Disusun oleh:
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Stase Medikal Angkatan 22
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
ii
3.1.2 Intervention ........................................................................23
3.1.3 Comparassion Intervention ................................................24
3.1.4 Outcome .............................................................................24
3.2 Pertanyaan Klinis ......................................................................24
3.3 Metode Penelusuran Jurnal......................................................24
3.4 Jurnal Database yang digunakan.............................................24
3.5 Temuan Artikel Pilihan ............................................................25
3.6 Critical Apprasial ......................................................................28
BAB 4. PROSEDUR APLIKASI EBN ............................................................29
4.1 Responden Penelitian ................................................................29
4.2 Pelaksanaan................................................................................29
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................35
5.1 Karakteristik Responden ..........................................................35
5.2 Kejadian Mual Muntah pada Pasien Kemoterapi .................35
5.3 Pengaruh Massage dan Aromaterapi dalam Mengatasi
Mual Muntah .............................................................................39
BAB 6. PENUTUP.............................................................................................43
6.1 Kesimpulan ................................................................................43
6.2 Saran ...........................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
dari vomiting center yang terdapat dalam medula oblongata dan Chemoreceptor
Trigger Zone (CTZ) yang terdapat di area postrema di batasbelakang ventrikel ke-
4, suatu lokasi yang kaya dengan vaskularisasi.Chemoreceptor trigger zoneberada
di luar sistem blood brain barier, karena itu dapat dirangsang langsung oleh zat
yang merangsang dan berbahaya, misalnya obat kemoterapi.
Mual muntah yang berkelanjutan dan tidak diatasi dapat menimbulkan
beberapa akibat yang tidak baik bagi tubuh.Menurut Manuaba (2007) akibat yang
ditimbulkan yaitu dehidrasi, berat badan menurun, gangguan mental dalam bentuk
delirium, nistagmus, selain itu dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga
pH darah menjadi lebih tinggi.
Berdasarkan akibat yang muncul dari mual muntah perlu dilakukan
penatalaksanaan agar mual muntah tersebut dapat teratasi. Salah satu cara untuk
mengatasi mual muntah karena efek samping dari kemoterapi yaitu dengan
pemberian obat antiemetik (Tjay &Rahardja, 2007).Melihat kondisi tersebut
diperlukan suatu upaya lain untuk mengatasi mual muntah yang dialami pasien.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual muntah pada pasien
kemoterapi yaitu dengan pemberian pijatan menggunakan aromaterapi dan
inhalasi aromaterapi. Beberapa intervensi yang dapat digunakan sebagai terapi
komplementer dan alternatif yang digunakan untuk mengurangi efek samping
kemoterapi. Menurut Mustian, dkk. (2011), salah satu terapi yang dapat
digunakan yaitu aromaterapi yang telah banyak direkomendasikan untuk
mengurangi mual dan muntah. Ginger,Cinnamon bark, peppermint, chamomile,
fennel, dan rosewood merupakan bahan-bahan yang biasa digunakan karena
memiliki aktivitas antiemetik, antispasmodik, dan meningkatkan kesehatan sistem
digestif (pencernaan) (Lua, dkk., 2015; McKenna, dkk., 2011; Mustian, dkk.,
2011).
Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti bau harum atau bau-bauan
dan terapi yang berarti pengobatan. Aromaterapi adalah metode pengobatan
penyakit menggunakan aroma/bau-bauan yang dihasilkan dari tumbuhan (Suranto,
2011). Pijat aromaterapi memberikan efek relaksasi, menurunkan tekanan darah,
4
dan menurunkan stress. Minyal aromaterapi menstimulasi sistem saraf pusat, yaitu
amygdala, hippocampus, dan sistem limbik (Zorba dan Ozdemir, 2017).
Pada pengaplikasian Evidance Bace of Nursing yaitu terapi pijat
aromaterapi dan inhalasi aromaterapi untuk mengurangi reaksi mual dan muntah
pada pasien kanker yang mendapatkan obat kemoterapi yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Angkatan 22, Fakultas Keperawatan,
Universitas Jember menggunakan aromaterapi minyak esensial Minyak esensial
aromaterapi yang digunakan adalah campuran peppermint (Mentha piperita; 2%),
bergamot (Citrus bergamia; 1%), dan kapulaga (Elettaria cardamomum; 1%)
dalam 100 mL minyak almond manis.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi efektivitas masage dan inhalasi aromaterapi pada
mual-muntah pada pasien dengan kemoterapi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi respon pasien sebelum, selama, dan setelah pemberian
obat kemoterapi.
b. Mengidentifikasi pengaruh masage dan inhalasi aromaterapi pada mual-
muntah pasien dengan kemoterapi.
