Anda di halaman 1dari 44

KAJIAN SITUASI RUANG FRESIA 2

Kajian Situasi RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung


Visi Rumah Sakit
..............
Misi Rumah Sakit
Nilai-Nilai Rumah Sakit
 Professional
Hal ini dimaksudkan bahwa RSHS dengan tenaga-tenaga profesionalnya
seperti dokter spesialis, dokter, perawat, ahli gizi, dan apoteker berupaya
untuk melakukan pelayanan yang prima dengan kemampuan
profesionalnya.
 Respek
Hal ini dimaksudkan bahwa RSHS tidak membeda- bedakan setiap
pasiennya, baik pasien umum ataupun pasien dengan
JAMKESMAS/ASKESKIN , dan lain-lain.
 Integritas
Hal ini dimaksudkan bahwa semua sumber daya manusia RSHS bekerja
secara menyatu, atau bersama – sama untuk memberikan pelayanan yang
prima.
 Manusiawi
Hal ini dimaksudkan bahwa RSHS memperlakukan pasien – pasiennya
didasarkan nilai – nilai kemanusiaan, tidak menjadikan pasien sebagai
objek, namun sebagai subjek dengan nilai – nilai pribadi yang unik dan
holistik.
 Amanah
Hal ini dimaksudkan bahwa RSHS memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien dengan penuh rasa tanggung jawab sesuai dengan peran dan
fungsi masing-masing profesi kesehatan.

2.1.1 Motto Rumah Sakit

5
6

Sifat Maksud dan Tujuan Rumah Sakit


Tujuan Rumah Sakit Hasan Sadikin selaku organisasi modern adalah
“Menyelenggarakan kegiatan usaha pelayananan kesehatan yang bertujuan untuk
memanfaatkan potensi masyarakat umum agar menjaga serta memelihara
kesehatannya dengan menggunakan fasilitas yang ada di Rumah Sakit Umum
Hasan Sadikin berupa pelayanan yang berkualitas tinggi dan tidak semata-mata
mencari keuntungan serta didukung oleh pegawai yang sejahtera.”
Kajian Situasi di Ruang Fresia 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Karakteristik Unit
Visi Ruang Fresia 2
Ruang Fresia 2 belum memiliki visi ruangan secara khusus, sampai saat ini
visi Ruang Fresia 2 masih menginduk pada visi rumah sakit.
Misi Ruang Fresia 2
Ruang Fresia 2 belum memiliki misi ruangan secara khusus, sampai saat
ini misi ruangan masih menginduk pada misi rumah sakit.
Falsafah Ruang Fresia 2
Klien Ruang Fresia 2 mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang prima dari perawat melalui penerapan proses keperawatan
dalam meningkatkan kualitas hidup klien.
Tujuan Ruang Fresia 2
Memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan bermutu kepada klien
Ruang Fresia 2 sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan berperan aktif
dalam kegiatan pendidikan dan penelitian keperawatan serta mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
Sifat Kekaryaan Ruang Fresia 2
Fokus Telaahan
Fokus telaah Ruang Fresia lantai 2 adalah ruang rawat inap penyakit
dalam kelas III umum, askes, kontraktor dan pasien kategori tidak mampu (BPJS)
merawat klien yang mengalami gangguan atau kelainan pada organ tubuh bagian
dalam untuk pria dan wanita dengan rentang usia dewasa. Adapun spesialisasi/
sub spesialisasi penyakit pada unit ini meliputi :
7

- Endokrinologi dan metabolisme


- Gastroenterohepatologi
- Ginjal hipertensi
- Penyakit infeksi dan tropik
- Kardiovaskuler
- Hemato onkologi medik
- Pulmonologi
- Rheumatologi
Dalam bidang pendidikan, fokus telaah Ruang Fresia lantai 2 adalah
individu atau kelompok mahasiswa, perawat, pegawai, klien, dan keluarga klien
yang membutuhkan pengetahuan dan atau pengalaman dalam memenuhi
kebutuhan klien terkait dengan masalah kesehatan yang sedang dialami klien dan
dampak yang mungkin ditimbulkan.
Dalam bidang penelitian, fokus telaah Ruang Fresia lantai 2 adalah
individu atau institusi yang akan atau sedang menjalankan program penelitian
(permasalahan atau fenomena yang timbul) pada berbagai unsur yang ada di
Ruang Fresia lantai 2.
Basis Intervensi
a. Dalam bidang pelayanan adalah ketidaktahuan, ketidakmauan, dan
ketidakmampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
akibat adanya gangguan fungsi sistem tubuh yang terkait dengan
proses atau tindakan pengobatan dan perawatan.
b. Bidang pendidikan adalah ketidaktahuan, ketidakmauan,
ketidakmampuan peserta didik dalam hal ini adalah mahasiswa
dalam mencapai tingkat pengetahuan dan kemampuan (kognitif,
afektif, dan psikomotor) yang berhubungan dengan pemberian
asuhan keperawatan (pemenuhan kebutuhan dasar manusia) pada
klien dengan gangguan fungsi sistem tubuh dengan atau tanpa
komplikasi yang membutuhkan pengobatan lanjut atau sesaat
c. Bidang penelitian adalah menjadi lahan penelitian bagi individu
atau kelompok yang ingin meneliti fenomena atau permasalahan
yang muncul di ruang rawat inap penyakit dalam.
8

Lingkup Garapan
a. Bidang pelayanan adalah penyimpangan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia akibat gangguan pada sistem tubuh pada
kasus penyakit dalam dengan atau tanpa komplikasi. Kebutuhan
dasar manusia yang terkait antara lain oksigenasi, pemenuhan
nutrisi, pemenuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan eliminasi
fekal dan urine, istirahat tidur, aktivitas atau mobilisasi,
pencegahan infeksi, pemenuhan personal hygiene, dan pemenuhan
rasa nyaman (terbebas dari rasa ketidaknyamanan seperti nyeri).
b. Bidang pendidikan adalah peningkatan kemampuan (kognitif,
afektif, dan psikomotor) peserta didik dalam hal ini adalah
mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan (pemenuhan
kebutuhan dasar manusia klien yang terganggu akibat gangguan
fungsi sistem tubuh, tindakan pengobatan dan perawatan).
c. Bidang penelitian adalah memfasilitasi kegiatan penelitian di
Ruang Fresia lantai 2 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan khususnya dan atau rumah sakit secara
umum berdasarkan hasil penelitian (evidence based).

Model Layanan
Berdasarkan hasil laporan sebelumnya Ruang Fresia lantai 2,
diketahui bahwa model layanan yang diterapkan di Ruang Fresia lantai 2
adalah metode tim. Ruang Fresia lantai 2 dibagi menjadi 3 tim yang
berdasarkan jumlah kamar. Pembagian tim tersebut diantaranya Tim 1
menangani kamar 1,2,3,4, Tim 2 menangani kamar 5,6,7,8, Tim 3
9,10,11,12. Untuk satu perawat bertanggung jawab 1 kamar. Jumlah
perawat yang dinas setiap shif-nya sekitar 5-6 perawat. Adapun kepala
ruangan dan wakil kepala ruangan bertugas pada shift pagi saja.
Berdasarkan laporan sebelumnya, metode tim yang sekarang
berlaku. Pembagian tugas antar tim sudah ditentukan sesuai dengan
ketentuan yang ada diruangan salah satunya dalam memberikan asuhan
9

keperawatan . Perawat antar tim dapat saling membantu jika ada pekerjaan
di salah satu tim belum selesai.

Letak Ruang Fresia 2


Lokasi Ruang Fresia lantai 2 terletak di bagian sayap kiri RSHS
berjauhan dengan beberapa sarana dan instalasi yang mendukung
pelayanan kesehatan antara lain: ICU, UGD, Radiologi, Ruang OK,
laboratorium, dan bank darah. Unit pelayanan lain yang terdekat adalah
Ruang Antrium dan Ruang Aglonema atau ruangan bedah.

Kapasitas Unit Ruang Fresia 2


Ruang Fresia lantai 2 memiliki 12 kamar dengan kapasistas 72
tempat tidur pasien dimana setiap kamar terdapat 6 tempat tidur.
Pembagian ruangan tidak berdasarkan subbagian atau jenis penyakit
melainkan berdasarkan jenis kelamin kecuali kamar 5 dan 6 yang
merupakan ruangan khusus pasien yang menjalani proses kemoterapi.
Ruang Aglonema memiliki kapasitas 72 tempat tidur yang terdiri
dari :
 Kamar 1 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa laki-laki.
 Kamar 2 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa laki-laki.
 Kamar 3 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa perempuan.
 Kamar 4 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa laki-laki.
 Kamar 5 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa perempuan.
 Kamar 6 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa laki-laki.
 Kamar 7 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa laki-laki.
 Kamar 8 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa perempuan.
 Kamar 9 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa perempuan.
 Kamar 10 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa laki-laki.
 Kamar 11 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa laki-laki
 Kamar 12 : 6 tempat tidur untuk perawatan kelas III dewasa
perempuan
10

Analisis Terhadap Klien


Karakteristik
Adapun karakteristik pasien dari hasil laporan sebelumnya adalah sebagai
berikut:

Karakteristik Pasien Ruang Fresia Lantai 2 Berdasarkan Jenis


Penyakit

No Jenis Penyakit F %
1 Tumor Mediastinum 1 2,0
2 PPOK 1 2,0
3 Gastropati erosif 1 2,0
4 Ca Paru 2 4,0
5 CAD OMI antoseptal 1 2,0
6 Thalasemia 1 2,0
7 Hemofilia 1 2,0
8 Leukimia 3 6,0
9 Tumor Paru 4 8,0
10 DHF 3 6,0
11 SLE 6 12,0
12 Anemia aplastik 2 4,0
13 Decompensatio cordis 2 4,0
14 Hepatitis 1 2,0
15 Multiple myeloma 1 2,0
16 Ca Nasofaring 4 8,0
17 CKD 4 8,0
18 Rabdomyoscarcoma 1 2,0
19 Gastroentritis noninflamasi 1 2,0
20 Sindroma nefropati 1 2,0
21 Ulkus diabetikum 2 4,0
22 Drug eruption + angioderma 1 2,0
23 RHD 1 2,0
24 Demam Tipoid 1 2,0
25 Takayashu disease 1 2,0
26 CAP 1 2,0
27 Sirosis Hepatis 1 2,0
28 Ulkus Peptikum 1 2,0
Jumlah 50 100
Sumber: Studi Dokumen Ruang Fresia 2

Karakteristik Pasien Ruang Fresia Lantai 2 Berdasarkan Usia

No Kelompok Usia F %
11

1 0 – 15 tahun 1 2,0
2 16– 30 tahun 11 22,0
3 31 – 45 tahun 15 30,0
4 46 – 60 tahun 18 36,0
5 61 – 75 tahun 4 8,0
6 Tidak diketahui 1 2,0
Jumlah 50 100
Sumber: Studi Dokumen Ruang Fresia 2

Karakteristik Pasien Ruang Fresia Lantai 2 Berdasarkan Jenis


Pembayaran

No Jenis Pembayaran F %
1 Kontraktor
2 Umum
Jumlah
Sumber: Studi Dokumen Ruang Fresia 2

Karakteristik Pasien Ruang Fresia Lantai 2 Berdasarkan Tingkat


Ketergantungan

Klasifikasi Klien F %
Minimal Care 26 52,0
Partial Care 16 32,0
Total Care 8 16,0
Jumlah 50 100
Sumber: Observasi

Perhitungan Kebutuhan Jam Perawatan Berdasarkan Tingkat


Ketergantungan Pasien

No Tingkat ketergantungan Jam Perawatan Jumlah Jam


1 Selfl care 26 x 1 jam 26 jam
2 Partial care 16 x 3 jam 48 jam
3 Total care 8 x 6 jam 48 jam
Total jam asuhan per hari 122 jam
Sumber : Studi Dokumentasi Ruang Fresia 2
12

Kepala Bidang Keperawatan


Hj. Airiyani, SKP, M.M

Kepala Instalasi Rawat Inap Kepala Seksi Rawat Inap


Dr. Emmy H Pranggono, SpPD., KIC,KP. Tina Patimah, S.Kep, Ners.

Kasub Instalasi Medikal Penyedia Keperawatan IPD


Lilik Sukesi, Dr, SpPD-KIC Sri Haryati, S.Kep, Ners.

Analisis Unit Layanan Keperawatan


Kepala Ruangan Fresia lt III
Manajemen Unit
Hamidah, S.Kep, Ners.
Kekuatan kerja/ sumber daya
1. Manusia ( Man ) Wakil
Struktur Organisasi Ruang Fresia Lantai 2
Fitri Sesilia, S.Kp

Clinical Instructur Tata Usaha dan Penata Jasa

Imas Rosmawati, AMK Marnah


Nining Saritessa, S.Kp Hj. Yayat Nuryati

Pekarya

Valentine
Ijang
Rizky
Deni

Ketua Tim I Ketua Tim II Ketua Tim III

Kamar 1 Kamar 5 Kamar 9


Kamar 2 Kamar 6 Kamar 10
Kamar 3 Kamar 7 Kamar 11
Kamar 4 Kamar 8 Kamar 12

(24 pasien) (24 pasien) (24 pasien)


13

a. Tenaga Keperawatan
Tenaga keperawatan berjumlah 29 orang dengan jumlah perawat
yang aktif 27 orang termasuk 1 orang kepala ruangan dan 1 orang
wakil kepala ruangan sekaligus CI (Clinical Instructure).
 Pendidikan
S1 keperawatan : 7 orang
D3 keperawatan : 22 orang
 Jenis kelamin
Wanita : 21 orang
Laki-laki : 8 orang
 Status Kepegawaian
PNS : 13 orang
CPNS :4
Non PNS : 12 orang
b. Tenaga Non Keperawatan
14

Petugas Gizi : 4 orang (dibagi menjadi dua shift yaitu pagi


2 orang dan sore 2 orang)
Pekarya : 4 orang
Pegawai Administrasi: 1 orang
Tata Usaha : 1 orang
CS (Cleaning Service): 3 orang
Security : 1 orang
c. Tenaga Medis
Dokter yang memberikan pelayanan medis pada klien adalah
residen dan konsulen. Dokter jaga 24 jam terbagi atas masing-
masing sub bagian, diantaranya kardiovaskuler, respiratory,
urologi, digestiv, onkologi, endokrin.
d. Mahasiswa Praktikan
Terdiri dari mahasiswa PPN Unpad sebanyak 11 orang yang
sedang praktik stase manajemen keperawatan dengan pembagian
shift pagi 4 orang, sore 4 orang, dan malam 3 orang (Data tanggal
17-21 Maret 2014), Akper Pemkab Muna 8 orang, stikes Aisyah 6
orang, Stikes sorong 8 orang, DHB 12 orang, Poltekes TNI AU
Ciumbuleuit 12 orang, Akper Poso 10, Akper Muna 8 orang.
e. Jumlah Tenaga Perawat berdasarkan Rumus

2. Money
Keuangan di ruang Fresia lantai 2 berasal dari pusat, yaitu pihak Rumah
Sakit Hasan Sadikin. Begitu juga dengan pengadaan barang kebutuhan
pelayanan diperoleh dari pusat. Pengajuan anggaran dan barang kebutuhan
dilakukan di awal tahun. Selain dana dari pusat, ruangan juga mempunyai
uang kas yang berasal dari jasa kemoterapi, farmasi, dan pendidikan
mahasiswa D3 dan S1 keperawatan yang melakukan praktik di ruangan
Fresia lantai 2.
3. Method
a) Berdasarkan hasil laporan sebelumnya, metode keperawatan yang
digunakan di Fresia II adalah metode tim, dalam pelaksanaan kerja
15

perawat di ruangan, metode penugasan tim ini sudah berjalan sesuai


dengan yang seharusnya. Perawat dibagi menjadi tiga tim dimana pada tim
1 menangani kamar 1,2,3,4 dan tim 2 menangani kamar 5,6,7,8 serta tim 3
menangani kamar 9,10, dan 12.
b) Berdasarkan hasil wawancara dari laporan sebelumnya dengan kepala
ruangan, setiap shift dinas dipimpin oleh ketua tim.
c) Pada shift pagi yang mengambil keputusan biasanya adalah kepala
ruangan atau wakil kepala ruangan sedangkan untuk shift sore atau malam
yang mengambil keputusan yang bersifat urgent dan teknis adalah leader
atau ketua tim yang bertugas.
d) Berdasarkan hasil laporan sebelumnya dalam pelaksanaan kerja perawat di
ruangan, metode penugasan tim ini telah berjalan sesuai dengan yang
seharusnya. Menurut teori, dalam pelaksanaan tim sekelompok perawat
yang bertugas di suatu tim akan tetap bertugas di tim tersebut meskipun
berbeda shift, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk membantu tim
lain saat dibutuhkan.
e) Adanya kebijakan tersendiri dari RSHS untuk memberikan kebebasan tiap
unit dalam menerapkan metode penugasan masing-masing dan
memberikan kewenangan kepada kepala ruangan untuk mengatur jadwal
atau shift dinas.
f) Jumlah perawat pada shift pagi 6-9 orang (termasuk kepala dan wakil
kepala ruangan), sore 5 orang dan malam 5 orang.
g) Pendokumentasian asuhan dilakukan sepenuhnya oleh perawat pelaksana.
h) Ruang Fresia II memiliki SOP, protap dan standar asuhan keperawatan
terintegrasi dengan SPO dari RSHS.
i) Memiliki buku absensi perawat diidi oleh perawat yang bersangkutan
sesuai dengan jadwal dinas, berisi tentang jadwal dan absensi perawat.
j) Memiliki buku terapi obat injeksi dan oral. Terdapat tiga buku terapi obat
untuk tim 1, 2 dan tim 3. Diisi oleh perawat ketika akan memberikan
terapi obat ke klien, berisi tentang daftar terapi obat klien baik injeksi
maupun oral per tanggal pemberian (nama klien, nama obat, dosis, rute,
dan waktu pemberian).
16

k) Terdapat lembar ekspedisii klien keluar dan masuk disusun oleh pegawai
tata usaha atau perawat berisi tentang kamar, nama, umur, medrec, bagian,
asal, diagnosa, tanggal masuk, alur pembayaran, dan dokter penanggung
jawab.
l) Memiliki buku ekspedisi kematian diisi oleh perawat berisi tentang daftar
klien meninggal dunia dan waktu yang nantinya akan diserahterimakan ke
petugas kamar jenazah.
m) Memiliki buku inventaris ruangan yang diisi oleh pekarya rumah tangga
berisi tentang daftar barang-barang yang tersedia di ruangan.
n) Memiliki buku jadwal dinas pegawain sekaligus daftar nama perawat dan
pegawai nonkeperawatan yang diisi oleh kepala ruangan. Berisi tentang
nama perawat dan jadwal jaga atau dinas shift per hari.
o) Memiliki buku catatn rapat ruangan yang diisi oleh notulen rapat berisi
tentang hasil rapat, pembagian tugas baru perawat, masalah kas ruangan
dll.
p) Terdapat buku catatan praktik mahasiswa di ruangan.
q) Terdapat buku absensi praktik mahasiswa di ruangan yang di tempatkan di
ners station.
Pembagian Tugas Metode Tim

Kepala Ruangan

Ketua Tim I Ketua Tim II Ketua Tim


III

Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien Pasien

4. Material
Ruang Fresia 2 terletak di lantai 2 Gedung Penyakit Dalam Terpadu yang terletak
di area tengah RSHS. Terdiri dari:
17

 1 ruang kepala perawat


 1 nurse stasion
 1 ruang pendidikan
 1 ruang depo farmasi
 1 ruang perasat dan ruang perawat
 1 spoelhock
 1 ruang gizi
 2 toilet pegawai
 12 ruang perawatan pasien
 72 bed pasien
 12 kamar mandi pasien
 1 area ruang tunggu
 1 mushola
 Ruangan memiliki buku komunikasi perawat. Pengisian buku laporan
dinas sama lengkapnya antara shift pagi, sore, dan malam. Buku laporan
berisi keadaan umum klien, pemenuhan KDM, terapi, tindakan yang sudah
dilakukan, dan yang akan dilakukan pada shift selanjutnya.
 Ruangan memiliki SOP, protap, dan SAK.

