Anda di halaman 1dari 144

LAPORAN PRAKTIKA SENIOR

Pengelolaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa dengan


Masalah Keperawatan : Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi, Nyeri,
Gangguan Mobilitas Fisik, Gangguan Pola Tidur, Keletihan dan
Kurang Pengetahuan Di Kecamatan Huta Bayu Raja Kabupaten
Simalungun

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan


Mata Kuliah Praktika Senior

Oleh

Rini Sinaga S.Kep


191102041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktika Senior ini telah mendapat persetujuan

Medan, Juli 2019

Pembimbing

Rosina Tarigan, S.Kp.., M.Kep., Sp.KMB

NIP. 197310312001122002

Wakil Dekan I

Fakultas Keperawatan USU

Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep

NIP. 197906152005012002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengelolaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa


dengan Masalah Keperawatan: Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi, Nyeri, Gangguan Mobilitas Fisik, Gangguan Pola
tidur, Keletihan dan Kurang Pengetahuan Di Kecamatan
Huta Bayu Raja Kabupaten Simalungun.
Nama : Rini Sinaga , S.Kep
NIM : 191102041
Program studi : Pendidikan Ners Tahap Profesi
Fakultas : Keperawatan USU
Tahun Akademik : 2019/2020
Tanggal Lulus :

Pembimbing

Rosina Tarigan, S.Kp.., M.Kep., Sp.KMB

NIP. 197310312001122002

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Laporan Praktika


Senior ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Ners (Ns).

Wakil Dekan I

Fakultas Keperawatan USU

Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep

NIP. 197906152005012002

iii
HALAMAN PERSETUJUAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rini Sinaga, S.Kep

NIM : 191102041

Dengan ini menyatakan bahwa laporan praktika senior saya yang berjudul

“Pengelolaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan Masalah

Keperawatan: Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi, Nyeri, Gangguan Mobilitas Fisik,

Gangguan Pola tidur, Keletihan dan Kurang Pengetahuan Di Kecamatan Huta Bayu

Raja Kabupaten Simalungun” adalah benar hasil karya saya sendiri dan bukan karya

jiplakan, kecuali dalam pengutipan substansi yang disebutkan sebelumnya. Saya

bertanggungjawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah

yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada tekanan atau

paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik bila

pernyataan ini tidak benar.

Medan, Juli 2019

Penulis

iv
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan atas kasih dan kuasa-Nya yang memampukan
penulis menyelesaikan laporan praktika senior dengan judul “Pengelolaan Asuhan
Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan Masalah Keperawatan: Pemenuhan
Kebutuhan Nutrisi, Nyeri, Gangguan Mobilitas Fisik, Gangguan Pola tidur,
Keletihan dan Kurang Pengetahuan Di Kecamatan Huta Bayu Raja Kabupaten
Simalungun”.

Laporan praktika senior ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk
menyandang gelar Ners (Ns), sebagai hasil dari proses belajar penulis selama
menimba ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang berusaha
dipersembahkan untuk dunia pendidikan dan pihak-pihak lain yang
membutuhkannya.

Dalam penyusunan laporan praktika senior ini penulis telah banyak


mendapatkan dukungan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang

berlimpah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul “Pengelolaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa dengan

Masalah Keperawatan: Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi, Nyeri, Gangguan Mobilitas

Fisik, Gangguan Pola tidur, Keletihan dan Kurang Pengetahuan Di Kecamatan Huta

Bayu Raja Kabupaten Simalungun”.

v
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns, M.Kep., selaku Wakil Dekan I Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB selaku Wakil Dekan

II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat Wakil Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp.., M.Kep., Sp.KMB selaku Dosen Pembimbing

PBLK yang telah meluangkan waktu dan perhatiannya dengan penuh

kesabaran dalam memberikan masukan, arahan, dukungan, nasehat serta

bimbingan dalam proses penyusunan laporan praktika senior ini.

6. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing

akademik yang telah memberikan perhatian, nasihat, dan saran proses

perkuliahan.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah banyak memberikan ilmunya.

vi
8. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang tercinta dan sayang

Marlon Sinaga dan Dormina Silalahi yang selalu memberi kasih sayang

yang begitu besar, mencukupi semua kebutuhan saya baik materi dan non-

materi, yang telah membimbing dengan sabar dan yang selalu

memberikan dukungan penuh serta yang selalu mendoakan saya demi

kelancaran dan kemudahan setiap urusan saya.

9. Teman-teman profesi ners stambuk 2015 yang telah memberikan masukan

dalam penyusunan laporan praktika senior ini serta terimakasih sebanyak-

banyaknya atas bantuan dan motivasinya.

10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menempuh
pendidikan.
Semoga laporan praktika senior ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan
dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi kebaikan dan kesempurnaan laporan praktika senior
ini.

Medan, Juli 2019

Penulis

vii
Judul Laporan : Pengelolaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dewasa
dengan Masalah Keperawatan: Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi, Nyeri, Gangguan Mobilitas Fisik, Gangguan Pola
Tidur, Keletihan, dan Kurang Pengetahuan.
Nama : Rini Sinaga, S.Kep
NIM : 191102041
Jurusan : Pendidikan Ners Tahap Profesi
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun Akademik : 2019/2020

ABSTRAK
Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit yang tidak menular dan bukan
disebabkan oleh penularan vektor, virus atau bakteri, namun lebih banyak
disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup. Angka kematian akibat penyakit tidak
menular tergolong tinggi. Penyakit tidak menular (PTM) dapat menyerang semua
organ tubuh diantaranya adalah diabetes, asam urat dan hipertensi. Pada pasien
PTM disebabkan oleh factor keturunan, lanjut usia, gaya hidup kurang sehat dan
jarang olahraga. sehingga Masalah keperawatan pada klien PTM adalah
Pemenuhan kebutuhan nutrisi, Nyeri, Gangguan mobilitas fisik, Gangguan pola
tidur, Keletihan, dan Kurang pengetahuan. Dalam hal ini perlu dilakukan asuhan
keperawatan yang profesional yang bertujuan untuk pencegahan dan
pelaksanaanya menggunakan promotif, preventif, serta penerapan pedoman gizi
seimbang. Asuhan keperawatan ini dilakukan pada 3 pasien yaitu pada kasus
diabetes, asam urat dan hipertensi di Unong Manik Kecamatan Huta Bayu Raja
Kabupaten Simalungun pada tanggal 10 Juni-10 Juli 2020 dengan menggunakan
metode wawancara dan observasi. Hasil yang didapat setelah dilakukannya
asuhan keperawatan pada pasien adalah klien dapat melakukan aktifitas sehari
harinya tanpa Masalah keperawatan seperti Pemenuhan kebutuhan nutrisi, Nyeri,
Gangguan mobilitas fisik, Gangguan pola tidur, Keletihan, dan Kurang
pengetahuan dapat teratasi sebagian dikarenakan lamanya proses penyembuhan
PTM dan tindakan dilakukan sesuai kebutuhan masing-masing pasien sehingga
diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan asuhan keperawatan
sehingga Disarankan kepada klien dan keluarga setelah diberikan asuhan
keperawatan di RS diharapkan dapat mengimplementasikan dasar-dasar dari
tindakan yang dilakukan serta rutin mengontrol perkembangan pasien ke
pelayanan kesehatan.

Kata Kunci: Asuhan keperawatan, PTM, Diabetes, Asam urat, Hipertensi

viii
DAFTAR ISI

Halaman judul ........................................................................................................i


Halaman pengesahan.............................................................................................ii
Halaman persetujuan orisinalitas........................................................................iv
Prakata....................................................................................................................v
Abstrak................................................................................................................viii
Daftar isi.................................................................................................................ix
Daftar tabel............................................................................................................xi
Daftar lampiran...................................................................................................xii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar belakang.......................................................................................1
1.2. Rumusan masalah..................................................................................7
1.3. Tujuan....................................................................................................7
1.4. Manfaat..................................................................................................7
1.4.1. Mahasiswa keperawatan..............................................................7
1.4.2. Klien dan keluarga .....................................................................7
1.4.3. Pendidikan keperawatan..............................................................8
1.4.4. Institusi pelayanan kesehatan......................................................8

BAB 2 PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN....................................9


1. Konsep teori Penyakit Tidak Menular (PTM) .....................................9
1.1. Pengertian ......................................................................................9
1.2. Faktor Resiko ................................................................................9
1.3. Kategori .......................................................................................10
1.4. Pencegahan dan Pengendalian ....................................................11
2. Konsep teori Diabetes Mellitus ..........................................................12
2.1. Pengertian ....................................................................................13
2.2. Etiologi ........................................................................................ 13
2.3. Klasifikasi ....................................................................................14
2.4. Manifestasi Klinis ....................................................................... 14
2.5. Patofisiologi ................................................................................ 15
2.6. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 16
2.7. Penatalaksanaan .......................................................................... 17
3. Konsep teori Asam Urat .................................................................... 18
3.1. Pengertian .................................................................................... 18
3.2. Etiologi ........................................................................................ 19
3.3. Klasifikasi .................................................................................... 20

ix
3.4. Manifestasi klinis ........................................................................ 21
3.5. Patofisiologi ................................................................................. 24
3.6. Pemeriksaan penunjang ............................................................... 25
3.7. Penatalaksanaan ........................................................................... 25
4. Konsep teori Hipertensi ...................................................................... 29
4.1. Pengertian .................................................................................... 29
4.2. Etiologi ........................................................................................ 32
4.3. Klasifikasi .................................................................................... 33
4.4. Manifestasi klinis ........................................................................ 34
4.5. Patofisiologi ................................................................................. 35
4.6. Pemeriksaan penunjang .............................................................. 36
4.7. Penatalaksanaan ........................................................................... 37
5. Konsep asuhan keperawatan ...............................................................42
5.1. Pengkajian keperawatan...............................................................45
5.2. Diagnosa keperawatan..................................................................46
5.3. Intervensi keperawatan ................................................................48
5.4. Implementasi keperawatan .......................................................... 49
5.5. Evaluasi ....................................................................................... 49
6. Tinjauan kasus......................................................................................50
2.6.1. Pengkajian keperawatan klien 1 ...............................................50
2.6.2. Diagnosa keperawatan...............................................................56
2.6.3. Intervensi keperawatan..............................................................57
2.6.4. Implementasi dan Evaluasi keperawatan..................................59
2.6.5. Pengkajian keperawatan klien 2 ...............................................65
2.6.6. Diagnosa keperawatan...............................................................71
2.6.7. Intervensi keperawatan..............................................................73
2.6.8. Implementasi dan Evaluasi keperawatan..................................76
2.6.9. Pengkajian keperawatan klien 3 .............................................. 85
2.6.10. Diagnosa keperawatan ........................................................... 90
2.6.11. Intervensi keperawatan .......................................................... 90
2.6.12. Implementasi dan Evaluasi .................................................... 93

BAB 3 PEMBAHASAN ....................................................................................101


3.1. Deskripsi lokasi penelitian................................................................101
3.2. Analisa pengkajian keperawatan.......................................................101
3.3. Analisa diagnosa keperawatan..........................................................103
3.4. Analisa rencana tindakan keperawatan.............................................104
3.5. Analisa implementasi tindakan keperawatan....................................106

x
3.6. Analisa evaluasi tindakan keperawatan.............................................108

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................110


4.1. Kesimpulan........................................................................................110
4.2. Saran..................................................................................................111
4.2.1. Mahasiswa keperawatan..........................................................111
4.2.2. Klien dan keluarga .................................................................111
4.2.3. Pendidikan keperawatan .........................................................111
4.2.4. Institusi pelayanan kesehatan..................................................111

Daftar pustaka....................................................................................................112

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisa masalah keperawatan Klien 1.....................................................55


Tabel 2. Intervensi keperawatan Klien 1................................................................57
Tabel 3. Implementasi dan Evaluasi Klien 1.........................................................69
Tabel 4. Analisa masalah keperwatan Klien 2.......................................................70
Tabel 5. Intervensi keperawatan Klien 2 ...............................................................73
Tabel 6. Implementasi dan Evaluasi Klien 2 .........................................................76
Tabel 7. Analisa masalah keperawatan Klien 3 .....................................................89
Tabel 8. Intervensi keperawatan Klien 3 ............................................................... 91
Tabel 9. Implementasi dan Evaluasi Klien 3 ......................................................... 94

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal tentative praktika senior


Lampiran 2. SAP Diabetes Mellitus
Lampiran 3. SAP Asam Urat
Lampiran 4. SAP Hipertensi
Lampiran 5. Riwayat hidup
Lampiran 6. Daftar presensi praktika senior

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pada tahun 1990-an penyebab kematian paling banyak di indonesia adalah

penyakit menular, namun belakangan ini sudah lain. Dimana masyarakat di Tanah Air

kini lebih banyak dihadapkan pada ancaman penyakit tidak menular (PTM). Penyakit

tidak menular (PTM) adalah penyakit yang tidak menular dan bukan disebabkan oleh

penularan vektor, virus atau bakteri, namun lebih banyak disebabkan oleh perilaku

dan gaya hidup. WHO (World Health Organozation) menyebutnya “Non

Communicable Disease (NCD) is a disease that is not transmissible directly

from one person to another”. Adalah penyakit yang tidak menular langsung dari satu

orang ke orang lain. Meski demikian beberapa macam penyakit tidak menular

tersebut memiliki angka kematian yang cukup tinggi. Angka kematian akibat

penyakit tidak menular tergolong tinggi.

Berdasarkan data dari WHO di tahun 2018 diperkirakan ada sekitar 41 juta

orang yang meninggal akibat penyakit tidak menular setiap tahunnya. Data tersebut

menunjukkan bahwa hampir 71% angka kematian diseluruh dunia disebabkan oleh

penyakit tidak menular. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, diperkirakan sedikitnya ada 1,4 juta orang meninggal

setiap tahunnya akibat penyakit tidak menular. Kemudian berdasarkan data Hasil

Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dilaksanakan Badan

1
Penelitian dan mengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementrian Kesehatan

(Kemkes) diketahui bahwa prevalensi penyakit tidak menular pada 2018 naik dari

tahun 2013. Penyakit tidak menular (PTM) dapat menyerang semua organ tubuh.

Oleh karena itu banyak jenis penyakit yang tidak menular yang bisa terjadi

diantaranya adalah penyakit Diabetes, penyakit kardiovaskuler, penyakit persendian

(Gout Arthritis), kanker, penyakit ginjal dan lain-lain.

Penyakit tidak menular (PTM) salah satu adalah Diabetes. Diabetes atau

penyakit gula/kencing manis yang merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar

glukosa darah yang melebihi normal (Hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin

baik absolut maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah dapat menentukan apakah

seseorang menderita Diabetes atau tidak (Hasdinah, 2012). Diabetes bisa disebabkan

oleh faktor keturunan dan gaya hidup kurang sehat, seperti jarang olahraga, dan

sering mengkonsumsi makanan tinggi gula dan berlemak. Seseorang dinyatakan

menderita Diabetes Mellitus apabila pada pemeriksaan laboratotium kimia darah,

konsentrasi glikosa darah dalam puasa pagi hari <126 mg/dl atau 2 jam sesudah

makan >200 mg/dl atau bila sewaktu/ sesaat diperiksa >200 mg/dl. Diabetes

merupakan suatu penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kemampuan tubuh

untuk mengubah makanan menjadi energi (Soegondo, 2008).

Diabaetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh

dan berbagai komplikasi berbahaya seperti ketoasidosis diabetik, gagal ginjal, infeksi

berat, neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nerpropati, ganggren, dan


2
lain-lainnya. Hal ini mempunyai dampak negatif terhadap fisik, maupun psikologis

pasien. Dampak negatif yang terjadi pada gangguan fisik yaitu seperti poliuria,

polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan mengantuk (Price & Wilson, 2005).

Dampak psikologis yang terjadi paada pasien dengan DM seperti kecemasan,

kemarahan, berduka, malu, sara bersalah, hilang harapan, depresi, kesepian, tidak

berdaya (Potter & Perry, 2010). Sehingga Masalah kesehatan yang timbul ialah

Resiko ketidak seimbangan gula darah, keletihan dan kurang pengetahuan tentang

penyakit, pencegahan, perawatan dan Diet yang perlu di makan serta dihindari.

Menurut World Health Organization / WHO (2012) bahwa jumlah pasien

dengan DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat

DM terjadi pada negara miskin dan berkembang. Pada tahun 2020 nanti diperkirkan

akan ada sejumlah 178 juta penduiduk Indonesia berusia 20 tahun dengan asumsi

prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien yang menderita DM

Hasil penelitian pada seluruh provinsi yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa

prevalensi Nasional untuk toleransi glukosa terganggu (TGT) adalah sebesar 10,25%

dan untuk DM adalah sebesar 5,7% (Balitbang Depkes RI, 2008).

Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan berupa Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan terjadi

peningkatan prevalensi klien diabetes mellitus pada tahun 2007 yaitu 1,1%,

meningkat pada tahun 2013 menjadi 2,4%. Sementara itu prevalensi DM berdasarkan

diagnosa dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% prevalensi yang tertinggi

3
adalah pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa

Barat (0,5%). Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 prevlensi DM

adalah 0,6%. Data Riskesdas tersebut menyebutkan bahwa prevalensi pasien DM

cenderung meningkat pada perempuan dibanding dengan laki-laki, dimana terjadi

peningkatan prevalensi penyakit DM sesuai dengan pertambahan umur namun pada

umur >65 tahun prevelensi DM cenderung menurun. Prevalensi DM cenderung lebih

tinggi bagi pasien yang tinggal di perkotaan di bandingkan dengan di pedesaan.

Tinjauan dari segi pendidikan menurut Riskesdas bahwa prevalensi DM cenderung

lebih tinggi pada masyarakat yang tingkat pendidikan tinggi (Balitbang, 2013).

Jenis penyakit tidak menular (PTM) lainnya adalah Asam Urat atau Gout

Arthritis. Gout arthritis atau sering dikenal denagan asam urat merupakan penyakit

yang menyerang daerah persendian. Hal ini disebabkan oleh kadar asam urat yang

tinggi yang diakibatkan oleh faktor genetik atau keturunan dan pola hidup yang

sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat purin. Zat purin

merupakan zat inti protein, dan protein banyak diperoleh pada makanan jeroan,

daging, dan kacang-kacangan (Nyoman Kertia, 2009). Penyakit asam urat adalah

kondisi yang dapat menyebabkan gejala nyeri yang tidak tertahankan, pembengkakan,

dan rasa panas di persendian.yang paling sering terserang adalah sendi jari tangan,

lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki. Laki-laki lebih rawan terkena penyakit asam

urat dibandingkan dengan perempuan, terutama saat usia mereka di atas 30 tahun.

Pada perempuan, penyakit ini biasanya berisiko timbul setelah menopause.

4
(Kemenkes RI, 2019). Masalah kesehatan yang sering muncul adalah pemenuhan

kebutuhan nutrisi, nyeri persendian , gangguan mobilitas fisik, kurang pengetahuan.

