Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TINDAKAN KEPERAWATAN TIRAH BARING PADA Sdr.

DENGAN POST DEBRIDEMENT & ABDOMINAL FLAP HARI KE-3

DIRUANG KEMUNING 4 RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

DISUSUN OLEH:

DANU ARIYANTO

NIM.1820161017

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

2018
Nama : Danu Ariyanto

NIM : 1820161017

I. Identitas
Nama : Sdr. I
Umur : 18 Th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kep. Lembur Sawah
Agama : Islam
No.RM : 2010xxx
Diagnosa Medis : Debridement & Abdominal Flap
Tanggal Masuk : 2 Oktober 2018 Pukul 15.39 WIB
Tanggal pengkajian : 7 Oktober 2018 pukul 15.00 WIB

II. Pengkajian
DS :
- Pasien mengatakan Nyeri diarea telapak tangan dan perut
- P : Terputusnya kontraktil jaringan
- Q : tersayat-sayat
- R : metacarpal dan abdomen
- S:3
- T : ketika bergerak

DO:

- TD: 110/70 mmHg ,


- N : 84 x/mnt
- RR: 17 x/mnt
- SpO 2 : 98%
- Terlihat metacarpal dan perut menyatu tertutup verban
III. Tindakan
Tirah Baring untuk mengurangi risiko dekubitus
A. Pengertian
Tirah baring adalah perawatan kedokteran yang melibatkan berbaringnya pasien di
tempat tidur untuk suatu jangka yang sinambung. Perawatan ini diperlakukan untuk
suatu penyakit atau kondisi medis tertentu.
B. Tujuan
1. memperkuat otot
2. mengurangi stress oksidatif dan inflamasi
3. perubahan suasana hati (mood) positif, mengurangi fatigue dan kemampuan untuk
meringkas ADL (Activity Daily Living)
C. Prosedur
Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data pasien
2. Mencuci tangan

Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja
1. Berikan salam terapeutik
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3. Kaji nyeri secara komprehensif
4. Anjurkan pasien untuk nafas dalam terlebih dahulu
5. Posisikan semi fowler
6. Bantu pasien mirih ke arah kiri secara sedikit dan perlahan ulangi lamgkah ini
setiap 1 ,menit
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
D. Analisis
Luka dekubitus disebabkan oleh beberapa faktor yaitu imobilisasi, gaya gesek,
kelembaban kulit (Kozier, 2010, hlm.306). Imobilisasi dan gaya gesek mengakibatkan
tekanan terutama pada area penonjolan tulang. Tekanan menyebabkan iskemia dan
hipoksemia pada jaringan yang terkena mengingat aliran darah ke tempat tersebut
berkurang (Kowalak, 2014, hlm.633). Sedangkan kelembaban meningkatkan maserasi
kulit (pelunakan akibat basah) dan menyebabkan epidermis lebih mudah terkikis dan
menghambat aliran darah (Kozier, 2010, hlm.307). Terhambatnya aliran darah akan
menghalangi oksigenisasi dan nutrisi ke jaringan yang mengkontribusi untuk terjadi
nekrosis pada jaringan kulit (Potter & Perry, 2010, hlm.1252). Nekrosis pada jaringan
kulit yang tidak segera ditangani akan berkembang secara bertahap hingga ke jaringan
otot dan tulang. Apabila sudah terjadi nekrosis pada otot dan tulang dapat pula
bertahap pada bagian tendon dan sendi (Corwin, 2009, hlm. 46).
Alih baring adalah tindakan yang dilakukan untuk mengubah posisi pasien
yang mengalami tirah baring total untuk mencegah kejadian luka tekan pada kulit
pasien. Tujuan alih baring adalah untuk mendistribusikan tekanan baik dalam posisi
duduk atau berbaring serta memberikan kenyamanan pada pasien. Pada dasarnya alih
baring dilakukan sebagai bagian dari prosedur baku dalam intervensi keperawatan
untuk mengurangi resiko dekubitus pada pasien dengan imobilisasi (Potter & Perry,
2010, hlm.1275). Alih baring memiliki manfaat mengganti titik tumpu berat badan
yang tertekan pada area tubuh yang lain, mempertahankan sirkulasi darah pada daerah
yang tertekan, dan dapat menurunkan tekanan pada tonjolan tulang (Kozier, 2011,
hlm.325)
Setalah dilakukan tindakan terapi tirah baring didapatkan data pasien pertama
sedikit kesulitan dan disertai nyeri akan tetapi dapat menurunkan risiko dikubitus ini
sesuai dengan teori tumit (Black & Hawks, 2014, hlm.803
Pasien tirah baring beresiko mengalami dekubitus dikarenakan penurunan
aktivitas, gaya gesek dan kelembaban kulit. Penurunan aktivitas dan gaya gesek
mengakibatkan tekanan terutama pada area penonjolan tulang. Tekanan tersebut
menyebabkan iskemia dan hipoksemia pada jaringan yang terkena karena aliran darah
ke area tersebut berkurang (Kowalak, 2014, hlm.633). Selain itu, pasien yang
terbaring sering kali diposisikan semi fowler untuk memfasilitasi pernapasan atau
makan. Posisi ini dapat meningkatkan resiko terjadinya dekubitus pada sacrum
E. Daftar Pustaka
Fitri , Mareta Dkk. 2017. Efektifitas Alih Baring Dengan Masase Punggung
Terhadap Resiko Dekubitus Pada Pasien Tirah Baring Di Rsud Ambarawa
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (Jikk), Vol.1 No3.

Kowalak, J., Welsh, W., & Mayer, B. (2014). Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep,proses, & dan praktik. Edisi 7. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai