Anda di halaman 1dari 19

Menjadi Preceptor Atau

Mentor Yang Efektif


Ns. Nani Asna Dewi, S.Kep.
OUTLINE
Definisi Preseptor/ Mentor

Standar / Syarat Menjadi Preceptor / Mentor yang Efektif

Tanggungjawab Preseptor/ Mentor

Langkah-langkah Preceptor / Mentor dalam bimbingan klinik


-
Definisi Preseptor / Mentor
• Preseptor adalah seseorang yang telah memiliki pengalaman pada pelayanan kesehatan, bekerja bersama
mahasiswa pada seting klinik, berperan sebagai pendidik klinis sekaligus sebagai seorang perawat profesional.

• Preseptor bertugas untuk membimbing mahasiswa keperawatan atau perawat baru untuk belajar
menerapkan teori dan pengetahuan yang dimiliki.

• Preseptor merupakan seorang dosen yang ditempatkan di tatanan klinik atau perawat senior yang
bekerja di tatanan layanan dan ditetapkan sebagai preceptor

• Preseptor diartikan sebagai praktisi keperawatan yang teregisterasi secara formal, memiliki tanggung-
jawab untuk memberikan dukungan kepada perawat baru dengan pendekatan proses preseptorship

- (Mingpun, Srisa-ard & Jumpamool, 2015; AIPNI, 2016; Minnesota Department of Health, 2010)
Standar / Syarat Menjadi Preceptor / Mentor yang Efektif

Kualifikasi Preceptor

 Memiliki tingkat pendidikan sederajat atau diatas dari mahasiswa (PP no. 19/2005, pasal 36 ayat 1)
 Memiliki Surat Tanda Registrasi atau memiliki Surat Ijin Praktik Perawat serta berpengalaman di
lahan praktek lebih dari 5 tahun.
 Memiliki sertifikat kompetensi keahlian (PP no 19/2005 tentang standar nasional pendidikan, pasal
31 ayat 3 dan pasal 36 ayat 1)
 Menjadi pembimbing klinik dalam 2 tahun berturut-turut baik mahasiswa Diploma atau profesi ners
 Menyediakan waktu untuk bimbingan
 Antusias dalam membimbing
 Memiliki kredibibiltas dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap
 Telah ditunjuk oleh Rumah Sakit atau institusi

-
(AIPNI, 2016)
Standar / Syarat Menjadi Preceptor / Mentor yang Efektif - 2

Kemampuan Mengambil Keputusan

Keterampilan Berkomunikasi

Keterampilan Praktek

Kemampuan Sosial
-
Kemampuan Mengambil Keputusan

Untuk meningkatkan kemampuan mengambil


Kemampuan mengambil keputusan merupakan
keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan
proses berpikir kritis untuk memilih tindakan
metode diskusi kasus, ronde keperawatan bed side
terbaik guna mencapai tujuan yang diharapkan.
teaching, dan pre dan post conference.

Hal ini seperti hasil penelitian Afsouran et al. (2018), yang menyatakan bahwa
metode diskusi kasus memiliki potensi untuk membawa peserta ke dalam situasi
manajerial yang realistis untuk mendeteksi bagaimana mereka membuat
keputusan pada saat memiliki informasi yang tidak lengkap, kendala waktu dan
tujuan yang saling bertentangan.
-
Keterampilan Berkomunikasi
• Perawat wajib memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, efektif, dan tepat sasaran

• Dengan komunikasi, perawat melakukan pengkajian, mengumpulkan data, mengolah data dan
membuat kesimpulan, serta memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga

• Dalam preceptorship, metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
yaitu dengan diskusi kasus, ronde, bed side teaching, role modeling, dan pre dan post conference

Hasil penelitian Asani dan Asmara (2014), menyatakan bahwa menyatakan bahwa mahasiswa dan pembimbing
merasa bahwa bedside teaching merupakan metode yang efektif karena dapat membantu mahasiswa untuk
mencapai kompetensi klinis dan mengembangkan keterampilan komunikasi, karena ada kesempatan bagi
mahasiswa untuk berkomunikasi langsung dengan pasien.
-
Keterampilan Praktek

Keterampilan praktek mahasiswa dapat ditingkatkan dengan metode


bedside teaching dan demonstrasi.

Hasil penelitian Peters dan Cate (2014) dan Asani (2014), menyatakan
bahwa metode bimbingan bedside teaching merupakan metode yang
paling tepat untuk meningkatkan keterampilan klinik mahasiswa, hal
ini ditinjau dari perspektif mahasiswa dan pembimbing.

-
Kemampuan Sosial
Kemampuan sosial berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam berinterkasi dengan
orang lain (Nursalam & Effendi, 2012).

Carpenter (2015) dikutip dalam Halimah et al. (2018) menyatakan bahwa kemampuan sosial
mahasiswa dapat ditingkatkan melalui role model.

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari role model adalah mahasiswa dapat melihat dan
menganalisis nilai-nilai perilaku yang ditampilkan oleh preceptor

Mahasiswa akan menilai dan melihat konsekuensi tindakan yang baik dan menjadikan hal
tersebut sebagai motivasi dalam belajar.
-
Preceptor / Mentor yang Efektif

Hasil penelitian Nielsen et al. (2017)

Metode bimbingan preceptorship akan efektif jika preseptor dan preceptee hadir bersama,
melakukan tindakan keperawatan bersama, dan berkumpul untuk berdiskusi.

 Hal ini memberikan kesempatan pada preseptor untuk memberikan contoh atau
menunjukkan keterampilan praktis yang dimilikinya kepada preceptee, dan
 Preceptee mendapatkan kesempatan untuk mengamati dan mencontoh keterampilan
yang dipraktekkan oleh preseptor. Berkumpul bersama untuk berdiskusi memberikan
kesempatan pada preseptor untuk menjelaskan dan berbagi pengalaman dengan
preceptee.
-
Tanggungjawab Preceptor
Merencanakan lebih dulu dengan menjelaskan pada staff daftar rencana harian

Menanyakan pembelajar untuk membagi kebutuhan/ tujuan, membagi tujuan/ harapan

Memperkenalkan pada staf dan mengintegrasikan, melibatkan dalam waktu-waktu istirahat

Menjelaskan spesifikasi tentang apa yang diharapkan (sesuai kontrak belajar)

Mendapatkan / memberi umpan balik sesering mungkin

Refleksi tentang kegiatan, memenuhi keterampilan

Mengidentifikasi kebutuhan belajar preceptee, menanyakan daftar keterampilan kritikal, tujuan klinikal
-
Langkah-langkah Preceptor / Mentor Dalam
Bimbingan Klinik

3 langkah yang Persiapan Awal Pertemuan


diperlukan
preceptors dalam
pembelajaran Tahap Pelaksanaan
klinik

Tahap Evaluasi

-
(Afsouran, Charkhabi, Siadat, Hoveida, Oreyzi, & Thornton, 2018)
Persiapan Awal Pertemuan

Mencari tahu tentang kebutuhan preceptee dalam bimbingan klinik

Membantu preceptee menentukan tujuan bimbingan yang ingin dicapai

Menanyakan kepada preceptee tentang tugas yang dibebankan

Memperkenalkan tentang sikap preceptors dan kesempatan bimbingan

Menjajaki psikologis preceptee tentang kesiapan bimbingan

memberi dukungan preceptee untuk self – assessment setiap tahap bimbingan


-
Tahap Pelaksanaan
• Mendukung preceptee untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan diri sendiri

• Mengklarifikasi setiap ide yang di tentukan oleh preceptee

• Memberikan saran kepada preceptee untuk perbaikan

• Mencatat point-point penting yang disampaikan oleh preceptee

• Mengevaluasi kembali perkembangan pengetahuan preceptee setelah akhir pembelajaran

• Mendorong preceptee untuk menjawab pertanyaan perceptors.


-
Tahap Evaluasi

Menanyakan kepada preceptee tentang kesiapan dalam menerapkan


hasil wawancara

Mendiskusikan dengan preceptee tentang hal- hal yang dianggap


penting

Menilai kemajuan dan kemampuan preceptee dalam proses


pembelajaran tentang topik yang sudah disepakati.

-
Daftar Pustaka
• AIPNI. (2015). Kurikulum pendidikan profesi ners.
• Afsouran, N., Charkhabi, M., Siadat, S. A., Hoveida, R., Oreyzi, H. R., & Thornton, G. C. (2018). Case-method
teaching: advantages and disadvantages in organizational training. Journal of Management Development,
37(9–10), 711–720. http://doi.org/10.1108/JMD-10-2017-0324
• Asani, M. (2014). Bedside teaching: An indispensable model of patient-centred teaching in undergraduate
medical education. Nigerian Journal of Basic and Clinical Sciences, 11(2), 57–61. http://
doi.org/10.4103/0331-8540.140305
• Asmara, F. (2014). Bedside teaching : Is it effective in clinical nursing student learning. Jurnal Ners, 9, 19–25.
• Canadian Nurses Association. (2004). Achieving excellence in professional practice: a guide to preceptorship
and mentoring. Ottawa: Association des infirmieres et infirmiers du Canada. Retrieved from
http://saskpreceptors.ca/documents/CNA Preceptor guide.pdf
• Halimah, Rachmawaty, R., & Nurfadillah. (2018). Penerapan preceptorship dan dampaknya terhadap kinerja
klinik mahasiswa profesi ners program reguler universitas Hasanuddin di rumah sakit Universitas Hasanuddin
dan RSUP Dr. Wahidin (Skripsi tidak di publikasi) Sudirohusodo Makassar. Universitas Hasanuddin.
-
Daftar Pustaka

• Mingpun R, Srisa-ard B, And Jumpamool A. (2015). Strengthening Preceptor’s


Competency In Thai Clinical Nursing. Academic Journals. 01 (20) 2653- 2660
• Nielsen, K., Finderup, J., Brahe, L., Elgaard, R., Marie, A., Engell-soerensen, V., …
Sommer, I. (2017). The art of preceptorship . A qualitative study. Nurse Education in
Practice, 26, 39–45. http://doi.org/10.1016/j.nepr.2017.06.009
• Nursalam, & Efendi, F. (2012). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
• Nursalam, & Effendi, F. (2012). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
• Peters, M., & Cate, O. (2014). Bedside teaching in medical education: A literature
review. Perspectives on Medical Education, 3(2), 76–88. http://
doi.org/10.1007/s40037-013-0083-y
-
-
-

Anda mungkin juga menyukai