Di dunia prevalensi penyakit gout mengalami kenaikan jumlah penderita


hingga dua kali lipat antara tahun 1990-2010. Pada orang dewasa di Amerika Serikat
penyakit gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8,3 juta (4%) orang
Amerika. Sedangkan prevalensi hiperurisemia juga meningkat dan mempengaruhi
43.300.000 (21%) orang dewasa di Amerika Serikat. Penyakit asam urat diperkirakan
terjadi pada 840 orang dari setiap 100.000 orang. Prevalensi penyakit asam urat di
Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34 tahun
sebesar 68%. Menurut Wortd Health Organization (WHO) tahun 2013, sebesar 81%
penderita asam urat di Indonesia hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71%
cenderung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang di jual bebas.
Menurut Riskesdas, 2018 di Indonesia prevalensi penyakit sendi berdasarkan
diagnosis pada umur > 15 tahun mengalami kenaikan dimana pada tahun 2013
sebesar 7,3% kemudian meningkat pada tahun 2018 sebesar 11,9%. Prevalensi
berdasarkan diagnosis dokter pada umur >15 tahun angka kejadian tertinggi adalah
pada usia 75 tahun ke atas sebesar 18,9%, pada usia 67-74 tahun sebesar 18,6%, usia
55-64 tahun sebesar 15,15% persentase yang paling rendah ialah pada umur 15-14
tahun sebesar 1,2%.
Penyakit tidak menular (PTM) lainnya yang juga banyak terjadi ialah
Hipertensi. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah
yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase
darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014). Namun sering kali pasien hipertensi
tidak menunjukkan gejala sehingga baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan
organ yaitu gagal ginjal, gangguan fungsi jantung dan stroke. Masalah kesehatan
yang sering muncul ketika seseorang hendak melakukan pemeriksaan atau dengan
5
keluhan lain ialah nyeri, gangguan pola tidur, peningkatan tekanan darah, kurang
pengetahuan.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 miliyar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasi.
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesehatan menyebutkan
bahwa biaya pelayan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada
tahun 2016 sebesar 2,8 triliun rupiah, tahun 2017 dan 2018 sebesar 3 triliun rupiah.
Riskesdas 2018 mengatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia > 18 yahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan
Selatan sebesar 44,1%, sedangkan terendah di Papua sebesar 22,2%. Estimasi jumlah
kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di
Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64
(55,2%), dari prevalensi sebesar 34, 1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis
hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta
32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita
hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga tidak mendapatkan
pengobatan.
Berdasarkan pemaparan diatas penyakit tidak menular (PTM) yaitu penyakit
diabetes, Asam urat (Gout) dan hipertensi yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi serta
menimbulkan beban pembiayaan kesehatan perlu dilakukan strategi penanggulangan
penyakit tidak menular. Strategi ini bersandar pada 3 pilar utama yaitu suveilans,
pencegahan primer dan penguatan sistem layanan kesehatan yang terdapat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 5 tahun 2017. Maka dari itu
6
penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien Diabetes, Asam
Urat (Gout Arthtritis) dan Hipertensi.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan asuhan keperawan pada pasien Diabetes, Asam Urat

(Gout Arthtritis) dan hipertensi di Kecamatan Huta Bayu Raja Kabupaten

Simalungun.

1.3. Tujuan

Memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes, Asam Urat (Gout

Arthtritis) dan Hipertensi Untuk mengatasi masalah keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Nutrisi, Nyeri, Gangguan Mobilitas Fisik, Gangguan Pola Tidur,

Keletihan dan Kurang Pengetahuan di Kecamatan Huta Bayu Raja Kabupaten

Simalungun..

1.4. Manfaat

1.4.1. Mahasiswa Keperawatan

Kesempatan bagi mahasiswa untuk mengintegrasikan dan

mengaplikasikan semua konsep dan praktik yang telah diperoleh selama

pendidikan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang profesional kepada

pasien Diabetes, Asam Urat (Gout Arthtritis) dan Hipertensi.

1.4.2. Klien dan Keluarga

7
Mendapatkan asuhan keperawatan untuk mendukung kesembuhan dan

meningkatkan kesehatan pasien Diabetes, Asam Urat (Gout Arthtritis) dan

Hipertensi.

1.4.3. Pendidikan Keperawatan

Sebagai sumber informasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang

berguna untuk meningkatkan pengetahuan di bidang akademik keperawatan.

1.4.4. Institusi Pelayanan Kesehatan

Memberikan pandangan dan masukan untuk meningkatkan pemberian

asuhan keperawatan yang profesional khususnya pada pasien Diabetes, Asam

Urat (Gout Arthtritis) dan Hipertensi.

8
BAB 2

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Konsep Penyakit Tidak Menular (PTM)

1.1 Pengertian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit yang tidak menular dan

bukan disebabkan oleh penularan vektor, virus atau bakteri, namun lebih banyak

disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup. WHO (World Health Organozation)

menyebutnya “Non Communicable Disease (NCD) is a disease that is not

transmissible directly from one person to another”. Adalah penyakit yang tidak

menular langsung dari satu orang ke orang lain. Meski demikian beberapa

macam penyakit tidak menular tersebut memiliki angka kematian yang cukup

tinggi. Angka kematian akibat penyakit tidak menular tergolong tinggi.

1.2 Faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya PTM

Ada bebrapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit

tidak menular antara lain adalah:

1. Genetik/ keturunan

2. Usia lanjut

3. Faktor lingkungan seperti polusi

9
Penyakit tidak menular juga lebih berisiko terjadi pada orang yang

memiliki gaya hidup kurang sehat misalnya:

1. Kurang olahraga

2. Kebiasaan merokok

3. Komsumsi alkohol

4. Pola makan tidak sehat.

1.3 Kategori Penyakit Tidak Menular (PTM)

Di antara beragam jenis PTM yang dikategorikan sebagai PTM utama,

karena menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia ialah:

1. Penyakit kardiovaskuler

2. Kanker

3. Diabetes

4. dan Penyakit pernapasan krinis

1.4 Pencegahan dan Pengendalian PTM

Pencegahan PTM utama bisa dilakukan dengan menggunakan prinsip-

prinsip pencegahan PTM, yakni:

1. Mengutamakan preventif, promotif melalui berbagai kegiatan edukasi dan

promotif-preventif, dengan tidak mengesampingkan aspek kuratif-

rehabilitatif melalui peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan gizi dan

kesehatan.

10
2. Melaksanakan pencegahan pada seluruh siklus hidup manusia, sejak dalam

kandungan, hingga bayi, balita, anak sekolah, remaja, hingga dewasa dan

orang tua. Ini diikuti perbaikan budaya hidup bersih dan sehat. Yang

dimaksud seluruh siklus hidup adalah sejak hamil, lahir, anak sekolah,

remaja, dewasa, usia lanjut sesuai dengan masalah pada kelompok usia

tersebut. Pencegahan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar gizi dan

kesehatan agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan.

3. Penerapan Pedoman Gizi Seimbang, yang dipokuskan pada peningkatan

konsumsi sayur dan buah, pangan hewani dan mengurangi lemak serta

minyak dan membatasi gula dan garam.

4. Menggerakkan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik dan menimbang

berat badan secara teratur.

5. Melibatkan semua sektor, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk

secara nyata melakukan senergi dalam melakukan pencegahan PTM.

11
2 Konsep Teori Diabetes Mellitus

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit gula atau kencing manis adalah

penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal

(Hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Tingkat kadar glukoasa darah dapat menentukan apakah seseorang menderita

Diabetes Mellitus atau tidak. (Hasdiana, 2012).

Seseorang dinyatakan menderita Diabetes Mellitus apabila pada

pemeriksaan laboratotium kimia darah, konsentrasi glikosa darah dalam puasa

pagi hari <126 mg/dl atau 2 jam sesudah makan >200 mg/dl atau bila

sewaktu/ sesaat diperiksa >200 mg/dl. komplikasi yang dapat timbul akibat

gula darah yang tidak terkontrol misalnya: neuropati, hipertensi, jantung

koroner, retinopati, nerpropati, ganggren, dan lain-lainnya. (Soegondo, 2008)

2.2 Etiologi Diabetes Mellitus

1. Penyebab Diabetes Mellitus tipe 1

 Faktor genetik

 Faktor Imunologi

 Faktor Lingkungan

12
2. Diabtes Mellitus Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor

genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko:

 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun)

 Obesitas

3. Riwayat keluarga

2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (2010), dibagi menjadi 4

jenis yaitu:

 Tipe 1: Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM)

 Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

 Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.

 Diabetes Mellitus gastasional (GDM)

2.4 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polifagia pada DM umumnya

tidak ada. Sebaliknya yang sering menggangu pasien adalah keluhan akibat

komplikasio degeneratif kroni pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia

13
terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran

klinis bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang

luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena

katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering

ditemukan adalah:

 Katarak Glaukoma Gatal seluruh badan

 Pruritus vulvae Infeksi bakteri kulit Infeksi jamur di kulit

 Dermatopati Neuropati perifer Amiotropi

 Ulkus neurotropi Penyakit ginjal Hipertensi

 Penyakit koroner Penyakit pembuluh darah otak

2.5 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Pada diabetes mellitus tipe II jumlah insulin normal malah mungkin lebih

banyak tetapi jumlah resptor ninsulin yang terdapat pada permukaan sel yang

kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai kunci pintu masuk ke

dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga

meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya

(resptor) kurang, maka gliukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga sel akan

kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah

meningkat. Dengan demikian ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaannya

14
adalah DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi juga kadar insulin tinggio atau

normal. Keadaan ini disebut sesistensi insulin. (Suyono, 2005).

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan efek

utama kekurangan insulin yaitu:

 Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengakibatkan

peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300 sampai 1200 mg

per 100 ml.

 Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga

menyebabkan kalainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada

dinding vaskuler.

 Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus

1. Pemeriksaan Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gr karbohitrat (2 jam post prandial (pp) >200 mg/dl).

15
2.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

 Pengobatan tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan

aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mgurangi

komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM

adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan

4. Terapi (jika diperlukan)

5. Pendidikan

3 Konsep Teori Asam Urat

3.1 Pengertian Asam Urat

Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada

sendi dan jari (Depkes, 1992). Penyakit metabolik ini  sudah dibahas oleh

Hippocrates pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai

penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan,

anggur dan seks. sejak saat itu banyak teori etiologis dan terapeutik yang telah

diusulkan. Sekarang ini, gout mungkin merupakan salah satu jenis penyakit

reumatik yang paling banyak dimengerti dan usaha-usaha terapinya paling besar

kemungkinan berhasil.
16
Artiritis pirai ( gout ) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristalasam urat

di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut. Jadi, Gout atau

sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak

dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang

menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

3.2 Etiologi Asam Urat

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya

deposit/ penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering

terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan

metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari

ginjal.

Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :

- Faktor  genetik.

- Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,gangguan

ginjal yang akan menyebabkan :

- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.

- Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asamurat seperti :

aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,aseta zolamid dan etambutol.

17
3.3 Klasifikasi Asam Urat

Gout terbagi atas 2 yaitu :

a.  Gout primer, dimana menyerang laki-laki usia degenerative, dimana meningkatnya

produksi asam urat akibat pecahan purin yang disintesis dalam jumlah yang

berlebihan didalam hati. Merupakan akibat langsung dari pembentukan asam urat

tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekresi asam urat yaitu hiperurisemia

karena gangguan metabolisme purin atau gangguan ekresi asam urat urin karena

sebab genetik. Salah satu sebabnya karena kelainan genetik yang dapat

diidentifikasi, adanya kekurangan enzim HGPRT (hypoxantin guanine

phosphoribosyle tranferase) atau kenaikan aktifitas enzim PRPP (phosphoribosyle

pyrophosphate ), kasus ini yang dapat diidentifikasi hanya 1 % saja

b. Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan pemecahan purin

menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat. Contohnya pada pasien leukemia

Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekresi asam urat

yang berkurang akibar proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.

merupakan hasil berbagai penyakit yang penyebabnya jelas diketahui akan

menyebabkan hiperurisemia karena produksi yang berlebihan atau penurunan

ekskresi asam urat di urin.

18
3.4 Manifestasi Klinis Asam Urat

Manisfestasi sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut (serangan

rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan kristal yang

menumpuk dalam jaringan aritukuler,jaringan oseus,jaringan lunak,serta

kartilago),nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan assam urat dalam

traktus urunarus. Ada empat stadium penyakit gout yang di kenali :

1.      Hiperutisemia asimtomatik

2.      Artiritis gout yang kronis

3.      Gout interkritikal

4.      Gout tofaseus yang kronik

Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan

sesudah menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui

pada usia 50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen

penderita gout adalah pria. Urat serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg

per 100 mI, lebih sedikit jika dibandingkn dengan pria. Tetapi sesudah

menopause perubahan tersebut kurang nyata. Pada priahiperurisemia biasanya

tidak timbul sebelurn mereka mencapai usia remaja.

19
3.5 Patofisiologi Asam Urat

Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan

berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah

produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam

urat dapat diterangkan sebagai berikut:

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo  dan jalur

penghematan (salvage pathway).

1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui prekursor

nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah melalui

serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat,

asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang

kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu: 5-

fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-

PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang

terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.

2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa purin

bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui

zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin, guanin,

hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida

20
purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin

fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT).

Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara

bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil

asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan

melalui urin.

3.6 Pemeriksaan Penunjang Asam urat

1.  Pemeriksaan Laboratorium

1)   Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg

normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.

2)   Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa

yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.

3)   Pemeriksaan darah lengkap

4)   Pemeriksaan ureua dan kratinin

a.    kadar  ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl

b.   kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl

2.  Pemeriksaaan fisik.

21
3.7 Penatalaksanaan Asam Urat

 1.    Pengobatan Fase akut

Kolkisin merupakan obat pilihan untuk mengatasi artritis gout akut.

Obat ini mempunyai efek penghambat motilitas dan asadesi netrofil,

mengurangi pelepasan eikasinoid, PGE2, dan LTB4 oleh monosit dan netrofil

dengan cara menghambat fosfolipase-A2, mengubah kemotaksis fagosit.

Kolkisin diberikan 0,5mg/jam sampai tercapainya perbaikan nyeri dan

inflamasi, atau timbul toksisitas gastrointestinal seperti muntah dan diare, atau

tercapai dosis maksimal per hari 8 mg. Pada orang dengan gangguan fungsi

ginjal kolkisin harus diturunkan.

2.    Pengobatan hiperurisemia

Diet rendah purin memegang peranan penting. Obat yang dapat

menurunkan kadar asam urat darah dibagi dua, yaitu golongan urikosurik dan

golongan penghambat xantine-oksidase. Obat golongan urikosurik yang penting

adalah probenesid. Obat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi asam

urat di tubulus secara kompetitif, sehingga eksresi asam urat melalui ginjal

ditingkatkan. Dosis awalnya adalah 0,5mg/hari dan secara berkala dapat

ditingkatkan menjadi 1-3 mg/hari dalam dosis terbagi 2-3 kali sehari. Obat

golongan ini tidak boleh diberikan bila produksi urin kurang dari 1400ml/24

jam. Pemberian ini dikontraindikasikan bila terdapat produksi dan eksresi asam

22
urat berlebih, riwayat batu ginjal, volume urin berkurang, dan hipersensitif

terhadap probenesid.

Obat golongan inhibitor xantine-oksidase (alopurinol) merupakan obat

yang poten untuk mencegah konversi hipoxantine dan xantin menjadi asam

urat. Akibatnya kadar kedua zat tersebut akan meningkat dan akan dibuang

melalui ginjal.Indikasi pemberian alopurinol adalah:

1.      Penderita yang tidak memebri respon adekuat terhadap gol. Urikosurik,

misalnya pada gg. Fungsi ginjal.

2.       Penderita yang hipersensitif terhadap gol.urikosurik

3.      Penderita dengan batu urat di ginjal.

4.      Penderita dnegan tofus yang besar, yang memerlukan perawatan

kombinasi alopurinol dengan urikosurik.

5.      Hiperurisemia sekunder karena penyakit mieloproliperatif, dapat

diberikan alupurinol sebelum pemberian sitostatika.

Dosis rata-rata 300mg/hari, tetapi pada orang tua dan penderita dengan GFR di

bawa 50m/menit, dapat dimulai dnegan dosis 100mg/hari.

23
4. Konsep Teori Hipertensi

4.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik140 mmHg menunjukkan fase darah

yang sedang dipompa olehjantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase

darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sitolik maupun diastolik

yang terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang paling sering terjadi

dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit renal atau penyebab lain,

sedangkan hipertensi malignan merupakan hipertensi yang berat, fulminan dan

sering dijumpai pada dua tipe hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, &

Mayer,2011).

4.2 Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi,yaitu :

1) Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara penyebab

sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak

ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta

24
ras menjadi bagian darI penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress,

intake alkohol moderat,merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh darah

ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit

parenkimal (Buss & Labus, 2013).

Menurut Triyanto, 2014 faktor resiko pada hipertensi aialah:

1) Faktor resiko yang bisa dirubah: Usia, lingkungan, obesitas, merokok dan Kopi

2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah : Genetik dan Ras

4.3 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009) menyerang organ-

organ vital antar lain :

a. Jantung

Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard menyebabkan

kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi kemudian menyebabkan iskemia

jantung serta terjadilah infark.

b. Ginjal

Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan progresif

sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit

25
fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotik menurun kemudian

hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.

c. Otak

Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh darah

di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila terdapat penebalan pada

arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi

otak berkurang.

4.4 Manifestasi Klinis Hipertensi

Manisfestasi klinikmenurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita

mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :

a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidak

mantap.

b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan

tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.

c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.

d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat

vasokonstriksi pembuluh darah.

e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.

26
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan aliran

darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.

4.5 Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotor yang dihantarkan

dalam bentuk impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf

simpatis bergerak melanjutkan ke neuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin

sehingga merangsang saraf pascaganglion bergerak ke pembuluh darah untuk

melepaskan norepineprin yang mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Mekanisme

hormonal sama halnya dengan mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur

tekanan pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2008).

Mekanisme ini antara lain :

a. Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin Perangsangan susunan saraf

simpatis selain menyebabkan eksitasi pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan

norepineprin dan epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah. Hormon

norepineprin dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darah akan merangsang

pembuluh darah untuk vasokonstriksi. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

27
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Saferi &

Mariza, 2013).

b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin Renin yang dilepaskan oleh ginjal

akan memecah plasma menjadi substrat renin untuk melepaskan angiotensin I,

kemudian dirubah menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat.

Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini masih menetap didalam

darah (Guyton, 2012).

4.6 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Laboratorium, EKG, pemeriksaan TTV rutin.

Pemeriksaan TTV

- Kesadaran: Compos Mentis

- GCS : E:4, V:5, M:6

- TD : 120/80 mmHg

- Nadi : 80x/menit

- Respirasi : 18 x/ menit

- Suhu : 36,0 C

4.7 Penatalaksanaan Hipertensi

a.  Penatalaksanaan farmakologi

Menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penanganan menggunakan obat-

obatan, antara lain :

28
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)

Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebi dalam tubuh

sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan

2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)

Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat

aktifitas saraf simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa

jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalami gangguan

pernafasan seperti asma bronkial.

4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos pembuluh darah.

5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)

Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II

dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering,

pusing, sakit kepala dan lemas.

6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

29
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis

penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi

penempelan zat angiotensin II pada reseptor.

b. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat

penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan

nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan

tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :

1) Mempertahankan berat badan ideal

2) Mengurangi asupan natrium (sodium)

3) Batasi konsumsi alcohol

4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

5) Menghindari merokok

6) Penurunan stress

7) Aromaterapi (relaksasi)

8) Terapi masase (pijat)

30
5. Konsep Asuhan Keperawatan

5.1 Pengkajian Keperawatan

5.1.1 Anamnesa

1. Identitas klien

Seperti: nama, umur, jenis kelamin, keyakinan, pendidikan terakhir,

pekerjaan, diagnose, status pernikahan, jaminan kesehatan.

2. Keluhan utama

Seringkali klien mengatakan adanya nyeri, kurang nafsu makan, gangguan

mobilitas fisik, gangguan pola tidur fan kurang pengetahuan tentang penyakit

diabetes, asam urat dan hipertensi.

3. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan apakah Pasien sudah pernah berobat dan melakukan perawatan

mengenai masalah kesehatan yang dialami pasien.

4. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya pasien diabetes, asam urat dan hipertensi mengatakan nyeri,

gangguan pola tidur serta kurangnya pengetahuan dalam pencegahan dan

pengobatannya.

5.1.2 Pola fungsional

a. Kebiasaan beraktivitas dan latihan


31
Kegiatan beraktivitas dan latihan ada gangguan/perubahan disebabkan oleh

nyeri yang dirasakan sehingga diperlukan bantuan dari orang lain.

b. Pola istirahat dan tidur

Pola istirahat dan tidur klien terdapat gangguan/perubahan disebabkan oleh

sakit yang dirasakan.

c. Pola konsep diri dan persepsi

Pola konsep diri dan persepsi pasien terganggu akibat dari penyakitnya.

d. Pola kognitif dan sensori

Umumnya klien mengatakan nyeri yang dikarenakan adanya kerusakan

jaringan serta shock karena penyakit.

e. Pola keyakinan dan penilaian

Umumnya akibat penyakit yang tidak sembuh-sembuh menyebabkan adanya

perubahan atau terganggu saat akan beribadah.

f. Pola metabolisme dan nutrisi

Pada klien Diabetes, asam urat dan hipertensi harus mengkonsumsi nutrisi/

diet sehari-harinya seperti karbohidrat, protein dan Lemak sesuai kebutuhan

pasien untuk membantu proses penyembuhan.

g. Pola Eliminasi

Untuk kasus Diabetes, asam urat dan hipertensi adanya gangguan pada pola

eliminasi, perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola

eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi,

32
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada

kesulitan atau tidak.

h. Pola Tidur dan Istirahat.

Semua klien diabetes, asam urat, dan hipertensi timbul rasa nyeri, sering

buang air kecil pada malam hari, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan

kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya

tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur.

i Pola aktivitas

Adanya nyeri, yang dirasakan klien dapat membuat semua aktivitas klien

terganggu sehingga seringkali kegiatannya dibantu oleh orang lain.

j Pola peran dan hubungan

Peran pasien diabetes, asam urat dan hipertensi di keluarga dan lingkungan

sekitar sedikit terganggu dikarenakan bebetap masalah keperawatan pada

pasien.

k Pola seksual/reproduksi

Masih bisa melakukan hubungan intim dikarenakan masalah yang dirasakan

pasien tidak terlalu menggangu.

5.1.3 Pemeriksaan fisik

33
a. Didapatkkan adanya perubahan yang terlihat yaitu luka yang tidak sembuh-

sembuh pada pasien diabetes, peubahan cara berjalan kurang maksimal pada

pasien asam urat.

b. Sistem respiratori: dilakukan pengkajian apakah klien mengalami perubahan

yang tampak misalnya ada/tidaknya sesak nafas, suara tambahan, pernafasan

cuping hidung.

5.2 Analisa Data

Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon pasien

terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup

tindakan yang dilaksanakan terhadap pasien.

Menurut Wilkinson (2011), analisa data dari diagnosis keperawatan

hambatan mobilitas fisik mempunyai data objektif adalah penurunan waktu

reaksi, kesulitan membolak-balik posisi tubuh, asyik dengan aktifitas lain

sebagai pengganti gerakan, dipsnea saat beraktifitas, perubahan cara berjalan,

pergerakan menyentak, ketidakstabilan postur tubuh, dan gerakan tidak teratur

atau tidak terkoordinasi.

a. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi

dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup

presepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya, misalnya tentang

nyeri, perasaan lemah, kekuatan, kecemasan, keleahan, frustasi dan perasaan

mali.
34
b. Data Objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca

indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan) selama pemerikasaan

fisik. Misalnya : frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan,

tingkat kesadaran.

5.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon dari

terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan atau kerentangan respon diri

seseorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas (Herdman, 2015).

Pasien 1 (Diabetes)

1. Keletihan b/d faktor fisiologis d/d Pasien mengatakan badannya terasa letih

dan lemas, pusing dan tampak lemas dan lesu.

2. Kurang pengetahuan b/d kurang akses ke pelayanan kesehatan d/d

penyakitnya tidak sembuh- sembuh, pasien mengatakan kurangnya

pengetahuan tentang perawatan Diabetes Mellitus.

Pasien 2 (Asam Urat)

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d masukan nutrisi tidak adekuat d/d pasien

tidak selera makan, BB 47 kg, IMT: 17,27 (kurus)

2. Nyeri akut b/d Peningkatan tekanan vaskuler serebral d/d klien mengatakan

sering mengalami nyeri kepala dan tegang pada tengkuk kepala, nyeri terasa

berdenyut.
35
3. Gangguan Pola tidur b/d nyeri d/d klien mengatakan sulit memulai dan

sering terbangun di malam hari.

4. Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi d/d Pasien tidak tahu penyebab

penyakitnya, pasien juga tidak tahu makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

Pasien 3 (Hipertensi)

1. Nyeri b/d Kerusakan integritas jaringan sekunder terhadap gout d/d Pasien

mengatakan nyeri pada persendian kaki dan nyeri pada ibu jari kaki, skala

nyeri 6-7 derajat, Kesadaran: Compos Mentis, GCS: E:4, V:5, M:6, TD:

120/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Respirasi: 18 x/ menit, Suhu: 36,0 C.

2. Gangguan mobilitas fisik b/d Nyeri persendian dan imobilitas d/d Pasien

mengatakan persendian dan kakinya sakit dan nyeri, pasien mengatakan

saat duduk- duduk dan hendak berdiri dibantu. Ibu jari kaki terlihat

memerah dan bengkak.

3. Kurang pengetahuan b/d Resiko tinggi terhadap perubahan

penatalaksanaan pemeliharaan di rumah d/d Pasien mengatakan suka

makan kacang- kacangan, jeroan dan daging, pasien tidak mengetahui

penyakit yang dialaminya.

5.4 Intervensi Keperawatan

36
Intervensi keperawatan merupakan semua tindakan asuhan yang perawat

lakukan atas pasien. tindakan ini termasuk intervensi yang diprakarsai oleh

perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (McCloskey & Bulechek, 1994).

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktifitas

keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan

mencegah masalah keperawatan penderita. Tahap ini disebut perencanaan

keperawatan yang meliputi penetuan prioritas diagnosa keperawatan,

menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan

merumuskan intervensi dan aktifitas keperawatan (Bararah, 2013).

5.5 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana

tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah dilakukan validasi,

teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat

dengan selalu memperhatikan keamanan fisik, dan psikologis. Setelah selesai

implementasi, dilakukan dokumentasi yangn meliputi intervensi yang sudah

dilakukan dean bagaimana respon dari pasien (Bararah, 2013).

5.6 Evaluasi

Menurut Bararah (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses

keperawatan kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang

telah dicapai setelah proses implementasi keperawatan dengan tujuan yang


37
diharapkan dalam perencanaan dan kriteria hasil evaluasi yang telah

diteteapkan dapat tercapai. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan di

dokumentasikan dalam SOAP (Subjetif, Objektif, Assessment, Planning).

6. Tinjauan Kasus

2.6.1 Pengkajian klien 1

a. Tinjauan kasus klien 1.

Tanggal pengkajian : 12 Juni 2020

Jam mulai : 08.00-12.00 WIB

Tempat : Di Unong manik

1. Data Biografi

Biodata Pasien

Nama : Tn. S Sinurat

Tempat/tanggal Lahir : Mariah Jambu/ 14 November 1954

Status perkawinan : Menikah

Agama : Kristen Protestan

Suku bangsa : Batak Toba

Bahasa yang dipakai : Bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba

Pendidikan terakhir : Tamat SD


38
Pekerjaan : Petani

Alamat Rumah : Unong Manik, Kec. Huta Bayu Raja

Umur : 49 tahun

2. Keluhan Utama

Pasien mengeluh lemas, tubuhnya terasa lemah, cepat haus, sering buang air

kecil terutama di malam hari, luka yang sulit sembuh, mulut kering,

pandangan kabur, kram otot, dan sering merasa kesemutan pada bagian kaki

kanan dan kiri. Pasien mengatakan jarang kontrol ke dokter.

Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum

- Kesadaran: Compos Mentis

- GCS : E:4, V:5, M:6

- TD : 130/90 mmHg

- Nadi : 88 x/menit

- Respirasi : 20 x/ menit

Suhu : 36,5 C.

3. Riwayat Penyakit sekarang

Klien mengalami diabetes sejak 2 tahun yang lalu hingga saat ini.

4. Riwayat penyakit masa lalu

Pasien mengatakan riwayat diabetes 2 tahun yang lalu..

5. Riwayat penyakit keluarga

39
Keluarga pasien mengatakan tidak tahu keluarga memiliki riwayat

penyakit keturunan atau tidak.

6. Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

TD : 130/80 mmhg HR : 88 x/i RR : 20x/i

BB : 80 kg TB : 170 cm T : 36,5º C

Head To Toe

Kepala : Simetris, rambut hitam campur putih (ubanan, bersih).

Rambut : sedikit berminyak, rambut tebal dan berwarna hitam-putih.

Mata : Konjungtiva tidak anemis, penglihatan sudah mulai kabur.

Telinga : Pendengaran normal, bersih tidak mengeluarkan cairan.

Hidung : simetris, bersih, tidak terdapat sekret

Mulut : tidak terdapat stomatitis, bersih, gigi sedikit kuning bibir

sedikit pucat, mukosa bibir sedikit kering, tidak memakai gigi

palsu, lidah tampak bersih, tidak mengalami nyeri telan.

Leher : tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan atau pembesaran

kelenjar tyroid.

Dada : tampak simetris

Paru : pengembangan paru kanan dan kiri simetris, suara sonor,

suara nafas vasikuler, tidak ada suara wheezing dan ronchi.


40
Jantung : tidak ada kelainan.

Abdomen : bentuk simetris, tidak ada benjolan, suara tymphani, soepel,

tidak keras, dan lesi tidak ada, datar, nyeri tekan tidak ada.

Ekstremitas Atas & Bawah : tidak ada kelainan, kekuatan otot sudah

berkurang, tangan kanan dan kiri simetris dan sering merasakan

kebas dan kram, tidak ada lesi.

7. Riwayat Psikososial

Tidak ada kelainan pada psikososial pada klien. Klien didukung oleh

keluarga untuk sembuh sehingga dapat kembali melakukan aktivitas.

Respon klien terhadap penyakitnya menganggap bahwa ini adalah

peringatan dari Tuhan. Pengaruh dari sakit yang dialami terhadap

perannya dalam keluarga dan masyarakat , klien hanya bisa melakukan

aktifitas yang ringan. Tidak bisa melakukan kegiatan yang berat.

8. Pemeriksaan diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

-   Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = 240 mg/d

9. Pola kebiasaan

Nutrisi :dirumah klien mengatakan selera makan bertambah

dengan 3x sehari dan porsi yang biasa dengan menu dan lauk pauk yang

disiapkan, minum air putih ± 2 L/hari.

41
Eliminasi :dirumah, klien mengatakan BAK lancar, dan BAB

±1xsehari dipagi hari.

Asupan Cairan :minum saat haus saja biasanya habis ± 2 L/sehari air

putih.

Aktivitas Istirahat :dirumah klien mengatakan istirahat tidur

berkurang. Pasien mengatakan ada kesulitan pada saat malam akan tidur

dikarenakan kebas pada kaki dan tangan. nyeri yang dirasakan pada

daerah tangan dan kaki membuat waktu tidur ±5-6 jam/hari.

Keterbatasan Aktual : dirumah klien mengatakan mandi dan aktivitas

lainnya dilakukan secara mandiri.

10. Integritas Ego

Keinginan untuk sembuh pada klien sangat tinggi dan dukungan dari luar

seperti keluarga dan teman sangat besar pada klien. Saran untuk

mempercepat kesembuhan diusahakan akan dilaksanakan klien dan

keluarga.

11. Interaksi Sosial

Klien berinteraksi dengan baik seperti pada perawat dan keluarga pasien

yang berada di rumah yang sama dengan klien.

b. Analisa data

Tabel 1. Analisa Masalah Keperawatan klien 1

42
DATA MASALAH

DS: Kurang pengetahuan

- Pasien mengatakan bingung karena penyakitnya


tidak sembuh- sembuh.
- Pasien mengatakan kurangnya pengetahuan tentang
perawatan Diabetes Mellitus.
DO:

- pasien menanyakan bagaimana cara pengobatan dan


perawatan Diabetes Mellitus.
DS: Keletihan

- Pasien mengatakan badannya terasa letih dan lemas


- Pasien mengatakan pusing.
DO:- Pasien tampak lemas dan lesu.

2.6.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa masalah, rumusan diagnosa keperawatan pada klien adalah

sebagai berikut:

1. Keletihan b/d faktor fisiologis d/d Pasien mengatakan badannya terasa letih dan

lemas, pusing dan tampak lemas dan lesu.

2. Kurang pengetahuan b/d kurang akses ke pelayanan kesehatan d/d penyakitnya

tidak sembuh- sembuh, pasien mengatakan kurangnya pengetahuan tentang

perawatan Diabetes Mellitus.

2.6.3 Intervensi Keperawatan

Tabel 2. Intervensi Keperawatan klien 1

1. Keletihan b/d Setelah dilakukan E 1. Observasi adanya T1. Membatasi


faktor fisiologis tindakan keperawatan pembatasan aktivitas agar
43
d/d Pasien diharapkan masalah pasien dalam pasien tidan
mengatakan teratasi melakukan mengeluarkan
badannya terasa Dengan kriteria : aktivitas banyak energi
letih dan lemas,
1. Adanya peningkatan
pusing dan 2. dorong pasien 2. Dengan
tampak lemas dan energi dan merasa lebih
untuk diketahui
lesu. baik. mengungkapkan adanya
2. kecemasan dan perasaan terhadap faktor
keletihan teratasi keterbatasannya penyebab
3. istirahat cukup kelelahan
4. glukosa adekuat 3. Monitor nutrisi maka akan
dan sumber dapat segera
energi yang di tangani.
adekuat
3. Dengan
bantuan nutrisi
4. Monitor pasien yang adekuat
akan adanya maka pasien
kelelahan fsik dapat
dan emosi secara mengurangi
berlebihan kelelahan.

4. Asupan
5. Tingkatkan tirah makan tinggi
baring dan gizi akan
pembatasan meningkatkan
aktivitas. energi untuk
dapat
melakukan
aktivitas dan
mengurangi
keletihan.
2. Kurang Pasien dan keluarga 1. Mengkaji tingkat 1.Memberikan
pengetahuan b/d dapat memahami pengetahuan terkait pengetahuan
kurang akses ke penggunaan obat dan dengan proses pasien sehingga
pelayanan perawatan penyakit. pasien dapat
kesehatan d/d dirumah.Kriteria : menghindari
penyakitnya tidak 2. Melakukan terjadinya
sembuh- sembuh, · Pasien dan keluarga penyuluhan serangan
pasien menunjukkan kesehatan tentang berulang.
mengatakan pemahaman tentang penyakit diabetes
44
kurangnya penyakit, kondisi dan perawatannya. 2. Penjelasan ini
pengetahuan prognosis dan perawatan. dapat
tentang perawatan 3. Mengajarkan meningkatkan
· Mengembangkan
Diabetes Mellitus. rencana pasien untuk koordinasi dan
untuk perawatan diri, melakukan senam kesadaran
termasuk modifikasi diabetes untuk pasien terhadap
gaya hidup yang mengurangi rasa pengobatan
konsisten dengan kebas dan kram yang teratur.
mobilitas dan atau
pembatasan aktifitas. 3. Berikan Jadwal
obat yang harus di
gunakan meliputi
nama obat, dosis,
tujuan dan efek
samping

2.6.4 Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3. Implementasi keperawatan klien 1

Tgl/jam No Implementasi Jam Evaluasi


.
Dx

24-6-20 1 - 1. Observasi adanya 10.45 S: Pasien mengatakan badannya lemas


09.00 pembatasan pasien dan lelah
dalam melakukan O: Pasien tampak tidak bersemangat
aktivitas
A: Masalah teratasi sebagian
2. dorong pasien untuk
mengungkapkan P: Lanjutkan intervensi: Anjurkan
perasaan terhadap pasien untuk meningkatkan istirahat
keterbatasannya

3. Monitor nutrisi dan


sumber energi yang
adekuat
45
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fsik
dan emosi secara
berlebihan .

5. Tingkatkan tirah baring


dan pembatasan
aktivitas.

10.00 2 1. Mengkaji tingkat 10.45 S: Pasien mengatakan mengerti dengan


pengetahuan terkait apa yang diajarkan terkait dengan
dengan proses penyakit. Diabetes.

2. Melakukan penyuluhan O: Pasien terlihat mampu


kesehatan tentang mengaplikasikan yang telah
diajarkan
penyakit diabetes dan
perawatannya. A: Masalah sebagian teratasi
3. Mengajarkan pasien
P: Lanjutkan intervensi
untuk melakukan senam
diabetes untuk
mengurangi rasa kebas
dan kram

4. Berikan Jadwal obat yang


harus di gunakan
meliputi nama obat,
dosis, tujuan dan efek
samping

25-6-20 1. 1. Observasi adanya 11.00 S: Pasien mengatakan badannya sudah


09.20 pembatasan pasien mulai enakan
dalam melakukan O: Pasien tampak mulai bersemangat
aktivitas
A: Masalah teratasi sebagian
2. dorong pasien untuk
mengungkapkan P: Lanjutkan intervensi: Anjurkan
perasaan terhadap pasien untuk meningkatkan istirahat
keterbatasannya
46
3. Monitor nutrisi dan
sumber energi yang
adekuat

4. Monitor pasien akan


adanya kelelahan fsik
dan emosi secara
berlebihan .

5. Tingkatkan tirah baring


dan pembatasan
aktivitas.

10.00 2. 1. Mengkaji tingkat 11.00 S: Pasien mengatakan mengerti dengan


pengetahuan terkait apa yang diajarkan terkait dengan
dengan proses penyakit. Diabetes.

2. Melakukan penyuluhan O: Pasien terlihat mampu


kesehatan tentang mengaplikasikan yang telah
diajarkan
penyakit diabetes dan
perawatannya. A: Masalah teratasi
3. Mengajarkan pasien
P: Lanjutkan intervensi
untuk melakukan senam
diabetes untuk
mengurangi rasa kebas
dan kram.

4. Berikan Jadwal obat yang


harus di gunakan
meliputi nama obat,
dosis, tujuan dan efek
samping

26-6-20 1. O1. Bservasi adanya 10.30 S: Pasien mengatakan mengerti dengan


08.30 pembatasan pasien apa yang diajarkan terkait dengan
dalam melakukan Diabetes.
aktivitas
O: Pasien terlihat mampu

47
2. dorong pasien untuk mengaplikasikan yang telah
mengungkapkan diajarkan
perasaan terhadap
keterbatasannya A: Masalah teratasi

3. Monitor nutrisi dan P: Lanjutkan intervensi


sumber energi yang
adekuat

4. Monitor pasien akan


adanya kelelahan fsik
dan emosi secara
berlebihan .

5. Tingkatkan tirah baring


dan pembatasan
aktivitas.
09.05 2. 2. Mengkaji tingkat 10.30 S: Pasien mengatakan mengerti dengan
pengetahuan terkait apa yang diajarkan terkait dengan
dengan proses penyakit. Diabetes.

2. Melakukan penyuluhan O: Pasien terlihat mampu


kesehatan tentang mengaplikasikan yang telah
diajarkan
penyakit diabetes dan
perawatannya. A: Masalah teratasi
3. Mengajarkan pasien
P: Lanjutkan intervensi
untuk melakukan senam
diabetes untuk
mengurangi rasa kebas
dan kram

4. Berikan Jadwal obat yang


harus di gunakan
meliputi nama obat,
dosis, tujuan dan efek
samping

48
2.6.5 Pengkajian klien 2

a. Tinjauan kasus klien 2

Tanggal pengkajian : 12 Juni 2020

Jam mulai : 12.00-14.00 WIB

Tempat : rumah pasien

Diagnos medis : Asam Urat (Gout)

1. Data Biografi

Biodata Pasien

Nama : Ny. T. Sirait

Tempat/tanggal Lahir : Siantar/17 September 1950

Status perkawinan : Menikah

Agama : Kristen Protestan

Suku bangsa : Batak Toba

Bahasa yang dipakai : Bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba

Pendidikan terakhir : Tamat SD

Pekerjaan : Petani

Alamat Rumah : Unong manik, Kec. Huta Bayu Raja


49
Umur : 70 tahun.

2. Keluhan Utama

Pasien mengatakan nyeri pada persendian kaki dan pada ibu jari kaki,

aktifitasnya dibantu misalnya pasien mau berdiri, pasien mengatakan suka

makan kacang, jeroan dan daging, derajat nyeri: 6, pasien tampak meringis

kesakitan, pasien tidak dapat mengetahui penyakit yang dia rasakan saat

ini.

3. Riwayat Penyakit sekarang

Klien mengalami asam urat sejak 2 tahun yang lalu.

4. Riwayat penyakit masa lalu

klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit masa lalu.

5. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit turunan.

6. Pemeriksaan fisik

KU : baik

Kesadaran : Compos mentis

TTV

TD : 120/70mmhg HR : 80 x/i RR : 18x/i

BB : 47 kg TB : 165 cm T : 36,0º C

Head To Toe

Kepala : simetris, Simetris, rambut hitam campur putih


(ubanan, bersih)
50
Mata : konjungtiva merah muda, penglihatan sudah mulai

kabur.

Telinga : bentuk telinga simetris, bersih, pendengaran sudah

mulai menurun.

Hidung : bersih, secret tidak ditemukan.

Mulut :tidak terdapat stomatitis, bersih, gigi sedikit kuning,

mukosa bibir lembab, karies gigi tidak ada, tidak ada memakai gigi

palsu, lidah tampak bersih, tidak mengalami nyeri telan.

Leher : tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan atau

pembesaran kelenjar tyroid.

Dada : tampak simetris

 Paru : pengembangan paru kanan dan kiri simetris, suara

sonor, suaraa nafas vasikuler, tidak ada suara wheezing dan

ronchi.

 Jantung : tidak ditemukan adanya kelainan.

Abdomen : bentuk simetris, tidak ada benjolan, suara tymphani,

soepel, tidak keras, datar, tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas

 Atas : kekuatan otot lengan dan kaki sering nyeri..

 Bawah : kaki kanan dan kiri tidak simetris, kesulitan berjalan,

sering kebas dan nyeri.

51
Kulit : kulit sawo matang dan penyebaran warna kulit Pada

seluruh tubuh sama.

7. Riwayat Psikososial

Tidak ada kelainan pada psikososial pada klien. Klien didukung oleh

keluarga untuk sembuh sehingga dapat kembali melakukan aktivitas

seperti sekolah. Respon klien terhadap penyakitnya menganggap bahwa

ini adalah cobaan dari Tuhan. Dan pengaruh dari sakit yang dialami

terhadap perannya dalam keluarga dan masyarakat , klien sulit melakukan

aktivitas apalagi hendak mau duduk dan berdiri.

8. Pemeriksaan diagnostik

Hasil laboratorium: tanggal 24 Juni 2019

a. Pemeriksaan Laboratorium
-   Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = 8,2 mg %.
normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.

-   Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa


yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.

-   Pemeriksaan darah lengkap

-   Pemeriksaan ureua dan kratinin

b. Kadar  ureua darah normal : 5-20 mg/dl

c. adar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl

9. Pola kebiasaan

52
Nutrisi :dirumah, pasien tidak selera makan. Makan 3xsehari

namun sedikit dengan menu nasi dan lauk pauk, minum air putih ±1500

ml/hari.

Eliminasi :dirumah, klien mengatakan sering BAK dengan warna

air seni jernih dan BAB ±1xsehari dipagi hari.

Asupan Cairan :minum saat haus saja biasanya habis ±1500ml/sehari

air putih.

Aktivitas Istirahat :dirumah klien mengatakan istirahat tidur

sekitar 7-8 jam/hari.

Keterbatasan Aktual : dirumah saat tidak sakit klien mengatakan

mandi dan aktivitas lainnya dilakukan secara mandiri.

Antisipasi : saat mau duduk dan berdiri sering sakit pada

lutut.

10. Integritas Ego

Keinginan untuk sembuh pada klien sangat tinggi dan dukungan dari luar

seperti keluarga dan teman sangat besar pada klien. Saran untuk

mempercepat kesembuhan diusahakan akan dilaksanakan klien dan

keluarga.

11. Interaksi Sosial

Klien berinteraksi dengan baik seperti pada perawat dan keluarga.

b. Analisa Data
53
Tabel 4. Analisa Masalah Keperawatan klien 2

DATA MASALAH

DS: Pemenuhan
kebutuhan nutrisi
- Pasien mengalami penurunan berap badan 3 kg
- Tidak selera makan
DO:
- Tampak lemas
- BB: 47
- IMT : 17,27 kurus
DS Nyeri

- Pasien mengatakan nyeri pada persendian kaki dan


nyeri pada ibu jadi kaki.
- Pasien mengatakan kakinya sakit ketika berjalan.
DO

- Kesadaran: Compos Mentis


- GCS : E:4, V:5, M:6
- TTV
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/ menit
Suhu : 36,0 C
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Ibu jari pasien terlihat memerah dan bengkak
- Skala nyeri: 6-7 derajat

DS Gangguan mobilitas
fisik
- Pasien mengatakan persendian dan kakinya sakit dan
nyeri
- Pasien mengatakan saat duduk- duduk dan hendak
berdiri dibantu.
DO

- Kesadaran: Compos Mentis


- GCS : E:4, V:5, M:6
- TTV

54
D : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/ menit
Suhu : 36,0 C
- Ibu jari kaki terlihat memerah dan bengkak.
- Dibantu saat berjalan.

DS Kurang pengetahuan
tentang penyakit dan
- Pasien mengatakan suka makan kacang- kacangan, rencana tindakan
jeroan dan daging
DO pada kondisi kronis

- Kesadaran:Compos Mentis
- GCS : E:4, V:5, M:6
- TTV
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/ menit
Suhu : 36,0 C
- Pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya.

2.6.6 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa masalah, rumusan diagnose keperawatan pada klien adalah

sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d masukan nutrisi tidak adekuat ditandai

dengan pasien tidak selera makan, BB 47 kg, IMT: 17,27 (kurus)

2. Nyeri b/d Kerusakan integritas jaringan sekunder terhadap gout d/d

Pasien mengatakan nyeri pada persendian kaki dan nyeri pada ibu jari

kaki, skala nyeri 6-7 derajat.

55
3. Gangguan mobilitas fisik b/d Nyeri persendian dan imobilitas d/d Pasien

mengatakan persendian dan kakinya sakit dan nyeri, pasien mengatakan

saat duduk- duduk dan hendak berdiri dibantu. Ibu jari kaki terlihat

memerah dan bengkak

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana tindakan pada kondisi

kronis b/d Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan

pemeliharaan di rumah d/d Pasien mengatakan suka makan kacang-

kacangan, jeroan dan daging, pasien tidak mengetahui penyakit yang

dialaminya.

2.6.7 Intervensi Keperawatan

Tabel 5. Intervensi Keperawatan klien 2

N Diangnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasional


o. keperawatan

1. Pemenuhan kebutuhan Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Menbantu


nutrisi berhubungan dengan tindakan prubahan faktor memenuhi
masukan nutrisi tidak keperawatan yang kebutuhan
adekuat ditandai dengan
diharapkan Nyeri menyebabkan nutrisi pasien
pasien tidak selera makan,
BB 47 kg, IMT: 17,27 dapat berkurang. terjadinya
(kurus) Kriteria: perubahan nutrisi
Kubutuhan nutrisi 2. Agar
Pasien terpenuhi 2. Berikan pasien
Meningkatkan pendidikan mengetahui
kebutuhan kalori tentang cara diet, dan dapat
Meningkatkan nafsu kebutuhan kalori, menjaga
makan atau tindakan makanan
Membantu lainnya yang harus
memenuhi dikonsumsi
kebutuhan nutrisi

56
3. Mengurangi 3. Untuk
kondisi atau meningkatka
gejala penyakit n nafsu
yang makan
menyebabkan pasien.
penurunan nafsu
makn

2. Nyeri b/d Kerusakan Setelah dilakukan     1. Pantau kadar 1.untuk


integritas jaringan sekunder tindakan asam urat serum. mengevaluasi
terhadap gout d/d Pasien keperawatan keefektifan
mengatakan nyeri pada
diharapkan Nyeri 2.      2. Berikan terapi
persendian kaki dan nyeri istirahat dengan kaki
pada ibu jari kaki, pasien dapat berkurang.
Kriteria: ditinggikan dan 2.Peninggian
mengatakan kakinya sakit
Pasien tidak lagi berikan kantung es. dan
ketika berjalan, skala nyeri
6-7 derajat.. merasakan nyeri 3.   3. Berikan obat pemberian
Pasien dapat kantung
anti gout yang dingin
melakukan diresepkan dan
aktifitasnya tanpa membantu
evaluasi mengurangi
terganggu oleh rasa keefektipannya.
nyeri. nyeri
 4. Berikan pasien 3.Obat anti
untuk minum 2 ± gout bekerja
3 liter cairan dengan
setiap hari dan menghambat
meningkatknmasu reabsorpsi
kan makanan asam urat di
pembuatan alkalin tubulus ginjal

3. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan E 1. Pantau tingkat T 1. Tingkat


b/d Nyeri persendian dan tindakan inflamasi atau aktifitas /
imobilitas ditandai d/d keperawatan Pasien rasa sakit pada latihan
mengatakan persendian dan
dapat meningkatkan sendi. tergantung
kakinya sakit dan nyeri,
pasien mengatakan saat mau aktifitas sesuai dari
kemampuan. ·   2. Pertahankan perkembanga
duduk dan hendak berdiri
Kriteria: istirahat tirah n atau
pasien butuh dibantu. Ibu
jari kaki terlihat memerah baring/duduk jika resolusi dan
dan bengkak. · Pasien dapat diperlukan. proses
57
mempertahankan 3. Jadwal aktifitas inflamasi
fungsi posisi dengan untuk
tidak adanya memberikan ·  2.  Istirahat
pembatasan periode istirahat yang sistemik
kontraktur. yang terus selama
menerus dan tidur eksaserbasi
· Pasien dapat malam hari yang akut dan
mempertahankan tidak terganggu. seluruh fase
atau meningkatkan penyakit
kekuatan dan fungsi 4. berikan yang penting
dari kompensasi lingkungan yang untuk
bagian tubuh. aman misalnya mencegah
menggunakan kelelahan,
· Pasien dapat pegangan tangga mempertahan
mendemonstrasikan pada bak atau kan kekuatan.
tehnik atau perilaku pancuran dan
yang memungkinkan toilet. 3.
melakukan aktfitas Menghindari
5. Mengajarkan cedera akibat
gerakan ROM kecelakaan
dan penyuluhan atau jatuh
kesehatan.

4. Kurang pengetahuan tentang Pasien dan 1. Jelaskan pada - Memberikan


kondisi dan rencana keluarga dapat pasien tentang pengetahuan
tindakan pada kondisi memahami asal mula pasien
kronis b/d Resiko tinggi penggunaan obat dan penyakit sehingga
terhadap perubahan perawatan pasien dapat
penatalaksanaan dirumah.Kriteria : 2. Kaji tingkat menghindari
pengetahuan
pemeliharaan di rumah di pasien terkait terjadinya
d/d Pasien mengatakan suka · Pasien dan serangan
proses penyakit
makan kacang- kacangan, keluarga berulang.
jeroan dan daging, pasien menunjukkan 3. Jelaskan tanda
tidak mengetahui penyakit pemahaman tentang dan gejala yang - Penjelasan
yang dialaminya, penyakit, kondisi umum dari ini dapat
prognosis dan penyakit. meningkatka
perawatan. 4. Berikan Jadwal n koordinasi
obat yang harus di dan
gunakan meliputi kesadaran
58
· Mengembangkan nama obat, dosis, pasien
rencana untuk tujuan dan efek terhadap
perawatan diri, samping pengobatan
termasuk modifikasi yang teratur.
gaya hidup.

2.6.8. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 6. Implementasi keperawatan klien 2

Tgl/jam No. Implementasi Jam Evaluasi


Dx

24-6-20 1 1. Memantau TTV 13.00 S: Pasien mengatakan namsu


11.00 pasien makan sudah mulai
bertambah
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 80x/i O: KU: compos mentis
Suhu: 36,0 C Pasien tampak tidak selera
makan
RR: 18x/i.
TD: 120/80mmhg
Asam urat : 8.2
Suhu: 78x/i
mg/dl
Nadi: 36,0 ºC
2. Monitor prubahan RR: 18x/i.
faktor yang
menyebabkan A: Masalah sebagian teratasi
terjadinya perubahan
nutrisi P: Lanjutkan intervensi

2. Berikan pendidikan
tentang cara diet,
kebutuhan kalori,
atau tindakan lainnya

3. Mengurangi kondisi
atau gejala penyakit
yang menyebabkan
penurunan nafsu
makan

59
11.40 2 1. Mengkaji tingkat 13.00 S: Pasien mengatakan nyeri
nyeri, pada lutut dan pasien tidak
mengatur posisi tahu cara mengatasi nyeri
pasien senyaman
mungkin O: Pasien meringis saat
pasien hendak mau duduk-
2.- 2. Berikan istirahat dengan duduk dan berdiri.
kaki ditinggikan dan
A: Masalah teratasi sebagian
berikan kantung es.

3. Ajarkan teknik tarik P: Lanjutkan intervensi.


Pantau skala nyeri
napas dalam saat
nyeri muncul

4. Berikan pasien
untuk minum 2 ± 3
liter cairan setiap
hari dan
meningkatkan
masukan makanan
pembuatan alkalin

12.20 3 - 1. Pantau tingkat 13.00 S: Pasien mengatakan tidak


inflamasi atau rasa mampu melakukaan
sakit pada sendi. mobilitas fisik saat nyeri
muncul.
·  2. Pertahankan istirahat
tirah baring/duduk O: Pasien tampak melakukan
pemijatan pada sendi lutut
jika diperlukan.
da pasien meringis
Jadwal aktifitas untuk kesakita apabila hendak
memberikan periode mulai melakukan gerakan
istirahat yang terus ROM. Pasien terlihat
menerus dan tidur antusias
malam hari yang
tidak terganggu. A: Masalah teratasi sebagian

3. Melakukan P: Lanjutkan intervensi:


penyuluhan tentang Tetap ajarkan gerakan
ROM
ROM dan
mengajarkan gerakan
60
ROM pada pasien

4. Berikan lingkungan
yang aman misalnya
menggunakan tongkat
atau pegangan tangga
pada bak atau
pancuran dan toilet.

12.40 4 1. Mengkaji tingkat 13.00 S: Pasien mengatakan tidak


pengetahuan terkait mengerti tentang asam
dengan proses urat (Gout). Makanan
yang perlu dikonsumsi
penyakit.
dan yang tidak di
2. Melakukan konsumsi.
penyuluhan
O:Pasien terlihat antusias saat
kesehatan tentang perawat menyampaikan
penyakit asam urat pendidikan kesehatan.
dan perawatannya.
A: Masalah teratasi sebagian
3. Mengajarkan
gerakan ROM untuk P: Lanjutkan intervensi
mengurangi rasa
sakit
4. Berikan Jadwal obat
yang harus di
gunakan meliputi
nama obat, dosis,
tujuan dan efek
samping

25-6-20 1. 1. Memantau TTV 13.30 S: Pasien mengatakan namsu


11.20 pasien makan sudah mulai
bertambah
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 78x/i O: KU: compos mentis
Suhu: 36,2 C Pasien tampak tidak selera
makan
RR: 20x/i.
TD: 110/70 mmhg
61
Asam urat : 8.0 Nadi: 78x/i
mg/dl Suhu: 36,2ºC
RR: 20x/i.
2. Monitor prubahan Asam urat: 8.0 mg/dl
faktor yang
menyebabkan
terjadinya perubahan A: Masalah sebagian teratasi
nutrisi
P: Lanjutkan intervensi
2. Berikan pendidikan
tentang cara diet,
kebutuhan kalori,
atau tindakan lainnya

3. Mengurangi kondisi
atau gejala penyakit
yang menyebabkan
penurunan nafsu
makan

12.00 2. 1. Mengkaji tingkat 13.30 S: Pasien mengatakan nyeri


nyeri, pada lutut dan pasien tidak
mengatur posisi tahu cara mengatasi nyeri
pasien senyaman
mungkin O: Pasien meringis saat
pasien hendak mau duduk-
2.- 2. Berikan istirahat dengan duduk dan berdiri.
kaki ditinggikan dan
A: Masalah teratasi sebagian
berikan kantung es.

3. Ajarkan teknik tarik P: Lanjutkan intervensi.


Pantau skala nyeri
napas dalam saat
nyeri muncul

4. Berikan pasien
untuk minum 2 ± 3
liter cairan setiap
hari dan
meningkatkan
masukan makanan
62
pembuatan alkalin

12.45 3. 1. 1. Pantau tingkat 13.30 S: Pasien mengatakan tidak


inflamasi atau rasa mampu melakukaan
sakit pada sendi. mobilitas fisik saat nyeri
muncul.
·  2. Pertahankan istirahat
tirah baring/duduk O: Pasien tampak melakukan
pemijatan pada sendi lutut
jika diperlukan.
da pasien meringis
Jadwal aktifitas untuk kesakita apabila hendak
memberikan periode mulai melakukan gerakan
istirahat yang terus ROM. Pasien terlihat
menerus dan tidur antusias
malam hari yang
tidak terganggu. A: Masalah teratasi sebagian

3. Melakukan P: Lanjutkan intervensi:


penyuluhan tentang Tetap ajarkan gerakan
ROM
ROM dan
mengajarkan gerakan
ROM pada pasien

4. Berikan lingkungan
yang aman misalnya
menggunakan tongkat
atau pegangan tangga
pada bak atau
pancuran dan toilet.

13.00 4. 1. Mengkaji tingkat 13.30 S: Pasien mengatakan tidak


pengetahuan terkait mengerti tentang asam
dengan proses urat (Gout). Makanan
yang perlu dikonsumsi
penyakit.
dan yang tidak di
2. Melakukan konsumsi.
penyuluhan
O:Pasien terlihat antusias saat
kesehatan tentang perawat menyampaikan
penyakit asam urat pendidikan kesehatan.
dan perawatannya.

63
A: Masalah teratasi sebagian
3. Mengajarkan
gerakan ROM untuk P: Lanjutkan intervensi
mengurangi rasa
sakit

4. Berikan Jadwal obat


yang harus di
gunakan meliputi
nama obat, dosis,
tujuan dan efek
samping

26-6-20 1. 1. Memantau TTV 14.00 S: Pasien mengatakan namsu


11.00 pasien makan sudah mulai
bertambah
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 78x/i O: KU: compos mentis
Suhu: 36,2 C Pasien tampak tidak selera
makan
RR: 20x/i.
TD: 120/80mmhg
Asam urat : 7.6
Suhu: 78x/i
mg/dl
Nadi: 36,0 ºC
2. Monitor prubahan RR: 18x/i.
faktor yang
menyebabkan A: Masalah sebagian teratasi
terjadinya perubahan
nutrisi P: Lanjutkan intervensi

2. Berikan pendidikan
tentang cara diet,
kebutuhan kalori,
atau tindakan lainnya

3. Mengurangi kondisi
atau gejala penyakit
yang menyebabkan
penurunan nafsu

64
makan

11.30 2. 1. Mengkaji tingkat 14.00 S: Pasien mengatakan nyeri


nyeri, pada lutut dan pasien tidak
mengatur posisi tahu cara mengatasi nyeri
pasien senyaman
mungkin O: Pasien meringis saat
pasien hendak mau duduk-
2.- 2. Berikan istirahat dengan duduk dan berdiri.
kaki ditinggikan dan
A: Masalah teratasi sebagian
berikan kantung es.

3. Ajarkan teknik tarik P: Lanjutkan intervensi.


Pantau skala nyeri
napas dalam saat
nyeri muncul

4. Berikan pasien
untuk minum 2 ± 3
liter cairan setiap
hari dan
meningkatkan
masukan makanan
pembuatan alkalin

12.15 3. . 1. Pantau tingkat 14.00 S: Pasien mengatakan tidak


inflamasi atau rasa mampu melakukaan
sakit pada sendi. mobilitas fisik saat nyeri
muncul.
·  2. Pertahankan istirahat
tirah baring/duduk O: Pasien tampak melakukan
pemijatan pada sendi lutut
jika diperlukan.
da pasien meringis
Jadwal aktifitas untuk kesakita apabila hendak
memberikan periode mulai melakukan gerakan
istirahat yang terus ROM. Pasien terlihat
menerus dan tidur antusias
malam hari yang
tidak terganggu. A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi:
65
3. Melakukan Tetap ajarkan gerakan
penyuluhan tentang ROM
ROM dan
mengajarkan gerakan
ROM pada pasien

4. Berikan lingkungan
yang aman misalnya
menggunakan tongkat
atau pegangan tangga
pada bak atau
pancuran dan toilet.

13.20 4. 1. Mengkaji tingkat 14,00 S: Pasien mengatakan tidak


pengetahuan terkait mengerti tentang asam
dengan proses urat (Gout). Makanan
yang perlu dikonsumsi
penyakit.
dan yang tidak di
2. Melakukan konsumsi.
penyuluhan
O:Pasien terlihat antusias saat
kesehatan tentang perawat menyampaikan
penyakit asam urat pendidikan kesehatan.
dan perawatannya.
A: Masalah teratasi sebagian
3. Mengajarkan
gerakan ROM untuk P: Lanjutkan intervensi
mengurangi rasa
sakit

4. Berikan Jadwal obat


yang harus di
gunakan meliputi
nama obat, dosis,
tujuan dan efek
samping

66
67

2.6.9 Pengkajian klien 3

a. Tinjauan kasus klien 3.

Tanggal pengkajian : 12 Juni 2020

Jam mulai : 14.00-16.00 WIB

Tempat : Di Unong manik

5. Data Biografi

Biodata Pasien

Nama : Ny. T. Simanjuntak

Tempat/tanggal Lahir : Tanah Jawa/ 15 maret 1942

Status perkawinan : Menikah

Agama : Kristen Protestan

Suku bangsa : Batak Toba

Bahasa yang dipakai : Bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba

Pendidikan terakhir : Tamat SD

Pekerjaan : Petani

Alamat Rumah : Unong Manik, Kec. Huta Bayu Raja

Umur : 78 tahun

Diagnosa : Hipertensi

6. Keluhan Utama

Pasien Mengeluh sakit kepala, pusing (terjadi ketika TD naik, Frekuensi

tidak tertentu, dapat berkurang apabila pasien mengkonsumsi obat

Captofil), mudah marah, kelelahan, gelisah, tekanan darah diatas

normal, penglihatan kabur, skala nyeri 4.

67
68

7. Riwayat Penyakit sekarang

Klien mengalami hipertensi sejak 1,5 tahun yang lalu hingga saat ini.

8. Riwayat penyakit masa lalu

Pasien mengatakan riwayat hipertensi 1,5 tahun yang lalu.

11. Riwayat penyakit keluarga

pasien mengatakan memiliki penyakit keturunan hipertensi.

12. Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

TD : 160/100 mmhg HR : 90x/i RR : 21x/i

BB : 64 kg TB : 157 cm T : 36,2º C

Head To Toe

Kepala : Simetris, rambut hitam campur putih (ubanan, bersih,

kepala sering dipegangi karena pusing (menahan nyeri))

Mata : Konjungtiva merah muda, penglihatan sudah mulai kabur

Hidung : Bentuk hidung simetris, bersih

Telinga : Pendengaran masih normal, bersih

Mulut : Bibir merah muda, lembab, simetris, gigi bersih, lidah

tidak kotor.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena

jugularis.

68
69

Integumen : Warna kulit noemal, sudah mulai keriput, mengalami

penglupasan kulit pada area kaki.

Pemeriksaan payudara : normal, tidak ada benjolan sekitar

payudara.

Abdomen : tidak ada lesi, tidak ada benjolan, terdengar suara

timpani, tidak ada nyeri tekan.

Ekstremitas : tidak ada edema masih bisa berjalan.

Muskuloskeletal : keletihan dan kelemahan

Kulit : kulit sawo matang dan penyebaran warna kulit

Pada seluruh tubuh sama.

13. Riwayat Psikososial

Tidak ada kelainan pada psikososial pada klien. Klien didukung oleh

keluarga untuk sembuh sehingga dapat kembali melakukan aktivitas.

Respon klien terhadap penyakitnya menganggap bahwa ini adalah

peringatan dari Tuhan. Pengaruh dari sakit yang dialami terhadap

perannya dalam keluarga dan masyarakat , klien hanya bisa melakukan

aktifitas yang ringan. Dikarenakan gangguan mobilitas.

14. Pola kebiasaan

Nutrisi :dirumah klien mengatakan selera makan bertambah

dengan 3x sehari dan porsi yang biasa dengan menu dan lauk pauk

yang disiapkan, minum air putih secukupnya.

Eliminasi :dirumah, klien mengatakan BAK lancar, dan BAB

±1xsehari dipagi hari.

69
70

Asupan Cairan :minum saat haus saja biasanya habis ± 2 L/sehari

air putih.

Aktivitas Istirahat :dirumah klien mengatakan istirahat tidur

berkurang. Pasien mengatakan ada kesulitan pada saat malam akan

tidur dikarenakan sakit kepala dan nyeri dibagian tengkuk. nyeri yang

dirasakan pada daerah tangan dan kaki membuat waktu tidur ±5-6

jam/hari.

Keterbatasan Aktual : dirumah klien mengatakan mandi dan

aktivitas lainnya dilakukan secara mandiri.

15. Integritas Ego

Keinginan untuk sembuh pada klien sangat tinggi dan dukungan dari

luar seperti keluarga dan teman sangat besar pada klien. Saran untuk

mempercepat kesembuhan diusahakan akan dilaksanakan klien dan

keluarga.

16. Interaksi Sosial

Klien berinteraksi dengan baik seperti pada perawat dan keluarga

pasien yang berada di rumah yang sama dengan klien.

70
71

b. Analisa Data

Tabel 7. Analisa Masalah Keperawatan klien 3

DATA MASALAH

DS Peningkatan tekanan darah

- Pasien mengeluh sakit kepala, pusing.


- Pasien mengatakan keluarga mempunyai riwayat
hipertensi (orangtua Ny.T)
DO

- Tekanan darah pasien meningkat 160/90 mmHg


DS Nyeri/ Sakit kepala

- Pasien mengatakan sakit kepala, pusing.


DO

- Pasien tampak meringis kesakitan karena sakit kepala


yang dirasakan
- TD: 160/90 mmHg
- Nyeri: 5
DS: Gangguan pola istirahat

- Keluarga pasien mengatakan tidak tidur semalam


karena merasakan sakit kepala.
- Pasien mengatakan waktu tidurnya berkurang
DO:

- Pasien tampak kelelahan dan cemas


- TD: 160/90 mmHg
- ADL: Pasien sedikit terhambat
DS: Kurang pengetahuan

- Pasien bertanya tentang kondisi saat ini dan


mengatakan tidak tahu batas normal tekanan
darahnya, diet untuk hipertensi dan penyebab
sakitnya saat ini.
DO:
- Pasien tidak tahu penyebab penyakitnya, pasien tidak
tahu makanan yang tidak boleh dikonsumsi, ia hanya
mengurangi konsumsi garam.

71
72

2.6.10 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa masalah, rumusan diagnosa keperawatan pada klien

adalah sebagai berikut:

1. Nyeri akut b/d Peningkatan tekanan vaskuler serebral d/d klien

mengatakan sering mengalami nyeri kepala dan tegang pada tengkuk

kepala, nyeri terasa berdenyut.

3. Gangguan Pola tidur b/d nyeri d/d klien mengatakan sulit memulai dan
sering terbangun di malam hari.
4. Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi d/d Pasien tidak tahu
penyebab penyakitnya, pasien juga tidak tahu makanan yang tidak
boleh dikonsumsi.

2.6.11 Intervensi keperawatan

Tabel 8. Intervensi Keperawatan klien 3

No Diangnosa Tujuan Rencana tindakan Rasional


. keperawatan keperawatan

1. Nyeri akut b/d Setelah - Mempertahankan tirah - Tindakan yang


Peningkatan dilakukan baring selama fase aktif menurunkan tekanan
tekanan vaskuler tindakan - Berikan tindakan non vaskular serebral dan
serebral d/d keperawatan 1 farmakologi untuk yang memperlambat
klien x 24 jam menghilangkan sakit respon simpisis
mengatakan diharapkan kepala efektif dalam
sering nyeri - Kolaborasi dalam langkah mengurangi
mengalami nyeri berkurang. pemberian analgesik sakit kepala dan
kepala dan Kepala -Anjurkan pasien komplikasi
tegang pada latihan senam hipertensi - Mengurangi atau
tengkuk kepala, untuk mengurangi rasa mengiontrol nyeri
nyeri terasa nyeri. dan menuruinkan
berdenyut. rangsangan sistem
saraf

2. Gangguan Pola Setelah - Anjurkan pasien untuk - mengatur pola tidur

72
73

tidur b/d nyeri dilakukan mengatur jam istirahat - Vasedilatasi pada


d/d klien tindakan - Kolaborasi dalam sistem saraf simpatis
mengatakan keperawatan pemberian obat - Memberi
sulit memulai diharapkan - Anjurkan pasien untuk ketenangan batin
dan sering Pola tidur berdoa sebelum tidur pasien
terbangun di pasien dapat - Melatih dan - Latihan senam
malam hari terpenuh menganjurkan senam pada usia lanjut
hipertensi dapat mencegah dan
memperlambat
kehilangan
fungsional

3. Kurang Pasien dan ·   - Jelaskan pada pasien ·  - Memberikan


Pengetahuan b/d keluarga dapat tentang Hipertensi, pengetahuan pasien
kurang memahami tanda dan gejala. sehingga pasien
informasi d/d penyakit dapat memahami
klien bingung hipertensi, - pada pasien tentang penyakitnya.
terhadap penggunaan makanan yang harus di
penyakitnya dan obat dan konsumsi yaitu: - memberikan
mengkonsumsi diet pengetahuan tentang
apa yang harus perawatan makanan yang harus
dilakukan terkait dirumah.Kriter lunak rendah garam dikonsumsi dan yang
penyakitnya. ia : 2000 kalori/ hari.
harus di hindari oleh
Contoh: pagi konsumsi: pasien untuk
· Pasien dan 1 pisang dan 1 gelas meningkatkan pola
keluarga susu rendah lemak/ air hidup sehat.
menunjukkan mineral, siang - Asupan garam
pemahaman konsumsi: nasi merah yang tinggi dapat
tentang dalam ukuran 1 cup, mengganggu
keseimbangan
kondisi, daging/ikan tanpa
natrium alami yang
penyebab dan lemak, sayur dam ada dalam tubuh bisa
perawatan. buah, malam konsumsi: meningkat, sehingga
1 roti dan susu. menyebabkan retensi
· Mengembang natrium, kemudian
kan rencana - makanan yang perlu hal ini dapat
untuk dihindari yaitu: - meningkatkan
perawatan diri, makanan yang berkadar tekanan yang
termasuk lemak jenuh tinggi diberikan oleh aliran
modifikasi (otak, ginjal, minyak darah terhadap
dinding pembuluh
gaya hidup kelapa), - makanan
darah.
yang konsisten yang menggunakan
dengan garam natrium (biskuit, - Pengelolaan

73
74

mobilitas dan kripik, makanan kering hipertensi harus


pembatasan yang asin), - makanan dilakukan dengan
aktifitas serta dan minuman dalam konprehensif bukan
hanya kuratif saja
pola makan kaleng (sosis, sayuran
harus didukung
yang serta buah-buahan dengan asupan yang
seimbang. dalam kaleng) dll. tidak mengakibatkan
perburukan kondisi.
- Menganjurkan pada
pasien untuk - Penjelasan ini
mengonsumsi makanan
dapat meningkatkan
sesuai dengan diet
hipertensi. koordinasi dan
kesadaran pasien
·   - Berkolaborasi terhadap pengobatan
pemberian obat untuk yang teratur.
menurunkan tekanan
darah.

2.6.12 Implementasi dan Evaluasi

Tabel 9. Implementasi keperawatan klien 3

Tgl/jam No Implementasi Jam Evaluasi


.
Dx

24-6-20 1 1. Mengkaji slaka nyeri dan 16.00 S: Pasien mengatakan pusing


14.00 engatur posisi pasien lagi dan nyeri dibagian
senyaman mungkin leher/tengkuk.

O: Pasien tampak meringis


2. Mempertahankan agar pasien kesakitan dan tampak
tirah baring selama nyeri melakukan pemijatan
masih terasa. pada tengkuk. Skala nyeri
4-
A: Masalah teratasi sebagian
3. Melakukan pijatan ringan
pada leher P: Pertahankan intervensi
perawatan: Pantau skala
nyeri
14.30 2 1. Menganjurkan pasien untuk 16.00 S: Pasien mengatakan sulit

74
75

mengatur jam istirahat memulai tidur dan sering


terbangun karena merasa
2. Anjurkan pasien untuk pusing dan sakit kepala.
berdoa sebelum tidur
O: Pasien tampak kelelahan
3. Melatih dan menganjurkan
A: Masalah teratasi sebagian
senam hipertensi
P: Pertahankan intervensi
4. Menganjurkan pasien untuk perawatan:pertahankan
tidur tanpa menggunakan kualitas tidur pasien dan
bantal menganjurkan untuk
berdoa sebelum tidur.
15.00 3 - 1. Jelaskan pada pasien tentang S: Pasien tidak tahu tentang
Hipertensi, tanda dan gejala. hipertensi dan batas
normal tekanan darahnya,
2. Pada pasien tentang serta diet yang harus
makanan yang harus di dikonsumsi.
konsumsi yaitu:
O: Pasien terliahat antusias
mengkonsumsi diet lunak
mendengarkan penjelasan
rendah garam 2000 kalori/ perawat.
hari. Contoh: pagi
konsumsi: 1 pisang dan 1 A: Masalah teratasi sebagian
gelas susu rendah lemak/ air
mineral, siang konsumsi: P: pertahankan intervensi
nasi merah dalam ukuran 1 perawatan: pertahankan
kondisi pasien dan
cup, daging/ikan tanpa
monitor tanda-tanda vital.
lemak, sayur dam buah,
malam konsumsi: 1 roti dan
susu.

3. Makanan yang perlu


dihindari yaitu: - makanan
yang berkadar lemak jenuh
tinggi (otak, ginjal, minyak
kelapa), - makanan yang
menggunakan garam
natrium (biskuit, kripik,
makanan kering yang asin),
- makanan dan minuman
dalam kaleng (sosis, sayuran
serta buah-buahan dalam

75
76

kaleng) dll.

4. Berkolaborasi tentang
pemberian obat pada pasien
untuk menurunkan tekan
darah

25-6-20 1. 1. Mengkaji slaka nyeri dan 17.00 S: Pasien mengatakan pusing


14.30 engatur posisi pasien lagi dan nyeri dibagian
senyaman mungkin leher/tengkuk.

O: Pasien tampak meringis


2. Mempertahankan agar pasien kesakitan dan tampak
tirah baring selama nyeri melakukan pemijatan
masih terasa. pada tengkuk. Skala nyeri
4-5
A: Masalah teratasi sebagian
3. Melakukan pijatan ringan
pada leher P: Pertahankan intervensi
perawatan: Pantau skala
nyeri dan anjurkan untuk
latihan untuk mengurangi
sakit kepala.

15.00 2. 1. Menganjurkan pasien untuk 17.00 S: Pasien mengatakan sulit


mengatur jam istirahat memulai tidur dan sering
terbangun karena merasa
2. Anjurkan pasien untuk pusing dan sakit kepala.
berdoa sebelum tidur
O: Pasien tampak kelelahan
3. Melatih dan menganjurkan
A: Masalah teratasi sebagian
senam hipertensi
P: Pertahankan intervensi
perawatan:pertahankan
4. Menganjurkan pasien untuk kualitas tidur pasien dan
tidur tanpa menggunakan menganjurkan untuk
bantal berdoa sebelum tidur.

16.30 3. 1. 1. Jelaskan pada pasien tentang 17.00 S: Pasien tidak tahu tentang
Hipertensi, tanda dan gejala. hipertensi dan batas
normal tekanan darahnya,
2. Pada pasien tentang serta diet yang harus
makanan yang harus di dikonsumsi.
konsumsi yaitu:
O: Pasien terliahat antusias
76
77

mengkonsumsi diet lunak mendengarkan penjelasan


rendah garam 2000 kalori/ perawat.
hari. Contoh: pagi
A: Masalah teratasi sebagian
konsumsi: 1 pisang dan 1
gelas susu rendah lemak/ air P: pertahankan intervensi
mineral, siang konsumsi: perawatan: pertahankan
nasi merah dalam ukuran 1 kondisi pasien dan
cup, daging/ikan tanpa monitor tanda-tanda vital.
lemak, sayur dam buah,
malam konsumsi: 1 roti dan
susu.

3. Makanan yang perlu


dihindari yaitu: - makanan
yang berkadar lemak jenuh
tinggi (otak, ginjal, minyak
kelapa), - makanan yang
menggunakan garam
natrium (biskuit, kripik,
makanan kering yang asin),
- makanan dan minuman
dalam kaleng (sosis, sayuran
serta buah-buahan dalam
kaleng) dll.

4. Berkolaborasi tentang
pemberian obat pada pasien
untuk menurunkan tekan
darah

26-6-20 1. 1. Mengkaji slaka nyeri dan 16.30 S: Pasien mengatakan pusing


15.00 engatur posisi pasien lagi dan nyeri dibagian
senyaman mungkin leher/tengkuk.

O: Pasien tampak meringis


2. Mempertahankan agar pasien kesakitan dan tampak
tirah baring selama nyeri melakukan pemijatan
masih terasa. pada tengkuk. Skala nyeri
4-5
3. Melakukan pijatan ringan
A: Masalah teratasi sebagian
pada leher
P: Pertahankan intervensi
77
78

perawatan: Pantau skala


nyeri

15.45 2. 1. Menganjurkan pasien untuk 16.30 S: Pasien mengatakan sulit


mengatur jam istirahat memulai tidur dan sering
terbangun karena merasa
2. Anjurkan pasien untuk pusing dan sakit kepala.
berdoa sebelum tidur
O: Pasien tampak kelelahan
3. Melatih dan menganjurkan
A: Masalah teratasi sebagian
senam hipertensi
P: Pertahankan intervensi
perawatan:pertahankan
4. Menganjurkan pasien untuk kualitas tidur pasien dan
tidur tanpa menggunakan menganjurkan untuk
bantal berdoa sebelum tidur.

16.00 3. 1. Jelaskan pada pasien tentang 16.30 S: Pasien tidak tahu tentang
Hipertensi, tanda dan gejala. hipertensi dan batas
normal tekanan darahnya,
2. Pada pasien tentang serta diet yang harus
makanan yang harus di dikonsumsi.
konsumsi yaitu:
O: Pasien terliahat antusias
mengkonsumsi diet lunak
mendengarkan penjelasan
rendah garam 2000 kalori/ perawat.
hari. Contoh: pagi
konsumsi: 1 pisang dan 1 A: Masalah teratasi sebagian
gelas susu rendah lemak/ air
mineral, siang konsumsi: P: pertahankan intervensi
nasi merah dalam ukuran 1 perawatan: pertahankan
kondisi pasien dan
cup, daging/ikan tanpa
monitor tanda-tanda vital.
lemak, sayur dam buah,
malam konsumsi: 1 roti dan
susu.

3. Makanan yang perlu


dihindari yaitu: - makanan
yang berkadar lemak jenuh
tinggi (otak, ginjal, minyak
kelapa), - makanan yang
menggunakan garam
natrium (biskuit, kripik,

78
79

makanan kering yang asin),


- makanan dan minuman
dalam kaleng.

BAB 3

PEMBAHASAN

Bagian ini menjelaskan mengenai pembahasan laporan praktika senior

yang telah dilakukan dengan literatur yang berhubungan dengan pelayanan

kesehatan bagi pasien yang memiliki penyakit tidak menular khusunya pada

pasien diabetes, asam urat, dan hipertensi. Berdasarkan pengelolaan kasus pada

klien dengan penyakit tidak menular yang telah dilaksanakan urutan asuhann

kepperawatan diawali dari pengkajian keperawatan, menganalisa data,

mendiagnosa, intervensi keperawatan, pelaksanaan (implementasi) serta

pengevaluasian tindakan keperawatan.

3.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penulis melaksanakan kegiatan tugas akhir tahap profesi ners di Desa

Unong Manik Kecamatan Huta Bayu Raja Kabupaten Simalungun.

3.2. Analisa pengkajian keperawatan

Menurut Muttaqin (2008) Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama

dan hal utama dari proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini seluruh data akan

dikumpulkan secara rinci sehingga dapat diketahui status kesehatan pasien. Proses

pengkajian pada asuhan keperawatan dilaksanakan dengan anamnesis yaitu

79
80

berkomunikasi langsung dengan memberi pertanyaan pada klien agar

mendapatkan data yang di gunakan dalam mengetahui kondisi klien secara

menyeluruh. Anamnesiss antara lain yaitu identitas pasien, riwayat penyakit, dan

pemeriksaan laboratorium.

Berdasarkan teori tersebut, pengkajian keperawatan Medikal Bedah

dilakukan pada tiga orang klien kelolaan dengan Penyakit Tidak Menular (PTM).

Penyakit Tidak Menular adalah sekelompok penyakit yang bersifat kronis, dimana

diagnosis dan terapinya pada umumnya lama dan mahal. PTM sendiri terkena

pada semua organ antara lain diabetes, asam urat (Gout) dan hipertensi.

Ditemukan masalah keperawatan seperti, pemenuhan kebutuhan nutrisi, nyeri,

gangguan mobilitas fisik, gangguan pola tidur, keletihan dan kurang pengetahuan.

data klien penyakit tidak menular adalah penyakit kronis dengan durasi yang

panjang dengan proses penyembuhan atau pengendalian kondisi klinisnya yang

umumnya lambat.

Hal ini sesuai dengan WHO (2013) yang mengatakan bahwa pengaruh

industrialisasi mengakibatkan makin derasnya arus urbanisasi pemduduk di kota

besar, yang berdampak pada tumbuhnya gaya hidup yang tidak sehat seperti diet

yang tidak sehat, kurangnya aktifitas fisik, dan merokok. Hal ini berakibat pada

peningkatan prevalensi tekanan darah tinggi, glukosa darah tinggi, lemak darah

tinggi, kelebihan berat badan, dan obesitas yang pada gilirannya meningkatkan

prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit obstruktif kronik serta

berbagai jenis kanker yang menjadi penyebab terbesar kematian. hal ini sesuai

dengan kondisi ke 3 pasien kelolaan yaitu klien mengalami pemenuhan kebutuhan

80
81

nutrisi, nyeri, gangguan mobilitas fisik, gangguan pola tidur, keletihan dan kurang

pengetahuan.

Pengkajian yang dilakukan pada ketiga klien didapatkan bahwa penyakit

tidak menular khususnya diabetes, asam urat dan hipertensi yang dialami

disebabkan oleh faktor keturunan, lanjur usia, gaya hidup kurang sehat dan jarang

olahraga. Hal ini sesuai dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(2018) yang menyampaikan bahwa penyakit tidak menular menjadi salah satu

maslah kesehatan dan penyebab kematian yang merupakanan ancaman global bagi

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pengkajian yang telah dilakukan ditemukan

bahwa pada klien 1 diberi pelaksanaan dengan melakukan asuhan keperawatan

guna untuk memperbaiki fungsi, stabilitas, mengurangi nyeri serta memberikan

pendidikan kesehatan.

3.3. Analisa Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan tahap yang menjelaskan mengenai

status kesehatan pasien, baik secara actual maupun potensisal yang ditentukan

berdasarkan interpretasi dan analisis data hasil pengkajian. Menurut Monica

(2015) Diagnosa keperawatan adalah pernyataan klinis mengenai reaksi individu,

keluarga, masyarakat, terhadap masalah kesehatan baik actual maupun potensial.

Diagnosa keperawatan ini bertujuan dalam memfokuskan, mengidentifikasi dan

memecahkan masalah kesehatan secara rinci.

Setiap diagnosaa keperawatan harus didasarkan pada batasan karakteristik

dan melibatkan etiologi yang terkait. Label diagnostik divalidasi menggunakan

81
82

manifestasi dan batasan karakteristik tersebut (Pottter & Perry, 2010).

Berdasarkan teori tersebut pada klien sudah dilakukan analisa masalah sesuai

dengan manifestasi yang sering timbul dan memperburuk kondisi klien kemudian

merumuskan diagnosa keperawatan Medikal Bedah terhadap klien kelolaan

berdasarkan prioritas masalah, dampak dari masalah utama dan penyebab dari

masalah utama. Diagnosa keperawatan yang sudah didapatkan pada pasien adalah

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi, Nyeri, Gangguan Mobilitas Fisik, Gangguan Pola

Tidur, Keletihan, dan Kurang Pengetahuan. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2017 mengatakan bahwa

penyebab penyakit tidak menular ialah perilaku dan gaya hidup kurang sehat.

dilakukan penalakasanaan dengan pembedahan sehingga menimbulkan adanya

luka. Hal ini sangat memungkinkan kuman untuk masuk melalui luka dan

meningkatkan terjadinya resiko infeksi.

3.4. Analisa Rencana Tindakan keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu petunjuk tertulis yang menjelaskan

tentang recana tindakan keperawatan yang dilaksankan pada pasien diabetes, asam

urat dan hipertensi sesuai dengan apa yang dibutuhkan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang sudah didapatkan. Tahap intervensi ini sebagai kesempatan

pada perawat, keluarga, klien dan orang lain untuk menentukan tindakan

keperawatan dalam mengatasi masalah kesehatan klien. Tahap intervensi

keperawatan ada 4 yakni menentukan prioritas masalah, menetapkan tujuan dan

kriteria hasil serta merumuskan rencana keperawatan. Dalam membuat kriteria

82
83

hasil penting untuk memperhatikan hal yang bersifat spesifik, dapat diukur,

realistic dan berpusat pada klien kemudian menentukan rencana keperawatan

(Tarwoto dan Wartonah, 2015).

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien, terdapat

diagnosa prioritas utama yaitu Pemenuhan kebutuhan nutrisi. Rencana

keperawatan yang dilakukan pada klien terdiri dari melakukan pemberian dien

seimbang pada pasien. membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan

menyarankan makanan yang perlu dikomsumsi dan dihindari pasien.

Diagnosa prioritas kedua adalah nyeri. Rencana tindakan keperawatan

yang dilaksanakan pada ketiga klien yaitu mengajarkan teknik tarik nafas dalam

efektif, mengajarkan pasien untuk melakukan pemijatan pada area yang nyeri,

pengalihan nyeri dengan mendengarkan music, mengajarkan pengalihan nyeri

dengan melakukan kegiatan. Selain itu pada klien selalu diberi dukungan saat

nyeri muncul seperti mengingatkan akan Tuhan yang selalu ada disekitarnya

menghadapi cobaan.

Diagnosa prioritas ketiga adalah gangguan mobilitas fisik. Rencana

keperawatan yang dilakukan pada pasien yaitu mengajarkan pasien untuk latihan

fisik sesuai dengan indikasi kemampuasn dari pasien supaya pasien dapat

melakukan aktifitas sesuai kemampuannya.

Diagnosa prioritas ke empat adalah Gangguan pola tidur.rencana tindakan

keperawatan yang dilaksanakan pada ketiga pasien yaitu mengajarkan pasien

untuk mengatur jam istirahat, menganjurkan pasien untuk berdoa sebelum tidur.

83
84

Diagnosa prioritas kelima adalah Keletihan. Rencana keperawatan yang akan

dilaksanakan pada ketiga pasien yaitu meningkatkan nutrisi yang adekuat untuk

mengurangi keletihan, menganjurkan pasien untuk mengurangi aktifitas fisik yang

mungkin membuat pasien sampai merasa kelelahan, serta memberikan asupan

makanan tinggi gizi untuk meningkatkan energi.

Diagnosa yang terakhir adalah Kurang Pengetahuan. Rencana keperwatan

yang dilaksanakan pada ketiga pasien yaitu memberikan penyuluhan tentang

penyakit diabetes, asam urat, dan hipertensi, memberikan penyulukan tentang

nutrisi dan diet yang baik untuk pasien diabetes, asam urat dan hipertensi.

3.5. Analisa Implementasi Tindakan Keperawatan

Asmadi (2008) mengatakan bahwa tahap implementasi (pelaksanaan

tindakan) merupakan tahap saat perawat mengaplikasikan intervensi keperawatan

guna membantu pasien untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Komunikasi yang efektif merupakan kemampuan yang harus dimiliki perawat

selain itu perawat juga harus dapat membentuk trust dengan klien dan keluarga

sehingga dapat terjalin saling percaya dan saling membantu, kemampuan

melakukan advokasi, kemampuan melakukan teknik psikomotor dan kemampuan

menilai (evaluasi). Berdasarkan dengan strategi tindakan keperawatan yang sudah

ditentukan untuk diagnosa keperawatan dengan masalah keperawatan pemenuhan

kebutuhan nutrisi, nyeri, gangguan mobilitas fisik, gangguan pola tidur, keletihan

dan kurang pengetahuan. dilakukan beberapa tindakan keperawatan diantaranya:

pada ketiga pasien pada hari pertama hingga hari ke tiga.

84
85

Implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah

ditetapkan untuk diagnosa keperawatan yang pertama yaitu pemenuhan kebutuhan

nutrisi beberapa tindakan keperawatan diantaranya pemberian nutrisi pada pasien

dengan mengatur diet makanan, mengajarkan latihan fisik, membantu pasien

dalam melakukan aktifitas.

Implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah

ditetapkan untuk diagnosa keperawatan yang kedua yaitu nyeri mengajarkan

pengalihan nyeri dengan mengajarkan klien teknik tarik nafas dalam yang efektif

saat mengalami nyeri, mengajarkan terapi pemijatan pada daerah yang sakit untuk

meminimalisir nyeri, serta saat melakukan latihan fisik selalu memperhatikan

klien yang kesulitan saat melakukan latiihan tanpa memaksa klien, selain itu juga

membantu klien dengan memberi dukungan saat nyeri dirasakan .

Implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah

ditetapkan untuk diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu gangguan mobilitas

fisik denagan mengajarkan latihan fisik untuk mengurangi kekakuan pada tubuh,

mempertahankan istirahat tirah baring serta memberikan lingkungan yang

nyaman.

Implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah

ditetapkan untuk diagnosa keperawatan yang keempat yaitu gangguan pola tidur

denagn mengajarkan pasien untuk memenuhi kebutuhan instirahat dan tidur,

mengatur pola tidur pasien, menganjurkan pasien untuk berdoa sebelum tidur.

Implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah

ditetapkan untuk diagnosa keperawatan yang kelima yaitu keletihan dengan

85
86

nganjurkan pasien untuk tidak melakukan pekerjaan yang dapat membuat pasien

merasa keletihan, memberikan nutrisi yang adekuat untuk membantu penambahan

energi bagi tubuh pasien.

Implementasi sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah

ditetapkan untuk diagnosa keperawatan yang enam yaitu kurang pengetahuan

dengan memberikan penyuluhan kesehatan terkait diabetes, asam urat dan

hipertensi, memberikan penyuluhan tentang nutrisi/diet pasien.

3.6. Analisa Evaluasi Tindakan Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses asuhan keperawatan,

tahap ini adalah perbandingan yang tersusun dan terencana antara hasil akhir yang

diamati dan tujuan/kriteria hasil yang ditetapkakn pada tahap perencanaan.

Evaluasi implementasi tindakan sebelumnya dilaksanakan secara kontiniu dengan

pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa perkembangan, dan

perencanaan).

Hasil evaluasi dari proses asuhan keperawatan untuk diagnosa pemenuhan

kebutuhan nutrisi, nyeri, gangguan mobilitas fisik, gangguan pola tidur, keletihan

dan kurang pengetahuan. mampu menjaga kebiasaan untuk tidak mengkonsumsi

makanan yang tidak sehat, mulai melakukan aktifitas dan latihan fisik, serta rutin

melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter. Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

yang dilakukan pada pasien mendapatkan hasil yang lebih baik yang

meningkatkan keseimbangan nutrisi dalam tubuh. Latihan Fisik yang dilakukan

86
87

pada klien mendapatkan hasil yaitu meningkatkan kemampuan otot dan mencegah

kekakuan otot.

Hasil evaluasi dari proses asuhan keperawatan untuk diagnosa

keperawatan kedua yaitu nyeri. Klien mampu mengontrol nyeri yang dialami baik

saat beraktivitas maupun saat melakukan tidak beraktifitas dimana hal itu adalah

kondisi yang sering kali menimbulkan nyeri pada kliern.

