Anda di halaman 1dari 22

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN CHOLELITIASIS


DI RUANG TERATAI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO

Disusun untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh Kelompok 3

Putri Pirda Erlina I4B018055


Aditya Pandu Widiatmoko I4B018064
Ridho Tristantiningsih I4B018066
Mahati Ulfah I4B018092
Miftahul Huda I4B018102
Eva Kholifa I4B018112

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cholelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena frekuensi
kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban sosial bagi
masyarakat. Sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat. Angka
kejadian lebih dari 20% populasi dan insiden meningkat dengan bertambahnya usia.
Cholelitiasis sangat banyak ditemukan pada populasi umum dan laporan menunjukkan
bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi ditemukan 13,1% adalah pria dan 33,7% adalah
wanita yang menderita batu empedu. Di negara barat penderita cholelitiasis banyak
ditemukan pada usia 30 tahun, tetapi rata-rata usia tersering adalah 40–50 tahun dan
meningkat saat usia 60 tahun seiring bertambahnya usia, dari 20 juta orang di negara
barat 20% perempuan dan 8% laki-laki menderita cholelitiasis dengan usia lebih dari 40
tahun (Cahyono, 2014).

Sekitar 12% dari total penduduk dewasa di negara barat menderita


cholelitiasisjadi sekitar 20 juta jiwa yang menderita cholelitiasis, disetiap tahunnya
ditemukan pasien cholelitiasis sekitar 1 juta jiwa dan 500.000 jiwa menjalani operasi
pengangkatan batu empedu (cholesistektomi atau laparoscopy chole). Cholelitiasis
merupakan penyakit penting dinegara barat (Sudoyo,2006).

Cholelitiasis merupakan kondisi yang paling banyak ditemukan. Kondisi ini


menyebabkan 90% penyakit empedu, dan merupakan penyebab nomor lima perawatan di
rumah sakit pada usia muda. Choleltiaisis biasanya timbul pada orang dewasa, antara usia
20-50 tahun dan sekitar 20% dialami oleh pasien yang berumur diatas 40 tahun. Wanita
berusia muda memiliki resiko 2-6 kali lebih besar mengalami cholelitiasis. Cholelitiasis
mengalami peningkatan seiring meningkatnya usia seseorang. Sedangkan kejadian
cholelitiasis di negara Asia 3%-15% lebih rendah dibandingan negara barat. Di Indonesia,
cholelitiasis kurang mendapat perhatian karena sering sekali asimtomatik sehingga sulit
di deteksi atau sering terjadi kesalahan diagnosis. Penelitian di Indonesia pada Rumah
Sakit Columbia Asia Medan sepanjang tahun 2011 didapatkan 82 kasus cholelitiasis
(Ginting, 2012). Di Indonesia, cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di klinis,
sementara publikasi penelitian tentang cholelitiasis masih terbatas. Berdasarkan studi
kolesitografi oral didapatkan laporan angka insidensi cholelitiasis terjadi pada wanita
sebesar 76% dan pada laki-laki 36%dengan usia lebih dari 40 tahun. Sebagian besar
pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko penyandang batu empedu
3

untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu
empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik makaresiko untuk
mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat (Cahyono,2014). Kurang lebih
50% penderita cholelitiasis tidak memiliki dan menunjukan keluhan, danhampir 30%
penderita cholelitiasis mengalami gejala nyeri dan 20% berkembang menjadi komplikasi
penyakit. Tetapi saat penderita cholelitiasis mengalami serangan nyeri colic yang spesifik
akan beresiko menimbulkan masalah dan penyakit (Sudoyo,2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ndraha (2014) didapatkan hasil sebanyak
87 pasien didiagnosis cholelitiasis dengan rentang usia 45,6. Prevalensi pada pasien
perempuan lebih banyak daripada laki-laki. (54,47) dengan usia rata-rata 40 tahun
(80,46%). Sejumlah 68,97 merupakan pasien di ruang rawat inap. Saat ini penderita
cholelitiasis di Indonesia cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup seperti
orang-orang barat yang suka mengkonsumsi makanan cepat saji yang dapat
menyebabkan kegemukan karena timbunan lemak dan menjadikan pemicu terjadinya
cholelitiasis. Tetapi jumlah secara pasti berapa banyaknya penderita batu empedu belum
diketahui karena belum ada studi mengenai hal tersebut (Djumhana, 2010). Banyaknya
faktor yang mempengaruhi terjadinya cholelitiasis adalah faktor keluarga, tingginya
kadar estrogen, insulin, dankolesterol, penggunaan pil KB, infeksi, obesitas, gangguan
pencernaan, penyakit arteri koroner, kehamilan, tingginya kandung lemak dan rendah
serat, merokok, peminum alkohol, penurunan berat badan dalam waktu yang singkat,dan
kurang olahraga (Djumhana, 2010).

