Anda di halaman 1dari 8

PRECEPTORSHIP DALAM KEPERAWATAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan keperawatan saat ini

dituntut untuk dapat

menghasilkan lulusan tenaga keperawatan yang kompeten dan


berstandar

nasional

Penyelengggaraan

maupun

internasional.

pendidikan dituntut

(Nurhadi,

dapat

2004)

dengan

cepat

merespon proses pembelajaran yang kompleks dan berkelanjutan


dalam menghasilkan lulusan

yang mempunyai

kemampuan

dapat bekerja sesuai bidang ilmunya dan diterima di masyarakat


secara baik. Oleh karena itu suatu Perguruan Tinggi harus
membekali peserta didiknya dengan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sehingga dapat menciptakan lulusan perawat yang
berkualitas dan memiliki daya saing tinggi. (Nursalam & Ferry,
2008)
Pembelajaran
pengalaman

klinik

dimana

merupakan
peserta

didik

pembelajaran

berbasis

diharapkan

mampu

mengaplikasikan teori yang diperoleh dari akademik pada kasus


nyata yang sebenarnya di lahan. Peserta didik juga diharapkan
mampu

mengasah

keterampilan

sebanyak

mungkin

dalam

melakukan tindakan keperawatan. Menurut Dewey dalam Reiliy


dan Obermann (2002), masalah utama dalam pembelajaran
pendidikan

berbasis

pengalaman

adalah

memilih

jenis

pengalaman yang berdaya guna dan berdaya cipta dalam


pengalaman selanjutnya. Inti dari pengalaman belajar adalah
maknanya dari tujuan pendidikan dan kemampuannya dalam
mempersiapkan individu terhadap pengalaman yang lebih dalam
di masa depan.
Pembelajaran klinik sebaiknya mendapat perhatian serius
dan persiapan yang baik, perhatian dan persiapan tersebut
dibutuhkan karena pembelajaran klinik memberikan kesempatan

kepada preceptee untuk bekerja dengan klien dan belajar


terhadap

masalah

yang

nyata.

(Chapman

&

Orb,

2000).

Pembelajaran klinik harus dibuat sedemikian rupa sehingga


preceptee mampu untuk berhubungan dengan masalah yang
sebenarnya.

Pembelajaran

klinik tidak hanya memberikan

kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di


kelas

sebelumnya

pembelajaran

klinik

tetapi

menurut

adalah

Corkhill

mengintegrasikan

(1998)

tujuan

teori

dengan

praktik. Salah satu metode pembelajaran klinik yang efektif


dilakukan adalah preceptorship.
Metode pembelajaran yang monotone membuat mahasiswa
cepat merasa bosan dengan materi yang diberikan, salah satu
solusi permasalahan tersebut adalah dengan membuat modifikasi
cara belajar. Dalam project pengembangan metode perseptorship
oleh penulis akan dilakukan 2 tahap pelaksanaan pembelajaran
terhadap mahasiswa keperawatan berdasarkan pengalaman klinik
oleh fasilitator, yaitu high-fidelity Simulation (HFS) dan guided reflection
(GR)

B. PRECEPTORSHIP
1) Definisi Preceptorship
Preceptor adalah seseorang yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat
memberikan inspirasi, menjadi panutan (role model) serta mendukung pertumbuhan
dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan
khusus mensosialisasikan traineer pada peran barunya.
2) Tujuan Utama Preceptorship
Tujuan preceptorship dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu :
a. Secara mikro
Preceptorship secara mikro bertujuan membantu proses transisi dari
pembelajaran ke praktisioner, megurangi dampak sebagai syok realita dan
memfasilitasi individu untuk berkembang dari apa yang dihadapai dari
lingkungan barunya.
b. Secara makro
Preceptorship secara mikro bertujuan untuk melibatkan pengembangan
perawat di dalam berorganisasi. Preceptorship digunakan sebagai sosialisasi dan
orientasi, sehingga diskusi antara preceptor dan preceptee diperlukan untuk
memberikan pandangan dan harapan preceptee akan memiliki kemampuan yang
sama dengan preceptor-nya.
3) Manfaat Preceptoship
Program preceptorships dapat memberikan manfaat baik kepada preceptor / guru
preceptee atau murid, para lulusan yang baru, yaitu :
a. Peningkatan pengalaman preceptee dalam perawatan pasien
b. Peningkatan diri preceptor dalam memecahkan sebuah kasus.
c. Peningkatan rasa kepercayaan diri pereptee.
d. Peningkatan wawasan preceptor dalam memberikan bimbingan
4) Kriteria Preceptor
Tidak semua individu atau medio dapat memiliki kriteria yang sama sebagai
preceptor. Preceptor adalah individu yang mempunyai pengalaman bekerja minimal
12 tahun di bidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan. Keterampilan
komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan
mendukung

perkembangan

profesional

merupakan

hal

terpenting

preceptorship. Secara garis besar kriteria preceptor yang berkualitas adalah :


a. Berpengalaman dan ahli di lingkungan kerjanya.
b. Berjiwa kepemimpinan.

dalam

c.
d.
e.
f.

Mempunyai keterampilan komunikasi yang baik


Mempunyai kemampuan membuat keputusan.
Mendukung perkembangan profesional.
Mempunyai kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam

penerapan model preceptorship.


g. Tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif.
h. Fleksibilitas untuk berubah.
i. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu

5) Tanggung Jawab Preceptor


Menurut Cerinus dan Ferguson, bahwa tanggung jawab dari seorang preceptor di
antaranya adalah sebagai berikut.
a. Preceptor bertanggung jawab terhadap pengkajian yang dilakukan oleh
preceptee
b. Merencanakan model preceptorship untuk mendesain sesuai kebutuhan
preceptee
c. Melakukan peran pengajar dan sebagai role model
d. Melakukan evaluasi pada preceptee selama penerapan preceptorship
Secara umum tanggung jawab seorang preceptor dapat dibagi menjadi dua
golongan sebagai berikut.
1. Tanggung jawab dasar
a. Komitmen dalam peran sebagai preceptor
b. Memiliki keinginan untuk mengajar/membimbing dan berbagi keahlian
dengan mitra
2. Tanggung jawab procedural
a. Mengorientasikan dan mensosialisasikan preceptee pada masing-masing
unit
b. Menilai perkembangan dari tujuan yang akan dicapai preceptee
c. Merencakankan kolaborasi dan implementasi program pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan preceptee
d. Melakukan tindakan sebagai role model
e. Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan preceptee
f. Memfasilitasi perkembangan dari apa yang harus dilakukan preceptee
melalui model preceptorship.
6) Komponen Preceptorships
Program preceptorship terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
a. Orientasi ke tatanan klinis.
b. Dukungan dan supervisi di bidang klinis.

c. Pengembangan lebih lanjut dari keterampilan yang berkaitan dengan tatanan


klinis .
7) Tahap- Tahap Preceptorships
Tahapan dalam preceptorship ada 3 yaitu :
1

a. Awal wawancara
1) Menjelaskan hasil yang ingin dicapai dalam bimbingan
2) Menjelaskan dukungan dan mekanisme bimbingan
3) Mengidentifikasi aktivitas dan cara belajar yang akan proses bimbingan

b. Wawancara Intermediate
Preceptee dan Preceptor menentukan :
1) Tinjauan bimbingan dan bukti terdokumentasi
2) Topik diskusi yang intensif
3) Dokumen bukti belajar yang sesuai

c. Akhir wawancara
1) Mengevaluasi hasil bimbingan
2) Rencana tahap selanjutnya dari pengembangan professional
3) Perseptor memberi feedback atau masukan serta evaluasi selama interaksi
4) Mengkaji respons perseptee selama proses bimbingan
5) Gunakan siklus reflektif untuk belajar dari pengalaman perseptee

8) Langkah - Langkah Preceptorships


a. Persiapan Pertemuan
Wawancara Awal
Hal yang perlu dilakukan oleh Preceptor adalah
1) Mencari tahu tentang kebutuhan preceptee dalam bimbingan
2) Membantu preceptee menentukan tujuan bimbingan yang ingin dicapai
3) Menanyakan kepada preceptee tentang tugas yang dibebankan
4) Memperkenalkan tentang sikap preceptor dan kesempatan bimbingan
5) Menjajaki psikologis preceptee tentang kesiapan bimbingan
6) Memberi dukungan preceptee untuk self-assesment setiap tahap bimbingan

b.