1.3 Manfaat Penerapan EBN
1.3.1 Bagi pasien
Mengurangi atau bahkan menghilangkan mual-muntah selama dan setelah
pemberian obat kemoterapi, sehingga menciptakan rasa nyaman pada pasien
selama proses kemoterapi berlangsung.
1.3.2 Bagi pelayanan keperawatan
Memberikan pengetahuan tambahan, terutama dalam mengatasi respon
mual-muntah pada pasien dengan kemoterapi. Sehingga, meningkatkan
pelayanan keperawatan yang profesional.
5
2.1 Kanker
2.1.1 Definisi
Penyakit Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya,
sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat
menyebabkan kematian. Kanker adalah istilah yang mencakup sekelompok
kompleks lebih dari berbagai jenis penyakit kanker . Kanker dapat mempengaruhi
hampir setiap organ dalam tubuh manusia. Banyak orang terkejut ketika
mengetahui kanker yang dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh seperti mata
dan jantung. Setiap jenis kanker khas dengan penyebab, gejala, dan metode
pengobatan yang berbeda. Seperti kelompok penyakit yang lain, beberapa jenis
kanker ada yang lebih umum daripada yang lain.
2.1.3 Etiologi
Penyebab kanker paling umum adalah perubahan (mutasi) pada gen dalam
sel. Di dalam gen, terkandung ribuan DNA yang akan memberi instruksi pada sel
untuk menjalankan fungsinya pada organ tubuh tempat sel tersebut hidup.Maka
inti sel yang menjadi rumah bagi ribuan gen ini akan menentukan jenis sel apa
yang dibutuhkan organ tubuh tertentu, kapan sel perlu membelah diri, dan sel
mana yang harus mati dan digantikan. Namun, proses ini tidak selalu berjalan
dengan sempurna. Ketika sel melakukan pembelahan diri, ada risiko sel baru yang
lahir dari pembelahan tersebut mengandung gen yang rusak atau digandakan
terlalu banyak. Perubahan struktur gen dalam sel ini disebut sebagai mutasi gen.
Ketika mutasi gen terjadi, sel sudah tidak bisa lagi menerima perintah dan
instruksi dari sistem pusat sehingga sel ini akan tumbuh di luar kendali dan
menghasilkan protein yang tidak normal. Kelainan pada protein yang diproduksi
akan semakin memicu pembelahan sel-sel baru dengan gen yang tidak sempurna.
Pada kasus lain, protein yang dibutuhkan untuk menghentikan kelahiran sel baru
justru tidak diproduksi sama sekali. Biasanya, mutasi gen baru akan berpotensi
menimbulkan kanker jika terjadi lebih dari lima kali dan melibatkan gen yang
berbeda. Proses ini bisa berlangsung hingga bertahun-tahun sampai sel-sel
tersebut membelah diri dan membentuk sel kanker yang cukup besar. Barulah
gejala-gejalanya mulai muncul dan sel-sel kanker tampak ketika tubuh diperiksa.
Namun, pada kasus anak-anak, kerusakan gen sudah terjadi sejak dalam
kandungan atau sejak lahir. Jadi, mereka memang memiliki gen bawaan yang
rusak dalam sel tubuh sehingga proses terbentuknya penyakit kanker tidak
membutuhkan waktu yang lama.
Secara umum, ada dua faktor penyebab kanker yang paling sering terjadi,
yaitu:
a. Faktor internal. genetik yang diwariskan dari orangtua. Jenis mutasi ini
bertanggung jawab atas persentase kecil dari penyakit ini.
b. Faktor eksternal. Kebanyakan mutasi gen terjadi setelah kelahiran dan tidak
diwariskan. Sejumlah faktor dapat menyebabkan mutasi gen seperti merokok,
8
2.3 Kemoterapi
2.3.1 Definisi
Smeltzer dan Bare (2002) menjelaskan bahwa kemoterapi adalah
penggunaan preparat antineoplastik sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor
dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler. Susanti dan Tarigan (2010)
juga menjelaskan bahwa kemoterapi adalah cara pengobatan tumor dengan
memberikan obat pembasmi sel kanker (sitostatika) yang diminum ataupun
diinfuskan ke pembuluh darah.
Desen (2008) mengatakan bahwa kemoterapi merupakan terapi modalitas
kanker yang paling sering digunakan pada kanker stadium lanjut lokal, maupun
metastatis dan sering menjadi satu-satunya pilihan metode terapi yang efektif.
