Anda di halaman 1dari 40

A.

Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan /usaha untuk mencapai tujuan organisasi
melalui kerjasama dengan oranglain (Hersey dan Blanchard).

Frederick W. Taylor adalah salah seorang tokoh dari bidang ilmu manajemen. Pada awal tahun
1900-an, ia mengemukakan bahwa teori manajemen diibaratkan sebagai sebuah mesin.
Penekanan utamanya adalah produksi dan efisiensi yang cepat. Motivasi pekerja dan manajemen
dipengaruhi kepuasan dalam bekerjasama untuk meningkatkan produksi.

Taylor dalam bukunya “the principles of scientific management (1991)” menganjurkan bahwa
pekerjaan harus dipelajari secara ilmiah untuk menentukan jalan terbaik dalam melaksanakan
setiap tugas. Prinsip yang dianut adalah menghasilkan produktivitas yang semaksimal mungkin
dengan pengeluaran energi yang minimal. Manajemen ilmiah ini membutuhkan revolusi mental
dan tanggungjawab moral yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Dengan kata
lain, semua kegiatan harus direncanakan sebaik mungkin baik dari segi keuntungan maupun
kerugiannya berdasarkan parameter – parameter ilmiah yang telah ditetapkan.

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga dan masyarakat (Gillies,1989).

Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber –
sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata, yaitu di
Rumah Sakit dan Komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasi. Konsep
manajemen keperawatan perencanaan berupa rencana strategi melalui pendekatan yaitu
pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan
secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan metoda asuhan keperawatan, melakukan
pengawasan dan pengadilan serta dokumentasi yang lengkap.

Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan
yaitu:

1. Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori, keterampilan


berfikir.
2. Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik.
3. Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi
dengan individu atau kelompok.

1. B. Prinsip Manajemen Keperawatan


1) Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan, karena melalui fungsi
perencanaan pimpinan dapat menurunkan resiko.

2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer


keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik
dan melaksanakan kegiatan sesuai waktu yang telah ditentukan.

3) Manajemen keperawatan melibatkan para pengambil keputusan. Berbagai situasi maupun


permasalahan memmerlukan keterlibatan pengambilan keputusan diberbagai tingkat manajerial.

4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer


keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini, dan inginkan.
Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh tujuan perawatan.

5) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajer keperawatan yang meliputi proses


pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksaan yang diorganisir.

6) Divisi keperawatan yang baik dapat memotivasi perawat untuk memperlihatkan


penampilan kerja yang baik.

7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

8) Pengembangan staf penting untuk dilaksanankan sebagai upaya persiapan perawat


pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau untuk peningkatan pengetahuan dan
keterampilan perawat.

9) Pengendalian merupakan elemen menajemen keperawatan yang meliputi : penilaian


pelaksanaan yang rencana yang telah dibuat, pemberian intruksi, menetapkan standart dan
membandingkannya dengan penampilan serta memperbaiki kekurangan yang terjadi.

1. C. Teori Manajemen

a) Scientific management – Taylor (keilmuan)

ü Menganalisis kemampuan seseorang saat akan diberi delegasi.

ü Melihat produktivitas dan kualitas yang dihasilkan.

ü Saling bekerjasama dengan anggota.

b) Bureucratic organization – Weber


ü Membutuhkan struktur organisasi yang jelas.

c) Management function – Fayol

ü Manajemen yang berfungsi dalam perencanaan, organisasi, pengarahan, koordinasi,


kontroling.

d) Activities of management – Gulick

ü Harus bisa membuat perencanaan

ü Organizing

ü Staffing

ü Directing

ü Koordinating

ü Melaporkan

ü Rencana pengeluaran

e) Participative management – Follet

ü Menekankan partisipasi dari peserta.

f) Hawthorne effect – Mayo

ü Imbalan dapat berefek pada produktivitas.

1. D. Fungsi Manajemen Keperawatan

Lima fungsi manajemen yang paling penting menurut Handoko (2000:21) yang berasal dari
klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial menurut Henri Fayol :

a) Planning
Planning atau perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan
penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

b) Organizing

Organizing atau pengorganisasian ini meliputi:

 Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yg dibutuhkan untuk


mencapai tujuan organisasi.
 Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat
membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.
 Penugasan tanggung jawab tertentu
 Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan
tugasnya.

c) Staffing

Staffing atau penyusunan personalia adalah penarikan (recruitment) latihan dan pengembangan
serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yang
menguntungkan dan produktif.

d) Directing

Directing atau fungsi pengarahan adalah bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan
melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.

e) Controlling

Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

1. E. Tingkatan Manajemen

Ada tiga tingkat manajemen, yaitu :

1) Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer,
bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan
jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief
Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).
2) Manajemen tingkat menengah (middle management) mencakup semua manajemen yang
berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung
antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian,
pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.

3) Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen
operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan
mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut
penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau
mandor (foreman).

1. F. Lingkup Manajemen Keperawatan

Keperawatan merupakan disiplin praktis klinis. Manajemen keperawatan yang efektif seharusnya
memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Manajemen keperawatan mengelola
kegiatan keperawatan yang meliputi :

a) Menetapkan penggunaan proses keperawatan.

b) Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa.

c) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat.

d) Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari :

1) Manajemen operasional (manajemen pelayanan keperawatan)

Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari :

ü Manajemen puncak (kebid keperawatan)

ü Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisi)

ü Manajemen bawah (kepala ruangan perawatan)

Faktor – faktor yang ahrus dimiliki oleh seorang manajer yaitu :

1) Kemampuan menerapkan pengetahuan

2) Keteramplan kepemimpinan

3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin


4) Kemampuan menjalankan fungsi manajemen

5) Manajemen asuhan keperawatan.