Berdasarkan beberapa banyaknya faktor yang dapat memicu atau menyebabkan


terjadinya cholelitiasis adalah gaya hidup masyarakat yang semakin meningkat terutama
masyarakat dengan ekonomi menengah keatas lebih suka mengkonsumsi makanan cepat
saji dengan tinggi kolesterol sehingga kolesterol darah berlebihan dan mengendap dalam
kandung empedu dan menjadi kantung empedu dan dengan kurangnya pengetahuan dan
kesadaran tentang akibat dari salah konsumsi makanan sangat berbahaya untuk
kesehatan mereka(Haryono,2012).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahui memahami,
menjelaskan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan cholelitiasis

BAB II ISI
4

I. Pengkajian
A. Identitas
Nama : Ny. E
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 10-04-1972
Usia : 47 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendikan terakhir : SMP
Tanggal masuk RS : 06/04/2019
Alamat : Maron RT 08/01 Garung, Wonosobo
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
No. RM : 02093868
Asuransi : BPJS
Diagnosa Medis : Cholelitiasis
Tanggal Pengkajian : 08/04/2019
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri pada area pembedahan perut kanan atas.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 06 April 2019 pukul 13.00 WIB dengan
keluhan nyeri perut dengan skala 6 pada perut bagian kanan atas. Pasien mengatakan
nyeri menjalar hingga punggung dan meningkat saat beraktivitas. Selain itu, pasien
juga mengeluh mual dan muntah yang dirasakan sejak bulan februari 2019. Hasil
pengkajian nyeri P: saat beraktivitas, Q: nyeri seperti diiris-iris, R: Abdomen kuadran
kanan atas, S: 6, T: Intermiten. Hasil pemeriksaan rontgen thorax pasien mengalami
pembengkakan pada hati dan akan dilakukan operasi.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSU Wonosobo selama 3 hari
dengan keluhan yang sama pada pertengahan bulan februari 2019. Pasien memiliki
riwayat kolesterol dan hipertensi, pasien rutin meminum obat antihipertensi yang
didapat dari Puskesmas Garung, Wonosobo sejak april 2018 .
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien yaitu almarhumah ibu pasien menderita Ca Mamae 26 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang pernah menderita cholelitiasis,
hipertensi dan kolesterol tinggi.
Genogram
5

Keterangan:

= laki-laki = perempuan = pasien

= meninggal = tinggal satu rumah = garis keturunan

C. Pola Kesehatan Fungsional


1. Persepsi kesehatan & pola manajemen kesehatan
Ny.E memiliki pengetahuan baik tentang manajemen kesehatan. Hal ini dibuktikan
dengan kegiatannya yang selalu mengikuti kegatan Posbindu dan skrining kesehatan.
Saat sakit Ny.E biasa berobat di fasyankes terdekat. Ny.E mengatakan tidak begitu
paham mengenai penyakitnya yang sekarang sedang dialami. Sebelumnya klien
pernah mengkonsumsi obat antihipertensi.
2. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Intake makanan
a. Antropometri
TB 160 cm, BB 50 kg, IMT 19,53 (BB ideal)
b. Biokimia
Pemeriksaaan hematologi pada tanggal 6 April 2019.
c. Clinical sign
Pasien tidak tampak kurus, rongga mulut dan gigi tampak bersih, konjungtiva
tidak anemis, dan sklera tidak ikterik.

d. Diet
Pasien melaporkan sebelum masuk rumah sakit makan 1x/hari dengan porsi
satu piring. Makanan yang sering dikonsumsi di rumah seperti tempe, tahu,
telur, sayur, dan terkadang ayam atau daging. Setelah masuk rumah sakit
pasien melaporkan makan hanya 4-5 sendok. Pasien melaporkan makanan
yang dikonsumsi saat di rumah sakit hanya makanan yang diberikan dari
rumah sakit seperti telur, sayur sop bening dan lain-lain.
2) Intake cairan
Pasien melaporkan saat di rumah biasanya minum air putih sebanyak ±4 gelas/hari
(±250 cc x 4), dan terkadang minum teh manis. Setelah di rumah sakit pasien
melaporkan minum air putih ± 2 gelas (±250 cc x 2) dan terpasang infus RL 20
tpm macro.

3. Pola Eliminasi
1) BAB
6

Pasien melaporkan sebelum sakit BAB 1x/hari dengan konsistensi padat agak
keras berwana kekuningan tidak berlendir. Setelah sakit pasien mengatakan belum
BAB selama masuk ke rumah sakit.
2) BAK
Pasien mengatakan BAK 8-7 kali per hari dengan warna kuning jernih bau khas
urin sebelum sakit. Saat sakit warna urine kekuningan 5 - 6 kali sehari.
3) Balance cairan tanggal 9 April 2019
Input Output

Minum air putih dalam 24 jam 2 x 240 cc= 480 cc Urine dalam 24 jam 6 x 120 = 480 cc
Cairan infus 20 tpm dalam 24 jam = 1.440 cc IWL 15 cc x 50 kg = 1320 cc
Air metabolisme 5cc x 50 kg = 250 cc

Jumlah total input = 2.170 cc

Jumlah total output = 1.800 cc

Balance cairan = input – output


= 2..170 cc - 1.800 cc
= -370 cc
7

4. Pola Aktivitas Kegiatan


Sebelum sakit aktivitas klien sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga yang
mengerjakan pekerjaan rumah. Pasien jarang berolah raga karena sibuk dengan
pekerjaannya. Saat sakit dalam beraktivitas pasien dibantu oleh keluarganya namun
hanya sebagian kegiatan saja yang dibantu, posisi pasien miring dengan diganjal
menggunakan bantal.

No Aktivitas Indikator Score


1 Makan 0 =tidak mampu 1
(Feeding) 1=Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll.
2=Mandiri
2 Mandi (Bathing) 0=Tergantung orang lain 0
1=Mandiri
3 Perawatan diri 0=Membutuhkan bantuan orang lain 1
(Grooming) 1=Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4 Berpakaian 0=Tergantung orang lain 1
(Dressing) 1=Sebagian dibantu (misal mengancing baju)
2= Mandiri
5 Buang air kecil 0=Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol 2
(Bowel) 1=Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2=Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6 Buang air besar 0=Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 2
(Bladder) 1=Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2=Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0=Tergantung bantuan orang lain 1
toilet 1=Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2=Mandiri
8 Transfer 0=Tidak mampu 1
1=Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2=Bantuan kecil (1 orang)
3=Mandiri
9 Mobilitas 0=Immobile (tidak mampu) 1
1=Menggunakan kursi roda
2=Berjalan dengan bantuan satu orang
3=Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10 Naik turun 0=Tidak mampu 1
tangga 1=Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2=Mandiri
Jumlah 11
Instrumen Indek Barthel
Intepretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
5. Pola Istirahat-Tidur
8

Pasien mengatakan biasa istirahat tidur 6-8 jam sehari, jarang terbangun dimalam
hari. Saat sakit pasien kesulitan untuk tidur pada malam hari, jika bisa tidur hanya 2
jam kemudian terbangun lagi. Pasien tidak tidur pada siang hari.
6. Pola Persepsi-Kognitif
Sebelum sakit : Menurut keluarga jika sedang sehat pasien mampu melakukan
kegiatan rutinitas biasa tanpa bantuan orang lain, pasien tidak
menggunakan kacamata.
Setelah sakit : Pasien menjawab semua pertanyaan dengan jelas ketika kondisi
sedang baik, namun ketika nyeri timbul pasien terdiam menahan
nyerinya. Beberapa aktifitas pasien di tempat tidur dibantu oleh
keluarga

7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri


Sebelum sakit : Keluarga mengatakan, pasien adalah seorang ibu yang baik,
pasien berinteraksi sosial secara baik di keluarga dan
lingkungannya.
Setelah sakit : Pasien menanyakan kira-kira oerasi kapan dilakukan, nanti
dikamar operasi seperti apa, untuk sembuh memerlukan waktu
berapa hari, apakah bisa beraktivitas seperti sediakala, apa saja
yang harus dilakukan supaya tidak kambuh lagi. Pasien telah
mendapatkan penjelasan tentang penyakitnya, tetapi belum
sepenuhnya mengerti tetntang penyakitnya. Pasien bersedia
mengikuti program pengobatan dan berharap segera sembuh.

8. Pola Peran Hubungan


Pasien mempunyai 4 anak yaitu 3 laki-laki dan 1 perempuan. Pasien mempunyai
hubungan yang baik dengan anggota keluarga yang lain. Jika ada permasalahan
dalam keluarga, pasien bermusyawarah dengan suaminya. Pasien dibawa ke RSMS
merupakan hasil keputusan keluarga.
9. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien memiliki riwayat kontrasepsi menggunakan suntik. Pasien mengatakan selama
KB suntik tidak mendapatkan menstruasi secara teratur, hanya kadang-kadang
ngeflek saja. Namun setelah sakit pasien mengalami haid.

10. Pola Koping-Toleransi Stres


Pasien cukup terbuka dengan anak dan suaminya. Apabila ada masalah, pasien lebih
sering menceritakan kepada anak dan suaminya.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien beragama islam, sholat 5 waktu dirumah dan terkadang
9

dimushola/masjid.
Setelah sakit : Selama sakit pasien beribadah dengan berdoa dan bersholawat di
tempat tidur.
Terapi Farmakologi
a. Ceftriaxone 2x1 gram
b. Ketorolac 3x30 mg
c. Ranitidin 2x1 gram
d. Tramadol 3x1 ampul
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Kesadaran compos mentis, GCS: 15 (E 4 V 5 M 6).
2. Tanda-tanda vital : TD: 130/90 mmHg, Nadi: 83x/menit, RR: 20 x/menit,
suhu: 36,6ºC.
3. Postur tubuh : Pasien memiliki tingi badan 165 cm dengan BB 70 kg
4. Kepala : Bentuk kepala nomal, kulit kepala bersih, rambut hitam
tebal, rambut agak lepek, tidak ada benjolan dikepala.
5. Mata : Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis dan tidak
ikterik, tidak nyeri tekan, tidak ada peradangan,
gerakan bola mata baik.
6. Hidung : Hidung bersih, bentuk simetris, tidak ada sekret dan
polip, tidak nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pernfasan cuping hidung.
7. Telinga : Telinga bersih, daun telinga simetris, tidak ada
serumen, tidak ada nyeri tekan, kartilago lentur.
8. Mulut : Mukosa kering, warna bibir merah jambu, gigi terdapat
sedikit caries gigi, bisa menelan,bicara pelan dan jelas.
9. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis atau tiroid, tidak
ada pembengkakan trakea
10. Dada
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada retraksi dinding
dada, iktus kordis tidak terlihat, payudara simetris.
Palpasi : Tidak ada krepitasi, tidak nyeri tekan
Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung pekak
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, bunyi jantung lub dub
11. Abdomen
Inspeksi : Tidak asites dan bentuk simetris, kembung, terdapat
luka bekas operasi pada bagian perut, luka operasi
ditutup verban, verban bersih.
Auskultasi : Bising usus + 4x/menit
Perkusi : Timphani
Palpasi : Nyeri tekan pada area post operasi
12. Ekstremitas : Akral hangat, lengan kanan terpasang infus RL 20 tpm
macro, capilary refill <3 detik.
10

Kekuatan otot:
5 5
5 5
0=Tidak ada gerakan
1=Kontraksi otot minimal terasa tanpa menimbulkan gerak
2=Otot dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan
3=Gerakan otot dapat melawan gravitasi tapi tidak bila melawan tahanan
pemeriksa
4=Gerakan otot dengan tahanan ringan dan dapat melawan gravitasi
5=Gerakan otot dengan tahanan maksimal

13. Genetelia : Terpasang diapers, terpasang chateter.


11

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium
Tanggal : 06-04-2019
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal Intepretasi
Hemoglobin 14,4 g/dL 11,7-15,5 Normal
Leukosit 6630 10^3/uL 3,6-11 Tinggi
Hematokrit 43 % 35-47 Normal
Eritrosit 5,1 10^6/uL 3,8-5,2 Normal
Trombosit 198 10^3/uL 150 – 440 Normal
MCH 28,2 pg 26-34 Normal
MCHC 33,6 g/dl 32-36 Normal
MCV 84,1 fl 80-100 Normal
Eusinofil 1,7 % 2-4 Rendah
Basofil 0,5 % 0-1 Normal
Netrofil Segmen 62,2 % 50-70 Normal
Limfosit 30,9 % 25-40 Normal
Monosit 4,4 % 2-8 Normal
Natrium 143 mmol/L 134-146 Normal
Kalium 4,0 mmol/L 3,4-4,5 Normal
Ureum 22,70 mg/dL 14,98-38,53 Normal
PT 10,7 detik 9,9-11,0 Normal
APTT 35,2 detik 26,4-37,5 Normal
SGOT 14 u/L 15-37 Rendah
SGPT 21 u/L 14-59 Normal
Bilirubin total 1,15 mg/dl 0,20-1,00 Tinggi
Klorida 109 mEq/L 96-108 Tinggi
12

II. Diagnosa Keperawatan


A. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Subyektif: Agen cedera Domain 12 : kenyamanan
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian biologis (post Kelas 1 : kenyamanan fisik
luka post op operasi) Kode: 00132
Obyektif: Nyeri akut
- Pasien sesekali meringis menahan nyeri
- TD : 130/90 mmHg
- P : nyeri terjadi jika pasien melakukan
gerakan
- Q : nyeri seperti berdenyut
- R: di daerah abdomen bekas operasi
- S : skala 6
- T : nyeri hilang timbul
2. Subyektif : Kurang Domain 5: Persepsi/kognisi
- pasien menanyakan apakah sudah Informasi Kelas 4: Kognisi
boleh miring kanan kiri belum Kode: 00126
- pasien mengatakan belum Defisiensi Pengetahuan
memahami tentang sakitnya.
Obyektif:
- Pasien tampak lemas, hanya
berbaring ditempat tidur
- Tidur diganjal bantal karena takut
gerak membuat kondisinya buruk
- Pergerakan ditempat tidur dibantu
keluarga
- Pasien belum flatus
3. Subyektif: Stresor Domain 9: koping/toleransi
- Pasien menanyakan kapan akan stres
dilakukan operasi, bagaimana setelah Kelas 2: Respons Koping
dioperasi, apakah bisa sembuh Kode: 00146
Obyektif: Ansietas
- TD : 130/90
- Insomnia
- Tampak gelisah
- Perubahan pola tidur

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pasien Ny. E adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
3. Ansietas berhubungan dengan stresor.
13

III. Rencana Keperawatan


No Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Domain 12 : Tujuan: Manajemen nyeri
kenyamanan Setelah dilakukan tindakan 1. Pengkajian nyeri secara komprehensif. 1. Untuk mengetahui nyeri pasien secara keseluruhan.
Kelas 1 : keperawatan selama 3x24 jam 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal. 2. Untuk mengetahui respon tubuh terhadap nyeri.
diharapkan nyeri yang dialami dapat 3. Pastikan pasien meminum obat analgesik 3. Untuk menurunkan nyeri yang dialami pasien.
kenyamanan fisik
berkurang ditandai dengan yang diberikan. 4. Untuk memermudah pasien dalam menangani
Kode: 00132 Kontrol nyeri 4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien nyerinya.
Nyeri akut Indikator A T mengenai nyeri. 5. Untuk mengetahui koping pasien terhadap
berhubungan Mengenali kapan nyeri 5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri pengalaman nyeri yang dialaminya.
dengan agen cedera 2 4
terjadi terhadap kualitas hidup pasien. 6. Untuk mengetahui cara menurunkan nyeri pasien
biologis Menggambarkan faktor 6. Gali faktor-faktor yang dapat menurunkan secara efektif.
2 4
penyebab dan memerberat nyeri bersama dengan 7. Untuk menurunkan nyeri pasien secara individu
Menggunakan tindakan pasien. maupun bersama.
2 4
pencegahan 7. Ajarkan metode farmakologi dan Untuk menambah pengetahuan pasien tentang nyeri
Menggunakan tindakan nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri. agar dapat mengatasi nyerinya sendiri ketika sedang
pengurangan nyeri tanpa 8. Ajarkan pasien prinsip-prinsip manajemen tidak bersama orang lain.
2 4 nyeri.
dan menggunakan
analgesik
Melaporkan gejala yang
tidak terkontrol pada 2 4
profesional kesehatan
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan

2. Domain 5: Tujuan: Pengajaran: proses penyakit


Persepsi/kognisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait 1. Mengetahui pengetahuan yang dimiliki pasien dan
Kelas 4: kognisi keperawatan selama 3x24 jam dengan proses penyakit yang spesifik. dapat menentukan informasi yang akan diberikan
Kode: 00126
defisiensi pengetahuan berkurang 2. Jelaskan patofisiologi penyakit dan 2. Memberikan informasi tentang penyakit pasien
Defisiensi
ditandai dengan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan, 3. Memberikan pengetahuan terkait gejala penyakitnya
Pengetahuan: Rejimen sesuai apa yang dibutuhkan agar pasien dapat menyesuaikan dengan yang dialami
pengetahuan penanganan 3. Jelaskan mengenai proses penyakit 4. Pasien mengetahui proses penyakit yang dialami
berhubungan Indikator A T 4. Jelaskan tanda dan gejala yang umum akan 5. Pasien mengetahui komplikasi yang nanti dapat
dengan kurang Proses penyakit tertentu 2 4 terjadi terjadi
informasi Manfaat perawatan 2 4 5. Diskuikan mengenai perubahan gaya hidup 6. Pasien mampu menerapkan tindakan pencegahan
14

Aktivitas fisik yang 2 4 yang diperlukan untuk mengontrol proses yang telah diberitahukan.
dianjurkan penyakit
Keterangan: 6. Edukasi pasien mengenai tindakan untuk
1. Sangat terganggu mengontrol atttaaau meminimalkan gejala.
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3. Domain 9: Tujuan: Penurunan kecemasan
koping/toleransi stres Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Pasien terbuka dengan perawat
Kelas 2: Respons keperawatan selama 3x24 jam 2. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Mengurangi angka kecemasan
diharapkan ansietas yang dialami klien 3. Mengurangi kecemasan pasien terhadap penyakit
Koping
dapat berkurang ditandai dengan 3. Jelaskan semua proseur dan apa yang akan 4. Mennujukan empati kepada klien
Kode: 00146 Tingkat kecemasan dilaksanakan selama prosedur 5. Mengurangi tingkat ketegangan
Ansietas Indikator A T 4. Temani pasien dan libatkan keluarga untuk
berhubungan Tidak dapat beristirahat 2 4 keamanan dan rasa takut
dengan stresor Perasaan gelisah 2 4 5. Berikan inormasi tentang penyakit dan
Rasa cemas yang perawatanya pada keluarga klien
3 4
disampaikan secara lisan 6. Dengarkan keluhan klien
Peningkatan tekanan 7. Bantu klien mengenal situasi yang
3 4
darah menimbulkan kecemasan
Gangguan tidur 2 4 8. Ajarkan dan anjurkan klien untuk relaksasi
Keterangan: 9. Kolaborasi pemberian obat untuk
1. Tidak pernah menunjukkan mengurangi kecemasan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan

IV. Implementasi
No Hari/Tgl Jam Dx Implementasi Respon Paraf
1. Senin, 08-04- 10.00 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif. Subyektif:
2019 2. Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal. - Pasien mengatakan sakit pada luka bekas operasi
3. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang - Sakitnya seperti berdenyut
diberikan. Obyektif:
- TD : 130/90 mmHg
- P : nyeri terjadi jika pasien bergerak
15

- Q : nyeri sperti berdenyut


- R: di daerah perut bagian kanan
- S : skala 6
- T : nyeri hilang timbul
- Pasien meringis kesakitan
2. Senin, 08-04- 12.00 2 1. mengkaji tingkat pengetahuan pasien terkait Subjektif:
2019 dengan proses penyakit cholelitiasis atau batu - Pasien bertanya mengenai kondisinya sekarang
empedu - Pasien bertanya apakah penyakitnya berbahaya
2. menjelaskan patofisiologi penyakit batu empedu - Pasien menanyakan terkait penyebab penyakitnya
yang dapat diakibatkan oleh kolesterol sehingga - Pasien mengatakan pernah memiliki riwayat kolesterol
terjadi penumpukan dan membentuk gumpalan - Pasien menanyakan apa yang tidak boleh dimakan
yang mengeras.
3. menjelaskan tanda dan gejala yang umum akan Obyektif:
terjadi seperti nyaeri tiba-tiba pada bagian perut - Pasien memahami apa yang disampaikan
kanan bagian atas. - Pasien kooperatif
4. mendiskusikan mengenai perubahan gaya hidup
yang diperlukan untuk mengontrol proses penyakit
seperti membatasi makanan berlemak.
5. mengedukasi pasien mengenai tindakan untuk
mengontrol atau meminimalkan gejala.

3. Senin, 08-04- 14.00 3 6. Membina hubungan saling percaya Subjektif:


2019 7. Menggunakan pendekatan yang menenangkan - Pasien bertanya mengenai kondisinya sekarang
klien - Pasien bertanya apakah sudah boleh makan
8. Menjelaskan semua proseur dan apa yang akan Obyektif:
dilaksanakan selama prosedur - Wajah tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
4. Selasa, 09-04- 09.30 1 1. Melakukan observasi adanya petunjuk nonverbal. Subyektif:
2019 2. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang - Pasien mengatakan nyeri berdenyut.
diberikan. Obyektif:
3. Menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien - GCS 15
mengenai nyeri. - TD : 130/90, Nadi: 84x/menit, RR: 20 x/menit, suhu: 36,6ºC.
4. Menentukan akibat dari pengalaman nyeri - Luka post op bagus
terhadap kualitas hidup pasien.
5. Mengajarkan metode nonfarmakologi untuk
menurunkan nyeri berupa tekhnik nafas dalam.
16

5. Selasa , 09-04- 11.00 2 1. menjelaskan mengenai proses penyakit batu Subyektif:


2019 empedu yang dapat menimbulkan nyeri, demam - Pasien mengerti apa yang dikatakan perawat
atau denyut jantung yang cepat. Obyektif:
2. menjelaskan tanda dan gejala yang umum akan - Keluarga mendampingi pasien
terjadi seperti nyeri, mual dan muntah, bab - Keluarga membantu pemenuhan kebutuhan pasien
berwarna pucat atau demam.
3. mendiskuikan mengenai perubahan gaya hidup
yang diperlukan untuk mengontrol proses penyakit
seperti olahraga teratur, pola makan teratur dan
istirahat teratur.
4. mengedukasi pasien mengenai tindakan untuk
mengontrol atau meminimalkan gejala seperti
relaksasi nafas dalam saat nyeri dan mual, makan
sedikit tapi sering untuk mempertahankan nutrisi
saat mual.

6. Selasa , 09-04- 14.15 3 1. Menemani pasien dan melibatkan keluarga untuk Subyektif:
2019 keamanan dan rasa takut - Pasien mengerti apa yang dikatakan perawat
2. Memberikan inormasi tentang penyakit dan Obyektif:
perawatanya pada keluarga klien - Keluarga mendampingi pasien
3. Mendengarkan keluhan klien - Keluarga membantu pemenyhan kebutuhan pasien
4. Membantu klien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
5. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk
relaksasi

7. Rabu, 10-04- 09.30 1 1. Mengbservasi adanya petunjuk nonverbal. Subjektif:


2019 2. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang - Ny. E mengatakan nyeri berkurang
diberikan. Obyektif:
3. Menggali faktor-faktor yang dapat menurunkan - Ny. E tampak lebih rileks
dan memerberat nyeri bersama dengan pasien.
4. Mengajarkan metode nonfarmakologi untuk
menurunkan nyeri berupa dzikir.

8. Rabu, 10-04- 12.30 2 1. Membantu pasien menerapkan tindakan yang telah Subyektif:
2019 diberitahukan dan mempraktekkannya relaksasi - Pasien mengatakan sudah memahami tapi ada yang lupa
17

nafas dalam Obyektif:


2. Memantau pola nutrisi pasien - Keluarga menerapkan apa yang disarankan perawatnya
3. Mereview terkait apa yang diajarkan sebelumnya untuk menjaga pola nutrisi
- Pasien menerapkan relaksasi nafas dalam saat nyeri

12.30 3 4. Menemani pasien dan melibatkan keluarga untuk Subyektif:


keamanan dan rasa takut - Pasien mengerti apa yang dikatakan perawat
5. Memberikan infrmasi tentang penyakit dan Obyektif:
perawatanya pada keluarga klien selama dirumah - Keluarga mendampingi pasien
6. Mendengarkan keluhan klien - Keluarga membantu pemenyhan kebutuhan pasien
7. Membantu klien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
8. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk
relaksasi berupa nafas dalam

V. Evaluasi
No. Waktu Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)
1. Selasa, 09-04- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Subjektif:
2019 pukul 1. Pasien mengatakan sakit pada luka bekas operasi
09.00 wib 2. Sakitnya seperti berdenyut
Obyektif:
3. TD : 130/90 mmHg
4. P : nyeri terjadi jika pasien bergerak
5. Q : nyeri sperti berdenyut
6. R: di daerah perut bagian kanan
7. S : skala 6
8. T : nyeri hilang timbul
9. Pasien meringis kesakitan
Asessmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah nyeri teratasi sebagian
dengan indikator:
Indikator Awal Akhir Tujuan
Mengenali kapan nyeri terjadi 2 3 4
Menggambarkan faktor penyebab 2 3 4
Menggunakan tindakan pencegahan 2 3 4
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa dan 2 3 4
18

menggunakan analgesik
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional 3
2 4
kesehatan

Planning:
1. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang diberikan.
2. Menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
3. Menentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien.
4. Mengajarkan metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri berupa tekhnik nafas
dalam.
2. Selasa, 09-04- Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang Subyektif:
2019 pukul informasi terkait penyakit - Pasien mengerti apa yang dikatakan perawat
11.30 wib Obyektif:
- Keluarga mendampingi pasien
- Keluarga membantu pemenuhan kebutuhan pasien

Asessmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah defisiensi pengetahuan
ditempat tidur teratasi sebagian dengan indikator:

Indikator Awal Akhi Tujuan


r
Proses 2 4 3
penyakit
tertentu
Manfaat 2 4 3
perawatan
Aktivitas 2 4 2
fisik yang
dianjurkan

Planning:
- Membantu pasien menerapkan tindakan yang telah diberitahukan dan
mempraktekkannya relaksasi nafas dalam
- Memantau pola nutrisi pasien
- Mereview terkait apa yang diajarkan sebelumnya

3. Selasa, 09-04- Ansietas berhubungan dengan stresor Subjektif:


19

2019 pukul - Pasien bertanya mengenai kondisinya sekarang


14.30 wib - Pasien bertanya apakah sudah boleh makan
Obyektif:
- Wajah tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
- TD: 130/80 mmHg, S: 36,4 C, N: 82x/menit
Asessmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah ansietas teratasi
sebagian dengan indikator:
Indikator Awal Akhir Tujuan
Tidak dapat beristirahat 2 4 4
Perasaan gelisah 2 3 4
Rasa cemas yang disampaikan secara lisan 3 3 4
Peningkatan tekanan darah 3 4 4
Gangguan tidur 2 4 4

Planning:
1. Menemani pasien dan melibatkan keluarga untuk keamanan dan rasa takut
2. Memberikan inormasi tentang penyakit dan perawatanya pada keluarga klien
3. Mendengarkan keluhan klien
4. Membantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk relaksasi
4. Rabu, 10-04- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Subyektif:
2019 pukul - Pasien mengatakan nyeri berdenyut.
11.00 wib Obyektif:
- GCS 15
- TD : 130/90, Nadi: 84x/menit, RR: 20 x/menit, suhu: 36,6ºC.
- Luka post op bagus
Assesmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah nyeri teratasi sebagian
dengan indikator:
Indikator Awal Akhir Tujuan
Mengenali kapan nyeri terjadi 2 4 4
Menggambarkan faktor penyebab 2 4 4
Menggunakan tindakan pencegahan 2 3 4
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri
2 4 4
tanpa dan menggunakan analgesik
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol 2 4 4
20

pada profesional kesehatan

Planning:
1. Mengbservasi adanya petunjuk nonverbal.
2. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang diberikan.
3. Menggali faktor-faktor yang dapat menurunkan dan memerberat nyeri bersama
dengan pasien.
4. Mengajarkan metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri berupa dzikir.
5. Rabu, 10-04- Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang Subyektif:
2019 pukul informasi terkait penyakit - Pasien mengatakan sudah memahami tapi ada yang lupa
12.30 wib Obyektif:
- Keluarga menerapkan apa yang disarankan perawatnya untuk menjaga pola nutrisi
- Pasien menerapkan relaksasi nafas dalam saat nyeri

Asessmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah defisiensi pengetahuan
teratasi dengan indikator:

Indikator Awal Akhi Tujuan


r
Proses 2 4 3
penyakit
tertentu
Manfaat 2 4 3
perawatan
Aktivitas 2 4 4
fisik yang
dianjurkan

Planning:
1. Mengedukasi pasien untuk pemulihan keadaan umum post operasi seperti latihan
gerak
6. Rabu, 10-04- Ansietas berhubungan dengan stresor Subjektif:
2019 pukul - Pasien mengerti apa yang dikatakan perawat
15.00 wib Obyektif:
- Keluarga mendampingi pasien
- Keluarga membantu pemenyhan kebutuhan pasien
Asessmen:
21

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah ansietas teratasi
sebagian dengan indikator
Indikator Awal Akhir Tujuan
Tidak dapat beristirahat 2 4 4
Perasaan gelisah 2 4 4
Rasa cemas yang disampaikan secara lisan 3 3 4
Peningkatan tekanan darah 3 4 4
Gangguan tidur 2 4 4

Planning:
1. Menemani pasien dan melibatkan keluarga untuk keamanan dan rasa takut
2. Memberikan infrmasi tentang penyakit dan perawatanya pada keluarga klien selama
dirumah
3. Mendengarkan keluhan klien
4. Membantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk relaksasi berupa nafas dalam
22

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G, 2013, Nursing Intervention Classification (NIC), 6 ed, Missouri:


Elseiver Mousby.

Herdman, T.H., Kamitsuru, S, 2018, NANDA International Nursing


Diagnoses:Definition & Classification, 2018-2020 11 ed. Oxford: Wiley
Blackwell.
Cahyono, Suharjo B. 2009. Batu Empedu. Yogyakarta: Kanisus
Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung: Alumni
http://bedahmataram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=104:k
olelitiasis-ur&catid=43:regfrat-urologi&Itemid=81. (Diakses 22
November 2012; 18.00).

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Sanjaya, Arif. “Patofisiologi Pembentukan Batu Empedu” (Online)


http://penyuluhan-kesehatan.blogspot.com/2011/12/patofisiologi-
pembentukan -batu-empedu.html (Diakses 23 November 201; 10.30)

Schwartz, Seymour I. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai