Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN GOUT ARTHRITIS

(ASAM URAT)

Oleh :

RAHMAH TANIA
20220305016

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN


KELUARGA PROGRAM STUDI NERS UNIVERSITAS
ESA UNGGULTAHUN 2023
A. Latar belakang
Gout adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme purin dan
ditandai dengan hiperurisemia dan sinovitis akut berulang (Nurarif, 2015). penyakit ini
paling banyak menyerang pria paruh baya dan lanjut usia serta wanita pascamenopause.
Penyakit asam urat masih menjadi masalah utama di bidang kesehatan, dan angka kejadian
berbagai komplikasi (seperti gagal ginjal, batu ginjal, dll) akibat asam urat masih tinggi. Hal
ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dan kurang memperhatikan
kesehatannya, misalnya banyak orang yang makan makanan tanpa memperhatikan
kandungan makanan tersebut. Faktor aktivitas yang berlebihan juga dapat memperberat
komplikasi asam urat dan memperburuknya (Damayanti, 2012).
Fenomena yang terjadi di masyarakat adalah pemanfaatan obat-obatan herbal yang
didapat dari lingkungan sekitar, misalnya daun salam mengandung flavonoid yang
merupakan antioksidan yang dapat menghambat sintesis xantin oksidase, sehingga
pembentukan asam urat dalam tubuh terhambat. Kandungan diuretik, polifenol dan alkaloid
akan ditekan, dan juga dipengaruhi oleh diuretik yang menghasilkan urine lebih banyak,
sehingga asam urat akan dikeluarkan melalui urin (Suparni & Wulandari, 2013).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, prevalensi artritis gout di seluruh dunia
adalah 34,2%. Gout arthritis sering terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat. Di
Amerika Serikat, prevalensi artritis gout adalah 26,3% dari total populasi. Peningkatan
kejadian gout arthritis tidak hanya terjadi di negara maju. 1 2 Namun demikian juga terjadi
peningkatan di negara berkembang, salah satunya di Indonesia (WHO, 2017). Hasil
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit sendi di Indonesia
berdasarkan wawancara diagnostik dokter (7,3%). Dengan pertambahan usia, prevalensi
dokter ≥75 tahun juga tertinggi (18,9%). Berdasarkan usia dokter saat diagnosis, prevalensi
perempuan (8,5%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (6,1%) (RISKESDAS, 2018). Angka
prevalensi di Jawa Timur sebesar 17%.
Penyakit asam urat merupakan penyakit terbanyak kedua setelah hipertensi yang
menjadi masalah dalam keluarga. Faktor penyebab orang terserang penyakit asam urat
adalah genetik atau riwayat keluarga, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol
berlebih, kegemukan (Obesitas), hipertensi, gangguan fungsi ginjal dan obat-obat tertentu
(terutama diuretika). Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan kadar asam urat, jika terjadi
peningkatan asam urat serta ditandai dengan linu pada sendi, terasa sakit, nyeri, merah dan
bengkak keadaan ini dikenal dengan gout. Gout termasuk penyakit yang dapat dikendalikan
walaupun tidak dapat disembuhkan, namun kalau dibiarkan saja kondisi ini dapat
berkembang menjadi arthritis yang melumpuhkan (Gustomi & Wahyuningsih, 2016).
Oleh karena itu, negara indonesia yang sedang membangun disegala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit
seperti asam urat. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah asam urat, pencegahan dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan, seperti cara menangani asam urat yang kambuh,
perawat memberikan informasi atau pengetahuan kepada penderita tentang penyebab dan
penanganan penurunan skala nyeri gout arthritis. Perawat juga mengajarkan klien untuk
menjauhi makanan dan minuman yang dapat memicu penyakit asam urat, menurunkan berat
badan, dan cukup minum air putih. Penanganan asam urat di fokuskan pada cara mengontrol
nyeri, hal tersebut merupakan hal yang sering dialami oleh penderita asam urat, mengurangi
kerusakan sendi, dan meningkatkan atau mempertahankan fungsi kualitas hidup.
Penanganan meliputi terapi farmakologis dan non farmakologis, untuk terapi farmakologis
klien dapat meminum obat secara teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter dengan
sekali dalam sehari sedangkan terapi non farmakologis bisa dengan tindakan kompres air
hangat (Milfianda & Nidia, 2019).