Berikut daftar inventaris dan keadaan barang habis pakai dan bahan
tidak habis pakai di Ruang Fresia 2 :
Akses Penyedia (jika
No. Bahan Jumlah (memadai/tidak)
pengambilan habis/rusak)
Habis pakai
1. Kassa Memadai Mudah dijangkau CSSD
2. Handscoon steril Memadai Mudah dijangkau Depo farmasi
3. Handscoon nonsteril Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
4. Plester 8 gulung kecil - Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
5. Kapas Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
6. Betadine 9 botol kecap - Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
7. Alkohol 8 botol kecap - Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
8. Lidi kapas Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
9. Tissue Memadai hanya terbatas ketika Mudah dijangkau Gudang farmasi
diisikan ke box tissue sehingga
terkadang tidak setiap hari
tersedia di box tissue.
10. Spuit Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
11. Sabun Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
12. Cairan Handsrub Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
13. Masker Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi
18

14. Perban gulung Memadai Mudah dijangkau Gudang farmasi


Tidak habis pakai
15. Tensimeter 3 buah, memadai Mudah dijangkau Logistik
16. Stetoskop 2 buah, memadai Mudah dijangkau Logistik
17. Thermometer -, memadai Mudah dijangkau Logistik
18. Korentang 2 buah, memadai Mudah dijangkau Logistik
19. Bengkok steril 6 buah memadai terdapat di dalam Mudah dijangkau Logistik dan
set balutan disterilkan di CSSD
20. Bengkok nonsteril 13 buah, memadai Mudah dijangkau Logistik
21. Pinset anatomis + Memadai terdapat di dalam set Mudah dijangkau Logistik dan
chirrugis balutan. disterilkan di CSSD
22. Kom Memadai terdapat di dalam set Mudah dijangkau Logistik dan
balutan. disterilkan di CSSD
23. Gunting perban 1 buah Mudah dijangkau Logistik
24. Gunting jaringan Memadai terdapat di dalam set Mudah dijangkau Logistik dan
balutan. disterilkan di CSSD
25. Gunting hecting Memadai terdapat di dalam set Mudah dijangkau Logistik dan
balutan. disterilkan di CSSD
26. Baskom Memadai Mudah dijangkau Logistik
27. Washlap Tidak ada, waslap dari keluarga Tidak terdapat Logistik
masing-masing klien. waslap di ruangan.
28. Handuk Tidak ada, handuk terdapat di Mudah dijangkau Logistik
keluarga masing-masing klien.
29. Linen Memadai Mudah dijangkau Logistik
30. Selimut Ada namun kurang memadai Mudah dijangkau Logistik
31. Sarung bantal Memadai Mudah dijangkau Logistik
32. Mesin EKG 1 buah, memadai Mudah dijangkau Logistik
33. Nebulizer 1 buah, memadai Mudah dijangkau Logistik
34. Suction protable 4 buah, 3 rusak, memadai untuk Mudah dijangkau Logistik
kondisi karakteristik klien saat ini.
35. Trolly emergency 1 buah, memadai berisi obat dan Mudah dijangkau Logistik
alat, obat : SA, adrenalin,
noradrenalin, dextrose 40%,
dexamethason, lidocain,
dobutamine, MgSO4, furosemide,
cordarone, dopamine, meylon,
aminofilin, Ca Glukonase, HCl.
Alat : suction kanul no 14, 12, 10,
8, ETT no 7,5; 7;6,5; 6, perfusor,
oropharingeal, t-piece, IV cath no
18, 20, 22, three way, handscoon
steril no 7,5; 7; 6,5, laryngoscope,
mandrain, spuit 50 cc/20 cc, spuit
10/5/3/1 cc, ambubag, binasal
canul, simple mask, NRM, RM,
cairan RL, NaCl, D5%, senter, ky
jelly, plester,
36. Tempat sampah 5 buah ukuran besar, , memadai Mudah dijangkau Logistik
medis
37. Tempat sampah 17 buah : 11 buah ukuran besar, , Mudah dijangkau Logistik
nonmedis memadai.
38. Tempat sampah 1 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
sitotoksik
39. Safety box 4 buah - memadai Mudah dijangkau Logistik
40. Tabung O2 21 buah ukuran besar, 18 buah di Mudah dijangkau Logistik
spoelhock, 3 buah di kamar
perawatan.
41. Flowmeter + 6 buah, 4 layak pakai, 2 tidak Mudah dijangkau Logistik
19

humidifier layak pakai.


42. Kunci inggris 1 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
43. APAR 2 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
44. Kursi roda 4 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
45. O2 dorong 2 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
46. Tabung handsrub 32 buah, 20 buah di kamar Mudah dijangkau Logistik
perawatan, 12 buah di koridor.
47. Baki 21 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
48. Timbangan dewasa 2 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
49. Jam dinding 14 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
50. Trolly balutan Tidak ada. Mudah dijangkau Logistik
51. Trolly suntikan 4 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
52. Trolly gizi 3 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
53. Kulkas obat + 1 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
pengatur suhu
54. Light case 1 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
55. Trolly linen Tidak ada Mudah dijangkau Logistik
56. Wastafel 2 buah, terdapat di nurse station Mudah dijangkau Logistik
dan ruang perawat.
57. komputer 4 buah, 2 buah rusak Mudah dijangkau Logistik
58. Infuse pump 6 buah, rusak 1 buah memadai. Mudah dijangkau Logistik
59. Syringe pump 4 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
60. Tromol 2 buah ukuran besar, 2 buah Mudah dijangkau Logistik
ukuran sedang, 1 buah ukuran
kecil.
61. Kipas angin 1 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
62. Televisi Tidak ada Mudah dijangkau Logistik
63. Meja tindakan 1 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
64. Lemari obat 2 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
65. Lemari 1 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
cairan+pemeriksaan
laboratorium.
66. Kursi roda 6 buah, memadai Mudah terjangkau logistik
67. telepon 2 buah, memadai Mudah terjangkau
68. Box obat kemoterapi 2 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
69. Lampu sorot 1 buah, memadai. Mudah dijangkau Logistik
70. Bak tindakan 2 buah untuk tim 1 dan tim 2, Mudah dijangkau Logistik
memadai.

5. Marketing
Marketing atau pemasaran merupakan salah satu kegiatan dalam
perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Pemasaran
memiliki peranan yang sangat penting karena sebagai perantara antara produsen
dan konsumen. Pemasaran adalah salah satu proses sosial dan manajerial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan meciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain. Bentuk pemasaran RS dan pelayanan kesehatan
lainnya adalah pemasaran dalam bentuk jasa. Produsennya adalah pihak RS, dan
20

konsumennya adalah seluruh anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan


kesehatan. Dan bentuk jasanya adalah berupa pelayanan kesehatan dan
keperawatan. Konsumennya adalah seluruh anggota masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Dan bentuk jasanya adalah berupa pelayanan
kesehatan dan keperawatan.
Bentuk pemasaran atau marketing di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
menggunakan media, baik media cetak maupun media elektronik.Media cetak
berupa surat kabar, leaflet, spanduk, poster, dan baligho yang terpasang di
sekitar lingkungan RSUP Dr.Hasan Sadikin. Media elektronik melalui siaran
radio, berita di televise, dan media internet (website resmi). Secara khusus,
Ruaang Fresia Lantai II tidak memiliki kewenangan dalam mengatur
marketing yang dilakukan di RS. Kegiatan marketing terpusat di lakukan oleh
manajemen RS melalui humas RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kepala
Ruang Fresia II menjelaskan bahwa salah satu bentuk marketing ruangan
adalah tetap menjaga kualitas asuhan keperawatan mereka sesuai dengan
standar dari RS.

Lingkungan Kerja
Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan dari tanggal 17-21
Maret 2014, lingkungan fisik ruang Bedah Fresia 2 adalah sebagai berikut:
21

1) Lingkungan Fisik
No ASPEK DESKRIPSI SITUASI
.
1. LINGKUNGAN  Lokasi ruangan Fresia 2 terletak di lantai 2 gedung penyakit
FISIK dalam pelayanan terpadu (Gedung Fresia).
Ruangan  Ruang Fresia 2 mempunyai ruang perawatan yang
terdiri dari: 12 kamar mulai dari kamar 1 sampai dengan
kamar 12, setiap ruangan kamar memiliki luas 6,3 x 6,3
meter, dimana setiap kamar mempunyai kapasitas 6
tempat tidur dengan jarak antar tempat tidur 90 cm dan
disekat dengan menggunakan tirai. Setiap ruangan
kamar dilengkapi dengan 7 jendela tertutup dan 8
jendela yang dapat dibuka, dengan ukuran 1,2 x 1,2
meter dan jendela ventilasi yang terletak diatas
berukuran 1,2 x 1 meter. Setiap kamar dilengkapi
dengan kamar mandi yang berukuran 1,5 x 1,9 meter,
mempunyai ventilasi udara dengan ukuran memanjang
diatas jendela yang terbuat dari balok kaca dengan
ukuran 80 x 20 cm, WC duduk, pegangan pasien, bel
emergency tetapi belum semua pasien mengetahui cara
menggunakannya. Terdapat tempat tisu gulung, shower
dan tempat duduk mandi terbuat dari keramik tidak
licin. Terdapat Wastafel disetiap kamar dari kamar 1
sampai kamar 12. Disamping setiap pintu kamar pasien
terdapat tempat cuci tangan kering.
 Setiap bed dilengkapi dengan kasur dan bantal busa
yang dilapisi bahan perlak, selimut dan sprei, sarana bel
untuk mempermudah pasien memanggil perawat yang
terletak di atas bed pasien, namun belum ada orientasi
cara penggunaan bel. Pada setiap kamar belum terdapat
nomor bed mulai kamar 1 sampai kamar 12. Papan nama
sudah terpasang semua, dari 56 hanya 12 yang tidak
sesuai dengan nama pasien. Terdapat 3 fasilitas oksigen
22

dan 2 suction central di setiap kamar, tetapi yang


terpasang dari 36 set oksigen central ada 16 set oksigen
yang terpasang lengkap. Dari 24 fasilitas suction central
yang terpasang lengkap suction ada 9 set. Lantai seluruh
ruangan terbuat dari keramik, kering, bersih, tidak licin,
dibersihkan setiap hari oleh petugas 3 kali sehari.
Dinding dicat warna terang (putih dan kuning gading),
tidak retak, permukaan rata dan bersih, plavon gipsum
warna putih dan bersih.
 Kamar 6 digunakan untuk perawatan pasien laki-laki
yang memerlukan tindakan kemoterapi dan kamar 5
digunakan untuk perawatan pasien wanita yang
memerlukan kemoterapi.
 Berikut ini adalah deskripsi masing-masing ruangan :
 Nurse station terdapat di bagian tengah ruangan
menghadap ke masing-masing wing dibatasi oleh dua
buah meja panjang. Meja sebelah kiri dilengkapi oleh 2
set komputer dan 1 buah telepon, meja sebelah kanan
dilengkapi 1 set komputer dan 1 telpon, terdapat 8 buah
kursi, satu buah wastafel yang berfungsi dengan baik,
terdapat sabun cuci tangan dan tisu untuk lap tangan
(namun kadang persediaannya habis), sudah terdapat
peraturan tentang cara mencuci tangan, 2 buah tempat
sampah medis dan non medis, 3 buah kompan jerigen
tempat pembuangan limbah tajam, 2 file kabinet, 1
lemari data, 12 rak status pasien, 1 buah light box,
lemari tempat obat-obatan emergency, 1 lemari logistik,
1 troly emergency, 2 buah meja kayu untuk
penyimpanan buku, 2 buah timbangan dan terdapat dua
kamar mandi.
 Terdapat 1 ruangan perawat yang di dalamnya terdapat
2 meja, 1 buah meja untuk rapat dan 1 meja untuk
23

perasat, terdapat 4 lemari yang berisi alat-alat tenun dan


inventaris ruangan, 1 buah lemari es dan tempat ganti
pakaian yang disekat dengan tirai, loker perawat, satu
buah wastafel.
 Di sebelah belakang ruang perawat terdapat ruangan
gizi, ruang loker perawat, ruang spoelhock (terdapat
heater yang menyediakan air panas untuk keperluan
pasien mandi), dan gudang tempat menyimpan tabung
oksigen yang disertai lift. Koridor belakang terdapat dua
buah meja panjang yang dilengkapi 2 buah kursi kayu
panjang yang digunakan untuk diskusi praktikan. Di
samping kiri terdapat pintu darurat dan samping sebelah
kanan terdapat pintu keluar yang menghubungkan
gedung Fresia dengan gedung Kemuning.
 Dari pintu utama sebelah kanan terdapat 3 buah
ruangan yaitu ruang depo farmasi yang melayani pasien
(meja penyerahan resep/kartu obat, lemari obat,
komputer), ruang pendidikan (1 meja panjang kecil
untuk menyimpan tas praktikan, 1 meja panjang besar
untuk menyiapkan alat perasat, troly EKG, troly
nebulizer, troly alat habis pakai, lemari tempat buku, 2
buah kursi belajar lipat, 1 buah timbangan BB, jam
dinding) dan ruang kepala ruangan yang dilengkapi
dengan komputer.
 Di ruang Fresia 2 terdapat 2 koridor yang memisahkan
ruang perawatan (kamar pasien) dengan nurse station.
Masing-masing koridor di lengkapi dengan 3 set alat
pemadam kebakaran berupa APAR (yang masih berlaku
sampai 14 Juni 2014) dan Hydran dan tempat sampah
medis dan non medis. Tempat sampah medis dilapisi
trash bag kuning, sedangkan untuk tempat sampah non
medis dilapisi trash bag hitam. Namun pada saat
24

pengamatan, didapatkan bahwa tempat sampah tersebut


masih ada yang tidak dipergunakan sebagaimana
mestinya, misalnya terdapat sampah medis di tempat
sampah non medis, begitu juga sebaliknya. Untuk
tempat pembuangan sampah medis tajam seperti jarum
dan spuit, telah disediakan jerigen berwarna putih di
bawah wastafel di nurse station.
 Koridor depan sebelah kiri terdapat mushola dan tempat
wudhu, dan tangga. Di samping kanan terdapat ruang
tunggu keluarga pasien dan 2 buah lift pasien. Sebelah
kanan pintu masuk terdapat 1 buah meja dan kursi
satpam dilengkapi dengan white board untuk menulis
identitas pasien yang dirawat.
 Terdapat dua buah kamar mandi yang terletak antara
nurse station dan ruang perasat dengan ukuran 2x1,5 m.
Kamar mandi bagian kiri dilengkapi dengan shower,
ember penampungan air, kran air, lantai keramik, closet
duduk, gantungan baju, wastafel sebanyak 4 buah.
Kamar mandi bagian kanan dilengkapi dengan wastafel,
kran air, lantaikeramik, closet duduk.
 Hasil observasi tidak ada peraturan penunggu pada
semua kamar.
 Ruang Konferensi, berada di lantai 5 gedung penyakit
dalam yang digunakan untuk afternoon report yang
dilaksanakan setiap hari senin sampai hari kamis.

Menurut hasil wawancara dengan pekarya, bahan medis habis


pakai diambil sesuai dengan kebutuhan ruangan dengan
sistem persediaan stock mingguan.
Bahan-bahan medis lain seperti ;
 Alkohol, 6-7 liter/minggu
 Betadine, 1,5 liter/minggu
25

 Triclosan, 2 liter/minggu
 Savlon, 2-3 liter/minggu
 Washbensin, 7-8 pls/minggu
 H2O2, 50 cc/minggu
 Alkohol+Glyserin, 5-10 liter/minggu
 Aquadestilata, 52 botol/minggu, @ 50 ml
 Ultrasone jelly 2 tube/minggu @ 82 gram
 Kertas EKG, 8 rol/minggu
 Kapas, 1 Kg/minggu
 Handscoon, 10-11 box/minggu
 Masker, 1 box/minggu
 Tisu gulung, 7 rol/minggu
 Plester besar 14 buah/minggu

Non Fisik
Interaksi perawat-klien terjadi saat perawat melakukan serah
a. Hubungan Perawat-
terima tugas/timbang terima dan tindakan keperawatan
klien
langsung, misalnya saat perawat memasang infus, menyuntik
obat, merawat luka, dan memasang NGT.

1) Dari hasil pengamatan, proses komunikasi berjalan dengan


b. Hubungan antar
baik, komunikasi berjalan dua arah, pengambilan keputusan
Perawat
dilakukan dengan musyawarah, jika keadaan mendesak
keputusan diambil oleh kepala ruangan.
2) Serah terima tugas atau timbang terima dilakukan oleh perawat
yang bertugas pada shift sebelumnya ke perawat shift
berikutnya. Dalam serah terima dibicarakan mengenai kondisi
pasien secara umum yang perlu diketahui oleh perawat, serta
tentang rencana tindakanyang sedang dan akan dilakukan.
Visit atau serah terima klien secara langsung ke ruangan
sudah cukup optimal dilakukan pada shift pagi dan siang,
tetapi kurang optimal pada pergantian shift malam.
26

1) Dengan dokter
c. Hubungan Perawat- Komunikasi bersifat sosial dan komunikasi yang
Profesi Lain berhubungan dengan pasien bersifat delegatif dan
kolaboratif
2) Dengan tim gizi
Komunikasi perawat dengan tim gizi saling membantu
untuk pemenuhan kebutuhan gizi klien. Komunikasi untuk
pelayanan klien dilakukan dengan komunikasi langsung.
Menurut hasil wawancara dengan penanggungjawab gizi
bagian rawat inap, sudah disediakan buku komunikasi
untuk penanganan masalah gizi yang digunakan untuk
sesama petugas gizi sedangkan untuk komunikasi dengan
tim lainnya menggunakan papan komunikasi yang telah
disediakan di depan pintu ruang gizi.
3) Dengan dokter bagian penyakit dalam
Komunikasi perawat dengan dokter bagian penyakit
dalam baik. Setiap hari di bagian penyakit dalam diadakan
afternoon report. Apabila ada permasalahan dengan klien,
maka saat rapat di bicarakan untuk mencari solusinya.
d.Hubungan Perawat- 4) Dengan bagian laboratorium

mahasiswa (Co ass, Komunikasi antara perawat dengan petugas laboratorium jarang
dilakukan secara langsung. Bahan untuk pemeriksaan
PPN Fkep UNPAD,
laboratorium, diantar oleh keluarga atau perawat dan hasilnya
Akper, Gizi, Farmasi)
di ambil oleh keluarga. Kemudian keluarga menyerahkan
hasilnya ke perawat di ruangan.

5) Dengan petugas farmasi


Hubungan komunikasi perawat dengan tim farmasi berjalan
dengan baik.
6) Dengan satpam
Satpam disediakan oleh pusat, ruangan menerima delegasi
dari pusat. Pengaturan jadwal juga diatur oleh pusat.
27

Menurut hasil wawancara dengan salah satu perawat,


satpam dibutuhkan untuk mengatur pengunjung ketika
diadakan visite besar. Perawat menghubungi satpam, jika
diperlukan.
Hasil observasi satpam bekerja sampai jam 4, hari sabtu
dan minggu tidak ada penjagaan di ruang Fresia, sehingga
pengunjung bebas melakukan kunjungan.
Dengan cleaning service
Hubungan perawat dengan cleaning service efektif, dan
saling menghargai.
Hubungan perawat dengan mahasiswa terjalin. Dari hasil
wawancara dengan mahasiswa yang sedang praktik di
Ruang Fresia 2 mengatakan bahwa secara umum perawat di
Ruang Fresia 2 kooperatif.

Ruang Fresia 2 terletak di lantai 2 Gedung Penyakit Dalam


Terpadu yang terletak di area tengah RSHS. Terdiri dari:
1. 1 ruang kepala perawat
2. 1 nurse stasion
3. 1 ruang pendidikan
4. 1 ruang depo farmasi
5. 1 ruang perasat dan ruang perawat
6. 1 spoelhock
7. 1 ruang gizi
8. 2 toilet pegawai
9. 12 ruang perawatan pasien
10. 1 area ruang tunggu
11. 1 mushola.

Manajemen Asuhan
Pelayanan (Flow of care)
Penerimaan Klien
Berdasarkan hasil kajian situasi tanggal 17 - 21 Maret 2014 didapatkan
28

data sebagai berikut:


1) Hasil observasi penerimaan klien baru yang masuk ruang rawat
inap bedah kelas dua Ruang Fresia 2 pada tanggal 17 - 21 Maret
2013 adalah sebanyak 32 klien.
2) Perawat ruangan mengidentifikasi nama, tanggal lahir, dan
medical record.
3) Data hasil observasi dan klarifikasi terhadap 27 orang perawat,
ditemukan sebanyak 20 dari 27 orang perawat tidak melakukan
orientasi ruangan, cara menggunakan bel untuk memanggil
perawat dan mengenalkan diri pada klien. Berdasarkan informasi
dari perawat ruangan orientasi ruangan yang biasa dilakukan tidak
mencakup pengenalan terhadap bel tetapi hannya
menginformasikan tentang cara untuk mendapatkan air hangat di
ruangan dan WC.
4) Perawat ruangan mengecek gelang identitas; biru untuk klien laki-
laki, pink (merah muda) untuk klien perempuan, kuning untuk
klien resiko jatuh, dan merah untuk klien alergi. Data hasil
observasi dan klarifikasi terhadap 27 orang perawat pada saat
pasien baru datang ditemukan 20 dari 27 orang perawat tidak
melakukan pengecekan gelang identitas klien sesuai ketentuan.
5) Berdasarkan wawancara dengan penanggung jawab ruangan,
diketahui ruang penyakit dalam Fresia lt 2 kelas III sudah
memiliki protap penerimaan klien baru.
6) Proses penerimaan klien baru meliputi, yaitu:
a) Pada tanggal 17-21 Maret 2014, sebanyak 32 orang klien
baru yang masuk ruang Fresia 2 dapat terobservasi oleh
kelompok dari mulai perawat ruangan menerima telefon dari
admission center untuk order tempat, kemudian mencatatnya
di buku pemesanan tempat (buku Waiting List), selanjutnya
perawat menyiapkan tempat tidur (bed making) dengan linen
yang baru, tetapi kadang kala linen tidak lengkap (tanpa
selimut) dengan alasan keterbatasan alat tenun.
29

b) Semua calon klien yang akan dirawat di ruang Fresia 2 telah


diketahui sebelumnya melalui pendokumentasian calon klien
(waiting list). Selanjutnya perawat menerima saat klien
datang dengan diantarkan oleh perawat IGD atau perawat
ruangan (tetapi sebanyak 100 % dari 32 orang klien baru
yang terobservasi yang datang ke ruang Fresia 2 berasal dari
IGD dan diantarkan oleh pekarya beserta keluarga klien tanpa
didampingi oleh perawat IGD). Selanjutnya perawat ruang
Fresia 2 menerima/ melakukan operan klien dengan pekarya
IGD, selebihnya baca sendiri di status klien yang ditulis oleh
dokter atau menelfon langsung kepada dokter yang
merawatnya.
c) Perawat memindahkan semua klien baru ke tempat tidur yang
telah disiapkan sebelumnya tetapi 18 dari 27 perawat tidak
mengantar klien ke tempat tidurnya tetapi mendelegasikan
kepada mahasiswa yang ada diruangan dan selanjutnya
mahasiswa yang mengatur posisi tidur yang nyaman bagi
klien baru (hanya 9 dari 27 perawat yang mengantar dan
mengatur posisi nyaman pada klien yang baru datang) .
d) Dari 32 klien baru, 4 orang klien mengenal nama perawat
yang menerimanya, karena saat penerimaan perawat
menyebutkan namanya, perannya dan melakukan
indentifikasi klien dengan lengkap, yang meliputi
menanyakan nama klien, dan tanggal lahir klien, kemudian
mencocokannya dengan identitas klien dalam dokumen status
klien.
e) Selanjutnya perawat ruangan Fresia 2 akan melaporkan
semua klien baru secara lisan dan tertulis kepada dokter jaga
pada hari itu. Dari 32 klien baru hanya 8 klien yang langsung
dikunjungi dan diperiksa oleh dokter jaga setelah 2 jam klien
ada diruangan.
30

f) Pada seluruh klien baru tersebut (32 klien yang terobservasi),


perawat tidak langsung melaksanakan pemeriksaan/
pengkajian pada klien baru tersebut secara komprehensif,
yang meliputi bio (head toe toe/ persistem), psikologis, sosial
dan spiritualnya. Pengkajian dilakukan 1x24 jam oleh sift
berikutnya dan 8 dari 32 pasien baru dikaji oleh mahasiswa
tanpa pendampingan perawat ruangan.
1. Pengelolaan Klien
a. Perawat
1) Metode Asuhan Keperawatan
Model asuhan keperawatan di ruang Fresia 2 adalah
menggunakan model asuhan tim tetapi berdasarkan hasil
wawancara terhadap kepala ruangan mulai tanggal 22 Maret
metode yang dipakai adalah metode Cash Manager. Metode tim
diaplikasikan dengan pembagian klien berdasarkan kamar yang
terdiri dari 3 tim. Tim 1 bertanggung jawab untuk klien kamar 1, 2,
3 dan 4. Tim 2 bertanggung jawab untuk klien kamar 5, 6, 7 dan 8.
Tim 3 bertanggungjawab untuk kamar 9, 10, 11 dan 12.
Dari hasil observasi, ketua tim bertugas mengontrol klien yang
ada di dalam tim masing-masing, bertanggung jawab terhadap
klien masuk, dan klien pulang. Serah terima tugas antar shift baik
lisan maupun tulisan dilaksanakan oleh penanggung jawab masing-
masing tim. Kerja sama antar perawat sudah terjalin dengan baik.
Jumlah perawat pada shift pagi rata-rata sebanyak 8-9 perawat,
shift sore 5-6 perawat dan shift malam 4-5 perawat. Mahasiswa
keperawatan yang praktik di ruang Fresia 2 adalah mahasiswa PPN
FKep Unpad 11 orang, mahasiswa AKPER PEMDA Muna 9
orang, mahasiswa POLTEKES TNI AU 8 orang, STIKES Bakti
Husada 6 orang, STIKES Sorong 9 orang, POLTEKES Palu 8
orang dan STIKES Aisiyah 7 orang.

2) Alur Tindakan Keperawatan


31

Berdasarkan hasil observasi dari laporan sebelumnyaselama di


ruangan didapatkan data sebagai berikut:
 Tindakan keperawatan dilakukan oleh perawat ataupun
didelegasikan kepada mahasiswa keperawatan dengan dan
tanpa pengawasan dari perawat tersebut.
 Beberapa tindakan keperawatan yang berhasil diobservasi
diantaranya perawatan luka, pemberian obat, pengambilan
darah, pemasangan NGT, transfusi darah, EKG, Nebulizer
dan pemasangan infus.
- Perawatan luka (GV). Perawatan luka dimulai dengan
persiapan alat lalu dibagi sesuai tim masing-masing. 4
dari 9 perawat shift pagi melakukan pendampingan dan
bimbingan kepada mahasiswa dari mulai persiapan alat
hingga melakukan GV.
- Pemasangan Infus. Pemasangan infus dilakukan kepada
8 pasien yang terobservasi, 4 dari 8 pemasangan infus
dilakukan oleh mahasiswa tidak didampingi dan
dibimbing oleh perawat. Persiapan alat infus hampir
sesuai dengan SOP kecuali pemakaian perlak dan
keseluruhan perawat selalu pengecekan alat ketika
mahasiswa akan melakukan tindakan pemasangan
infus.
- Pengambilan spesimen darah. Pengambilan spesimen
darah banyak dilakukan pada pukul 05.00-06.00 WIB.
Persiapan alat hanya 1 spuit dan 1 kapas alkohol untuk
1 pasien. Alat yang disiapkan tidak lengkap dan
pengambilan spesimen darahpun tidak didampingi oleh
perawat, hannya 2 dari 5 perawat sift malam yang
mendampingi saat pengambilan darah. Ketika
diklarifikasi mengenai persiapan alat dan tindakan
keperawatan yang tidak sesuai, perawat mengatakan
alat yang ada di ruangan terbatas sehingga jika
32

menunggu alat akan menghabiskan banyak waktu


karena yang di ambil darahnya banyak.
- Injeksi Obat. Dalam tindakan pemberian obat injeksi
perawat menyiapkan obat diruangan tindakan dibantu
oleh mahasiswa keperawatan. Dalam proses pemberian
obat perawat sudah menerapkan prinsip 6 benar, yaitu
benar klien, benar obat, benar cara, benar waktu, benar
dosis dan benar dokumentasi, 25 dari 27 perawat sudah
dapat melakukan identifikasi klien dengan benar
menggunakan pertanyaan terbuka seperti “siapa
namanya?”, sebelum memberikan obat. Pada saat
menginjeksi 18 dari 27 perawat tidak mendampingi
mahasiswa yang didelegasi untuk melakukan injeksi
obat. Pemberian obat per-oral dilakukan oleh keluarga,
setiap datang obat oral dengan diantar oleh petugas
farmasi langsung diberikan semuanya kepada klien dan
keluarganya dengan memberikan penjelasan terlebih
dahulu. Jadwal pemberian obat suntikan dan oral
tertulis dalam buku pemberian obat, dari hasil observasi
didapatkan pemberian obat sudah sesuai jadwal,
dokumentasi dilakukan dengan memberikan lingkaran
pada jam pemberian obat
- Pemasangan EKG. Pada saat pemasangan EKG alat
yang disiapkan adalah alat ekg, gel, kasa dan bengkok.
Alat EKG diruangan lengkap. Hasil obserbvasi selama
5 hari, terdapat 6 pasien yang terobservasi melakukan
pemeriksaan 7 dan dari ke 7 pemasangan EKG hannya
1 yang didampingi oleh perawat. Pemeriksaan lainnya
dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa tanpa
melakukan inform consent sebelumnya.
- Pemasangan NGT. Selama 5 hari pengkajian terdapat 3
pasien yang terobservasi pemasangan NGT. Seluruh
33

pemasangan NGT tersebut dilakukan oleh mahasiswa


dibawah pengawasan dan bimbingan ketat perawat
ruangan tetapi hannya 1 dari 3 pemasangan NGT
tersebut yang ditulis keterangan waktu pemasangan.
- Transfusi darah. Selama 5 Hari pengkajian terdapat 10
pasien yang terobservasi transfusi darah. Kesepuluh
pemasangan transfusi darah dilakukan oleh mahasiswa
dan sebagian tanpa pengecekan TTV terlebih dahulu,
tanpa ada observasi lanjutan dari perawat terhadap
kondisi klien saat transfusi darah.
- Nebulisasi. Nebulisasi dilakukan dengan persiapan alat
terlebih dahulu seperti kasa, nebulizer, mukolitik dan
sungkup. Dari hasil observasi yang dilakukan selama 5
hari ada 20 pasien yang terobservasi dilakukan nebulasi
oleh mahasiswa yang didelegasikan oleh perawat tanpa
pendampingan dan bimbingan dari perawat.
 Dalam setiap malakukan tindakan tersebut perawat
melakukan informed consent. Informasi yang diberikan
diantaranya informasi mengenai jenis tindakan yang akan
dilakukan disertai identifikasi klien.
 Dari hasil observasi 20 dari 27 perawat yang terkaji telah
memberikan asuhan keperawatan dengan teknik
komunikasi terapeutik tetapi menjelaskan durasi/ lama
pertemuan dan perawat tidak menjelaskan kapan proses
terminasi.

3) Alur Pre-Operasi
Berdasarkan hasil kajian situasi dari laporan sebelumnya tidak
terdapat pasien yang pre operasi.
Pada umumnya alur pre-operasi di ruangan Fresia lt 2
 Klien harus dijadwalkan terlebih dahulu.
34

 Setelah mendapatkan jadwal, pasien melakukan


pemeriksaan diagnostik lengkap sesuai dengan kebutuhan
 Selanjutnya bagian anastesi melakukan perncanaan dan
dan perawat memfasilitasi penandatanganan SIO (Surat
Izin Operasi) dan SIA oleh klien atau keluarga dengan
terlebih dahulu memberikan penjelasan.

4) Alur klien Post- Oprerasi


.

5) Alur Klien Pindah

b. Dokter
Pembagian kerja dokter dibagi dalam subbagian, yaitu subbagian
Digestive, Thorax, Endokrin, Urologi, Onkologi, Vaskuler, Respiratory.
Dokter jaga memeriksa klien baru setelah ada laporan bahwa ada klien
baru dan langsung melakukan pengkajian serta pendokumentasian pada
status kesehatan klien. Setelah selesai melakukan pengkajian dokter
langsung mengkoordinasikan kepada perawat untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang (jika perlu) sesuai dengan kondisi klien.
Berdasarkan hasil observasi status pasien sebanyak 46 pasien didapatkan
formulir dokter terisi semuanya.
c. Farmasi
Bagian farmasi menerima order terapi sesuai dengan advis dokter,
kemudian obat diantarkan ke ruangan oleh petugas farmasi atau jika
bersifat cito obat diambil oleh perawat ke depo. Perawat mengatur dan
melaksanakan pemberian obat-obatan yang disuntikkan. Jadwal
pemberian obat suntikan terdapat dibuku suntik
Klien menyimpan, menyiapkan, dan minum obat oral secara
mandiri sesuai jadwal dibantu oleh keluarga dengan dikontrol oleh
perawat apakah klien sudah minum obat atau belum.
Pendokumentasian pemberian obat-obatan sudah sesuai dengan
35

pedoman 7B. Koordinasi antara perawat dengan farmasi mengenai


obat-obatan dilakukan melalui kartu resep dan telepon. Dalam status
pasein terdapat form farmasi namun dari 46 status pasien yang kami
kaji tidak ada satupun yang terisi.
d. Gizi
Permintaan pemenuhan gizi pada klien dilakukan oleh perawat
yang tercatat pada buku yang kemudian diorder ke gizi pusat. Pada
klien lama dan baru order sesuai dengan instruksi dari dokter yang
merawat. Jika ada perubahan diit order ditulis di bon perubahan
kemudian di order ke gizi pusat.
Pembagian makan kepada klien diberikan oleh pekarya rumah
tangga atau bagian gizi rumah sakit. Jadwal makan 3 kali perhari; pagi
07.30 wib, siang 12.00 wib, sore 17.30 wib. Snack jam 10.00 wib dan
jam 15.00 wib. Distribusi air minum diberikan 1 kali sebanyak 1500 cc
setiap jam 10.00 wib bersamaan dengan snack jam 10.00 wib.
Setelah mengetahui bahwa ada klien baru, tim gizi segera
melakukan screening gizi untuk menentukan jenis makanan yang
sesuai dengan penyakit klien. Namun, dari 46 formulir screening gizi
yang ada di status pasien yang terisi hanya 11 formulir yang terisi.
Tim gizi menyiapkan makanan klien sesuai dietnya, meracik
hidangan dalam peralatan makan, mengecek jumlah klien dan dietnya
setiap hari, mengecek makanan yang sudah dibagikan dan dicocokkan
dengan buku makanan.
Selain itu tim gizi juga membuat etiket dan buku makanan,
membuat laporan jumlah klien yang puasa, klien baru pulang, pindah
dan yang belum makan serta serah terima dengan petugas gizi shift
berikutnya.
Untuk evaluasi asupan nutrisi (makan) melalui sisa makanan yang
ada di alat makan klien pada saat ini belum dapat dilakukan oleh
petugas gizi.
36

e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium: petugas laboratorium terpusat untuk
seluruh RSUP Dr. Hasan Sadikin. Pengelolaan bahan
pemeriksaan laboratorium: dokter menulis jenis pemeriksaan
yang dilakukan pada klien bersangkutan, perawat menyiapkan
alat-alat yang akan dipergunakan dan perawat menjelaskan
tujuan, kegunaan, dan cara pemeriksaan laboratorium yang
akan dilakukan. Kemudian pengambilan dilakukan oleh
perawat. Pengiriman sampel laboratorium dilakukan oleh
perawat ke laboratorium kemuning. Bahan - bahan
pemeriksaan sesuai dengan tabung yang telah disiapkan seperti
tabung ungu untuk pemeriksaan Hb atau Sysmex, tabung biru
untuk pemeriksaan PT- APTT, dan tabung kuning untuk
pemeriksaan darah kimia.
2) Pemeriksaan radiologi: setelah formulir permintaan
pemeriksaan disiapkan kemudian petugas ruangan
(pekarya/perawat) mendaftarkan ke bagian radiologi. Pada
waktu yang telah dijadwalkan klien dibawa ke bagian radiologi
oleh perawat atau pekarya. Bagi klien yang harus
dikonsultasikan ke bagian lain, maka dokter menulis
permintaan konsul, kemudian perawat menghubungi dokter
bagian yang dituju.

