Anda di halaman 1dari 129

LAPORAN KAJIAN SITUASI MANAJEMEN

KEPERAWATAN DI RUANG PICU RSUD dr. SOEKARDJO


KOTA TASIKMALAYA

Laporan ini dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


dalam Praktik Program Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh :
Mahasiswa Profesi Ners XVIII

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVIII


STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2022/2023
DAFTAR MAHASISWA

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVIII

No. Nama Nomor Induk


Mahasiswa
1 Tika Apriliani, S.Kep 4012230001
2 Dila Shintia Dewi, S.Kep 4012230002
3 Elma Oktria Khairunnisa, S.Kep 4012230003
4 Leni Nuraeni, S.Kep 4012230004
5 Anti Pitriaeni, S.Kep 4012230005
6 Samantri, S.Kep 4012230006
7 Gina Shentia, S.Kep 4012230007
8 Dini Indriyani, S.Kep 4012230010
9 Retno Wulandari, S.Kep 4012230011
10 Nadia Dwi Ningtiyas, S.Kep 4012230012
11 Dina Herlina, S.Kep 4012230013
12 Tia Fitriani, S.Kep 4012230014
13 Nunik Saadatul Kamilah, S.Kep 4012230016
14 Elia Firdaus, S.Kep 4012230017
15 Putri Rahayu Fourina, S.Kep 4012230021
16 Dian Danu Wijaya, S.Kep 4012230015
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang

berjudul “Laporan Kajian Situasi Manajemen Keperawatan di Ruang PICU

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari

penulisan laporan ini adalah untuk menerapkan konsep dan prinsip manajemen

keperawatan pada unit layanan kesehatan secara nyata dalam upaya meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga

laporan ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Dr. H. Herman Sutrisno, dr., MM.Kes., selaku Pendiri Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar

2. Dr. Ade Setiana, Drs., M.Pd., selaku Ketua Yayasan Banjar Mandiri

3. Dr. H. Oman Rokhman, S.Sos., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Bina Putera Banjar

4. Fenty Rosmala, SP., M.Pd., selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar

5. H. Rachwan, Drs., M.Si., selaku Wakil Ketua II Bidang Keuangan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar


6. Aneng Yuningsih., S.Kep., Ners., M.Kep., selaku Wakil Ketua III Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar

7. Yayi Siti Khaeriyah, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Program S1 Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar sekaligus

pembimbing akademik

8. H. Aa Ahmad Suhendar., M.Kep., Ners selaku pembimbing akademik

9. selaku CI Stase Manajemen Keperawatan

10. Kepala Ruangan dan Staf di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo

Tasikmalaya

11. Dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang

turut berperan membantu dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan laporan ini sebaik mungkin,

penulis menyadari bahwa laporan ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini berguna bagi para

pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Tasikmalaya, Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
DAFTAR BAGAN ..............................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Tujuan Praktik ........................................................................................
1.3 Manfaat Penulisan dan Tempat Pelaksanaan .........................................
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ...........................................................
BAB II KONSEP TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN ......................
2.1 Manajemen Keperawatan .......................................................................
2.2 Fungsi Manajemen .................................................................................
2.3 Standar Asuhan Keperawatan ................................................................
2.4 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ..............................................
2.5 Model Asuhan Keperawatan ..................................................................
2.6 Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat ................................
BAB III HASIL KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN RUANGAN .....
3.1 Profil/Gambaran Umum Ruang PICU ...................................................
3.2 Unsur Input/Masukan .............................................................................
3.3 Unsur Proses ...........................................................................................
3.4 Unsur Output/Keluaran ..........................................................................
BAB IV ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN .......................................
4.1 Analisa Data ...........................................................................................
4.2 Perencanaan ............................................................................................
BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ..................................................
5.1 Pelaksanaan ............................................................................................
5.2 Evaluasi ..................................................................................................
5.3 Faktor Kesulitan dan Pendukung ...........................................................
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
6.1 Kesimpulan .............................................................................................
6.2 Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem


pelayanan kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks
jumlah biaya yang dikeluarkan, dimana sebagian besar dana kesehatan
terserap dalam sektor pengelolaan rumah sakit baik di Negara maju maupun
di Negara berkembang. Pelayanan medik dan perawatan merupakan sub
sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan yang
diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat
individual (Depkes, 2002).
Menurut Nursalam (2011) pelayanan keperawatan memiliki kontribusi
sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit untuk melakukan evaluasi atas
pelayanan yang telah diberikan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh tim
multidisiplin termasuk tim keperawatan. Menyelenggarakan pengobatan dan
pemulihan kehesatan sesuai standar kesehatan rumah sakit adalah salah satu
fungsi rumah sakit (UU RI no. 44 Tahun 2009).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah
sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau mengembangkan
ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi
tenaga perawat yang professional. Pengembangan dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam
proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan
terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh
masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistem
pelayanan kesehatan. Oleh karena alasan-alasan di atas maka pelayanan
keperawatan harus dikelola secara professional, karena itu perlu adanya
Manajemen Keperawatan (Priharjo, 2005).
Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen
keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses
keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam
proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep
dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri (Gillies, 2002).
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh Mahasiswa
Profesi Ners STIKes Bina Putera Banjar yang sedang berpraktek manajemen
keperawatan di ruangan PICU RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya,
ditemukan data bahwa pengelolaan manajemen pelayanan dan manajemen
asuhan keperawatan sudah cukup baik, namun masih ada yang tidak sesuai
dengan proses penerapan manajemen yang benar. Hal ini dapat dilihat mulai
dari proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
kepegawaian (staffing), pengarahan (directing), dan pengawasan
(controlling).
Selain itu, masih ada masalah manajemen keperawatan yang ditemukan
di ruangan ini antara lain masalah kekurangan alat logistik, sehingga hal ini
dapat menghambat kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Tapi hal ini sudah direkomendasikan ruangan kepada pihak Rumah Sakit.
1.2 Tujuan Praktik
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip manajemen
keperawatan pada unit layanan kesehatan secara nyata dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan menerapkan
kriteria kepemimpinan secara professional dengan pengintegrasian
kemampuan kepemimpinan secara efektif di ruangan PICU RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
1.2.2. Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan
mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip
manajemen keperawatan yang terdapat di ruangan PICU RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik
manajemen pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
c. Mengaplikasikan model keperawatan modular dengan cara bermain
peran (Role play) di salah satu ruangan di ruangan PICU RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
d. Memudahkan perawat yang ada di ruangan PICU RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya dalam mengatasi masalah yang terkait
dengan manajemen keperawatan dengan metode 5M (Man,
Methode, Material, Money, dan Mecine) yang dipaparkan dalam
analisa SWOT.

1.3 Manfaat Penulisan dan Tempat Pelaksanaan

Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini diharapkan


akan memberikan manfaat kepada ;
1.3.1 Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip
manajemen keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal
penerapan manajemen keperawatan.
1.3.2 Perawat
a. Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek
berlangsung di ruangan PICU RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya.
b. Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen
pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan melalui bermain
peran oleh mahasiswa (role play) dan penyegaran yang diberikan
sesuai dengan masalah yang ditemukan.
1.3.3 Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai
bahan masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu
manajerial pelayanan rumah sakit.

1.4 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


1.4.1 Waktu
Praktek stase manajemen program profesi ners STIKes Bina Putera
Banjar dilakukan pada tanggal 16 Januari – 04 Februari 2023.
1.4.2 Tempat
Pengkajian manajeman dilakukan diruangan PICU RSUD dr
Soekahardjo Kota Tasikmalaya.
BAB II
KONSEP TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN

2.1 Manajemen Keperawatan


Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka
diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui
tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan
sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff
keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 2002).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional
yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien
melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan
Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol
pelayanan tersebut.
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga
prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
manajerial.
Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada
dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada
satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen
keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok.
2.2 Fungsi Manajemen
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama
yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing
(kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).
2.2.1 Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting
dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-
fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (2004) fungsi
perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara
keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan
akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan
kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap
proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000)
mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai
proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan
di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
- Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
- Membantu dalam koping dengan situasi kritis
- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai.
- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c. Jenis Perencanaan
- Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk
melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang
dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
- Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan
prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu
pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan
juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian
yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap
adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam
kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard
prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali
pakai terdiri dari program dan proyek.
d. Manfaat Perencanaan
- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
- Memudahkan kordinasi
- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
- Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
- Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
- Memodifikasi gaya manajemen
- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil
2.2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam
rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat
untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Muninjaya, 2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang
sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi
wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi
dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan
serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
- Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
- Pendelegasian wewenang.
- Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan.
- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
- Mendelegasikan wewenang.
2.2.3 Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang
teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk
menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam
situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat
kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk
studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana
penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK).
SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien,
karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf
dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus
tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan
pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff
harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya
dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana.
Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh
derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung,
juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan
medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan
lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan
jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel
perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi
divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui
untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis
dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur
organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis,
pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah
prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas,
dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan
sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan
jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus
merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat
distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat
pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada
siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan
shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.
2.2.4 Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual
yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan
untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk
tujuan perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok
terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner
dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai
suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu
(pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil
tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif
harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa
macam gaya kepemimpinan yaitu :
 Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih
cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada
memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung
menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis
dan menghilangkan inisiatif.
 Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses
pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan
menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja
kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas
dan kepuasan kerja.
 Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh,
dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin
tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan
menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan
produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan
kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para
pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga
perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat
keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
2.2.5 Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling)
merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki
kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi
yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan,
yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar
dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa
segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati,
instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah
diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut :
- Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan
hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
- Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
- Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
- Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan
telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
- Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
- Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
- Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
- Harus memandang ke depan
- Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
- Harus objektif
- Harus fleksibel
- Harus menunjukkan pola organisasi
- Harus ekonomis
- Harus mudah dimengerti
- Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap
tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit
bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek
termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta
pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control
ditujukan untuk perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji
pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan
prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan,
catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara
relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam
keperawatan.
- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran
kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat
dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :
- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.
- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.

2.3 Standar Asuhan Keperawatan


Standar merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan
sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard
memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para
ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang terpengaruh
olehnya.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan
lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan
wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan
berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres,
Peraturan Pemerintah.
Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat
dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan
yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi:
standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan, standard
pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus
melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan
keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:
Standard 1: Falsafah keperawatan
Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan
Standard 3: Pengkajian Keperawatan
Standard 4 : Diagnosa Keperawatan
Standard 5 : Perencanaan Keperawatan
Standard 6 : Intervensi Keperawatan
Standard 7 : Evaluasi Keperawatan
Standard 8 : Catatan Asuhan Keperawatan
Standar kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan
kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien.
Standard membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis,
pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel,
kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak
jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak
diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif,
kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu
pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat
mengembangkan kerja sama dengan perawat-perawat klinik, kriteria
keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses
keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan
sebagai proses asuhan keperawatan.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien
digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik
keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2010) yang mengacu dalam tahapan
proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa
keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.
Standar I : Pengkajian Keperawatan
Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh,
dikomunikasikan, dan dicatat.
Kriteria Pengkajian meliputi :
- Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang
- Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
- Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :
- Status kesehatan pasien masa lalu
- Status kesehatan pasien saat ini
- Status biologis-psikologis-sosial-spritual
- Respon terhadap terapi
- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
Standar II : Diagnosa Keperawatan
Adapun kriteria proses :
- Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi
masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
- Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan
tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
- Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
- Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
terbaru.
Standar III : Intervensi Keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.
Kriteria proses, meliputi :
- Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan
- Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan
- Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien
- Mendokumentasikan rencana keperawatan
Standar IV : Implementasi Keperawatan
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam proses Asuhan Keperawatan.
Kriteria proses, meliputi :
- Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai
konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi
lingkungan yang digunakan
- Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon pasien.
Standar V : Evaluasi Keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan
perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya adalah:
- Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
- Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah
pencapaian tujuan
- Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat
- Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi
perencanaan keperawatan
- Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
- Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan
keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.
2.4 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu
kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1998). Dokumentasi
keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan
hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan
kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Fisbach,
1991 dalam Tyo, 2009).
2.4.1 Tujuan Dokumentesi Keperawatan
Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut (Potter, 1989 dalam
Tyo, 2009) :
- Alat komunikasi anggota tim
- Biling keuangan
- Bahan pendidikan
- Sumber data dalam menyusun NCP
- Audit keperawatan
- Dokumen yang legal
- Informasi statistik
- Bahan penelitian
2.4.2 Makna Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila
dilihat dari berbagai aspek yaitu :
- Hukum :
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan
dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah
yang berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat
sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka
dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut
dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu
data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan
ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlu
dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam, 2001).
- Jaminan mutu (Kualitas pelayanan) :
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan
memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan
masalah pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan
pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat
diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini
membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalam,
2001).
- Komunikasi :
Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam
terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau
tenaga kesehatan lain akan dapat melihat catatan yang ada dan
sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam
memberikan Asuhan Keperawatan (Nursalam, 2001).
- Keuangan :
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan
keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat
dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau
pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi pasien
(Nursalam,2001).
- Pendidikan :
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang
dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi
siswa atau profesi keperawatan (Nursalam,2001).
- Penelitian :
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data
yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat
dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi
keperawatan. (Nursalam, 2001).
- Akreditasi :
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh
mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan
Keperawatan kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil
kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan
yang diberikan, pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini
selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu
perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi
(Nursalam, 2001).
Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Tyo,
2009):
a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian
pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan
keperawatan
b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya
tentang informasi/data yang penting tentang keadaannya
c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat
d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran
perawat, dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari
respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian
sampai evaluasi
e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai
berikut : adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah
baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat
f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu
/Pasien adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang
berbeda.
g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari
setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan
institut setempat
h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan
jangan menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus.
i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah
tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda
tangani.
j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda
tangan dan nama jelas penulis
k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang
lain sebelum menulis data terakhir.
l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.
2.4.3 Proses dokumentasi keperawatan
Proses dokumentasi keperawatan mencakup:
a. Pengkajian
- Mengumpulkan Data
- Validasi data
- Organisasi data
- Mencatat data
b. Diagnosa Keperawatan
- Analisa data
- Identifikasdi masdalah
- Formulasi diagnosa
c. Perencanaan / Intervensi
- Prioritas Masalah
- Menentukan tujuan
- Memilih strategi keperawatan
- Mengembangkan rencana keperawatan
d. Pelaksanaan/implementasi
- Melaksanakan intervensi keperawatan
- Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan
tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor
berapa yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis
intervensi keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan
dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan
intervensi.
- Memberikan laporan secara verbal
- Mempertahankan rencana asuhan
e. Evaluasi
- Mengidentifikasikan kriteria hasil
- Mengevaluasi pencapaian tujuan
- Memodifikasi rencana keperawatan
2.4.4 Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi
Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi antara lain:
a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah
dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk :
- Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan,
yang seharusnya tidak perlu terjadi
Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat
sehingga diberikan obat kembali
- Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa
yang secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana
hubungannya dengan standar yang telah dibuat
- Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan
keperawatan yang sudah diberikan (evaluasi klinis)
b. Menjadi dasar penentuan tugas
Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan
keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam
menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift
jaga
c. Memperkuat pelayanan keperawatan
Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada
dokumen-dokumen yang ada.
- Dokumen tentang kondisi klien
- Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien
- Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan
d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan
Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan
membantu perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.
2.5 Model Asuhan Keperawatan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5
metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan
terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai
meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode
tim-primer.
2.5.1 Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan
efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik.
Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan
keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
(misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan
kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada
tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

Kepala
Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat:


Perawat :
Merawat luka Pengobatan Merawat luka
Pengobatan

Pasien/klien

Bagan 2.1 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

2.5.2 Metode Tim


Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang
terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan
pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi
antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama
dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang
sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam
metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi
yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim
harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil
bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media
untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.
Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan
asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing
anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan
keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan
keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih
baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat
menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Bagan 2.2 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing


2.5.3 Metode primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab


penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab
dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif,
perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,
dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa
dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat
primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap
kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan
keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan
keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga
kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan
tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan,
proteksi, informasi, dan advokasi.
Dokter Kepala Sarana RS
Ruangan

Perawat Primer
Pasien / Klien

Perawat Perawat Perawat


pelaksana pelaksana pelaksana jika
evening night diperlukan
days
Bagan 2.3 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

2.5.4 Metode kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan


pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso,
intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per
kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.

Bagan 2.4 Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing


2.5.5 Modifikasi : MAKP Tim-Primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua


sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :
a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan
atau setara.
b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan DIII Keperawatan dan S1
Keperawatan+Ners, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.

2.6 Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat


a. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan
bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.
b. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan
PA.
c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
d. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan
melakukan penelitian.
f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan
keperawatan .
g. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi
tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi
tentang implementasi MPKP
h. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan
memberikan masukan untuk perbaikan.
i. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil
evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.
g. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Group
Kedudukan :
Perawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat professional dalam
melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.
Tugas Pokok :
Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar
profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan secara
efisien dan efektif.
Uraian Tugas :
1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim
(group petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga,
logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan
pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru
mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas
cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib
ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan
pengunjung ruangan.
11. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
12. Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga
keperawatan
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan
lingkungan.
h. Tugas Dan Tanggung Jawab CI
Uraian tugas :
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik
2. Melakukan pre conference.
3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis
pasien
4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi
terapeutik
5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan
keperawatan
6. Melakukan bedside teaching
7. Melakukan ronde keperawatan
8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam situasi tertentu
9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta
didik dalam melakukan asuhan keperawatan selama dinas.
10. Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di
suatu ruangan
11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat
apabila peserta didik tidak hadir memberi bimbingan peserta didik
sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam hal : melaksanakan
asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan
membimbing pembuatan laporan kasus.
12. Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore
dan malam.
i. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana
Uraian tugas :
1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas
ganti) mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistic
keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan
penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter
7. Membantu pelaksanaaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru
mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan
penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas
cleaning service dan peserta didik
11. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan
12. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan
13. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan
14. Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga
dan lingkungannya.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota
keluarga/keluarga.
BAB III

HASIL KAJIAN SITUASIONAL MANAJEMEN RUANGAN

3.1 Profil/Gambaran Umum Ruang PICU


1. Gambaran Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Ruang PICU adalah ruang rawat inap intensif untuk pasien anak-
anak dari usia 28 hari sampai 18 tahun dengan kapasitas 5 tempat tidur.
Ruang ini digunakan sebagai ruang rawat inap anak yang memberikan
pelayanan dengan kasus intensif yang membutuhkn perawatan total care,
parsial care maupun minimal care. Kapasitas Ruang PICU adalah 8 tempat
tidur dengan 5 bed utama, 2 bed isolasi, dan 1 bed emergency.
Ruang PICU mempunyai 1 Nurse station untuk tempat perawat,
terdapat 2 kamar mandi yang terdiri dari 1 kamar mandi perawat dan 1
kamar mandi mahasiswa. Di ruangan PICU terdapat 1 tempat cuci tangan
(washtafel) yang terletak didekat pintu masuk ruangan, 1 ruang karu
merangkap ruang dokter, 1 ruang TU merangkap ruang mahasiswa, 1
daput merangkap dirty room, 1 ruang linen dan alat kesehatan, 1 ruang
istirahat perawat.
Gambar 3. Denah Ruang PICU

R. dokter + Kamar Ruang


Kamar 1 Kamar 2
Karu 3 Perawat

Nurse
station

WC
Karyawan

Ruang TU
Ruang
+ Kamar 4 Kamar 5 Dapur WC
laken
mahasiswa Mahasiswa
2. Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi
“Menjadi Rumah Sakit Umum Pendidikan Dengan Pelayanan
Prima”
Penjelasan Visi : Arti dari Rumah Sakit Pendidikan yaitu Rumah Sakit
yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan
pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang kedokteran dan atau
kedokteran gigi pendidikan berkelanjutan dan pendidikan kesehatan
lainnya secara multiprofesi. Sementara Prima diharapkan memberikan
Pelayanan yang memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan harapan
dan kepuasan pelanggan.

Misi
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tasikmalaya memastikan agar visi
masa depan sesuai dan selaras dengan perubahan yang harus dilakukan,
sehingga organisasi akan efektif dan efisien dalam pencapaian misi. Misi
merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar
tujuan organisasi pada RSUD Kota Tasikmalaya dapat terlaksana dan
berhasil dengan baik, berikut rumusan misi RSUD Kota Tasikmalaya :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu


dengan mengutamakan keselamatan pasien.
Misi ini mempunyai pengertian bahwa yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative sesuai dengan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 1
Poin 3 Tentang Rumah Sakit.

2. Melaksanakan pelayanan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan


Makna dari misi ini adalah dalam bidang pelayanan RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya yang paling menonjol dan cepat dirasakan
oleh orang yang menerima layanan adalah keterampilan pelaksananya
karena dengan keterampilan dan kemampuan yang memadai, maka
pelaksanaan tugas dapat dilakukan dengan baik, cepat dan memenuhi
keinginan semua pihak termasuk masyarakat/publik.

3. Menyelenggarakan kegiatan manajemen RS secara profesional ,


efektif dan efisien.
Misi ini memberikan makna bahwa dalam penerapannya,
manajemen di rumah sakit dapat dilihat dari fungsi perencanaan rumah
sakit dan fungsi pergerakan dan pelaksanaan rumah sakit dengan
demikian efektivitas dan efisiensi merupakan konsep yang sangat
penting dalam teori organisasi, karena mampu memberikan gambaran
mengenai keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran atau
tujuannya.

3. Struktur Organisasi Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya

Kepala Ruangan

Wakil Kepala
Ruangan

Prawat Primer
Penanggung Jawab
Tata Usaha
Perawat Asociate 1 Perawat Asociate 2
Warois
Perawat Asociate 1 Perawat Asociate 2
Cleaning Service
Perawat Asociate 1 Perawat Asociate 2

Perawat Asociate 1 Perawat Asociate 2

Perawat Asociate 1 Perawat Asociate 2

Penanggung Jawab Pelaksana Bimbingan


Inventaris Mahasiswa
Penanggung Jawab
Obat Pelaksana K3
Pelaksana Perawatan

Pelaksana Rujukan Pelaksana Gizi


3.2 Unsur Input/Masukan
3.2.1 Man
1. Distribusi Perawat berdasarkan Kuantitas

Pedoman cara penghitungan tenaga keperawatan menurut


Direktorat Pelayanan Keperawatan Dirjen Yan-med depkes RI (2005)
adalah dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing masing
rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja
sebagai berikut : rawat inap dewasa, anak/perinatal, intensiv, kamar
bersalin, kamar operasi. Model dalam pendekatan perhitungan
perhitungan perawat dapat di klasifikasikan dari : rata rata jumlah
klien/hari, jam perawatan yang diperlukan/hari/klien, jam perawatan
yang diperlukan /ruangan/hari, jam kerja efektif setiap hari.
Selain perhitungan menurut Depkes RI (2005) ada pula
perhitungan jumlah tenaga perawat menurut douglas yaitu dengan
melihat ketergantungan klien pada perawat maka dapat di
klisifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu kategori I (safe care/perawatan
mandiri) yaitu kegiatan sehari-hari dapat dilakukan secara mandiri,
penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, klien
memerlukan orientasi waktu, tindakan pengobatan biasanya ringan dan
sederhana. Kategori II (intermediate care/perawatan sedang) kegiatan
kebutuhan sehari-hari di bantu, penampilan klien sakit sedang.
Kategori III (intensive care/perawatan total) kebutuhan sehari hari
tidak dapat dilaksanakan sendiri, semua dibantu oleh perawat dan
keluarga.
Tabel 3. 1
Data Perawat di Ruang PICU Periode 3 Bulan Terakhir Tahun 2022
Jenis Status Sertifikat/
No. Jabatan PK
kelamin Ketenagaan Pelatihan
1. Kepala Ruangan P PNS Pelatihan PK 3
Intensive RS
Thamrin
Jakarta
2. Wakil Kepala P PNS Pelatihan PK 3
ruangan intensive
Dewasa RS
Thamrim
Internasional
Jakarta
Pusat
3. Pelaksanaan Katim P PNS IHT PPI PK 3
4. Pelaksana Katim P PNS PK 3
5. Pelaksana P PNS BBLR PK 2
Imunisasi
Hipperci
6. Pelaksana P PNS PK 2
7. Pelaksana P PNS IHT PPI PK 2
Resusitasi
Neonatus
Perawatan
BBLR
8. Pelaksana P PNS PK1
9. Pelaksana P PNS PK1
10. Pelaksana P PNS IHT PPI PK1
11. Pelaksana L P3K PK 3
12. Pelaksana P PTT PK 1
13. Pelaksana L PNS PK2
14. Pelaksana L NON PNS In Haouse PK 1
Training
15. Pelaksana P PTT PK 2
16. Pelaksana P NON PNS PC PK 2
Jumlah 16
Sumber : Data Sekunder (Kuisioner), 2023
Berdasarkan hasil data pengkajian pada tanggal 16-18 Januari
2023 di ruangan PICU didapatkan jumlah tenaga perawat sebanyak
16 orang. Dengan perincian 1 orang kepala ruangan, 1 orang wakil
kepala ruangan, 2 orang katim, serta 12 perawat pelaksana. Dari 12
orang tenaga perawat yang ada, dalam pelaksaannnya dibagi 2 tim dan
dibagi 3 shift jaga yaitu :
 Shift pagi : 07.00-14.00 ( 4 orang )
 Shift sore : 14.00-21.00 ( 2 orang )
 Shift malam : 21.00-07.00 ( 2 orang )
Dalam daftar dinas Ruang PICU terbagi menjadi 2 tim dan 2 PJ
shift. Tim 1 terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim 6 orang, Tim 2
terdiri 1 Katim 1 orang dan anggota tim 6 orang. Dan pada setiap shift
terdapat 1 PJ shift dan perawat pelaksana. Jumlah tempat tidur
diruangan PICU berjumlah 5 tempat tidur. Pendekatan dalam
perhitungan kebutuhan tenaga perawat di ruang PICU adalah sebagai
berikut :
Jumlah pasien yang digunakan dalam perhitungan rumus ini
berdasarkan pengkajian pada tanggal 16-18 Januari 2023 adalah
sebagai berikut :

Jumlah perawatan/hari = jumlah klien x rata-rata perawatan

Kebutuhan tenaga = Jumlah jam perawatan diruangan/hari


Jam efektif perawat

Jumlah perawatan/hari = jumlah klien x rata-rata perawatan


=3x7
= 21 jam

Kebutuhan tenaga = Jumlah jam perawatan diruangan/hari


Jam efektif perawat
= 21 : 7
= 3 orang

Loss day = (jumlah hari minggu dalam 3 bulan + cuti + hari besar)
x kebutuhan tenaga kerja dibagi jumlah hari kerja
efektif/bulan
= 13 + 3 + 2 x 3
25
= 2,16 hari jadi 2 hari

Non nursing job = Jml tenaga keperawatan + lossday x 25


100
= (12+2) x 25
100
= 3,5
Faktor koreksi = loss day + non nursing job
=2+4
=6

Jml keb. tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi


=3+6
= 9 orang

Tabel 3. 2
Rumus kebutuhan tenaga perawat berdasarkan teori Douglas
Shift Dinas
Klasifikasi Total
Pagi Siang Malam
Minimal care 0,17 x p 0,14 x p 0,07 x p
Parsial care 0,27 x p 0,59 x p 0,10 x p
Total care 0,36 x p 0,30 x p 0,20 x p
Jumlah
Sumber : observasi mahasiswa profesi ners 2023
Keterangan :
P = jumlah pasien

Dari hasil pengkajian tanggal 16-18 Januari 2023 diruang PICU


tingkat ketergantungan berdasarkan teori Douglas adalah sebagai
berikut :
Tabel 3. 3
Kebutuhan Perawat di Ruang PICU Berdasarkan Klasifikasi
Derajat Ketergantungan Pasien menurut Douglas Periode 16-18
Januari 2023
Tingkat Ketergantungan
Tanggal Pasien
Minimal care Parsial care Total care
16 Januari 2023 2 orang 0 0 2
17 Januari 2023 4 orang 0 0 4
18 Januari 2023 5 orang 0 0 5
Total 11 orang 0 0 11
Rata-rata 3,6 0 0 3,6
Sumber : observasi mahasiswa profesi ners 2023
Dari data tabel 3.3 Tingkat ketergantungan pasien dibagi
menjadi 3 yaitu minimal care, parsial care dan total care. Berdasarkan
data observasi yang dilakukan selama 3 hari dari 16-18 januari 2023
terdapat 0 pasien minimal care, 0 pasien parsial care dan 11 pasien
total care. Jadi, semua pasien dalam 3 hari pengkajian termasuk pada
total care.
Tabel 3.4
Perhitungan Tenaga Perawat Menurut Douglas di Ruang PICU
Periode 16-18 Januari 2023

Shift Dinas
Klasifikasi Total
Pagi Sore Malam
Minimal care 0,17x0= 0 0,27x0=0 0,07x0=0 0
Persial care 0,27x0= 0 0,15x0=0 0,10x0=0 0
Total care 0,36x11= 3,96 0,30x11=3,3 0,20x11=2,2 9,46
Jumlah 3,96 3,3 2,2 10
Sumber : observasi mahasiswa profesi ners 2023

Menurut perhitungan Douglas, jumlah perawat yang dibutuhkan


sesuai dengan ketergantungan pasien selama 3 hari pengkajian di
ruangan PICU adalah 10 orang. Dari tabel diatas terlihat perawat
yang dibutuhkan pada shift yaitu 4 orang, jumlah perawat yang
dibutuhkan pasa shift siang 4 orang, dan jumlah perawat yang
dibutuhkan pada shift malam yaitu 2 orang.
Tabel 3. 5
Perhitungan tenaga perawat di ruang PICU periode 16-18 Januari
2023
Rumus Jumlah Jumlah tenaga Keterangan
perawat di perawat yang
ruangan dibutuhkan
Depkes RI 16 9 Lebih 7
Douglas 16 10 Lebih 6
Sumber : observasi mahasiswa profesi ners 2023

Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 16-18 Januari 2023


dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah perawat di ruang PICU
terdapat kelebihan tenaga perawat. Dari perhitungan Depkes RI
didapatkan hasil bahwa perawat yang dibutuhkan yaitu 9 orang dan
jumlah perawat diruangan sebanyak 12 orang sehingga disimpulkan
terdapat kelebihan tenaga sebanyak 3 orang, sedangkan menurut
Douglas jumlah perawat yang dibutuhkan yaitu 10 orang dan jumlah
perawat di ruangan 12 orang, sehingga dapat disimpulkan terdapat
kelebihan perawat sebanyak 2 orang.
2. Distribusi Perawat berdasarkan Kualitatif
 Karakteristik Perawat berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3.6
Data Perawat menurut tingkat pendidikan di ruang PICU RSUD dr.
Soekardjo
No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. DIII Keperawatan 11 68,75
2. S1 Keperawatn+Ners 5 31,25
Jumlah 16 100
Sumber : Data Sekunder (Kuisioner), 2023
Dari tabel 3.6 didapatkan hasil bahwa jumlah perawat
berdasarkan tingkat pendidikan dalam 3 bulan terakhir di ruang
PICU yaitu 11 (68,75%) perawat berpendidikan DIII
Keperawatan dan profesi ners sebanyak 5 (31,25%). Sehingga
perawat di ruang PICU mayoritas berpendidikan DIII
Keperawatan.
 Karakteristik Perawat berdasarkan Sertifikat/Pelatihan PICU/NICU
Tabel 3.7
Data Perawat menurut Pelatihan PICU/NICU di ruang PICU
RSUD dr. Soekardjo
No. Pelatihan Jumlah Persentase (%)
1. Sudah Bersertifikat 2 12,5
PICU/PICU
2. Belum Bersertifikat 14 87,5
Jumlah 16 100
Sumber : Data Sekunder (Kuisioner), 2023
Dari tabel 3.7 didapatkan hasil bahwa perawat berdasarkan
sertifikat/pelatihan PICU/NICU dalam 3 bulan terakhir di ruang
PICU yaitu perawat yang sudah bersertifikat PICU/NICU
sebanyak 2 orang (12,5%) dan sebanyak 14 (87,5%) belum
bersertifikat. Sedangkan standar perawat yang harus bersertifikat
PICU/NICU menurut Depkes 2012 60%. Sehingga dapat
disimpulkan ruang PICU RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya
masih kekurangan perawat yang bersertifikat PICU.

 Karakteristik Perawat menurut Status Kepegawaian


Tabel 3.8
Data Perawat menurut Status Kepegawaian PICU
RSUD dr. Soekardjo
No. Status Kepegawaian Jumlah Persentase (%)
1. ASN (PNS & P3K) 12 75
2. NON ASN (PTT & NON 4 25
PNS)
Jumlah 16 100
Data Sekunder (Kuisioner), 2023

Dari tabel 3.8 Dapat dilihat bahwa status kepegawaian


dibagi menjadi 2 yaitu ASN dan Non ASN. Sebanyak 12 (75%)
perawat dengan status kepegawaian ASN yang terdiri dari PNS
dan P3K dan 4 (25%) perawat dengan status kepegawaian non
ASN yang terdiri dari PNS dan P3K.
 Karakteristik Perawat berdasarkan Perawat Klinik (PK)
Tabel 3.9
Data Perawat menurut Perawat Klinik (PK)
PICU RSUD dr. Soekardjo
No. Status Kepegawaian Jumlah Persentase (%)
1. PK 1 5 31,25
2. PK 2 6 37,5
3. PK 3 5 31,25
Jumlah 16 100
Data Sekunder (Kuisioner), 2023

Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa perawat klinik (PK) yang
terdapat di ruang PICU yaitu PK 1, PK 2 dan PK 3. Sebanyak 6
(37,5%) perawat dengan jenjang karir professional PK 2, 5
(31,35%) perwat klinik 1 dan 5 (31,35%) perwat klinik 2.
3. Pasien
Ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit) adalah ruang
perawatan intensif untuk bayi (sampai usia 28 hari) dan anak-anak
sampai dengan usia 18 tahun yang memerlukan pengobatan dan
perawatan khusus, yang terdiri dari ruang kelas 2 dan kelas 3 dengan
kapasitas 5 tempat tidur.
a. Kujungan Pasien di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo
Berdasarkan buku registrasi pasien di ruang PICU dari bulan
Oktober sampai bulan Desember 2022 didapatkan bahwa pasien
yang pernah dirawat sebanyak 70 pasien dengan rincian setiap
bulan sebagai berikut :
Tabel 3.10
Data Jumlah Pasien yang dirawat di Ruang PICU Periode 3 Bulan
Terakhir Tahun 2022
No. Bulan Jumlah pasien Persentase (%)
1 Oktober 21 30%
2 November 24 34,3%
3 Desember 25 35,7%
Jumlah 70 100%
Sumber : Data Sekunder (Buku Register), 2022
Berdasarkan tabel 3.10 dapat disimpulkan bahwa jumlah
kunjungan pasien yang di rawat di ruang PICU pada bulan Oktober
yaitu 21 pasien (30%), pada bulan November yaitu 24 pasien
(34,3%) dan pada bulan Desember sebanyak 25 pasien (35,7%).
Sehingga total pasien pada periode 3 bulan terakhir sebanyak 70
pasien. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pasien
terbanyak yaitu terdapat pada bulan Desember sebanyak 25 pasien
dan jumlah pasien paling sedikit yaitu terdapat pada bulan Oktober
sebanyak 21 pasien.
b. Jumlah pasien berdasarkan jenis jaminan di Ruang PICU
RSUD dr. Soekardjo.
Tabel 3.11
Data Jumlah Pasien berdasarkan jenis jaminan kesehatan di
Ruang PICU Periode 3 Bulan Terakhir Tahun 2022
Jumlah Jenis jaminan
No Bulan %
pasien BPJS % Umum % Jamkesda
1 Oktober 21 17 34 4 20 1 14,3
2 November 24 16 32 8 40 4 57,1
3 Desember 25 17 34 8 40 2 28,6
Jumlah 70 50 100 20 100 7 100
Sumber : Data Sekunder (Buku Register), 2022
Berdasarkan tabel 3.11 dapat disimpulkan bahwa jaminan
kesehatan di ruang PICU yang digunakan yaitu umum, BPJS dan
Jamkesda. Pada bulan oktober yang menggunakan jaminan
kesehatan berupa BPJS sebannyak 17 pasien (34%), pada bulan
November yaitu 16 pasien (32%) dan pada bulan Desember
sebanyak 17 pasien (34%). Sehingga total pasien pada periode 3
bulan terakhir yang menggunakan BPJS sebanyak 50 pasien. Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang menggunakan
BPJS yaitu terbanyak pada bulan Oktober dan Desember.
Pada bulan oktober yang menggunakan jaminan Umum bulan
Oktober yaitu 4 pasien (20%), pada bulan November yaitu 8 pasien
(40%) dan pada bulan Desember sebanyak 8 pasien (40%).
Sehingga total pasien pada periode 3 bulan terakhir yang
menggunakan jaminan umum sebanyak 20 pasien. Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang menggunakan jaminan
umum tertinggi yaitu terdapat pada bulan November dan
Desember.
Pada bulan oktober yang menggunakan jamkesda bulan
Oktober yaitu 1 pasien (14,3%), pada bulan November yaitu 4
pasien (57,1%) dan pada bulan Desember sebanyak 2 pasien
(28,6%). Sehingga total pasien pada periode 3 bulan terakhir yang
menggunakan jamkesda sebanyak 7 pasien. Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa jumlah pasien yang menggunakan jamkesda
terbanyak yaitu terdapat pada bulan November.
c. 10 Penyakit Terbanyak di Ruang PICU
Pasien yang dirawat di ruang PICU merupakan pasien dengan
berbagai macam penyakit. Berdasarkan buku registrasi pasien
persebaran kasus penyakit diruang PICU tergambar dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.12
Data Penyakit pada Bulan Oktober di Ruang PICU

No. Penyakit Bulan Oktober


1. Bronchopneumonia 8
2. DHF/DSS 4
3. Kejang Demam Komplek (KDK) 2
4. Status epilepticus 1
5. Tumor 1
6. TB Paru 1
7. Syok sepsis 1
8. Severe dengue 1
9. Late HDN 1
10. KDS 1
Jumlah 21
Sumber : Data Sekunder (Buku Register), 2022

Tabel 3.13
Data Penyakit pada Bulan November di Ruang PICU
No. Penyakit Bulan November
1. Bronchopneumonia 10
2. Suspek Bronchopneumonia 3
3. DHF/DSS 2
4. Suspek DHF 1
5. Suspek APCD 1
6. Suspek perdarahan intrakarnial 1
7. Status epilepticus 1
8. Epilepticus 1
9. Syok sepsis 1
10. GED berat 1
11. Mild Hi 1
12. Post OP LE + kolostomi 1
Jumlah 24
Sumber : Data Sekunder (Buku Register), 2022

Tabel 3.14
Data Penyakit pada Bulan Desember di Ruang PICU
No. Penyakit Bulan Desember
1. Bronchopneumonia 13
2. KDK 1
3. Suspek DHF 1
4. Suspek TOF 1
5. SEO 1
6. EDH 1
7. Epilepticus 1
8. FUO + SPAD 1
9. KEP berat 1
10. Hidrosepalus 1
11. Dengue ensepaty 1
12. Bronchitis 1
13. Suspek ilem 1
25
Sumber : Data Sekunder (Buku Register), 2022
Tabel 3.15
Data Jumlah 10 Penyakit Terbanyak di Ruang PICU Periode 3
Bulan Terakhir Tahun 2022
No Penyakit Total
1. Bronchopneumonia 31
2. DHF/DSS 7
3. Kejang Demam Komplek (KDK) 3
4. Suspek Bronchopneumonia 3
5. Status Epilepticus 2
6. Epilepticus 2
7. Syok sepsis 2
8. Suspek DHP 2
9. Hidrocepalus 1
10. Suspek perdarahan intrakarnial 1
Jumlah 70
Sumber : Data Sekunder (Buku Register), 2022

Berdasarkan tabel 3.15 dapat diketahui bahwa 10 besar kasus


penyakit di ruang PICU sesuai dengan index rekam medis
terbanyak adalah bronchopneumonia dengan frekuensi 31 kasus.
Sedangkan penyakit yang paling sedikit yaitu hidrocepalus dan
suspek perdarahan intrakranial dengan frekuensi 1 kasus.
d. Rata-Rata Demografi Pasien Berdasarkan Wilayah
Pasien yang datang di ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya berasal dari berbagai Kabupaten baik dalam lingkup
daerah tasikmalaya maupun luar daerah Tasikmalaya, sehingga
didaparkan distribusi pasien di ruang PICU derdasarkan Kabupaten
sebagai berikut :
Tabel 3.16
Data Demografi Pasien Berdasarkan Wilayah di Ruang PICU
Periode 3 Bulan Terakhir Tahun 2022
No. Kecamatan Total Pasien
1. Bungursari 3
2. Cibeureum 3
3. Cihideung 3
4. Cipedes 6
5. Indihiang 5
6. Kawalu 5
7. Mangkubumi 10
8. Purbaratu 5
9. Tamansari 5
10. Tawang 1
11. Cikatomas 1
12. Sodonghilir 2
13. Sukaresik 1
14. Pagerageung 1
15. Rajapolah 2
16. Culamega 1
17. Sukahening 2
18. Cikalong 2
19. Cibalong 1
20. Cineam 1
21. Salopa 1
22. Karangnunggal 1
23. Cisayong 1
24. Bojongasih 1
25. Sukaratu 1
26. Lain-lain 5
Sumber : Data Sekunder (Buku Register), 2022

Berdasarkan tabel 3.16 dapat dilihat bahwa distribusi pasien


berdasarkan tempat tinggal dari bulan Oktober sampai Desember
2022 terbanyak adalah berasal dari Kabupaten Tasikmalaya yaitu
65 pasien. Sedangkan yang paling sedikit berasal dari luar
Kabupaten Tasikmalaya yaitu 5 pasien.
4. Mahasiswa Praktek
Tabel 3.17
Data Asal Institusi Mahasiswa Praktek di Ruang PICU Periode 3
Bulan Terakhir Tahun 2022
No Asal Institusi Jumlah Lama Praktek Persentase
(%)
1. Universitas 87 orang 26 September - 42,7
Muhammadiyah 22 Oktober
Tasikmalaya 2022
(27 Hari)
2. Universitas Galuh 31 orang 5 - 31 15,2
Desember 2022
(27 Hari)
3. STIKes Muhammadiyah 86 orang 27 Desember 42,1
Ciamis 2022 - 13
Januari 2023
(18 Hari)
Jumlah 204 72 Hari 100
Sumber : Data Sekunder (Kuisioner), 2022
Berdasarkan tabel 3.17 dapat disimpulkan bahwa pada 3 bulan
terakhir tedapat 3 institusi pendidikan yang sedang menjalankan
praktek di ruang PICU yaitu dari Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya dengan sebanyak 87 orang (42,7%) dengan lama praktek
27 hari, Universitas Galuh 31 orang (15,2%) dengan lama praktek 27
hari dan STIKes Muhammadiyah Ciamis sebanyak 86 orang
(42,1)dengan lama praktek 18 hari. Sehingga didapat jumlah total
mahasiswa praktek sebnyak 204 orang.
3.2.2 Material
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan
keperawatan yang meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi) serta
pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang
berkualitas (Depkes, 2011).
a. Alat tenun
Merupakan penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan jumlah,
jenis, dan spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun yang memadai
untuk mencapai pelayanan keperawatan.

Tabel 3.18
Standar Alat Tenun di Ruang Rawat Inap
No Nama Barang Jumlah Ratio Pasien Keterangan
Alat
1 Laken 21 1:5 Belum
memenuhi
2 Taplak meja 6 1:3 Belum
memenuhi
3 Handuk kecil - 1:3 Belum
memenuhi
4 Sarung bantal 11 1:6 Belum
memenuhi
5 Baju pasien - 1:5 Belum
memenuhi
6 Perlak 10 1:5 Belum
memenuhi
7 Celana - 1:5 Belum
memenuhi
Sumber: Depkes, 2012
Berdasarkan tabel 3.18 Dari hasil observasi yang dilakukan
diruang PICU RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya terdapat 5 kamar
pasien, hampir semua peralatan tenun belum memenuhi standar
minimal. Standar minimal alat tenun menurut Depkes 2012 untuk
laken yaitu 1:5 sedangkan yang tersedia di ruangan hanya 21 laken
sehingga masih kekurangan 4 laken, taplak meja 1:3 sedangkan yang
tersedia di ruangan hanya 6 taplak meja sehingga masih kekurangan 9
taplak meja, handuk kecil 1:3 diruangan tidak tersedia sehingga masih
kekurangan 15 handuk kecil, sarung bantal 1:6 sedangkan yang
tersedia di ruangan hanya 11 sarung bantal sehingga masih
kekurangan 19 sarung bantal, baju pasien 1:5 sedangkan diruangan
tidak tersedia sehingga masih kekurangan 25 baju pasien, perlak 1: 5
sedangkan diruangan hanya tersedia 10 perlak sehingga masih
kekurangan 15 perlak dan celana 1: 5 sedangkan diruangan tidak
tersedia sehingga masih kekurangan 25 celana. Semua fasilitas yang
tersedia terkait inventaris alat tenun belum mencukupi kebutuhan
sehari-hari yang digunakan sehingga ada kekurangan jumlah saat
digunakan.
b. Alat Keperawatan
Penetapan kebutuhan alat keperawatan baik dari segi jumlah, jenis
dan spesifikasi menjamin tersedianya alat keperawatan yang memadai
untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

Tabel 3.19
Standar Alat Keperawatan di Ruang Rawat Inap
Ratio Pasien
No Nama Barang Jumlah Keterangan
alat
1 Stetoskop 4 2/Ruangan Memenuhi
2 Tensi Meter 1 2/Ruangan Belum
memenuhi
3 Bak Instrumen 2 2/Ruangan Memenuhi
Besar
4 Bak Instrumen 2 2/Ruangan Memenuhi
Kecil
5 Bengkok 5 2/Ruangan Memenuhi
6 Standar Infus 6 1:2 Belum
memenuhi
7 Korentang 1 2/Ruangan Belum
memenuhi
8 Gunting Perban 1 2/Ruangan Belum
memenuhi
Sumber: Depkes, 2011
Berdasarkan tabel 3.19 Dari hasil observasi yang dilakukan
diruang PICU RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya terdapat 5 kamar
pasien, sebagian alat keperawatan sudah memenuhi standar minimal.
Standar minimal alat keperawatan menurut Depkes 2012 untuk
stetoskop yaitu 2/ruangan yang tersedia di ruangan 4 stetoskop
sehingga sudah memenuhi standar minimal, tensi meter 2/ruangan
sedangkan yang tersedia di ruangan hanya 1 tensi meter, sehingga
masih belum memenuhi standar minimal, bak instrument besar
2/ruangan yang tersedia di ruangan 2 bak instrument besar sehingga
sudah memenuhi standar minimal, bak instrument kecil 2/ruangan
yang tersedia di ruangan 2 bak instrument kecil sehingga sudah
memenuhi standar minimal, bengkok 2/ruangan yang tersedia di
ruangan 5 bengkok sehingga sudah memenuhi standar minimal,
standar infus 1 : 2 sedangkan yang tersedia di ruangan hanya 6 standar
infus sehingga belum memenuhi standar minimal, korentang
2/ruangan sedangkan yang tersedia di ruangan hanya 1 korentang
sehingga belum memenuhi standar minimal dan gunting perban
2/ruangan sedangkan yang tersedia di ruangan hanya 1 gunting perban
sehingga belum memenuhi standar minimal. Semua fasilitas yang
tersedia terkait inventaris alat keperawatan sebagian sudah mencukupi
kebutuhan sehari-hari yang di gunakan dan sebagian lagi belum
mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga ada kekurangan jumlah
saat digunakan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 16-18
Januari 2023 didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.20
Inventaris dan Non Inventaris Di Ruang PICU
No. Nama Alat Tenun Jumlah Kondisi
1 Laken 21 Rusak Berat 4
2 Stik Laken 11 Rusak Berat 4
3 S. Bantal 11 Rusak Berat 4
4 Bantal 9 Rusak Berat 1
5 Selimut Wol 1 Rusak Berat 4
6 Taplak Meja 6 Baik
7 Perlak 10 Baik
Gordeng Plastik Anti Darah (Uk. Besar&
8 Uk. Kecil) 1 set Baik
Gordeng Kain Anti Api (Uk. Besar&Uk.
9 Kecil) 1 set Baik
Sumber : Data Sekunder (TU PICU)

Tabel 3.21
Inventaris dan Non Inventaris Alat Kesehatan di Ruang PICU
No. Nama
Jumlah Kondisi
ALAT KESEHATAN
1 Infus Pump Baik
Infus Pump Merk JMS 5 Baik
Infus Pump Merk OPTIMA PT 1 Baik
Infus Pump Merk Volumat MC Agilia 2 Baik
Syringe Pump (Fresinius KABI Injectomat
2 5
Agilia ID) Baik
3 Suction Pump (DIXION VACUS ) 5 Baik
4 Standar Infus (MAK 36103) 6 Baik
5 Vein Viewer (Christie) 1 Baik
6 Ventilator (Hamilton) 6 Baik
Patient Monitor (Huntleigh Healthcare
7 6 Baik
SMA RT Signs Compact 1000)
8 Regulator O₂ (Sharp) 5 Baik
9 Nebulizer (Airjolie 2 Deluxe) 1 Baik
10 Pulse Oxymetri Radical 7 (Massimo) 2 Baik
11 Pulse Oxymetri (Nonin 9600) 1 Baik
12 Defibrilator 1 Baik
13 Puradigm type D-Pro 1 Baik
14 Puradigm type D-Flow 1 Baik
15 Cylinder Regulator Ventilator (Harris) 3 Baik
16 Tabung Oksigen Kecil, Roda & Regulator 1 Baik
17 Stetoscope Littmann 4 Baik
18 Termometer Elektrik 3 Baik
19 Termometer Air Raksa 7 Baik
20 Tensimeter Digital 1 Baik
Digital Ear termometer (Omron Type TH
21
8395) 1 Baik
22 Resusitasi Set Baik
 23 Laringoscope Ped (1) 1 Baik
 24 Laringoscope Adult (1) 1 Baik
 25 Silicon Mask Ped (1) 1 Baik
 26 Silicon Mask Adult (1) 1 Baik
27 Ambu Bag Dewasa 1 Baik
28 Light Case 1 Baik
29 Pen Light 1 Baik
30 Reflex Hammer 1 Baik
31 Torniquet 2 Baik
32 Buli-buli 6 Baik
33 Timbangan + Tinggi Badan 1 Baik
34 Timbangan Digital 2 Baik
35 Dorongan Oksigen Kecil 1 Baik
36 Lampu Sorot 1 Baik
37 Blankar Stanlag 1 Baik
38 Kursi Roda Merk GEA 1 Baik
39 Nierbeken 20 cm 5 Baik
40 Gunting Verban 1 Baik
41 Bak Spuit Uk. 22x8x4 cm 3 Baik
42 Urinal 3 Baik
43 Baskom Stainless Ukuran Sedang 3 Baik
44 Manset Restrain 2 Baik
45 Resusitasi Set Neonatus 1 Baik
46 Resusitasi Set Pediatrik 1 Baik
Pulse Oxymetri Merk MSC Care Vision OM
47
- 100 5 Baik
Flowmeter Merk Acare o 15 lt Model FA-
48
OB-53 (Sentral) 3 Baik
Sumber : Data Sekunder (TU PICU

Berdasarkan tabel 3.21 Dari hasil observasi yang dilakukan alat


medis diruang PICU, hampir semua peralatan medis tersedia dengan
kondisi baik.Semua fasilitas yang tersedia terkait inventaris alat
kesehatan atau medis sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari yang
digunakan sehingga tidak ada kekurangan jumlah saat digunakan.
3.2.3 Money
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan asli
daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah
yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Salah satu fungsi rumah sakit adalah
memberikan pelayanan kesehatan bagi petugas medis maupun non medis.
Sistem keuangan Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan
dari manajemen keuangan adalah sasaran pertama yang harus diperbaiiki
agar dapat memberikan data dan informasi yang mendukung para manajer
Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta
pengendalian kegiatan rumah sakit.
Berdasarkan hasil pengkajian di ruang PICU RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya merupakan rumah sakit pemerintah, yang pembiayaannya
bersumber dari administrasi pasien baik BPJS maupun pasien umum.
3.2.4 Method
1. Standar Asuhan Keperawatan
Menurut Marr dan Biebing (2008) standar adalah suatu tingkat
kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang diterima,
adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atau titik acuan
yang digunakan sebagai pembanding. Sedangkan menurut Schroeder
(2007) standar adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek
terhadap staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah
ditetapkan untuk dapat diterima sampai pada wewenang tertentu.
Standar perawatan adalah uraian tingkat asuhan keperawatan yang
kompeten seperti yang diperlihatkan oleh proses keperawatan yang
mencakup semua tindakan penting yang dilakukan oleh perawat dalam
memberikan perawatan dan membentuk dasar pengambilan keputusan
klinik (Retnariska, 2012). Di Indonesia, standar keperawatan dipakai
sebagai pedoman dan instrumentasi penerapan standar asuhan
keperawatan yang disusun oleh Depkes yaitu:
a) Standar I pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan, data kesehatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen
pengkajian keperawatan meliputi kumpulan data yang harus
menggunakan format yang baku, sistematis, diisisesuai item yang
tersedia, aktualdan valid.
b) Standar II diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
kehidupan pasien, dan diagnose keperawatan dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien dan
komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda atau gejala.
c) Standar III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d) Standar IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan dan
pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga.
e) Standar V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien dan menilai hasil
dari setiap tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
f) Standar VI dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan sebagai
informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat setelah
tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau paraf atau nama
perawat, menggunakan formulir yang baku, dan disimpan sesuai
peraturan yang berlaku.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang PICU
mempunyai prosedur tetap untuk semua tindakan perawatan dan SOP
(Standar Operasional Prosedur). Prosedur tetap keperawatan di
Ruangan mengacu pada prosedur tetap yang diterbitkan oleh RSUD dr.
Soekardjo. Standar ini diperlukan untuk menentukan mutu pelayanan,
bagaimana kegiatan-kegiatan akan dikerjakan dan seberapa baik
kegiatan-kegiatan tersebut dikerjakan.
2. Standar Operasional Prosedur
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di ruang rawat
inap PICU, mempunyai standar operasional prosedur, seperti SOP
Timbang Terima Antar Shift, Komunikasi Terapeutik.
3.2.5 Machine
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau
mengubah energy untuk melakukan membantu pelaksanaan tugas
manusia. Biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai pelatuk,
mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah keluaran yang
melakukan tugas yang telah di setel, machine atau mesin digunakan untuk
member kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta
menciptakan efesiensi kerja.
Tabel 3.23
Inventaris Mesin Yang Ada Di Ruang PICU
No NamaAlat Jumlah Spesifikasi Kondisi
1 Mesin EKG 1 GE MAC 2000 Baik
2 Mesin Suction 5 Dixion Baik
3 Komputer 1 LG Baik
5 Kulkas 2 Samsung Baik
6 Kipas Angin 9 Panasonic Baik
7 AC 4 Samsung Baik
Sumber : Data Inventaris Ruang PICU
Berdasarkan table diatas invertaris mesin banyak dalam kondisi baik
dan dapat berfungsi baik.

3.3 Unsur Proses


3.3.1 Proses Asuhan Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mahasiswa melalui studi
dokumentasi dan observasi selama tiga hari didapatkan seluruh proses
asuhan keperawatan dilakukan sejak pasien masuk hingga pasien keluar.
Perawat mengkaji pasien secara bio-psiko-sosio-spiritual yang kemudian
dilakukan pengelompokkan data sehingga didapatkan diagnose
keperawatan.
Perencanaan keperawatan disusun kemudian perawat melakukan
implementasi keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Setiap perawat memiliki tanggung jawab pasien sehingga perawat dapat
fokus dalam memberikan asuhan keperawatan. Selama proses asuhan,
perawat mengobservasi keadaan pasien seperti kesadaran dan tanda-tanda
vital yang kemudian dicatat dalam lembar observasi. Semua proses ini
kemudian didokumentasikan dalam buku rekam medik pasien dan
dievaluasi setiap akhir shift saat timbang terima.
Format pencatatan asuhan keperawatan telah tersedia di Ruang
PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya, sehingga perawat dapat
mendokumentasikan asuhan keperawatan pada format tersebut. Format
dalam bentuk manual dan belum berupa komputerisasi.
3.3.2 Proses Manajemen Pelayanan/Operasional Keperawatan
Kepala ruangan di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
memiliki tipe kepemimpinan demokratis. Pengambilan keputusan
dilaksanakan melalui proses diskusi dengan mempertimbangkan
pandangan dari setiap peserta diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Akbar (2017) bahwa gaya kepemimpinan demokratis yaitu pemimpin
selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha
mencapai tujuan. Pemimpin juga bisa menerima saran, pendapat bahkan
kritik dari bawahannya. Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam
proses pengambilan keputusan.
Pengarahan dilakukan kepala ruangan pada saat pre conference dan
operan shift malam dengan shift pagi sesuai SPO yang ada. Berisi
pemberian informasi, reinforcement dan motivasi kepada perawat ruangan.
Pengevaluasian dilakukan setiap pergantian shift dan diskusi mengenai
kesulitan dalam pemberian asuhan keperawatan. Mahasiswa melakukan
pengkajian terkait komunikasi SBaR di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo
dengan menggunakan daftar checklist yang telah mahasiswa siapkan. Hasil
pengkajian melalui studi dokumentasi dan observasi didapatkan perawat
melakukan komunikasi SBaR saat timbang terima pasien sesuai SPO yang
ada. Menurut Andreoli et al (2010) Penggunaan alat komunikasi SBaR
dapat membantu dalam komunikasi, baik personal dengan tim dan bisa
meningkatkan budaya keselamatan pasien, sehingga menimbulkan dampak
positif perbaikan pada pelaporan insiden keselamatan (Wiwin dan Sri,
2017).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mahasiswa menggunakan
metode wawancara dan kuesioner kepada kepala ruangan, sebelumnya
belum pernah terjadi konflik sesama perawat di ruangan PICU RSUD dr.
Soekardjo.
Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia secara
tersirat terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi yang mencakup
sub sistem pelayanan kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
(Depkes RI, 2009).
Sistem pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan,
dimana selalu mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad 21
ini. Perubahan tersebut merupakan dampak dari perubahan kependudukan
dimana masyarakat semakin berkembang yaitu lebih berpendidikan, lebih
sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis terhadap
berbagai bentuk pelayanan keperawatan serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini. Untuk mengatasi perubahan tersebut
maka sistem pelayanan keperawatan harus dituntut profesional (Kuntoro,
2010).
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP ( Model Praktek
Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama
profesional antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta
tenaga kesehatan lainnya (Perry, Potter. 2009).
SP2KP atau Sistem Pelayanan Keperawatan Profesional adalah
kegiatan pengelolaan asuhan keperawatan disetiap unit ruang rawat di
rumah sakit. SP2KP ini merupakan suatu sistem pemberian asuhan
keperawatan di ruang rawat yang dapat memungkinkan perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan yang professional bagi pasien. SP2KP ini
memiliki sistem pengorganisasian yang baik dimana semua komponen
yang terlibat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diatur seara
professional (Sitorus, 2011)
Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan profesional bersifat
humanistis menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu
pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntutan utama. Profesionalisasi keperawatan
merupakan proses dinamis dimana profesi yang telah terbentuk mengalami
perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi
dan kebutuhan masyarakat (Nursalam, 2011).
Agar pengelolaan ruang perawatan dapat dilakukan dengan baik
maka kepala ruangan dituntut memiliki kemampuan manajerial dan
kemampuan profesional dalam mengatur terlaksananya pelayanan
perawatan dimana manajer atau kepala ruangan mengatur dan
merencanakan manajemen ruangan untuk pengelolaan pasien yang pada
umumnya berhubungan dengan pelaksanaan fungsi manajemen Arwani &
Supriyatno (2006).
Seperti fungsi dalam manajerial yang lain maka fungsi dari kepala
ruang juga meliputi komponen-komponen yang sama yaitu planning,
organizing, actuating dan contolingterhadap staf, sarana, dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan Massey dalam Nursalam,
2009). Adapun funsi manajemen diantaranya :
a) Perencanaan (Planning)
Menurut Nursalam (2013) tugas kepala ruangan dalam hal
perencanaan :
1) Menunjuk ketuatim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shifsebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi
danpersiapan pulang, bersama ketua tim
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur
penugasan serta penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikutivisite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan,program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukanterhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatanmembimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatandan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
sertamemberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk
8) Membantumengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Membantu membimbing peserta didikkeperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari, presentase proses
perencanaan yang dilakukan di PICU dapat dilihat tabel di bawah ini.

Tabel 3.24
Presentase Proses Perencanaan
Di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Periode 16-18 Januari 2023
N = 16

No Perencanaan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah
1 Dalam 13 3 0 0
melaksanakan
tugas, saya
sesuaikan dengan
visi dan misi rumah
sakit
2 Dalam melakukan 14 2 0 0
asuhan
keperawatan saya
perpedoman pada
standart asuhan
keperawatan
(SAK)
3 Dalam 15 1 0 0
melaksanakan
prosedur
keperawatan saya
perpedoman pada
standart oprasional
prosedur (SOP)
4 Dalam bekerja saya 15 1 0 0
berdasarkan
peraturan yang ada
di rumah sakit
5 Saya berusaha 16 0 0 0
konsisten dalam
bekerja dengan
mengikuti standart
kinerja di rumah
sakit
Total 73 7 0 0
Persentase 91,25% 8,75% 0 0
Jumlah 100%
Sumber : Hasil Kuesioner, 2023
Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan pada tanggal 16-18
Januari 2023 didapatkan hasil dari perencanaan sebanyak 91,25%
perawat mengatakan selalu melaksanakan hal yang terdapat pada
kuesioner perencanaan, dan sebanyak 8,75% perawat mengatakan
sering melaksanakan 5 pertanyaan diatas. Sehingga dapat
disimpulakan perencanaan manajemen selalu dilakukan dengan
sanagat baik.

b) Pengorganisasian (Organizing)
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga
lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan/peraturan yang
berlaku (bulanan, mingguan, harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu
atau tenaga lain yang bekerja di ruang rawat
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang
rawat
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan
bahan lain yang diperlukan di ruang rawat
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas
yang ada dan cara penggunaannya
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa
pasien dan mencatat program
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk
memudah pemberian asuhan keperawatan
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah berlangsung
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien/keluarga
dalam batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi
serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan
secara tepat dan benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap
lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan
kepala UPF di rumah sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari, presentase proses
perencanaan yang dilakukan di PICU dapat dilihat tabel di bawah
ini.
Tabel 3.25
Presentase Proses Pengorganisasian
Di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Periode 16-18 Januari 2023
N = 16
No Pengorganisasian Selalu Sering Kadang- Tidak
kadang pernah
1 Sistem pemberian 12 4 0 0
asuhan
keperawatan yang
digunakan di
ruangan ini dengan
MPKP
2 Saya memahami 16 0 0 0
struktur organisasi
yang ada di
ruangan
3 Dalam bekerja saya 15 1 0 0
melakukan tugas
sesuai dengan
uraian tugas yang
ditentukan oleh
ruangan
4 Jumlah tenaga 11 1 3 1
keperawatan yang
ada di ruangan
telah sesuai dengan
beban kerja
5 Pengaturan shif 6 5 5 0
yang ada dalam
ruangan saya
berdasarkan dari
tingkat
ketergantungan
klien
Total 60 11 8 1
Persentase 75% 13,75% 10% 1,25%
Jumlah 100%
Sumber : Hasil Kuesioner, 2023
Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan pada tanggal 16-18
Januari 2023 didapatkan hasil dari pengorganisasian sebanyak 75%
perawat mengatakan selalu melaksanakan hal yang terdapat pada
kuesioner pengorganisasian, dan sebanyak 13,75% perawat
mengatakan sering melaksanakan 5 pertanyaan diatas, sebanyak 10%
perawat mengatakan kadang-kadang dalam melaksanakannya dan
sebanyak 1,25% perawat mengatakan tidak pernah yaitu tidak
melakukan pengaturan shift berdasarkan dari tingkat ketergantungan
pasien. Namun dapat disimpulakan pengorganisasian manajemen
selalu dilakukan dengan cukup baik karena sebanyak 75% selalu
dilakukan.
c) Staffing
1) Melalui komunikasi yaitu mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan perawat primer mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien
Tabel 3.26
Presentase Proses staffing (kebutuhan tenaga)
Di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Periode 16-18 Januari 2023
N = 16
No Satffing selalu Sering Kadang- Tdk
kadang pernah
1 Pengajuan 7 4 5 0
penambahan tenaga
direncanakan
2 Kebutuhan tenaga 11 3 1 1
dihitung berdasarkan
konsep
3 Kebutuhan tenaga 9 5 1 1
berdasarkan
kekhususan ruangan
Total 27 12 7 2
Persentase 56,3% 25% 14,5% 4,2%
Jumlah 100 %
Sumber : Hasil Kuesioner, 2023
Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan pada tanggal 16-18
Januari 2023 didapatkan hasil dari staffing sebanyak 56,3% perawat
mengatakan selalu melaksanakan hal yang terdapat pada kuesioner
staffing, dan sebanyak 25% perawat mengatakan sering melaksanakan
3 pertanyaan diatas, sebanyak 14,5% perawat mengatakan kadang-
kadang dalam melaksanakannya dan sebanyak 4,2% perawat
mengatakan tidak pernah yaitu 1 orang perawat memilih tidak pernah
untuk poin kebutuhan tenaga dihitung berdasarkan konsep dan
kebutuhan tenaga berdasarkan kekhususan ruanagan. Namun dapat
disimpulakan pengorganisasian manajemen selalu dilakukan dengan
cukup baik karena sebanyak 56,3% selalu dilakukan.
Tabel 3.26
Presentase Proses Kebutuhan Tenaga berdasarkan Kekhususan
Ruangan di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Periode 16-18 Januari 2023
N = 16
No Kebutuhan tenaga selalu Sering Kadang- Tdk
berdasarkan kadang pernah
kekhususan ruangan
1 Didalam bekerja saya 11 4 1 0
tenang karena setiap
saat ada kegiatan
supervisi untuk
menunjukan yang baik
kepada kami
2 Saya tahu betul 12 4 0 0
pekerjaan saya karena
setiap dinas ada
program operan antar
ship yang jelas
3 Saya tahu betul 14 2 0 0
pekerjaan saya
sebagai perawat
pelaksana karena
sebelum dinas ada pre
konferen dari kepala
tim untuk menjelaskan
pekerjaan yang akan
kita lakukan
4 Saya mengetahui 13 2 1 0
pekerjaan dengan baik
karena setiap hari ada
program post conferen
dari kepala tim untuk
menjelaskan evaluasi
pekerjaan kita lakukan
5 Saya senang karena 12 4 0 0
ada kegiatan ronde
keperawatan diruang
untuk menyelesaikan
kasus kompleks
diruangan
Total 62 16 2 0
Persentase 77,5% 20% 2,5% 0%
Jumlah 100 %
Sumber : Hasil Kuesioner, 2023
Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan pada tanggal 16-18
Januari 2023 didapatkan hasil dari kebutuhan tenaga berdasarkan
kekhususan ruangan sebanyak 77,5% perawat mengatakan selalu
melaksanakan hal yang terdapat pada kuesioner, dan sebanyak 20%
perawat mengatakan sering melaksanakan 3 pertanyaan diatas,
sebanyak 2,5% perawat mengatakan kadang-kadang yaitu 2 orang
perawat memilih kadang-kadang untuk poin 1 dan 4 kebutuhan tenaga
dihitung berdasarkan konsep dan kebutuhan tenaga berdasarkan
kekhususan ruanagan. Namun dapat disimpulakan pengorganisasian
manajemen selalu dilakukan dengan cukup baik karena sebanyak
77,5% selalu dilakukan.
2) Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat
ini.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatandilaksanakan(didokumentasikan), mendengar
laporan dari perawat primer.
d) Evaluasi (Controlling)
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan
2) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan
dan keterampilan di bidang perawatan
3) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan ke dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pe gawai (DP3) bagi pelaksana
keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah
tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik
pangkat/golongan, melanjutkan sekolah)
4) Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat–obatan secara efektif dan efisien, mengawasi
pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.
Tabel 3.27
Presentase Proses pengendalian
Di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Periode 16-18 Januari 2023
N = 16
No Pengendalian Selalu Sering Kadang- Tidak
kadang pernah
1 Tiap tiga bulan 5 8 2 0
sekali diruangan
saya dilakukan
evaluasi terhadap
kinerja perawat
diruang masing-
masing yang
dilakukan oleh
ketua tim dan
perawat pelaksana
2 Tiap bulan diruang 7 8 1 0
saya dilakukan
audit mutu dengan
cara menghitung
BOR
3 Tiap bulan 4 8 4 0
diruangan saya
dilakukan audit
mutu dengan cara
menghitung ALOS
4 Tiap bulan 5 8 3 0
diruangan saya
dilakukan audit
mutu dengan cara
menghitung TOI
5 Tiap bulan 12 4 0 0
diruangan saya
dilakukan audit
mutu dengan cara
menghitung
kejadian infeksi
nosocomial

6 Tiap bulan 12 3 0 1
diruangan saya
dilakukan audit
mutu dengan cara
menghitung
kejadian jatuh

Total 45 39 10 1
Persentase 47,3% 41,1% 10,5% 1,1%
Jumlah 100%
Sumber : Hasil Kuesioner, 2023
Berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan pada tanggal 16-18
Januari 2023 didapatkan hasil dari pengendalian sebanyak 47,3%
perawat mengatakan selalu melaksanakan hal yang terdapat pada
kuesioner, dan sebanyak 41,1% perawat mengatakan sering
melaksanakan pertanyaan diatas, sebanyak 10,5% perawat mengatakan
kadang-kadang dalam melaksanakannya dan sebanyak 1,1% perawat
mengatakan tidak pernah yaitu 1 orang perawat memilih tidak pernah
untuk poin ke 6 yaitu tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu
dengan cara menghitung kejadian jatuh. Namun dapat disimpulakan
pengorganisasian manajemen selalu dilakukan dengan cukup karena
sebanyak 47,3% selalu dilakukan.
Indikator SP2KP indikator pelayanan manajerial pelayanan
keperawatan standar pelayanan minimal (SPM) bidang pelayanan
keperawatan RSUD dr. Soekardjo berdasarkan kepmenkes Nomor 836
tahun 2005 dan modul pelatihan SP2KP meliputi Pre-onferene dan
Post-onferene.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 13-16 April
2021 didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Pre conference
Pre conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota tim
setelah membaca laporan shift sebelumnya untuk menyusun rencana
kegiatan askep shift lanjutannya. Pre-conferene dilakukan untuk
memperjelas rencana yang akan dilakukan dan pembagian tugas tim
keperawatan sehingga pelayanan atau asuhan yang diberikan lebih
optimal, efesien dan efektif. Berdasarkan observasi selama 3 hari,
presentase proses pelaksaan pre conferencedi PICU dapat dilihat tabel
di bawah ini.

Tabel 3.24
Presentase Proses Pelaksanaan Pre Conference
Di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Periode 16-18 Januari 2023
Ya = 1 Tidak = 0
No Variabel yang dinilai Observasi
Ya Tidak
1 Karu/Pj tim membuka acara dengan
1 -
salam
2 Katim/Pj tim menanyakan rencana
1 -
harian
3 Katim/Pj tim memberi masukan dan
1 -
tindak lanjut
4 Katim/Pj tim memberi reinforcement 1 -
5 Katim/Pj tim menutup acara 1 -
Total 5 -
Persentase 100 % -
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes BP Banjar 2023
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan rawat inap
PICU selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa
panduan tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan
preconference di ruangan PICU sudah ada beberapa point variabel
yang dinilai telah terlaksanakan secara keseluruhan. Didapatkan hasil
penilaian kepala tim pada saat preconference sebesar 100% dan
termasuk dalam kategori sangat baik, hal ini menyatakan bahwa kepala
tim diruangan PICU sudah baik dalam kegiatan pre confrence.
b. Post conference
Post conference, yaitu kegiatan pertemuan katim dan anggota tim pada
akhir shift atau telah melakukan askep atau mencatat dibuku laporan
untuk disampaikan pada operan shift berikutnya. Post-conferene
dilakukan untuk memperjelas hasil askep yang dilakukan da evaluasi
dari tindakan tugas tim keperawatan sehingga pelayanan atau asuhan
keperawatan yang diberikan lebih optimal, efisien dan efektif.
Tabel 3.25
Presentase Proses Pelaksanaan Post Conference
Di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Periode 16-18 Januari 2023
Ya = 1 Tidak = 0
No Variabel yang dinilai Observasi
Ya Tidak
1 Karu/Pj tim membuka acara dengan
1 -
salam
2 Katim/Pj tim menanyakan hasil asuhan
1 -
masing-masing pasien
3 Katim/Pj tim menanyakan kendala
1 -
pemberian asuhan
4 Katim/Pj tim menanyakan tindak lanjut
1 -
pada dinas berikutnya
5 Katim/Pj tim memberi reinforcement 1
6 Katim/Pj tim menutup acara 1 -
Total 6 -
Persentase 100 % -
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes BP Banjar 2023
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruangan PICU
selama tiga hari dalam 3 shift kerja pagi, didapatkan bahwa panduan
tetap (SOP) belum ada tetapi pelaksanaan kegiatan postconference di
ruangan rawat inap PICU sudah ada beberapa point variabel yang
dinilai telah terlaksanakan. Didapatkan hasil penilaian kepala tim pada
saat postconference sebesar 100% dan termasuk dalam kategori sangat
baik, hal ini menyatakan bahwa kepala tim diruangan PICU sudah baik
dalam kegiatan postconfrence.
c. Operan
Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan
tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan
yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi
tentang pasien. Selain itu juga meliputi mekanisme transfer informasi
yang dilakukan, tanggungjawab utamadan kewenangan perawat dari
perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Operan sering disebut dengan timbang terima atau handover.
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien (Nursalam, 2011).
Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan yang belum dilakukan
serta perkembangan pasien saat itu.Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, timbang
terima (handover) dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada
perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam
secara tertulis dan lisan (Rohmah, 2012).
Berdasarkan pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa operan
adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Berdasarkan observasi selama 2 hari, presentase proses
pelaksaan handoverdi Ruang PICU dapat dilihat tabel di bawah ini.
Tabel 3.26
Presentase Proses Pelaksanaan Operan
Di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Periode 16-18 Januari 2023
Ya = 1 Tidak = 0
Observasi
No Komponen Penilaian
ya Tidak
1 Karu/Pj shift membuka acara dengan salam 1
2 Katim/Pj tim mengoperkan dx keperawatan 1
3 Katim/Pj tim mengoperkan Tuk yang sudah 1
dicapai
4 Katim/Pj Tim mengoperkan tindakan yang 1
sudah dilaksanakan
5 Katim/Pj Tim mengoperkan hasil asuhan 1
keperawatan
6 Katim/Pj shift mengoperkan tindak lanjut 1
7 Pj tim berikutnya mengklarifikasi 1
8 Karu memimpin ronde 1
9 Karu merangkum informasi operan 1
10 Karu memimpin doa dan menutup acara 1
Total
7 3
Persentase
70 30
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes BP Banjar 2023
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan diruang PICU
didapatkan hasil handover sebesar 70%, dan termasuk dalam kategori
penilaian baik , hal ini menyatakan bahwa Handover ruang PICU
sudah dilaksanakan dengan baik.
d. Risiko Infeksi Nasokomial
Infeksi diartikan sebagai adanya suatu organisme pada jaringan
atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun
sistemik. Menurut Karen adams & janet M. Corrigan (2009) Infeksi
nasokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi
yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah
± 72 jam berada ditempat tersebut. Infeksi ini terjadi bila toksin atau
agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik.
Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita
maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme
yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke
tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection,
sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke
pasien lainnya (soeparman, 2006).
Contoh penyebab terjadinya infeksi nasokomial apabila
dokter atau perawat mengelola seorang pasien yang menderita infeksi
karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian mikroorganisme
dapat ditularkan ketika terjadi kontak. Selanjutnya, pasien kelolaan
lain berpotensi tertular dari perawat dan dokter yang sebelumnya
berkontakan dengan pasien infeksi.
Tabel 3.27
Pengukuran Instrument Pasien Safety : Resiko Infeksi
Nosokomial di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo
Periode 16-18 Januari 2023
N=5
No Variabel Ya Tidak
1. Perawat dapat melakukan cuci tangan 6 3 2
langkah dengan benar
2. Perawat mencuci tangan ditempat yang 5 0
sudah disediakan
3. Handsrub tersedia 5 0
4. Handuk / tissue untuk mengelap setelah 0 5
cuci tangan tersedia
5. Mempunyai tempat sampah infeksius 5 0
6. Mempunyai tempat sampah non infeksius 5 0
7. Mempunyai tempat kotor linen 5 0
8. Mempunyai tempat pembuangan benda 5 0
tajam
9. Petugas mencuci tangan 6 langkah benar 3 2
sebelum prosedur aseptic
10. Perawat menjelaskan langkah cuci tangan 0 5
kepada keluarga
Jumlah 36 14
Persentase (%) 72% 28%
Persentase Total (%) 100%
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes BP Banjar 2023
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disimpulkan bahwa
pencegahan infeksi nosokomial kurang dengan persentase 72%.
Namun mayoritas perawat belum melakukan cuci tangan dengan cara 6
langkah walaupun sudah ada tempat untuk melakukan cuci tangan.
Kemudian perawat sebagian belum menjelaskan langkah cuci tangan
kepada keluarga pasien. Hal ini akan berdampak buruk pada pasien
dan perawat itu sendiri, karena resiko penyebaran mikroorganisme
tetap dapat terjadi baik dari keluarga pasien yang tidak mendapatkan
edukasi yang dapat menularkan infeksi maupun dari tenaga perawat
yang tidak benar dalam mencuci tangan.
Setelah dilakukan observasi selama tiga hari tentang resiko
infeksi nosokomial di ruang data diperoleh 72% telah tercapai.
Observasi yang dilakukan untuk mengetahui Pengukuran Instrument
Patient Safety Resiko Jatuh di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo
Periode 16-18 Januari 2023 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.28
Pengukuran Instrument Pasien Safety : Resiko Jatuh
di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo
Periode 16-18 Januari 2023
N=5
No Variabel Ya Tidak
1 Perawat mengerti tentang pengkajian 5 0
resiko jatuh (Humpty Dumpty)
2 Perawat sudah pernah melakukan 5 0
pengidentifikasian resiko jatuh
3 Perawat antusias dalam melaksanakan 5 0
pengidentifikasian resiko jatuh
4 Perawat mau mengaplikasikan kembali 5 0
pengidentifikasian resiko jatuh
5 Perawat sudah menjelaskan tentang resiko 5 0
jatuh kepada pasien
6 Perawat sudah menanggani pasien dengan 5 0
benar terkait dengan resiko jatuh
7 Perawat sudah memasang label atau tanda 5 0
resiko jatuh pada pasien
Jumlah 35 0
Persentase (%) 100% 0%
Persentase Total (%) 100 %
Sumber :Observasi Mahasiswa Profesi Ners STIKes BP Banjar 2023
Setelah dilakukan analisa dari hasil observasi, didapatkan
persentase pencegahan pasien resiko jatuh sebanyak 100%, angka
tersebut menunjukan bahwa proses penatalaksanaan pasien resiko jatuh
di ruang PICU sangat baik.
Tabel 3.28
Data surveilens HAIS
di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo
Periode 16-18 Januari 2023
N=5
HAIS
No Bulan IS
VAP FLEB HAP IDO
K
1 Oktober 0 0 0 0 0
2 November 0 0 0 0 0
3 Desember 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0
HAIS
No Bulan IS
VAP FLEB HAP IDO
K
HAIS 0 0 0 0 0
Sumber :PPI RSUD dr. Soekardjo, 2023
Berdasarkan data dari PPI dapat disimpulkan bahwa kejadian
infeksi di Ruang PICU dapat diatasi dengan baik, karena dilihat dari
data 3 bulan terakhir yaitu Oktober, November, dan Desember
kejadian HAIS berjumlah 0.
3.3.3 Proses Manajemen Bimbingan Praktek Bagi Mahasiswa
Setiap organisasi memiliki serangkainya tugas atau kegiatan yang
harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Perorganisasian kegiatan
dilakukan untuk memudahkan tugas bimbingan bagi mahasiswa praktik.
Adapun uraian tugas yang dimiliki setiap pembimbing mahasiswa atau CI
antara lain, melakukan pre pre conference dan membahas laporan kasus,
memberikan waktu kepada mahasiswa untuk membaca rekamedis
pasien,membimbing mahasiswa untuk meningkatkan komunikasi terapetik
dan menerapkan rencana tindakan, melakukan bed side teaching,
melakukan ronde keperawatan mengambil alih tindakan yang dilakukan
mahasiswa dalam situasi tertentu, melakukan pos conference yang
membahas tentang kegiatan mahasiswa dalam melakukan asuhan
keperawatan, membimbing mahasiwa dalam rangka mengakhiri praktek
suatu tempat atau ruang, mengontrol kehadiran mahasiwa dan melaporkan
kepada pembimbing akademik apabila mahasiswa tidak hadir, memberi
bimbingan mahasiswa sesuai tingkat pendidikannya dalam hal
melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan
dan membimbing pembuatan laporan kasus serta memberi penilaian
terhadap hasil kerja mahasiswa sesuai dengan tempat tugasnya.
Adapun CI diruang PICU RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya
terdapat 3 orang CI, setiap satu CI memegang satu fakultas agar setiap
mahasiswa mendapat bimbingan yang maksimal.
3.4 Unsur Output/Keluaran
3.4.1 Efisiensi Ruang Rawat (BOR,LOS,BTO,TOI)
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2006), BOR adalah presentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%.
jumlah hari perawatan dirumah sakit
BOR= × 100 %
( jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
b. ALOS ( Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien
dirawat)
Menurut Depkes RI (2006) ALOS adalah rata-rata lama
rawatseorangpasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang
perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang
ideal antara 6-9 hari.
jumlah lama dirawat
ALOS=
jumlah pasienkeluar (hidup +mati)

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


Menurut Depkes RI (2006), TOI adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3
hari.

( jumlah tempat tidur × periode )−hari perawat an


TOI =
jumlah pasien keluar(hidup+ mati)

Tabel 3.29
Rekapitulasi Angka BOR, LOS, BTO, dan TOI
Di Ruang Rawat Intensive Unit Care (ICU) RSUD dr. Soekardjo
Tasikmalaya periode 3 bulan terakhir

No Bulan BOR LOS TOI


BTO

1 Oktober 110,3% 8,142% -0,761 4,2


2 November 92,7% 5,791% 0,458 4,8
3 Desember 109% 6,76% -0,56 5
Jumlah 312 20,693 -0,863 14
Rata-rata 104% 6,897% -0,287% 4,7%

Tabel 3.30
Nilai-nilai kategori ideal menurut Kemenkes
BOR LOS TOI
BTO
60-85% 6-9% 1-3 30%

Berdasarkan tabel 3.29 didapatkan bahwa rata-rata presentase nilai


BOR di Ruang PICU RSUD Dr. Soekardjo pada 3 bulan terakhir adalah
sebesar 104%. Menurut Kemenkes (2016) Standar Nasional BOR adalah
60-85% sehingga nilai BOR yang ada di Ruang PICU belum masuk
kategori ideal. Demikian hal tersebut menjadikan efisiensi tempat tidur
yang ada di ruang PICU masih rendah. Menurut Herlina (2021) Tinggi
rendahnya nilai BOR dipengaruhi oleh jumlah hari perawatan, maka perlu
adanya suatu nilai ideal yang menyeimbangkan kualitas pelayanan medis,
keselamatan pasien serta kesejahteraan petugas sehingga akan berpengaruh
terhadap pendapatan bagi pihak fasilitas pelanyanan kesehatan.
Rata-rata ideal nilai LOS menurut Kemenkes (2016) adalah 6-9 hari.
Sedangkan rata-rata nilai LOS di Ruang PICU RSUD Dr. Soekardjo
Tahun 2022 adalah sebesar 6,897 %. Menurut (Rano, 2010) bahwa
semakin lama angka LOS maka bisa menunjukkan kinerja kualitas medis
yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama (lama
sembuhnya), tetapi di lihat dari segi ekonomis, semakin lama nilai LOS
berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus di bayar oleh pasien
kepada pihak rumah sakit.
Nilai BTO di Ruang PICU Dr.Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2022
adalah sebesar 4,7% sedangkan nilai ideal BTO menurut Kemenkes (2016)
adalah sebesar 30%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pasien
yang menggunakan setiap tempat tidur di Ruang PICU Dr. Soekardjo
Tasikmalaya terbilang rendah. Dari segi kesehatan nilai BTO yang tidak
terlalu tinggi dapat menurunkan risiko angka infeksi nosokomial. Namun
dari segi ekonomi ini dapat berdampak karena pendapatan rumah sakit
akan menurun dan terjadi ketidakseimbangan tenaga kesehatan yang harus
dibayar.

3.4.2 Hasil Evaluasi Penerapan SAK


1. Instrumen A (Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan)
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai sesuatu yang diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan
sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai
pembanding (Marr dan Biebing, 2001).Standar praktik keperawatan
adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seseorang
perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai
pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolak ukur
dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002).
Dasar hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU
Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 pasal 53, ayat 1: “tenaga kesehatan
memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
standar profesi dan pasien”. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
RSUD Siti Fatimah disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan
internasional. Standar acuan yang dipakai adalah Standarized nursing
language yaitu SDKI (Standar Diagnoa Keperawatan Indonesia) untuk
diagnose keperawatan, SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
untuk tujuan dan outcome yang ingin dicapai, dan SIKI (Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk rencana
tindakan/intervensinya.
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai pedoman
dan instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun
oleh Depkes yaitu :
a. Standart I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesa, observasi
yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus
menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan
keperawatan sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi
semua anggota tim. Data pengkajian meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah.

b. Standart II diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan komponennya
terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES) bersifat actual dan
potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
c. Standart III perencanaan atau intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d. Standart IV implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencangkup aspek peningkatan, pencegahan dan
pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan keluarga.
e. Standart V evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
f. Standart VI dokumentasikeperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama dirawat inap maupun rawat jalan yang digunakan sebagai
informasi, komunikasi dan laporan. Dokumentasi dibuat setelah
tindakan dilakukan sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
setiap mencatat harus mencantumkan inisial atau paraf atau nama
perawat, menggunakan formulir yang baku, dan disimpan sesuai
peraturan yang berlaku.

Berdasarkan Observasi yang dilakukan, penilaian Asuhan


keperawatan di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dalam
tabel berikut :

Tabel 3.31
Penilaian Asuhan Keperawatan
Di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya
Periode 16-18 Januari 2023
Kode Status
Keterangan
No Aspek Y ang Dinilai Pasien
1 2 3 4 5
A Pengkajian
1 Mencatat data yang dikaji √ √ √ √ √ Sesuai
sesuai dengan pengkajian
2 Data dikelompokkan (bio- √ x √ x √ Tidak sesuai
psiko-sosial-spritual)
3 Data yang dikaji pasien √ √ √ √ √ Sesuai
masuk sampai pulang
4 Masalah dirumuskan √ √ √ √ √ Sesuai
berdasarkan kesenjangan
antara status kesehatan
dengan norma dan pola
fungsi kehidupan
SUB TOTAL 4 3 4 3 4 Kurang
sesuai
TOTAL 18 Kurang
sesuai
PRESENTASE 90
B Diagnosa
1 Dx Keperawatan √ √ √ √ √ Sesuai
berdasarkan masalah yang
telah dirumuskan
2 Dx Keperawatan √ √ √ √ √ Sesuai
mencerminkan PE/PES
3 Merumuskan dx √ √ √ √ √ Sesuai
keperawatan
aktual/potensial
SUB TOTAL 3 3 3 3 3 Sesuai
TOTAL 15
PRESENTASE 100
C Perencanaan
1 Berdasarkan dx √ √ √ √ √ Sesuai
keperawatan
2 Disusun menurut urutan √ √ √ √ √ Sesuai
prioritas
3 Rumusan tujuan √ √ √ √ √ Sesuai
mengandung komponen
paisen/subyek, perubahan
perilaku, kondisi pasien,
dan atau criteria
4 Rencana tindakan mengacu √ √ √ √ √ Sesuai
pada tujuan dengan kalimat
perintah, terinci dan jelas
dan atau melibatkan
pasien/keluarga
5 Rencana tindakan √ √ √ √ √ Sesuai
menggambarkan
keterlibatan pasien/keluarga
6 Rencana tindakan √ √ √ √ √ Sesuai
menggambarkan kerjasama
dengan tim kesehatan lain.
SUB TOTAL 6 6 6 6 6 Sesuai
TOTAL 30
PRESENTASE 100
D Implementasi
1 Tindakan dilaksanakan √ √ √ √ √ Sesuai
mengacu pada rencana
perawatan
2 Perawat mengobservasi √ √ √ √ √ Sesuai
respon pasien terhadap
tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan √ √ √ √ √ Sesuai
berdasarkan hasil evaluasi
4 Semua tindakan yang telah √ √ √ √ √ Sesuai
dilaksanakan dicatat
ringkas dan jelas
SUB TOTAL 4 4 4 4 4 Sesuai
TOTAL 20
PRESENTASE 100
E Evaluasi
1 Evaluasi mengacu pada √ √ √ √ √ Sesuai
tujuan
2 Hasil Evaluasi dicatat √ √ √ √ √ Sesuai
SUB TOTAL 2 2 2 2 2 Sesuai
TOTAL 10
PRESENTASE 100
F Catatan Perkembangan
1 Menulis pada format yang √ √ √ √ √ Sesuai
baku
2 Pencatatan dilakukan sesuai √ √ √ √ √ Sesuai
dengan tindakan yang
dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis dengan √ √ √ √ √ Sesuai
jelas, ringkas, istilah yang
baku dan benar
4 Setiap melakukan √ √ √ √ √ Sesuai
tindakan/kegiatan perawat
mencantumkan paraf/nama
jelas, dan tanggal jam
dilakukannya tindakan
5 Berkas catatan keperawatan √ √ √ √ √ Sesuai
disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
SUB TOTAL 5 5 5 5 5
TOTAL 25
PERSENTASE 100
Sumber : Depkes RI, 2015
Tabel 3.32
Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Ruang PICU
RSUD dr. Soekardjo
No Aspek yang dinilai % Keterangan
.
1 Pengkajian Keperawatan 90 Cukup
2 Diagnose Keperawatan 100 Baik
3 Intervensi Keperawatan 100 Baik
4 Tindakan Keperawatan 100 Baik
5 Evaluasi Keperawatan 100 Baik
6 Catatan Keperawatan 100 Baik

Berdasarkan hasil penilaian dan observasi proses asuhan


keperawatan di ruang PICU terbagi menjadi 6 bagian yaitu pengkajian,
diagnose, intervensi, tindakan, evaluasi dan catatan perkembangan
keperawatan. Sebesar 90% pengkajian telah dilakukan, dan untuk
diagnose, intervensi, tindakan, evaluasi dan catatan perkembangan
telah dilakukan secara maksimal yaitu 100%. Sehingga asuhan
keperawatan yang dilakukan di ruang PICU masih ada data yang
kurang pada pengkajian yaitu data bio, psiko, sosial dan spriritual
masih ada yang belum terkaji.
2. Instrumen B (Kepuasan Pasien dan Perawat)
 Kepuasan Pasien
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi
setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan
kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang
Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan
negara menjamin setiap warga negara mendapatkan hidup
sejahtera, tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
ada di Indonesia (Info Askes, 2010).
Pelayanan kesehatan terkait dengan pelayanan di rumah
sakit. Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada
kelengkapan fasilitas yang diunggulkan, melainkan juga sikap dan
layanan sumber daya manusia merupakan elemen yang
berpengaruh signifikan terhadap pelayanan yang dihasilkan dan
dipersepsikan pasien ataupun keluarga pasien. Bila elemen tersebut
diabaikan maka dalam waktu yang tidak lama, rumah sakit akan
kehilangan banyak pasien dan dijauhi oleh keluarga calon pasien.
Pasien/keluarga pasien akan beralih ke Rumah Sakit lainnya yang
memenuhi harapan pasien, hal tersebut dikarenakan pasien
merupakan asset yang sangat berharga dalam mengembangkan
industri rumah sakit (Diah, 2009).
Pasien adalah aset utama yang harus mendapat pelayanan
sebuah rumah sakit yang akan mempengaruhi eksistensi rumah
sakit tersebut. Kepuasan keluarga merupakan keadaan dimana
keinginan, harapan dan kebutuhan keluarga terpenuhi oleh rumah
sakit. Kepuasan keluarga terhadap pelayanan keperawatan dapat
dipengaruhi dari komunikasi perawat memberikan pelayanan,
sikap empati, keramahan dan ketanggapan kepada keluarga,
komunikasi dan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang
diberikan (Ifada, 2008)
Kepuasan keluarga pasien tergantung pada kualitas
pelayanan. Oleh sebab itu, manajemen suatu pelayanan kesehatan
perlu menganalisis sejauh mana mutu pelayanan yang
diberikan.Seiring dengan banyaknya pelayanan kesehatan yang
telah berdiri dan memberikan berbagai macam alternatif kepada
konsumennya, untuk memilih sesuai dengan harapan yang
menyebabkan persaingan yang ketat.
Kajian data dilakukan Observasi dilakukan selama 3 hari dari
tanggal 16-18 Januari 2023, Penilaian kepuasan pasien terhadap
mutu pelayanan diruang PICU dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.33
Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan di PICU
RSUD dr. Soekardjo Periode 16-18 Januari 2023
N=5
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah Perawat selalu memperkenalkan diri 5 0
?
2 Apakah Perawat melarang 5 0
Anda/Pengunjung merokok di ruangan?
3 Apakah Perawat selalu menanyakan 5 0
bagaimana nafsu makan Anda/Pasien?
4 Apakah Perawat pernah menanyakan 4 1
pantangan dalam hal makanan kepada
Anda/Pasien
5 Apakah Perawat menanyakan/ 3 2
memperhatikan berapa jumlah makanan dan
makanan yang Anda/Pasien habiskan
6 Apabila Anda/Keluarga Anda tidak mampu 5 0
makan sendiri apakah Perawat membantu
menyuapi?
7 Pada saat Anda/Keluarga Anda dipasang 5 0
Infus apakah Perawat selalu memeriksa
cairan infus atau tetesannya dan area sekitar
pemasangan jarum infus?
8 Apabila Anda/Keluarga Anda mengalami 5 0
kesulitan buang air besar apakah Perawat
menganjurkan makan buah-buahan,sayuran,
minum yang cukup, dan banyak bergerak?
9 Pada saat Perawat membantu 5 0
Anda/Keluarga Anda buang air besar atau
buang air kecil, apakah Perawat memasang
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela.
Mempersilahkan pengunjung keluar
ruangan?
10 Apakah ruangan tidur Anda/Keluarga Anda 5 0
selalu dijaga kebersihannya dengan
disapu/dipel setiap hari?
11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu 5 0
bersih, tidak licin, tidak berbau, dan cukup
terang?
12 Selama Anda/keluarga Anda belum mampu 5 0
mandi dalam keadaan istirahat total apakah
dimandikan oleh Perawat?
13 Apakah Anda/Keluarga Anda dibantu oleh 5 0
Perawat jika tidak mampu menggosok gigi,
membershkan mulut/ mengganti pakaian dan
menyisir rambut?
14 Apakah alat tenun seperti speri, selimut 5 0
diganti setiap kotor?
15 Apakah Perawat memberikan penjelasan 5 0
akibat dari kurang bergerak , atau berbaring
terlalu lama?
16 Pada saat Anda/Keluarga Anda masuk 5 0
Rumah Sakit, apakah Perawat memberikan
penjelasan tentang fasilitas yang tersedia
dan cara penggunaannya. Peraturan/tata
tertib yang berlaku di Rumah Sakit ?
17 Selama Anda/Keluarga Anda dalam 5 0
perawatan apakah Perawat memanggil nama
dengan benar?
18 Selama Anda/Keluarga Anda dalam 5 0
perawatan apakah Perawat mengawasi
keadaan Anda secara teratur pada pagi sore
maupun malam hari?
19 Selama Anda/Keluarga Anda dalam 5 0
perawatan apakah Perawat bantuan bila
diperlukan?
20 Apakah Perawat bersikap sopan, ramah? 5 0
21 Apakah Anda/Keluarga Anda mengetahui 5 0
Perawat yang bertanggung jawab setiap kali
pergantian dinas?
22 Apakah Perawat selalu memberikan 5 0
penjelasan sebelum melakukan tindakan
keperawatan/ pengobatan?
23 Apakah Perawat selalu bersedia 5 0
mendengarkan dan memperhatikan setiap
keluahan Anda/Keluarga?
24 Dalam hal memberikan obat apakah Perawat 5 0
membantu menyiapkan atau meminumkan
obat?
25 Selama Anda/Keluarga Anda Dirawat 5 0
apakah diberikan penjelasan tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan
setelah Anda/Keluarga Anda diperbolehkan
pulang?
Total 122 3
Presentase 97,6% 2,4%
Sumber : Hasil Kuesioner, 2023
Berdasarkan pengkajian yang telah kami lakukan selama 3
hari di ruang PICU mengenai kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan diruangan tersebut menunjukkan bahwa sebanyak
97,6% keluarga mengatakan “Ya” pada setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat, yang berarti penilalaian kepuasan pasien
terhadap mutu pelayanan diruang PICU sangat baik.
Tetapi masih ada beberapa keluarga pasien yang belum
merasa puas atas pelayanan perawatan di ruang PICU sebanyak 2,4
% yaitu masih ada perawat yang tidak memperhatikan jenis
makanan yang dipantang oleh pasien dan jumlah makanan yang
telah dihabiskan oleh pasien.
 Kepuasan Kerja Perawat
Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan
pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal
yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang
berlaku pada dirinya. Biasanya orang akan merasa puas atas kerja
yang telah atau sedang dijalankan, apabila apa yang dikerjakan
dianggap telah memenuhi harapan, sesuai dengan tujuannya
bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, berarti yang
bersangkutan memiliki suatu harapan dan dengan demikian akan
termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan
tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan dirasakan
kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara harapan
seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan,
sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,
perjanjian psikologis dan motivasi (Robbins & Judge, 2009).
Dalam Nursalam (2009) faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja, yaitu :
a. Motivasi
Rowland (1997) menyatakan fungsi manager
meningkatkan kepuasan kerja staf didasarkan pada faktor
motivasi yang meliputi: keinginan untuk peningkatan percaya
bahwa gaji yang diterima sudah mencukupi, memiliki
kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang
diperlukan, umpan balik, kesempatan untuk mencoba,
instrumen penampilan untuk promosi, kerjasama dan peningkat
penghasilan.
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan,
menyalurkan dan memelihara prilaku sesorang. Motivasi
adalah subjek yang membingungkan, karena motif tidak dapat
diamati atau diukur secara langsung tetapi harus disimpulkan
dari perilaku sesorang( Handoko, 2003).
Kebutuhan seseorang untuk mencapai prestasi merupakan
kunci dalam suatu motivasi dan kepuasan kerja. Jika seseorang
bekerja, maka kebutuhan pencapaian prestasi tersebut berubah
sebagai dampak dari beberapa faktor dalam organisasi:
program pelatihan, pembagian dan jenis tugas yang diberikan,
tipe supervisi yang dilakukan perubahan pola motivasi dan
faktor lain. Seseorang memilih suatu perkaryaan didasarkan
pada kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki. Motivasi akan
menjadi masalah apabila kemampuan yang dimiliki tidak
dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan
tugasnya.
Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberikan
kesempatan untuk mencoba dan mendapat umpan balik dari
hasil yang diberikan. Oleh karena itu, penghargaan psikis
sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan
diperhatikan serta dibimbing bila melakukan suatu kesalahan.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
mendukung motivasi kerja untuk pencapaian kepuasan kerja
yang meliputi: komunikasi, potensial pertumbuhan,
kebijaksanaan individu, upah/gaji, kondisi kerja yang kondusif.
c. Peran Manajer
Peran dirumuskan sebagai suatu rangkaian prilaku yang
teratur yang timbul karena suatu jabatan tertentu, kepribadian
sesorang juga amat mempengaruhi bagaimana peran harus
dijalankan. Peran timbul karna seorang manajer memahami
bahwa ia bekerja tidak sendirian. Dia mempunyai lingkungan
yang setiap saat perlu berinteraksi dengan beraneka ragam
perbedaan yang ada di lingkung sekitarnya tetapi perannya
harus dimainkan dengan tidak membuat perbedaan antara satu
dengan yang lain (Thoha, 2008).
Kepuasan kerja staf dapat juga dilihat dari terpenuhinya
kebutuhan fisik dan psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut
dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan
stafnya.Hal ini perlu ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suatu keterbukaan dan memberikan kesempatan
kepada staf untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Ada dua
belas kunci utama dalam kepuasan kerja, yaitu: input,
hubungan manajer dan staf, disiplin kerja, lingkungan tempat
kerja, istirahat dan makan yang cukup, diskriminasi, kepuasan
kerja, penghargaan penampilan, klarifiksi kebijakan,
mendapatkan kesempatan, pengambil keputusan dan peran
manajer (Nursalam, 2009).
Hasil kajian data dan observasi yang dilakukan selama 3
hari dari tanggal 16-18 Januari 2023, Kepuasan Kerja
Karyawan di Ruang PICU dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 3.34
Penilaian Kepuasan Perawat di PICU RSUD dr. Soekardjo
Periode 16-18 Januari 2023
N = 16
No Pernyataan SP P CP TP STP
1 Jumlah gaji yang 0 7 5 4 0
diterima dibandingkan
pekerjaan yang saudara
lakukan
2 Sistem pengkajian yang 1 9 5 1 0
dilakukan institusi
tempat saudara bekerja
3 Jumlah gaji yang 0 5 6 5 0
diterima dibandingkan
pendidikan saudara
4 Pemberian insentif 0 6 8 2 0
tambahan atas suatu
prestasi/kerja ekstra
5 Tersedianya peralatan 0 4 12 0 0
dan perlengapan yang
mendukung pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas 0 11 5 0 0
penunjang seperti kamar
mandi, kantin, dan parkir
7 Kondisi ruangan kerja 0 6 10 0 0
terutama berkaitan
dengan ventilasi udara,
kebersihan dan
kebisingan
8 Adanya jaminan atas 1 7 8 0 0
kesehatan / keselamatan
kerja
9 Perhatian institusi 0 4 12 0 0
Rumah Sakit terhadap
saudara
10 Hubungan antar 0 11 5 0 0
karyawan dalam
kelompok kerja
11 Kemampuan dalam 1 11 4 0 0
bekerjasama antar
karyawan
12 Sikap teman-teman 1 11 4 0 0
sejawat terhadap saudara
13 Keseuaian antara 2 8 6 0 0
pekerjaan dan latar
belakang pendidikan
saudara
14 Kemampuan dalam 2 11 3 0 0
menggunakan waktu
bekerja dengan
penugasan yang
diberikan
15 Kemampuan 0 11 5 0 0
supervise/pengawas
dalam membuat
keputusan
16 Perilaku atasan selama 2 14 0 0 0
bekerja disini
17 Kebebasan dalam 0 10 6 0 0
melakukan suatu metode
sendiri dalam
menyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan untuk 0 3 10 3 0
meningkatkan
kemampuan kerja
melalui pelatihan atau
pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk 0 1 12 1 0
mendapatkan posisi lebih
tinggi
20 Kesempatan membuat 0 3 12 1 0
suatu prestasi dan
mendapatkan kenaikan
pangkat
Jumlah 10 145 132 17 0
Presentase 3,3 47,7 43, 5,6 0
4
Sumber : Hasil Kuesioner, 2023

Dari tabel diatas dapat dilihat setelah kami melakukan


pengkajian selama 3 hari bahwa untuk kepuasan kerja perawat
di rumah sakit menunjukkan tingkat kepuasan perawat yang
bekerja di ruang PICU dibagi menjadi 5 kategori yaitu sangat
puas (SP), puas (P), cukup puas (CP), tidak puas (TP), sangat
tidak puas (STP). Sebanyak 47,7% perawat merasa puas,
43,4% perawat merasa cukup puas, 5,6% perawat merasa tidak
puas, 3,3% perawat merasa sangat puas.
3. Instrumen C (Kepatuhan sesuai Standar Operasional Prosedur)
a. Pemmasangan Infus
Pemasangan infus merupakan sebuah teknik yang
digunakan untuk memungsi vena secara transcutan dengan
menggunakan stilet tajam yang kaku dilakukan dengan teknik steril
seperti angeocateter atau dengan jarum yang disambungkan dengan
spuit (Eni K, 2016).
Setelah dilakukan pengkajian tentang Pemasangan Infus
didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.35
Penatalaksanaan Pemasangan Infus
di PICU RSUD dr. Soekardjo
Periode 16-18 Januari 2023
N= 5
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Mencuci tangan 5 0
2 Persiapan alat dan menggantungkan 5 0
botol cairan pada tiang infuse
3 Mengdesinfeksikan tutup botol dengan 0 5
alcohol swab
4 Menghubungkan infuse set, dan 5 0
mengalirkan cairan kedalam selang
infuse, kemudian selang infuse di klem
5 Mengeluarkan gelembung-gelembung 5 0
udara dari selang infuse
6 Mengatur posisi pasien, dan menentukan 5 0
tempat yang akan dipasang infuse
7 Menggunakan handscoon 0 5
8 Membendung dengan tourniquet bagian 5 0
atasnya. Yang akan dipasang iv catheter
9 Mendesinfektan kulit sekitar yang akan 5 0
dipasang infuse
10 Menusukkan IV Cath kedalam vena 5 0
dengan lubang jarum mengarah keatas,
bila darah mengalir menandakan ajrum
masuk kedalam vena, tourniquet
dilepaskan, tekan bagian atasnya dari
tempat tusukan, menarik jarum iv kateter
11 Hubungkan infuse set dengan iv kateter, 5 0
kencangkan sambungan kemudian di
klem dilonggarkan untuk melihat
kelancaran cairan
12 Fiksasi menggunakan hansaplast di 5 0
bagian tusukan
13 Fiksasi bagian selang infuse dengan 5 0
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
plester
14 Atur tetesan sesuai order dokter 5 0
15 Membuang sampah pada tempatnya 5 0
16 Melepaskan handscoon 5 0
17 Membuang handscoon pada tempatnya 5 0
18 Berpamitan dengan pasien 5 0
19 Mengucapkan salam 3 2
20 Mencuci tangan 5 0
21 Dokumentasi 5 0
Jumlah 93 12
Jumlah Persentase 88,6% 11,4%
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Profesi Ners, 2023

Berdasarkan data dari tabel diatas didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan pemasangan infus yaitu nilai presentase sebesar
88,6% tindakan dilakukan sesuai dengan SOP dan termasuk dalam
kategori penilaian baik, namun 11,4% tindakan yang dilakukan
belum sesuai dengan SOP seperti halnya mengdesinfeksikan tutup
botol dengan alcohol swab, tidak menggunakan handscoon dan ada
beberapa perawat yang tidak mengucapsalam saat selesai tindakan.
b. Pemasangan Nasogastric Tube
Pemasangan nasogastric tube adalah memasang selang atau
pipa khusus melalui saluran pencernaan atas secara langsung yang
berakhir di lambung. (Muliana, 2014).
Setelah dilakukan pengkajian tentang Pemasangan
Nasogastric tube didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.36
Penatalaksanaan Pemasangan NGT
Di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo Periode 16-18 Januari 2023
N= 5
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Mencuci tangan 5 0
2 Menepatkan alat di dekat pasien 5 0
3 Memberikan salam dan menyapa nama 5 0
pasein
4 Menjelaskan tujuan dan prosedur 5 0
pelaksanaan
5 Menanyakan persetujuan dan kesiapan 5 0
klien
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
6 Menjaga privacy pasien 5 0
7 Mengatur posisi pasien dengan semi 5 0
fowler
8 Memakai sarung tangan 5 0
9 Membersihkan lubang hidung pasien 5 0
10 Memasang pengalas diatas dada 5 0
11 Mengukur panjang NGT dan memberi 5 0
tanda
12 Mengoleskan ujung NGT dengan jelly 5 0
sesuai panjang NGT yang akan dipasang
13 Mengatur posisi pasien pada posisi pleksi 5 0
kepala, dan memasukan perlahan ujung
NGT melalui hidung
14 Cek posisi ujung selang NGT dengan 5 0
salah satu cara : memasukan 10 ml udara
ke dalam NGT dan dengarkan bunyi
udara tersebut di lambung
15 Menutup ujung NGT dengan spuit/klem 5 0
atau disesuaikan dengan tujuan
pemasangan
16 Melakukan fiksasi NGT didepan hidung 5 0
dan pipi
17 Melakukan evaluasi tindakan 5 0
18 Berpamitan dengan klien 5 0
19 Membersihkan alat alat 5 0
20 Mencuci tangan 5 0
21 Dokumentasikan kegiatan dalam lembar 5 0
catatan perawat
Jumlah 105 0
Jumlah Presentase 100% 0%
Presentase 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Profesi Ners, 2023

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan pemasangan NGT didapatkan nilai presentase
sebesar 100% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik,
semua tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan SOP dari
awal sampai akhir.
c. Tindakan Suction
Tabel 3.37
Penatalaksanaan Tindakan Suction di Ruang PICU RSUD
dr. Soekardjo Periode 16-18 Januari 2023
N= 5
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Identifikasi pasien menggunakan minimal 5 0
dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir,
dan/atau nomor rekam medis)
2 Jelaskan tujuan dan langkah-langkah 5 0
prosedur
3 Siapkan alat dan bahan yang diperlukan : 5 0
 Sarung tangan steril (untuk
nasofaring, trakea dan ETT) dan
sarung tangan bersih (untuk mulut)
 Masker dan google jika perlu
 Selang suction, sesuai ukuran
 Selang penyambung
 Mesin suction
 Kom steril berisi cairan steril
 Tisu
 Pengalas
 Sumber oksigen
 Stetoskop
 Oksimeter nadi
4 Lakukan kebersihan tangan 6 langkah 5 0
5 Posisikan semifowler 5 0
6 Auskultasi suara napas 5 0
7 Pasang oksimeter nadi 5 0
8 Letakan pengalas dibawah dagu atau 5 0
dada
9 Hubungkan selang penyambung ke mesin 5 0
suction
10 Hubungkan selang penyambung dengan 5 0
ujung selang suction
11 Nyalakan mesin suction dan atur tekanan 5 0
negatif, sesuai kebutuhan (dewasa 120 –
150 mmHg, anak 100 – 120 mmHg, bayi
60 – 100 mmHg)
12 Berikan oksigen 100% minimal 30 detik 5 0
dengan selang oksigen
13 Pasang sarung tangan steril 5 0
14 Lakukan penghisapan tidak lebih dari 15 5 0
detik
15 Lakukan penghisapan pada ETT terlebih 5 0
dahulu lalu hidung dan mulut, jika
terpasang ETT
16 Bilas selang suction dengan cairan steril 5 0
17 Berikan kesempatan bernapas 3-5 kali 5 0
sebelum penghisapan berikutnya
18 Monitorr saturasi oksigen selama 5 0
penghisapan
19 Lepas dan buang selang suction 5 0
20 Matikan mesin suction 5 0
21 Auskultasi kembali suara napas 5 0
22 Rapikan pasien dan alat-alat yang 5 0
digunakan
23 Lepaskan sarung tangan 5 0
24 Lakukan kebersihan tangan 6 langkah 5 0
25 Dokumentasikan warna, jumlah, 5
konsistensi sputum, kemampuan batuk,
saturasi oksigen dan suara napasb serta
respon pasien
Jumlah 125 0
Persentase 100
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Profesi Ners, 2023

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan pemasangan Suction didapatkan nilai presentase
sebesar 100% dan termasuk dalam kategori penilaian sangat baik,
semua tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan SOP dari
awal sampai akhir.
d. Pemberian Obat IV
Memberikan obat melalui suntikan kedalam pembuluh
darah vena melalui port injeksi pada infuse set. Berdasarkan hasil
pengkajian tentang Pemberian Obat melalui injeksi intravena
didapatkan hasil sebagai beriku
Tabel 3.38
Pemberian Obat Injeksi Intravena Bolus di Ruang PICU RSUD dr.
Soekardjo Periode 16-18 Januari 2023
N= 5
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Ucapkan salam 0 5
2 Perkenalkan diri 5 0
3 Pastikan identitas pasien 5 0
4 Sampaikan tujuan dan prosedur 5 0
5 Ikuti prinsip : benar obat, benar pasien, 5 0
benar dosis, benar waktu, benar cara
pemberian, benar indikasi dan
dokumentasi
6 Atur posisi port Injeksi pada daerah yang 5 0
bebas dan aman
7 Bersihkan daerah penyuntikan dengan 5 0
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
alcohol swab
8 Tusukan jarum kedalam port Injeksi yang 5 0
telah tersedia dalam infuse set (karet
khusus)
9 Hentikan aliran infuse dengan cara di 5 0
klem dan lakukan aspirasi, pastikan jalur
IV line baik dengan adanya darah saat
dilakukan aspirasi
10 Masukan obat perlahan-lahan sampai 5 0
habis
11 Cabut jarum setelah obat masuk semua 5 0
12 Buang spuit dan jarum bekas pada 5 0
bengkok
13 Buka klem infuse dan atur kembali 5 0
tetesan infuse
14 Rapikan pasien dan Bereskan alat 5 0
15 Dokumentasikan pemberian obat dan 5 0
respon pasien
Jumlah 70 5
Jumlah Persentase 93,3% 6,7%
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Profesi Ners, 2023

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan pemberian obat melalui injeksi intravena
didapatkan nilai presentase sebesar 93,3% tindakan yang dilakukan
oleh perawat telah sesuai dengn SOP dan termasuk dalam kategori
penilaian sangat baik, namun sebesar 6,7% tindakan belum sesuai
prosedur yaitu tidak mengucapkan salam.

e. Pengukuran Pernapasan
Pengukuran pernapasan adalah menghitung jumlah
pernapasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu
menit.Setelah dilakukan pengkajian tentang pelaksanaan
pengukuran pernafasan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.39
Pengukuran Pernapasan
di PICU RSUD dr. Soekardjo
Periode 16-18 Januari 2023
N= 5
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arloji tangan dengan petunjuk detik 5 0
Buku catatan
2 Melakukan Kebersihan Tangan dan 0 5
Bismillah
3 Memperkenalkan diri 0 5
4 Menghitung pernafasan dengan 5 0
memperhatikan irama nafas selama satu
menit
5 Melakukan cuci tangan 0 5
6 Kebersihan tangan 5 0
7 Dokumentasikan hasilnya dalam buku 5 0
catatan dan rekam medik pasien.
Jumlah 20 15
Jumlah Persentase 57,1% 42,9%
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Profesi Ners, 2023

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan pengukuran pernapasan didapatkan nilai
presentase sebesar 57,1% tindakan sesuai dengan SOP dan
termasuk dalam kategori penilaian baik, namun sebesar 42,9%
tindakan belum dilakukan seperti melakukan kebersihan tangan
dan bismilllah, memperkenalkan diri.
f. Pengukuran Nadi
Pengukuran nadi adalah menghitung jumlah denyut nadi
(irama, frekuensi dan kekuatan).Berdasarkan hasil pengkajian
tentang Pengukuran nadi didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.40
Pengukuran Nadi
di PICU RSUD dr. Soekardjo
Periode 16-18 Januari 2023
N= 5
No Aspek yang dinilai Ya Tidak
1 Arloji tangan dengan petunjuk detik dan 5 0
Buku catatan
2 Perawat melakukan kebersihan tangan 5 0
3 Mengucapkan salam 0 5
4 Perkenalkan diri 0 5
5 Memastikan identitas klien 5 0
6 Menjelaskan prosedur tindakan 5 0
7 Hitung denyut nadi dengan 5 0
menggunakan arloji
8 Tempelkan jari telunjuk dan jari tengah 5 0
diatas arteri klien selama satu menit
9 Membereskan alat 5 0
10 Mengucapkan salam 0 5
11 Melakukan kebersihan tangan sesuai 5 0
prosedur
12 Dokumentasikan hasil perhitungan pada 5 0
buku catatan
Jumlah 45 15
Persentase 75% 25%
Persentase 100%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Profesi Ners, 2023

Berdasarkan data dari tabel yang didapatkan hasil dalam


Penatalaksanaan pengukuran nadi didapatkan nilai presentase
sebesar 75% tindakan perawat sudah sesuai dengan prosdur dan
termasuk dalam kategori penilaian baik, namun 25% tindakan
perawat belum sesuai dengan prosedur seperti tidak mengucap
salam dan memeperkenalkan diri.
4. Output
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan mulai dari instrument A, B, dan C
di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo periode 16-18 Januari 2023.
5. Rentang Kendali
Berdasarkan observasi yang kami lakukan, rentang kendali di
Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo periode 16-18 Januari 2023, dapat
dilihat pada table berikut :
Tabel 2.43
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan (Instrumen A,B,C)
di Ruang PICU RSUD dr. Soekardjo periode 16-18 Januari 2023
Target yang
No Aspek Tercapai (%)
harus di capai
1 Instrumen A 100% >70%
2 Instrumen B 97,6% >70%
3 Instrumen C 85,7% >70%
Total Rata-rata 94,4%
Sumber : Hasil Observasi Mahasiswa Profesi Ners, 2023
Berdasarkan tabel diatas hasil penilaian mutu pelayanan yang
meliputi : instrument A dengan presentase hasil sebesar 100%, yang
berarti asuhan keperawatan yang telah dilakukan di ruang PICU telah
memenuhi standar dan sudah dilakukan dengan sangat baik. Instrumen
B hasil presentasi 97,6% yang berarti timbal balik tenaga perawat,
pasien dan keluarga perawat terhadap mutu pelayanan sudah sangat
baik, Sedangkan instrumen C didapatkan hasil presentase sebesar
85,7%, yang berarti semua tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat sudah termasuk baik sesuai dengan prosedur atau SOP yang
ada di PICU RSUD dr. Soekardjo. Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu
pelayanan yang ada di ruang PICU sudah baik dan telah memenuhi
target standar pelayanan mutu rumah sakit.
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

4.1 Analisis Data


4.1.1 Analisis SWOT
1. M1- Man (Sumber Daya Manusia

Strengths Weaknesses Opportunities Threats


(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)
1. Jumlah tenaga 1. Berdasarkan 1. Adanya 1. Adanya RS
perawat perhitungan mahasiswa yang
diruangan PICU tenaga yang sedang mendirikan
yang memadai perawat praktek belajar ruangan PICU
berjumlah 16 menurut di RSUD dr. 2. Belum
orang. rumus Soekardjo menerapkan
2. Dari hasil douglas Kota pendaftaran
survey yang didapatkan Tasikmalaya online
dilakukan hasil adanya 2. RSUD 3. Adanya
hasilnya sebesar kelebihan dr.Soekardjo tuntutan
97,6% jumlah merupakan masyarakat
menyatakan tenaga Rumah Sakit yang tinggi
puas akan perawat tipe B yang untuk
pelayanan yang 2. Tingkat juga sebagai mendapatkan
dilakukan di kompetensi Rumah Sakit pelayanan
ruang PICU perawat yang Pendidikan yang lebih
3. Kepala ruangan tersertifikasi professional
menjalankan pelaihan
tugas dan intensive di
fungsinya ruang PICU
dengan baik. baru
4. Adanya struktur berjumlah 2
organisasi orang
3. Struktur
Organisasi
belum
diperbaharui

2. M2- Material (Sarana dan Prasarana)

Strengths Weaknesses Opportunities Threats


(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)
1. Sarana 1. Luas ruangan 1. RSUD dr. 1.Tersedianya
prasarana terlalu sempit Soekardjo fasilitas RS
yang 2. Posisi Kota yang lengkap
mendukung ruangan yang Tasikmalaya menjadi item
tingkat kurang merupakan persaingan antar
pelayanan stratefis rumah sakit RS
yang optimal berada di tipe B yang 2. Sarana dan
2. Keadaan lantai 2 memungkink Prasarana RS
bangunan di 3. Tidak ada an untuk yang lengkap
ruangan PICU ruangan memperoleh menjadi aya
kokoh dan khusus fasilitas yang tarik pelanggan
tidak mudah terentu lengkap 3. tuntutan
terbakar (Dokter, sehingga akreditasi
3. Di ruangan Mahasiswa, ruangan Rumah Sakit
PICU RSUD dan Isolasi) memiliki 4. Makin
termasuk kesempatan tingginya
ruangan yang yang besar kebijakan
nyaman untuk pemerintah
karena jauh melengkapi dalam
dari fasilitas pelayanan
keramaian. kesehatan kesehatan
4. Posisi ruangan yang belum dengan adanya
mendukung tersedia program BPJS
untuk
pemulihan
dengan berada
di wilayah
nyaman dan
jauh dari
kebisingan

3. M4-Method (Metode)

Strengths Weaknesses Opportunities Threats


(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)
1. Visi Misi 1. Operan 1. Adanya 1. Tuntutan
ruangan PICU shift kesempatan akreditasi
yang selaras terkadang mendukung Rumah Sakit
dengan tidak tepat terlaksananya 2. Adanya
Falsafah komunikasi kesadaran
waktu dan
Rumah Sakit adekuat antar pasien dan
tidak
2. Sudah perawat dan keluarga akan
dilakukan
diberlakukan ronde tim kesehatan tanggung
MPKP yaitu keperawata lain jawab dan
Metode Primer n 2. Perawat tanggung
Modifikasi/MP 2. Discharge pendapat gugat
M planning kesempatan 3. Adanya
3. Terdapat untuk untuk tuntutan akan
format pendidikan dievaluasi pelayanan
Pendokumentas kesehatan langsung oleh yang
ian asuhan belum ketua Tim profesional
keperawatan terdokument dan Kepala
sebesar 90% asi secara Ruangan
4. Ruangan telah optimal 3. Adanya
menggunakan 3. BOR keinginan
SIRS melebihi perawat
standar untuk
nasional mengalmi
yaitu sebesar perubahan
104%. setelah
disupervisi

4. Machine (Mesin)

Strengths Weaknesses Opportunities Threats


(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)
1. Alat-alat 1. Beberapa 1. Mempermudah 1. Alat suction,
kesehatan alat dalam alat nebulizer,
yang kesehatan pemberian bila
terstandarisasi cadangan askep perawatannya
dengan baik rusak 2. Kolaborasi alat kurang baik
dan memada secara dapat berisiko
sesuai dengan berkala/6 meningkatkan
rasio pasien bulan dan rutin angka infeksi
dapat nosocomial
meminimalisir bila angka
angka perbaikannya
kerusakan alat lebih tinggi
menimbulkan
kerugian bagi
RS

4.1.2 Perhitungan Analisa SWOT


1. Faktor Internal
a. Strengths (kekuatan)

No Strengths (kekuatan) Bobot Rating Score


1 Jumlah tenaga perawat 0,08 3,5 0.28
diruangan PICU yang
memadai berjumlah 16 orang.
2 Dari hasil survey yang 0,07 4,5 0,32
dilakukan hasilnya sebesar
97,6% menyatakan puas akan
pelayanan yang dilakukan di
ruang PICU
3 Kepala ruangan menjalankan 0,07 4,5 0,32
tugas dan fungsinya dengan
baik.
4 Adanya struktur organisasi 0,07 3,5 0,25
5 Sarana prasarana yang 0,07 4 0,28
mendukung tingkat pelayanan
yang optimal
6 Keadaan bangunan di 0,06 3 0,18
ruangan PICU kokoh dan
tidak mudah terbakar
7 Di ruangan PICU RSUD 0,06 3,5 0,21
termasuk ruangan yang
nyaman karena jauh dari
keramaian.
8 Posisi ruangan mendukung 0,07 4 0,28
pemluihan dengan berada di
wilayah
9 Visi Misi ruangan PICU yang 0,08 4 0,32
selaras dengan Falsafah
Rumah Sakit
10 Sudah diberlakukan MPKP 0,07 4,5 0,32
yaitu Metode Primer
Modifikasi/MPM
11 Format Pendokumentasian 0,07 4,5 0,32
asuhan keperawatan sebesar
90%
12 Alat-alat kesehatan yang 0,06 4 0,24
terstandarisasi dengan baik
dan memada sesuai dengan
rasio pasien
13 Ruangan telah menggunakan 0,08 5 0,4
SIRS
14 Menerima perawatan dengan 0,08 5 0,4
pembayaran oleh umum dan
juga tunjangan kesehatan
BPJS atau asuransi lainnya
Total 1,00 57,5 4,12

b. Weaknesses (Kelemahan)

No Weaknesses (Kelemahan) Bobot Rating Score


1 Tingkat kompetensi perawat 0,13 1,5 0,19
yang tersertifikasi pelatihan
intensive di Ruang PICU baru
berjumlah 2 orang
2 Struktur Organisasi yang 0,13 1 0,13
belum diperbaharui
3 Luas ruangan sempit 0,10 2 0,21
4 Tidak ada ruangan khusus 0,10 2,5 0,26
tertentu (Dokter, mahasiswa
dan Isolasi
5 Operan shift terkadang tidak 0,08 3 0,25
tepat waktu dan tidak
dilakukan ronde keperawatan
6 Discharge Planning 0,08 2,5 0,21
pendidikan kesehatan yang
belum terdokumentasi secara
optimal
7 Beberapa alat kesehatan 0,06 2 0,13
cadangan rusak
8 Posisi ruangan yang kurang 0,10 1,5 0,16
strategis berada di lantai 2
9 Berdasarkan perhitungan 0,10 2 0,21
tenaga perawat rumus
douglass didapatkan adanya
kelebihan jumlah tenaga
perawat
10 BOR melebihi standar 0,10 2 0,21
nasional
Total 1,00 20 1,94