Kemoterapi dapat diberikan sebagai terapi utama, adjuvant (tambahan), dan
neoadjuvant, yaitu kemoterapi adjuvant yang diberikan pada saat pra-operasi atau
pra-radiasi (Sukardja, 2000). Terapi adjuvant mengacu pada perawatan pasien
kanker setelah operasi pengangkatan tumor (Johnson, dkk., 2014).
infertilitas. Menurut Saleh (2006), toksisitas umum yang diakibatkan oleh obat-
obatan kemoterapi yaitu mielosupresi (seperti anemia, leucopenia,
trombositopenia), mual muntah, ulserasi membran mukosa, dan alopesia
(kebotakan).
adalah serotonin (5-HT) yang diproduksi oleh sel enterochromaffin, yaitu suatu
jenis sel yang unik yang tersebar di seluruh epitel usus. Serotonin (5-HT) akan
meningkat setelah terpapar agen kemoterapi, sehingga pada tingkat tertinggi akan
dilepaskan dari permukaan basal ke lamina propia. 5-HT yang berikatan dengan
reseptor-reseptor yang serumpun dengan 5-HT3, yang terletak di terminal saraf
vagus, bertindak sebagai neurotransmitter yang mengubah sinyal ke otak
belakang, sehingga memicu respon motorik mual dan muntah.
2.4 Aromaterapi
2.4.1 Definisi Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan bau-bauan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau harum dan enak.
Minyak astiri digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan, sering digabungkan untuk menenangkan sentuhan penyembuhan
dengan sifat terapeutik dari minyak astiri (Craig Hospital, 2013). Aromaterapi
dapat juga didefinisikan sebagai penggunaan terkendali esensial tanaman untuk
tujuan terapeutik (Posadzki dkk, 2012).
Aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan bau-bauan
yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih, dan
enak yang disebut dengan minyak atsiri. Minyak atsiri bersifat sebagai antivirus,
antibakteri, anti jamur, dan antiseptic karena memiliki kekuatan untuk mengikat
dan membawa oksigen serta nutrisi kedalam sel di seluruh tubuh (Agusta, 2002).
Aromaterapi merupakan terapi praktis yang dapat digunakan untuk memperbaiki
dan menjaga kesehatan, menyegarkan jiwa dan raga, menenangkan pikiran, serta
membangkitkan semangat (Hutasoit, 2002).
Aromaterapi yang digunakan harus terbuat dari bahan yang benar-benar
alami dan bukan merupakan berbahan sintetsis agar benar-benar memberikan
manfaat bagi kesehatan. Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tumbuh-
tumbuhan tertentu seperti akar, batang, daun, dan buah atau biji. Minyak atsiri
disebut juga minyak eteris, essential oil, atau minyak terbang karena sifatnya yang
mudah menguap pada suhu kamar (Lutony&Rahmayati, 2000).
14
c. Orange, baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancar, debar
jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.
d. Peppermint, membasmi bakteri, virus dan parasit yang bersarang di
pencernaan. Melancarkan penyumbatan sinus dan paru, mengaktifkan
produksi minyak dikulit, menyembuhkan gatal-gatal karena kadas/kurap,
herpes, kudis karena tumbuhan beracun.
e. Rosemary, salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran darah,
menurunkan kolesterol, mengendorkan otot, reumatik, menghilangkan
ketombe, kerontokan rambut, membantu mengatasi kulit kusam sampai di
lapisan terbawah. Mencegah kulit kering, berkerut yang menampakkan urat-
urat kemerahan.
f. Sandalwood, menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat kelamin,
mengobati radang dan luka bakar, masalah tenggorokan, membantu
mengatasi sulit tidur dan menciptakan ketenangan hati.
g. Greentea, berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati penyakit
paru-paru, alat kelamin, vagina, sinus, inveksi mulut, inveksi jamur, cacar air,
ruam saraf serta melindungi kulit karena radiasi bakar selama terapi kanker.
h. Ylang-ylang/kenanga, bersifat menenangkan, melegakan sesak nafas,
berfungsi sebagai tonik rambut sekaligus sebagaipembangkit rasa cinta.
i. Lemon, selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat
antioksidan, antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri, mencegah
hipertensi, kelenjar hati dan limpa yang tersumbat, memperbaiki
metabolisme, menunjang system kekebalan tubuh serta memperlambat
kenaikan berat badan.
j. Frangipani/kamboja, bermanfaat untuk pengobatan, antara lain, bisa untuk
mencegah pingsan, radang usus, disentri, basiler, gangguan pencernaan,
gangguan penyerapan makanan pada anak, radang hati, radang saluran napas,
jantung berdebar, TBC, cacingan, sembelit, kencing nanah, beri-beri, kapalan,
kaki pecah-pecah, sakit gigi, tertusuk duri atau beling, bisul dan patekan.
Aromaterapi dari wewangian ini melambangkan kesempurnaan. Ini dapat
digunakan untuk meditasi dan memberikan suasana hening yang mendalam.
16
internal dan organ-organ tubuh. Minyak esensial yang baru dapat digunakan
setelah dilarutkan dengan minyak dasar karena minyak esensial sangat
berbahaya bila diaplikasikan langsung kekulit dalam bentuk murni
(Departement of Health, 2007).Dalam penggunaannya dengan metode pijat,
dibutuhkan 2 tetes minyak esensial ditambah dengan 1 ml minyak pijat
(Hustasoit, 2002).
Teknik pijat adalah salah satu cara aromaterapi yang paling menyenangkan
karena membuat tenang dan memiliki efek terapeutik. Ketika stress dan
depresi menjadi factor utama yang menyebbakan gangguan keseimbangan
kesehatan, maka metode pemijatan merupakancara yang paling ampuh dan
tepat. Terapi pijat akan mempengaruhi saraf involunter yang mengakibatkan
penurunan kadar hormone penyebab stres.
c. Difusi: biasanya digunakan untuk menenangkan saraf atau mengobati
beberapa masalah pernafasan dan dapat dilakukan dengan penyemprotan
senyawa yang mengandung minyak ke udara dengan cara yang sama dengan
udara freshener. Hal ini juga dapat dilakukan dengan menempatkan beberapa
tetes minyak esensial dalam diffuser dan menyalakan sumber panas. Duduk
dalam jarak tiga kaki dari diffuser, pengobatan biasanya berlangsung sekitar
30 menit.
d. Kompres: panas atau dingin yang mengandung minyak esensial dapat
digunakan untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit kepala.
e. Perendaman: mandi yang mengandung minyak esensial dan berlangsung
selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk masalah kulit dan
menenangkan saraf (Craig hospital, 2013).
3.1.2 Intervention
Tugas perawat adalah memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
respon pasien yang dimunculkan. Perawat juga mempunyai tindakan kolaborasi
seperti dalam pemberian obat kemoterapi sesuai dengan protocol yang sudah
diresepkan dokter. Salah satu respon yang muncul pada pasien kemoterapi adalah
adanya mual dan muntah. Berdasarkan identifikasi kami, intervensi mandiri
keperawatan pada pasien dengan kemoterapi hanya sebatas pemberian tindakan
kolaborasi, monitor tanda vital, dan edukasi efek dari kemoterapi. Seringkali
tindakan mandiri keperawatan dalam mengurangi respon yang muncul tidak
dilakukan. Intervensi mandiri keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi repon mual muntah yang muncul pada pasien dengan kemoterapi
adalah dengan pemberian massase dan aromaterapi.
24
3.1.4 Outcome
Dengan penerapan intervensi mandiri keperawatan massase dan
aromaterapi, diharapkan dapat mengurangi respon mual muntah yang muncul
akibat dari kemoterapi.
e. http://www.guideline.gov/
f. http://www.evidence.nhs.uk/
Berdasarkan hasil pencarian menggunakan kata kunci, kami memilih 4
artikel yang sesuai dengan topik yang kami bahas, 1 artikel sebagai jurnal utama
dan 3 jurnal lainnya sebagai jurnal pendukung.
3.5 Temuan artikel pilihan dari kata kunci PICO yang digunakan untuk
digunakan sebagai rujukan
a. Penjelasan journal utama pelaksanaan EBN.
The Preliminary Effects of Massage and Inhalation Aromatherapy on
Chemoterapy-Induced Acute Nausea and Vomiting
Efek Pijatan dan Aromaterapi Inhalasi terhadap Kemoterapi yang Memicu
Mual dan Muntah
Abstrak
Tujuan: Studi terkontrol untuk mengevaluasi kelayakan efek awal dari pijatan
dan aromaterapi inhalasi pada mual dan muntah akut yang di sebabkan oleh
kemoterapi.
Metode: Desain dari penelitian ini menggunakan secara randomly grouped
terhadap 75 pasien dengan kanker payudara yang akan di kelompokkan ke dalam
1 kelompok dari 3 kelompok: Pijat (n=25), inhalasi (n=25), dan kontrol (n=25).
Para pasien dalam kelompok pijat akan menerima pijat kaki aromaterapi selama
20 menit, sedangkan mereka yang berada di kelompok inhalasi akan mendapatkan
aromaterapi inhalasi selama 3 menit yang sebelumnya mendapatkan siklus
kemoterapi yang kedua, ketiga, dan ke empat mereka. Kelompok kontrol hanya
akan mengalami perawatan rutin. Mual, muntah, dan muntah-muntah
ditindaklanjuti oleh pasien yang akan digunkan untuk mengevaluasi keparahan
mual dengan skala analog visual dan frekuensi muntahnya.
Hasil: Skor dari hasil pada penelitian ini mual dan muntah secara signifikan lebih
tinggi pada kelompok kontrol daripada di kelompok yang lainnya, di kelompok ke
tiga dan siklus kemoterapi yang yang keempat. Selanjutnya, dalam 2 siklus ini
26
kejadian mual dan muntah secara signifikan lebih rendah pada kelompok pijat dari
ada di kelompok inhalasi.
Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat keparahan mual dan
muntah secara signifikan lebih rendah pada pijatan areomaterapi.
Hasil: Hasil dari perawtan pijat pada pasien kanker payudara secara signifikan
mengurangi mual dibandingkan dengan pengobatan terkontrol.
Kesimpulan: Penelitian ini melengkapi studi sebelumnya pada efek pemijatan
dan mendukung konklusi yang dipijat mengurangi rasa mual pada pasien
kemoterapi.
4.2 Pelaksanaan
Penerapan EBN (Evidend Based Nuring) pada responden akan dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut.
a. Kelompok Intervensi Inhalasi Aromaterapi
Para pasien dalam kelompok inhalasi menerima aromaterapi di ruang
perawatan 5 menit sebelum dimulainya kemoterapi. Peneliti menempatkan
30
Pijatan berlangsung total selama 20 menit (10 menit per kaki) dengan
menggunakan dan 2 ml campuran minyak esensial seperti yang dijelaskan
sebelumnya selama 20 menit di ruang perawatan sebelum dimulainya
kemoterapi. Setiap pijat aromaterapi dan aplikasi inhalasi dilakukan sekali
setiap 21 hari sebelum masing-masing dari 3 siklus kemoterapi (kedua,
ketiga, dan keempat).
c. Kelompok Kontrol
Kelompok kontrol tidak menerima apapun perawatan selain perawatan rutin
dan prosedur perawatan.
d. Penilaian Terhadap Mual dan Muntah
Penilaian terhadap mual dan muntah dilakukan dengan menggunakan VAS
(Visual Analog Scale) dan meilhat banyaknya dan berapa kali pasien mengalami
muntah. VAS dilakukan yaitu dengan cara pasien menilai skala mualnya dari 0
dengan indikator tidak mual hingga 10 dengan indikator mual yang sangat parah.
Pada jurnal ini, penilaian VAS dilakukan sebanyak 4 sesi selama 24 jam yaitu, 3
jam sebelum kemoterapi dan setelah kemoterapi dievaluasi setiap 6 jam sekali
sebanyak 3 kali. Contoh, jika pasien diberikan terapi kemoterapi pada pukul 09.00
hingga 12.00 maka VAS dilakukan pada:
- Pukul 06.00-09.00 (3 jam sebelum kemoterapi)
- Pukul 12.00-18.00 (6 jam setelah kemoterapi)
- Pukul 18.00-24.00 (12 jam setelah kemoterapi)
- Pukul 24.00-06.00 (18 jam setelah kemoterapi)
Selain pasien diminta untuk menilai skala mualnya, pasien ditanyakan
mengenai perubahan mualnya dengan 5 penilaian yaitu: tidak ada perubahan,
sedikit berkurang, lumayan berkurang, sangat berkurang, tidak ada mual. Sesi
kedua yaitu melihat volume dan frekuensi muntah pasien selama 24 jam setelah
kemoterapi.
35
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 11 orang yang tersebar di tiga
ruangan yaitu ruang 22, 25 dan 28 IRNA 1 RSSA Malang. Jumlah responden
dalam penelitian ini banyak didominasi oleh perempuan dibandingkan dengan lak-
laki. Jumlah responden perempuan ada 10 orang dan 1 orang responden laki-laki.
Rata-rata usia klien yang menjalani kemoterapi di IRNA 1 RSSA Malang adalah
49 tahun. Pasien yang menjalani kemoterapi telah terdiagnosa berbagai macam
kanker, baik itu kanker bronco, kanker paru, kanker getah bening, kanker
payudara dan beberapa jenis kanker yang lain.
responden terbanyak berada pada kelompok usia 46-55 tahun (lansia awal)
sebanyak 32,6%. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan
Nurhidayati (2017) yang menunjukkan rata-rata usia responden pasien dengan
kanker di RS. Islam Sultan Agung Semarang adalah 49 tahun. Menurut Muttaqin
dan Sari (2011) menyatakan jika kanker dapat terjadi pada usia 45 tahun atau
lebih dan akan mencapai puncak pada usia 74 tahun. Usia 45 tahun tergolong
dalam usia lansia awal, dimana pada usia ini seseorang akan mengalami banyak
perubahan secara fisik dan gaya hidup, sehingga berisiko terserang penyakit
karena penurunan fungsi kekebalan tubuh.
Hasil aplikasi EBN menunjukkan jika kebanyakan pasien yang menjalani
kemoterapi adalah perempuan (90,01%). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rahayu dan Nurhidayati (2017) pasien kanker di RS. Islam Sultan Agung
Semarang terbanyak berjenis kelamin perempuan (62,5%). Jenis kelamin
mempengaruhi tingkat mual-muntah saat kemoterapi. Perempuan lebih memiliki
resiko mual muntah daripada laki-laki dengan penggunaan obat dan dosis yang
sama. Hal ini menunjukan bahwa wanita umumnya lebih sensitif terhadap obat
apapun dibandingkan laki-laki (Roscoe dkk., 2004). Hasil penelitian Sekine
(2013) dan Fraunholz dkk (2011) menjelaskan bahwa kejadian mual dan muntah
dapat meningkat pada pasien yang memiliki faktor risiko seperti berjenis kelamin
perempuan.
Dari pengkajian VAS untuk mengukur tingkat keluhan mual dan muntah
yang dirasakan pasien kemoterapi, didapatkan hasil pretest menunjukkan pada
kelompok kontrol dan perlakuan mengalami mual dengan skala 1 sebanyak 2
orang, skala 2 sebanyak 2 orang, skala 3 sebanyak 4 orang, skala 4 sebanyak 2
orang dan skala 5 sebanyak 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mengalami mual muntah pre kemoterapi. Sesuai dengan penelitian
Bloechl-Daum dkk dalam Warr dkk (2015) menjelaskan angka kejadian mual
pasien kemoterapi sebanyak 60% dan muntah 36%. Selain itu, berdasarkan
penelitian Chan dan Ismail (2014), diketahui bahwa dari 90 pasien kemoterapi, 75
(83,3%) mengalami mual dan 71 (78,9%) mengalami muntah. Pada penelitian
Aslam dkk. (2014) dari 100 pasien kemoterapi, efek samping yang paling sering
38
dilaporkan adalah kelemahan (95%), kelelahan (90%), mual (77%). Dari beberapa
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mual dan muntah merupakan keluhan
efek samping yang sering mengganggu pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi.
Penanganan kanker merupakan hal yang sangat menantang bagi pasien
untuk menjalaninya. Penanganan kanker dan efek samping yang, dirasakan pasien
lebih buruk dari kanker itu sendiri. Chemotherapyinduced Nausea and Vomiting
(CINV) adalah dua dari banyak efek samping yang sering terjadi dan sangat
menyusahkan bagi pasien kanker. Banyak pasien kanker yang akhirnya menunda
penanganan kemoterapi atau menolak seluruhnya penanganan oleh rasa kuatir
dengan CINV (American Cancer Society, 2013; Mustian dkk, 2011). Walaupun
perkembangan telah dicapai dalam penanganan kanker, Chemotherapyinduced
Vomiting (CIV) akut, Chemotherapy-Induced Nausea (CIN), Anticipatory Nausea
and Vomiting (ANV), dan Delayed Nausea and Vomiting (DNV) masih menjadi
masalah substansial pagi pasien kanker. Anticipatory nausea dilaporkan sebesar
30 % dari pasien yang mengalami nausea selama siklus penanganan kemoterapi
awal. Anticipatory vomiting dilaporkan pada 20 % pasien yang mengalami muntah
selama sikus penanganan kemoterapi dini. Anticipatory, akut, dan CINV lambat,
membuat kepatuhan pasien terhadap kemoterapi lebih rendah, melemahkan fungsi
tubuh, meningkatkan kecemasan dan depresi, dan membatasi kualitas hidup
diantara pasien (Mustian dkk, 2011). Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Shinta dan Surarso (2016) yang menunjukkan bahwa CINV akut
terjadi pada awal dua puluh empat jam pasca kemoterapi dengan puncak terjadi
pada lima sampai enam jam setelah pemberian kemoterapi. CINV lambat
terjadi setelah dua puluh empat jam dan dapat menetap selama lima sampai tujuh
hari, umumnya terjadi pada pasien yang mendapat sitostatika cisplatin,
karboplatin, siklosfosfamid dan doksorubisin. CINV antisipatori jika didapatkan
keluhan mual muntah sebelum kemoterapi diberikan. Keadaan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti gangguan pengecapan, bau mulut, pikiran dan
kecemasan. Mual muntah jenis ini menjadi lebih sulit dikontrol daripada jenis
yang lain.
39
pemberian aromaterapi blended peppermint dan ginger oil terhadap rasa mual
muntah pada ibu hamil trimester satu. Aromaterapi yang diberikan kepada pasien
kemoterapi adalah dengan cara dihirup. Tujuan pemberian aromaterapi dengan
cara dihirup adalah agar molekul peppermint yang mudah menguap diharapkan
dapat membawa unsur aromatik melalui inhalasi ke puncak hidung. Rambut getar
di dalam hidung yang dapat berfungsi sebagai reseptor akan menghantarkan pesan
elektrokimia ke pusat emosi dan daya ingat seseorang yang selanjutnya akan
mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi.
Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi suatu aksi
dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks, dan
tenang. Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak.
Sebagai contoh, bau yang menyenangkan akan menstimulasi hipotalamus untuk
mengeluarkan enkefalin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami dan
menghasilkan perasaan tenang. Kelenjar pituitari juga melepaskan agen kimia ke
dalam sirkulasi darah untuk mengatur fungsi kelenjar lain seperti tiroid dan
adrenal. Bau yang menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah di otak
yang disebut raphe nucleus untuk mengeluarkan sekresi serotonin yang
menghantarkan kita untuk tidur (Howard dan Hughes, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Astrilita (2016) tentang pengaruh
aromaterapi jahe terhadap penurunan mual muntah pada pasien paska kemoterapi
di RS Telogorejo Semarang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat
signifikan terhadap pemberian aromaterapi jahe terhadap penurunan mual dan
muntah pada pasien paska kemoterapi di RS Telogorejo Semarang. Aromaterapi
yang diberikan kepada pasien setelah melakukan kemoterapi diharapkan dapat
membantu relaksasi dan menenangkan pasien kemoterapi, meningkatkan suasana
hati, mengurangi perasaan tegang, meningkatkan dan mensejahterakan tubuh,
pikiran dan jiwa. Akibatnya dapat mengurangi efek mual muntah pada pasien
paska kemoterapi.
Pada kelompok perlakuan dengan aromaterapi dan pijat dilakukan kepada
sebanyak 5 pasien yang didapatkan hasil bahwa 4 pasien mengalami penurunan
skala mual dan 1 pasien tidak mengalami penurunan maupun peningkatan.
41
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Responden pada penerapan EBN dalam makalah ini berjumlah 11 orang yang
terdiri dari 1 orang laki-laki dan 10 orang dengan rata-rata berusia 49 tahun
yang tersebar dari tiga ruangan yaitu 22,25, dan 28.
b. Responden pada kelompok kontrol berjumlah 3 orang dengan 1 orang pasien
mengalami kenaikan skala mual dan sisanya 2 orang tidak mengalami
peningkatan atau penurunan skala nyeri.
c. Reponden pada kelompok perlakuan aromaterapi berjumlah 3 orang dengan 1
orang pasien mengalami penurunan skala mual dan 2 orang sisanya tidak
mengalami peningkatan atau penurunan skala nyeri.
d. Reponden pada kelompok perlakuan aromaterapi dan massage berjumlah 5
orang dengan 4 pasien mengalami penurunan skala mual dan 1 pasien sisanya
tetap tidak mengalami penurunan maupun peningkatan
6.2 Saran
Adapun saran dari kami yang dapat disampaikan pada berbagai pihak,
diantaranya:
1. Saran bagi manajemen rumah sakit
Manajemen rumah sakit diharapkan dapat menjadikan aromaterapi dan
massase sebagai terapi komplementer pada pasien kanker yang menjalani
pengobatan kemoterapi. Manajemen rumah sakit juga diharapkan dapat
memberikan fasilitas berupa standart operasional prosedur pemberian
massase dan aromaterapi serta menyediakan fasilitas minyak aromaterapi
pada masing-masing ruangan yang memiliki pasien kanker dengan
kemoterapi.
2. Saran bagi perawat
Perawat di RSSA diharapkan memiliki kemauan dan kemampuan dalam
melakukan tindakan mandiri keperawatan, termasuk pemberian terapi
44
Aslam, M. S., Naveed, S., Ahmed, A., Abbas, Z., Gull, I., & Athar, M. A. (2014).
Side Effects of Chemotherapy in Cancer Patients and Evaluation of Patients
Opinion about Starvation Based Differential Chemotherapy. Journal of
Cancer Therapy, 5(July), 817–822.
