Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTHRITIS GOUT

DI SUSUN OLEH
IRMA SETIAWATI_72020040395

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI NERS
2021
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Lansia sering mengalami gangguan yang disebabkan karena proses
penuan, antara lain gangguan sirkulasi darah (hipertensi kelainan pembuluh
darah, gangguan pembuluh darah di otak dan ginjal), gangguan pada persendian
(osteoatritis, asam urat), dan berbagai penyakit neoplasma. Hampir 8% orang
yang berusia 50 tahun ke atas mempunyai keluhan persendian, misalnya linu,
pegal, dan kadang-kadang terasa nyeri. (Rakhman et al., 2015)Sejak tahun 2000,
penyakit asam urat banyak diderita oleh orang ekonomi menengah ke atas karena
sering mengkonsumsi makanan yang enak-enak. Namun, saat ini penyakit asam
urat bisa menyerang siapa saja dan dimana saja. Hal ini disebabkan karena 3
faktor pemicu yaitu faktor genetik, hormonal serta disebabkan karena pola makan
yang kurang baik seperti sering mengkonsumsi makanan yang mengandung purin
tinggi contohnya daging, kepiting, jeroan dan kacang-kacangan. (Benjamin,
2013)
Penyakit ini sering disebut penyakit gout atau lebih dikenal di masyarakat
sebagai penyakit asam urat. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari
purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh.
Peningkataan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh
manusia seperti perasaan linulinu di daerah persendian dan sering disertai
timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan
oleh penumpukan Kristal di daerah tersebut akibat tingginya kadar asam urat
dalam darah Hiperuricemia disebabkan oleh sintesa purin berlebih dalam tubuh
karena pola makan yang tidak teratur dan proses pengeluaran asam urat dari
dalam tubuh yang mengalami gangguan. Faktor-faktor yang diduga juga
mempengaruhi penyakit ini adalah diet, berat badan dan gaya hidup. (Jaliana,
2018)
Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme dari purin. Purin adalah
protein yang termasuk golongan nukleo protein yang bisa didapat dari makanan
dan dari penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.(Andry et al., 2009)
Kelebihan asam urat dalam darah dinamakan hiperurisemia. Keadaan ini
disebabkan karena produksi purin yang berlebihan, dan atau penurunan sekresi
asam urat oleh ginjal. Produksi yang berlebihan terjadi pada keadaan diet tinggi
purin, alkoholisme, obesitas, dan dislipidemia. Sedangkan penurunan
sekresiterjadi karena adanya penurunan fungsi ginjal atau terjadi kerusakan pada
ginjal, sehingga sekresi asam urat oleh ginjal tidak optimal.(Rakhman et al.,
2015)
B. Etiologi

Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah
usia, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan
(obesitas), kurangnya aktivitas fisik, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan
tertentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Peningkatan kadar asam
urat dalam darah, selain menyebabkan gout, menurut suatu penelitian merupakan
salah satu prediktor kuat terhadap kematian karena kerusakan kardiovaskuler. Hal
ini dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran masyarakat yang kurang
memperhatikan kesehatannya seperti masih banyaknya masyarakat yang
mengkonsumsi makanan tanpa memperhatikan kandungan dari makanan tersebut.
Faktor aktivitas yang berlebihan juga dapat memperburuk dan mendukung adanya
komplikasi penyakit asam urat tersebut7. Penyakit asam urat masih menjadi
masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Penyakit gout atau athirtis gout
adalah penyakit yang disebabkan oleh tumpukan asam urat/kristal urat pada
jaringan, terutama pada jaringan sendi.Gout berhubungan erat dengan gangguan
metabolisme purin yang memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl9.

Menurut (Yantina, 2016) faktor risiko yang menyebabkan orang terserang


penyakit asam urat adalah usia, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi
alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), hipertensi dan penyakit jantung, obat-
obatan tertentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Sedangkan
(Dewi & Afridah, 2018)mengatakan salah satu penyebab yang mempengaruhi
kadar asam urat adalah olah raga atau aktivitas fisik. Peningkatan kadar asam urat
dalam darah Selain menyebabkan gout, peningkatan kadar asam urat dalam darah
atau hiperuricemia menurut suatu penelitian merupakan salah prediktor kuat
terhadap kematian karena kerusakan kardiovaskuler
Tingginya kadar asam urat darah dapat menyebabkan artritis gout yang
mengakibatkan nyeri pada persendian, resiko kelainan metabolik dan kelainan
hemodinamik. Beberapa kelainan metabolik antara lain: resistensi insulin,
kerusakan hati pada penderita alcoholic fatty liver disease (NAFLD), penyakit
jantung koroner, dan disfungsi ginjal pada penderita dengan diabetes mellitus tipe
2. Sedangkan kelainan hemodinamik yang terjadi adalah penyakit kardiovaskuler
pada penderita hipertensi dan DM tipe 2.(Yantina, 2016) Dengan demikian
kelebihan asam urat darah harus segera ditangani.

C. ManifestasiKlinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati (Yuli
Aspiani, 2018)diantaranya:
1) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini Asam

Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam Urat

serum.

2) Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak pembengkakan

dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi

Metatarsofalangeal.

3) Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap Interkritikal.

Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari

beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan Gout

Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

4) Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan Asam

Urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.

Peradangan Kronis akibat Kristal-kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri,

sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.Gejala akibat

penimbunan asam urat tidak dapat diketahui dengan cepat. Masyarakat baru

sadar terkena penyakit asam urat setelah muncul rasa nyeri pada persendian,

kulit di sekitar sendi tampak bengkak kemerahan, kadang disertai demam


tinggi. Lansia yang menderita penyakit asam urat kualitas hidupnya akan

menurun karena keterbatasan bergerak akibat gejala yang ditimbulkan oleh

penyakit tersebut. Disamping itu komplikasi yang terjadi akibat menderita

penyakit asam urat akan menyebabkan gangguan pada ginjal.(Nur Lina &

Setiyono, 2014)Selain menggunakan obat farmakologi ataupun ramuan herbal,

risiko terjadinya asam urat dapat dicegah dengan memperhatikan pola makan

lansia yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang rendah purin agar kadar

asam urat di dalam darah tidak meningkat. Faktor pemicu terjadinya asam

urat disebabkan faktor genetik, hormonal serta gaya hidup yang kurang baik

seperti pola makan yang kurang sehat.(Martsiningsih & Otnel, 2016)

D. Patofisiologi
Penyakit asam urat adalah penyakit yang timbul akibat kadar asam urat
darah yang berlebihan. Yang menyebabkan kadar asam urat darah berlebihan
adalah produkisi asam urat didalam tubuh lebih banyak dar pembuangannya.
Yang menyebabkan produksi asam urat didalam tubuh berlebihan adalah faktor
genetic (bawaan), faktor makanan, dan faktor penyakit misalnya kanker darah.
Asam urat didalam tubuh yang berlebihan normalnya dibuang melalui ginjal. Air
seni seseorang akan mengandung banyak asam urat jika orang itu mempunyai
kadar asam urat tinggi didalam darahnya. Jika seseorang mempunyi penyakit
ginjal maka pembuangan asam urat akan berkurang sehingga kadar asam urat
darahnya menjadi tinggi. Ginjal adalah organ sangat penting untuk membuang
asam urat didalam tubuh yang berlebihan. Kadar asam urat didalam tubuh yang
berlebihan. Kadar asam urat darah tinggi dan penyakit ginyal saling berhubungan.
Kadar sam urat darah yang tinggi biasanya menyebabkan penyakit ginjal.
Sedangkan penyakit ginjal bisa menyebabkan kadar asam urat darah menjadi
tinggi. dan gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat
akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
Inflamasi (Wahyu Widyanto, 2017). Banyak faktor yang berperan dalam
mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah satunya yang telah diketahui
peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah. Mekanisme serangan Gout
Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan yaitu,
terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di jaringan bila
kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan,
sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal
Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis
Kristal oleh leukosit (Yuli Aspiani, 2018)
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya
membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang
dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi
ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini
menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal
kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi
kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang
menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Yuli
Aspiani, 2018)
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam
urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh
tubuh, penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon
inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya
merusak jaringan tetapi juga menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis
Akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi
hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang
menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi
Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata
kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang
dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang (Martsiningsih & Otnel, 2016)
E. Pathway

F. Penatalaksanaan (Medisdan Keperawatan)


1) Medis
Upaya untuk menurunkan kadar asam urat darah dapat melalui pengaturan
diet rendah purin dan terapi farmakologis (allopurinol). Allopurinol telah
terbukti dapat menurunkan kadar asam urat darah dengan cara menghentikan
produksi asam urat melalui penghambatan kerja enzim santin oksidase yang
mensintesa senyawa purin sebagai bahan dasar pembentukan asam urat.
Selain itu, obat ini juga dapat mempercepat pembuangan asam urat melalui
ginjal. Namun demikian, terdapat beberapa efek samping dari allopurinol
yaitu antara lain: hipersensitivitas kulit, mengantuk, urtikaria, mual, muntah,
diare, hepatitis, gagal ginjal, dan depresi sumsum tulang(Yuli Aspiani, 2018).
Hal ini jelas dapat menimbulkan masalah lain. oleh karena itu penanganan
nonfarmakologik sebagai terapi komplementer dalam menurunkan kadar
assam urat darah sangat diperlukan. Salah satu terapi nonfarmakologik yang
telah terbukti pada beberapa penelitian mampu mengatasi berbagai
permasalahan kesehatan adalah akupresur. Akupresur merupakan salah satu
intervensi keperawatan, yaitu tindakan pemberian tekanan ke titik khusus
pada tubuh untuk mengurangi nyeri, menghasilkan relaksasi, dan mencegah
atau mengurangi rasa mual. Akupresur merupakan pengobatan yang aman
karena hanya menggunakan pemijatan dengan jari tangan(Andry et al., 2009)
2) Penatalaksanaan Keperawatan yang bisa dilakukan untuk pengobatan gout
athritis (asam urat) yaitu: Berikan kompres hangat atau dingin pada persendia
yang terasa nyeri, mengubah posisi tidur merupakan suatu keharusan dan di
teruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang, dan menghindari
penggunaan sepatu yangsempit. Selain penatalaksaan keperawatan juga bisa
melakukan penatalaksaan herbal dengan menggunakan daun salam. Daun
salam memiliki senyawa-senyawa seperti minyak atsiri, tannin dan flavonoid
yang banyak terdapat dalam daunnya. Daunnya paling banyak digunakan.
Akar, kulit dan buahnya pun juga berkhasiat sebagai obat.
Cara meramu daun salam menjadi obat asam urat :10 lembar daun salam
direbus dengan 700 cc air + ½ batang sere hingga tersisa 200 cc, kemudian
airnya diminum selagi hangat. Diminum rutin sehari segelas atau dua gelas.

II. KONSEP PROSES KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam
mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Nur Lina & Setiyono, 2014)Fokus pengkajian pada Lansia
dengan Gout Arthritis:
1) Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan

terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari

nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri

yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan

sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu

pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi

pada sendi atau jaringan sekitar.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit

Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan

sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.

6) Riwayat Psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien

dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan

individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan

berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik

akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan

perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri

dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang

maladaptif.
7) Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi Purin.

8) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari

ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah

sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan

mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan

posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada

kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah

sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan

beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah

gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.

9) Pemeriksaan Diagnosis

a. Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.

b. Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).

c. Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

d. Pemeriksaan Radiologi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran
tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang
mungkin terjadi (potensial) (Wahyu Widyanto, 2017)
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis
yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).

3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).

4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).

5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan

(peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).

6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D.0055)

C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan

diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya

kebutuhan klien.(Andry et al., 2009).

N Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


o
.
1 Nyeriakutberhubungan Setelahdilakukanasuhan 1.1 Lakukan pengkajian
. dengan agen cedera keperawatandiharapkan nyerisecara
biologis(D.0077). nyerihilangatauterkontrol komprehensif
dengankriteriahasil: termasuklokasi,
1. MelaporkanBahwa karakteristik, durasi,
NyeriBerkurang frekuensidankualitas
Dengan Mengguna nyeri.
KanManajemen 1.2 Pantau kadarasam
Nyeri. urat.
2. Mampu Mengenali 1.3 Observasireaksi
Nyeri (Skala, nonverbaldari
Intensitas,Frekuensi ketidaknyamanan.
Dan Tanda Nyeri). 1.4 Ajarkan tekniknon
3. MenyatakanRasa farmakologirileksasi
NyamanSetelah napasdalam.
1.5 Posisikan klienagar
merasa nyaman,
misalnya sendiyang
nyeridiistarahatkan
dan diberikan
bantalan.
1.6 Kaloborasidengan
dokterjika ada
keluhan dantindakan
nyeriyangtidak
berhasil.
2 Gangguanmobilitasfisik Setelahdilakukan asuhan 1.1 Monitorvitalsign
. berhubungandengan keperawatan diharapkan sebelumdan sesudah
nyeripersendian(D.0054 klien mampu melakukan latihan.
). rentan gerak aktifdan 2.1 Kajitingkat
ambulasi secaraperlahan mobilisasiklien.
dengan kriteriahasil: 2.2 Bantu klien untuk
1. Klien meningkat melakukan rentan
dalamaktivitasfisik gerakaktifmaupun
2. Mengertitujuan dari rentan gerakpasif
peningkatan padasendi.
mobilisasi. 2.3 Lakukan ambulasi
3. Memperagaan dengan alatbantu
penggunaan alat (misalnya tongkat,
bantu. kursiroda, walker,
kruk).
2.4 Latih kliendalam
pemenuhan
kebetuhan ADL
secara mandiri
sesuaikemampuan.
2.5 Motivasiklienuntuk
meningktkan
kembaliaktivitas
yangnormal,jika
bengkakdan nyeri
telah berkurang.
3 Hipertemiaberhubungan Setelah dilakukan 3.1 Monitorsuhu
. dengan prosespenyakit asuhan keperawatan seseringmungki
(D.0130) diharapkan suhu tubuh n.
klien dalambatas 3.2 Monitorwarnad
normaldengan kriteria an suhu kulit.
hasil: 3.3 Monitortekanan
1. Suhu tubuhdalam darah,nadidan
rentannormal. pernapasan.
2. Nadidan 3.4 Monitor
pernapasan intakedan
dalamrentannormal. output.
3. Tidak 3.5 Tingkatkanintak
adaperubahan e cairan
warnakulit dantidak dannutrisi.
adapusing. 3.6 Selimutiklien.
3.7 Tingkatkan
sirkulasi udara.
3.8 Kompresklien
pada
lipatpahadan
aksila.
3.9 BerikanAntipire
tik.
3.10 Kaloborasi
pemberiancaira
n Intravena.
4 Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan 4.1 Identifikasi tingkat
. nyamanberhubungan keperawatan diharapkan kecemasan.
dengangejalaterkaitpenya status kenyamanan 4.2 Gunakan
kit (D.0074). meningkat dengan pendekatan yang
kriteria hasil: menenangkan.
1. Mampu mengontrol 4.3 Temaniklien untuk
kecemasan. memberikan
2. Statuslingkungan keamanan dan
yangnyaman. mengurangi takut.
3. Dapatmengontrol 4.4 Dengarkan dengan
nyeri. penuh perhatian.
4. Kualitas tidurdan 4.5 Dorong klien untuk
istirahatadekuat. mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi.
4.6 Instruksikan klien
menggunakan
teknik rileksasi.
4.7 Kaloborasi
pemberian obat
untukmengurangi
kecemasan.
5 Gangguan integritas Setelah dilakukan 5.1 Anjurkan
. jaringan berhubungan asuhan keperawatan klienuntuk
dengan kelebihancairan diharapkan ketebalan menggunakan
(peradangan kronik dan teksturjaringan alas
akibatadanya kristal urat) normaldengan kriteria kakiyanglonggar.
(D.0129). hasil: 5.2 Jagakebersihank
1. Tidakadatanda- ulit
tandainfeksi. agartetapbersihda
2. Menunjukan nkering.
pemahaman 5.3 Monitoraktivitas
dalam proses dan
perbaikan mobilisasiklien.
kulitdanmencegah 5.4 Monitorkulitakan
terjadinya cidera adanyakemeraha
berulang. n.
5.5 Monitorstatusnut
risi klien.
5.6 Berikanposisiyan
g mengurangi
tekanan pada
luka.
5.7 Ajarkan klien
tentang luka dan
perawatan luka.
6 Gangguan pola tidur Setelahdilakukan 6.1 Monitordancatat
. berhubungandengan asuhan keperawatan kebutuhantidurkli
nyeripada persendian (D. diharapkanjumlahjam en setiap
0055). tidurklien dalambatas haridanjam.
normaldengan kriteria 6.2 Determinasi efek-
hasil: efek medikasi
1. Jumlahjamtidur terhada polatidur.
dalambatasnormal 6.3 Jelaskanpentingn
6-8jam/hari. ya
2. Polatidurdan tiduryangadekuat.
kualitastidurdalam 6.4 Fasilitasiuntuk
batasnormal. mempertahankan
3. Perasaansegar aktivitas sebelum
setelahtidur dan tidur(membaca).
istirahat. 6.5 Ciptakanlingkung
4. Mampu an yangnyaman.
mengidentifikasihal- 6.6 Diskusikan
halyangmeningkatkant dengan klien
idur tentang teknik
tidurklien.

DAFTAR PUSTAKA

Andry, Saryono, & Upoyo, A. S. (2009). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Kadar Asam Urat Pada Pekerja Kantor Di Desa Karang Turi, Kecamatan Bumiayu,
Kabupaten Brebes. Soedirman Journal of Nursing, 4(1), 25–31.

Benjamin, J. (2013). GAMBARAN KADAR TRIASILGLISEROL DARAH PADA


MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SAM RATULANGI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH ≥ 23 kg/m2. Jurnal E-
Biomedik, 1(2). https://doi.org/10.35790/ebm.1.2.2013.5466

Dewi, F. A., & Afridah, W. (2018). Pola Makan Lansia Penderita Asam Urat Di Posyandu
Lansia Kelurahan Wonokromo Surabaya. Journal of Health Sciences, 7(1).
https://doi.org/10.33086/jhs.v7i1.491

Jaliana. (2018). faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asam urat pada usia 20-44
tahun di RSUD Batheramas provinsi sulawesi tenggara tahun 2017. Jimkesmas, 3(2), 1–
13.
Martsiningsih, M. A., & Otnel, D. (2016). Gambaran Kadar Asam Urat Darah Metode Basah
( Uricase-PAP ) Pada Sampel Serum dan Plasma. Jurnal Teknologi Laboratorium.

Nur Lina, & Setiyono, A. (2014). Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan
Peningkatan Kadar Asam Urat. Jurnal Kesehatan Komunitas.

Rakhman, A., Purnawan, I., & Purwadi, A. R. (2015). Pengaruh Terapi Akupressure
Terhadap Kadar Asam Urat Darah Pada Lansia. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1(2),
62–68.

Wahyu Widyanto, F. (2017). ARTRITIS GOUT DAN PERKEMBANGANNYA. Saintika


Medika. https://doi.org/10.22219/sm.v10i2.4182

Yantina, Y. (2016). Pengaruh Pemberian Jus Sirsak Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat.
Jurnal Kesehatan Holistik, 10(1), 32–35. https://doi.org/10.1016/0166-2236(89)90137-9

Yuli Aspiani, R. (2018). BuKu Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. In 1.

Anda mungkin juga menyukai