Analisis faktor internal = strength – weaknesses


= 4,12 – 1,94
= 2,18
2. Faktor Eksternal
a. Opportunities (Kesempatan)

No Opportunities (Kesempatan) Bobot Rating Score


1 Diunggulkan karena adanya 0,22 4,5 1,00
kelas 3
2 Promosi melalui media masih 0,15 3 0,44
dapat ditingkatkan lagi
3 RSUD Soekardjo Merupakan 0,22 5 1,11
Rumah sakit tipe B yang
memberikan kesepatan
seluas-luasnya bagi para
mahasiswa untuk belajar dan
memberikan asuhan
4 Mendapat dukungan penuh 0,22 4,5 1,00
dari pemerintah
5 Kinerja dari para pegawai 0,19 3 0,56
baik perawat maupun staf
terkait masih dapat
ditingkatkan
Total 1,00 24,5 4,11

b. Threats (Ancaman)

No Threats (Ancaman) Bobot Rating Score


1 Semakin maraknya layanan 0,26 1,5 0,39
kesehatan baru seperti rumah
sakit swasta atau Rumah sakit
Umum Daerah Lainnya
dengan persaingan pelayanan
prima disertai sarana dan
prasarana yang lebih lengkap
2 Tidak adanya promosi khusus 0,17 2 0,35
yang dilakukan
3 Efek Pasar bebas 0,26 2 0,52
kemungkinan persaingan
SDM akan lebih kompetitif
4 Tuntutan akreditasi rumah 0,22 3,5 0,76
sakit yang terkadang
membebani moral para
pegawai terkhusus para
perawat
5 Pasien BPJS terkadang 0,09 3 0,26
menjadi ajang diskriminatif
para petugas kesehatan
Total 1,00 12 2,28

Analisis faktor internal = opportunity – threat


= 4,11 – 2,28
= 1,83

4.1.3 Diagram Layang Analisis SWOT


O

4
3

2
O -T = 2,83
1
S-W = 2,83
W S
-5 -4 5 -3 -2 -1 1 2 3 4 5
-1

-2

-3

-4 5

-5

T
Keterangan :
Berdasarkan hasil perhitungan bobot manajemen yaitu faktor internal sebesar 2,18 dan bobot faktor eksternal sebesar 1,83.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa ruang mawar berada di area SO Strategis. Strategi ini menggunakan
kekuatan internal untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar ( Arifianto, 2017).
STRENGHT
FAKTOR a. Jumlah tenaga perawat diruangan PICU yang memadai berjumlah 16 orang.
b. Dari hasil survey yang dilakukan hasilnya sebesar 97,6% menyatakan puas
INTERNAL
akan pelayanan yang dilakukan di ruang PICU
c. Kepala ruangan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
d. Adanya struktur organisasi
e. Sarana prasarana yang mendukung tingkat pelayanan yang optimal
f. Keadaan bangunan di ruangan PICU kokoh dan tidak mudah terbakar
STRATEGI SO g. Di ruangan PICU RSUD termasuk ruangan yang nyaman karena jauh dari
keramaian.
h. Posisi ruangan mendukung untuk pemulihan dengan berada di wilayah
nyaman dan jauh dari kebisingan
i. Visi Misi ruangan PICU yang selaras dengan Falsafah Rumah Sakit
j. Sudah diberlakukan MPKP yaitu Metode Primer Modifikasi/MPM
k. Terdapat format Pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar 90%
FAKTOR
l. Ruangan telah menggunakan SIRS
EKSTERNAL m. Alat-alat kesehatan yang terstandarisasi dengan baik dan memada sesuai
dengan rasio pasien

OPORTUNITY STRATEGI SO
a. Adanya mahasiswa yang sedang a. Mensosialisasikan visi misi ke anggota dan melaksanakan visi misi dengan baik
praktek belajar di RSUD dr. b. Meningkatkan asuhan keperawatan sesuai SAK dan SOP agar meningkatkan
Soekardjo Kota Tasikmalaya kualitas pelayanan sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga dan selalu
b. RSUD dr.Soekardjo merupakan menjadi rumah sakit rujukan
c. Mempertahankan pelayanan yang prima dan ramah tamah serta mengaplikasikan 5S
Rumah Sakit tipe B yang juga
agar masyarakat merasa nyaman
sebagai Rumah Sakit Pendidikan d. Meningkatkan kerjasama dengan institut pendidikan
c. RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya merupakan rumah sakit
tipe B yang memungkinkan untuk
memperoleh fasilitas yang lengkap
sehingga ruangan memiliki
kesempatan yang besar untuk
melengkapi fasilitas kesehatan yang
belum tersedia
d. Adanya kesempatan mendukung
terlaksananya komunikasi adekuat
antar perawat dan tim kesehatan lain
e. Perawat pendapat kesempatan untuk
dievaluasi langsung oleh ketua Tim
dan Kepala Ruangan
f. Adanya keinginan perawat untuk
mengalami perubahan setelah
WEAKNESS
FAKTOR
a. Berdasarkan perhitungan tenaga perawat menurut rumus douglas didapatkan hasil adanya
INTERNAL kelebihan jumlah tenaga perawat
b. Tingkat kompetensi perawat yang tersertifikasi pelaihan intensive di ruang PICU baru
berjumlah 2 orang
STRATEGI WO c. Struktur Organisasi belum diperbaharui
d. Luas ruangan terlalu sempit
e. Posisi ruangan yang kurang stratefis berada di lantai 2
FAKTOR f. Tidak ada ruangan khusus terentu (Dokter, Mahasiswa, dan Isolasi)
g. Operan shift terkadang tidak tepat waktu dan tidak dilakukan ronde keperawatan
EKSTERNAL h. Discharge planning untuk pendidikan kesehatan belum terdokumentasi secara optimal
i. BOR melebihi standar nasional yaitu sebesar 104%
j. Beberapa alat kesehatan cadangan rusak
OPORTUNITY STRATEGI WO

a. Adanya mahasiswa yang sedang a. Meningkatkan promosi ruangan kepada masyarakat agar masyarakat tertarik untuk
praktek belajar di RSUD dr. memilih layanan di RSUD Soekardjo khususnya ruangan PICU sehingga nilai ideal BOR,
Soekardjo Kota Tasikmalaya AVLOS dan TOI sesuai dengan standar nasional.
b. RSUD dr.Soekardjo merupakan b. Meningkatkan model asuhan keperawatan secara konsisten untuk mendapatkan kepuasan
Rumah Sakit tipe B yang juga pasien yang maksimal.
sebagai Rumah Sakit c. Meningkatkan promosi khusus mengenai penyakit, standarisasi medis, proses asuhan
Pendidikan keperawatan Ruangan PICU melalui berbagai media baik cetak maupun ekeltronik.
c. RSUD dr. Soekardjo Kota d. Meningkatkan sarana dan prasarana Ruangan PICU seperti alat tenun, alat medis,
Tasikmalaya merupakan rumah standarisasi ruangan rawat inap/ bangunan, guna meningkatkan pelayanan dan kepuasan
sakit tipe B yang pasien.
memungkinkan untuk e. Membuat format asuhan keperawatan
memperoleh fasilitas yang
lengkap sehingga ruangan
memiliki kesempatan yang
besar untuk melengkapi fasilitas
kesehatan yang belum tersedia
d. Adanya kesempatan
mendukung terlaksananya
komunikasi adekuat antar
perawat dan tim kesehatan lain
e. Perawat pendapat kesempatan
untuk dievaluasi langsung oleh
ketua Tim dan Kepala Ruangan
f. Adanya keinginan perawat
untuk mengalami perubahan
setelah disupervisi.
g. Kolaborasi alat secara berkala/6
bulan dan rutin dapat
meminimalisir angka kerusakan
alat
FAKTOR WEAKNESS

INTERNAL a. Berdasarkan perhitungan tenaga perawat menurut rumus douglas didapatkan hasil adanya
kelebihan jumlah tenaga perawat
b. Tingkat kompetensi perawat yang tersertifikasi pelaihan intensive di ruang PICU baru
berjumlah 2 orang
c. Struktur Organisasi belum diperbaharui
STRATEGI WT d. Luas ruangan terlalu sempit
e. Posisi ruangan yang kurang stratefis berada di lantai 2
f. Tidak ada ruangan khusus terentu (Dokter, Mahasiswa, dan Isolasi)
FAKTOR g. Operan shift terkadang tidak tepat waktu dan tidak dilakukan ronde keperawatan
h. Discharge planning untuk pendidikan kesehatan belum terdokumentasi secara optimal
EKSTERNAL i. BOR melebihi standar nasional yaitu sebesar 104%
j. Beberapa alat kesehatan cadangan rusak
TREATH STRATEGI WT

a. Adanya RS yang mendirikan ruangan a. Melakukan promosi yang efektif diwilayah strategis sekitar Rumah Sakit, terutama
PICU wilayah yang memiliki potensial market seperti apertemen, perkantoran dan pusat
b. Belum menerapkan pendaftaran online perbelanjaan serta daerah yang tidak tejangkau media informasi.
c. Adanya tuntutan masyarakat yang b. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan Ruangan PICU
tinggi untuk mendapatkan pelayanan
c. Promosi efektif dan inovatif kepada berbagai elemen masyarakat terkait Pelayanan
yang lebih professional
d. Tersedianya fasilitas RS yang lengkap
prima baik asuransi BPJS maupun non asuransi dapat perlakukan yang sama dan hak
menjadi item persaingan antar RS yang sama terkait layanan kesehatan sampai pada proses asuhan keperawatan
e. Sarana dan Prasarana RS yang d. Meningkatkan standar fasilitas pelayanan guna menarik kepercayaan publik ditengah
lengkap menjadi aya tarik pelanggan banyaknya pesaing rumah sakit baru yang berdiri dengan visi yang lebih inovatif
f. tuntutan akreditasi Rumah Sakit
g. Makin tingginya kebijakan
pemerintah dalam pelayanan
kesehatan dengan adanya program
BPJS
h. Tuntutan akreditasi Rumah Sakit
i. Adanya kesadaran pasien dan keluarga
akan tanggung jawab dan tanggung
gugat
j. Adanya tuntutan akan pelayanan yang
professional
k. Alat suction, alat nebulizer, bila
perawatannya kurang baik dapat
berisiko meningkatkan angka infeksi
nosocomial bila angka perbaikannya
lebih tinggi menimbulkan kerugian
bagi RS
STRENGHT
FAKTOR
a. Jumlah tenaga perawat diruangan PICU yang memadai berjumlah 16 orang.
INTERNAL b. Dari hasil survey yang dilakukan hasilnya sebesar 97,6% menyatakan puas akan
pelayanan yang dilakukan di ruang PICU
c. Kepala ruangan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
d. Adanya struktur organisasi
e. Sarana prasarana yang mendukung tingkat pelayanan yang optimal
STRATEGI ST f. Keadaan bangunan di ruangan PICU kokoh dan tidak mudah terbakar
g. Di ruangan PICU RSUD termasuk ruangan yang nyaman karena jauh dari keramaian.
h. Posisi ruangan mendukung untuk pemulihan dengan berada di wilayah nyaman dan jauh
dari kebisingan
i. Visi Misi ruangan PICU yang selaras dengan Falsafah Rumah Sakit
FAKTOR j. Sudah diberlakukan MPKP yaitu Metode Primer Modifikasi/MPM
k. Terdapat format Pendokumentasian asuhan keperawatan sebesar 90%
EKSTERNAL l. Ruangan telah menggunakan SIRS
m. Alat-alat kesehatan yang terstandarisasi dengan baik dan memada sesuai dengan rasio
pasien
TREATH STRATEGI ST

a. Adanya RS yang mendirikan ruangan a. Meningkatkan kualitas dalam hal asuhan keperawatan serta tindakan keperawatan di
PICU Ruang PICU untuk meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan
b. Belum menerapkan pendaftaran online b. Meningkatkan kompetensi sertifikasi tenaga kerja Perawat PICU agar lebih maksimal
c. Adanya tuntutan masyarakat yang dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan keahliaan nya
tinggi untuk mendapatkan pelayanan
c. Melakukan standarisasi / penyamaanpersepsi / seminar bagi tenaga medis Ruangan PICU
yang lebih professional
d. Tersedianya fasilitas RS yang lengkap
guna meningkatkan kembali dan meningkatkan kemampuan mengenai SOP, ASKEP,
menjadi item persaingan antar RS timbang terima, Pendokumentasian dan discharge planning yang harus dilaksanakan
e. Sarana dan Prasarana RS yang lengkap selama proses keperawatan pada klien / pasien.
menjadi aya tarik pelanggan
f. tuntutan akreditasi Rumah Sakit
g. Makin tingginya kebijakan pemerintah
dalam pelayanan kesehatan dengan
adanya program BPJS
h. Tuntutan akreditasi Rumah Sakit
i. Adanya kesadaran pasien dan keluarga
akan tanggung jawab dan tanggung
gugat
j. Adanya tuntutan akan pelayanan yang
professional
k. Alat suction, alat nebulizer, bila
perawatannya kurang baik dapat
berisiko meningkatkan angka infeksi
nosocomial bila angka perbaikannya
lebih tinggi menimbulkan kerugian
bagi RS

4.1.4 Prioritas Masalah Berdasarkan Hasil Skoring

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas


1. Man
Kurangnya pendidikan dan pelatihan PICU/NICU bagi 5 5 4 5 4 23 VI
tenaga perawat
Kelebihan jumlah tenaga pelaksana keperawatan 5 4 4 5 4 22 VII
Struktur organisasi belum diperbaharui 5 4 5 5 5 24 I
2. Material
Luas ruangan terlalu sempit 5 3 3 4 3 18 IX
Tidak ada ruangan khusus terentu (Dokter, Mahasiswa, dan 5 3 3 4 4 19 VIII
Isolasi)
Posisi ruangan yang kurang stratefis berada di lantai 2 5 3 3 4 3 18 X
3. Method
Operan shift terkadang tidak tepat waktu dan tidak 5 4 5 5 5 24 II
dilakukan ronde keperawatan
Discharge planning untuk pendidikan kesehatan belum 5 4 5 5 5 24 III
terdokumentasi secara optimal
BOR masih dibawah standar nasional yaitu sebesar 1,017%. 5 5 4 5 5 24 IV
4. Machine
Beberapa alat kesehatan cadangan rusak 5 5 5 4 5 24 V
Keterangan :
 Magnitude (Mg) : kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah
 Severity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
 Manageability (Mn) : kemungkinan masalah bisa dipecahkan
 Nursing concent (Nc) : melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
 Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya
4.2 Perencanaan (Plan of Action)
Berikut Plan of Action manajemen di ruang mawar RSUD Dokter Soekardjo:
Tabel 4. Plan Of Action
No. Problem Strategi Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Waktu PJ
1. Jumlah atau Melengkapi sarana 1. Membuat Struktur organisasi Sebagai bentuk Kepala Diskusi Kamis, Elia
karakteristik sarana prasarana untuk Ruang PICU Sosialisasai pada Ruang PICU 26 Januari 2023 Firdaus
dan prasarana meningkatkan tenaga / yang
sebagian tidak kenyamanan dan keperawatan agar mewakili
sesuai standar dan kepercayaan serta kegiatan berjalan
tidak lengkap pelayanan untuk klien sesuai tupoksi
masing-masing
2. Menyarankan kepada kepala Untuk menunjang Kepala Diskusi Kamis, Samantri
ruangan / wakil kepala ruangan pelayanan yang Ruang PICU 26 Januari 2023
untuk mengajukan penyediaan lebih baik / yang
alat yang jumlahnya belum mewakili
sesuai dengan standar rumah
sakit

3. Membuat Simbol untuk Memberikan Kepala Diskusi Kamis, Gina


diterapkan ditoilet perhatian kepada Ruang PICU 26 Januari 2023 shentia
pengguna Toilet / yang
mewakili
2. Kurangnya Meningkatkan mutu 1. Mengusulkan kepada semua Memberikan Kepala Diskusi Jumat, Dina
pendidikan dan pelayanan ruangan PICU perawat yang ada di ruang perhatian bagi Ruang PICU 27 Januari 2023 Herlina
pelatihan sesuai dengan standar PICU agar mengikuti pelatihan perawat agar / seluruh
PICU/NICU bagi yang tercantun dalam PICU/NICU mengikuti perawat
tenaga perawat Depkes pelatihan
PICU/NICU
2. Mengadakan sosialisasi tentang Untuk menunjang Seluruh Sosialisasi Jumat, Dini
pelatihan Ruang PICU/NICU pelayan lebih baik perawat 27 Januari 2023 Indriyani
bagi pasien ruang PICU
3. Operan shift yang Meningkatkan 1. Mensosialisasikan mengenai Untuk Kepala Diskusi Jumat, D. Danu
kadang tidak tepat kedisiplinan perawat di handover, pre conference, post meningkatkan Ruang PICU 27 Januari 2023 Wijaya
waktu ruang PICU conference, dan ronde kedisiplinan dan / seluruh
keperawatan kinerja perawat perawat
2. Role paly handover, pre Anti
conference, post conference Fitriaeni
4. Belum optimalnya Mengoptimalkan asuhan 1. Menyiapkan materi untuk Meningkatkan Seluruh Sosialisasi Jumat, Nunik
proses dalam keperawatan bagi klien proses pengkajian asuhan pengkajian secara perawat 27 Januari 2023 Saadatul
pengkajian keperawatan yang berkesinambunga ruang PICU Kamilah
komprehensif n
2. Mensosialisasikan materi Nadia
pendokumentasian asuhan Dwi
keperawatan yang Ningtiya
komprehensif s
5. Ketidaktersediaan Mengoptimalkan sarana 1. Membuat leaflet 10 besar Untuk Kepala Diskusi Jumat, Leni
leaflet 10 besar promosi kesehatan di penyakit yang terjadi di ruang meningkatkan Ruang PICU 27 Januari 2023 Nuraeni
masalah/penyakit ruag PICU PICU promosi / seluruh
yang terdapat di 2. Mensosialisasikan 10 besar kesehatan bagi perawat Tia
ruang PICU penyakit yang terjadi di ruang klien maupun Fitriaeni
PICU keluarga
BAB V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
5.1 Pelaksanaan
5.2 Evaluasi
5.3 Faktor Kesulitan dan Pendukung
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
LAMPIRAN
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai