Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG YUDHISTIRA RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktek Profesi Ners

Stase Manajemen

Disusun oleh :

1. Dwi Wijayanti 2008133


2. Enni Marlia 2008136
3. Fajriatun Nafiah 2008139
4. Fitri Ahmawati 2008143
5. Isna Kurnia 2008144

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat, di era globalisasi kedudukan di Rumah Sakit menjadi sangat
penting dikarenakan tidak hanya untuk memberikan kesembuhan kepada
kliennya, namun merupakan tuntutan masyarakat dalam hal kualitas, sehingga
pelayanan keperawatan sangat menentukan keberadaannya, untuk itu
pengelolaan kasus dibidang keperawatan sangat menjadi penting untuk
dijadikan perhatian para Direktur / Manager RS pada umumnya dan kepala
bidang perawatan pada khususnya.
Dalam keperawatan, manajemen kaitannya untuk melaksanakan fungsi
perencanaan, pengorganisasian, staffing, kepemimpinan dan controlling
(evaluasi). Manajer perawat melaksanakan fungsi manajemen untuk
memberikan asuhan keperawatan. Proses manajemen keperawatan mendukung
proses keperawatan, dimana keperawatan bekerja melalui personal untuk
melaksanakan perawatan, pengobatan dan memberi rasa nyaman kepada
kelompok pasien/klien. Tugas manajer keperawatan adalah merencanakan,
mengorganisasikan mengarahkan dan mengontrol keuangan, material, dan
sumber daya manusia untuk melaksanakan yang efektif dan ekonomis kepada
klien.
Manajemen merupakan proses koordinasi & integrasi sumber-sumber
melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, pengawasan,
atau pengendalian untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang spesifik
(Huber, 2000). Keberhasilan sebuah proses manajemen tergantung dari jenis
dan kualitas tanggapan yang berkembang dari para perawat, dimana upaya-
upaya manajemen diterapkan, karena manajemen keperawatan suatu proses
bekerja yang berkesinambunganpenting bagi perawat untuk mengetahui teknik
manajemen yang akan mendukung dalam pelaksanaan perawatan terhadap
klien seefektif dan seefisien mungkin serta bertanggung jawab sebagai
pemimpin maupun manajer dari diri sendiri, klien, maupun profesi itu sendiri.
Dengan semakin berkembangnya profesi keperawatan, maka perawat
harus meningkatkan pengetahuan mereka dan menerapkan teori serta berbagai
penelitian yang telah dilakukan dalam bidang manajemen kedalam praktek
pemberian pelayanan keperawatan yang bermutu dan menyeluruh.
Perubahan peran dan fungsi manajemen keperawatan masa kini yang
berorientasi pada sentralisasi kewenangan dan tanggung jawab menjadi
desentralisasi. Dengan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab berfokus
pada kegiatan koordinasi, memungkinkan manajemen keperawatan dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan secara nyata baik di rumah sakit
maupun dalam komunitas sehingga perawatan perlu memahami konsep dan
aplikasinya.
Program pendidikan profesi Ners khususnya pada stase manajemen
keperawatan merupakan suatu kegiatan belajar yang memberikan kesepakatan
kepada mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan konsep yang telah didapat
dari materi kuliah manajemen keperawatan dalam kenyataan di lapangan untuk
mengelola pelayanan keperawatan maupun asuhan keperawatan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka mahasiswa program pendidikan
profesi STIKES Karya Husada Semarang perlu melakukan praktek di rumah
sakit guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengaplikasikan
sistem manajemen keperawatan disalah satu rumah sakit yaituRS Bhakti Wira
Tamtama Semarang dalam hal ini adalah diruang Melati.
Berdasarkan latar belakang di atas maka diharapkan mahasiswa dapat
lebih mempelajari dari pengalaman yang didapatkan di ruangan sehingga dapat
diaplikasikan sesuai dengan pengetahuan yang didapat agar dapat menjadi
perawat manajerial yang terampil dalam pengelolaan sebuah pelayanan
keperawatan di rumah sakit sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien melalui tahapan pengkajian sampai dengan evaluasi dengan baik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik klinik manajemen keperawatan selama 2
minggu diharapkan mahasiswa dapat menerapkan konsep dan langkah
manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik klinik manajemen keperawatan,
mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan untuk
menemukan masalah-masalah yang ada diruang Melati.
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait dengan pelayanan
keperawatan maupun asuhan keperawatan diruang Melati
c. Menyusun analisa SWOT dan menemukan proiritas masalah sesuai
dengan kebutuhan ruang Melati.
d. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan
berdasarkan prioritasnya.
e. Melaksanakan atau mengimplementasikan rencana yang telah disusun.
f. Mengevaluasi hasil kegiatan yang dilakukan.

C. Manfaat
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori
manajemen secara langsung.
2. Rumah sakit
Dapat memberikan masukan dalam memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien melalui manajemen keperawatan khususnya di ruang Melati.
3. Perawat pelaksana
Sebagai masukan dalam menjalankan profesionalisme di lahan praktek
guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

D. Waktu
Pembelajaran praktik klinik manajemen keperawatan ini dilaksanakan
pada tanggal 09 Agustus – 13 Agustus 2021.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DATA GATHERING
Data gathering adalah kegiatan pengumpulan data yang merupakan kegiatan
pertama yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah. Sedangkan data
adalah hasil dari suatu pengukuran dan pengamatan.
1. Sumber data
 Sumber primer : Hasil observasi dan wawancara langsung
 Sumber sekunder : Data dari laporan atau dokumentasi
 Sumber tersier : Hasil publikasi badan - badan resmi
2. Cara pengumpulan data
 Wawancara
 Observasi
 Observasi partisipasif
3. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan mencakup data-data manajemen keperawatan
di Ruang Yudhistira.
Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus
yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang
ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat
Fungsi – Fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :
a. Gambaran apa yang akan dicapai

b. Persiapan pencapaian tujuan

c. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai

d. Persiapan tindakan – tindakan


e. Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja

f. Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan

2. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,


mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja,
alat – alat, keuangan dan fasilitas.

3. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka


bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus
dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval.

4. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan


agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya,
cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki.

5. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil


– hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan
fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan
pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen

B. FUNGSI MANAJEMEN
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan semua anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi
yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah ditetapkan (Nursalam, 2002).
2. Organizing
a. Struktur organisasi
Masing- masing organisasi memiliki struktur formal dan informal
yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balikantar pribadi.
Struktur formal direncanakan dan dipublikasikan, untuk informal tidak
direncanakan dan sementara. Seorang manager keperawatan harus
mengerti dan memakai keduanya. Struktur formal organisasi merupakan
susunan usaha resmi jabatan ke dalam pola hubungan kerja yang akan
mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari timbal balik pribadi yang
tidak resmi diantara pekerja yang mempengaruhi efektivitas kerja
mereka.kualitas timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung
dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya.
Mengingat struktur formal dan informal organisasi saling
melengkapi, manager perawat bisa memakai struktur organisasi
informal untuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan
dalam struktur formal.
b. Job Description
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya seorang kepala ruang maka tugas dan tanggung
jawabnya sebagai kepala ruang, jadi atara satu dengan yang lainnya
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan
perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus memudahkan pembagian
perawat yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dan
sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak
diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien menjadi tidak optimal.Jenis model asuhan keperawatan menurut
Grant and Messey, 1997 dan Marquis and Houston, 1998 antara lain :
1) Model fungsional
Model fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi
(merawat luka pada semua pasien di bangsal)
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda
–beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling
membantu.
3) Model Primer
Model penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar RS.
4) Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya
dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti
isolasi dan intensive care.
5) Model Tim Primer
Pada model ini digunakan kombinasi dalam kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini diterapkan pada
beberapa alasan :
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang S1
Keperawatan atau setara
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
c) Melalui kombinasi model tersebut diharapkan komunikasi
asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Hal – hal yang perlu dipertimbangkan penentuan pemilihan metode
pembelian asuhan keperawatan (Marquis and Houston, 1998), yaitu :
1) Sesuai Visi dan Misi institusi
2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3) Efisien dan efektif dalam biaya
4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
5) Kepuasan kinerja perawat
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
3. Actuating
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor
yang menebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan, tingkah laku
manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 1995) Motivasi
adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil point penting yaitu
kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila
seseorang merasakan sesuatu yang kurang baik fisiologis maupun
psikologis,dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan
tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthan).
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka.
Didalam kebanyakan sistem klasifikasi pasien dikelompokkan sesuai
dengan ketergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai
dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan
untuk memberikan perawatan tujuan setiap sistem klasifikasi pasien
adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing
angkanya mengukur volume usaha yang diperlikan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang
akan dijaankan, manager perawat harus menentukan jumlah kaegori
pembagian pasien, karakteristik pasien di masing-masing kategori,
jumlah dan jenis perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien
didalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional serta
memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing
kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan
informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-
masing sistem memperbolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
1) Jenis Perawatan
Menurut Douglas, 1984 (dalam Swansburg, 1999) pada
suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan
tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Douglas, 1984 mengklasifikasikan derajat ketergantungan pasien
dibagi menjadi 3, antara lain :
a) Perawatan minimal ( minimal care ) memerlukan waktu 1-2
jam per 24 jam.
Kriteria :
1. Kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian dilakukan
sendiri
2. Makan dan minum sendiri
3. Ambulasi dan pengawasan
4. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
5. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
6. Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
b) Perawatan intermediet ( intermediet care ), memerlukan waktu
3-4 jam per 24 jam.
Kriteria :
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebh dari sekali
4. Foley cateter atau monitor intake dan output
5. Persiapan pengobatan, memerlukan prosedur
c) Perawatan maksimal ( total care ), memerlukan waktu 5-6 jam
per 24 jam.
Kriteria :
1. Segalanya diberikan atau dibantu
2. Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
3. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
4. Pemakaian suction
5. Gelisah atau disorientasi
2) Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Untuk memperkirakan kebutuhan tenaga keperawatan
disuatu ruang rawat inap dapat ditinjau dari :
a) Waktu keperawatan langsung, dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan.
b) Waktu keperawatan tidak langsung, waktu yang dibutuhkan
perawat dalam perawatan tidak langsung adalah 60 menit,
meliputi: membaca status, menulis, membuat rencana,
kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c) Waktu penyuluhan atau pendidikan kesehatan, waktu yang
dibutuhkan adalah 15-30 mnt, meliputi: aktivitas sehari-hari,
obat-obatan, kelanjutan perawatan dll.
Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga keperawatan
menurut Gillis untuk RS di Indonesia adalah:
AxBx 365
tenaga Perawat =
( 365−C ) x jam kerja/hari
Keterangan:
A: jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien.
B: sensus harian= BORx jumlah tempat tidur.
BOR : jumlah pasien x 100%
Jumlah TT
C: jumlah hari libur = 76 hari (52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12
hari
libur nasional)

Proporsi dinas pagi: siang: malam adalah 47%: 36%: 17%.

Formulasi PPNI:
Tenaga Perawat :Ax52(minggu) x7 hari(TT x BOR)
41 ( minggu) x 40 jam / minggu
Keterangan:
A: jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu keperawatan yang
dibutuhkan klien.

3) Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan misi dari sebuah organisasi.
Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit seksi atau divisi,
kebijaksanaan penjadwalan (Gillies, 1994)
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal
waktu personel yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada
departemen atau divisi luas kebijaksanaan penjadwalan untuk
memandu pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan
menyangkut persoalan berikut tidak ada maka manager perawat
harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
a) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab
mempersiapkan jadwal untuk personel di masing-masing unit.
b) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal
masuk atau libur
c) Banyaknya pemberitahuan dimuka yang diberikan pada
pekerja menyangkut jadwal masuk atau libur
d) Waktu masuk atau libur total yang diperlukan oleh masing-
masing pekerja perhari perminggu dan perbulan.
e) Hari dimulainya minggu kerja
f) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing
pergiliran tugas
g) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-
masing pekerja
h) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian
i) Keperluan pergiliran dari satu unit ke unit lain dan frekuensi
dari pergiliran tersebut.
j) Penjadwalan 2 hari libur perminggu atau rata-rata 2hari libur
perminggu
k) Frekuensi libur akhir pekan untuk personel tugas malam
l) Definisi dari libur akhir pekan untuk personel tugas malam
m) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tidak
berurutan
n) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
o) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan
pergantian tugas
p) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-
masing pekerja
q) Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja
r) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal tugas liburan masuk atau libur
s) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada
hari tertentu
t) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada
masing-masing pekerja
u) Lamanya waktu pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawai mengenai jadwal liburan.
v) Prosedur yang diikuti memohon waktu libur khusus
w) Pembatasan waktu penjadwalan liburan selama hari libur
thanksgiving, natal, tahun baru,
x) Jumlah personel masing-masing kategori yang akan
dijadwalkan untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu
y) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personel sehubungan
dengan permintaan waktu libur dan hari libur
z) Prosedur pemprosesan permintaan darurat utuk penyesuaian
jadwal waktu.
Biasanya supervisor permintaan darurat untuk penyesuaian
jadwal waktu dan libur personel perawat karena jadwal kerja harus
disiapkan beberapa minggu sebelumnya dan diperbaiki untuk
penyesuaian perubahan dalam sensus pasien, keadaan pasien yang
sakit, permintaan libur dari lebaran, banyak waktu yang berkaitan
dengan kegiatan super visi diluangkan dalam penyesuaian jadwal.
4) Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk
meningkatkan prestasi kerja mengurangi absensi dan perputaran
serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada beberapa metode
pendidikan yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi
kerja (Munir, 1994: 162):
a) Metode seminar atau konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki
jabatan sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat
akan diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik
yang menyangkut sesi manajemen maupun
penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang
dipermasalahkan.
b) Metode lokakarya (workshop)
Penyelenggarannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah materinya. Pada ateri
lokakarya bersifat teknis , administrative dan sedikit bersifat
manajerial.
c) Metode sekolah atau khusus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi
adanya aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang
harus di mengerti dan harus dilaksanakan oelh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru
bagi peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta.
Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian
dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
d) Metode belajar sambil kerja (learning by doing)
Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama
sehingga mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan
pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Biasanya metode
ini dilakukan oleh atasan kepada bawahan secara langsung
dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan pelatihan ini sesuai
dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya,
waktu dan kegiatan instalansi lainnya.
4. Kontroling
a. Definisi
Kontroling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berk esinambungan, sistematis, dan terpadu dalam menetapkan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah
sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang
dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan
mutu (Azwar, 1996).
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir
dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan
ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi
perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar
keberhasilan (target, prosedur bekerja, dsb) selalu harus dibandingkan
dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada
kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya
dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi.
Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisien
pengguanan sumber daya dapat lebih berkembang dan efektifitas
tugas-tugas staff untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin.
b. Peran leader shift dalam controling
1) Mendorong staff untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
pelayanan kesehatan
2) Mengkomunikasikan secara jelas standar yang diharapkan
terhadap staff
3) Mendorong atau memotifasi standar tertinggi untuk kualitas
maksimal dengan menyediakan standar keamanan minimum.
4) Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif dan
reaktif
5) Menggunakan pengawasan sebagai metode menentukan tujuan
yang tidak tercapai
6) Secara aktif mengesahkan pengawasan mutu yang ditemukan yang
mempunyai kesatuan profesi dan konsumen.
7) Menghargai standar klinis dengan menggunakan sumber yang
menyakinkan pasien menerima perawatan sesuai harapan.
8) Menjadi role medel bagi staff terhadap tanggung jawab dan
tanggung gugat.
9) Berpartisipasi dalam penelitian keperawatan.
c. Fungsi manajemen dalam controling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standar
ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang
paling tepat untuk mengukur standar yang ada.
d. Manfaat controling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat,
organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program yang telah
dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja dengan
mengguanakan sumber data yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuaan dan
pengertian staff dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan digunakan secara benar
4) Dapat digunakan sebab-sebab terjadi penyimpangan
5) Dapat diketahui staff yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi adan latihan lanjutan.

5. Supervisi
Menurut Thora kron (1997) Supervisi adalah kegiatan pembinaan
dengan prinsip; mengarahkan, mengajar, mengobservasi, mengevaluasi
secara terus menerus pada setiap perawat degan sabar, adil serta bijaksana
sehingga setiap perawat dapat memberikan askep dgn baik,trampil, aman,
cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai kemampuan dan
keterbatasannya. Menurut Prajudi atmosudiro (1982) Supervisi diartikan
sebagai pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin. Menurut Swansburg (1999)
Supervisi adalah suatu proses memfasilitasi sumber-sumber yang
diperlukan staf untuk menyelesaian tugas-tugasnya.
1) Tujuan supervisi :
a) Mengorientasikan staf atau pelaksana keperawatan
b) Melatih staf dan pelaksana keperawatan
c) Memberi arahan dalam pelaksanaan tugas
d) Memberi layanan kemampuan staf atau pelayanan kesehatan
2) Karakteristik supervisi yang baik
a) Mencerminkan kegiatan asuhan keperawatan
b) Mencerminkan pola organisasi atau struktur organisasi yang ada
c) Kegiatan berkesinambungan, teratur dan berkala
d) Dilaksanakan oleh atasan langsung( ka unit, karu atau Penanggung
jawab yang ditunjuk)
e) Menunjukan pada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas
asuhan keperawatan
3) Peran supervisor :
a) Sebagai perencana: supervisor harus mampu membuat
perencanaan sebelum melaksanakan supervisi, meliputi; siapa
yang disupervisi,apa tugasnya, kapan waktu supervisi, kenapa,
bagaimana misal tersebut sering terjadi.
b) Sebagai pengarah: supervisor harus mampu memberi arahan yang
baik saat supervisi. Pengarahan harus lengkap sesuai kebutuhan,
dapat dimengerti,menunjukan indikasi yang penting, bicara pelan
dan jelas, pesan masuk akal, hindari pengarahan dalam satu
waktu, pastikan arahan dapat dimengerti & pengarahan harus
dapat ditindak lanjuti. Tujuan pengarahan (Gillies,1994:Azwar,
1996): mencegah karyawan melakukan penyimpangan yang tidak
sesuai standar.
c) Sebagai pelatih : dalam mensupervisi harus dapat berperan sebagai
pelatih dalam memberikan asuhan keperawatan. Prinsip dari
pelatihan atau pengajaran harus menghasilkan perubahan perilaku
(mental, emosional, aktivitas fisik) atau akan mengubah pikiran,
gagasan, sikap dan cara mengerjakan sesuatu (Kron, 1987)
d) Sebagai penilai : supervisor harus dapat memberikan penilaian
yang baik. Penilaian akan berarti bila tujuan spesifik, jelas,
terdapat standar penilaian kinerja dan observasi akurat. Penilaian
merupakan pengukuran terhadap akibat yang timbul dari
pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Azwar, 1996)
4) Sasaran supervisi
a) Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola
b) Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
c) Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinyu atau
sistematis
d) Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis
e) Sistem dan prosedur tidak menyimpang
f) Pembagian tugas dan wewenang objektif
g) Tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan
kekuasaan,kedudukan ataukeuangan.
5) Cara supervisi
a) Langsung : dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Supervisor terlibat dalam kegiatan, agar pengarahan
dan petunjuk tidak dirasa sebagai perintah.
b) Tidak langsung :dilaksanakan melalui laporan baik tertulis atau
lisan. Supervisor tidak melihat langsung kejadian dilapangan,
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik
diberikan secara tertulis.
6) Kompetensi yang harus dimilki supervisor ( Bittel ,1997)
a) Knowledge Competencies :
b) manajer akan lebih sukses bila dilandasi dengan ilmu pengetahuan
yang cukup.
c) Enterpreneurial Competencies (orientasi efisiensi & proaktif).
d) Orientasi efisiensi; Keinginan untuk mendapat dan melakukan
pekerjaan yang lebih baik dengan menggunakan ssmber daya yang
ada. Proaktif; mempunyai inisiatif, menulis laporan,
menyapa/menghubungi klien.
e) Intellectual Competencies ;
1. Berfikir logis dengan cari penyebab dari suatu kejadian.
2. Konseptual yaitu mampu untuk mengumpulkan informasi dan
dapat membedakan hal-hal diluar konsep.
3. Ketrampilan mendiagnosis yaitu mampu untuk
mengaplikasikan konsep dan teori ke dalam situasi atau
kondisi kehidupan nyata.
f) Sosio-emotional Competencies;
1. Kepercayaan diri
2. Pengembangan
3. Persepsi objektif
4. Pengkajian diri yang akurat
5. Adaptasi stamina
g) Interpersonal Competencies;
1. Kepercayaan diri
2. Pengembangan lain
3. Perhatian penuh pada dampak
4. Kekuasaan satu sisi
5. Kekuasaan sosial
6. Komunikasi oral baik
7. Berpandangan positif
8. Mengelola proses kelompok
9. Dapat mengkoordinasi semua kegiatan dalam kelompok
7) Kegiatan supervisor
a) Sebelum pertukaran shift (15-30 mnt) :
1. Cek kecukupan fasilitas peralatan, saran untuk hari itu
2. Cek jadwal kerja
b) Pada waktu mulai shift (15-30 mnt) :
1. Cek personil yang ada
2. Analisa keseimbangan personil & pekerjaan
3. Atur pekerjaan, identifikasi kendala
4. Alternatif supaya pekerjaan dapat diselesaikan
c) Sepanjang hari dinas (6-7 jam):
1. Memeriksa pekerjaan setiap personil (arahkan,instruksi,
koreksi dan berilatihan)
2. Memeriksa kemajuan pekerjaan dari personil, segera bantu
bila diperlukan
3. Mengecek pekerjaan rumah tangga
4. Cek kembali pek personil & kenyamanan kerja, terutama staf
baru.
8) Kegiatan supervisor sebelum pulang
a) Buat daftar misal yang belum terselesaikan dan berusaha untuk
memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya
b) Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan
cek hasilnya (kecukupan material, peralatan)
c) Lengkapi laporan harian sebelum pulang
d) Buat daftar pekerjaan keesokan harinya
9) Fungsi supervisi
a) Mengatur & mengorganisir proses pelayanan keperawatan
b) Memperbaiki faktor yang mempengaruhi pelayanan keperawatan
c) Mengkordinasi, mendorong dan menstimulasi kearah peningkatan
kualitas
d) Assisting, supporting and sharing
10) Prinsip supervisi
a) Didasar atas hubungan profesional, bukan pribadi
b) Kegiatan direncanakan secara matang
c) Bersifat edukatif, supporting dan informal
d) Memberi rasa aman pada staf atau perawat
e) Membentuk kerjasama yang demokratis
f) Harus obyektif, dan sanggup mengadakan self evaluation
g) Progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan
staf
h) Konstruktif dan kreatif mengembangkan diri
i) Meningkatkan kinerja bawahan.
11) Supervisor keperawatan
a) Kepala Ruangan
b) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan di
unit kerjanya. Karu merupakan ujung tombak penentu tercapai
tidaknya tujuan yankes di RS
c) Pengawas keperawatan
d) Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pada areanya.
e) Kepala Seksi
f) Mengawasi pengawas keperawatan dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung
g) Kepala Bidang Keperawatan
h) Melakukan supervisi kepada Kasie secara langsung dan semua
perawat secara tidak langsung.

C. MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN (MAKP)


Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat
unsur: standart, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem
MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip- prinsip nilai yang diyakini dan
akan menentuakan kualitas produksi/ jasa layanan keperawatan.
Proses keperawatan: 3. Informed consent
1. Pengkajian
4. Rencana pulang/ komunitas
2. Perencanaan Sistem MAKP:
3. Intervensi
1. Fungsional
4. Evaluasi
2. Tim
Pendidikan klien:
3. Primer
1. Pencegahan penyakit
4. Modifikasi
2. Mempertahankan kesehahatan
Faktor- faktor yang berhubungan dengan perubahan MAKP:

1. Kualitas pelayanan keperawatan

Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan

a. Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/ konsumen


b. Untuk menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
c. Untuk mempertahankan eksistensi institusi
d. Untuk meningkatkan kepuasan kerja
e. Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen/ pelanggan
f. Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan/ standart

2. Standart praktek keperawatan

Menurut JCHO (Joint Commission on Accreditational Helath Care


Organisastion terdapat 8 standart tentang asuhan keperawatan yang
meliputi:

a. Menghargai hak- hak pasien


b. Penerimaan sewaktu pasien MRS
c. Observasi keadaan pasien
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
e. Asuhan pada tindakan non- operative dan administratif
f. Asuhan pada tindakan olerasi dan prosedur invasif
g. Pendidikan pada pasien dan keluarga
h. Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkesinambungan
1. Pilar – Pilar Dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar
diantaranya adalah

a)  Pilar I: pendekatan manajemen keperawatan

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan


manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :
1. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang
MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan
rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan)
2. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas
dan daftar alokasi pasien.
3. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,
menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif
yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik
4. Pengawasan
5. Pengendalian
b)  Pilar II: sistem penghargaan
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi,
penilaian kinerja, staf perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum
membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
d) Pilar III: hubungan professional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim
kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga).
Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya
hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya
antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain
– lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah
hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.
e) Pilar IV: manajemen asuhan keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan
keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di
MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di
MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan
2. Model Dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode
sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
a. Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan (MAKP)

1) Sesuai dengan visi dan misi intitusi


Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit

2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan


Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan pada pasien. Keberhasilan
dalam asuhan keperawatan sangan ditentukan oleh pendekatan
proses keperawatan.

3) Efisien dan efektif penggunaan biaya


Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektifitas dalam kelancaran pelaksanaanya. Bagaimana baiknya
suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan
didapatkan hasil yang sempurna.

4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat


Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau
pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena
itu model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat
menunjang terhadap kepuasan pelanggan.

5) Kepuasan kinerja perawat


Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh
motivasi dan kinerja perawat. Oleh karena itu model yang dipilih
harus dapat meningkatkan kepuasan perawat bukan justru
menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.

6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim


kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung
jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model
asuhan keprawatan diharapkan dapat meningkatkan hubungan
interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.

b. Jenis model asuhan keperawatan profesional (MAKP)

Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant&Massey (1997) dan


Marquis& Huston (dalam buku Nursalam 2011)
Model Deskripsi Penanggung Jawab
Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas perawat yang bertugas
dari filosofi keperawatan pada tindakan tertentu
 Perawat melaksanakan tugas
(tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada
 Metode fungsional
dilaksanakan oleh perawat
dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan
utama [ada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka
setiap perawat hanya
melakukan 1- 2 jenis intervensi
(misalnya merawat luka)
keperawatan kepeda semua
pasien di bangsal

Kasus  Berdasarkan pendekatan manager keperawatan


holistik dari filosofi
keperawatan
 Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhan dan observasi
pada pasien tertentu
 Rasio pasien perawat= 1:1

setiap pasien ditugaskan kepada semua


perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saait ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan
dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan satu pasien
untuk satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk perawatan khusus seperti:
isolasi, intesive care
Tim  Berdasarkan kelompok pada ketua tim
filosofi keperawatan
 6- 7 perawat profesional dan
perawat associate bekerja
sebagai suatu tim, disupervisi
oleh ketua tim.

metode ini menggunakan tim yang


terdiri dari anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2- 3 tim/ grup yang terdiri dari
tenaga profesional, teknikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang
saling membantu
Primer  Berdasarkan pada tindakan
yang komprehensif dari filosofi
keperawatan
 Perawat bertanggung jawab
terhadap semua aspek asuhan
keperawatan dari hasil
pengkajian kondisi pasien
untuk mengkoordinir asuhan
keperawatan
 Rasio perawat dan pasien1:4 /
1:5 dan penugasan metode
kasus. Metode penugasan
dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai KRS.
Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada
kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.

c. Peran Manajer
Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan
lingkungan. Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi
tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam
suatu organisasi. Secara umum peran manajer dapat dinilai dari
kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf.
Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik,
psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran
manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan
kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan
kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik –
baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan
dalam tuga professional sebagaimana dibahas sebelumnya (Nursalam,
2011).
Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama
dalam kepuasan kerja yaitu: input, hubungan manajer dengan staf,
disiplin kerja, lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan yang
cukup, diskriminasi, kepuasan kerja, penghargaan penampilan,
klarifikasi kebijaksanaan, prosedur, dan keuntungan, mendapatkan
kesempatan, pengambilan keputusan, dan gaya manajer.
d. Peran Kepala Ruangan
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994)
(dalam buku Nursalam 2011) adalah peran kepala ruangan harus lebih
peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan
keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan
keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya kebosanan
perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar
kesalahan.
Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan
kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan
melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam
upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan
keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan dapat
dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan kategori
pendidikan serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan (Arwani,
2005).
e. Fungsi Kepala Ruangan
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston
(2000) sebagai berikut:
1) Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan
jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan
tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan
serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
2) Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk
melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien yang paling tepat, mengelompokkan
kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran dan
fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan
dengan tepat.
3) Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen,
interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan,
pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
4) Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber
daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik,
pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5) Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum,
pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan professional.
Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut
sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan,
pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.
f. Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan
menurut depkes (2000) dalam Kurniadi 2013, adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:

a) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta


tenaga lain sesuai kebutuhan.

b) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang


diperlukan.

c) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan


keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan
pasien.
2) Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:

a) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di


ruang rawat.

b) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan


tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan
yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).

c) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan


satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.

d) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan


untuk melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.

e) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara


bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan ruang rawat.

f) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta


mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal.

g) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan


bahan lain yang diperlukan di ruang rawat.

h) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar


selalu dalam keadaan siap pakai.

i) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.

j) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya


meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan,
fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.
k) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk
memeriksa pasien dan mencatat program.

l) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang


rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk
memudah pemberian asuhan keperawatan.

m) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat


untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta
membantu memecahkan masalah berlangsung.

n) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi


selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.

o) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga


dalam batas wewenangnya.

p) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi


serlama pelaksanaan pelayanan berlangsung.
q) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang
dilakuakan secara tepat dan benar.

r) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat


inap lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi,
dan kepala UPF di Rumah Sakit.

s) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara


petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
t) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan.

u) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.

v) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan


berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian
memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.

w) Memelihara buku register dan bekas catatan medis.

x) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan


keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.

3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian,


meliputi:

a) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah


ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.

b) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar


Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana
keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah
tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik pangkat /
golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan mengendalikan
pendayagunaan peralatan perawatan serta obat – obatan secara
efektif dan efisien.

c) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan


asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.

g. Perawat Pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang
profesional salah satu peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai
pelaksana secara langsung maupun tidak langsung memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan masyarakat. Peran
perawat sebagai perawat pelaksana perawat sebagai perawat pelaksana
disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan metode pemecahan
masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan xsecara langsung atau
tidak langsung (Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran
sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai:
1) Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien
(Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai
pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan
secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan
kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan
kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan
kenyamanan kepada klie ng hak – hak klien.
2) Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim
kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang
mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan
keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah
sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran
sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat
pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan
klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan
lainnya, sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan
yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga,
memberikan perlindungan pada klien dari ancaman terhadap
kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan
dan lain–lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
3) Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan
berfungsi normal.
Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali
ketingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian
yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas
rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan
menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien
mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit
kronis (Potter & Perry, 2005).
BAB III
ANALISA SITUASI

A. PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN PROFIL


RUMAH SAKIT
1. Sejarah RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang
Sejarah pergantian nama dan status rumah sakit :
RSUD Kota Semarang dirintis oleh dr. H.Iman Soebekti, MPH pada
awal tahun 1990 dan pada waktu itu diresmikan oleh Pembantu Walikota
Semarang Bapak Iman Soeparto Tjakrayuda, SH berdasarkan SK tentang
RSUD Kota Semarang tanggal 17 Desember 1990. Fasilitas pelayanan yang
tersedia waktu itu adalah Gedung poliklinik, UGD, Laboratorium, Dapur
dan dilayani oleh 28 orang pegawai. Pada tahun 1993 RSUD melakukan
pembangunan gedung Instalasi Bedah Sentral, gedung Radiologi, dan
gedung perawatan (RSUD, 2017). Tahun 1994, RSUD menjadi Rumah
Sakit Umum Kelas D berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1183/Menkes/SK/XI/1994 tentang penetapan Rumah Sakit Daerah
sebagai Rumah Sakit Umum Kelas D dan menjadi kelas C pada tahun 1996
berdasarkan SK menkes Nomor 536/Menkes/SK/VI/1996. Tahun 1997,
RSUD mendapat bantuan dari austria untuk membangun IPAL. Tahun
2002, RSUD berhasil mendapatkan akreditasi 12 pelayanan (RSUD, 2017)
Status RSUD mengalami peningkatan menjadi kelas B berdasarkan
SK Menkes Nomor 194/Menkes/SK/II/2003. Tahun 2007 RSUD berubah
menjadi Badan Layanan Umum sehingga diharapkan RSUD dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan agar di
dalam pelayanan kesehatan dapat lebih fleksibel dalam mengelola sumber
daya pelaksanaan tugas operasional publik dan pengelolaan keuangan.
Selain itu, RSUD melakukan pengembangan dengan melakukan
penambahan kamar operasi IBS menjadi 6 kamar. Kapasitas rawat inap juga
ditingkatkan yang awalnya 150 Tempat Tidur (TT) menjadi 230 Tempat
Tidur (TT). Tahun 2014, RSUD meresmikan gedung instalasi rawat inap 4
lantai serta menyelesaikan pembangunan gedung instalasi Rehabilitasi
Medik. Tahun 2015 menyelesaikan pembangunan gedung jantung dan paru
2 lantai. Pada tahun 2016 RSUD meraih sertifikat Akreditasi KARS
(Komisi Akreditasi Rumah Sakit) versi 2012 dengan predikat Lulus
Paripurna (RSUD, 2017).
Pada tanggal 17 Januari 2017, RSUD Kota Semarang resmi berubah
nama menjadi Kanjeng Raden Mas Tumenggung (K.R.M.T)
Wongsonegoro. Kanjeng Raden Mas Tumenggung (K.R.M.T)
Wongsonegoro pernah menjadi Gubernur, Menteri, dan terakhir Perdana
Menteri RI. Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T Wongsonegoro terletak
di Jalan Fatmawati No.01 Ketileng Semarang. Bangunan fisik berdiri di
atas tanah seluas kurang lebih 9,2 hektar dikelilingi persawahan. Rumah
Sakit Umum Daerah K.R.M.T Wongsonegoro sangat jauh dari pusat
perbelanjaan sehingga menjadi rumah sakit yang nyaman dan menunjang
proses penyembuhan penyakit pasien.
Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T Wongsonegoro mempunyai
tugas dan pokok melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan
berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan (kuratif),
pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta
upaya peningkatan (promotif) untuk melaksanakan upaya rujukan.
2. Tipe Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum ,Kelas B / tipe B
3. Lokasi Rumah Sakit
RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro terletak di  Jl. Fatmawati No.1,
Mangunharjo, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50272
4. Pelayanan yang Diberikan Rumah Sakit
Rawat jalan (poliklinik), Rawat inap (inpatient care), Rawat Darurat
(emergency care)
5. Struktur Organisasi Ruangan
Nama perawat Jabatan
Uduni Jawati, S. Kep Kepala ruangan
Erlina, Amd. Kep Katim I
Ambar, Amd. Kep Katim II
Johan, Amd. Kep Perawat pelaksana
Rahma,S. Kep., Ns Perawat pelaksana
Sholikatun, Amd. Kep Perawat pelaksana
Hesti, Amd. Kep Perawat pelaksana
Tania, Amd. Kep Perawat pelaksana
Arif, Amd. Kep Perawat pelaksana
Eni Nur, Amd. Kep Perawat pelaksana
Wahyu, Amd. Kep Perawat pelaksana
Vera, Amd. Kep Perawat pelaksana
Andina, Amd. Kep Perawat pelaksana

6. Alur Pelayanan
Alur pelayanan poliklinik
a. Mendaftar di Tempat Penerimaan Pasien I (TPPI) Bidang Rekam Medis
Pendaftaran, untuk mendapatkan nomor urut periksa
b. Memberitahu kepada petugas klinik yang dituju, nomor urut periksanya,
dan menanti pemeriksaan dokter
c. Kekas untuk validasi/membayar biaya pemeriksaan dokter yang sudah
disanggupi dan disetujui pasien
d. Pemeriksaan laboratorium, radiologi, penunjang lain (bila perlu),
dengan menunjukkan tanda pembayaran yang sudah divalidasi kas
e. Ke instalasi farmasi untuk mengambil obat, dengan menunjukkan tanda
pembayaran yang sudah divalidasi kas
f. Pulang dengan membawa obat
g. Bila perlu RAWAT INAP, mendaftar di admisi untuk mendapatkan
kamar sesuai permintaan pasien/keluarga atau sesuai haknya bagi pasien
tanggung (instansi yang bekerja sama)
Alur pelayanan IGD
a. Pasien datang
b. Pengantar/ keluarga mendaftar di admisi
c. Diperiksa dokter
d. Diberikan tindakan
e. Bila perlu rontgent, ECG, pemeriksaan laboratorium
f. (bila dianjurkan opname) Ke administrasi pilih kamar
g. Lengkapi RM
h. Perawat/petugas siap mengantar/ mendampingi keruang rawat inap yang
ditentukkan
7. Jumlah Kujungan Rawat Inap
Jumlah kunjungan pasien rawat inap di ruang Yudhistira pertahun 2017
berjumlah 651 orang. Sedangkan kunjungan pasien rawat inap di ruang
Yudhistira perbulan + 54 orang.
B. HASIL PENGKAJIAN
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 09 Agustus 2021
melalui obeservasi dan wawancara kepada kepala ruang, perawat serta
diperoleh :
1. Pengkajian Input
a. Man (manusia)
1) Jumlah tenaga kerja di ruang Yudhistira
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruang Yudhistira tanggal 10
Agustus 2021 diperoleh data bahwa tenaga diruang melati sebanyak 20
orang, terdiri dari 1 kepala ruang, 2 katim, 17 perawat pelaksana.
2) Tingkat pendidikan
Berdasarkan data wawancara dengan kepala ruang tanggal 10 Agustus
2021 bahwa pendidikan pegawai yang ada diruang Yudhistira antara
lain: sarjana keperawatan Ners sebanyak 7 orang, D3 keperawatan
sebanyak 13 orang.
3) Jenis kelamin
Tenaga perawat di ruang melati berjenis kelamin laki-laki sebanyak
6orang dan perempuan sebanyak 14 orang.
4) Status kepegawaian
Golongan kepegawaian di ruang yudhistira yaitu PNS dan TKS
a. Penempatan struktur organisasi keperawatan di ruangan

Kepala Ruang
Udunijawati , S. Kep

Katim I Katim 2
Erlina, Amd. Kep Ambar, Amd. Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Johan, Amd. Kep Rahma, S. Kep Ns Arif, Amd. Kep Eni Nur, Amd. Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Sholikatun, Amd. Kep Hesti, Amd. Kep Wahyu, Amd. Kep Vera, Amd. Kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Tania, Amd. Kep Andina, Amd. Kep

b. Komposisi ketenagaan keperawatan


1) Berikut tabel tenaga perawat dengan latar belakang pendidikandan
status kepegawaian.
PENDIDIKAN STATUS
No. NAMA
Ns S1 D4 D3 PNS Kontrak
1. Udunijawati , S. Kep  
2. Erlina, Amd. Kep  
3. Ambar, Amd. Kep  
4. Johan, Amd. Kep  
5. Rahma, S. Kep.,Ns  
6. Sholikatun, Amd.  
Kep
7. Tania, Amd. Kep  
8. Hesti, Amd. Kep  
9. Arif, Amd. Kep  
10. Eni Nur, Amd. Kep  
11. Wahyu, Amd. Kep  
12. Vera, Amd. Kep  
13. Andina, Amd. Kep  

2) Sarana, prasarana dan dokumentasi


a) Kelengkapan
No Nama Jumlah Ket.
1. Trolley Sedang 4
2. Tensi Air Raksa 3 Rusak
3. Tensi Dorong 1 Rusak
4. Thermometer 4 Distal 2, raksa 2
5. Stetoskop 2 Dewasa 1, anak 1
6. Suction 1
7. Ekg 1
8. Nebulizer 1
9. Tromol Bunder Sedang 1
10 Tromol Kotak Sedang 1
.
11 Kom Stenlis + Tutup 3
.
12 Ambubag 2 Dewasa 1, anak 1
.
13 Box Obat Emergency + 1
. Isi
14 Box Botol Lap + Isi 1
.
15 Selang O2 Masker 1
.
16 Selang Nebul 1
.
17 OPA 1
.
18 Bak Spuit 3
.
19 Penggerus Obat 1
.
20 Bengkok 1
.
21 Timbangan Digital 1
.
22 Tampat APD 2
.
23 Kursi roda 2 Dewasa 1, anak 1
.
24 Pembaca rontgen single 1
.
25 Tempat tidur pasien 10
.
26 Tabung O2 10
.
27 Manometer 3
.
28 Box bayi 2
.
29 Gunting perban 1
.
30 Standart infus roda 10
.
31 Standart infus tiang 5
.
32 Tong spatel 3
.
33 Pinset anatomis 3
.
34 Pinset srugis 2
.
35 Klem biasa 2
.
36 Klem sirugis 2
.
37 Gunting Perban Stenlis 1 Rusak Berat 1,
. Rusak Rngan
38 GB Set 1 Pinset Anatomis
. 1, Sirugis 1,
Gunting 1

b) Alat rumah tangga


No Alat Jumlah Keterangan
Almari pasien 10
Meja makan pasien 10
Kursi tunggu pasien 20
Televise 11
1. AC 10
2. Kipas Angina 2 1 Rusak
3. Meja Nurse Station 1
4. Kursi Perawat 6
5. Meja Dokter 1
6. Almari Linen 2
7. Almari Obat 1
8. Loker Perawat 1 Isi 9
9. Computer 1
10. Printer 1
11. Kursi Penunggu Pasien 20
12. Meja Penunggu Pasien 10
13. Kulkas 11 1 Kulkas Obat

Sarana penunjang :
a. Sumber listrik
Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik, diperlukan aliran
lisrik yang cukup, maka disamping sumber listrik dari PLN,
Ruang Melati juga mengambil sumber listrik dari generator
rumah sakit.
b. Sumber air
Sumber air yang digunakan air sumur Rs. Bhakti Wira Tamtama
Semarangdan dibagi sesuai kegunaannya di Ruang Melati.
c. Penerangan
Penerangan harus cukup 1 m2 penerangan 5 watt, sinar dari
kanan dan belakang petugas.
d. Alat komunikasi
Masing – masing kamar dilengkapidengan kulkas, AC.
3) Metode
a. Metode pelayanan asuhan keperawatan
Metode yang digunakan diruang Melati yaitu metode tim dan
dalam tim tersebut di modifikasi dengan metode ketua Tim dan
perawat pelaksana. Pada model ini digunakan kombinasi dalam
kedua sistem. Hal ini di maksudkan untuk kenyamanan kerja
perawat dan menerapkan fungsi ketua tim sebagai perawat yang
bertanggung jawab atas timnya dan bertanggung jawab atas
program terapi yang ada di timnya, serta perawat pelaksana yang
menjalankan program-program sesuai dengan program yang
dibuat oleh ketua tim.
Dokumentasi proses keperawatan sudah di isi secara lengkap,
namun asuhan keperawatan masing-masing pasien belum
optimal. Hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah perawat
dan waktu.
Dalam ruang melati terdapat kotak saran dan calling center yang
dapat digunakan pasien untuk melakukan komplain atau
memberikan masukan untuk kepuasan klien.

b. Overan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang timbang
terima selama ini sudah di lakukan di ruang melati di setiap
pergantian shif, namun belum secara maksimal dilakukan sesuai
prosedur timbang terima yang seharusnya.Timbang terima yang
dilakukan sudah menggunakan SBAR. Pada proses timbang
terima hanya menyebutkan nama pasien, diagnose medis dan
intervensi kolaborasi saja. Kegiatan pre dan post conferetnt
sudah dilakukan oleh katim kepada anggota timnya.
c. Ronde keperawatan
Berdasarkan hasil obeservasi, ronde di ruang melati selalu
dilaksanakan, jika da masalah atau kasus yang belum
terselesaikan, maka perawat ruangan akan melakukan diskusi
dengan sesame perawat, ahli gizi dan dokter dengan melibatkan
pasien dan keluarga pasien.
d. Pendokumentasian keperawatan
Data yang didapatkan secara obeservasi, system
pendokumentasian yang ada diruang melati berorientasi dari
berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya: perawat, dokter,
laboratorium, gizi, radiologi, apotek dan fisioterapi.
Pendokumentasian di ruang meati terdapat :
1) Identitas pasien
2) RM masuk (IGD dan POLI) dan keluar
3) Lembar grafik TTV meliputi :
- Tekanan darah
- Suhu
- Pernafasan
- Nadi
4) Lembar pengkajianbkeperawatan
5) Pasien rawat inap yang terderi dari :
- Identitas
- Riwayaat kesehatan
- Kebutuhan dasar manusia :
Kebutuhan oksigendan sirkulasi
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan aktivitas dan istrirahat
Kebutuhan rasa nyaman
Status neurologi
Kebutuhan psikososial
Kebutuhan penyuluhan
Kebutuhan persepsi sensori
Kebutuhan spiritual, dan
pembiayaan
6) Lembar pelaksanaan perawatan kesehatan rekaman asuhan
keperawatan ynag terdiri dari :
- Diagnose keperawatan
- Rencana keperawatan tidakan keperawatan
- Evaluasi
7) Lembar catatan perkemabangan pasien yang di catat setiap
shift dinas
8) Lembar discharge planning
9) Lembar formulir dokter penaggung jawab pelayanan
10) lembar penempelan salinan resep
11) lembar hasi – hasil pemeriksaan laboratorium dan X Ray /
foto
12) terdapat juga laporan keuangan pasien yang terinci secara
urut dan legka sebagai data leuangan/ di ruang melati
terdapat SAK dan SOP.
e. Perencanaan pasien pulang
Berdasarkan observasi, ketika ada pasien pulang, perawat ruang
Melati hanya memberikan informasi terkait biaya administrasi
selama di rawat, waktu control dan cara minum obat.
f. Pelaksanaan patient safety
4) Money
Terdapat juga laporan keuangan di ruang melati yang di total setiap
bulannya. Laporan keuangan pasien juga terinci secara urut dan
lengka sebagai data keuangan. Di ruang Melati terdapat SAL dan
terdapat juga laporan keuangan di ruangan melati yang di total
setiap bulannya. Di ruang melati terdapat SAL dan SOP yang dibuat
oleh RS Bhakti wira Tamtama Semarang sebagai acuan asuhan
keperawatan dan tindakan pada setiap ruangan.

PELAYANAN RAWAT INAP


1) RUANGAN KEPERAWATAN
Ruang perawatan Melati berjumlah 10 ruangan. Fasilitas untuk pasien di
masing – msing ruanga pasien terdapat fasilitas anatara lain :
a. VIP terdapat bed tempat pasien, 1 lemari, 1 kamar madi di
dalam ruang, tv, AC, Sofa, dan Kulkas,
b. VVIP terdapat bed tempat pasien, 1 lemari, 1 kamar mandi di
dalam ruang, tv, AC, Sofa, dan Kulkas,
2) SEGMEN PASAR RAWAT INAP BERDASARKAN KEPERSERTAAN
Rawat inap VIP jenis layananan UMUM, BPJS KESEHATAN, BPJS
KETENAGA KERJAAN.Mayoritas psaien di ruang melati adalah 75%
menggunakan pelayanan BPJS, 10 % pelayanan umum dan 15 % pasien
menggunakan pelayanan BPJS ketenagakerjaan.
3) BOR RUANGAN KEPERAWATAN
a. BOR hari pertama
Jumlah Pasien
BOR= x 100 %
Jumlah TT
3
BOR= x 100 %=37,5 %
8
b. BOR hari kedua
Jumlah Pasien
BOR= x 100 %
Jumlah TT
6
BOR= x 100 %=75 %
8
c. BOR hari ketiga
Jumlah Pasien
BOR= x 100 %
Jumlah TT
3
BOR= x 100 %=37,5 %
8

2. Pengkajian Proses
a. Visi misi RS / Ruangan
1) Visi
Menjadikan Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama andalan
masyarakat penggunanya.
2) Misi
Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara professional, ramah dan nyaman bagi komunitas
TNI dan masyarakat pengguna lainnya.

b. Perencanaan ruangan
DARI HASIL wawanacara menunjukkan bahwa di ruang melati sudah
ada visidan misi ruangan, kepala ruang mengatakan bahwa sudah
merenacnakan dan mengajukan untuk pengembanagan SDM
keperawatan dan peningkatan kemampuan kerja melalui sarana dan
prasarana ruangan keperawatan.

c. Pengorganisasian
d. Pengarahan dan pengawasan
e. Pengendalian
3. Pengkajian Output
a) Kepuasan keluarga atau pasien yang dirawat di ruang melati
Tingkat Kepuasan Pasien
Bulan Perawat Dokter Sarana dan Gizi
Prasarana
Januari 85% 78% 76% 70%

b) BOR (Bed Occupancy Ratio)


TT : 10 tempat tidur
BOR di ruang melati RS Bhakti Wira Tamtama Semarang
Total pasien bulan Januari 2018 adalah 50 pasiem
BOR : -------------------- x 100%
ANALISA SWOT
Kriteria Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Threatened (Ancaman)
Discharge Planning 1. Adanya keinginan 3. Menggunakan Memberikan kesempatan Eduksi dischange
perawat untuk teknik lisan dalam dan motivasi kepada planning yang dilakukan
dischange
memberikan perhatian semua perawat untuk diabaikan dan tidak biasa
planning tetapi
lebih yang ada pendokumentasia melaksanakan edukasi dipahami oleh pasien
rencana pulang nnya kurang dischange planning
maksimal
2. Memanimalisirkan kepada pasien pulang
4. Media edukasi
kembalinya klien yang berupa dengan menggunakan
kembali lagi ke leaflet yang ada di media yang telah
ruang bougenville
Rumah Sakit dengan disediakan diruangan.
belum
masalah kasus yang dimanfaatkan
dalam pemberian
pendidikan
kesehatan pada
pasien sebelum
dipulangkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Implementasi/ penyelesaian masalah manajemen ruangan
Evaluasi Proses
Praktek belajar lapangan manajemen merupakan proses pemahaman keilmuan
dan berbagai teori atau pendapat para ahli yang didapat melalui proses belajar dari
perkuliahan. Pengalaman belajar lapangan manajemen harus dimiliki oleh semua calon
tenaga kesehatan terutama mahasiswa keperawatan pada jenjang strata satu (S1)
sehingga mahasiswa STIKES Karya Husada wajib menyelesaikan praktek
keperawatan manajemen. Proses pembelajaran lapangan tersebut dilaksanakan dengan
beberapa tahapan :
1. Persiapan Lapangan
Persiapan lapangan dilakukan berdasarkan buku pedoman praktek. Setelah terjun
dilapangan yaitu di ruang melati, diberikan pengarahan dan orientasi tentang
struktur program dan metode kerja selama berada di lahan praktek, selain itu
didapatkan pelaksanaan dischard planning menggunakan teknik lisan dan tifak
menggunakan prosedur media edukasi.
2. Pelaksanaan Praktek
Praktek manajemen pada dasarnya adalah belajar menemukan, merencanakan,
mengatasi, mengevaluasi dan menindak lanjuti dari permasalahan. Secara garis
besar proses praktik diruang melati dilakukan dengan menganalisa ruangan yang
meliputi kegiatan timbang terima dan pelaksanaan dischard planning.

Evaluasi Hasil Sosialisasi Discharge Planning


Hasil pengkajian selama praktek dimelati terhadap pelaksanaan discharge
planning masih menggunakan teknik lisan tanpa menggunakan media yang telah di
sediakan oleh Rumah Sakit dalam memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
sebelum dipulangkan. Mahasiswa sudah mensosialisasikan kepada kepala ruangan
tentang pemanfaatan fasilitas yang disediakan olaeh Rumah Sakit dalam
memaksimalkan pelaksanaan discharge planning kepada pasien sebelum pasien
dipulangkan. Kepala ruangan juga bersedia menyikapi hasil diskusi dengan mahasiswa
dan bersedia untuk mensosialisasikan kembali kepada perawat di Ruang Melati.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari praktek manajemen keperawatan di ruang bougenville RS.Bhakti Wira
Tamtama Semarang yang dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi
adalah Dalam kegiatan discharge planning masih menggunakan teknik lisan tanpa
memanfaatkan media seperti leafleat dalam memberikan pendidikan kesehatan.
B. Saran
Diharapkan media pendidikan kesehatan berupa dimanfaatkan dalam memberikan
pendidikan kepada pasien sebelum dipulangkan agar pasien lebih mengerti dan
faham.
LAPORAN PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG MELATI RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktek Profesi Ners

Stase Manajemen

Disusun oleh :

Ani Yuniawati Danar Isti Winarni


Ari Sukoco Dyah Anggraeni Jumiati
Atik Widiyanti Evita Damayanti
Fani Priyoko

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA SEMARANG
2017/2018
IDENTIFIKASI INSTRUMEN

A. Input
B. Man
1. Jumlah
2. Kualifikasi (pendidikan, pelatihan, dll)
3. Kompetensi dan kemampuan
4. Katrakteristik
a) Motivasi
b) Disiplin
5. Kesesuaian keahlian dan penempatannya
C. Material
1. Lokasi dan denah ruangan
2. Fasiltas untuk pasien
3. Fasilisa peralatan dan bahan kesehatan yang ada di ruangan
4. Administrasi penunjang
5. Rencana monitoring dan pemeliharaan peralatan
6. Rencana perbaikan peralatan
7. Kesesuaian fasilitas dan peralatan yang ada diruangan dengan standar.
D. Money
1. Jumlah
2. Sumber keuangan
3. Kemudian akses atau pencairan
E. Method
1. Visi
2. Misi
3. Goal
4. Objektif
5. Policy
6. Procedure
- SOP
- SAK
F. Mechine
1. Jumlah
2. Fungsi
3. Akses penggunaan
4. jenis
G. Proses
H. Planning
1. Kebijakan
2. Tujuan (visi, misi, motto, goal, objektif, policy, procedure, rule)
I. Organizing
1. Struktur organisasi ruanagn
2. Metode penugasan
J. Staffing
1. Metode rekruitmen
2. Metode pengaturan staf
3. Orientasi staf baru
4. Pengembangan tenaga
5. Pembagian kerja
6. Orientasi
K. Directing
1. Pengarahan staff
2. Timbang terima atau operan
3. Pre dan post conference
4. System reward dan punishment
5. Manajemen klinik
6. System pencatatan absensi
7. Tipe kepemimpinan
8. komunikasi
L. Actuating
1. Pengembangan staf
2. Klasifikasi pasien
3. Motivasi staf
4. kompromi
M. Controlling
1. Evaluasi
2. Control kualitas
3. Hubungan teman sejawat
4. Orientasi
N. Audit clien
O. Output
P. Dokumentas
1. Dokumentasi asuhan keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnose
c. Perencanaan
d. Tindakan
e. Evaluasi
f. Dokumentasi
2. Procedure tindakan
a. Kepuasan pasien
b. Kepuasan perawat
1) perhitunagn ALOS
2) Perhitungan BOR
3) Perhitungan TOI
3. Lama hari dirawat
4. Tingkat kesembuhan
WAWANCARA KEPALA RUANG

1. Data Biografi
a. Umur : 42 tahun
b. Pendidikan terakhir keperawatan : S1 Keperawatan
c. Lama bekerja sebagai perawat : 17 Tahun
d. Jabatan saat ini : Kepala Ruang
e. Tempat tugas : Melati
f. Lama tugas diruangan ini : 6 bulan
g. Pelatihan yang pernah diikuti (2 tahun terakhir)
: 1. Safe Excellent CI
: 2. BTCLS

2. Perencanaan
a. Bagaimana pemahaman Ibu mengenai visi, misi, RS dan visi, misi bidang
keperawatan ?
Jawab : Sebagai pedoman bekerja dan acuan supaya lebih giat dalam
bekerja, menjadi kepercayaan dari publik.
b. Apakah tujuan unit perawatan telah disesuaikan dengan kedua visi, misi
tersebut? Bagaimanakah dengan rencana strategis bidang keperawatan?
Jawab : Sudah sesuai dengan kedua visi misi tersebut. Rencana strategis
dengan cara melakukan evaluasi setiap 1 bulan sekali.
c. Bagaimanakah koordinasi dengan bidang keperawatan dalam perancanaan
alat dan fasilitas ruangan, perencanaan kebutuhan tenaga, penyusunan SAK,
SOP, dan format askep ?
Jawab : Dengan mengadakan pertemuan dengan cara musyawarah Karu
mengumpulkan hasil kerja selama 1 bulan kepada bidang
keperawatan yang selanjutnya akan di evaluasi oleh bidang
keperawatan.
d. Apakah sudah membuat dan memiliki rencana harian, bulanan dan tahunan?
Jadwal shift? Rencana pertemuan dengan staf, rencana bimbingan dan
supervisi ? apakah terdapat kendala?
Jawab : Semuanya sudah di buat, baik rencana harian, bulanan, tahunan
maupun jadwal dan dalam pelaksanaan bimbingan supervisi,
kendalanya tidak ada.
e. Bagaimanakah perencanaan pengembangan staf, pelatihan, pendidikan
lanjut?
Jawab : - Pengembangan staf : perencanaan sudah dibuat dengan adanya
katim, dari katim sudah menjadi karu.
- Pelatihan : sudah ada
- Pendidikan lanjut : sudah di jalankan, ada beberapa perawat
yang melanjutkan studi lanjutan SI Keperawatan di Stikes Karya
Husada Semarang.
f. Bagaimanakah perencanaan jenjang karir perawat ? harapannya?
Jawab : karena menyangkut tentang profesi, maka hanya baru sekedar
wacana, kemudian baru mengumpulkan meping tenaga, sehingga
harapan : terwujudnya assesor dan jenjang karir perawat.

3. Pengorganisasian
a. Apakah uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab sudah jelas? apakah
ada kendala?
Jawab : sudah, tidak ada kendala.
b. Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan dengan metode tim ?
apakah ada kendala ? bagaimanakah solusinya?
Jawab : sudah berjalan dengan baik, dan tidak ada kendala.
c. Bagaimanakah pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan ?
Jawab : sudah berjalan dengan baik.
d. Bagaimanakah penghitungan kebutuhan tenaga perawat diruangan ? apakah
ada kendala?
Jawab : dengan menggunakan SP2KP yang di evaluasi setiap 1 bulan, yaitu :
Jumlah pasien dalam 1 hari x 3
Jumlah petugas pagi, sore, malam
Untuk kendala kadang – kadang terdapat perawat yang datang
terlambat, butuh SDM dan pelatihan.
e. Bagaimanakah penghitungan beban kerja perawat ? harapannya?
Jawab : masih kesulitan dalam penghitungan beban kerja, harapan : ada
penghitungan yang pasti tentang penghitungan beban kerja.
f. Bagaimanakah kinerja staf perawat?
Jawab : kinerja staf sudah baik.
g. Bagaimanakah program orientasi staf baru ?
Jawab : program orientasi staf baru dilakukam dengan :
- Muter ruangan tiap 1 hari sekali
- Pengenalan visi dan misi RS
- Pengenalan Dokumentasi
- Pengenalan struktur organisasi
4. Pengarahan dan pengawasan
a. Bagaimanakah pengarahan terhadap ketua tim dan staf?
Jawab : dilaksanakan tiap hari, terutama pada saat pre dan post conference,
tidak ada kendala.
b. Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan supervisi kepada staf? kendala?
Jawab : dalam bimbingan dan supervise dilakukan situasional
c. Bagaimanakah pengawasan terhadap SAK dan SOP?
Jawab : pengawasan SAK & SOP dilakukan secara langsung & tidak
langsung, atau karu melihat secara langsung tindakan yang
dilakukan.
d. Bagaimanakah usaha untuk meningkatkan motivasi kerja staf?
Jawab : dengan cara :
- Dengan memberikan reinforcement positif
- Mengikut sertakan dalam pelatihan
e. Bagaimanakah sistem pemberian reward dan punishment terhadap staf
diruangan?
Jawab : - Reward : berupa pujian dan piknik
- Punishment : jika perawat melakukan pelanggaran, di panggil
dan di bicarakan penyelesaiannya secara pribadi.
f. Bagaimanakah komunikasi dengan katim dan staf?
Jawab : komunikasi melalui conference (pre dan post), melalui rapat
keuangan, supervisi
g. Bagaimanakah mengatasi konflik antar staf ?
Jawab : dengan cara memanggil ke dua pihak yang bermasalah secara
pribadi kemudian dicari duduk permasalahannyadan juga
mendiskusikan solusinya.
5. Pengendalian
a. Bagaimanakah pengendalian mutu diruangan ? apa indikatornya?
Jawab : pengendalian mutu dikerjakan bersama-sama sesuai SOP,
indikatornya meliputi :
- Pasien safety
- Kenyamanan
- Perawatan diri
- Kepuasan klien
b. Bagaimana sosialisasnya kepada staf ? bagaimana pengawasannya?
Jawab : sosialisasinya dengan cara :
Sosialisasi pada saat pertemuan, pre dan post conference
Pengawasannya dilakukan dengan cara langsung dan tidak
langsung (check list).
c. Bagaimanakah cara mengetahui tingkat kepuasan pasien ?
Jawab : dengan cara menanyakan langsung kepada pasien dan dapat dilihat
dari tingkat complain pasien.
d. Bagaimanakah tindak lanjut dalam menangani keluhan pasien terhadap
pelayananan keperawatan di ruangan?
Jawab : tindak lanjut menangani keluhan pasien adalah :
- Pasien diberi penjelasan
- Kemudian diberi tindak lanjut sesuai dengan keluhan
e. Bagaimanakah sistem pemberian reward dan punishment terhadap staf di
ruangan ?
Jawab : reward dengan reinforcement positif sedangkan punishmentnya
dengan dibicarakan secara pribadi.
f. Bagaimanakah komunikasi dengan katim dan staf ?
Jawab : komunikasi melalui conference (pre dan post), melalui rapat
keuangan, supervisi.
ANGKET DISCHARGE PLANING

1. Setiap pasien yang mau pulang dilakukan discharge planning


a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
2. Setiap pasien yang pulang diberikan health education
a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
3. Setiap pasien yang mau pulang diajarkan cara perawatan mandiri di rumah
a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
4. Setiap pasien pulang paksa dilakukan discharge planning
a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
5. Dorongan untuk melakukan discharge planningtimbul dari diri anda sendiri
a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
6. Kepala ruangan memimpin discharge planning
a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
7. Pelaksanaan discharge planning dilakukan di nurse station
a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
8. Discharge planning dilakukan setelah pelunasan administrasi
a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
9. Discharge planning yang anda lakukan sesuai dengan prosedur, karena
berpengaruh pada asuhan keperawatan
a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
10. Meskipun anda sibuk dengan urusan anda, anada tetap melaksanakan discharge
planning
a. Selalu
b. Dilakukan
c. kadang – kadang
d. tidak pernah
DENAH RUANG MELATI

R
u
a
n
g
T M
ut u
R s
or
VVIP 2 Dapur ia . o
toilet Gudangl Km. 5 h
L VVIP 1 VIP 1 VIP 2 Km. 4 l
a K. Ganti M l
Km. 7 a
R. NS Km. 6
e
p VIP 9 VIP 8 R.obat/ linen
a l
n Ru a
g ang
TAMAN t
a AntalL i
n ggr
ek

Gmbr. Denah Ruang Melati


VISI MISI
RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

VISI :

Menjadika
n Rumah
Sakit
Bhakti
Wira
Tamtama
andalan
masyarakat
penggunan
ya.

MISI :

Anda mungkin juga menyukai