Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HAEMORAGIK

A. DEFENISI
Gangguan peredaran darah di otak (GPDO) atau dikenal dengan CVA (cerebro
vascular accident) adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara
cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang
terganggu. Sylvia A. Price (2015).
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. (Sudoyo Aru, dkk,
2013).
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja. (Muttaqin, 2014)
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. (Nurarif &
Kusuma, 2013)
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
kemudian merusaknya. (Adib, M, 2012)
Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu:
a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak.
b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub arachnoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak). (Nurarif
& kusuma,2013)
Hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak pecah. Otak sangat sensitif
terhadap perdarahan, dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat. Pendarahan di
dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan pembengkakan,
mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma. Pendarahan juga
meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak. Smeltzer C. Suzanne
(2011). Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah :
1. Intracerebral hemoragik, pendarahan terjadi di dalam otak.
2. Subarachnoid hemoragik, pendarahan di daerah antara otak dan jaringan tipis yang
menutupi otak.
Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi, yang
menekankan dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke
hemoragik adalah :
1. Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat
pecah.
2. Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainanarteriovenosa.
3. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara,
kulit, dan tiroid.
4. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri
di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.
5. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
6. Overdosis narkoba, seperti kokain.

B. TANDA DAN GEJALA


Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah
jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering
selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan
menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
2. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
3. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
4. Kesulitan menelan.
5. Kesulitan menulis atau membaca.
6. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk,
atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
7. Kehilangan koordinasi.
8. Kehilangan keseimbangan.
9. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan
salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
10. Mual atau muntah.
11. Kejang.
12. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau
kesemutan.
13. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
14. Perubahan visi (penurunan visi, atau kehilangan semua atau salah satu bagian dari
visi).

C. PATOFISIOLOGI
Menurut Sylvia A. Price (2005) dan Smeltzer C. Suzanne (2001), stroke infark
disebabkan oleh trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak) dan
embolisme serebral (bekuan darah atau material lain). Stroke infark yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan disuatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum dapat
disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau
pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas atau
mungkin terbentuk dalam suatu organ seperti jantung dan kemudian dibawa melalui
sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Sumbatan di arteri karotis interna sering
mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi
penyempitan atau stenosis. Apabila stenosis mencapai suatu tingkat kritis tertentu, maka
meningkatnya turbulensi disekitar penyumbatan akan menyebabkan penurunan tajam
kecepatan aliran darah ke otak akibatnya perfusi otak akan menurun dan terjadi nekrosis
jaringan otak.
Faktor risiko utama pada stroke antara lain hipertensi, penyakit kardiovaskuler,
diabetes mellitus, TIA (Transient Ischemic attack), kadar lemak dalam darah yang tinggi,
dan lain-lain. Adapun manifestasi klinis pada klien dengan stroke yaitu kelumpuhan
wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak, perubahan
status mental (delirium, stupor, atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan
atau kesulitan memahami ucapan), disartia (bicara pelo atau cadel), gangguan
penglihatan diplopia, mual, muntah dan nyeri kepala.
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan
luasnya area cedera yang dapat mengakibatkan perubahan pada aliran darah serebral
sehingga ketersediaan oksigen ke otak menjadi berkurang dan akan menimbulkan
kematian jaringan otak.
E. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium,
penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen
tinggi)
8. penyalahgunaan obat ( kokain)
9. konsumsi alkohol

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

G. PEMERIKSAAN MEDIS
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
2. Anti koagulan : mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS STOKE HAEMORAGIK

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil) dan
identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan
dengan klien, pekerjaan, alamat).
b. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi
dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kotrasepsi oral yang lama, penggunan obat-obat anti koagulasi, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara, kadnag mengalami gangguan
yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia, TTV meningkat, nadi
bervariasi.
a) B1 (Breathing)
Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum, sesak naps,
penggunaan alat bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Pada
klien dengan kesadaran CM, pada infeksi peningkatan pernapasannya
tidak ada kelainan, palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang,
auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terdapat peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg)
c) B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada
likasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran arean
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian
B3 (Brain) merupakan pemeriksan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya
d) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sememntara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan dan ketidakmampuan mengendalian kandung kemih karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine
eksternal hilang atau berkurang selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermitten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang
berlanjut menunujukkan kerusakan neurologis luas.
e) B5 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonojol karena
klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/hemiplegi serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat
2) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
latergi, stupor dan koma
3) Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa,
lobus frontal dan hemisfer
4) Pangkajian Saraf Kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central
5) Pengkajian Sistem Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh
6) Pengkajian Reflek
Pada fase akur refleks fisiologis yang lumpuh akan menghilang setelah
beberapa hari reflek fisiologian muncul kembali didahului refleks patologis
7) Pengkajian Sistem Sensori
Dapat terjadi hemihipertensi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan aliran darah sekunder akibat
peningkatan tekanan intra cranial.
b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau oral.
c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular.
d. Defisit perawatan diri b.d hemiparese/ hemiplegic.
e. Resiko tinggi ketidakefektifan pola napas b.d menurunnya reflek batuk dan
menelan, immobilisasi.
f. Resiko tinggi gangguan intergritas kulit b.d tirah baring lama.
g. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan.
h. Defisiensi pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat.
B. INTERVENSI
N DIAGNOSA NOC NIC
O
1. Gangguan perfusi setelah diberikan asuhan 1. Berikan penjelasan pada
jaringan serebral keperawatan selama 3x24 keluarga tentang sebab-
b.d gangguan jam diharapkan perfusi sebab peningkatan TIK
aliran darah jaringan otak dapat dan akibatnya.
sekunder akibat tercapai secara optimal. 2. Berikan klien bed rest
peningkatan Kriteria Hasil : total.
tekanan intra 1) Klien tidak gelisah. 3. Observasi dan catat
cranial. 2) Tidak ada keluhan TTV dan kelainan
nyeri kepala, mual, intrakranial tiap 2 jam.
kejang. 4. Berikan posisi kepala
3) GCS E : 4, M: 6, V: 5. lebih tinggi 15-30o
4) TTV normal (N: 60- dengan letak jantung
100 x/menit, S: 36- (beri bantal tipis).
36.7 OC, RR: 16-20 5. Anjurkan klien untuk
x/menit). menghindari batuk dan
mngejan berlebihan.
6. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan batasi
pengunjung.
7. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pember
2. Gangguan setelah diberikan tindakan 1. Kaji tipe/derajat
komunikasi verbal selama 3x24 jam disfungsi, seperti
b.d kehilangan diharapkan kerusakan spontan tidak tampak
kontrol otot facial komunikasi verbal klien memahami
atau oral. dapat teratasi kata/mengalami
Kriteria Hasil : kesulitan berbicara atau
1) Memperlihatkan suatu membuat pengertian
peningkatan sendiri.
kemampuan 2. Bedakan antara afasia
berkomunikasi dan disatria.
2) Mampu berbicara yang 3. Minta pasien untuk
koheren mengikuti perintah
3) Mampu menyusun sederhana.
kata-kata 4. Minta pasien untuk
mengucapkan suara
sederhana.
5. Berikan metode
alternatif seperti
menulis di papan tulis..
6. Kolaborasi
konsultasikan dengan
rujuk kepada ahli terapi
wicara.
3. Gangguan setelah diberikan tindakan 1) Kaji kemampuan secara
mobilitas fisik b.d keperawatan 3x24 jam fungsional/luasnya
kerusakan diharapkan mobilisasi klien kerusakan awal.
neuromuscular. mengalami peningkatan 2) Ubah posisi minimal
atau perbaikan. setiap 2 jam.
Kriteria Hasil : 3) Latih rentang
1) Mempertahankan gerak/ROM
posisi optimal. 4) Tempatkan bantal
2) Mempertahankan dibawah aksila untuk
kekuatan dan fungsi melakukan abduksi
bagian tubuh yang pada tangan.
mengalami 5) Posisikan lutut dan
hemiparese. panggul dalam posisi
ekstensi

4. Defisit perawatan setelah dilakukan tindakan 1) Tentukan kemampuan


diri b.d keperawatan selama 3x24 dan tingkat kekurangan
hemiparese/ jam kebutuhan perawatan dalam melakukan
hemiplegic. diri klien terpenuhi. perawatan diri.
Kriteria Hasil : 2) Beri motivasi kepada
1) Klien dapat melakukan klien untuk tetap
aktivitas perawatan melakukan aktivitas
diri sesuai sesuai kemampuan.
kemampuan. 3) Berikan bantuan
2) Klien dapat perawatan diri sesuai
mengidentifikasikan kebutuhan.
komunitas untuk 4) Berikan umpan balik
memberikan bantuan positif untuk setiap
sesuai kebutuhan. usaha yang
dilakukannya.
5) Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi.

5. Resiko tinggi setelah dilakukan tindakan 1) Observasi pola dan


ketidakefektifan keperawatan selama 3x24 frekuensi nafas.
pola napas b.d jam diharapkan pola nafas 2) Auskultasi suara nafas.
menurunnya reflek efektif. 3) Ubah posisi tiap 2 jam
batuk dan Kriteria hasil : sekali.
menelan, 1) Klien tidak sesak 4) Berikan penjelasan
immobilisasi. nafas. kepada klien dan
2) Tidak terdapat suara keluarga sebab
nafas tambahan. ketidakefektifan pola
3) RR dalam rentang nafas.
normal (16-20 5) Kolaborasi dalam
x/menit) pemberian terapi
oksigen.

6. Resiko tinggi setelah dilakukan tindakan 1) Anjurkan untuk


gangguan keperawatan selama 3x24 melakukan latihan
intergritas kulit jam diharapkan klien ROM jika mungkin.
b.d tirah baring mampu mempertahankan 2) Ubah posisi tiap 2 jam.
lama. keutuhan kulit. 3) Gunakan bantal air atau
Kriteria hasil : pengganjal yang lunak
1) Tidak ada tanda-tanda di bawah daerah yang
kemerahan atau luka. menonjol.
4) Observasi terhadap
eritema dan kepucatan
dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan
dan pelunakan jaringan
tiap merubah posisi.
5) Jaga kebersihan kulit
dan seminimal mungkin
hindari trauma, panas
terhadap kulit.
7. Resiko tinggi setelah dilakukan tindakan 1) Tentukan kemampuan
gangguan nutrisi keperawatan selama 3x24 klien dalam
kurang dari jam diharapkan tidak mengunyah, menelan,
kebutuhan tubuh terjadi gangguan nutrisi. dan reflex batuk.
b.d Kriteria hasil : 2) Berikan makan dengan
ketidakmampuan 1) Turgor kulit baik. bertahan pada
menelan. 2) Tidak terjadi lingkungan yang
penurunan berat tenang.
badan. 3) Berikan makanan dalam
3) Tidak muntah. penyajian masih hangat.
4) Kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan makanan
melalui selang.
5) Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian
diit yang tepat.

8. Defisiensi setelah dilakukan tindakan 1) Berikan penilaian


pengetahuan b.d keperawatan selama 3x24 tentang tingkat
informasi yang jam diharapkan kebutuhan pengetahuan pasien
tidak adekuat. pengetahuan klien dan tentang proses penyakit
keluarga terpenuhi. yang spesifik.
Kriteria hasil : 2) Sediakan informasi pada
1) Pasien dan keluarga pasien tentang kondisi
menyatakan dengan cara yang tepat.
pemahaman tentang 3) Sediakan bagi keluarga
penyakit, kondisi, tentang informasi
prognosis, dan kemajuan keadaan
program pengobatan. pasien.
4) Diskusikan dalam
pemilihan terapi atau
penanganan terhadap
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2014. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke.
Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Batticaca, F. B. 2014. Asuan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba
Medika.
Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika.
NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta: Interna
Publishing.
Sylvia, A. Price &Lorraine, M. Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai