT di ruang rawat inap kelas I
e. Consumable (Obat-Obatan dan Bahan Habis Pakai)
Dari hasil observasi pada tanggal 25 februari- 3 maret 2019, obat-obatan oral
untuk pasien di ruang perawatan kelas 1 disimpan dalam laci-laci kecil khusus
diletakkan sesuai waktu pemberian obat. Sedangkan untuk obat injeksi di
tempatkan di loker sesuai dengan nomor kamar dan bed pasien masing-masing.
Sedangkan infus pasien diletakkan diatas meja dan lemari, kasa steril berada di
dalam bok khusus kasa, begitu juga spuit, sedangkan masker, plester, handscoon,
tissue alcohol dan bahan medis sekali pakai lainnya tersedia di troli, setelah
digunakan sekali dibuang dalam tempat sampah medis dengan tanda kantong
plastik berwarna kuning terletak tepat disebelah kiri akses keluar masuk nurse
station.
Tempat sampah terdiri atas: tempat sampah medis, non medis, bahan yang
terbuat dari kaca, botol infus, dan safety box tempat spuit bekas. Masing-masing
tempat sampah diberi tanda nama sesuai fungsinya dan spesifikasi jenis-jenis
sampahnya. Safety box dalam keadaan terbuka dan berisi spuit yang memenuhi
lebih dari ¾ box sehingga sudah tidak ideal lagi.
f. Administrasi Penunjang
Kelengkapan administrasi penunjang di ruang perawatan kelas 1 terdiri atas:
1) Lembar dokumentasi keperawatan (less pasien)
2) SOP dan SAK
3) Lembar Askep
4) Buku timbang terima
5) Blanko Grafik, Blanko Tindakan Keperawatan, Persetujuan Transfusi, Blanko
Progesnotes, Blanko Transfer Pasien, Blanko Penolakan, Blanko checklist Pre
Op, Blanko APS, Persetujuan Tindakan, Indikator Mutu & PPI.
2.2.2 Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)
a.Penerapan Model Keperawatan
Berdasarkan observasi dari tanggal 25-03 februari-maret2019 dan wawancara
langsung dengan kepala ruangan pada tanggal 28februari 2019 di dapatkan bahwa di ruang
rawat inap Kelas 1 RSUD Raden Mattaher Jambi dalam pemberian asuhan keperawatan dan
pelayan keperawatan menerapkan model SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional) yang merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan
Profesional) dengan metode Tim. Dimana dibentuk 2 tim pada shift pagi yaitu tim belakang
dan tim 2 dan ketua tim telah di tunjuk beserta dengan perawat pelaksananya, sedangkan
untuk katim sore dan malam ditentukan setiap hari oleh karu berdasarkan dari jadwal dinas
yang telah di tentukan berdasarkan jenjang perawat klinis (pk), pendidikan, lamanya bekerja
di rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara perawat menyatakan mengerti dan memahami
dengan model asuhan keperawatan yang digunakan saat ini.
1 2 3 4
Berdasarkan hasil observasi selama 6 hari, didapatkan bahwa proses timbang terima
belum berjalan dengan baik dan informasi yang disampaikan tentang pasien hanya sampai
antar perawat dengan presentasi 65% saat ke pasien tidak dijelaskan secara rinci tentang
keluhannya.
Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada pergantian shift malam ke
pagi (07.30), pagi ke siang (13.30) dan siang ke malam (19.30).Timbang terima dilakukkan
pagi hari di ikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas. Kegiatan timbang terima di
pimpin langsung oleh kepala ruangan untuk dinas pagi, untuk dinas siang dan dinas malam
dilakukan oleh katim dan perawat pelaksana.
c. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan dikelas satu oleh perawat, disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan satuan asuhan keperawatan akan tetapi pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat
assosciate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Hasil wawancara yang telah dilakukan pada kepala ruangan dan perawat ruangan
rawat inap kelas satu, didapatkan hasil kepala ruangan mengatakan bahwa ronde pernah
dilakukan,perawat ruangan mengatakan bahwa ronde pernah dilakukan tetapi jarang
dilakukan. Tidak ada waktu kusus dilakukannya ronde. Perawat lainnya juga mengatakan
bahwa tidak tahu apa yang dimaksud dengan ronde.
d. Penerimaan Pasien Baru
Pada saat penerimaan pasien baru katim yang melakukan serah terima dengan perawat
igd, selanjutnya perawat yang bertanggung jawab akan mempersiapkan kebutuhan pasien
seperti ruangan dan tempat tidur yang telah di rapikan,setelah serah terima dengan pihak igd
pasien baru akan di masukkan ke dalam ruangan dan perawat akan memperkenalkan diri
sebagai penanggung jawab dan menjelaskan tentang peraturan rumah sakit seperti waktu
kunjungan dan banyaknya orang yang boleh masuk ruangan serta usia pengunjung.Perawat
juga menjelaskan kegunaan gelang sebagai tanda pengenal berupa gelang berwarna biru
untuk laki-laki dan berwarna merah muda untuk perempuan yang tertulis di gelang pasien
adalah Nama, tanggal lahirdan No.Rm.
e. Discharge Planning
Pada perencanaan pulang perawat mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien.
Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul saat pasien pulang atau hal-hal
yang perlu dilakukan pasien dalam hal perawatan mandiri, antara lain: pengetahuan
pasien/keluarga tentang penyakit, kebutuhan psikologis; bantuan yang diperlukan pasien,
pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi, dan lain-
lain; sumber dan sistem yang ada di masyarakat; sumber finansial; fasilitas saat di rumah;
kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
Berdasarkan observasi tanggal 25 Februari sampai 3 Maret 2019 dan wawancara yang
dilakukan pada tanggal 28 Februari 2019 di dapatkan bahwa Discharge Planning diruangan
dilakukan dibuktikan dengan dokumentasi tertulis di less pasien, namun lieflet hanya
dimasukkan kedalam less pasie dan tidak diberikan kepada pasien atau kelurga pasien sebagai
bakal pembelajaran pasien dirumah.
f. Supervisi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara 25 Februari sampai 3 Maret 2019, kegiatan
supervise dilakukan setiap waktu yang sudah dijadwalkan, dan jadwal sudah bagikan
keruangan kelas satu.
g. Dokumentasi
Berdasarkan observasi pada tanggal tanggal 25 Februari sampai 3 Maret 2019dan
wawancara tanggal 28 Februari 2019 di ruang rawat inap kelas satu ditemukan bahwa
dokumentasi asuhan keperawatan pasien dilakukan sesuai dengan ketetapan standar
pendokumentasian berupa pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi, evaluasi dan
catatan perkembangan. Setiap masing-masing pasien memiliki dokumentasi.Dokumentasi
dibuat berdasarkan buku panduan untuk penulisan asuhan keperawatan yang dibuat oleh
rumah sakit yaitu buku SAK.Kegiatan Evaluasi Keperawatan juga ditulis dalam lembar
evaluasi berupa SOAP (Subjective – Objective – Analysis – Planning).Hasil kuesioner 82%
perawat menjawab sudah membuat askep sesuai SAK dan SPO.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana intervensi - -
4. Implementasi - -
keperawatan
5. Evaluasi keperawatan - -
Jumlah 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5
Presentasi Rumah Sakit (%) 100 80 80 80 100 100 80 60 100 100
Dari hasil observasi didapatkan pendokumentasian keperawatan secara tertulis yaitu 88% akan
tetapi masih belum menggunakan sistem ceklist/ sistem komputer.
Analisis :Hasil observasi tindakan pemberian obat injeksi lewat infus 97,5 % sudah sesuai dengan
SOP.
Pelanggaran Etik/Disiplin
Kepala Instalasi
Direksi
2.2.4 Kualitas Pelayanan Keperawatan (M5-Mutu)
1. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
a. Identifikasi pasien
Menggunakan minimal 2 identitas pasien dengan kombinasi sebagai berikut:
Nama lengkap dan tanggal lahir, Nama lengkap dan nomor medical record, atau
Nama lengkap dan alamat.
Pasien yang masuk ke ruang perawatan kelas 1 dari IGD sudah menggunakan
gelang identitas pasien yang berisi nama, no.RM dan tanggal lahir pasien. Sebelum
tindakan pemberian obat injeksi, perawat menuliskan nama pasien di plastik
pembungkus spuit dan memindahkan label obat ke spuit. Untuk obat-obat oral
biasanya sudah dilabeli nama pasien, nama obat, dosis dan waktu pemberiannya
dari pihak farmasi RS. Sebelum tindakan pengambilan darah untuk cek
laboratorium, perawat menuliskan nama pasien di spuit yang akan digunakan untuk
mengambil darah.
Sebelum memberikan obat ataupun pengambilan sampel darah biasanya
perawat menanyakan terlebih dahulu nama pasien untuk mengecek kesesuaian
pasien yang akan diberikan obat, serta menjelaskan secara singkat tujuan tindakan.
Namun, hal yang jarang dilakukan ialah mengecek gelang identitas pasien.
Biasanya hal seperti itu tidak dilakukan karena untuk mempersingkat waktu
tindakan dan untuk pasien yang sudah lama dirawat, perawat merasa sudah
mengenal nama pasiennya satu-persatu.
b. Komunikasi efektif
Menurut International Patient Safety Goals untuk meningkatkan komunikasi
yang efektif dengan cara: melakukan proses feedback saat menerima instruksi per
telepon melakukan hand over saat serah terima pasien, melakukan critical result
dalam waktu 30 menit dan menggunakan singkatan yang dibakukan.
Ruangan memiliki prosedur dalam komunikasi efektif secara lisan berdasarkan
surat keputusan direktur utama tentang sasaran keselamatan pasien No.2 tentang
peningkatan komunikasi.
c. Peningkatan keamanan obat (High alert medications)
Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang membutuhkan
perhatian (Improve the safety of High-Alert Medications) dengan cara tidak
menyimpan elektrolit konsentrasi tinggi diruang perawatan (termasuk potassium
chloride/KCL dan Sodium chloride/NaCl >0.9%)
Dari hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 1Maret 2019,
ruang kelas 1 memiliki kebijakan prosedur untuk mengatur identifikasi, lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat-obatan yang perlu diwaspadai. Prosedur
tersebut sudah diimplementasikan diruangan.
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur pembedahan (Ensure
Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery) dengan
cara:melakukansite marking, menggunakan dan melengkapi surgical checklist dan
melakukan time out.
e. Pengurangan risiko infeksi
Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru ini
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain dari WHO Patient Safety).
Dari hasil observasi di ruang perawatan kelas 1 didapatkan:
1) Setiap ruang perawatan terdapat handrub disamping pintu masuk ruangan
beserta prosedur cuci tangan.
2) Sebagian besar pasien dan keluarga tidak menggunakan masker.
3) Keluarga yang menjaga pasien bisa lebih dari 2 orang dan memenuhi ruang
perawatan. Beberapa keluarga pasien membentang alas tidur didalam ruang.
Beberapa keluarga pasien tidur bed pasien dan bed kosong serta meletakkan
pakaian di tempat tidur pasien.
4) Kesadaran untuk cuci tangan pada keluarga dan pengunjung masih kurang
ditandai dengan keluarga tidak mengetahui prosedur cuci tangan yang efektif.
5) Setiap sebelum melakukan tindakan ke pasien, petugas kesehatan melakukan
cuci tangan.
f. Pengurangan risiko pasien jatuh
Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh (Reduce the risk of patient harm
resulting from falls) dengan cara: melakukan pengkajian awal dan berkala
mengenai risiko pasien jatuh dan melakukan tindakan untuk mengurangi risiko
yang teridentifikasi.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 1 Maret 2019 kepada kepala
ruangan assesment risiko jatuh terdiri atas:
1) Memonitor pasien sejak masuk
2) Mengidentifikasi dengan ketat pasien yang mempunyai risiko jatuh yaitu
pasien dengan tanda/alert warna kuning pada gelang identitas pasien.
3) Memberitahukan keluarga mengenai kemungkinan risiko jatuh dan cara
pencegahannya.
4) Melaporkan peristiwa pasien jatuh ke Instalasi Rawat Inap setiap bulannya.
Dari 24 pasien didapatkan hasil sebanyak 82,5% puas dengan pelayanan yang
ada diruang rawat inap bangsal kelas 1, dan sebanyak 6% pasien kurang puas
dengan pelayanan di ruang rawat inap bangsal kelas 1.
3.4. Rencana Strategi
3.4.1. Analisa Swot Berdasarkan 5 M
NO 5M S W O T
1 Man 1. Kepala ruangan menerapkan a. Berdasarkan hasil wawancara 1. Adanya kesempatan untuk 1. Semakin tingginya
sistem perhitungan tenaga dengan kepala ruangan, melanjutkan pendidikan persaingan antar Rumah
keperawatan didapatkan bahwa tenaga keperawatan ke jenjang yang Sakit dalam memberikan
2. Rumah sakit raden mattaher keperawatan cukup diruang lebih tinggi untuk perawat pelayanan kesehatan.
jambi terakreditasi B kelas I diruang rawat inap kelas 1. 2. Semakin tingginya
paripurna b. Menurut perhitungan 2. Adanya perawat yang libur tuntutan terhadap tingkat
3. Terdapat jadwal dinas DEPKES seharusnya ruang dinas setelah dinas malam. pendidikan.
(pembagian jam kerja) terbagi Kelas I memiiki 17 tenaga 3. Adanya kebijakan 3. Adanya tuntutan tinggi
atas 3 shift (Pagi, sore dan perawat sedangkan di ruangan pemerintahan tentang dari masyarakat untuk
malam) berjumlah 29 perawat. profesionalisasi perawat . pelayanan yang lebih
4. Terdapat uraian tugas pada professional.
masing-masing tenaga
keperawatan (Kepala
Ruangan, perawat primer dan
perawat asociate)
5. Adanya mahasiswa Ners yang
praktek manajemen
keperawatan di ruang Kelas I
2 Matherial 1. Mempunyai sarana dan 1. Struktur organisasi tidak ada. 1. Adanya kesempatan untuk 1. Harga alat kesehatan yang
prasarana untuk pasien dan 2. Dikarenakan tidak ada ruang penggantian alat-alat yang cukup tinggi
tenaga kesehatan. edukasi maka, perawat masih tidak layak pakai. 2. Ada tuntutan tinggi dari
2. Terdapat administrasi melakukan edukasi di nurse 2. Adanya mahasiswa Profesi masyarakat untuk
penunjang (seperti: SOP, station Ners yang melakukan melengkapi sarana dan
lembar dokumentasi dan buku 3. Ruang ganti, istirahat & ruang praktik manajemen prasarana.
timbang terima). makan bergabung. keperawatan. 3. Masih ada fasilitas yang
3. Memiliki tempat pembuangan 4. Belum ada sarana ruang 3. Adanya dukungan dari rusak & belum diperbaiki
bahan habis pakai yang pendidikan bagi yang sedang kepala ruangan pada (bel kamar tidak
dipisahkan dengan sampah melakukan praktek mis untuk mahasiswa berfungsi).
lainnya. responsi, ujian dll. 4. Adanya hubungan yang baik
4. Tersedianya nurse station. antara mahasiswa dan
5. Tersedianya APD diruangan perawat ruangan kelas1
6. Tersedianya hand rub di setiap
bed pasien, ruang perawat dan
ruang periksa
7. Tersedianya tempat obat bagi
masing-masing pasien
8. Kursi roda ada 2 dengan
kondisi layak pakai.
9. Kulkas untuk membuat
kompres ada dan menyimpan
obat.
3 Methode 1. Menerapkan SP2KP. 1 Timbang terima dilakukan 1. Tuntutan dan tanggung jawab Tuntutan hukum jika
2. Operan dilakukan setiap shift kurang sesuai dengan SOP untuk peningkatan dokumentasi asuhan
3. Dokumentasi keperawatan timbang terima model profesionalisme keperawatan. keperawatan tidak lengkap.
dilakukan dalam bentuk SP2KP, dimana timbang 2. RSUD Raden Mattaher
SOAP terima yang dilakukan di sedang mempersiapkan untuk
4. Timbang terima dilakukan kelas satu LEBIH berfokus Akreditasi, kelengkapan
5. Sentralisasi obat sudah dalam menyampaikan dokumentasi asuhan
dilakukan dengan rapi dimana diagnose medis serta keperawatan memengaruhi
semua obat diatur oleh mengutamakan terapi medis akreditasi RS.
perawat dengan obat oral berupa farmakologi,intervensi 3. Belum adanya sistem Asuhan
dimasukan kedalam laci obat keperawatan yang Keperawatan Computerize
dan obat injeksi dimasukan disampaiakan dalam timbang
kedalam loker obat masing- terima tidak disampaikan
masing pasien sesuai dengan model SP2KP.