G. Peran-peran Manajerial

1) Peran Interpersonal (Interpersonal Role)

Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara langsung dari
otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan interpersonal dasar, yaitu:

a) Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)

Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus melaksanakan tugas-
tugas seremonial seperti menyambut tamu penting, menghadiri pernikahan anak buahnya, atau
menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran interpersonal
sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan penting. Meskipun demikian,
kegiatan itu penting untuk memperlancar fungsi organisasi dan tidak dapat diabaikan oleh
seorang pemimpin.

b) Peran sebagai pemimpin (Leader Role)

Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit organisasi yang
dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan dengan kepemimpinan secara
langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung antara lain
menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan secara tidak langsung
antara lain seorang pemimpin harus memberi motivasi dan mendorong anak buahnya. Pengaruh
seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam memimpin. Otoritas formal memberi
seorang pemimpin kekuasaan potensial yang besar; tetapi kepemimpinanlah yang menentukan
seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan.

c) Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)

Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama aspek yang berkaitan
dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai peran sebagi penghubung, di
mana pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal, mulai muncul. Hal itu
mengherankan, mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan
bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat dan orang lain dari luar
unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak buahnya; sementara dengan
atasannya justru kecil. Pemimpin menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam
rangka mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai penghubung sering secara khusus
diperuntukkan bagi pengembangan sitem informasi eksternalnya sendiri yang bersifat informal,
privat, verbal, tetapi efektif.

2) Peran Informasional (Informational Role)

Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan jaringan
kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat syaraf bagi unit organisasinya.
Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu lebih banyak dari pada stafnya.
Pemrosesan informasi merupakan bagian utama (key part) dari tugas seorang pemimpin.

Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek irformasional tersebut.

a) Peran sebagai monitor (Monitor Role)

Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus memonitor lingkungannya
untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali harus ’menginterogasi’ kontak serta anak
buahnya, dan kadangkala menerima informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil jaringan
kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar informasi
yang diperoleh pemimpin dalam perannya sebagai monitor datang dalam bentuk verbal, kadang
berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih
lanjut.

b) Peran sebagai disseminator (Disseminator role)

Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama (sharing) dan
didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping itu ketika anak buahnya tidak
bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang harus meneruskan
informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.

c) Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)

Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan informasi yang
dimilikinya ke orang di luar unit organisasinya.

3) Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)

Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan masukan dasar bagi
pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah yang dapat menetapkan
komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat syaraf organisasi, hanya dia yang
memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai untuk memutuskan strategi
organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai pengambil keputusan terdapat empat
peran pemimpin, yaitu:

a) Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)

Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki kinerja unitnya
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan di mana organisasi tersebut eksis. Dalam
perannya sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan berupaya
menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang dipimpinnya.

b) Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)

Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk merespon tekanan-
tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan merupakan sesuatu di luar kendali
pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa
diabaikan. Pemimpin seringkali harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merespon
gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang berfungsi begitu mulus, begitu
terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi lingkungan yang penuh
ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena pemimpin bodoh mengabaikan situasi
hingga situasi tersebut mencapai posisi kritis, tetapi juga karena pemimpin yang baik tidak
mungkin mengantisipasi semua konsekuensi dari setiap tindakannya.

c) Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator Role)

Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan menerima apa dalam
unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan seorang pemimpin
adalah waktunya. Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke pemimpin berarti
dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan pengambil keputusan. Pemimpin juga
bertugas untuk mendesain struktur organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan
koordinasi dalam unit yang dipimpinnya.

d) Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)

Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin menghabiskan


cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles, negosiasi
merupakan “ way of life” dari seorang pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan kewajiban
seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh dihindari. Negosiasi merupakan bagian
integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang memiliki otoritas untuk bisa memberikan
komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia yang memiliki pusat syaraf informasi yang
dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.
H. Keterampilan Manajemen

Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan
minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:

a) Keterampilan konseptual (conceptional skill)

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide,
dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian
haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya
itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut
sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga
meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.

b) Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan


berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga
keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer
terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan
kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap
terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen
atas, menengah, maupun bawah.

c) Keterampilan teknis (technical skill)

Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah.
Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu,
misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan
lain-lain.

Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar
yang perlu dimiliki manajer, yaitu:

a) Keterampilan manajemen waktu

Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan
waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari
Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika
diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji
Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat
bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer,
tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang
mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang
uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
b) Keterampilan membuat keputusan

Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam
memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang
manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah
dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan
mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus
mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling
baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta
mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

1. I. Perubahan berencana

Perubahan berencana merupakan beranjak dari suatu keadaan ke keadaan yang lain yang lebih
baik. Perubahan berencana adalah perubahan yang berasal dari pemikiran dan usaha yang dengan
sengaja dilakukan oleh seorang change agent untuk membuat sesuatu terjadi.

Change agent adalah orang yang bertanggung jawab untuk menggerakkan orang-orang yang
terkena dampak perubahan tersebut. Ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang change agent
antara lain :

 Ketrampilan dalam memecahkan masalah


 Ketrampilan dalam membuat keputusan
 Ketrampilan dalam berkomunikasi dan berhubugan dengan orang lain

Biasanya yang menjadi change agent adalah manager.

Tujuan berubah :

 Merubah keseimbangan personal, social atau organisasional


 mengadakan penyelidikan atau eksplorasi
 Mengadakan perbaikan
 Menerapkan ide atau konsep baru
 Mengusahakan mencapai hal-hal yang belum dicapai

Proses Berubah

1) Tahap Pencairan

Pada tahap ini ditetapkan apakah ada kebutuhan untuk merubah dan kemudian diikuti dengan
upaya mengubah kondisi yang telah ada. Bila upaya berhasil akan timbul motivasi yang kuat
untuk berubah. Rangsangan dapat dilakukan berupa pemberian informasi, curah pendapat,
persamaan persepsi dan diskusi pandangan ke depan uang menyajikan harapan.
2) Tahap Berubah atau Bergerak

Tahap ini diawali dengan mendiagnosa masalah dan kemudian mengeksplorasi alternatif
penyelesaian. Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan berubah dan menyepakati
rancangan kegiatan untuk mencapai tujuan berubah. Pada tahpan ini terjadi gerakan beranjak dari
“ status quo “ kondisi lama menuju satu tahapan baru.