Chan, H. K., & Ismail, S. (2014). Side effects of chemotherapy among cancer
patients in a Malaysian general hospital: Experiences, perceptions and
informational needs from clinical pharmacists. Asian Pacific Journal of
Cancer Prevention, 15(13), 5305–5309.
http://doi.org/10.7314/APJCP.2014.15.1 3.5305
Corwin, E. J. 2009. Buku saku patofisiologi. Alih bahasa: Nike Budhi Subekti.
Edisi 3. Jakarta: buku Kedokteran EGC
Dibble, S.L., Luce, J., Cooper, B,A., & Israel, J. (2007). Acupressure for
Chemoterapy-induced Nausea and Vomiting: A Randomized Clinical Trial.
Oncology Nursing Forum. 34(4) 813-820
Enikmawati. 2015. Pengaruh aromaterapi jahe terhadap mual dan muntah akut
akibat kemoterapi pada penderita kanker payudara di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
http://journal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/174/172 [Diakses
pada tangal 02 Desember 2018)
Fraunholz, I., Grau, K., Weiß, C., & Rödel, C. (2011). Patient- and
TreatmentRelated Risk Factors for Nausea and Emesis during Concurrent
Chemoradiotherapy. Strahlenther Onkology, (1), 1–7.
http://doi.org/10.1007/s00066-010-2196- 0
Jani, M. R., Vaghela, N. P., Prajapati, V. H., Pharmacy, S. S., Oncologist, C., &
Clinic, H. (2014). Correlation Between Smoking , Smokeless Tobacco and
Alcohol Drinking and Emesis in Patients Receiving. World Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(8), 1265–1275
Junaidi, I. 2014. Hidup sehat bebas kanker mewaspadai kanker sejak dari dini.
Yogyakarta: Rapha Publishing
Mustian, K. M., Katie D., Julie L. R., Michelle C. J., Lisa K. S., Luke J. P, Grace
D. C., Supriya G. M., dan Gary R. M. 2011. Treatment of Nausea and
Vomiting During Chemotherapy. US Oncol Hematol; 7(2): 91–97.
Posadzki, P., Alotaibi, A., & Ernst, E. (2012). Adverse Effects of Aromatherapy :
A Systematic Review of Case Reports and Case Series. International Journal
of Risk & Safety in Medicine,24(3): 147-161. DOI: 10.3233/JRS-2012-
0568. [serial online] http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22936057
[diakses pada 4 Desember 2018]
Rahayu, D. A., & Nurhidayati, T. (2017). Penilaian terhadap Stresor & Sumber
Koping Penderita Kanker yang Menjalani Kemoterapi. In PROSIDING
SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL (Vol. 1, No. 1).
Roscoe, J. a., Morrow, G. R., Hickok, J. T., Mustian, K. M., & Shelke, A. R.
(2004). Biobehavioral factors in chemotherapyinduced nausea and vomiting.
JNCCN Journal of the National Comprehensive Cancer Network, 2(5), 501–
508.
Sari, D. M., Huda, N., & Utomo, W. (2018). Hubungan Dukungan Sosial terhadap
Kualitas Hidup Pasien Kanker Kolorektal yang Menjalani Kemoterapi Oral
di Poli Onkologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan, 5, 342-351.
Sekine, I., Segawa, Y., Kubota, K., & Saeki, T. (2013). Risk factors of
chemotherapyinduced nausea and vomiting : Index for personalized
antiemetic prophylaxis. Cancer Science, 104(6), 711–718.
http://doi.org/10.1111/cas.12146 Thompson, N. (2012). Optimizing
Treatment Outcomes in Patients at Risk for Chemotherapy-Induced Nausea
and Vomiting. Oncology Nursing, 16(3), 309–314.
Shinta, N., B. Surarso. 2016. Terapi Mual Muntah Pasca Kemoterapi. Jurnal
THT-KL. 9(2):74-83.
Stern RM, Koch KL, Andrews PL. 2011. Nausea: Mechanisms and Management.
New York: Oxford University Press.
Syarif, Hilman. 2011. The Effect of Accupressure Therapy for Acute Nausea
Vomiting in Patients with Cancer Chemotherapy; A Randomized Clinical
Trial. Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Mual Muntah Akut Akibat
Kemoterapi Pada Pasien Kanker; A Randomized Clinical Trial.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/6372 diakses tanggal 11
Desember 2018
Warr, J. K., Chambers, C. R., Cusano, F. L., Cuthbert, C. A., & Mah, M. S.
(2015). Feasibility of using the Multinational Association of Supportive
Care in Cancer Antiemesis Tool for assessment of chemotherapy-induced
nausea and vomiting at the Tom Baker Cancer Centre. Joural of Oncology
Pharmacy Practice, 21(5), 348–357. http://doi.org/10.1177/10781552145403
17