Anda di halaman 1dari 27

ASKEP DAN LP

Space Occupaying Lesion ( SOL )

Di susun oleh :
Erlin Novia Putrawan
Esti Lailatus S.
Estik Widyaningsih
A. PENGERTIAN

► SOL merupakan generalisasi masalah tentang adanya


lesi pada ruang Intracranial khususnya yang mengenai
otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi
pada otak seperti kantusio serebri, hematoma, infark,
abses otak dan tumor intra cranial. ( Long. C 1996 :
130 )
► Dalam Laporan Pendahuluan ( LP ) dan Asuhan
Keperawatan (ASKEP) ini, penulis batasi pada Tumor
Otak Adapun definisi Tumor Otak adalah proses
pertumbuhan termasuk benigna dan maligna yang
mengenai otak dan sumsum tulang belakang. ( Bullock,
1996 ).
► Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang di timbulkan
karna ada desakan ruang baik jinak maupun ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. ( Price
A . Sylvia. 1995 : 130 )
B. ETIOLOGI

Faktor resiko, tumor otak dapat terjadi pada setiap


kelompok ras. Terbukti meningkatknya seiring dengan
pertumbuhan usia.
Factor resiko akan meningkat pada orang yang
terpajan zat kimia tertentu ( okraionitil, tinta, pelarut,
minyak pelumas ), namun hal tersebut belum bias di
pastikan. Pengaruh genetic / herediter berperan serta
dal timbulnya tumor, penyakit sekelerosis TB dan
penyakit neurofibromatosis, Radiasi, virus, dan trauma
kepala juga berpengaruh.
C. PATOFISIOLOGI

Tumor otak terjadi karma adanya


proliferasi/pertumbuhan sel abnormal secara sangat
cepat pada daerah Central Nervus System ( CNS ). Sel
tersebut mempunyai Deoxiribonukleat Acid ( DNA ).
DNA yang abnormal tidak dapat mngontrol pembelahan
sel sehingga terjadi pembelahan sel yang berlebihan.
Penyebab tumor otak di dapat dari factor genetic,
radiasi, virus, dan sarcoma sistemik. Penekanan pada
otak menyebabkan penekanan maskularisasi arteri dan
vena timbul hipoksia, ischemia, hipoksia, dan pecahnya
pembuluh vena dan arteri.
lanjutan
Di otak timbul peningkatan tekanan intracranial otak dapat
menyebabkan :
1. Pergeseran kandunngan intracranial menstimulasai
hipotalamus untuk meransang nosiseptor, timbulnya
respon rasa nyeri,
2. Pergeseran system batang otak menstimulasi medulla
oblongata menyebabkan mual muntah,
3. Penekanan kiasma optikum sehingga menimbulkan papil
oedema,
4. Herniasi Unkus sehingga Girus Medialis lobus temporalis
bergeser ke inferios menekan mesencehpalon,
menyebabkan kehilangan kesadaran pada pasien.
D. MANIFESTASI KLINIS

I. Tanda dan gejala peningkatan tekanan intracranial :


► Sakit kepala/nyeri kepala
► Muntah
► Papiledema
II. Gejala terlokalisasi ( spesifik ) :
1. Tumor korteks motorik : Gerakan seperti kejang-
kejang yang terletak pada satu sisi tubuh ( kejang
jacksonian ).
2. Tumor lobus oksipital : Hemianopsia hamonimus
kontralateral ( hilang penglihatan pada setengah lapang
pandang pada sisi yang berlawanan dengan tumor ) dan
halusinasi pada penglihatan.
lanjutana

3. Tumor sereblum : Pusing, ataksia, gaya berjalan


sempoyongan, dengan kecendrungan jatuh kesisi yang
lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dengan nistagmus (
gerakan mata berirama dan tidak disengaja ).
4. Tumor lobus frontal : Gangguan keperibadian,
perubahan status emosional dan tingkah laku,
disintegrasi perilaku mental dan kurang merawat diri.
5. Tumor sudut serebelopontin : titinus dan kelihatan
vertigo, tuli, kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan
lidah.
6. Tumor intracranial : Bisa menimbulkan gangguan
keperibadian, konfusi gangguan bicara dan gangguan
gaya berjalan terutama pada lansia.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Angiografi
2. EEG
3. Biopsi sterotoktik
4. MRI
5. CT scan
F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Faktor-faktor prognostic sebagai


pertimbangan penattalaksanaan :
►Usia
►General Health
►Ukuran tumor
►Lokasi tumor
►Jenis tumor
lanjutan

Untuk tumor otak ada 3 metode utama yang digunakan :


1. Surgery
Terapi pre-Surgery :
Menghilangkan swelling contoh dexamethason → Steroid
Anticonvulsaat untuk mencegah dan mengontrol kejang
seperti carbamazepine digunakan untuk mengalurkan
cairan cerebrospinal → shunt
2. Radiotherapy → digunakan pada proses keganasan
3. Chemotherpy
Tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Di berikan
secara oral, IV atau bias juga secara shunt
G. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a) Data dasar
Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
alamat, golongan darah, penghasilan.
b) Riwayat kesehatan
Apakah klien pernah terpejan zat-zat kimia
tertentu, riwayat tumor padda keluarga, penyakit
yang mnedahului seperti sclerosis TB dan
penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai
timbul.
c) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, kaku, hilang
keseimbangan
lanjutan

d) Sirkulasi
Gejala : Nyeri kepala pada saat beraktivitas
Kebiasaan : Perubahan pada tekanan darah /
normal, perubahan frekuensi jantung.
e) Integritas ego
Gejala : Faktor, stress, perubahan tingkah laku atau
keperibadian.
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi,
bingung, depresi dan impulsif.
f) Eliminasi
Inkontinensia kandung kemih, usus mengalami
gangguan fungsi
lanjutan
g) Makan / cairan
Gejala : Mual, muntah proyektil, dan mengalamai
perubahan selera.
Tanda : Muntah ( mungkin proyektl ), gangguan
menelan.
h) Neuro sensori
Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinnitus,
kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan.
Tanda : Perubahan kesdaran sampai koma, perubahan
status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata
ketidakmampuan mengikuti, kehilangan pengindraan,
wajah tidddak simetris, genggaman lemah tidak
simbang, kejang.
lanjutan
i) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri kepala dengan intensitras yang
berbeda dan biasanya lama.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik diri
rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bias
istirahat atau tidur.
j) Pernafasaan
Tanda : Perubahan pola nafas, irama nafas
meningkat, clispnea potensial obstruksi.
k) Hormonal
Amenorrhea, rambut rontok, dapetes insipidus.
lanjutaan
l) System motorik
Scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan.
m) Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik, karsinogen,
pemajanan sinar matahari berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
n) Sexualiatas
Gejala : masalah pada sexual.
o) Interaksi sosial
Ketidak adekuatan system pendukung, riwayat
perkawinan, fungsi peran.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL PADA
PASIEN :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan pengehentian suplai darah ke otak oleh SOL di
tandai dengan perubahan tingkat kesadaran,
kehilangan memori, perubahan respon
motorik/sensorik, gelisah dan perubahan tanda vital.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
perubahan resepsi sensori transmisi dan integrasi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tekanan intracranial, konsekuensi
kemotraphy, radiasi, pembedahan.
lanutan

5. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas


berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler,
kerusakan kognitif.

( Doenges, 2000 )
III. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan dapat berkurang atau
dapat di adaptasi oleh klien.
Keriteria hasil :
► Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan
berkurang atau dapat diatasi.
► Klien tidak merasa kesakitan.
Intervensi Rasional

► Kaji keluahan nyeri : intensitas, ► Identifikasi karakteristik nyeri


karaktristik, lokasi, lamanya, faktor dan faktor yang berhubungan
yang memperburuk dan meredakan. merupakan suatu hal yang penting
untuk memilih intervensi yang
cocok dan untuk mengevaluasi
keefektivan terapi yang diberikan.
► Meningkatkan rasa nyaman dengan
► Berikan kompres dingin pada kepala. menurunkan vasodilatasi.
► Mengajarkan tekhnik dilatasi dan
► Dapat mengalihkan perhatian
relaksasi. nyerinya ke hal-hal menyenangkan
► Observasi adanya tanda-tanda nyeri
► Merupakan indicator / derajat nyeri
non verbal seperti ekspresi wajah,
yang tidak langsung yang dialami.
gelisah, menangis/meringis,
perubahan tanda vital.
► Kolaborasi pemberian analgetik
► Analgetik membelok lintasan nyeri
sehingga nyeri berkurang
2. Dx : Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan pengehentian suplai darah ke otak oleh SOL di
tandai dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan
memori, perubahan respon motorik/sensorik, gelisah
dan perubahan tanda vital.

► Tujuan : Perfusi jaringan membaik ditandai dengan


TTV stabil.

► Kriteria hasil : Klien akan dipertahankan tingkat


kesadaraan, perbaikan kognisi fungsi motorik / sensorik,
TTV stabil, tak ada tanda-tanda peningkatatan TIK.
Intervensi Rasional
• Monitor dan kaji GCS.
• Mengetahui tingkat kesadaran.
• Pantau TTV bandingkan dengan
• Mengetahui keadaan umum klien
keadaan sebelumnya.
karena pada stadium awal tanda vital
tidak berkolerasi langsung dengan
kemunduran status neurology.
• Kaji perubahan penglihatan dan •Respon pupil dapat memperlihatkan
perubahan pupil. keutuhan fungsi batang otak dan pons,
merupakan tanda peningkatan TIK.
• Hindari istrahat klien, hindari faktor •Keadaan istirahat mengurangi
yang dapat meningkatkan TIK kebutuhan oksigen
tindakan keperawaata yang dapat
mengganggu tidur pasien.
•Berikansedative / analgetik dengan
•Kolaboratif
dengan tim medis dalam kolaboratif.
pemberian obat.
3. Dx : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
perubahan resepsi sensori transmisi dan integrasi.
► Tujuan : Klien mampu menetapkan dan menguji relitas
serta menyingkirkan kesalahan persepsi sensori.
► Kriteria hasil :
 Klien dapat mengenali kerusakan sensori.
 Klien dapat menidentifikasi prilaku yang dapat
mengkonfensasi kekurangan.
 Klien dapat mengungkapkan kesedaran tentang
kebutuhan sensori dan potensial terhadap
kebutuhan
Intervensi Rasional
•Bantuklien mengenali dan •Dapat membantu menurunkan
mengkonfensasi perubahan sensasi. ansietas tentang ketidak tahuan dan
mencegah cedera.
•Berikan rangsangan taktil, sentuh •Menyentuh menyampaikan perhatian
klien pada area dengan sensori utuh, dan memenuhi kebutuhan fisiologi dan
missal : bahu, wajah, kepala. fisikologi normal.
•Berikan tidur tanpa gangguan dan •Menurunkan kelebihan beban sensori,
waktu istirahat. meningkatkan orientasi dan
kemampuan koping, dan membantu
dalam menciptakan kembali pola tidur
alamiah.

•Pertahankan adanya respon •Indikasikerusakan taktus sensori dan


emosional, berlebihan, perubahan stress psikologis, memerlukan
proses berpikir, missal : disorentasi, pengkajian dan intervensi lebih lanjut.
berpikir kacau
4. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tekanan intracranial, konsekuensi
kemotraphy, radiasi, pembedahan.
► Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
dengan adekuat.
► Keriteria hasil :
 Klien dapat mendemonstrasikan berat badan
stabil,
 Mengungkapkan pemasukan adekuat,
 Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk
merangsang nafsu makan.
Intervensi Rasional
•Kajitanda dan gejala kekurangan •Menentukan adanya kecemasaan
nutrisi : penurunan berat badan, nitrisi pada klien.
tanda-tanda anemia, tanda vital.
•Monitor intake nutrisi klien. •Salah satu efek kemoteraphy dan
radioteraphy adalah tidak nafsu
•Berikan makanan dalam porsi kecil makan.
tapi sering. •Mengurangi mual dan terpenuhinya
•Timbang berat badan 3X sehari. kebutuhan nutrisi.
•Berat badan salah satu indicator

•Monitor hasil LAB : Hb, dan Albumin. kebutuhan nutrisi.


•Menentukan status nutrisi.

•Kolaboratif pemberian obat


antiemetik. •Mengurangimual muntah untuk
meningkatkan intake makanan.
5. Dx : Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan
pola napas berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler, kerusakan kognitif.

► Kriteria hasil : Pasien dapat, dipertahanakan


pola nafas efektif, bebas sianosis, dengan GDA
dalam batas normal.
Intervensi Rasional
•Kajidan catat perubahan frekuensi, •Menentukan adanya perubahan
irama, dan kedalaman pernapasan. frekuensi dan kedalaman pernapasan.
•Angkat kepala tempat tidur sesuai •Mebebaskan jalan napas.
atuiran / posisi miring sesuai indikasi.
•Anjurkan utuk bernapas dalam, jika •Memenuhi kebutuhan oksigen
pasien sadar.
•Lakukan penghisapan lendir dengan
•Membersihkan jalan napas
hati hati jangan lebih dari 10 – 15
detik, catat karakter warna,
kekentalan dan kekeruhan sekret
•Pantau pengguanaan obat obatan
depresan seperti sedatif

Anda mungkin juga menyukai