3) Tahap Pembekuan Kembali

Pada tahap ini telah dicapai tahappan baru yang diintegrasikan kedalam pribadi masing-masing
staf. Untuk selanjutnya perlu upaya penguatan agar perubahan yang telah dicapai semakin eksis.
Pada tahapan ini perlu dijalankan mekanisme umpan balik yang membangun. Diperlukan kritik,
sebab kritik tidak selalu berarti negatif, karena dapat dimanfaatkan sebagai landasan perbaikan
dan penguatan.

Hasil perubahan yang diperoleh pada tahap refrezing dipertahankan untuk segera diterapkan.
Pada saatnya harus dilakukan perubahan kembali mengikuti pola unfrezing,moving dan
refrezing. Demikian seterusnya tanpe berhenti karena perubahan tidak pernah berhenti.

4) Penerima Perubahan

Kategori penerima perubahan : inovator, ingin tahu, ingin coba, sering radikal, mencari
pengalaman baru, membawa perubahan.

Fungsi Change Agent

 Identifikasi masalah
 Membuat alternatif penyelesaian masalah
 Idendifikasi kelebihan dan kekurangan setiap alternatif
 Menentukan alternatif yang tepat

J. Manajemen Konflik

Definisi konflik

Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara
beberapa orang, kelompokatauorganisasi.

Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang memiliki
tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga mereka berada
dalam posisio – posisi, bukan kerjasama.
Aspek positif dalam konflik

Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila dikelola dengan
baik. Misalnya, konflik dapat menggerakan suatu perubahan :

 Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan dan
tanggung jawab mereka.
 Memberikan saluran baru untuk komunikasi.
 Menumbuhkan semangat baru pada staf.
 Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.
 Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi.

Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal ini dapat berdampak pada
penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara perorangan maupun kelompok, berupa
penolakan, resistensi terhadap perubahan, apatis, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan
emosi destruktif, berupa demonstrasi.

Penyebab konflik

Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut:

1) Batasan pekerjaan yang tidak jelas

2) Hambatan komunikasi

3) Tekanan waktu

4) Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal

5) Pertikaian antar pribadi

6) Perbedaan status

7) Harapan yang tidak terwujud

Pengelolaan konflik

Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:

1. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik.
Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam
organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2. Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik dapat dikelola dengan
mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya.
Misalnya; Perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.

3. Komunikasi: Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan
kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan
menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan
sebagai satu cara hidup.

4. Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk
mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki
pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai
sebagai tanda bahwa mereka.

Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada :

 Konflik itu sendiri


 Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
 Keahlian individu yang terlibatdalam penyelesaian konflik
 Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
 Ketersediaan waktu dan tenaga

Strategi

1. Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak
terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat
menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan
hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”

1. Mengakomodasi

Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya
kerjasama dengan member kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang
menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan
kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.

1. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan
keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan
nilai-nilai anda.Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode
yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

1. Kompromiatau Negosiasi

Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling
memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak.

1. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi

 Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja
yang sama.
 Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan
saling memperhatikan satu sama lainnya.

Petunjuk pendekatan situasi konflik

 Diawali melaluipenilaiandirisendiri
 Analisa isu-isuseputarkonflik
 Tinjaukembali dansesuaikandengan hasileksplorasidirisendiri.
 Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik
 Memantau sudu tpandang dari semua individu yang terlibat
 Mengembangkan dan menguraikan solusi
 Memilih solusi dan melakukan tindakan
 Merencanakan pelaksanaannya

Perencanaan dalam keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses berkelanjutan yang diawali deengan merumuskan tujuan dan
rancanagn tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan profesional, merancang proses dan
hasilnya, memberikan umpan balik pada personel dan memodifikasi.

Visi dan Misi

Visi adalah gambaran masa depan, akan seperti apa lembaga kita. Atau visi merupakan sebuah
impian yang akan dicapai, di masa yang akan datang. Sedangkan misi adalah action dari visi.
Sedangkan Misi adalah langkah-langkah apa yang akan dilakukan demi mencapai visi. Visi
adalah tujuan. Kalau visi belum tercapai, maka misinya yang harus dirubah. Jangan malah
diganti visinya, yang pada akhirnya tujuannya menjadi tidak jelas karena berubah-ubah.

Rencana Strategis
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi
atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya (termasuk
modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini. Berbagai teknik analisis bisnis
dapat dgunakan dalam proses ini, termasuk analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats), PEST (Political, Economic, Social, Technological), atau STEER (Socio-
cultural, Technological, Economic, Ecological, Regulatory).

Perencanaan Strategis ( Strategic Planning ) adalah sebuah alat manajemen yang digunakan
untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga
rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini
untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan ( Kerzner , 2001 )

Rencana Operasional

Perencanaan operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatiannya pada operasi


sekarang (jangka pendek) dan terutama berkenaan dengan tujuan mencapai efisiensi.
Perencanaan operasional merupakan kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk
mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut. Lingkup
perencanaan ini lebih sempit dibandingkan dengan perencanaan strategi.

K. Managemen waktu

Definisi Manajemen Waktu

Manejemen waktu adalah mengontrol penggunaan waktu untuk memaksimalakan


produktifitas dengan tepat waktu sehingga memberika kepuasan kerja.

Tujuan

Melakukan perencanaan dan organisasi waktu secara efektif yanng memungkinkan


terselengaranya asuhan keperawatan langsung kepada klien.

Pengorganisasian Waktu dalam Keperawatan

1. Jangan dikerjakan dengan kerakteristik :

 Masalah dapat hilang tanpa diatasi


 Sudah kadarluasa
 Sudah dikerjakan oleh orang lain

1. Dikerjakan nanti dengan kerakteristik :

 Tidak disertai jatuh tempo


 Dapat ditunda
 Dapat perlambat
Alasan penundaan tugas: tidak ingin memulai, tidak tahu dari mana memulai, tidak tahu dari
mana memulai meski ingin memulai.

Kerjakan sekarang dengan kerakteristik :

 Kebutuhan unit operasional harian


 Kegiatan-kegiatan yang telah ditunda

Faktor penghambat manejemen waktu

 Prokastinasi (menunda pekerjaan)


 Perfeksionis
 Tidak mampu memprioritaskan

Penyita waktu

1. Penyita waktu interna

– Sifat menunda

– Perencanaan kurang baik

– Gagal menetapkan tujuan dan sasaran

– Tidak mampu mengatakan tidak

– Terlalu banyak kritis

– Terburu-buru

– Ragu-ragu

1. Penyita waktu eksterna

– Telepon

– Sosialisasi

– Rapat-rapat

– Komunikasi terbatas

– Kurang umpan balik

– Bawahan tidak kompoten


– Sistem penyimpanan informasi jelek

Perencanaan ketenagaan

Definisi Ketenagaan

Hakekat ketenagakerjaan pada intinya adalah pengaturan, mobilisasi potensi, proses motivasi dan
pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan melalui karyanya. Hal ini
berguna untuk tercapainya tujuan individu, organisasi, ataupun komunitas dimana ia berkarya.

TujuanKetenagaan

1. Memenuhi kebutuhan harian unit


2. Mencapai tujuan organisasi
3. Mencegah terjadinya burnout
4. Mencegah terjadinya turn over yang tinggi
5. Memberikan perawatan berkualitas
6. Evaluasi secara periodik pelaksanaan penempatan perawat
7. Merekrutpersonelperawat yang berkualitas
8. Mendayagunakan semaksimal mungkin bakat dan ketrampilan setiap tingkatan perawat
melalui metode penugasan yang digunakan
9. Memberikan periode orientasi yang memadai pada personel baru
10. Menciptakan kondisi kerja yang dipaham ipersonel
11. Mengembangkan kebijasanaan personalia yang menarik bagi personel dan mampu
mendapatkan personel yang dapat bekerja secara efektif
12. Menciptakan rencana induk penempatan personel dalam rangka pengalokasian jumlah
personel

Permasalahan dalam Ketenagaan

1. Keterbatasan anggaran
2. Kurangnya pemahaman pihak administrasi RS tentang kebutuhan tenaga dan tujuan
3. Turn over
4. Cuti
5. Perekrutan dan seleksi perawat yang buruk
6. Pendayagunaan personel perawat yang belum tepat

Perencanaan Ketenagaan Keperawatan Di Ruangan

1. Perhitungan Ketenagaan menurut Gillies 1994

Rumus (dalam Gillies 1994 )

A : rata – rata jumlah jam perawatan/ klien/ hari


B : rata – rata jumlah klien per hari

C : jumlah hari/ tahun

D : hari liburmasing – masingperawat

E : jumlah jam kerjamasing – masingperawat

F : jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/ tahun

G : jumlah jam perawatan yang diberikan/ tahun

H : jumlah perawat yang dibutuhkan unit tersebut

1. Ratna Sitorus 2002

– Perawatan minimal : pagi 17% ,siang 14% ,malam 10%

– Perawatan partial : pagi 27% ,siang 15% ,malam 7%

– Perawatan total : pagi 30% ,siang 30% ,malam 20%

1. Jumlah Kebutuhan Tiap shif menurut Warstell 1999

Dinaspagi 47% ,Dinas Sore 35% ,dinasmalam 17%

1. Jumlah Kebutuhan tiap Shift Swansburg

Pagi 47% ,Siang 36% ,malam 14%

Komposisiberdasarkankualifikasi

– Perawatutama 56%

– Perawatpelaksana 26%

– Perawatpembantu 16%

1. Metode Gillies ( melihat bentuk pelayanan )

– Self care1/2 x 4 jam = 2 jam

– Partial care 3/4 x 4 jam = 3 jam

– Total care 1 – 11/2x 4 jam = 4 – 6 jam


– Intensive Care 2 x 4 jam = 8 jam

– Perawatantidaklangsung 60 menit/ klien

– Pendkes 15 menit/ hari/ klien

*untuk ketenagaan sebagai antisipasi terdapa tkoreksi cadangan 20 %

1. Metode Perhitungan Ketenagaan

Metode Ratio

Tipe RS TT(tempattidur) TPP (tenaga perawat TNPP (tenaga non TNONPA


profesional) perawat
profesional)
A & B 1/( 4 -7 ) 3-4/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 3/4
D 1/15 ½ 1/6 2/3

1. Direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Depkes RI 2001

Rata – rata jam perawatan :

– Penyakitdalam 3,5 jam/ hari/klien

– Bedah 4 jam/ hari/klien

– Gawat 10 jam/hari/klien

– Anak

– Kebidanan

Hitung jumlah jam perawatanhari :

Jumlah Klien x rata – rata jam perawatan

Hitung jumlah tenaga

Jumlah Jam Perawatan/ jam kerjaefektif + factor koreksi

Factor Koreksi = loss day + non nursing job

*Factor Koreksi
Jumlah Hari Minggu/ tahun + HariBesar x JumlahPerawat

JumlahharikerjaEfektif

*Non Nursing Job

( JumlahTenagaKeperawatan + Loss day ) x 25

100

L. PENGORGANISASIAN

Definisi Pengorganisasi

Pengorganisasian adalah bagiandari proses managemen. Pengorganisasian adalah proses


pengelompokan orang, alat-alat, tugas-tugas, kewanangan dan tanggung jawab yang seimbang
dan sesuai rencana operasional sehingga suatu organisasi dapat digerakan sebagai suatu
kesatuan dalam rangka mencapai tujuab yang telah ditetapkan.

Struktur organisasi

Dalam struktur organisasi harus memperhatikan arus komunikasi, otoritas, kewajiban, tanggung
jawab, rentang komando.

Macam-macam struktur organisasi

1. Lini

Merupakan suatu bentuk organisasi dimana pelimpahan wewenang langsungs ecara vertical dan
sepenuhnya dari kepemimpinan terhadap bawahannya. Bentuk lini juga disebut bentuk lurus atau
bentuk jalur. Bentuk ini merupakan bentuk yang dianggap paling tua dan digunakan secara luas
pada masa perkembangan industri pertama.Organisasi Lini ini diciptakan oleh Henry Fayol.