Tahap Pelaksanaan

Wawancara Lanjutan

Hal yang perlu dilakukan oleh preceptor adalah


1) Mendukung preceptee untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan diri
sendiri
2) Mengklarifikasi setiap ide yang di tentukan oleh preceptee
3) Memberikan saran preceptee untuk perbaikan
4) Mencatat point - point penting yang sampaikan oleh preceptee
5) Melihat kembali perkembangan preceptee setelah wawancara
6) Mendorong preceptee untuk menjawab pertanyaan preceptor

c.

Tahap Evaluasi

Wawancara Akhir

Hal yang perlu dilakukan preceptor adalah


1) Menanyakan kepada

preceptee kesiapan dalam menerapkan hasil

wawancara
2) Mendiskusikan dengan preceptee hal- hal yang dianggap penting
3) Menilai kemajuan dan kemampuan preceptee dalam proses wawancara
tentang topik yang sudah disepakati

C. RANCANGAN PROJECT
a. Konsep project
Rancangan perseptorship yang ingin dikembangkan merupakan bagian
dari model pembelajaran mahasiswa keperawatan dalam melakukan praktek
secara langsung tindakan keperawatan yang telah diajarkan secara teori.
Terdapat 2 metode yang ingin dikembangkan yakni high-fidelity Simulation
(HFS) dan guided reflection (GR). HFS merupakan suatu metode yang
bertujuan untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam mempraktekan teoriteori dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah diberikan oleh
dosen fasilitator. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 10 menit untuk

setiap pelaksanaan. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan


tindakan secara mandiri dan dilakukan dengan panduan SPO yang ada. Setiap
sesi pelaksanaan dilakukan perekaman secara visual dengan menggunakan
alat yang telah disediakan sebelmnya. Metode berikutnya yaitu GR, metode
ini merupakan tahap berikutnya dari metode HFS, dimana hasil praktek yang
telah direkam sebelumnya akan disaksikan secara bersama-sama oleh
mahasiswa dan fasilitator untuk menentukan kekurangan yang yang ada
selama pelaksanaan praktek pada masing-masing sesi.
b. Tujuan Pelaksanaan
Masing-masing tahap memiliki tujuan yang berbeda, HFS bertujuan
untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam memahami teori yang telah
diberikan, tanpa memberikan masukan atau perbaikan secara langsung. Tahap
berikutnya yaitu GR, setelah dilakukan pemutaran kembali hasil rekaman
pada proses praktek yang dilakukan oleh mahsiswa, fasilitator dan mahasiswa
secara bersama-sama melakukan pengkajian pada hasil praktek yang
dilakukan, dengan pengalaman klinis yang dimiliki oleh fasilitator serta
panduan yang dimiliki secara bersama-sama menilai kekurangan yang
dilakukan.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dengan 2 metode ini adalah secara sistematis proses
pelaksanaan uji coba praktek dan kesesuain dengan teori yang diberikan dapat
dilakukan evaluasi. Dengan bantuan media perekaman secara visual
diharapkan dapat dilakukan analisa lebih terperinci tentang kekurangan dalam
pelaksanaan praktek yang dilakukan oleh mahsiswa. Kekuranngan yang dapat
mncul dalam pelaksanaan metode ini adalah waktu yang digunakan cukup
lama sehingga menuntut baik mahasiswa maupun fasilitator untuk
memberikan waktu lebih dalam pelaksanaannya, berikutnya

adalah

penggunaan sumber daya yang juga akan berbanding lurus dengan waktu
pelaksanaan yang dibutuhkan.
d. Setting Project
i. Tempat dan Waktu
Project akan dilaksanakan di Stikes Sahid Solo dan dilaksanakan pada
waktu blok pelajaran Keperawatan Dasar
ii. Sasaran
Mahasiswa semester 3 jurusan S-1 Keperawatan
iii. Sarana pendukung

Perekam Video dan Penutar Video (Proyektor)


e. Alur Project
i. Perencanaan project
1. Identifikasi kebutuhan perseptor
2. Mempersiapkan sarana pendukung
3. Sosialisasi terhadap perceptor dan percepte
ii. Pelaksanaan Project
Pelaksanaan dilakukan mengikuti tahap yang telah ditentukan,
pemberian dapat dilakukan di kelas dan praktek dilakukan di kelas
ataupun dilaboratorium.
iii. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap akhir pertemuan pada 2 tahap pelaksanaan
project.

Anda mungkin juga menyukai