Hasil evaluasi dari proses asuhan keperawatan untuk diagnosa

keperawatan ketiga yaitu gangguan mobilitas fisik. Pasien mampu menahan dan

dapat melakukan aktifitas walaupun hanya sebentar tetapi pasien sudah

menunjukkan perubahan dari sebelumnya dan pasien mampu mengatasi nyeri

yang dirasakan.

Hasil evaluasi dari proses asuhan keperawatan untuk diagnosa prioritas

keempat gangguan pola tidur yaitu klien tidak mengalami gangguan pada pola

tidurnya namun sudah menunjukkan pola tidur yang normal.

Hasil evaluasi dari proses asuhan keperawatan untuk diagnosa prioritas

kelima keletihan yaitu pasien tidak menunjukkan adanya keletihan pada dirinya.

Selain itu pasien dapat mengatur aktifitas yang mungkin membuatnya keletihan.

Hasil evaluasi dari proses asuhan keperawatan untuk diagnosa prioritas

keenam kurang pengetahuan yaitu pasien mengerti tentang penyakit yang

dialaminya, selain itu klien mamapu memahami dan mengerti tentang nutrisi yang

baik pada klien diabetes, asam urat, dan hipertensi.

87
88

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan proses asuhan keperawatan yang sudah dilakukan dari

pengkajian sampai evaluasi tindakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen

asuhan keperwatan individu dengan pendekatan komunikasi sangat efektif

diaplikasikan dalam proses asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit tidak

menular (PTM) khususnya pasien diabetes, asam urat dan hipertensi.

Kesimpulan diatas dibuktikan dengan masalah pemenuhan kebutuhan

nutrisi, nyeri, gangguan mobilitas fisik, gangguan pola tidur, keletihan dan kurang

pengetahuan teratasi sebagian setelah mengikuti proses asuhan keperawatan

selama 3 hari, dengan masalah teratasi sebagian.

Berdasarkan hasil Praktika Senior yang telah dilakukan ditemukan bahwa

adanya pengaruh dari asuhan keperawatan pada pasien penyakit tidak menular

(PTM) dengan masalah masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi, nyeri, gangguan

mobilitas fisik, gangguan pola tidur, keletihan dan kurang pengetahuan yaitu klien
88
89

tidak mengalami kekurangan nutrisi, kekakuan otot, klien mampu mengontrol

nyeri, pasien dapat mengembalikan waktu istirahat dan klien tidak mengalami

keletihan serta kekurangan nutrisi.

4.2. Saran

4.2.1 Mahasiswa Keperawatan

Mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengintegrasikan dan

mengaplikasikan semua konsep dan praktik yang telah diperoleh selama

pendidikan dalam melakukan manajemen asuhan keperawatan pada pasien

penyakit tidak menular khususnya pada pasien diabetes, asam urat dan

hipertensi terutama dengan masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan

nutrisi, nyeri, gangguan mobilitas fisik, gangguan pola tidur, keletihan dan

kurang pengetahuan.

4.2.2 Klien dan Keluarga

Klien dan keluarga berhak mendapatkan manajemen asuhan

keperawatan yang profesional dan holistik dalam mendukung kesembuhan

dan pemulihan kondisi klien yang mengalami diabetes, asam urat dan

hipertensi. .

4.2.3 Pendidikan Keperawatan

89
90

Pendidikan keperawatan dapat mengembangkan metode pemberian

asuhan keperawatan yang mendukung kesembuhan klien secara signifikan

sehingga dapat berguna bagi perkembangan ilmu dan praktik keperawatan

4.2.4 Institusi Pelayanan Kesehatan

Institusi pelayanan kesehatan mampu meningkatkan pemberian

manajemen asuhan keperawatan yang profesional dan holistik kepada klien

yang mengalami diabetes, asam urat dan hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahern, R. Nancy dan Wilkinson, M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan


Nanda Edisi 9. Jakarta: EGC.

American Diabetes Association (ADA). 2010. Doagnosis and classification


ofdiabetes millitus. Diabetes Care – The Journal of Clinical and Applied
Research and Education.

Andra Saferi Wijaya & Yessie Mariza Putri. (2013). KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Media.

Andra F. S & Yessie M. P. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta.


Nuha Medika.

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Prss.

Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep dan aplikasi


kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.

Balitbang, 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Kecerdasan Kenestetik


untuk Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan. (S.P.Umi Athelia


Kurniati, Ed) (2nd ed.). Jakarta: Prestasi Pusaka.

90
91

Bulechek, G. M., & McCloskey, J. C. (1994). Nursing Interventions


Classifications (NIC) Edisi 4. St.LouisMissouri: Mosby.

Buss, J, S & Lobus, D. (2013). Buku Saku Patofisiologi Menjadi Sangat Mudah
Edisi 2. Jakarta : EGC.

Dalimarhta, Setiawan. 2008. Care Your Self Hipertensi. Penebar Plus: Jakarta.

Depkes RI, 1992. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Tentang


Kesehatan. Jakarta.

Dr. Nyoman Kertia. 2009. Asam Urat. Yogyakarta:Bentang Pustaka.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media.

Guyton AC, Hall JE. Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran. Ed12.
Diterjemahkan oleh: Siagian M. Singapura: Elsevier; 2011.

Herdman, T Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-


2016. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Hartono, Jogiyanto. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan


Pengalama-Pengalaman. Edisi 2007. BPFE. Yogyakarta.

Hasdiana, H.R.2012. Diabetes Melitus. Nusa Medika. Yogyakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia2017. Jakarta:


Kemenkes RI. http://www.depkes.go.id/recources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lembaga Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Nasional. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Nasional. (RISKESDAS), 2013. Republik Indonesia: Kementerian
Kesehatan:2013.

91
92

Kemenkes. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan. Tahun 2015-2019. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI,2015.

Kowalak, P.J. Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku ajar PATOFISIOLOGI.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Monica, LEL. 2015. Keperawaratan dan Manajemen Keperawatan: Pendekatan


Bedasarkan Pengalaman, EGC. Jakarta.

Notoatmodjo, (2013). Perilaku Kesehatan, Gramedia, Jakarta

PERKI, 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskuler.


Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesai.

PERKI, 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta:


Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia.

Potter & Perry, (2005). Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba


Medika

Potter & Perry, (2010). Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba


Medika

Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Volume 2 Ed/6. Hartanto H. Susi N, Wulansari P. Mahanani DA, editor.
Jakarta EGC: 2005. BAB 53, Penyakit Serebrovaskuler: hal. 1106-1129

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrisn RI rahun 2013.
http://www.depkes.go.id/resource/download/general/hasil%20Riskesdas
%202013.pdf.

Riset Kesehatan Dasar (Riaskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan RI tahun 2018.
92
93

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_racorpop_20
18/hasil%20Riskesdas%202018.pdf.

Saryono. (2011). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Sharma S. 2009. Aroma Therapy. Terjemahan Alexander Sindoro. Jakarta:


Kharisma Publishing Group. H. 39-40.

Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2.


Philadelphia: Linppincott William & Wilkins.

Soegondo, S., 2008. Hidup Secara Mandiri Dengan Diabetes Mellitus, Kencing
Manis, Sakit Gula. Blai Penerbit FKUI, Jakarta

Soegondo, S,. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Balai Penerbit


FKUI, Jakarta.

Suyono S. Diabetes Mellitus di Indonesia. In: Seriati S, Alwi I,Sudoyo


A,Sibadibrata M, Setiyohadi B, Syam A Fahrial, editor, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta Pusat. Interna Publishing. 2014:2315-2322.

Triyanto, E , (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wartonah &Tarwoto. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika

World Health Organization. Global Health Estimates 2015 Summary Tables:


Deaths by Couse.

93
JADWAL TENTATIVE PRAKTIKA SENIOR

Waktu
No Kegiatan 10 juni-14 juni 15 juni-22 Juni 24 juni-07 Juni 07 Juni–10 juli
24 Agustus 2019
2020 2019 2019 2019
1. Diskusi peminatan/judul kasus
2. Diskusi tempat pengambilan kasus
3. Pengidentifikasian referensi terkait
4. Penulisan Bab 1
5. Asuhan Keperawatan Kasus
Pengkajian
Batas Akhir
Analisa/Diagnosa Keperawatan
Pembayaran SPP
Intervensi
T.A. 2018/2019
Implementasi
Evaluasi
6. Penyusunan Laporan
7. Finalisasi Laporan
8. Evaluasi Performance
9. Penyerahan Nilai ke Pendidikan
95

SATUAN ACARA PENYULUHAN


DIABETES

DISUSUN OLEH:

Rini Sinaga Skep

191102041

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

95
96

SATUAN ACUAN PENYULUHAN (SAP)

DIABETES DAN DIET


Pokok Bahasan : Diabetes dan Diet
Hari/Tanggal : Rabu/ 24 Juni 2020
Tempat : Di rumah pasien
Sasaran : pasien diabetes dan keluarga
Waktu : 08.00 – 11.00

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang Diabetes dan Diet
diharapkan sasaran mampu memahami dan mengimplementasikan cara
penyembuhan Diabetes melalui asupan nutrisi/diet.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan, diharapkan sasaran mampu :
 Menjelaskan Pengertian diabetes.
 Memahami pentingnya asupan nutrisi/diet pada pasien diabetes
 Menjelaskan jenis asupan nutrisi yang baik pada pasien diabetes.

2. MATERI
1.1. Pengertian diabetes
1.2. Pentingnya nutrisi/diet pada pasien diabetes
1.3. Jenis-jenis makanan yang baik pada pasien diabetes
3. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
4. MEDIA
Leaflet

96
97

5. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi diadakan di akhir sesi penyuluhan dengan cara penyuluh mengajukan
perntanyaan sebagai berikut kepada sasaran:
 Apakah pernah mengenal istilah diabetes?
 Bagaimana agar mempercepat kesembuhan pasien diabetes?
 Apa saja makanan/nutrisi yang baik pada pasien diabetes?
6. KEGIATAN PENYULUHAN

N FASE KEGIATAN KEGIATAN SASARAN


O

1 Pembukaan 1. Memberi salam Sasaran diharapkan


(5 menit) pembukaan menjawab salam,
2. Memperkenalkan diri mendengarkan dan
3. Menjelaskan kontrak memperhatikan
waktu, pokok bahasan
dan tujuan penyuluhan

97
98

2 Pelaksanaan  Menjelaskan pengertian Sasaran diharapkan


diabetes. dapat memperhatikan
(15 menit)
 Menjelaskan pentingnya materi penyuluhan
Nutrisi/diet pada pasien dengan baik
asam urat
 Menjelaskan jenis-jenis
makanan yang baik pada
pasien diabetes

3 Tanya  Mempersilahkan sasaran 4.3. Diharapka


Jawab untuk bertanya mengenai n sasaran dapat
materi penyuluhan mengajukan
(5 menit)
pertanyaan
kepada penyuluh

4 Evaluasi 4.4. Mengajukan 4.6. Sasaran


dan pertanyaan kepada diharapkan dapat
Penutup sasaran tentang materi menjawab
penyuluhan dengan soal pertanyaan yang
(10 menit)
yang sudah disiapkan diajukan oleh
4.5. Mengucapkan penyuluh
terima kasih dan salam 4.7. Sasaran
penutup diharapkan
mendengarkan,
memperhatikan
dan menjawab
salam

7. KRITERIA EVALUASI

98
99

1. Evaluasi Struktur
 Pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan dan antusias
 Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di rumah pasien diabetes
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya. (SAP)
2. Evaluasi Proses
 Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
 Pasien dan keluarga tidak meninggalkan tempat selama acara berlangsung
 Pasien dan keluarga menjawab pertanyaan secara benar.
3. Evaluasi Akhir
 Pasien dan keluarga mengetahui pengertian diabetes
 Pasien dan keluarga mengetahui pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
diabetes
 Pasien dan keluarga mengetahui jenis-jenis nutrisi/makanan yang baik bagi
pasiendiabetes.

99
100

DIABETES DAN DIET

A. Pengertian Diabetes

Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit gula atau kencing manis adalah

penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal

(Hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Tingkat kadar glukoasa darah dapat menentukan apakah seseorang menderita

Diabetes Mellitus atau tidak. (Hasdinah, 2012).

Seseorang dinyatakan menderita Diabetes Mellitus apabila pada

pemeriksaan laboratotium kimia darah, konsentrasi glikosa darah dalam puasa

pagi hari <126 mg/dl atau 2 jam sesudah makan >200 mg/dl atau bila sewaktu/

sesaat diperiksa >200 mg/dl. komplikasi yang dapat timbul akibat gula darah

yang tidak terkontrol misalnya: neuropati, hipertensi, jantung koroner,

retinopati, nerpropati, ganggren, dan lain-lainnya. (Soegondo, 2008).

B. Etiologi Diabetes

4. Menurut Penyebab Diabetes Mellitus tipe 1

 Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah

terjadinya DM tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA.

100
101

 Faktor Imunologi

Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana

antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

jaringan asing.

 Faktor Lingkungan

Virus atau tokdsin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

tiombul.

5. Diabtes Mellitus Tipe II

Penyebab masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan

dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko:

 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun)

 Obesitas

6. Riwayat keluarga

C. Klasifikasi Diabetes

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (2010), dibagi menjadi 4

jenis yaitu:

 Tipe 1: Diabetes Mellitus tergantung insulin (IDDM)

 Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

101
102

 Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.

 Diabetes Mellitus gastasional (GDM).

D. Manifestasi Klinis

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polifagia pada DM umumnya

tidak ada. Sebaliknya yang sering menggangu pasien adalah keluhan akibat

komplikasio degeneratif kroni pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia

terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinis

bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas.

Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena

katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering

ditemukan adalah:

 Katarak Glaukoma Penyakit koroner

 Gatal seluruh badan Pruritus vulvae Hipertensi

 Infeksi bakteri kulit Infeksi jamur di kulit

 Dermatopati Neuropati perifer

 Amiotropi Ulkus neurotropi

 Penyakit ginjal Penyakit pembuluh darah perifer

102
103

E. Penatalaksanaan Diabetes

Pengobatan tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan

aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mgurangi

komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM

adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

6. Diet

7. Latihan

8. Pemantauan

9. Terapi (jika diperlukan)

10. Pendidikan

F. Diet Diabetes

Tujuan diet penyakit Diabetes adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan

makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan

cara:

(1) Mempertahankan kadar glikosa darah supaya mendekati nomrmal dengan

menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau

exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktifitas fisik.

(2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

103
104

(3) Memberikan cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan

normal.

Jenis Diet Diabetes Mellitus menurut kandungan energi, protein, lemak

dan karbohidrat

Jenis Diet Energi Protein Lemak Karbohidrat

kkal G g g
I 1100 43 30 172

II 1300 45 35 192

III 1500 51.5 36.5 235

IV 1700 55.5 36.5 275

V 1900 60 48 299

VI 2100 62 53 319

VII 2300 73 59 369

VIII 2500 80 62 396

Jumlah bahan makanan sehari menurut Standar Diet Diabetes Mellitus

(dalam satuan penukar II)

Golongan Bahan 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500

Makanan Kkal kkal kkal kkal kkal kkal kkal kkal


Nasi atau penukar 2½ 3 4 5 5½ 6 7 7½

Ikan atau penukar 2 2 2 2 2 2 2 2

Daging atau penukar 1 1 1 1 1 1 1 1

104
105

Tempe atau penukar 2 2 2½ 2½ 3 3 3 5

Sayuran/penukar A S S S S S S S S

Sayuran/penukar B 2 2 2 2 2 2 2 2

Buah atau penukar 4 4 4 4 4 4 4 4

Susu atau penukar - - - - - - 1 1

Minyak atau penukar 3 4 4 4 6 7 7 7

Bahan makanan yang Dianjurkan

(1) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong

dan sagu.

(2) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,

tempe-tahu dan kacang-kacangan.

(3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah

dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus,

direbus dan dibakar.

Bahan makanan yang tidak Dianjurkan (dibatasi/hindari)

Bahan makanan yang dianjurkan, dibatasi atau dihindari untuk Diet Diabetes

Mellitus.

105
106

SATUAN ACARA PENYULUHAN


ASAM URAT (GOUT)

DISUSUN OLEH:

Rini Sinaga Skep

191102041

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

106
107

SATUAN ACUAN PENYULUHAN (SAP)

ASAM URAT DAN DIET


Pokok Bahasan : Asam Urat dan Diet
Hari/Tanggal : Kamis/ 25 Juni 2020
Tempat : Di rumah pasien
Sasaran : pasien asam urat dan keluarga
Waktu : 09.00 – 12.00

8. TUJUAN PEMBELAJARAN
3. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang Asam urat dan Diet
diharapkan sasaran mampu memahami dan mengimplementasikan cara
penyembuhan Asam urat melalui asupan nutrisi/diet.
4. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan, diharapkan sasaran mampu :
 Menjelaskan Pengertian asam urat.
 Memahami pentingnya asupan nutrisi/diet mempercepat penyembuhan
 Menjelaskan jenis asupan nutrisi yang baik pada pasien asam urat.

9. MATERI
1.4. Pengertian asam urat
1.5. Pentingnya nutrisi/diet pada pasien asam urat
1.6. Jenis-jenis makanan yang baik pada pasien asam urat.
10. METODE
3. Ceramah
4. Tanya Jawab
11. MEDIA
Leaflet

107
108

12. EVALUASI PEMBELAJARAN


Evaluasi diadakan di akhir sesi penyuluhan dengan cara penyuluh mengajukan
perntanyaan sebagai berikut kepada sasaran:
 Apakah pernah mengenal istilah asam urat?
 Bagaimana agar mempercepat kesembuhan pasien asam urat?
 Apa saja makanan/nutrisi yang baik pada pasien asam urat?
13. KEGIATAN PENYULUHAN

N FASE KEGIATAN KEGIATAN SASARAN


O

1 Pembukaan 4. Memberi salam Sasaran diharapkan


(5 menit) pembukaan menjawab salam,
5. Memperkenalkan diri mendengarkan dan
6. Menjelaskan kontrak memperhatikan
waktu, pokok bahasan
dan tujuan penyuluhan

108
109

2 Pelaksanaan  Menjelaskan pengertian Sasaran diharapkan


asam urat. dapat memperhatikan
(15 menit)
 Menjelaskan pentingnya materi penyuluhan
Nutrisi/diet pada pasien dengan baik
asam urat.
 Menjelaskan jenis-jenis
makanan yang baik pada
pasien asam urat.

3 Tanya  Mempersilahkan sasaran 4.8. Diharapka


Jawab untuk bertanya mengenai n sasaran dapat
materi penyuluhan mengajukan
(5 menit)
pertanyaan
kepada penyuluh

4 Evaluasi 4.9. Mengajukan 4.11. Sasaran


dan pertanyaan kepada diharapkan dapat
Penutup sasaran tentang materi menjawab
penyuluhan dengan soal pertanyaan yang
(10 menit)
yang sudah disiapkan diajukan oleh
4.10. Mengucapkan penyuluh
terima kasih dan salam 4.12. Sasaran
penutup diharapkan
mendengarkan,
memperhatikan
dan menjawab
salam

14. KRITERIA EVALUASI

109
110

4. Evaluasi Struktur
 Pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan dan antusias
 Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di rumah pasien asam urat
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya. (SAP)
5. Evaluasi Proses
 Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
 Pasien dan keluarga tidak meninggalkan tempat selama acara berlangsung
 Pasien dan keluarga menjawab pertanyaan secara benar.
6. Evaluasi Akhir
 Pasien dan keluarga mengetahui pengertian asam urat
 Pasien dan keluarga mengetahui pentingnya nutrisi untuk pasien asam urat
 Pasien dan keluarga mengetahui jenis-jenis nutrisi/makanan yang baik bagi
pasien asam urat

110
111

ASAM URAT DAN DIET


A. Pengertian Asam Urat

Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada

sendi dan jari (Depkes, 1992). Penyakit metabolik ini  sudah dibahas oleh

Hippocrates pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai

penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan,

anggur dan seks. sejak saat itu banyak teori etiologis dan terapeutik yang telah

diusulkan. Sekarang ini, gout mungkin merupakan salah satu jenis penyakit

reumatik yang paling banyak dimengerti dan usaha-usaha terapinya paling besar

kemungkinan berhasil.

B. Etiologi Asam urat

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya

deposit/ penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering

terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan

metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari

ginjal.

Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :

- Faktor  genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkanasam urat

berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.

- Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,gangguan

ginjal

111
112

C. Klasifikasi Asam urat

Gout terbagi atas 2 yaitu :

a. Gout primer, dimana menyerang laki-laki usia degenerative,

dimanameningkatnya produksi asam urat akibat pecahan purin yang disintesis

dalam jumlah yang berlebihan didalam hati. 

b. Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan pemecahan

purin menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat.

D. Manifestasi Klinis

Manisfestasi sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut (serangan

rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan kristal

yang menumpuk dalam jaringan aritukuler,jaringan oseus,jaringan lunak,serta

kartilago),nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan assam urat dalam

traktus urunarus. Ada empat stadium penyakit gout yang di kenali :

1.      Hiperutisemia asimtomatik

2.      Artiritis gout yang kronis

3.      Gout interkritikal

4.      Gout tofaseus yang kronik

112
113

E. Penatalaksanaan Fraktur

 1.    Pengobatan Fase akut

Kolkisin merupakan obat pilihan untuk mengatasi artritis gout akut. Obat

ini mempunyai efek penghambat motilitas dan asadesi netrofil, mengurangi

pelepasan eikasinoid, PGE2, dan LTB4 oleh monosit dan netrofil dengan cara

menghambat fosfolipase-A2, mengubah kemotaksis fagosit. Kolkisin diberikan

0,5mg/jam sampai tercapainya perbaikan nyeri dan inflamasi, atau timbul

toksisitas gastrointestinal seperti muntah dan diare, atau tercapai dosis maksimal

per hari 8 mg. Pada orang dengan gangguan fungsi ginjal kolkisin harus

diturunkan.

2.    Pengobatan hiperurisemia

Diet rendah purin memegang peranan penting. Obat yang dapat

menurunkan kadar asam urat darah dibagi dua, yaitu golongan urikosurik dan

golongan penghambat xantine-oksidase. Obat golongan urikosurik yang

penting adalah probenesid. Obat ini bekerja dengan cara menghambat

reabsorpsi asam urat di tubulus secara kompetitif, sehingga eksresi asam urat

melalui ginjal ditingkatkan. Dosis awalnya adalah 0,5mg/hari dan secara

berkala dapat ditingkatkan menjadi 1-3 mg/hari dalam dosis terbagi 2-3 kali

sehari. Obat golongan ini tidak boleh diberikan bila produksi urin kurang dari

1400ml/24 jam. Pemberian ini dikontraindikasikan bila terdapat produksi dan

113
114

eksresi asam urat berlebih, riwayat batu ginjal, volume urin berkurang, dan

hipersensitif terhadap probenesid

F. Diet Asam Urat

Tujuan diet Gout Arthtritis adalah untuh mencapai dan mempertahankan status

gizi optimal serta mrenurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.

Pembagian bahan makanan sehari

 Pagi Pukul 10.00


Beras 50 g = ½ gls nasi Buah 100 g = 1 ptg sdg pepaya
Telur ayam 50 g = 1 btr
Sayuran 50 g = ½ gls
Minyak 5 g = ½ sdm Siang
Susu skim bubuk 20 g = 4 sdm Beras 75 g = 1 gls nasi
Gula pasir 10 g = 1 sdm Ikan 50 g = 1 sdg
Tempe 25 g = 1 ptg sdg
 Malam Sayuran 100 g = 1 gls
Beras 75 g = 1 gls nasi buah 100 g = 1 ptg sdg pepaya
Ayam 50 g = 1 sdg
Tempe 25 g = 1 ptg sdg
Sayuran 100 g = 1 gls
Buah100 g = 4 ptg sdg pepaya
Minyak5 g = ½ sdm

Pengelompokan makanan menurut Kadar Purin dan Anjuran Makan

Kelompok 1 : Kandungan purin tinggi (100-1000 mg purin/100 g bahan

makanan) sebaiknya dihindari: otak, hati, jantung, jeroan,

bebek, ikan sardin, dan kerang.

Kelompok 2 : Kandungan purin sedang (9-100 mg purin/100 g bahan

makanan) dibatasi : maksimal 50-75 g (1 – 1 ½ ptg) daging,

114
115

ikan, atau uanggas, atau 1 mangkok (100 g) sayuran sehari,

daging sapi dan ikan (keciali yang terdapat pada kelompok 1),

ayam, udang, kacang-kacangan, bayam, singkong, kangkung

dan daun serta biji melinjo.

Kelompok 3 : Kandungan purin rendah (dapat diabaikan), dapat dimakan

setaip hari. Nasi, ubi, singkong, jagung, roti,mie, bihun, tepung

beras, kue kering dan lain-lain.

115
116

SATUAN ACARA PENYULUHAN


HIPERTENSI

DISUSUN OLEH:

Rini Sinaga Skep

191102041

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

116
117

SATUAN ACUAN PENYULUHAN (SAP)

HIPERTENSI DAN DIET


Pokok Bahasan : Hipertensi dan Diet
Hari/Tanggal : Jumat/ 26 Juni 2020
Tempat : Di rumah pasien
Sasaran : pasien hipertensi dan keluarga
Waktu : 08.00 – 11.00

G. TUJUAN PEMBELAJARAN
5. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang Hipertensi dan Diet
diharapkan sasaran mampu memahami dan mengimplementasikan cara
penyembuhan Hipertensi melalui asupan nutrisi/diet.
6. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menerima pendidikan kesehatan, diharapkan sasaran mampu :
 Menjelaskan Pengertian hipertensi.
 Memahami pentingnya asupan nutrisi/diet mempercepat penyembuhan
 Menjelaskan jenis asupan nutrisi yang baik pada pasien hipertensi.
H. MATERI
1.7. Pengertian hipertensi
1.8. Pentingnya nutrisi/diet pada pasien hipertensi
1.9. Jenis-jenis makanan yang baik pada pasien hipertensi.
I. METODE
5. Ceramah
6. Tanya Jawab
J. MEDIA
Leaflet

117
118

K. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi diadakan di akhir sesi penyuluhan dengan cara penyuluh mengajukan
perntanyaan sebagai berikut kepada sasaran:
 Apakah pernah mengenal istilah hipertensi?
 Bagaimana agar mempercepat kesembuhan pasien hipertensi?
 Apa saja makanan/nutrisi yang baik pada pasien hipertensi?
L. KEGIATAN PENYULUHAN

N FASE KEGIATAN KEGIATAN SASARAN


O

1 Pembukaan 7. Memberi salam Sasaran diharapkan


(5 menit) pembukaan menjawab salam,
8. Memperkenalkan diri mendengarkan dan
9. Menjelaskan kontrak memperhatikan
waktu, pokok bahasan
dan tujuan penyuluhan

118
119

2 Pelaksanaan  Menjelaskan pengertian Sasaran diharapkan


hipertensi. dapat memperhatikan
(15 menit)
 Menjelaskan pentingnya materi penyuluhan
Nutrisi/diet pada pasien dengan baik
hipertensi.
 Menjelaskan jenis-jenis
makanan yang baik pada
pasien hipertensi.

3 Tanya  Mempersilahkan sasaran 4.13. Diharapkan


Jawab untuk bertanya sasaran dapat
mengenai materi mengajukan
(5 menit)
penyuluhan pertanyaan kepada
penyuluh

4 Evaluasi 4.14. Mengajukan 4.16. Sasaran


dan pertanyaan kepada diharapkan dapat
Penutup sasaran tentang materi menjawab
penyuluhan dengan soal pertanyaan yang
(10 menit)
yang sudah disiapkan diajukan oleh
4.15. Mengucapkan penyuluh
terima kasih dan salam 4.17. Sasaran
penutup diharapkan
mendengarkan,
memperhatikan
dan menjawab
salam

119
120

M. KRITERIA EVALUASI
7. Evaluasi Struktur
 Pasien dan keluarga mengikuti penyuluhan dan antusias
 Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di rumah pasien hipertensi
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya. (SAP)
8. Evaluasi Proses
 Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
 Pasien dan keluarga tidak meninggalkan tempat selama acara berlangsung
 Pasien dan keluarga menjawab pertanyaan secara benar.
9. Evaluasi Akhir
 Pasien dan keluarga mengetahui pengertian hipertensi
 Pasien dan keluarga mengetahui pentingnya nutrisi untuk pasien hipertensi
 Pasien dan keluarga mengetahui jenis-jenis nutrisi/makanan yang baik bagi
pasien hipertensi

120
121

HIPERTENSI DAN DIET


A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik140 mmHg menunjukkan fase darah

yang sedang dipompa olehjantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase

darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sitolik maupun diastolik

yang terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang paling sering terjadi

dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit renal atau penyebab lain,

sedangkan hipertensi malignan merupakan hipertensi yang berat, fulminan dan

sering dijumpai pada dua tipe hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, &

Mayer,2011).

B. Etiologi Hipertensi

a. Etiologi

1) Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara penyebab

sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak

ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta

ras menjadi bagian darI penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress,

intake alkohol moderat,merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

121
122

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh darah

ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit

parenkimal (Buss & Labus, 2013).

b. faktor resiko

1. usia, lingkungan, obesitas, rokok, faktor genetik dan lain-lain.

C. Manifestasi Klinis

Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita

mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain :

a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidak

mantap.

b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan

tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.

c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.

d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat

vasokonstriksi pembuluh darah.

e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.

f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan aliran

darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.

122
123

D. Penatalaksanaan Fraktur

c.  Penatalaksanaan Nonfarmakologi

Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat

penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan

nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan

tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko yaitu :

9) Mempertahankan berat badan ideal

10) Mengurangi asupan natrium (sodium)

11) Batasi konsumsi alcoho

12) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

13) Menghindari merokok

14) Penurunan stress

15) Aromaterapi (relaksasi)

16) Terapi masase (pijat)

E. Diet Hipertensi

Tujuan diet hipertensi adalah diet rendah garam untukmembantu

menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi.

123
124

Bahan makanan sehari

Bahan makanan Berat urt


Beras 300 5 gls nasi
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 50 1 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang hijau 25 2 ½ sdm
Sayuran 200 2 gls
Buah 200 2 ptg sdg pepaya
Minyak 25 2 ½ sdm
Gula pasir 25 2½

Nilai Gizi

Energi 2230 kkal Besi 24 mg


Protein 75 g Tiamin 1,2 mg
Lemak 53 g Vitamin C 87 mg
Karbohidrat 365 g Natrium 305 g
Kalium 500 g

Pembagian Bahan Makanan Sehari

 Pagi Siang dan Sore

Beras 70 g = 1gls nasi Beras 140 g = 2 gls nasi

Telur 50 g = 1 btr Daging 50 g = 1 ptg

Sayuran 50 g = ½ gsl Tempe 50 g = 2 ptg sdg

124
125

Minyak 5 g = ½ sdm Sayuran 75 g = ¾ gls

Gula pasir 10 g = 1 sdm Buah 100 g = 1 ptg sdg

Minyak 10 g = 1 sdm

 Pukul 10.00
Kacang hujiu 25 g = 2 ½ sdm
Gula pasir 15 g = 1 ½ sdm

Bahan makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan


Bahan Mkanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat Beras, kacang, singkong, Roti, biskuit, kue-kue
terigu, tapioka, gula, yang dimasak dengan
bahan makanan yang garam dapur.
tidak mengandung garam
dan soda.
Sumber protein hewani Daging dan ikan Otak, ginjal, lidah,
maksimal 100 g sehari, daging, ikan, udanng,
telur maksimal 1 btr kepiting, dan telur asin.
sehari
Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan Keju, kacang tanah, dan
dan hasilnya yang diolah semua kacang-kacangan
dan dimasak tanpa garam dan hasilnya yang
dapur. dimasak dengan garam
dapur dan lain ikatan
natrium.
Sayuran Semua sayuran segar, Sayuran yang dimasak
tanpa garam dapur dan diawet dengan garam.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Prss.

125
126

American Diabetes Association (ADA). 2010. Doagnosis and classification


ofdiabetes millitus. Diabetes Care – The Journal of Clinical and Applied
Research and Education.

Buss, J, S & Lobus, D. (2013). Buku Saku Patofisiologi Menjadi Sangat Mudah Edisi
2. Jakarta : EGC.

Depkes RI, 1992. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Tentang


Kesehatan. Jakarta.

Muttaqin, M & Kustap. (2008). Asuhan keperawatan gangguan muskuloskletal.


Jakarta: EGC.

Kowalak, P.J. Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku ajar PATOFISIOLOGI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Potter, P. A & Perry. A. G. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Buku 2.


Jakarta: EGC.

Triyanto, E , (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wartonah &Tarwoto. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

DOKUMENTASI

126
127

Melakukan pemeriksaan fisik, cek gula darah,cek asam urat, cek kolestrol, melakukan
pemeriksaan tekanan darah, melakukan penyuluhan kesehatan

127
128

128
RIWAYAT HIDUP

Nama : Rini Sinaga

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal lahir : Unong Manik, 27 Februari 1997

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak Toba

Alamat : HUTA V Unong Manik, Kec. Huta bayu raja

E-mail : rinisinaga349@gmail.com

No.HP : 082260911752

Anak ke- : 1 dari 5 bersaudara

Orang tua : 1. Ayah : Marlon Sinaga

2. Ibu : Dormina Silalahi

Riwayat Pendidikan :

SD Negeri 091546 Unong Manik 2003-2009


SMP Negeri 3 Pokan Baru 2009-2012
SMK Kesehatan Sahata 2012-2015
S1 Ilmu Keperawatan USU Medan 2015-2019
Profesi ners Keperawatan USU Medan 2019-sekarang
cxxx

DAFTAR PRESENSI PRATIKA SENIOR


PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN USU
T. A 2019

TANGGAL/ URAIAN KEGIATAN/ DOSEN PEMBIMBING


No MAHASISWA TTG
WAKTU MATERI NAMA TTG
Rabu , Perkenalan dan Rosina Tarigan,
Rini Sinaga
1. 10 Juni 2020/ pengarahan pembuatan S.Kp., M.Kep.,
S.Kep
10.00-12.00 PBLK Sp.KMB
Jumat, Rosina Tarigan,
Rini Sinaga Pengajuan judul dan
2. 12 Juni 2020/ S.Kp., M.Kep.,
S.Kep tempat melakukan PBLK
10.00-12.30 Sp.KMB
Minggu, Melakukan Pengkajian Rosina Tarigan,
Rini Sinaga
3. 14 Juni 2020/ Pada Pasien Kelolaan S.Kp., M.Kep.,
S.Kep
08.00-11.00 1,2, dan 3. Sp.KMB
Mengumpulkan Tugas 1
Senin, pengkajian pada pasien Rosina Tarigan,
Rini Sinaga
3. 15 Juni 2020/ kelolaan 1,2 dan 3. S.Kp., M.Kep.,
S.Kep
12.00 BAB 1 dan BAB 2 Sp.KMB
(format pengkajian)
Mengerjakan Tugas 2,
terkait Analisis data dan
Selasa, perumusan masalah Rosina Tarigan,
Rini Sinaga
4.. 16 Juni 2020 keperawatan. Rumuskan S.Kp., M.Kep.,
S.Kep
08.00-12.00 diagnosa keperawatan P- Sp.KMB
E-S tentukan diagnosa
keperawatan utama.
Mengumpulkan Tugas 2
Rabu, Rosina Tarigan,
Rini Sinaga pada pasien kelolaan 1,2
5. 17 Juni 2020 S.Kp., M.Kep.,
S.Kep dan 3. (konsep asuhan
09.30 Sp.KMB
keperawatan)
Mengumpulkan
Kamis, Rosina Tarigan,
Rini Sinaga perbaikan tugas 1 pada
6. 18 Juni 2020 S.Kp., M.Kep.,
S.Kep pasien kelolaan.
12.00 Sp.KMB
(pengkajian)
Mengerjakan tugas 3
Senin, tentng teori penyakit Rosina Tarigan,
Rini Sinaga
7. 22 Juni 2020 pasien kelolaan,1 2 dan 3 S.Kp., M.Kep.,
S.Kep
08.00-15.00 dan mengumpulkan tuga Sp.KMB
3.
8. Senin, Rini Sinaga Mengumpulkan Rosina Tarigan,
29 Juni 2020 S.Kep perbaikan tugas 3 S.Kp., M.Kep.,
cxxx
cxxxi

(implementasi
11.00 Sp.KMB
keperawatan)
Mengerjakan 4
Selasa, Implementasi dan Rosina Tarigan,
Rini Sinaga
5. 30 Juli 2019/ Evaluasi S.Kp., M.Kep.,
S.Kep
09.00-09.30 Materi edukasi dan Sp.KMB
media edukasi
Rabu, Mengumpulkan tugas 4 Rosina Tarigan,
Rini Sinaga
6. 01 Juli 2019/ (implementasi S.Kp., M.Kep.,
S.Kep
08.00-08.30 keperawatan) Sp.KMB
Selasa, Rosina Tarigan,
Rini Sinaga
7. 07 Juli 2019/ Konsul BAB 1-4 S.Kp., M.Kep.,
S.Kep
09.00-09.30 Sp.KMB
Kamis, Rosina Tarigan,
Rini Sinaga Mengumpulkan tugas
8. 9 Juli 2019/ S.Kp., M.Kep.,
S.Kep laporan praktika senior
09.00-09.30 Sp.KMB

Medan, Juni 2020


Dosen Pembimbing Mahasiswa Profesi Ner

Rosina Tarigan, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB Rini Sinaga

NIP: 191102041

cxxxi

Anda mungkin juga menyukai