Ciri :

 Hubunganantarapimpinan&bawahanmasihbersifatlangsungmelaluisatugariswewenang
 Jumlahkaryawansedikit
 Pucukpimpinanbiasanyapemilikperusahaan
 Organisasikecil

Keuntungan daris struktur organisasi ini adalah:


 Orang – orang yang mempunyai kekuasaan bertanggung-jawab dan terbuka.
 Proses pengambilan keputusan berjalan dengan tepat.
 Disiplin kerja yang mudah dikontrol
 Tingginyasolidaritasdiantaraanggota
 Adanya kesempatan yang luas bagi para anggota untuk dapat mengembangkan bakatnya.

Kerugian dari struktur organisasi ini adalah:

Pimpinan organisasi terkadang berbuat semaunya.

 Kelangsungan hidup organisasi sangat ditentukan olehseseorang.


 Kurang didalam pengembangan aktifitas pada setiap anggota

1. Lini dan staf

Merupakan kombinasi dari organisasi lini dan organisasi fungsional. Pelimpahan wewenang
dalamorganisasi ini berlangsung secara vertikal dari seorang atasan pimpinan hingga pimpinan
dibawahnya.Untuk membantu kelancaran dalam mengelola organisasi tersebuts eorang pimpinan
mendapat bantuan dari para staf dibawahnya.Tugas para staf disini adalah untuk membantu
memberikan pemikiran nasehat atau saran-saran, data, informasi dan pelayanan kepada pimpinan
sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan suatu keputusan atau kebijaksanaan.Pada
struktur organisasi ini hubungan antara atasan denga nbawahan tidak secara langsung.

Ciri :

 Organisasi besar dan komplek


 Jumlah karyawan besar
 Hubunganatasandanbawahantidakbersifatlangsung

Keuntungan dari struktur organisasi ini adalah:

 Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini dan kelompok staff.
 Adanya pengembangan spesialisasi untuk para anggota.
 Koordinasi didalam setiap bagian dapat diterapkan dengan mudah.

Keburukan dari struktur organisasi ini adalah:

 Adanya kemungkinan pimpinan staf melampaui batas kewenangannya.


 Para pemimpin baik lini maupun staff sering mengabaikan nasehat dan gagasan yang ada.
 Pemimpin dan karyawan yang kebanyakan tidak saling mengenal.
Organisasi dalam bentuk fungsional

Organisasi fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor yaitu suatu bentuk organisasi di mana
kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan di bawahnya
dalams atuan bidang pekerjaan tertentu.Struktur ini berawal dari konsep adanya pimpinan yang
tidak mempunyai bawahan yang jelas dan setiap atasan mempunyai wewenang memberi perintah
kepada setiap bawahan, sepanjang ada hubunganya dengan fungsi atasan tersebut.

Ciri :

 Pembidangan tugas dapat dibedakan dengan jelas


 Spesialisasi karyawan dapat berkembang optimal
 Bawahan akan menerima perintah dari beberapa atasan

Keuntungan dari struktur organisasi ini adalah:

 Adanya pembagian tugas antara kerja pikiran dan fisik,


 Dapat dicapai tingkat spesialisasi yang baik.
 Solidaritas antara anggota yang tinggi.
 Moral serta disiplin kerja yang tinggi.
 Koordinasi antara anggota berjalan dengan baik.
 Mempromosikan ketrampilan yang terspesialisasi
 Mengurangi duplikasi penggunaan sumber daya yang terbatas
 Memberikan kesempatan karir bagi para tenaga ahli spesialis

Keburukan dari struktur organisasi ini adalah:

 Insiatif perseorangan sangat dibatasi.


 Sulit untuk melakukan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri dalam
satu bidang tertentu.
 Menekankan pada rutinitas tugas
 Kurang memperhatikan aspek strategis jangka panjang
 Menumbuhkan perspektif fungsional yang sempit
 Mengurangi komunikasi dan koordinasi antar fungsi
 Menumbuhkan ketergantungan antar fungsi dan kadang membuat koordinasi dan
kesesuaian jadwal kerja menjadi sulit dilakukan

Dan tipe fungsiona lini relevan untuk situasi seperti berikut:

 Lingkungan stabil
 Tugas bersifat rutin dan tidak banyak perubahan terjadi
 Mengutamakan efisiensi dan kapabilitas fungsional

Komunikasi dalam organisasi

Komunikasi sebagai suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat, dan pemberian nasihat yang
terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. komunikasi juga merupakan suatu seni
untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima.

Komponen komunikasi

1. Komunikator

Adalah orang yang menyampaikan/ mengirim pesan.

1. Komunikan

Adalah orang yang menerima pesan.

1. Pesan

Merupakan sesuatu yang disampaikan oleh pengirim kepada seseorang yang dituju ( penerima
)dengan maksud dan tujuan tertentu.

1. Lingkungan

Merupakan tempat dimana komunikasi dilaksanakan.

1. Media Pesan

Merupakan alat atau sarana perantara yng digunakan oleh pengirim pesan dengan tujuan agar
pesan bisa sampai kepada penerima.

Model Komunikasi

1. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis adalah bagian yang terpenting dalam organisasi. Dalam mencapai kebutuhan
individu/staf, setiap organisasi telah mengembangkkan metode penulisaan dalam
mengkomunikasikan pelaksanaan dan pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat-
menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal.

1. Komunikasi secara langsung/ Verbal


Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Perilaku asertif (assetiveness) adalah suatu cara
komunikasi yang memberikan kesempatan bagi individu untuk mengekspresikan perasaannya
secara langsung, jujur, dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.

1. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh,
dan sikap tubuh atau body language.

1. Komunikasi via Telepon

Saat ini manajer sangat bergantung pada komunikasi dengan menggunakan telepon atau
handphone. Dengan kemudahan sarana komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk
merespon setiap perkembangan dan masalah dalam organisasi

M. MANAJEMEN ASKEP

Definisi Manajemen Askep

Manajemen askep adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur: standart,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem manajemen askep. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan akan menentuakan kualitas produksi/ jasa
layanan keperawatan. Manajemen askep adalah pengarahan agar askep berjalan dengan baik,
manajemen askep meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi.

Metode Penugasan dalan Manajemen Askep

Menurut Grant dan Massey (1997) serta Marquis dan Huston (1998), terdapat lima model asuhan
keperawatan profesional (MAKP) yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan,
dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.

1. Fungsional

Sistem ini secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan

– Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas,
dan pengawasan yang baik;

– Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau perawat yang belum berpengalaman;

– Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekukarang tenaga.


Kelemahan

– Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;

– Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan prose keperawatan;

– Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

1. Keperawatan Tim

Model ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terdapat sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjai 2-3 tim yang
terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknis, dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu. Sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut

Kelebihan

– Memungkinkan pelayan keperawatan yang menyeluruh

– Mendukungpelaksanaan proses keperawatan

– Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim

Kelemahan

Komunikasi antar anggota tim terbentk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu karena sulit untuk melaksanakannya saat sibuk.

Tugas dan Wewenang Kepala Ruangan

a. Tanggung jawab kepala ruang pada penugasan tim :


 Menetapkan standar kinerja staf
 Membantu staf menetapkan sasaran keperawatan pada unit yang dipimpinnya
 Memberikan kesempatan pada klien tim dan membantu untuk mengembangkan
ketrampilan manajemen dan kepemimpinan.
 Secara berkesinambungan mengorientasikan staf baru tantang prosedur tim keperawatan
 Menjadi narasumber bagi ketua tim dan staf tempat diskusi
 Memotivasi staf untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
 Melakukan kemunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpinnya
 Peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan,
 Bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas,
 Menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya
saling melempar kesalahan.

1. Fungsi kepala ruang :

Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai berikut:

 Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan


peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk
mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap
kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
 Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan,
menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat,
mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi
dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan dengan tepat.
 Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari, dan
orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
 Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia
seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian, komunikasi, dan
memfasilitasi kolaborasi.
 Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek
legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan kelima
fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan,
pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.

N. Tugas dan Wewenang Ketua Tim

Tanggung jawab ketua tim :

 Mengkaji setiap klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.


 Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan. Dapat dilakukan
serah terima tugas.
 Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu, membimbing anggota tim
untuk mencatat tindak kepemimpinan yang telah dilakukan
 Meyakinkan semua hasil evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan keperawatan
tercatat.
 Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung atau laporan anggota tim

Anggota tim / Perawat pelaksana

a. Tanggung jawab anggota tim :

 Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk setiap klien di unit tersebut.
Misalnya pada saat jam makan siang staf dan rapat tim
 Mengikuti instruksi keperawatan yang tertera dalam rencana keperawatan secara teliti
termasuk program pengobatan
 Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang dilakukan serta respon yang
ditunjukkan klien
 Menerima bantuan dan bimbingan ketua tim

b. Tugas perawat pelaksana :

Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran sebagai perawat
pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai
perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat
menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah
kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak
langsung (Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak
sebagai:

 Comferter

Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter
& Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan
secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering
kali memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan
kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan dengan klien.

 Protector dan Advocat

Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien
dalam pelayanan kesehatan (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), sebagai
pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan
mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari
kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Utnuk
menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi hak dan kewajiban klien sebagai
manusia secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila dibutuhkan.
Perawat juga melindungi hak – hak klien melalui cara–cara yang umum dengan penolakan aturan
atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak – hak klien.
 Communication

Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini terkait dengan
keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan
keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006).
Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien, keluarga, antara
sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Memberikan
perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan
perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur
asuhan keperawatan dan lain–lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.

 Rehabilitator

Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh
agar sembuh dan berfungsi normal.

Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal setelah sakit,
kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas
rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu
berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan
penyakit kronis (Potter & Perry, 2005)

Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah


keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan

Tujuan Ronde :

1. Tujuan Umum

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.

1. Tujuan khusus

– Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan klien.

– Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien

– Meningkatkan kemampuan validitas data klien

– Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan


– Meningkatkan kemampuan justifikasi

– Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

Manfaat

– Masalah pasien dapat teratasi

– Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

– Terciptanya komunitas perawatan yang profesional

– Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan

– Perawat dapat melaksanakan model keperawatan dengan tepat dan benar

Kriteria Pasien

Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki
kriteria sebagai berikut :

– Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan.

– Pasien dengan kasus baru atau langka.

Peran Masing-masing Anggota Tim

Peran perawat primer dan perawat assosiate

– Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.

– Menjelaskan diagnosis keperawatan.

– Menjelaskan intervensi yang dilakukan.

– Menjelaskan hasil yang didapat

– Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil

– Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji


Peran perawat konselor

– Memberikan justifikasi

– Memberikan reinforcement

– Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan

– Mengarahkan dan koreksi

– Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari

Timbang Terima

Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien.

Tujuan :

– Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umuM

– Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas berikutnya.

– Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

Langkah-langkah

Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan
disampaikan

Perawat primer menyampaikan kepada penaggungjawab shift yang selanjutnya meliputi :

– Kondisi atau keadaan klien secara umum

– Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan

– Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru

Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung melihat keadaan
klien
Prosedur Timbang Terima

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :

 Persiapan

1. Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap


2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

 Pelaksanaan

Dalam penerapan sistem MPKP : Primer, timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer
kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya :

1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantin shift atau operan


2. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan pasien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksankan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan
3. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat
untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya
4. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :

– Identitas pasien dan diagnosis medis

– Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

– Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif)

– Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilkasanakan

– Intervensi kolaboratif dan dependensi

– Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya

1. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab
terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas
2. Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat
3. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rincian
4. Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap pasien dan melakukan validasi data.
5. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan
oleh perawat primer

Prosedur pelaksanaan timbang terima :


1) Pra timbang terima (Di Ruang Perawat)

Kedua kelompok dinas sudah siap. Masalah keperawatan dan intervensi keperawatan semua
pasien telah dilaksanakan dan didokumentasikan oleh perawat pada dinas sebelumnya dan siap
untuk ditimbang terimakan. Hal-hal yang khusus dicatat, untuk diserahterimakan kepada perawat
(PP dan PA) yang berdinas berikutnya.

2) Timbang terima (Di Ruang Perawat)

Karu atau penanggung jawab membuka acara timbang terima. PP (Perawat Primer)
menyampaikan timbang terima :

– Identitas pasien dan diagnosa medis

– Masalah keperawatan yang muncul

– Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan

– Tindakan keperawatan yang belum dilakukan

– Rencana dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang,
konsultasi atau prosedur tidak rutin).

PP penerima timbang terima melakukan klarifikasi

Timbang terima (Di Ruang Pasien)

PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiat) penerima timbang terima melakukan


klarifikasi, tanya jawab atau melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang
terimakan. Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat. Lamanya
timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam kondisi khusus dan
memerlukan keterangan yang lebih rinci.

Paska timbang terima (Di Ruang Perawat)

Diskusi untuk membahas permasalahan bila ada (dipimpin Karu / penanggung jawab). Pelaporan
untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format laporan ruangan. Penandatanganan
oleh Karu dan PP masing-masing kelompok dinas. Acara timbang terima ditutup oleh Karu /
penanggung jawab.

Supervisi

Supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari
pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para perawat dan
staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi semacam ini dari
pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para perawat dan
staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi semacam ini adalah
merupakan dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan
para perawat.

Supervisi diartikan sebagai pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap


pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin. Supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-
sumber yang diperlukan untuk penyelesaian tugas-tugasnya. Supervisi adalah merencanakan,
mengarahkan, membimbing, ,mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta
bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil,
aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari
perawat.

Supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam pelaksanaannya


supervisi bukan hanya mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga
bersama para perawat bagaimana memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung.
Jadi dalam kegiatan supervisi seluruhstaf keperawatan bukan sebagai pelaksana pasif , melainkan
diperlakukan sebagai patner kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan pengalaman yang perlu
didengar, dihargai dan diikutsertakan dalam usaha-usaha perbaikan proses keperawatan. Dengan
demikian supervisi diartikan sebagai suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para tenaga keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara
efektif.

Supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman. Ini
tidak hanya meluputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantara para tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya. Juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan peralatan agar
memudahkan pelaksanaan tugas. Lingkungan yang sehat bila dapat memberikan rasa bebas dan
keinginan untuk bekerja lebih baik. Supervisor juga mengusahakan semangat kebersamaan
dengan lebih menekankan “kita” daripada “saya”.

Pada suatu saat supervisor akan memerlukan bantuan dalam mengambil keputusan
melalui pengalaman dalam tugas untuk menemukan metoda yang lebih baik guna melaksanakan
pendelegasian tugas dalam kelompok kerja, tentu memerlukan dukungan dari anggota kelompok.
Walaupun supervisor memperhatikan kondisi dan hasil kerja, tetapi perhatian utama adalah
manusianya, untuk itu harus mengenal tiap individu dan mampu merangsang agar tiap pelaksana
mau meningkatkan diri. Salah satu tujuan utama dari supervisi adalah orientasi, latihan dan
bimbingan individu, berdasarkan kebutuhan individu dan mengarah pada pemanfaatan
kemampuan dan pengembangan ketrampilan yang baru.

Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor membuat suatu keputusan tentang suatu


pekerjaan yang akan dilaksanakan, kemudian siapa yang akan melaksanakan. Untuk itu
supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada para pelaksana.

Sasaran Supervisi
Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola


2. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
3. Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinu/sistematis
4. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis.
5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang.
6. Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan objektif/rational.
7. Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan.

Tujuan Supervisi

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini tidak hanya meliputi
lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para tenaga keperawatan dan tenaga
lainnya, juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan perawatan agar memudahkan
pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervisi adalah :

1. Mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan


2. melatih staf dan pelaksana keperawatan
3. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan mengerti terhadap
peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan.
4. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksanaan keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan.

Kompetensi

Seorang supervisor harus memiliki kemampuan dalam ;

1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf
dan pelaksana keperawatan.
2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf/pelaksana keperawatan
3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaksanaan
keperawatan.
4. Proses kelompok (dinamika kelompok)
5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksanaan
keperawatan.
6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat
7. mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan lebih baik.

Fungsi
1. dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir proses
pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan
keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
2. fungsi utama supervisi moderen adalah menilai dalam memperbaiki factor-faktor yang
mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3. fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli, dan
mendorong kearah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
4. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mengajak untuk diikutsertakan (sharing).

Prinsip

Prinsip-prinsip supervisi dalam keperawatan adalah ;

1. didasarkan atas hubungan professional dan bukan pribadi


2. Kegiatan yang direncanakan secara matang
3. Bersifat edukatif, supporting dan informal.
4. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksanaan keperawatan
5. Membentuk suatu kerjasama yang demoktratis antara supervisor dan staf dan pelaksana
keperawatan.
6. Harus objektif dan sanggup mengadakan “self evaluation”.
7. haus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan masing-masing
8. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan.
9. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan.

Karakteristik

Dalam keperawatan , supervisi yang baik apabila memiliki karakteristik :

1. Mencerminkan kegiatan asuhan keperawatan yang sesungguhnya


2. Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada.
3. Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala.
4. Dilaksanakan oleh atasan langsung(Kepala unit/Kepala Ruangan atau penanggung jawab
yang ditunjuk).
5. Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.

Cara Supervisi

 Langsung ; Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada
supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan
pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Cara memberikan pengarahan yang
efektif adalah :

ü Pengarahan harus lengkap

ü Mudah dipahami

ü Menggunakan kata-kata yang tepat

ü Berbicara dengan jelas dan lambat

ü Berikan arahan yang logis

ü Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat

ü Pastikan bahwa arahan dipahami

ü Yakinkan bahwa arahan anda dilaksanakan atau perlu tindak lanjut

 Tidak langsung :

Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak melihat
langsung kejadian dilapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat
diberikan secara tertulis.

Kegiatan Rutin Supervisor

Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya (Bittel,l987) adalah
sebagai berikut ;

1. Sebelum pertukaran shift (15-30 menit) :

ü Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu.

ü Mengecek jadwal kerja.

1. Pada waktu mulai shift (15-30 menit) :

ü Mengecek personil yang ada

ü Menganalisa keseimbanganpersonil dan pekerjaan

ü Mengatur pekerjaan

ü Mengidentifikasi kendala yang muncul


ü Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan

1. sepanjang hari dinas (6-7 jam) ;

ü Mengeck pekerjaan setiap personil, dapat mengarhkan, instruksi, mengoreksi atau


memberikan latihan sesuai kebutuhannya.

ü Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera membantu apabila
diperlukan.

ü Mengecek pekerjaan rumah tangga

ü Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja, terutama untuk personil baru.

ü Berjaga-jaga ditempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan atau hal-hal yang terkait.

ü Mengatur jam istirahat , permintaan bantuan atau hal-hal yang terkait.

ü Mengatur jam istirahat personil.

ü Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari cara
memecahkannya.

ü Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional.

ü Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya.

ü Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja.

ü Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan.

1. Sekali dalam sehari (15-30 menit)

Pengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15 menit. Melihat dengan
seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti : Keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil
barang, kesulitan pekerjaan dan lain sebagainya.

1. Sebelum pulang ;

Membuat daftar masalah yang belum terpecahkan dan berusaha untuk memecahkan persoalan
tersebut keesokan harinya.

ü Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya,
kecukupan material dan peralatannya.

ü Lengkapi laporan harian sebelum pulang


ü Membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya, membawa pulang mempelajari dirumah
sebelum pergi bekerja kembali.

Supervisor Keperawatan

Yang termasuk supervisor keperawatan adalah:

1. Kepala ruangan, kepala ruangan bertanggung jawab dalam supervisi

pelayanan keperawatan diunit kerjanya. Kepala rungan merupakan ujung tombak penentu
tercapai tidaknya tujuan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan dan
pendokumentasian di unit kerjanya.

1. Pengawas Keperawatan, beberapa ruangan atau unit pelayanan berada di bawah satu
instalasi, pengawas perawatan bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pada
areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang berada dalam satu instalasi tertentu,
misalnya instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan dan lain-lain.
2. Kepala seksi, beberapa instansi digabung dibawah satu pengawasan kepala seksi. Kepala
seksi mengawasi pengawas keperawatan dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak langsung.
3. Kepala Bidang keperawatan, Kabid Keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan
supervisi kepada kepala seksi secara langsung dan semua perawat secara tidak langsung.

Dengan demikian supervisi berikatan dengan struktur organisasi yang menggambarkan garis
tanggung jawab, siapa yang menjadi supervisor dan siapa yang disupervisi.

Pendelegasian

Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pembinaan.Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi
lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.(Handoko.1997).

Penendelegasian adalah bagian dari manajemen yang memerlukan latihan manajemen


professional dan dikembangkan untuk dapat menerima pendelegasian tanggung jawab secara
structural.(Swanbrug. 2000).

Kondisi Ketidakefektian Dalam Pendelegasian

Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering mengalami masalah, dimana proses
delegasi tidak dilaksanakan secara efektif. Hal ini diarenakan tiga hal :

– under –delegasi : Pelimpahan tugas terlalu sedikit. Staf diberi wewenang yang sangat
sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas.
– over-delegasi : Pemberian delegasi berlebihan. Di sini dapat terjadi penyalahgunaan
wewenang.

– unproper delegasi : Pelimpahan yang tidak tepat.Kesalahan yang ditemukan adalah,


pemberian tugas limpah, orang yang tepat, dan alasan delegasi hanya karena faktor senang/tidak
senang. Pelimpahan ini tidak efektif karena kecendrungan pimpinan menilai pekerjaanya
berdasarkan unsur Subyektif.

Delegasi yang baik tergantung pada keseimbangan antara komponen tanggung jawab,
kemampuan dan wewenang.Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu rsa tanggung jawab
terhadap penerimaan suatu tugas, kemampuan (accountability) adalah kemampuan seseorang
dalam melaksanakan tugas limpah.Wewenang (authorirty) adalah pemberian hak dan kekuasaan
penerima tugas limpah untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang di limpah.

Waktu Pelaksanaan

Tugas rutin : Tugas yang dapat didelegasikan kepada staf

Tugas yang tidak mencukupi waktunya : Staf didelegasikan untuk menyelesaikan tugas manajer
keperawatan

Peningkatan kemampuan : Pendelegasian bertujuan meningkatkan kemampuan staf dan tim


melalui proses pembelajaran

Delegasi sebaiknya tidak diberikan untuk tugas-tugas yang terlalu teknis (membutuhkan keahlian
tertentu) dan tugas yang berhubungan dengan kepercayaan/kerahasiaan institusi.

Cara Bagi Manajer Perawat Agar Berhasil Dalam Pendelegasian

– Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah.

– Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis

– Menyetujui standar kerja

– Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan

– Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan tugas dan wewenang baik
secara tertulis maupun lisan.

– Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan mengukur


pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan umpan balik prestasi yang dicapai.

– Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan – keluhannya.


– Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan ide ide baru yang
bermanfaat.

– Memberikan ‘reward’ atas hasil yang dicapai.

– Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.

Teknik Pendelegasian

Manajer perawat pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas-tugas yang dapat
didelegasikan dari eksekutif perawat sampai eksekutif departemen atau kepala unit, dan dari
kepala unit sampai perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup kewenangan untuk persetujuan,
rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas seharusnya dirangking dengan waktu yang
diperlukan untuk melaksanakannya dan sebaiknya satu kewajiban didelegasikan pada satu
waktu.

Kapan Tidak Dilakukan Delegasi

Hindari mendelegasikan kekuasaan dan tetap mempertahankan moral dalam pelaksanaannya.


Kontrol dilakukan khusus pada pekerjaan yang sangat teknis atau tugas tugas yang melibatkan
kepercayaan. Hal ini merupakan hal yang kompleks dalam manajemen keperawatan, sehingga
memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang khusus. Manajer perawat yang akan menangani
hal tersebut seharusnya memiliki kemampuan ilmu manajemen dan perilaku. Mendelegasikan
tugas dan tanggung jawab dapat menyebabkan perawat klinis berasumsi bahwa manajer tidak
mampu untuk menangani tanggung jawab kepemimpinannya terhadap manajemen
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai