Anda di halaman 1dari 6

Analisis Faktor Kesalahan Tata Laksana Penyakit Asam Urat

(Artritis Gout) pada Wanita Dewasa


Tika Tazkiya Tasnim
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
Tikatazkiya2016@gmail.com

Abstract. Gout arthritis is an inflammation of the joints that causes unbearable pain,
swelling, and burning sensation in the joint. Gout arthritis sufferers will experience
a decrease in ability to carry out daily activities. Gout arthritis is characterized by a
metabolic disorder in the form of high levels of purine. Uric acid levels increase due
to an imbalance between purine production and excretion. From year to year the
number of gout arthritis sufferers increase. Many factors that make a person exposed
to gout arthritis, including age, food intake, and lack of physical activity. Therefore,
gout arthritis treatment must be done carefully. A good treatment of gout arthritis can
reduce the prevalence, recurrence rate, and the incidence of complications gout
arthritis.

Keywords: gout arthritis, treatment, food intake

1. PENDAHULUAN

Gout merupakan penyakit progresif akibat deposisi kristal MSU di persendian, ginjal, dan
jaringan ikat lain sebagai akibat hiperurisemia yang telah berlangsung kronik. (IRA, 2018).
Hiperurisemia merupakan kondisi dimana tubuh mengandung kadar asam urat yang tinggi/
berlebihan. Kadar asam urat normal pada wanita dan laki-laki berbeda, pada wanita normalnya 2.4-
5.7 mg/dl, sedangkan pada laki-laki 3.4-7.0 mg/dl.
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang terkait
dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol (Widyanto, 2009). Asam urat adalah
hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaannya bisa nomal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa
dari metabolisme protein makanan yang mengandung purin juga menghasilkan asam urat. Oleh karena
itulah kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu banyak mengonsumsi
makanan yang mengandung purin tinggi (seperti ekstrak daging, kerang, dan jeroan seperti hati, ginjal,
limpa, paru, otak). (Misnadiarly,2007).
Artritis gout menyebar secara merata di seluruh dunia. Prevalensi bervariasi antar negara yang
kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan, diet, dan genetic. (Widyanto, 2009).
Prevalensi hiperurisemia dan gout di Indonesia masih belum diketahui dengan pasti karena
terbatasnya data yang tersedia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi untuk penyakit
sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan yaitu sebesar 11,9% dan berdasarkan gejala
sebesar 24,7%.(Hastuti, Murbawani, & Wijayanti, 2018).
Perjalanan alamiah gout artritis terdiri dari tiga fase, yaitu: a) hiperurisemia tanpa gejala klinis,
b) artritis gout akut diselingi interval tanpa gejala klinis (fase interkritikal), dan c) artritis gout kronis
(IRA, 2018). Hiperurisemia tanpa gejala klinis umumnya penderita tidak sadar karena memang tidak
ada gejala klinis apapun sehingga untuk mengetahuinya diperlukan cek GCU untuk asam urat secara
berkala agar kadarnya selalu terpantau. Tata laksana pada fase ini disarankan untuk modifikasi gaya
hidup, misalnya mengurangi konsumsi makanan tinggi purin, alcohol, dst. Menurut perhimpunan
reumatologi Indonesia (IRA) dengan pertimbangan risiko dan efektivitas obat penurun asam urat,
pemberian obat penurun asam urat tidak dianjurkan secara rutin. Fase ini bisa berlangsung cukup lama
dan dapat berkembang menjadi artritis gout akut jika tidak ditangani dengan baik. Salah satu pemicu
nyeri artritis gout akut dikarenakan penurunan asam urat akibat terapi awal obat penurun asam urat
atau peningkatan asam urat akibat konsumsi makanan / minuman tinggi purin secara mendadak, Nyeri
artritis gout akut pertama umumnya terjadi di daerah metatarsophalangeal secara tiba-tiba disertai
sendi yang mengalami eritema, bengkak, dan hangat. Nyeri artritis gout akut kedua danseterusnya bisa
mengenai lenih dari satu persendian. Nyeri pada artritis gout akut jika tidak tertangani dengan baik
dapat berkembang menjadi artritis gout kronis yan ditandai dengan destruksi kronis dan inflamasi
ringan pada sendi-sendi yang mengalami nyeri artritis gout akut.
Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah usia, asupan
senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), kurangnya aktivitas
fisik, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi
ginjal.(Jaliana, Suhadi, & Sety, 2018). Pentalaksanaan pada penderita asam urat dapat dengan edukasi,
pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan (kolaboratif).(Zahroh & Faiza, 2018). Hindari
makanan yang mengandung tinggi purin dengan nilai biologik yang tinggi seperti hati, ampela, ginjal,
jeroan, dan ekstrak ragi. Makanan yang harus dibatasi konsumsinya antara lain daging sapi, domba,
babi, makanan laut tinggi purin (sardine, kelompok shellfish seperti lobster, tiram, kerang, udang,
kepiting, tiram, skalop). Alkohol dalam bentuk bir, wiski dan fortified wine meningkatkan risiko
serangan gout. Demikian pula dengan fruktosa yang ditemukan dalam corn syrup, pemanis pada
minuman ringan dan jus buah juga dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Sementara konsumsi
vitamin C, dairy product rendah lemak seperti susu dan yogurt rendah lemak, cherry dan kopi
menurunkan risiko serangan gout. (IRA, 2018)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan gout masih belum optimal yang
ditunjukkan dengan adanya ketidaktepatan dalam penegakkan diagnosis sebesar 57% di Inggris yang
mengakibatkan ketidaktepatan pada pengobatan pasien. Mayoritas kasus terjadi pada pelayanan dasar,
hal ini dikarenakan belum adanya pedoman dalam penegakkan diagnosis dan pengelolaan gout (IRA,
2018). Berdasarkan perhimpunan reumatologi Indonesia dalam buku pedoman dan pengelolaan gout
prinsip umum pengelolaan hiperurisemia dan gout, setiap pasien hiperurisemia dan gout harus
mendapat informasi (edukasi) memadai tentang hiperurisemia dan gout beserta tata laksana
efektifnya, diberi nasihat / anjuran-anjuran tentang gaya hidup seperti menurunkan berat badan hingga
ideal, menghindari alcohol, minuman yang mengandung pemanis buatan, makanan berkalori tinggi,
daging merah, seafood berlebihan, serta dianjurkan konsumsi makanan rendah lemak dan latihan fisik
teratur. Kemudian setiap pasien dengan gout harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan penapisan
untuk penyakit kormoboid terutama yang berpengaruh pada terapi penyakit gout dan faktor risiko
kardiovaskular termasuk gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung coroner, gagal jantung, stroke,
penyakit arteri perifer, obesitas, hipertensi, diabetes, dan merokok.
Fokus dari penelitian ini terletak pada tata laksana sehari-hari yang dilakukan oleh penderita
artritis gout (penyakit asam urat). Tata laksana yang dilakukan meliputi makanan & minuman yang
dikonsumsi sehari-hari dan terapi yang dilakukan saat nyeri artritis gout / penyakit asam urat penderita
kambuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa sajakah yang dapat menimbulkan
kesalahan tata laksana penyakit asam urat sekaligus kesalahan yang bisa timbul apa saja pada wanita
dewasa penderita asam urat.

2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistic atau bentuk hitungan
lainnya dan bertujuan mengungkapkan gejala secara holistic-kontekstual melalui pengumpulan data
dari latar alami dengan memnafaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci. Penelitian kualitatif
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna
berdasarkan perspektif subyek lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. (Sugiarto Eko, 2015 : 8)
Responden penelitian ini terdiri dari 4 wanita dewasa penderita asam urat yang berdomisili di
Pundung, Rt.08 / Rw.27, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah melalui kuisioner yang berisi daftar makanan penderita yang harus dihindari,
dibatasi, dan bisa dimakan beserta seberapa sering konsumsinya, dan aktifitas apa saja yang dilakukan
responden saat nyeri asam urat responden kambuh.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data yang diperoleh peneliti setelah memberikan kuisioner terhadap empat responden
mengenai tata laksana terhadap penyakit asam urat diperoleh hasil sebagai berikut.
 Responden 1
Ibu Nurjannah telah menderita asam urat selama +/- 3 tahun
Nyeri asam uratnya di bagian lutut kedua kaki
Pernah kambuh dikarenakan konsumsi emping dan kacang tanah rebus
Berdasar pola makannya Ibu Nurjannah masih sering mengonsumsi makanan tinggi purin
seperti otak, hati, dan daging bebek, serta konsumsi teh kental sehari satu kali.
Berdasar tata laksananya saat nyeri asam urat nya kambuh ibu Nurjannah cukup
menghentikkan konsumsi makanan pemicu penumpukkan asam urat dan kedua kakinya
diluruskan.
 Responden 2
Ibu Hindun telah menderita asam urat +/- 4 tahun
Nyeri asam uratnya di bagian lutut kedua kaki (kondisi saat ini kedua lututnya tampak
bengkak dan tidak bisa diluruskan kakinya)
Pernah kambuh dikarenakan konsumsi alpukat, durian, terlalu banyak makan tahu tempe,
buncis
Berdasar pola makannya ibu Hindun sudah cukup paham untuk menghindari makanan
tinggi purine, hanya saja terkadang keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi purin
lebih besar.
Berdasar tata laksana saat nyeri asam uratnya kambuh ibu Hindun tidak melakukan terapi
apapun di rumah, ibu Hindun memilih langsung pergi ke dokter agar diberikan obat asam
urat, obat yang biasa diberikan dokter adalah alopurinol.
Sebelumnya ibu Hindun pernah mengonsumsi perasan daun salam dan daun sirsat secara
tidak teratur.
 Responden 3
Ibu Dewita Hayuni telah menderita asam urat +/- 1 tahun
Nyeri asam uratnya di bagian tungkak dan lutut kedua kaki, sering kesemutan saat bangun
pagi.
Pernah kambuh dikarenakan konsumsi jeroan dan kacang tanah goreng
Berdasar pola makannya ibu Dewita cukup tidak terkontrol dalam konsumsi makanan
tinggi purin.
Berdasar tata laksananya saat kambuh, ibu Dewita lebih memilih mengonsumsi perasan
rebusan daun salam dan sereh.
 Responden 4
Ibu Sudarmi telah menderita asam urat +/- 3 tahun
Nyeri asam uratnya di bagian sendi – sendi anggota gerak bawah dari pinggul – mata kaki
Pernah kambuh dikarenakan konsumsi telur puyuh, pecel, sayur daun singkong, daging
kurban, ikan wader, udang, peyek ikan cethol.
Berdasar pola makan ibu Darmi sudah cukup paham untuk menghindari makanan tinggi
purine, hanya saja terkadang keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi purin lebih
besar.
Berdasar tata laksanannya saat asam uratnya kambuh, ibu Darmi akan ke dokter saat
nyerinya tidak tertahankan, saat nyerinya masih bisa ditahan ibu Darmi lebih memilih
dibiarkan saja, dipijet-pijet daerah telapak kaki, banyak minum air putih dan buah-buahan
dengan kadar air tinggi seperti semangka dan melon.
Menurut brosur diet rendah purin yang dikeluarkan oleh kementrian kesehatan RI pada tahun 2011,
mengelompokkan makanan dan minuman berdasarkan kadar purinnya sebagai berikut.

BAHAN DIANJURKAN DIBATASI DIHINDARI


MAKANAN
Sumber Nasi, bubur, bihun, roti,
karbohidrat pasta, gandum,
macaroni, talas, ubi,
jagung, havermout,
kentang, singkong
Sumber Telur, susu skim/ Daging, ayam, ikan Yang mengandung
protein rendah lemak tongkol, tenggiri, bawal, tinggi purin
hewan bandeng, kerang, udang Kadar purin 150-800
dibatasi max 50 gr/hari mg/100 gr
Sumber Tempe, tahu maks 50 Bahan makanan :
protein gr/hari, dan kacang- Hati ginjal, jantung,
nabati kacangan (kacang hijau, limpa, otak, ham,
kacang tanah, kedelai) sosis, babat, usus,
paling banyak 25 gr/hari paru, sarden, kaldu
Sayuran Wortel, labu siam, Bayam, buncis, daun/biji daging, bebek,
kacang panjang, terong, mlinjo, kapri, kacang burung, angsa,
pare, oyong, selada air, polong, kembang kol, remis, ragi
labu air, ketimun, asparagus, kangkung, dan
tomat, selada, lobak jamur maks 100 gr/hari
Buah- Semua buah-buahan
buahan
Minuman Semua macam Teh kental, kopi Minuman
minuman yang tidak mengandung soda
beralkohol dan alcohol :
softdrink, arak, ciu,
bir
Lain-lain Semua macam bumbu Makanan berlemak dan
secukupnya penggunaan santan kental,
makanan yang digoreng

Tata laksana artritis gout yang pertama saat belum parah dilakukan dengan upaya modifikasi
gaya hidup salah satunya konsumsi makanan dan minuman yang rendah purin. Saat artritis gout sudah
tidak tertangani dan semakin parah kebanyakan tata laksananya secara farmakologis atau
menggunakan obat. Tetapi, ada beberapa terapi yang bisa dilakukan saat serangan nyeri artritis gout
terjadi salah satunya dengan kompres air hangat di bagian yang nyeri.
Pada responden satu, emping yang terbuat dari biji mlinjo dan kacang tanah merupakan
makanan yang harusnya dibatasi sedangkan otak, hati dan daging bebek merupakan maknan yang
harus dihindari. Konsumsi yang tidak terkontrol bisa memperparah artritis gout. The juga bisa
memperparah gout artritis karena kandungan kafeinnya. Tata laksana yang dilakukan sudah cukup
efektif dengan menghentikan konsumsi makanan pemicu asam urat dan meluruskan kaki (membuat
sendi istirahat).
Pada responden dua, kedua lutut tampak bengkak dan tidak bisa diluruskan menandakan bahwa
sudah terbentuk penumpukkan kristal di bawah kulit akibat asam urat yang tidak segera diobati. Dokter
memberikan obat alopurionol. Alopurinol merupakan obat penurun asam urat yang biasanya diberikan
pada pasien gout yang sudah cukup parah. Terlalu banyak konsumsi alpukat, durian, tahu, tempe, dan
buncis bisa meningkatkan kadar purin dalam tubuh. Tata laksana saat terjadi nyeri sudah cukup bagus
karena bisa segera ditangani oleh ahlinya.
Pada responden ketiga, banyak makanan tinggi purin yang masih sering dikonsumsi, terparah
ketika konsumsi jeroan dan kacang tanah goreng secara berlebihan. Jeroan merupakan makanan
dengan kandungan purin yang tinggi, sedangkan kacang tanah merupakan makanan yang perlu dibatasi
konsumsinya. Tata laksana saat terjadi nyeri cukup bagus karena lebih tradisional tidak menggunakan
obat kimia. Daun salam memang dikenal bisa menurunkan kadar asam urat.
Pada responden keempat, pola makannya masih kurang terkontrol, pecel, telur puyuh, daun
singkong, daging, udang bisa meningkatkan produksi asam urat. Tata laksana nyeri asam urat cukup
baik mulai dari banyak minum air putih, pergi ke dokter, tetapi jika pola makan tetap tidak terkontrol
dan nyeri yang tidak segera ditangani dokter dikhawatirkan artritis gout nya semakin parah.

4. SIMPULAN
Setelah dilakukan pendekatan analisis isi dapat disimpulkan bahwa. Dari keseluruhan responden, tata
laksana saat terjadi nyeri sudah cukup baik, para responden sudah mengetahui bagaimana harus
bertindak ketika serangan nyeri terjadi, sedangkan untuk tata laksana diet/ asupan masih belum baik,
responden mengetahui dengan baik efek dari makanan yang dikonsumsi tetapi masih dilanggar/ tidak
dipatuhi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor kesalahan tata laksana pada penyakit asam urat
lebih banyak mengenai makanan atau minuman yang dikonsumsi penderita.

5. SARAN

Asam urat salah satu faktor terbesar pemicunya terletak pada makanan / minuman yang dikonsumsi.
Makan atau minum merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dalam kehidupan setiap manusia.
Tetapi alangkah baiknya ketika bisa memilah dan memilih makanan / minuman yang menyehatkan
tubuh. Dengan tubuh yang sehat terbebas dari asam urat, bisa meningkatkan kualitas hidup yang lenih
baik lagi.

6. DAFTAR PUSTAKA

Buku

Misnadiarly, (2007). Rematik, Asam Urat, Hiperurisemia, Arthtritis Gout. Jakarta: Pustaka Obor
Populer.
Sugiarto, Eko (2015). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Suaka
Media.
IRA. (2018). Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout Rekomendasi Pedoman Diagnosis dan
Pengelolaan Gout Perhimpunan Reumatologi Indonesia.Jakarta: Perhimpunan Reumatologi
Indonesia.

Jurnal

Hastuti, V., Murbawani, E., & Wijayanti, H. (2018). Hubungan asupan protein total dan protein
kedelai terhadap kadar asam urat dalam darah wanita menopause. Journal of Nutrition College,
2(7): 54–60.
Jaliana, Suhadi, & Sety, L. O. M. (2018). faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asam urat
pada usia 20-44 tahun di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017. Jurnal
ilmiah mahasiswa kesehatan masyarakat, 3(2), 1–13.
Widyanto, F. W. (2014). Artritis gout dan perkembangannya.10(2): 145-152.
Zahroh, C., & Faiza, K. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita
Penyakit Artritis Gout, Jurnal ners dan kebidanan.5(3);182–187.
Sholihah, F. M. (2014). Diagnosis and treatment gout arthritis, J Majority.3(7):39–45.
Angriani, E., Dewi, A. P., & Novayelinda, R. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian gout arthritis masyarakat melayu.JOM FKp. 5(2):683-692.
Nurhayati. (2018). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA PENYAKIT GOUT (
ASAM URAT ) DI DESA LIMRAN KELURAHAN PANTOLOAN BOYA KECAMATAN
TAWELI. Jurnal KESMAS, 7(6):.

Anda mungkin juga menyukai