2. Discharge Planning
Selama pengkajian situasi dari laporan sebelumnya, didapatkan 57 klien
pulang. Klien pulang pada waktu shift pagi dan shift siang, sedangkan pada
waktu shift malam tidak ada klien yang pulang.
 Berdasarkan hasil observasi, untuk peningkatan pengetahuan keluarga
maka perawat belum semua melakukan penyuluhan pada pasien-pasien
tertentu secara individu sesuai dengan penyakitnya,
37

 Pemulangan klien pada saat ini berdasarkan atas instruksi dokter, perawat
belum mempunyai wewenang untuk memulangkan klien, klien pulang
dengan persetujuan dokter.
 Berdasarkan hasil pengkajian berupa observasi dan wawancara terhadap
perawat di ruangan Fresia lantai 2 format yang digunakan selama ini di
ruangan adalah surat pengantar pulang yang di buat oleh dokter yang
isinya jadwal kontrol dan resep obat.
 Dari 10 perawat yang kita bagi kuesioner tentang pelaksaan discharge
planning didapatkan 19-20 item dari 24 item dilaksanakan oleh perawat.
 Di ruang Fresia sudah terdapat SOP mengenai discharge planning, namun
selama ini menurut hasil wawancara dengan wakil kepala ruangan
discharge planning yang dilakukan di ruangan belum berjalan sesuai SOP
dan berdasarkan hasil pengkajian kepada 57 pasien menyatakan bahwa 6
diantaranya dilakukan discharge planning.
 Berdasarkan hasil wawancara dengan sample 4 perawat, mengatakan
bahwa selama ini belum maksimal melakukan discharge planning, perawat
mengatakan bahwa untuk penjelasan mengenai diet selama ini telah
dikonsulkan terhadap ahli gizi, untuk penjelasan mengenai perawatan di
rumah dan jadwal kontrol dilakukan oleh dokter dan tugas perawat yaitu
mengingatkan kembali waktu kontrol tersebut.
 Melihat dari lembar pengkajian discharge planning didapatkan dari 46
status yang kami kaji hanya 5 yang terisi formulir discharge planning.
 Semua perawat memberikan motivasi dan anjuran kepada keluarga agar
klien kontrol.
 Klien diperbolehkan pulang setelah semua administrasi selesai. Perawat
mengikuti keputusan dokter tentang kondisi klien sudah boleh pulang atau
belum. Perawat belum terlihat mempunyai keterlibatan dalam
menganjurkan status kepulangan klien.

f. Pemenuhan Kebutuhan Dasar


1) Oksigenasi
38

Data yang diperoleh dari hasil observasi selama lima hari


dari tanggal 17-21 Maret 2014, yaitu: Dari 24 orang pasien
yang dilakukan kajian, pasien yang mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen berjumlah 18 orang.
Upaya pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien yang
mengalami pola pernapasan dilakukan dengan mengkaji
keadaan klien seperti respiratori rate, frekuensi dan bunyi
napas, mengatur posisi tidur sesuai dengan masalah klien dan
memberikan oksigen sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di ruang Fresia
menggunakan binasal canul, simpel mask, rebreathing dan
non rebreathing mask. Untuk pemberian nebulizer diberikan
sesuai dengan kebutuhan klien, setiap klien mempunyai
sungkup masing-masing untuk pengguanaan nebulizer.
Pengisian humidifier sudah dilakukan seuai dengan standar,
cairan dalam humidifier diisi dan diganti bila sudah habis.
Alat nebulizer yang berfungsi hanya 1,sehingga penggunaan
nebulizer bergantian dan mengantri

2) Nutrisi
Pemberian nutrisi dilakukan 3x sehari yang telah
ditentukan dari bagian gizi rumah sakit yaitu: makan pagi
pukul 07.30 WIB, snack pagi jam 10.00 WIB, makan siang
pukul 12.00 WIB, snack sore pukul 15.00 WIB dan makan
sore jam 17.30 WIB.
Pemberian nutrisi dilakukan dari bagian gizi langsung
dibagikan kepada klien menggunakan trolly khusus makanan.
Makanan disajikan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Makanan tambahan berupa kue basah dan
buah- buahan diberikan dua kali sehari. Selain mengkonsumsi
makanan dari rumah sakit, klien juga dapat mengonsumsi
39

makanan tambahan dari luar asalkan bukan merupakan


pantangan bagi klien.
Berdasarkan observasi tanggal 17 - 21 Maret 2014, terdapat
4 orang klien yang terpasang NGT, 3 orang untuk makan, 1
orang untuk dekompresi, dan 20 orang makan makanan orang
dewasa (biasa). Pada klien dengan NGT, pemberian makan
dilakukan oleh keluarga klien yang sebelumnya sudah
diberitahu oleh perawat mengenai cara pemberian makan
melalui NGT, dan hasil observasi kepada keluarga yang
melakukan pemberian makanan via NGT sudah benar.
Sebanyak 14 orang menghabiskan seluruh porsi
makanannya, 3 orang menghabiskan ¾ porsi makanannya, 2
orang menghabiskan ½ porsi makanannya, 1 orang
menghabiskan ¼ porsi makanannya, dan 1 orang dipuasakan.
Ahli gizi memonitor asupan nutrisi klien, kemudian
melaporkan ke perawat untuk disampaikan ke dokter tentang
asupan nutrisi klien yang kurang.
Dalam penyajian makanan, makanan disediakan dalam
keadaan tertutup. Setiap klien diberikan 1500 ml air minun
sedangkan klien yng mengalai gangguan kardiologi dan ginjal
diberikan 3 buah air mineral sebanyak 600ml dalam 24 jam.
Screening gizi dilakukan oleh ahli gizi dan mahasiswa gizi

3) Cairan dan Elektrolit


Berdasarkan observasi tanggal 17- 21 Maret 2014 terdapat
24 orang mendapatkan terapi cairan parenteral, dari 24 orang
terpasang IV line, 23 orang terpasang 1 infuse line, 1 orang
terpasang 2 infuse line. Dari 24 klien terpasang IV line,
sebanyak 2 klien tidak terdapat label tentang tanggal
pemasangan.
Berdasarkan observasi, ketika cairan infuse habis, keluarga
memberi tahu perawat atau mahasiswa untuk diganti dengan
40

plabot baru. Penggantian tersebut) tidak didokumentasikan di


buku status klien.
Sebanyak 2 dari 4 orang memerlukan observasi intake dan
output tidak dilakukan penghitungannya secara lengkap.
Terdapat keterangan obat pada plabot–plabot yang sudah
diberi terapi, seperti Tramadol/ Ketorolac. Berdasarkan
observasi, ketika cairan infus habis, keluarga memberi tahu
perawat untuk diganti dengan yang baru. Bagi klien-klien
yang membutuhkan observasi ketat, perawat melakukan
pemantauan intake output klien secara berkesinambungan.
Tidak terdapat label jumlah labu dan jenis cairan yang
diberikan ke masing-masing klien per harinya. Pencatatan di
lembar observasi intake-output cairan dilakukan oleh perawat.
Lembar tersebut terintegrasi dengan buku status klien dan
tidak diletakkan di kamar perawatan klien.
Tidak ada penjadwalan pengantian balutan dan juga infus
sehingga dalam pelaksanaannya untuk penggantian iv kateter
dilakukan pada saat infus tidak lancar (bengkak).
Pada klien yang memerlukan monitor ketat intake cairan
dan terapi IV continuous dilakukan dengan memasang
infusion pump dan syringe pump namun pada alat infusion
pump dan syringe pump tidak terdapat tata cara pemakaian alat
atau pengoperasian alat.
Menurut hasil observasi dan wawancara pada pasien yang
terpasang infus sebagian besar belum mendapat penjelasan
mengenai pengaturan letak infus saat pasien ke toilet, sehingga
darah dari selang infus kadang naik ke atas, disamping itu juga
pasien sering mengatur tetesan infus sendiri setelah kembali
dari toilet.
Dari hasil observasi di semua toilet yang terdapat diruangan
Fresia 2 hanya terdapat 1 toilet yang mempunyai gantungan
untuk infus, namun itu pun penggunaanya belum sesuai
41

dengan fungsinya karena digunakan untuk gantungan sabun


oleh keluarga pasien.
Dari hasil observasi dan wawancara pada 24 pasien yang
terpasang syringe pump dan juga infus, pasien mengalami
kendala pada saat mengganti baju karena keluarga tidak
mengerti cara melakukannya, bahkan ada 1 pasien yang sudah
5 hari tidak mengganti baju dikarenakan takut infusnya
tercabut.

4) Eliminasi
Pada tanggal 17-21 Maret 2014, terdapat 8 orang terpasang
kateter dan urine bag tampak tergantung. Seluruh klien yang
terpsang kateter tidak tercantum tanggal pemasangan kateter..
Klien yang tidak terpasang kateter, dapat BAK di kamar
mandi atau menggunakan pispot.
Berdasarkan wawancara terhadap 2 orang perawat
mengatakan bahwa pada klien dengan kasus-kasus yang perlu
pemantauan intake output, pengosongan urine bag dilakukan
oleh perawat seperti pada klien kamar 9 bed 2. Pemasangan
kateter terhadap klien dilakukan pada klien operasi serta pada
klien dengan pemantauan intake-output.
Perlengkapan untuk eliminasi fekal seperti pispot
disediakan oleh pekarya rumah tangga. Klien dalam
memenuhi kebutuhan eliminasi fekal dibantu oleh keluarga
sedangkan 16 orang melakukan BAB dan BAK sendiri di
kamar mandi.
Berdasarkan hasil observasi tidak ditemukan kapas cebok
untuk pembersihan setelah eliminasi fekal. Setiap hari klien
mendapatkan tissue basah namun untuk keperluan mandi.
Keluarga klien menyiapkan sendiri tisu basah untuk keperluan
pembersihan eliminasi fekal. Dalam memenuhi kebutuhan
42

eliminasi urine, perawat ruangan menyarankan klien untuk


menggunakan diapers dengan alasan lebih praktis dan efisien.
Klien dibantu keluarga yang telah diajarkan oleh perawat
sebelumnya atau terkadang perawat untuk memenuhi
kebutuhan eliminasi urine. Tersedia gelas ukur urine ukuran
1000 cc dan 2000 cc di ruangan untuk observasi output cairan
klien terutama untuk menghitung urine output. Urinal
disediakan oleh ruangan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan perawat ruagan dan observasi (19 September 2013),
belum tersedianya media pendidikan kesehatan tentang
eliminasi fekal dan urine untuk klien dalam bentuk apapun di
ruangan.

5) Istirahat – Tidur
Dari hasil observasi tanggal 17-21 Maret 2014, 5 pasien
mengalami gangguan tidur
Berdasarkan hasil observasi ruangan tidak ditemukan suara
bising di sekitar ruangan yang sampai mengganggu istirahat
tidur klien. Pengaturan pencahayaan terutama ketika istirahat
tidur malam lampu neon center ruangan tetap menyala, namun
lampu bed masing-masing klien dalam keadaan mati.

6) Aktivitas
Pada tanggal 17-21 maret 2014, terdapat 26 klien dengan
minimal care. 12 klien yang diwawancara mengatakan bahwa
mereka masih bisa melakukan segala sesuatunya sendiri
walaupun terkadang sedikit dibantu oleh keluarganya. Pada
tanggal 17-21 Maret 2014, terdapat 16 klien dengan partial
care, 8 klien yang diwawancara mengatakan bahwa keluarga
banyak membantu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
klien. Jika keluarga tidak bisa melakukannya sendiri, keluarga
meminta bantuan pada perawat dan 8 pasien yang mengalami
43

total care. Dalam memenuhi kebutuhan klien dengan total


care, keluarga secara total membantu segala pemenuhan
kebutuhan klien. Jika keluarga tidak bisa melakukannya
sendiri, keluarga meminta bantuan pada perawat.

7) Pencegahan Infeksi
Berdasarkan observasi 17-21 maret 2014. Pada umumnya
perawat mencuci tangan dengan menggunakan cuci tangan
kering namun masih ditemukan beberapa perawat yang tidak
mencuci tangan sebelum melakukan tindakan.Semua perawat
selalu mencuci tangan setelah melakukan tindakan.
Pada saat melakukan tindakan mengambil darah dan
memasang infus, masih ditemukan adanya perawat yang tidak
menggunakan sarung tangan dan tidak mencuci tangan
sebelumnya.
Dalam penggantian balutan, 1 set instrument ganti balutan
digunakan untuk satu kali mengganti balutan namun terkadang
digunakan untuk beberapa pasien. Penggantian balutan luka
dilakukan oleh perawat dan mahasiswa keperawatan.
Untuk benda-benda inefektif seperti kassa bekas balutan
sudah di buang di tempat yang benar yaitu di tempat sampah
medis. Untuk jarum suntik atau benda tajam dibuang di tempat
khusus berupa jerigen bekas yang tersedia di bawah wastafel,
namun belum tersedia label nama “Khusus Benda Tajam”.
Ganti linen dilakukan secara kontinu setiap 1-2 hari (senin,
rabu, dan jum’at) dan apabila linen kotor dan basah, maka
perawat bersama mahasiswa keperawatan segera mengganti
linen dan melakukan bed making.
Penggunaan jarum suntik untuk yang area IM, spuit yang
digunakan sekali pakai, sedangkan untuk suntikan IV yang
melalui selang infus digunakan spuit yang sama 2-3 x.
44

Untuk pengambilan specimen darah, jarum dan spuit yang


digunakan hanya 1 x.
Jumlah wastafel untuk pasien mencuci tangan tersedia 1
tiap toilet, namun berapa jumlah yang berfungsi dengan baik
sebanyak 10 buah yang tidak berfungsi sebanyak 1 buah.
Jumlah wastafel untuk cuci t angan petugas sebanyak 2
buah dan berfungsi dengan baik. Fasilitas cuci tangan kering
ada 12 unit, berfungsi dengan baik, namun tidak diberi label
kadaluarsa.

8) Personal hygiene
Pada tanggal 17-21 Maret 2014, 8 klien dengan tingkat
ketergantungan total care diberikan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene oleh keluarga. Jika keluarga tidak bisa
melakukannya sendiri, keluarga meminta bantuan pada
perawat atau mahasiswa. Untuk klien yang memiliki tingkat
ketergantungan partial care dan self care dapat dilakukan oleh
keluarga yang sebelumnya sudah diajarkan oleh perawat.
Ditemukan 15 orang mandi 1x/hari, 5 orang mandi 2x/hari
dan 4 orang mandinya tidak tentu, 5 orang keramas 4 hari
sekali. 16 orang belum keramas selama dirawat. Sebanyak 11
orang sikat gigi sehari sekali, 5 orang sikat gigi 2x/hari, 8
orang tidak menggosok gigi. Sebanyak 9 orang mandi di
kamar mandi, 15 orang diseka dengan air hangat. Kebutuhan
mandi klien dibantu oleh keluarga klien yaitu setiap pagi hari.
Air hangat dan diantar ke kamar perawatan oleh perawat
ruangan.. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat dan
observasi (19 September 2013) media informasi tentang
personal hygiene tidak tersedia di ruangan dalam bentuk
apapun.

9) Nyeri
45

Berdasarkan kajian situasional tanggal 17-21 Maret 2014


kepada 24 orang, ditemukan data sebagai berikut 7 dari 24
orang mengatakan nyeri. Pasien mengatakan ketika
nyeri,klien tidak diajarkan cara mengurangi nyeri, namun 3
klien mengatakan ketika nyeri klien dianjurkan untuk tarik
nafas dalam

10) Cemas
Berdasarkan kajian situasional tanggal 17- 21 maret 2014
dari 24 pasien didapatkan 6 pasien mengalami cemas akan
penyakitnya. 3 pasien mengatakan cemas mengenai masa
depannya karena sebagai tulang punggung keluarga, 3 pasien
cemas karena merasa malu dengan keadaannya.

11) Kebutuhan Psikologis dan Spiritual


Berdasarkan kajian situasional tanggal 17 – 21 Maret 2014
didapatkan semua klien mendapat perhatian dan dukungan
dari keluarga terutama orang tua. klien selalu ditunggu oleh
keluarganya. Disediakan tempat beribadah untuk klien dan
keluarga.
Untuk pemenuhan kebutuhan spiritual, ruang Fresia
memfasilitasi mushola sedangkan pada format pengkajiaan
kebutuhan spiritual tidak dilakukan dokumentasi keperawatan.
Untuk pemenuhan kebutuhan spiritual, perawat
memberikan bantuan, Ruang Fresia juga tidak mempunyai
Warois untuk membimbing pasien dalam kondisi terminal.
Fasilitas mushola sudah tersedia di luar Ruang Fresia,
mushola cukup nyaman, namun apabila sedang wudhu suara
bising dari keran air yang terbuka cukup mengganggu, selain
itu toilet juga tidak tersedia, dan kebersihan alat sholat yang
terdapat di mushola juga kurang
46

g. Pendidikan dan Pelatihan

Perawat di Fresia Lantai 2 sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan


pada tahun 2010- 2011 mengenai :
 PPGD

 Pemberian cairan dan elektrolit

 Pemberian standar obat yang benar

 K3

 Pembuatan standar askep

h. Aplikasi Asuhan Keperawatan


 Dokumentasi Asuhan
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada tanggal 19 Maret
2014 terhadap 46 buku status (medical record) klien ruang Fresia
2 didapatkan data sebagai berikut:
 Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan sejak saat
klien masuk ke Ruang Fresia 2 hingga 1x24 jam.

 Pengkajian
 Dari 46 status rekam medis pasien yang dirawat,
sebanyak pasien 19 dari 48 terdapat pengisian form
pengkajian.
 Dari 48 status rekam medis pasien yang dirawat,
sebanyak pasien 34 dari 48 terdapat pengisian grafik
suhu dan nadi pasien.
 Hasil wawancara dengan 4 dari 6 perawat mengatakan
terdapat kendala dalam pendokumentasian yang
disebabkan oleh beban kerja perawat karena pasien yang
banyak dan tenaga yang kurang sesuai dengan kebutuhan
47

 Diagnosa Keperawatan
 Dari 48 status rekam medis pasien yang dirawat,
sebanyak 8 dari 46 terdapat pengisian diagnosa
keperawatan.

 Perencanaan
 Dari 48 status rekam medis pasien yang dirawat,
sebanyak 8 dari 48 terdapat pengisian form perencanaan
asuhan keperawatan klien.
 Implementasi
 Dari 48 status rekam medis pasien yang dirawat, semua
data implementasi ada dibuktikan dengan catatan
perkembangan dan catatan harian perawat.
 Evaluasi dan catatan perkembangan
 Dari 48 status rekam medis pasien yang dirawat, semua
terdapat catatan perkembangan yang terisi lengkap.
 Dari 46 status rekam medis pasien yang dirawat,
sebanyak 35 dari 48 terdapat pengisian lengkap
dokumentasi keperawatan dilembar catatan terigtergrasi
menggunakan SOPIER / SOAP.
 Metode penulisan
 Dari 48 status rekam medis pasien yang dirawat, semua
pencatatan dilakukan dengan menggunakan tinta,
jelas,namun setengahnya agak sulit dibaca karean
penulisannya kecil dan bersambung.
 Dari 46 status rekam medis yang dikaji, jika ada
kesalahan penulisan, tidak dihapus, tapi dicoret dan tidak
membubuhkan paraf .
 19 dari 48 pencatatan dilakukan dengan mencantumkan
waktu, tanggal & paraf perawat, tapi tidak mencantumkan
nama perawat.
48

 Pendokumentasian tindakan
 Semua tindakan dicatat di catatan perkembangan dan
dijadikan buku operan antar shift.

Anda mungkin juga menyukai