Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Pada Tn.

T Dengan
Diangnosa Medis CAP

Disusun oleh:
Dewi Widowati_2007006
Novi Budianasari_2007021
CAP??
• Community-acquired pneumonia (CAP)
merupakan penyakit infeksi pada jaringan
paru atau radang paru yang didapatkan oleh
masyarakat didefinisikan sebagai suatu
penyakit yang dimulai di luar rumah sakit.
Etiologi
– usia <2 tahun atau >65 tahun,
– merokok,
– penyalahgunaan alkohol,
– komorbiditas: penyakit paru, penyakit kardiovaskular,
penyakit hepar, penyakit ginjal, penyakit sistem saraf
pusat.
Manifestasi Klinis

• demam 39-40oC, • sputum hijau


• bisa juga berbau
• nyeri dada karena
busuk,
batuk, • adanya retraksi
• nyeri dada pleuritis, interkostal,
• nyeri kepala, • penggunaan otot
• nyeri tenggorokan, aksesorius,
• batuk produktif • dispnea berat,
ataupun kering, • sianosis,
• hipoksemia dan
malaise
Patofisiologi

• Mencakup interaksi antara microorganisme


(MO) penyebab yang masuk melalui berbagai
jalan, dengan daya tahan tubuh.
• Kuman mencapai alveoli melalui inhalasi,
aspirasi kuman orofaring, penyebaran
hematogen dari focus infeksi lain, atau
penyebaran langsung dari lokasi infeksi
Komplikasi

 Abses paru
  Efusi pleura
  Empiema
  Bakteremia dan septicemia
  Bronkiektasis
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan kasus CAP pada umumnya
dengan terapi suportif / simptomatik.
Asuhan Keperawatan Pada Tn. T D
Di Ruang ICU RS. TUGU Semarang
Pengkajian
Nama : Tn. T
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Semarang
Tanggal Masuk RS : 12 September 2021
Diagnosa medi saat : penurunan kesadaran, dpsnea
masuk
Diagnosa Medis : Community Acquired Pneumonia
Nomer Registrasi : 1010xxx
Keluhan utama : sesak nafas
Riwayat : Keluargapasien mengatakan pada tanggal 12 September 2021 pukul
penyakit 16.50 pasien datang ke IGD RS TUGU SEMARANG dengan keluhan
:sekarang tidak sadar. Hasil pemeriksaan yang didapatkan yaitu batuk, nafas
tidak adekuat, pernafasan kusmaul dengan Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah 140/90 mmhg, Nadi 60x/menit, Suhu 36,8oC,
kesadaran Soporkoma GCS E1 M4 V1. Telah diberikan terapi injeksi
Ranitidin 25 mg, Manitol 200 cc, Infus NacL 0,9% 20 tpm dan telah
dilakukan pemasangan NGT dan DC. Kemudian pada pukul 19.30
pasien dipindah keruang ICU dan mengalami gagal nafas. Lalu pasien
dilakukan pemasangan ET dan Ventilator. Pada tanggal 12 September
2021 keadaan pasien membaik dan dilakukan ekstubasi ventilator.
Pada hari senin tanggal 12 September 2021 dilakukan operasi
Kraniotomi karena SH IVH, post operasi pasien mengalami
penurunan kesadaran. Pada tanggal 13 September 2021 dilakukan
foto thorax dan didapatkan hasil adanya pneumonia. pasien
mengalami gagal nafas pada tanggal 13 September 2021 pukul
08.15 dan dilakukan pemasangan Intubasi dan Ventilator. Keluarga
pasien mengatakan pasien memiliki riwayat Hipertensi dan belum
pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Pasien memiliki alergi
makanan
Analisa data
Analisa Data Etio Masala
logi h
Data Subyektif: - Obstruksi Bersihan
Data Obyektif: Jalan nafas dibantu ventilator, mode VC RR jalan nafas jalan
28x/menit, terdapat sekret dimulut dan selang ventilator, nafas
suara ronkhi di lobus bawah kanan, kesadaran DPO, SPO2 tidak
100%, hasil foto thorax Oedem Pulmonal Mixed efektif
Pneumonia, leukosit 14.600, suhu 39oC, tidak ada sianosis

Data Subyektif:- Perubahan Gangguan


Data Obyektif: RR: 28x/menit, nadi 150 x/menit pH 7,48 membran pertukaran
PCO2 21 mmHg PO2 203 mmHg BE -5,6 mmol/L tCO2 alveolar- gas
16,3 mmol/L HCO3 15,6 mmol/L st HCO3 19,7 mmol/L kapiler
Na+ 133 mmol/L K+ 3,5 mmol/L Cl- 108 mmol/L
kesadaran DPO (dalam pengaruh obat), fase ekspirasi
memanjang, nafas kusmaul

Data Subyektif: - Hiperventilas pola nafas


Data Obyektif: Respirasi 28x/menit, tekanan darah i tidak efektif
130/70 mmHg, nadi 150x/menit, nafas kusmaul
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
obstruksi jalan nafas
2. Gangguan pertukarangas b.d
perubahan membran alveolar-kapiler
3. Pola nafas tidak efektif b.d Hiperventilasi
Intervensi keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI

bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)
1. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
(peningkatan produksi sputum) Setelah dilakukan tindakan
2. Lakukan fisioterapi dada
keperawatan selama 3x8 jam, pasien menunjukkan : 3. Lakukan suctioning endotrakea
1. Bersihan Jalan Napas Meningkat (L.01001) Pemantauan Respirasi (I.01014)
4. Monitor adanya produksi sputum
2. Produksi sputum menurun
5. Monitor saturasi oksigen
3. Frekuensi nafas membaik 6. Monitor nilai AGD

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar- kapiler Pemantauan Respirasi (I.01014)
1. Monitor pola nafas
Setelah dilakukan perawatan selama 3x8 jam, klien menunjukkan:
2. Monitor hasil x-ray toraks
1. Pertukaran Gas Meningkat (L.01002) Terapi Oksigen (I.01026)
5. Monitor kecepatan aliran oksigen
6. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu
7. Pertahankan kepatenan jalan nafas

pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas Pemantauan Respirasi (I.01014)
1. Monitor pola napas Monitor Pernafasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam, pasien
2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
menunjukkan : Manajemen jalan nafas (I. 01011)
1. Pola Nafas Membaik (L.01004) 3. Posisikan pasien semi fowler
4. Auskultasi suara nafas
Evaluasi
Hari/Tanggal/Ja No Evaluasi
m Diagnosa
12 September 2021 1 S:-
14.00 WIB
O: Pasien terpasang ventilator mode VC PEEP 6 fio2 60% terdengar
suara gargling, suara ronkhi dilobus kanan bawah, kesadaran DPO,
SPO2 100% TD 160/98 mmHg, N 150x/menit RR 30x/menit S 38,8oC,
tidak ada sianosis
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Lakukan oral hygiene
2. Berikan/bantu pasien untuk mobilisasi
3. Lakukan fisioterapi dada dan suctioning
Monitor status himodinamik

14.15 WIB 2 S:-


O: RR: 30x/menit, nadi 150 x/menit, kesadaran DPO, tidak ada
sianosis
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor status himodinamik
2. Observasi dan auskultasi suara napas
3. Monitor analisa gas darah dan urine elektrolit
14.25 WIB 3 S:-
O: KU pasien lemah, RR 30x/menit SPO2 100%, tidak ada retraksi dinding dada,
nafas cepat tidak ada sianosis
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Beri posisi semi fowler
3. Monitor kecepatan irama kedalaman dan kesulitan bernafas
4. Konsultasikan dengan tim kesehatan untuk memilih jenis ventilator

13 September 1 S:-
2021 O: TD tidak muncul, Nadi tidak teraba, RR tidak ada, tidak ada tanda-tanda kehidupan,
16.30 WIB pasien pucat, sianosis, EKG flet, leukosit 20.000
A: Masalah tidak teratasi
P: Hentikan intervensi (pasien meninggal)

16.35 WIB 2 S:-


O: Tidak ada ekspansi dada, nadi tidak teraba, pucat pH 7,58 PCO2 19,1 natrium 126,0
A : Masalah tidak teratasi
P: Hentikan intervensi
16.40 WIB 3 S:- O:
RR tidak muncul, tidak ada ekspansi dada
A: Masalah tidak teratasi
P: Hentikan intervensi (pasien meninggal)
16.50 WIB 4 S:-
O: Perabaan akral dingin
A: Masalah tidak teratasi
P: Hentikan intervensi (pasien meninggal)
Analisa Journal
Penelitian yang dilakukan oleh Teti Hayati, Busjra
M Nur, Fitrian Rayasari, Yani Sofiani, Diana
Irawati (2019) dengan judul “Perbandingan
Pemberian Hiperoksigenasi Satu Menit Dab Dua
Menit Pada Proses Suction Terhadap Saturasi
Oksigen Pasien Terpasang Ventilator”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi adanya pengaruh pemberian
hiperoksigenasi 1 menit pada proses suctioning
terhadap saturasi oksigen pasien dengan
ventilator mekanik.
Pada penelitian ini menggunaka n rancangan
pre test dan post test dimana kelompok A
disebut kelompok intervensi I yang
memperoleh hiperoksigenasi 1 menit,
sedangkan kelompok B disebut sebagai
kelompok intervensi II dengan pemberian
hiperoksigenasi sesuai yang dilakukan diruang
ICU RSPAD Gatot Soebroto Puskesad.
Jumlah sampel untuk setiap kelompok
intervensi sebanyak 17 sampel. Jadi seluruh
jumlah sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 34 orang responden.
Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar respoden mempunyai nilai Hb
dibawah normal.
Hasil nadi perifer tidak ada perbedaan nilai
nadi perifer sebelum dan sesudah intervensi
pada masing-masing kelompok.
Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap
nilai saturasi oksigen sebelum dan setelah
intervensi hiper oksigenasipada kedua
kelompok.
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
nilai saturasi oksigen sesudah intervensi
hiperoksigenasi pada kedua kelompok
Hasil penelitian
Lebih efisien adalah pemberian
hiperoksigenasi 1 menit
Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap
nilai saturasi oksigen sebelum dan setelah
intervensi hiper oksigenasipada kedua
kelompok.

Anda mungkin juga menyukai