Dosen Pembimbing:
Ana Zakiyah, M. Kep
Disusun oleh
KELOMPOK 25 dan 26
1. Wahyuna Dia A. 201601028
2. Alfin Kurniawan 201601073
3. Chinika A. 201601108
4. Vera Sulistyowati 201601010
5. Nawang Wulan 201601190
6. Wisnu Aji N. 201601029
7. Muzaki Thoriqoh 201601070
8. Lulus Yulianti 201601179
9. Nirvana F. 201601153
10. Fajar Imaniyah 201601160
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan mengucap puji
syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu dan akal sehat
sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL”. Makalah ini
disusun sebagai tugas mata kuliah “PRAKTIK MANAGEMENT KEPERAWATAN”.
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ana Zakiyah, M. Kep selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan STIKES
BINA SEHAT PPNI Mojokerto dan Pembimbing Akademik
2. M. Imam Basori, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Ruangan ICU
RSUD.Prof.Dr. Soekandar
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. Allahumma Amin.
Kelompok 25 & 26
iii
DAFTAR ISI
MAKALAH ............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................ iv
iv
2.10 Langkah-langkah ........................................................................................... 10
v
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
dan profesional tersebut adalah pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
yang memadai.
Banyak metode praktik keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun
terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan
primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai 2
upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Kategori pasien didasarkan
atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien, Usia, Diagnosa atau
masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan. Pelayanan yang
profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan
pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya
yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan
secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan
motivasi kerja. Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu : model
kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan
model perawatan berfokus pada pasien.
1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun makalah
tentang konsep model praktik keperawatan profesional untuk mengetahui lebih dalam
tugas perawat dalam memberi asuhan keperawatan. Sehingga memberi kepuasan bagi
pasien.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari model praktik keperawatan profesional ?
2. Apa tujuan model keperawatan ?
3. Bagaimana komponen model keperawatan ?
4. Bagaimana kualitas keperawatan profesional ?
5. Bagaimana standart praktik keperawatan ?
6. Bagaimana model praktik ?
7. Bagaimana penetapan jenis tenaga keperawatan ?
8. Bagaimana dasar pertimbangan MAKP ?
9. Apa macam metode praktik keperawatan profesional ?
10. Bagaimana langkah-langkah ?
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktik Keperawatan Profesional pada program studi S-1 Keperawatan di STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
2
3. Untuk mengetahui komponen model keperawatan.
4. Untuk mengetahui kualitas keperawatan profesional.
5. Untuk mengetahui standart praktik keperawatan.
6. Untuk mengetahui model praktik.
7. Untuk mengetahui penetapan jenis tenaga keperawatan.
8. Untuk mengetahui dasar pertimbangan MAKP.
9. Untuk mengetahui macam metode praktik keperawatan profesional.
10. Untuk mengetahui langkah-langkah.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan sistem MAKP adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang mendefinisikan empat unsur, yakni : standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP untuk mengatur pemberian asuhan
keperawatan.
5
2.4.3 Mempertahankan eksistensi institusi.
2.4.4 Meningkatkan kepuasan kerja.
2.4.5 Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan.
2.4.6 Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.
6
12. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan.
13. Penyuluhan.
14. Rehabilitasi.
7
tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam
keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan
ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh
terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan
pemerintah.
8
2.7.4 Perawat Asosiet (PA)
Pada MPKP pemula perawat Asosiet adalah yang berpendidikan DIII
Keperawatan, dan tidak menutup kemungkinan masih ada yang berpendidikan
SPK Tugas PA adalah bertanggung jawab dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien yang menjadi tanggungjawabnya. Melaksanakan
dokumentasi keperawatan, dan berkoordinasi dengan perawat primer untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan. Pengaturan tanggung jawab PP lebih
ditekankan pada pelaksanaan terapi keperawatan karena bentuk tindakannya
lebih pada interaksi, adaptasi yang memerlukan konsep analisa yang tinggi,
tindakan yang tidak memerlukan analisis dapat dilakukan oleh PA.
9
2.8.5 Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam
pelaksanaannya.
2.8.6 Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan
diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
2.9 Langkah-langkah
10
10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer
(1:10).
11
1. Pendekatan Manajemen (Management Approach )
2. Penghargaan karir ( compensatory rewards )
3. Hubungan Profesional ( professional relationship)
4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP
yang dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.
2.10 Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
(Nursalam, 2002)
2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur
fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak
direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan
12
memakai keduanya secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan
penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan mengatur
usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi
yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja
mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya
langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat
struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi, manajer perawat
bisa memakai struktur organisasi informal unttuk mengganti kerugian karena
kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara
satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian
tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan
perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak
diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi
(merawat luka kepada semua pasien di bangsal).
13
Gambar 2.3 Skema Model Fungsional
Kepala Ruang
Pasien
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.
Kepala Ruang
Pasien Pasien
3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
14
Gambar 2.5 Skema Model Primer
Primary Nurse
Pasien
15
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998), yaitu :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu : kebutuhan,
dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang
baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus
motivasi. ( Luthan, 2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di dalam
kebanyakan sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan
kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu
pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji
pasien dan menghargai masing-masing nilai angkanya yang mengukur
volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
16
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian
pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis
prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-
masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur
tersebut, memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran
kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem
klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban
kerja keperawatan, masing-masing sistem membolehkan usaha kualifikasi
waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat
memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
17
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas
18
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian
adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk
melakukan misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola
jam kerja masuk dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi
atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau
divisi yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan
keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada,
maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk
menyusun :
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal
waktu untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk / libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja
per – hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng
pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
19
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran
tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua hari
libur per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawaimengenai
jadwal tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur
tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-masing
pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun
baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan dengan
permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian jadwal
waktu.
20
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan
digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi
dipermasalahkan.
aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti
21
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996)
22
Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang maksimal
dengan menyediakan standart keamanan minimum
Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan mengapa
tujuan tersebut tidak dapat dicapai
Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan yang
mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan sumber-
sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan sesuai yang
diharapkan
Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail
pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran
yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat
untuk mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi
akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber
daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model
fungsional, model tim, model primer, dan model modular. Masing-masing model juga
memiliki kelebihan maaupun kekurangannya sehingga pemberian asuhan keperawatan
dapat dilakukan dalam berbagai macam metode.
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien
dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan
asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien.Metode keperawatan
modular memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan tim maupun metode
keperawatan primer.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien artritis mulai dari pengkajian
misalnya biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pengkajian sekunder, pemeriksaan
penunjang, dan analisa data. Setelah itu ditentukan diagnosa keperawatan dan dilanjut
dengan intervensi keperawatan.
3.2 Saran
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar
dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan
dengan model praktik keperawatan profesional supaya mempermudah mahasiswa
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien.
24
DAFTAR PUSTAKA
25