6. Disharge planning dilakukan 2 Post conference sering kali
pada setiap pasien saat pulang dilakukan antar katim dan
7. Supervisi dilakukan sesuai keseringan post conferece
dengan waktu yang sudah siang tidak diikuti oleh semua
dijadwalkan perawat palaksana
4 Money - - - -
5 Mutu 1. Rumah sakit mengadopsi 1 Perawat tidak melakukan 1. Adanya mahasiswa 1. Makin tingginya
pedoman hand hygiene salah satu momen cuci Profesi Ners yang kesadaran perawat,
terbaru yang diterima secara tangan, seperti 50% melakukan praktik keluarga pasien serta
umum berdasarkan WHO. perawat pelaksana jarang manajemen keperawatan. pasien tentang
2. Rumah sakit menerapkan mencuci tangan sebelum
program hand hygiene yang 2. Adanya kerja sama yang pentingnya kesehatan
melakukan tindakan
efektif baik antara mahasiswa untuk pencegahan
kepasien.
3. Terdapat SPO mencuci Keluarga dan pasien tidak
Ners dengan perawat penularan penyakit.
tangan. melakukan cuci tangan untuk ruangan.
mencegah penularan penyakit. 3. Adanya dukungan kepala
ruangan dan perawat
ruangan terhadap
mahasiswa
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan masalah manajemen keperawatan yang ditemukan di ruang Rawat Kelas 1
RSUD Raden Mattaher Jambi, mahasiswa memprioritaskan berdasarkan kepentingan dan
kemampuan mahasiswa untuk melakukan perubahan yang lebih baik terhadap masalah
tersebut. Adapun prioritas masalahnya adalah sebagai berikut :
No. MASALAH
MAN :
-
MATERIAL :
1. Tidak Adanya Papan Struktur / Bagan Organisasi Metode Tim.
2. Tidak adanya Visi Misi Rumah Sakit di Ruangan.
3. Kurangnya Alat set steril untuk pasien.
4. Label nama perawat di Bed pasien
5. Tidak berfungsinya bel diruangan pasien
METHODE :
1. Timbang Terima terlalu berfokus pada diagnosa dan intervensi medis, serta lebih
sedikit membahas intervensi keperawatan.
2. Post conference sering kali dilakukan antar katim dan keseringan post conferece siang
tidak diikuti oleh semua perawat palaksana
Money :
-
MUTU :
1. Perawat tidak melakukan salah satu momen cuci tangan, seperti 50% perawat
pelaksana jarang mencuci tangan sebelum melakukan tindakan kepasien.
2. Keluarga dan pasien tidak melakukan cuci tangan untuk mencegah penularan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Siregar, Charles JP. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Persiapan. Cetakan I. Jakarta:
EGC.
Nursalam. 2011.Manajemen Keperawatan: Aplikasi Praktik Keperawatan Profesional.
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Bauk, Ikram, Abd Rahman Kadir, and Ariyanti Saleh. Hubungan Karakteristik Pasien
Dengan Kualitas Pelayanan: Persepsi Pasien Pelayanan Rawat Inap RSUD
Majene Tahun 2013. Jurnal Passcasarjana Universitas Hasanuddin 2013.
Oroh, Merryani E., Sefti Rompas, and Linnie Pondaag. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan keperawatan di
ruang interna RSUD Noongan." Jurnal Keperawatan 2.2 (2014).
Mogopa, Cindy Putriyani, Linnie Pondaag, And Rivelino Hamel. Hubungan Penerapan
Metode Tim Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Irina C Rsup Prof. Dr. Rd
Kandou Manado. Jurnal Keperawatan 5.1:2017.
Muniroh, Septi Naim. Hubungan Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang
Dengan Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di
Rsud Sunan Kalijaga Demak. Diss. Fakultas Ilmu Keperawatan Unissula, 2015.