Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN


“MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL”

Dosen Pembimbing:
Ana Zakiyah, M. Kep

Disusun oleh
KELOMPOK 25 dan 26
1. Wahyuna Dia A. 201601028
2. Alfin Kurniawan 201601073
3. Chinika A. 201601108
4. Vera Sulistyowati 201601010
5. Nawang Wulan 201601190
6. Wisnu Aji N. 201601029
7. Muzaki Thoriqoh 201601070
8. Lulus Yulianti 201601179
9. Nirvana F. 201601153
10. Fajar Imaniyah 201601160

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun oleh kelompok 25-26

Telah disusun makalah berjudul :


Model Praktik Keperawatan Profesional
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Praktik Managemen Keperawatan yang telah
disetujui untuk dipresentasikan.

Mojokerto, Januari 2020

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Ana Zakiyah, M. Kep

NIK. 162 601 036

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan mengucap puji
syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu dan akal sehat
sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL”. Makalah ini
disusun sebagai tugas mata kuliah “PRAKTIK MANAGEMENT KEPERAWATAN”.
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ana Zakiyah, M. Kep selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan STIKES
BINA SEHAT PPNI Mojokerto dan Pembimbing Akademik
2. M. Imam Basori, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Ruangan ICU
RSUD.Prof.Dr. Soekandar
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini penuh
keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. Allahumma Amin.

Mojokerto, Januari 2020

Kelompok 25 & 26

iii
DAFTAR ISI

MAKALAH ............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2

1.3.1 Tujuan umum........................................................................................ 2

1.3.2 Tujuan khusus....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................... 4

2.1 Definisi .............................................................................................................. 4

2.2 Tujuan Model Keperawatan .............................................................................. 5

2.3 Komponen Model Keperawatan ........................................................................ 5

2.4 Kualitas Pelayanan Keperawatan ...................................................................... 5

2.5 Standar Praktik Keperawatan ............................................................................ 6

2.6 Model Praktik .................................................................................................... 7

2.7 Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan ............................................................... 8

2.8 Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)


.......................................................................................................................................... 9

2.9 Macam Metode Praktik Keperawatan ProfesionalError! Bookmark not


defined.

iv
2.10 Langkah-langkah ........................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................ 24

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 24

3.2 Saran ................................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 25

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
dan profesional tersebut adalah pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit.
Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
yang memadai.
Banyak metode praktik keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun
terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan
primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai 2
upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Kategori pasien didasarkan
atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien, Usia, Diagnosa atau
masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan. Pelayanan yang
profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan
pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya
yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan
secara teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan
motivasi kerja. Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu : model
kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan
model perawatan berfokus pada pasien.

1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menjadi penting untuk menyusun makalah
tentang konsep model praktik keperawatan profesional untuk mengetahui lebih dalam
tugas perawat dalam memberi asuhan keperawatan. Sehingga memberi kepuasan bagi
pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari model praktik keperawatan profesional ?
2. Apa tujuan model keperawatan ?
3. Bagaimana komponen model keperawatan ?
4. Bagaimana kualitas keperawatan profesional ?
5. Bagaimana standart praktik keperawatan ?
6. Bagaimana model praktik ?
7. Bagaimana penetapan jenis tenaga keperawatan ?
8. Bagaimana dasar pertimbangan MAKP ?
9. Apa macam metode praktik keperawatan profesional ?
10. Bagaimana langkah-langkah ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktik Keperawatan Profesional pada program studi S-1 Keperawatan di STIKES
Muhammadiyah Lamongan.

1.3.2 Tujuan khusus

Diharapkan Mahasiswa mampu :


1. Untuk mengetahui definisi dari model praktik keperawatan profesional.
2. Untuk mengetahui tujuan model keperawatan.

2
3. Untuk mengetahui komponen model keperawatan.
4. Untuk mengetahui kualitas keperawatan profesional.
5. Untuk mengetahui standart praktik keperawatan.
6. Untuk mengetahui model praktik.
7. Untuk mengetahui penetapan jenis tenaga keperawatan.
8. Untuk mengetahui dasar pertimbangan MAKP.
9. Untuk mengetahui macam metode praktik keperawatan profesional.
10. Untuk mengetahui langkah-langkah.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Model Praktik Keperawatan Profesional

Keperawatan profesional Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan


profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan
keperawatan yang profesional merupakan praktek keperawatan yangdilandasi oleh
nilai-nilai profesional, yaitu mempunyai otonomi dalam pekerjaannya, bertanggung
jawab dan bertanggung gugat, pengambilan keputusan yang mandiri, kolaborasi
dengan disiplin lain, pemberian pembelaan dan memfasilitasi kepentingan klien.
Tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan mendorong perubahan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan bermutu. Dalam memberikan
asuhan keperawatan yang profesional diperlukan sebuah pendekatan manajemen
yang memungkinkan diterapkannya metode penugasan yang dapat mendukung
penerapan perawatan yang profesional di rumah sakit (Marquis, 2010).
Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu metode
pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilai-
nilai yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP telah dilaksanakan dibeberapa negara, termasuk rumah sakit di Indonesia
sebagai suatu upaya manajemen rumah sakit untuk meningkatkan asuhan
keperawatan melalui beberapa kegiatan yang menunjang kegiatan keperawatan
profesional yang sistematik. Penerapan MPKP menjadi salah satu daya ungkit
pelayanan yang berkualitas. Metode ini sangat menekankan kualitas kinerja tenaga
keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui
penerapan standar asuhan keperawatan.
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur, yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem
MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang

4
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan sistem MAKP adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang mendefinisikan empat unsur, yakni : standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP untuk mengatur pemberian asuhan
keperawatan.

2.2 Tujuan Model Keperawatan

Menurut Nursalam (2014), karakteristik ronde keperawatan sebagai berikut :


2.2.1 Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2.2.2 Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
2.2.3 Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.2.4 Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
2.2.5 Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.

2.3 Komponen Model Keperawatan

Menurut Nursalam (2014), tujuan dari ronde keperawatan yaitu :


2.3.1 Nilai professional.
2.3.2 Pendekatan manajemen.
2.3.3 Metode pemberian asuhan keperawatan.
2.3.4 Hubungan professional.
2.3.5 System penghargaan dan kompensasi.

2.4 Kualitas Pelayanan Keperawatan

Menurut Nursalam (2014), Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan


keperawatan selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk :
2.4.1 Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen.
2.4.2 Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.

5
2.4.3 Mempertahankan eksistensi institusi.
2.4.4 Meningkatkan kepuasan kerja.
2.4.5 Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan.
2.4.6 Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.

2.5 Standar Praktik Keperawatan

Menurut Nursalam (2014), Standar praktik keperawatan di Indonesia yang


disusun oleh Depkes RI (1995) terdiri atas beberapa standar, yaitu :
1. Menghargai hak-hak pasien.
2. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS).
3. Observasi keadaan pasien.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
5. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif.
6. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif.
7. Pendidikan kepada pasien dan keluarga.
8. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan keperawatan


dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 Kebutuhan Dasar Manusia
dari Henderson), meliputi :
1. Oksigen.
2. Cairan dan elektrolit.
3. Eliminasi.
4. Kemananan.
5. Kebersihan dan kenyamanan fisik.
6. Istirahat dan tidur.
7. Aktivitas dan gerak.
8. Spiritual.
9. Emosional.
10. Komunikasi.
11. Mencegah dan mengatasi risiko psikologis.

6
12. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan.
13. Penyuluhan.
14. Rehabilitasi.

2.6 Model Praktik

Menurut Nursalam (2014), ada beberapa model praktik keperawatan yaitu :


2.6.1 Praktik keperawatan rumah sakit.
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung jawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan legislasi
keperawatan.
2.6.2 Praktik keperawatan rumah.
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit.
Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau melalui
pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik keperawatan
berkelompok.
2.6.3 Praktik keperawatan berkelompok.
Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam
kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola yang
diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan rumah sakit
dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat mengatasi berbagai bentuk
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat dan dipandang perlu di
masa depan. Lama rawat pasien di rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya
perawatan di rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat.
2.6.4 Praktik keperawatan individual.
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk praktik
keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman
secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam praktik

7
tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya konsultasi dalam
keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan
ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan masyarakat yang tinggal jauh
terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan
pemerintah.

2.7 Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan

Pelaksanaan MPKP dalam satu ruangan harus ditetapkan jenis tenaga


keperawatannya, beberapa jenis tenaga yang ada meliputi kepala ruang rawat,
Clinical care manager (CCM), perawat primer (PP), serta perawat asosiet (PA). Peran
dan fungsi antara PP dan PA harus jelas dan sesuai dengan tanggung jawabnya. Pada
ruang rawat MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan kemampuan DIII
keperawatan dengan pengalaman, dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan
kemampuan S. Kep/Ners dengan pengalaman (Marquis, 2010).
Tugas dan tanggung jawab setiap jenis tenaga adalah sebagai berikut :
2.7.1 Kepala Ruangan
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang adalah perawat dengan
kemampuan DIII keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun
2.7.2 Clinical care manager (CCM)
Clinical care manager adalah seseorang dengan pendidikan S1
Keperawatan/Ners, dengan pengalaman kerja lebih dari 3 tahun
2.7.3 Perawat Primer (PP)
Perawat primer pada MPKP pemula adalah seorang yang berpendidikan DIII,
Tugas perawat primer adalah memimpin dan bertanggung jawab pada
pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan serta pendokumentasian dan
administrasi pada sekelompok pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
Berpartisipasi dalam visite dokter, mengatasi permasalahan konflik pasien,
penunggu dan petugas di areanya, mengkoordinasikan proses pelayanan
kepada kepala ruangan mengatur dan memantau semua proses asuhan
keperawatan di area kelolaan, dan memastikan kelengkapan pendokumentasian
dan administrasi dari klien masuk sampai pulang.

8
2.7.4 Perawat Asosiet (PA)
Pada MPKP pemula perawat Asosiet adalah yang berpendidikan DIII
Keperawatan, dan tidak menutup kemungkinan masih ada yang berpendidikan
SPK Tugas PA adalah bertanggung jawab dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien yang menjadi tanggungjawabnya. Melaksanakan
dokumentasi keperawatan, dan berkoordinasi dengan perawat primer untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan. Pengaturan tanggung jawab PP lebih
ditekankan pada pelaksanaan terapi keperawatan karena bentuk tindakannya
lebih pada interaksi, adaptasi yang memerlukan konsep analisa yang tinggi,
tindakan yang tidak memerlukan analisis dapat dilakukan oleh PA.

2.8 Dasar Pertimbangan MAKP

Menurut Nursalam (2014), dasar pertimbangan model metode asuhan


keperawatan dapat meliputi :
2.8.1 Sesuai dengan visi dan misi institusi.
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan
pada visi dan misi rumah sakit.
2.8.2 Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
2.8.3 Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas
dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa
ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
2.8.4 Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien
terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik
adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.

9
2.8.5 Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan
kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan
perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustrasi dalam
pelaksanaannya.

2.8.6 Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan
diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

2.9 Langkah-langkah

Menurut Nursalam (2014), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai


dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah:

2.10.1 Model Praktek Keperawatan Profesional III


Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan
keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat
dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk
melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.

2.10.2 Model Praktek Keperawatan Profesional II


Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu.
Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu
melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk

10
10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer
(1:10).

2.10.3 Model Praktek Keperawatan Profesional I.


Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama
yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan
metode tim disebut tim primer.

2.10.4 Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula


Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan
tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan
keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen
utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.
Menurut Nursalam (2014), bahwa penetapan sistem model MAKP II
diasarkan pada beberapa alasan, yaitu :
1. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara.
2. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akountabilitasnya terdapat pada primer.
Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer atau ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan
diaplikasikan dalam bentuk aktifitas pelayanan profesional yang dipaparkan
dalam 4 pilar sebagai berikut :

11
1. Pendekatan Manajemen (Management Approach )
2. Penghargaan karir ( compensatory rewards )
3. Hubungan Profesional ( professional relationship)
4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )
Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP
yang dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.
2.10 Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan

Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen


umum yang memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi
secara efektif. Empat elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan,
pengorganisasian, mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau
mengevaluasi. Seluruh aktifitas manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada
dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
(Nursalam, 2002)

2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur
fotmal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak
direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan

12
memakai keduanya secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan
penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan mengatur
usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi
yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja
mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya
langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat
struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi, manajer perawat
bisa memakai struktur organisasi informal unttuk mengganti kerugian karena
kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara
satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian
tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan
perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak
diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi
(merawat luka kepada semua pasien di bangsal).

13
Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite

Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik

Pasien

2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.

Gambar 2.4 Skema Model Tim

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien

3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.

14
Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir


Sore Malam
Sesuai

4) Manajemen Kasus Kebutuhan

Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan


pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya dilakukan untuk
perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada
beberapa alasan yaitu :
 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
 Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas
asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer.

15
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998), yaitu :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.

3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia
dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu : kebutuhan,
dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang
baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus
motivasi. ( Luthan, 2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di dalam
kebanyakan sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan
kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu
pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji
pasien dan menghargai masing-masing nilai angkanya yang mengukur
volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.

16
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian
pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis
prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-
masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur
tersebut, memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran
kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem
klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban
kerja keperawatan, masing-masing sistem membolehkan usaha kualifikasi
waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat
memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.

Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang


dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.

Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu


sebagai berikut :

1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
 Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam

17
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien


Minimal care Partial care Total care
Σ klien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40

3) Rumus Depkes 2003


Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-tugas
non keperawatan
b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif

18
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian
adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk
melakukan misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola
jam kerja masuk dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi
atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau
divisi yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan
keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada,
maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk
menyusun :
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal
waktu untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk / libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja
per – hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng
pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.

19
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran
tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua hari
libur per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawaimengenai
jadwal tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur
tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-masing
pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun
baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan dengan
permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian jadwal
waktu.

20
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan
digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)

1) Metode Seminar atau Konferensi


Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan

sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi

jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi

manajemen maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang

dipermasalahkan.

2) Metode Lokakarya (Workshop)


Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak

perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi

lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat manajerial.

3) Metode Sekolah atau Kursus


Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya

aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti

dan dilaksanakan oleh peserta.

Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi


peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah
atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria
kelulusan.

4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)

21
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga

mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang

dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan

pada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.

Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan


dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan
kegiatan instansi lainnya.

4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai
dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996)

Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari


proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengawasan dan pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja,
dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang
mampu dikerjakan. Jika ada kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar
penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau
dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
efisiensi penggunaan sumber daya dapat lebih berkembang dan efektifitas
tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin.

b. Peran leadhershipt dalam controlling


 Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
 Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap staf

22
 Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang maksimal
dengan menyediakan standart keamanan minimum
 Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
 Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan mengapa
tujuan tersebut tidak dapat dicapai
 Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan yang
mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
 Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan sumber-
sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan sesuai yang
diharapkan
 Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
 Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail
pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran
yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat
untuk mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi
akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber
daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model
fungsional, model tim, model primer, dan model modular. Masing-masing model juga
memiliki kelebihan maaupun kekurangannya sehingga pemberian asuhan keperawatan
dapat dilakukan dalam berbagai macam metode.
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan
prosedur keperawatan. Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien
dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan
asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien.Metode keperawatan
modular memiliki kesamaan baik dengan metode keperawatan tim maupun metode
keperawatan primer.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien artritis mulai dari pengkajian
misalnya biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pengkajian sekunder, pemeriksaan
penunjang, dan analisa data. Setelah itu ditentukan diagnosa keperawatan dan dilanjut
dengan intervensi keperawatan.

3.2 Saran
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar
dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan
dengan model praktik keperawatan profesional supaya mempermudah mahasiswa
perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Heru Suprayitno. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta:


EGC

Marquis, B. L. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan : teori


& aplikasi. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Profil RSUD Majalengka Tahun 2012

Sugiyanto. 1999. Lokakarya Mutu Keperawatan dan Holistik Nursing: Mutu


Pelayanan Kesehatan. Surakarta

Suchri Suarli & Yanyan Bahtiar. 2007. Manajemen Keperawatan Dengan


Pendekatan Praktis. Bandung: Balatin Pratama

25

Anda mungkin juga menyukai