RONDE KEPERAWATAN
Oleh :
Kelompok
C&D
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Kamis
Tanggal : 18 Juni 2020
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Rumah masing-masing (secara virtual)
Mengetahui
PROPOSAL
RONDE KEPERAWATAN
A. Latar belakang
Ronde keperawatan sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan
dengan metode Keperawatan Primer, merupakan salah satu metode pemberian pelayanan
keperawatan yang harus ditingkatkan dan dimantapkan. Metode ini ditujukan untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien sehingga dengan
ronde keperawatan diharapkan didapatkan pemecahan masalah melalui cara berpikir kritis
berdasarkan konsep asuhan keperawatan.
Di Ruang Penyakit Dalam Lantai 1 RSUD Genteng, Ronde keperawatan dilaksanakan setiap
dua bulan sekali dengan pembahasan masalah keperawatan dan juga studi kasus
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas masalah
keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan, serta
divisi terkait (medis, gizi, rehabilitasi medik, dsb). Ronde keperawatan juga merupakan suatu
proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu
transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dengan
pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara
professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam
melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan
yang terjadi pada klien.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka mahasiswa Profesi Ners Angkatan IX kelompok C
& D akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Rumah masing-masing (virtual) selama
melaksanakan Praktik Profesi Manajemen Keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan ronde keperawatan mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien
melalui pendekatan berpikir kritis.
2. Tujuan khusus :
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu :
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah
b. Meningkatkan kemampuan validasi data klien
c. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
keperawatan
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang sesuai dengan masalah klien
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
C. Manfaat
1. Bagi Pasien :
a. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
b. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
c. Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat :
a. Meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif dan psikomotor perawat.
b. Meningkatkan kerjasama tim
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3. Bagi rumah sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
b. Menurunkan lama hari perawatan pasien.
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
E. Media
1. Materi disampaikan secara lisan
2. Dokumentasi klien (status)
3. Sarana diskusi :
a. Alat tulis
b. Kertas dan ballpoint
F. Pelaksanaan
Topik : Diagnosis COVID-19
Sasaran : Klien Ny. A
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Juni 2020
Waktu : Jam 08.00 WIB
Tempat : secara virtual
Materi : Penyakit COVID-19 (Corona Virus Disease)
Asuhan Keperawatan pada klien dengan diagnosa Covid-19
1. Masalah-masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif
2. Intrervensi keperawatan pada klien dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
G. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Yahya Afisena
Konselor :
KaTim 1 : Jaka Nanda Sari
PP : Freda Adi, Chory Nur F, Dino Kharisma, Pipit Mahendra, Dilla F
KaTim 2 : Ni Kadek Heni D
PA 2 : Bayu Tri Utami, Weni Desiana, Ni Kadek Yuli A, Nila Lita, Ika Setiyarini
Penyajian riwayat
penyakit dan masalah
klien
Menyampaikan masalah
keperawatan yang belum
terselesaikan
.
Validasi Data : Bed Pasien Kepala Ruangan
Memberi salam dan
memperkenalkan tim
ronde kepada klien dan
keluarga
Karu, konselor, PP1,
Validasi data yang telah PP2, PA.
15 menit disampaikan dengan dan dokter.
melibatkan keluarga
15 menit
Ruang
Diskusi/Tanya jawab diskusi
Diskusi antar anggota tim Karu, konselor, PP1,
tentang masalah PP2, PA.
keperawatan dan dokter.
Penutup
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
Ronde keperawatan dilaksanakan di Rumah masing-masing (virtual
Peserta Ronde Keperawatan hadir ditempat pelaksanaan Ronde Keperawatan
Persiapan dilakukan satu hari sebelumnya.
2. Evaluasi Proses :
Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
Klien puas dengan hasil kegiatan.
Masalah klien dapat teratasi.
Perawat dapat :
- Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien.
- Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
- Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
- Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
- Meningkatkan kemampuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
- Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
A. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh Perawat Primer dan
atau konselor, Kepala Ruangan, Perawat Associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim kesehatan (Nursalam, 2002).
PERSIAPAN PASIEN :
INFORMED CONCENT
HASIL PENGKAJIAN/
INTERVENSI
MASALAH TERATASI
DI NURSE STATION
DI BED PASIEN
Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
…………………………………..
1. …………………………. …………………
2. …………………………. …………………
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
KELOMPOK C & D ANGKATAN IX
RUANG PENYAKIT DALAM LANTAI 1 RSUD GENTENG
B. Susunan Acara
1. Persiapan anggota dalam kegiatan ronde keperawatan terutama yang bertindak sebagai
kepala ruangan, perawat konselor, perawat primer dan associate.
2. Pelaksanaan role play diawasi oleh supervisor.
3. Diskusi jalannya kegiatan ronde keperawatan bersama supervisor.
C. Hasil Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Persiapan dilaksanakan 2 hari sebelum acara, dimulai dari pembuatan proposal, undangan
dan berlatih role play ronde keperawatan
2. Evaluasi proses
NO WAKTU KEGIATAN
1. 09.00 Melaksanakan ronde keperawatan sesuai dengan peran masing-
masing (kepala ruangan, Perawat primer 1, Perawat associate 1,
Perawat primer 2, Perawat associate 2 dan konselor.
2. 09.15 Diskusi dengan supervisor dan pembimbing :
1. ...............
Kegiatan ronde keperawatan kali ini masing-masing peran dapat
menjalankan fungsinya, alur dan proses sudah berjalan sesuai
dengan alur ronde keperawatan namun,Konselor perannya belum
nampak dan kurang menguasai kasusnya
Proses sudah berjalan dengan baik sesuai dengan alur, diskusi
dengan tim kesehatan lain tampak hidup, adanya timbal balik
positif diantara tim ronde keperawatan.
Masing-masing tim kesehatan lain memberikan masukan terhadap
kasus yang disampaikan. Peran yang dilakukan sudah sesuai
dengan tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing peran
tersebut.
Saat menvalidasi data di bed pasien Perawat primer tidak
menayakan kembali intervensi yang sudah diberikan dalam
mengatasi masalah pasien mngenai nyerinya berhasil apa tidak.
2. ........................
Pelaksanaan dari ronde keperawatan sudah bagus sesuai dengan
alur, proses ronde berjalan dengan lancar, masing-masing tim dapat
berperan sesuai dengan fungsinya, namun peran konselor
hendaknya lebih ditingkatnya lagi sehingga dapat berfungsi sebagai
motivator dalam ronde keperawatan.
Diskusi sudah berjalan cukup bagus. Dan dihadiri oleh tim medis
Setelah selesai diadakan ronde keperawatan diharapkan dapat
dilaksanakan secara kontinue dan berkesinambungan.
3. .......................
Penjelasan tujuan ronde keperawatan harap di jelaskan serta
memanfaatkankeluarga dalam memberikan asuahan keperawatan
4.............................
Masalah keperawatan harus dicantumkan semuanya sehingga tahu
mana yang sudah teratasi dan yang belum teratasi sehingga tahu apa
yang menjadi masalah masalah tersebut tidak teratasi. Untuk yang
lainnya sama dengan supervaisor yang lain . Dan alur sudah sesuai.
5. .............................
Dalam lembar pengkajian PP nya laki tapi dalam pelaksanaannya
PP permpuan mohon dibetulkan .
Konselor dari mahasiswa Kurang banyak memberikan masukan –
masukan yang seharusnya banyak omiongnya.
Mengetahui
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
( Sri Widodo Yuliati, S.Kep, Ns ) Anang Satrianto, S.Kep,Ns
NIP. NIDN. 0703128202
LAPORAN PENDAHULUAN
CORONAVIRUS (COVID 19)
OLEH :
2. Karakteristik
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik
dengan diameter sekitar 50-200m. Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak
bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang. Struktur
corona virus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan
virus. Protein S atau spike proteinmerupakan salah satu protein antigen utama virus dan
merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan
dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang)
(Fehr, 2015).
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter,
alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agentdan kloroform.
Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus Korsman dalam (Burhan, dkk, 2020).
4. Patofisiologi
Coronavirus (CoVs) virus RNA yang menginfeksi burung dan berbagai mamalia,
termasuk manusia. Virus ini terdiri dari protein struktural beberapa yang memegang relative
panjang (sekitar 30 kb) positif-terdampar genom. Mereka terjadi di seluruh dunia dan dapat
menyebabkan penyakit signifikansi medis dan kedokteran hewan. Umumnya, infeksi
terlokalisasi pada pernapasan, dan/ atau sistem saraf. Saat ini, terdapat jenis CoVs yang
dapat menginfeksi manusia antara lain:
a. Human CoVs HKU1,
b. NL63,
c. 229E
d. OC43
Virus ini dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan, ditandai dengan
penyakit saluran pernapasan atas yang mencakup: coryza, batuk dan sakit tenggorokan.
Virus ini hanya sesekali menginduksi penyakit saluran pernapasan bawah, seperti: bronkitis,
bronkiolitis dan pneumonia.
Selain sebagai penyebab penyakit MERS, virus ini juga dapat menyebabkan penyakit
SARS di Negara China tahun 2002. Sejauh ini, laporan yang menjelaskan otopsi fatal
MERSCoV kasus belum banyak dipublikasikan. Oleh karena itu, pada tahap satu ini hanya
bisa berspekulasi tentang patologi dari Mers-CoV pada manusia.
Semua CoVs manusia diperkirakan berasal dari waduk hewan, baik itu SARS-CoV
dan mers-COV. Antara lain seperti muncul dari kelelawar, musang kelapa di Negara Cina.
Ada juga unta di Timur Tengah. Penyakit MERS ini diduga besar penyebabnya adalah unta
dromedaris di Timur Tengah dan beberapa bagian Afrika. Penyakit ini juga dapat
disebarkan dari manusia ke manusia. Seperti halnya yang terjadi di rumah sakit, yang mana
penularan dari orang ke orang ini banyak terjadi di unit hemodialisis, unit perawatan intensif
atau di-pasien unit, di mana pasien terinfeksi Mers-CoV dari clade monofiletik tunggal
menularkan ke tenaga kesehatan disana karena kepadatan penduduk dan langkah-langkah
pengendalian infeksi yang tidak memadai. Hal ini masih belum jelas apakah transmisi
melalui orang-ke-orang ini terjadi melalui pernapasan besar, tetesan, karena batuk dan
bersin, seperti dalam SARS, atau melalui fomites. Juga, episode penularan tidak jelas tetapi
dilaporkan berlangsung selama kedua gejala dan fase inkubasi.
Dikarenakan etiologi dari penyakit MERS dan SARS adalah sama memungkinkan
bahwa histologi dari penyakitnya juga sama, yaitu fase eksudatif, proliferatif sebuah fase
dan fase fibrosis.
a. Fase eksudatif adalah terlihat pada pasien di awal 10 hari dari penyakit, dan ditandai
dengan nekrosis alveolar, bronchiolar dan sel epitel bronkus, edema intraluminal,
fibrin eksudasi, pembentukan membran hialin, perdarahan dan infiltrasi sel-sel
inflamasi, seperti monosit atau makrofag, limfosit dan neutrofil, ke dinding alveolar
dan lumina.
b. Fase proliferasi, setelah 10-14 hari, menunjukkan interstitial dan fibrosis alveolar,
obliterans bronchiolitis mengorganisir pneumonia (Boop), regenerasi dengan tipe II
Pneumosit hiperplasia dan sel raksasa berinti.
c. Tahap fibrosis, setelah 14 hari, menunjukkan penebalan interstitial, dengan fibrosis
dan Boop-seperti sel inflamasi pola dan beberapa (terutama histiosit dan limfosit)
(WHO, 2013)
5. Penumpukan
Pathway fibrin, eksudat, Perpindahan eksudat Edema ruang kapiler alveoli
eritrosit dan leukosit Virus 2019-nCoV
plasma ke intertisiel
Langsung: melalui percikan dahak (droplet) Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda
pada saat pasien batu katau bersin Fagositosis sel yang
Sekret terkontaminasi virus.
Menumpuk Penurunan difusi
debris pada bronkus
oksigen
Antigen-antibodi berikatan
dengan molekul komplemen
Kemotaksis netrofil dan makrofag Aktifasi Sel Mast dan Basofil Pelepasan histamine aktifasi
bradikinin
Pelepasan Interleukin-1
pirogen Interleukin-6
endogen
(sitokin)
Menembus sawar otak Merangsang saraf vagus Batuk, sesak napas, GANGGUAN
Dispnea PERTUKARAN GAS
HIPERTERMIA
6. Gejala Klinis
Menurut (WHO, 2020) Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang
atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul
sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti
ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi
Pelepasan pirogen dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan,
sistem koagulasi
endogen (sitokin)
Pelepasan pirogen
bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan
endogen (sitokin)
sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
Menurut (Global Alert and Response, 2013) Gejala umum yang timbul adalah bersifat
akut, demam, batuk, sulit bernafas, nafas pendek dan berlanjut dengan pneumonia berat.
Merangsang
Banyak diantaranya Hipotalamus
disertai gejala pada saluran cerna dan diare atau gagal ginjal. Sekitar
meningkatkan suhu
setengah dari penderita yang terinfeksi dengan MERS-CoV meninggal. Pada penderita
dengan defisiensi imunmeningkatkan
Menggigil, penyakit menunjukkan gambaran yang atipikal
suhuberikut:
Salah satu kriteria basal
1) Seseorang dengan riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara terjangkit) dalam
waktu 14 hari sebelum sakit kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
2) Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien
ISPA berat (SARI: Severe acute respiratory infection), terutama penderita yang
memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat
bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
Menggigil,
meningkatkan suhu
HIPERTERMI
basal
3) Adanya klaster pneumonia (gejala penyakit yang sama) dalam periode 14 hari, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/
penyebab penyakit lain.
4) Adanya perburukan perjalanan klinis yang mendadak meskipun dengan pengobatan
yang tepat, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali
ditemukan etiologi / penyebab penyakit lain.
7. Klasifikasi Klinis
Berikut ini beberapa sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi corona virus
diantaranya yaitu :
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang
tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan
nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu
diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises
presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus
ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien
tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai
dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas cepat atau
takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
- Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
- Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui
kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia.
Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi fraksi oksigen inspirasi
(FIO₂) kurang dari< 300 mmHg.
Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto toraks,
CT Scantoraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat ditemukan: opasitas
bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau kolaps paru atau nodul. Sumber
dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan,
dibutuhkan pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi
penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada faktor risiko. Penting dilakukan
analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam menentukan tingkat
keparahan ARDS serta terapi. Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS.
Dewasa :
- ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP atau CPAP ≥5
cmH2O atau tanpa diventilasi)
- ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O
atau tanpa diventilasi
- ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau tanpa
diventilasi
- Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga ARDS (termasuk pasien tanpa
ventilasi)
Anak:
- Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full wajah : PaO2/FiO2 ≤ 300
mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
- ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) < 8 or 5 ≤ OSI < 7.5
- ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤ oxygenation index using
SpO2 (OSI) < 12.3
- ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.3
e. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi
atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ
perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen
rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral
dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium
koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia.
Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis dari nilai 0-24
dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi (hipoksemia melalui tekanan oksigen atau
fraksi oksigen), koagulasi (trombositopenia), liver (bilirubin meningkat), kardivaskular
(hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran dihitung dengan Glasgow coma scale)
dan ginjal (luaran urin berkurang atau tinggi kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan
skor Sequential (Sepsis-related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin.
Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti infeksi dan ≥ 2 kriteria
systemic inflammatory Response Syndrom (SIRS) yang salah satunya harus suhu
abnormal atau hitung leukosit.
f. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum adekuat
sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum
laktat > 2 mmol/L
Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil 5
atau >2 SD dibawah rata rata tekanan sistolik
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scantoraks, USG toraks Pada pencitraan dapat
menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau
nodul, tampilan ground-glass. Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil
dengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian
berkembang menjadi bayangan multiple ground-glassdan infiltrate di kedua paru.
Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan“white-lung”dan efusi pleura
(jarang).
Gambar 6. Gambaran CT Scan Toraks pasien pneumonia COVID-19 di Wuhan,
Tiongkok.
(A) CT Toraks Transversal, laki-laki 40 tahun, menunjukkan multiple lobular bilateral
dan area subsegmental konsolidasi hari ke-15 setelah onset gejala.
(B) CT Toraks transversal, wanita 53 tahun, opasitas ground-glass bilateral dan area
subsegmental konsolidasi, hari ke-8 setelah onset gejala.
(C) Dan bilateral ground-glass opacity setelah 12 hari onset gejala.
2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
● Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring)
● Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal
tubedapat berupa aspirat endotrakeal)
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencingbila tersedia). Ketika
melakukan pengambilan spesimen gunakan APD yang tepat. Ketika mengambil sampel
dari saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril atau rayon buka kapas) dan
media transport virus. Jangan sampel dari tonsil atau hidung. Pada pasien dengan curiga
infeksi COVID-19 terutama pneumonia atau sakit berat, sampel tunggal saluran napas
atas tidak cukup untuk eksklusi diagnosis dan tambahan saluran napas atas dan bawah
direkomendasikan. Klinisi dapat hanya mengambil sampel saluran napas bawah jika
langsung tersedia seperti pasien dengan intubasi. Jangan menginduksi sputum karena
meningkatkan risiko transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran napas atas dan bawah)
dapat diperiksakan jenis patogen lain.
Bila tidak terdapat RT-PCR dilakukan pemeriksaan serologi. Pada kasus
terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi pengambilan sampel dari saluran napas atas dan
bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekuensi pemeriksaan 2-4 hari sampai 2 kali
hasil negative dari kedua sampel serta secara klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika
sampel diperlukan untuk keperluan pencegahan infeksi dan transmisi, specimen dapat
diambil sesering mungkin yaitu harian.
3) Bronkoskopi
4) Pungsi pleura sesuai kondisi
5) Pemeriksaan kimia darah
- Darah perifer lengkap
Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis limfosit menurun. Pada
kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
- Analisis gas darah
- Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
- Fungsi ginjal
- Gula darah sewaktu
- Elektrolit
- Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, D-dimer meningkat
- Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum, bilasan
bronkus, cairan pleura) dan darah Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya
sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu
hasil kultur darah)
7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan)
9. Penatalaksanaan
Menurut (WHO, 2020) saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada
COVID-19. Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif.
Pada studi terhadap SARS-CoV, kombinasi lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan
memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait
efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang belum teruji / terlisensi
hanya boleh diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui
Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI), dengan
pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah pneumonia
COVID-19 ini.
11. Pencegahan
Menurut (WHO 2020) Prinsip pencegahan dan strategi pengendalian secara umum Saat
ini masih belum ada vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19. Cara terbaik untuk
mencegah infeksi adalah dengan menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan tindakan-
tindakan pencegahan penularan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya
pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :
- Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60
%, jika air dan sabun tidak tersedia.
- Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
- Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
- Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau
segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.
- Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada
tempat yang telah ditentukan.
- Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering
disentuh
- Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit
saluran napas, termasuk infeksi COVID-19.
Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha
pencegahan lainnya.
Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena selain
dapat menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang salah dapat
mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam mengabaikan
pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hygienetangan dan
perilaku hidup sehat.
Cara penggunaan masker medis yang efektif :
- Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian
eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah
- Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
- Lepas masker dengan tehnik yang benar (misalnya; jangan menyentuh bagian
depan masker, tapi lepas dar belakang dan bagian dalam.)
- Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan
segera cuci tangan.
- Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika masker
yang digunakan terasa mulai lembab.
- Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
- Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis sesuai
SOP.
- Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Klien tampak lemah, letih, lesu
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan Coronavirus biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh lebih dari (suhu >38ºC), frekuensi napas meningkat dari frekuensi
normal, batuk, sakit tenggorokan, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare.
biasanya seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila tidak
melibatkan infeksi sistem yang berpengaruh pada hemodinamika kardiovaskuler tekanan
darah biasanya tidak ada masalah.
B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia covid 19 merupakan pemeriksaan fokus,
berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
- Inspeksi :
Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan pernapasan simetris. Pada klien
dengan pneumonia covid 19 sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan
dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS). Napas cuping
hidung pada sesak berat. Batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada
klien ini biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan
produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.
- Palpasi :
Gerakan dinding thorak anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien dengan
pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara bagian
kanan dan kiri. Getaran suara (frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien dengan
pneumonia biasanya normal.
- Perkusi :
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
- Auskultasi ;
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk
mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
B2 (Blood)
- Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umun.
- Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
- Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
- Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya tidak
didapatkan.
B3 (Brain)
Klien dengan Covid 19 yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, didapatkan
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah
klien tampak Pucat.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu,
perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari
syok.
B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan.
B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan ketergantungan
klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Diagnosa Keperawatan
1. ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Hipertermi
3. Gangguan pertukaran gas
4. ketidakefektifan perfusi jaringan
5. Intoleransi aktivitas
3. Intervensi keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Hipertermia (I. 15506)
keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
“Termoregulasi” (L.14134) 1. Monitor suhu tubuh
2. Monitor kadar elektrolit
Indikator Skor 3. Monitor keluaran urine
Suhu tubuh 5 Terapeutik
Suhu kulit 5 1. Sediakan lingkungan yang dingin
menggigil 5 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Kejang 5 3. Berikan cairan oral
4. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Keterangan : Selimut hipertermi atau kompres
1: Menurun/meningkat/memburuk dingin pada dahi, leher, dada,
2: Cukup menurun/meningkat/ abdomen, aksila)
memburuk 5. Berikan oksigen, jika perlu
3: Sedang
4: cukup meningkat/menurun/ Edukasi
Membaik Anjurkan tirah baring
5: Menurun
Kolaborasi
Berikan pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Terapeutik
Keterangan :
1. Posisikan semi fowler atau
1:
fowler
Menurun/meningkat/memburuk
2. Berikan minuman hangat
2: Cukup menurun/meningkat/
3. Lakukan fisioterapi dada
memburuk
4. Lakukan penghisapan lendir
3: Sedang
4: cukup meningkat/menurun/ kurang dari 15 detik
Membaik 5. Berikan oksigen
5: Menurun
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan E, Isbaniah F, Susanto AD, dkk. 2020. Pneumonia Covid-19 Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Himpunan Dokter Paru Indonesi (PDPI)
Fehr AR, Perlman S. Coronavirus: An Overview of Their Replication and Pathogenesis.Methods
Mol Biol. 2015 ; 1282: 1–23.
Global Alert and Response (GAR). (2013). Frequently Asked Questions on Middle East
respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Diunduh 1 Desember 2013 di
http://www.who.int/csr/disease/corona virus_ infections/faq/en/.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus (2019-
CoV). Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Wang Z, Qiang W, Ke H. 2020. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and Prevention.
Hubei Science and Technologi Press: China
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 45 th
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : islam
e. Suku/ Bangsa : indonesia
f. Alamat : JL. Indonesia Indah no. 01 indonesia
g. Pekerjaan : IRT
h. Nomor Register : 12345
i. Tanggal MRS : 30 Mei 2020
j. Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2020
k. Diagnosa Medis : COVID-19
Biodata Penanggungjawab
a. Nama : Ny. K
b. Umur : 28 Th
c. Jenis Kelamin :P
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : IRT
f. Pendidikan : SMU
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Suku Bangsa : Indonesia
i. Alamat : JL. Indonesia Indah no. 01 indonesia
2). Hidung
I : simetris, tidak nampak ada luka, tidak ada kotaran
P : tidak ada nyeri tekan dan krepitasi
3). Telinga
I : simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak nampak ada kotoran, tidak ada luka,
dan tidak ada kelainan
P : tidak tidak nyeri tekan dan krepitasi
4). Mata
I : simetris, tidak ada kelainan, tidak ada luka dan kotoran, konjungtiva merah
muda, sklera putih
P : tidak ada nyeri tekan
c). Payudara
(a). Inspeksi
Tidak ada luka dan kelainan abnormal
(b). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
(c). Palpasi
Terdapat nyeri tekan di perut baian bawah
(d). Perkusi
Tympani
Pemeriksaan Penunjang
LAB
- Neutrofil 81,2% (40.0% - 75.0%)
- Limfosit 12.8% (20.0% - 50.0%)
- Eritrosit 24 mm/h ( <20 mm/h)
- Lymfokin 27.47 pg/ml (0.1 – 2.9 pg/ml)
- Tes dahak asam nukleat 2019 nCoV (+)
6. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
CT scan : Perperal Consolidasi (+)
7. Penatalaksanaan
Genogram
Mahasiswa
ANALISA DATA
Bersihan jalan
napas
Menembus
sawar otak
Pembentukan
prostaglandin
otak
Merangsang
Hipotalam
us
meningkat
kan suhu
Menggigil,
meningkatkan
suhu basal
Hipertermi
3. Virus 19-nCov
Ds : - Resiko infeksi
Do : Penumpukan
fibrin, eksudat,
- Suhu tubuh meningkat (38,2ºC)
leukosit, eritrosit
- Neutrofil meningkat
81,2% (normal : 40.0%-75.0%) Interleukin-1
- Limfosit 12,8% (normal : 20%- Interleukin-6
50%)
- LED meningkat 24 mm/jam (normal
<20mm/jam)
S: 38,2ºC, TD : 140/100, RR : 20x/m, N : 90
x/m
-
DIAGNOSA KEPERAWATAN
31/ D.013 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia (I. 15506)
05/ 0 asuhan keperawatan 1x24 jam Observasi
20
diharapkan “Termoregulasi” 4. Monitor suhu tubuh
20
(L.14134) dengan kriteria 5. Monitor kadar elektrolit
hasil : 6. Monitor keluaran urine
Indikator Skor Terapeutik
1/0 D.014 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I. 14539)
6/2 2 asuhan keperawatan 1x24 jam Observasi
02
diharapkan “Tingkat Infeksi” Monitor tanda dan gejala infeksi
0
(L.14137) dengan kriteria lokal dan sistemik
hasil : Terapeutik
Indikator Skor 1. Batasi jumlah pengunjung
CATATAN KEPERAWATAN
31/05/2020 08.00 1
memonitor pola napas
09.00 1
R/ terdengar ronki, rr: 20x/m
memonitor bunyi napas tambahan
09.30 1
(terdapat suara tambahan ronkhi kering pada pasien)
1,2
Monitor sputum (jumlah, bau, warna)
10.00 123
R/ sputum berwarna kuning, bau khas sputum
Memposisikan semi fowler atau fowler
11.00 12
R/ pasien posisi setengan duduk
memberikan minuman hangat
12.00 123
R/ pasien minum air hangat perlahan-lahan
Melakukan fisioterapi dada
12.30 23
R/ pasien sudah dilakukan fisioterapi dada
menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari
13.00 1
R/ Diet 3x sehati dan minum
Mengajarkan batuk efektif
13.30 1
R/ pasien memahami dan melaksanakan
Memberikan nebulizer
23
R/ pasien terlihat nyaman ketika dilakukan
nebulizer
23
Melonggarkan pakaian pasien
R/ pasien menggunakan pasien yang tipis
23
Memberikan cairan oral
R/ pasien minum air putih
3
Melakukan pendinginan eksternal
R/ suhu ruangan dingin
3
Membatasi jumlah pengunjung
R/ tidak ada pengunjung yang masuk
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
3
R/ perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan ke pasien
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
R/ pasien memahami penjelasan perawat
1/06/2020 08.00 1
09.00 1
memonitor pola napas
R/ terdengar ronki, rr: 20x/m
09.30 1
1,2 memonitor bunyi napas tambahan
(terdapat suara tambahan ronkhi kering pada pasien)
10.00 123
Monitor sputum (jumlah, bau, warna)
R/ sputum berwarna kuning, bau khas sputum
11.00 12
Memposisikan semi fowler atau fowler
R/ pasien posisi setengan duduk
12.00 123
memberikan minuman hangat
R/ pasien minum air hangat perlahan-lahan
12.30 23
Melakukan fisioterapi dada
R/ pasien sudah dilakukan fisioterapi dada
13.00 1
menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari
R/ Diet 3x sehati dan minum
13.30 1
Mengajarkan batuk efektif
R/ pasien memahami dan melaksanakan
23
Memberikan nebulizer
R/ pasien terlihat nyaman ketika dilakukan
23
nebulizer
Melonggarkan pakaian pasien
23
R/ pasien menggunakan pasien yang tipis
Memberikan cairan oral
3
R/ pasien minum air putih
Melakukan pendinginan eksternal
3
R/ suhu ruangan dingin
Membatasi jumlah pengunjung
R/ tidak ada pengunjung yang masuk
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
3
pasien dan lingkungan pasien
R/ perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan ke pasien
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
R/ pasien memahami penjelasan perawat
CATATAN PERKEMBANGAN
O: O: O:
- Batuk tidak efektif - Batuk tidak efektif - Batuk tidak efektif
- Sputum berlebih - Sputum berlebih - Sputum berlebih
Terdapat suara tambahan Terdapat suara tambahan Terdapat suara tambahan
ronkhi ronkhi ronkhi
S: 38,2ºC, TD : 140/100, RR : S: 38ºC, TD : 130/90, RR : S: 38,8ºC, TD : 130/100,
20x/m, N : 90 x/m 20x/m, N : 90 x/m RR : 20x/m, N : 90 x/m
P : Lanjutkan Intervensi