B. Tinjauan teori
1. Definisi
Penyakit Asam urat atau penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang
disebabkan oleh tingginya asam urat didalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di
dalam darah melebihi batas normalmenyebabkan penumpukan asam urat didalam
persendian dan organ tubuh lainnya.
Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradan. Pada
kasus yang parah, penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, persendian terasa sangat
sakit jika bergerak, mengalami kerusakan pada sendi dan cacat (Haryani and Misniarti
2020).
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang ditandai
dengan hiperurisemi dan serangan sinopitis akut berulang-ulang. Penyakit ini paling
sering terjadi dan menyerang pria usia pertengahan sampai lanjut usia dan wanita pasca
Menopause (Nurarif,2015).
Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan protein
(terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan
buncis). Atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui
ginjal, feses, atau keringat. Asam urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang
sangat membahayakan karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi juga dapat
mengakibatkan cacat pada fisik ( Haryati and Misniarti 2020). Kadar asam urat normal
pada wanita 2,6-6 mg/dl dan pada pria 3-7 mg/dl ( Marlianda and Putri Dafriani 2019).

2. Etiologi
 Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
 Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat
yaituumur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-60
tahun).
 Berat badan Kelebihan
berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout berkembang karena ada
jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan kelebihan
produksi asam urat.
 Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena alkohol
mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
 Diet
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk
gout.Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
 Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan
hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat,
niasin,siklosporin, levodova
 Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,gangguan
ginjal yang akan menyebabkan Pemecahan asam yang dapat menyebabkan
hiperuricemia.
 Pembentukan asam urat yang berlebih
 Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
 Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana
penyakit lain, seperti leukimia.
 Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distalginjal yang sehat.
Penyabab tidak diketahui.
 Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,misalnya
glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.

3. Manifestasi kliniks
Setiap orang secara alami memiliki asam urat, tetapi tidak boleh melebihi kadar normal.
Kadar asam urat setiap orang berbeda dengan kadar asam urat normal, yaitu 3,5-7 mg /
dl untuk pria dan 2,6-6 mg / dl untuk wanita. Berikut tanda dan gejala asam urat
menurut Harmoko (2013):
1) Nyeri sendi, nyeri, kesemutan, bahkan bengkak dan kemerahan (inflamasi).
2) Biasanya nyeri sendi dirasakan pada pagi hari (baru bangun tidur) atau pada malam
hari.
3) Nyeri sendi terjadi berulang kali
4) Persendian yang umum adalah jari kaki, jari tangan, lutut, tumit, pergelangan tangan
dan siku.
5) Pada kasus parah, persendian terasa sangat sakit saat bengkak, bahkan penderita
sampai tidak bisa jalan. Tulang di sekitar sendi juga bisa keropos atau mengalami
pengapuran tulang

4. Patofisiologi
Terjadinya asam urat pada awalnya disebabkan oleh asupan zat yang mengandung
purin secara berlebihan. Setelah sejumlah besar zat purin masuk ke tubuh manusia,
melalui metabolisme, purin menjadi asam urat. Hal ini dapat menyebabkan kristal asam
urat menumpuk di persendian, membuat persendian terasa nyeri, bengkak, meradang
dan kaku. Selain faktor dalam tubuh manusia, peningkatan kadar purin juga dipengaruhi
oleh konsumsi makanan. Gout dimanifestasikan oleh serangan artritis berulang.
Gejala yang muncul biasanya hanya menyerang satu sendi saja, seperti bengkak,
kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan pergerakan pada sendi yang terkena, dan
puncaknya dalam waktu kurang dari 24 jam. Timbulnya asam urat (gout) terutama
terkait dengan perubahan yang cepat dalam kadar asam urat dan terlalu banyak
mengonsumsi obat penurun asam urat. Serangan asam urat berulang, yaitu gejala
sembuh setelah gejala penyakit mereda untuk sementara. Biasanya serangan 25 tersebut
terjadi secara tiba-tiba tanpa gejala sebelumnya. Serangan dimulai pada malam hari atau
terkena udara dingin.
Penyakit asam urat termasuk dalam kategori penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya secara klinis. Asam urat juga dapat ditemukan pada orang dengan faktor
genetik yang kekurangan hypoxanthine guanine, phosphoribosyl dan transferase HPRG
(enzim yang berfungsi untuk mengubah purin menjadi nukleotida purin agar dapat
digunakan kembali sebagai penyusun DNA dan RNA). Hal ini yang kemudian
menyebabkan terjadinya ketidaknormalan metabolisme tubuh yang menyebabkan asam
urat meningkat secara drastis. Proses terjadinya endapan kristal urat pada ginjal
tergantung pada dua faktor utama, yakni konsentrasi urin serta tingkat dari keasaman
urin. Antara aliran urin yang lambat dan aliran atau volume urin yang berkurang akan
memudahkan terjadinya endapan kristal urin. (Rahmatul Fitriani, 2015)
5. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
 Deformitas
 Eritema
2. Palpasi
 Pembengkakan karena cairan / peradangan
 Perubahan suhu kulit
 Perubahan anatomi tulang/ jaringan kulit
 Nyeri tekan
 Krepitus
 Perubahan range of motion
3. Keadaan Umum, biasanya klien dengan asam urat cenderung lemah
4. Kesadaran : Composmentis
5. TTV :
 Tekanan darah 120/80 mmHg
 Nadi 60-100 x/menit
 Pernafasan 12-20 x/menit
 Suhu 36,5-37,5 C
6. Kepala
 Rambut : persebaran rambut merata, tidak ada kebotakan, warna rambut hitam
7. Mata : pupil isokor, tidak memakai alat bantu, tidak anemis 38
8. Hidung : simetris, tidak keluar cairan, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
9. Mulut : tidak sumbing, bibir simetris, tidak ada susah menelan, gigi tidak caries,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
10. Dada/Thorax
 Inspeksi : dada simetris, tidak ada reraksi otot bantu nafas, tidak terjadi sesak
nafas, pola nafas teratur tidak menggunakan alat bantu nafas, tidak ada luka,
tidak terdapat sianosis
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus sama, tidak ada peningkatan JVP
 Perkusi : paru resonan dan pekak untuk jantung
 Auskultasi : suara nafas reguler, tidak ada suara nafas tambahan seperti
wheezing dan ronchi, dan S1-S2 tunggal untuk jantung, tidak ada suara jantung
tambahan mur-mur dan galop
11. Perut/Abdomen
 Inspeksi : tidak distensi abdomen
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak kembung
 Perkusi : normalnya timpany
 Auskultasi : normal bising usus 5-35 x/menit
12. Genetalia/Anus
 Inspeksi : tidak ada keluar cairan, tidak ada benjolan
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
13. Ekstermitas
 Inspeksi : biasanya terdapat edema di daerah pergelangan kaki, lutut,
pergelangan tangan pada penderita asam urat
 Palpasi : akral hangat, pada penderita asam urat biasanya mengeluh nyeri pada
daerah yang terkena asam urat
6. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
1) Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
2) Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu cairan
berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3) Pemeriksaan darah lengkap
4) Pemeriksaan ureua dan kratinin
 kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
 kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
7. Penatalaksanaan medis atau non medis
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah
serangan berulang dan pencegahan komplikasi. Menurut Junaidi (2013),
penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
 Farmakologi
1) Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0 mg
(dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
2) Colchines (oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah
3) fagositosis dari kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
4) Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
5) Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
6) Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat akumulasi
asam urat.
7) Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak
tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan
Allopurinol 100 mg 2x/hari.
 Non Farmakologi
1) Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung purin
yaitu jeroan (jantung, hati, lidah, ginjal, usus), sarden, kerang, ikan herring,
kacang – kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.
2) Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan ‘kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
3) Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan
ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
4) Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.
5) Anjurkan pasien untuk banyak minum air putih.
6) Hindari penggunaan alkohol

C. Rencana keperawatan
1. Analisa Data
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS: Gangguan rasa nyaman : Nyeri
• klien mengatakan betis (D.0077)
dan lutut bagian kanan
nyeri
• klien mengatakan nyeri
yang dirasakan akan
lebih parah jika
setelah berjalan lama
DO:
• klien mengatakan
skala nyeri 7 (0-10)
• TTV :
TD : 121/101 mmHg
N : 88 x/m
S ; 36,5’C
• RR ; 18 x/m
2 DS: Gangguan mobilitas fisik
• klien mengatakan setelah (D.0054)
berjalan lama, kaki nya
terasa nyeri dan linu
hingga tidak bisa
berjalan
DO :
TTV :
TD : 121/101 mmHg
N : 88 x/m
S ; 36,5’C

RR ; 18 x/m

2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri (D.0077)
2) Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
3. Intervensi keperawatan

TGL Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi


Keperawatan (TUM) (TUK)
NyeriAkut Setelah Kriteria Hasil Pemantauan Tanda-
D.0077 dilakukan : Tingkat Tanda Vital :
intervensi Nyeri 1. Tekanan
keperawatan 3 menurun : darah
x 24 jam , 1. Skala nyeri 2. Nadi
masalah menurun 3. Suhu
keperawatan 2. Meringis 4. RR
Nyeri Akut menurun 5. HR
berkurang yang 3. Gelisah
ditandai dengan menurun Manajemen Nyeri :
Kriteria Hasil : 4. TTV membaik 1. Identifikasi
Kontrol Nyeri skala nyeri
meningkat : 2. Identifikasi
1. Keluhan nyeri respon non
menurun verbal
terkait
nyeri
3. Kontrol
lingkungan
penyebab
nyeri
Gangguan Setelah Mobilitas fisik Manajemen nyeri :
Mobilitas dilakukan meningkat: 1. Identifikasi
Fisik perawatan 3 x 1. Kekuatan otot skala nyeri
D. 0054 24 jam, meningkat 2. Identifikasi
masalah 2. Rentang gerak lokasi nyeri
keperawatan meningkat 3. Identifikasi
gangguan 3. Skala Nyeri frekuensi
mobilitas fisik menurun nyeri
teratasi dengan
kriteria hasil : Toleransi Aktivitas Dukungan Mobilisasi
meningkat: :
1. Kemudahan 1. Identifikasi
melakukan adanya nyeri
aktivitas 2. Identifikasi
meningkat toleransi fisik
2. Tekanan darah dalam
membaik pergerakan
3. Frekuensi nadi 3. Membantu
membaik pasien dalam
meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda. N, Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC aplikasi Asuhan


Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction
Gustomi, M.P., & Wahyuningsih, F. (2016). Pemberian Rebisan Daun Sirsak
(Annona
Muricata linn) Menurunkan Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis.
Journal Of Ners Community, fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik, 7(2),
162-17
Budiyanto, dr. Hasan. (2002). Mengenal Penyakit Asam Urat. Jakarta: Pustaka
Jaya
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Mengenal Gout Artritis,
(Online), (http:// depkes.co.id/goutartritis.html) diakses tanggal 20 Mei
2013
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, &
Praktik, Edisi 5. Editor Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http: //agungy.blogspot.com/2007/06/memahami-asam-urat-dan-ginjal.html
http: //www.bintangmawar.net, diakses tanggal 20 Mei 2013
Kertia, dr. Nyoman. (2009). Asam Urat: Benarkah Hanya Menyerang Laki-Laki?.
Yogyakarta: B Frirs
Malya, Arina. (2003). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Surakarta: Buku Ajar
Muhammad, As’Adi. (2011). Waspadai Asam Urat. Yogyakarta: Diva Press
Muhlisin, Abi. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publising

Anda mungkin juga menyukai