Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

“Praktek Konsultasi Gizi Dengan Materi Diet Gout Artritis”

DOSEN MATA KULIAH :

Mincu Manalu , S.Gz, M.Kes

DISUSUN OLEH :

Ester Alisabet Sihombing (P01031219070) D4-4B

Rezky Sabrina Simamora(P01031219094) D4-4B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 16 Maret 2021


Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit gout artritis adalah salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan, ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar
persendian 8 . Gout dikenal sejak masa Hippocrates, sering dinamakan sebagai penyakit para raja
dan raja dari penyakit. Gout mempunyai bahasa Latin, yaitu gutta (tetesan) karena kepercayaan
kuno bahwa penyakit ini disebabkan oleh luka yang jatuh tetes demi tetes ke dalam sendi .
Menurut survey yang di adakan oleh “National Health andNutrition Examination Survey”
(NHANES) di Asia prevalensi penderita gout arthtritis Usia di atas 20 tahun sebesar 24%, usia
45- 59 tahun sebesar 30%, usia lebih dari 60 tahun sebesar 40%. Penyakit sendisecara nasional
prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan adalah 14% . Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur,
jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga.
GoutArtritis merupakan salah satu penyakit metabolisme yang sebagian besar biasanya
terjadi pada laki-laki usia paruh baya sampai lanjut dan perempuan dalam masa post-menopause.
Penyakit metabolik ini disebabkan oleh penumpukan monosodium urate monohydrate crystals
pada sendi dan jaringan ikat tophi. Berdasarkan onsetnya, Gout Artritis dibagi menjadi dua, yaitu
episode akut dan kronik. Secara epidemiologi, variasi prevalensi dipengaruhi oleh lingkungan,
pola makan, dan pengaruh genetik .
Secara epidemiologi Gout Artritis lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Estimasi prevalensi menyatakan bahwa sebesar 5,9% Gout Artritis terjadi pada laki-
laki dan 2% terjadi pada perempuan. Pada laki-laki kadar asam urat meningkat pada masa
pubertas, dan puncak onset Gout Artritis pada decade keempat hingga keenam masa kehidupan.
Namun Gout Artritis pada laki-laki juga dapat terjadi lebih awal jika mereka memiliki
predisposisi genetic dan memiliki faktor resiko. Sedangkan pada wanita, kadar asam urat
meningkat pada saat menopause, dan puncak onsetnya pada dekade keenam hingga kedelapan
masa kehidupan. Penelitian mengatakan bahwa orang yang berumur diantara 70-79 tahun
memiliki resiko 5 kali besar dibandingkan dengan yang berusia dibawah 5 tahun. Prevalensi Gout
Artritis tertinggi pada kalangan lanjut usia dikaitkan dengan insufisiensi renal atau gangguan
metabolisme purin.
Gejala yang khas pada Gout Artritis adalah adanya keluhan nyeri, bengkak, dan terdapat
tanda-tanda inflamasi pada sendi metatarsal-phalangeal ibu jari kaki (atau yang disebut dengan
podagra). Gout Artritis fase akut menyebabkan morbiditas yang tinggi, namun apabila diterapi
segera setelah munculnya gejala dapat menghasilkan prognosis yang baik. Pada fase kronik, gout
dapat menyebabkan destruksi sendi yang berat dan gangguan ginjal.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan masalah gizi pada pasien gout artritis dengan manajemen
kesehatan keluarga

1.3 Tujuan
Tujuan umum adalah Untuk mengetahui gambaran asuhan gizi pada pasien gout artritis

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Gout Arthtritis
2.1 Pengertian Gout Arthritis
Diet merupakan mengkonsumsi makanan dan memilih makanan dengan memperhatikan
komposisi makanan agar seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Diet dilakukan untuk
mengatur agar konsumsi makanan yang diasup oleh seseorang tidak berlebihan, tepat, dan
seimbang (Graha, 2010). Diet merupakan kebiasaan seseorang untuk mengkonsumsi jenis
makanan dan minuman dari hari ke hari, terutama makanan yang dirancang untuk mendapatkan
kebutuhan individu tertentu (Hartanto, 2006).
Gout Arthtritis atau yang biasa disebut dengan penyakit asam urat adalah salah satu penyakit
inflamasi sendi yang disebabkan karena adanya penumpukan kristal monosodium urat pada
tubuh. Penyakit gout arthtritis sering ditemukan pada lansia pria dan lansia wanita. Penurunan
berbagai fungsi organ pada usia lanjut menyebabkan proses metabolisme asam urat mengalami
gangguan.
Hal ini menyebabkan kadar asam urat meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Umumnya
yang terserang gout arthrtitis adalah pria, sedangkan pada wanita persentasenya kecil dan baru
muncul setelah menopause. (Sutanto, 2013). Peningkatan kadar asam urat pada pria terjadi
karena pria tidak memiliki hormon estrogen yang dapat membantu membuang asam urat.
(Damayanti, 2012). Sedangkan pada wanita, peningkatan kadar asam urat darah akan terjadi saat
memasuki masa menopause, akibat adanya penurunan kadar estrogen yang berperan dalam
peningkatan ekskresi asam urat melalui urin (Mulyasari dan Dieny, 2015).

2.2 Klasifikasi Gout Arthritis


Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), klasifikasi penyakit gout arthritis dibagi menjadi dua,
berdasarkan faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

2.2.1 Gout Arthritis Primer


Dipengaruhi oleh faktor genetik yang menimbulkan produksi asam urat yang berlebihan
(hiperurisemia).
2.2.2 Gout Arthritis Sekunder

Penurunan ekskresi asam urat disebabkan karena penyakit lain, yaitu obesitas, diabetes melitus,
hipertensi, jantung koroner, dislipidemia dan gangguan ginjal.Penurunan ekskresi asam urat
disebabkan karena penggunaan obat-obatan, seperti : aspirin, tiazid, salisilat, diuretik, dan
sulfonamid.
2.2.3 Etiologi Gout Arthritis
Manifestasi hiperurisemia sebagai suatu proses metabolik yang menimbulkan manifestasi gout,
dibedakan menjadi penyebab primer, penyebab sekunder dan idiopatik. Penyebab primer berarti
bukan karena penyakit lain, berbeda dengan kelompok sekunder yang disebabkan adanya
kelainan genetik maupun metabolik. Pada 99% kasus gout dan hiperurisemia dengan penyebab
primer, ditemukan kelainan molekuler yang tidak jelas (undefined) meskipun diketahui adanya
mekanisme akibat penurunan eksresi asam urat urin (undersecretion) pada 80-90% kasus dan
peningkatan metabolisme asam urat (overproduction) pada 10-20% kasus.
Sedangkan kelompok hiperurisemia dan gout sekunder, bisa melalui mekanisme overproduksi,
seperti gangguan metabolisme purin. Pada mekanisme undersecretion bisa ditemukan pada
keadaan penyakit ginjal kronik, dehidrasi, diabetes insipidus, peminum alkohol. Selain itu, juga
dapat terjadi pada pemakaian obat seperti diuretik, salisilat dosis rendah, pirazinamid, etabunol
(Hidayat, 2009). Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), faktor-faktor yang mendukung terjadinya
gout arthritis, antara lain:
✔ Faktor primer atau genetik, yaitu seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
produksi asam urat berlebihan (Hiperurisemia).

✔ Faktor sekunder, yaitu akibat produksi asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskresi
asam urat. Namun, dapat berkembang dengan penyakit lain dan konsumsi obat-obatan yang
menurunkan ekskresi asam urat. Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor sekunder tersebut,

2.2.4 Over-produksi Asam Urat


Terjadi karena tubuh memproduksi asam urat secara berlebihan. Penyebabnya adalah:
● Produksi asam urat di dalam tubuh sangat berlebihan karena adanya gangguan metabolisme
purin bawaan dan biasanya tanpa gejala (asimptomatik)
● Produksi asam urat berlebihan karena kelainan herediter atau pembawa sifat, gen atau
turunan, dan akibat terjadinya aktivitas enzim fosforbosil pirofosfat sintetase (PRPP-
sintetase).
● Kadar asam urat tinggi karena berlebihan mengonsumsi makanan berkadar purin tinggi
(Misnadiarly, 2007).
5
2.2.5 Underekskresi Asam Urat
● Mengonsumsi obat-obatan seperti pirazinamid (obat anti TBC), obat diuretik dan salisilat.
● Dalam keadaan kelaparan (seperti puasa, diet terlalu ketat) dan ketosis. Pada kondisi ini
kekurangan kalori tubuh dipenuhi dengan membakar lemak tubuh. Zat keton yang terbentuk
dari pembakaran lemak akan menghambat keluarnya asam urat melalui ginjal.
● Hipertensi
● Obesitas
● Gagal ginjal (Misnadiarly, 2007).

● Faktor prediposisi, yaitu meliputi:


1.Usia
Menurut Damayanti (2012), asam urat terjadi terutama pada pria, mulai dari usia pubertas hingga
mencapai puncak usia 40-50 tahun, sedangkan pada wanita persentase asam urat mulai
meningkat ketika memasuki masa menopause. Hal ini dikarenakan pada saat wanita mulai
mengalami menopause, hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urin
berkurang, sehingga risiko hiperurisemia pada wanita akan meningkat ketika memasuki usia
menopause.
2. Jenis Kelamin
Prevalensi hiperurisemia lebih tinggi terjadi pada pria, karena terjadinya hiperurisemia
dipengaruhi oleh hormon estrogen, salah satu fungsinya adalah untuk mengekskresi asam urat
dari dalam tubuh. Pada pria tidak terdapat hormon estrogen yang tinggi sehingga sulit untuk
mengekskresi asam urat (Tamboto dkk., 2016). Namun pada wanita peningkatan kadar asam urat
darah akan terjadi setelah menopause, akibat adanya penurunan kadar estrogen yang berperan
dalam peningkatan ekskresi asam urat melalui urin, sehingga risiko hiperurisemia pada wanita
akan meningkat ketika memasuki usia menopause (Mulyasari dan Dieny, 2015).

15
2.3 Patofisiologi Gout Arthritis

Gambar 1. Patofisiologi Gout Arthritis


Sumber: Serbaher. 2018

Penyakit gout dapat timbul karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu diet tinggi
purin, penyakit ginjal, obesitas, genetik, usia diatas 40 tahun, dan wanita menopause. Keadaan-
keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi asam urat dan penurunan
ekskresi asam urat sehingga terjadi penumpukan kadar asam urat darah. Kristal yang berbentuk
jarum akan mengaktifkan faktor XII dengan menghasilkan kemoatraktan dan mediator inflamasi.
Sel-sel neutrofil dan makrofag berkumpul dalam persendian dan memfagositosis kristal urat
sehingga terjadi pelepasan enzim lisosom, IL1, IL6, IL8, TNF-α, prostaglandin dan leukotrin
yang secara efektif menimbulkan sinovitis akut. Arthritis kronik timbul akibat presipitasi
progresif senyawa urat ke dalam dinding sinovial persendian setelah terjadi serangan arthritis
yang akut (Mitchell, 2009). Serangan artritis berulang-ulang, penumpukan kristal natrium urat
yang dinamakan tofus akan mengendap di perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga.

15
Diet tinggi purin, penyakit ginjal, obesitas,
genetik,usia diatas 40 tahun pada pria dan
wanita menopause. Ekskresi asam urat
menurun, produksi asam
urat berlebihan.

Kadar asam urat dalam semua cairan tubuh


meningkat

Kristal asam urat akan mengendap

Pada sendi jari-jari tangan dan kaki

Kristal jarum mengaktifkan faktor XII


dengan menghasilkan kemoatraktan dan
inflamasi.

Fagositosis kristal urat sehingga terjadi


pelepasan enzim lisosom, IL1, IL6, IL8, TNF-
α.

Terjadi radang pada sendi.

Nyeri,ben
Dalam waktu gkak pada
lama terjadi tofus sendi dan
dan fibrosis. kemerahan

Perubahan bentuk tulang dan sendi. Deformitas.

Bagan 1. Patofisiologi Gout Arthritis


Sumber: Ulfiyah, H. 2013
2.4 Metabolisme Asam Urat

Gambar 2. Metabolisme Asam Urat


Sumber: Silbernagl, S. 2006.

Pembentukan asam urat bermula dari metabolisme DNA dan RNA menjadi adenosine dan
guanosine. Adenosine yang terbentuk, dimetabolisme menjadi hypoxanthine kemudian
dimetabolisme kembali menjadi xanthine, sedangkan Guanosine langsung dimetabolisme
menjadi xanthine. Xanthine yang berasal dari metabolisme Adenosine dan Guanosine
dimetabolisme dengan bantuan enzim xanthine oxidase menjadi asam urat. Asam urat hanya
dihasilkan oleh jaringan yang mengandung xanthine oxidase terutama di hepar dan usus kecil
(Nasrul, 2012). Asam urat yang diproduksi oleh tubuh sebagian besar berasal dari metabolisme
nukleotida purin endogen, guanic acid (GMP), inosinic acid (IMP), dan adenic acid (AMP).
Nukleotida merupakan unit protein yang dibutuhkan untuk ekspresi informasi genetik. Jenis
nukleotida yang paling dikenal karena perannya itu adalah purin dan pirimidin (Kusumayanti,
2014).
Sintesis purin dalam pembentukan asam urat melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur
penghematan (salvage pathway).
● Jalur de novo
Melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui prekursor non-purin. Substrat
awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida
purin (asam inosinat, asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian
mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi, yaitu: 5-
fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat
suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya
untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.

● Jalur penghematan
Adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa purin bebasnya, pemecahan asam
nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo.
Basa purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin) dan berkondensasi dengan PRPP untuk
membentuk prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalis oleh dua enzim:
hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT)
(Murray, 2006).

● Manifestasi Klinis Gout Arthritis

Menurut Partan (2014), terdapat empat stadium perjalanan klinis gout arthritis yang tidak
diobati, antara lain:
1. Tahap pertama adalah hiperurisemia asimptomatik
Pada stadium ini terjadi peningkatan kadar asam urat serum tanpa adanya gejala lain.
2. Tahap kedua adalah gout arthritis akut
Pada stadium ini timbul radang sendi yang sangat akut yang muncul dalam waktu singkat.
Serangan pada sendi ditandai dengan inflamasi yang jelas seperti, merah, bengkak, sakit, terasa
panas dan sakit bila digerakkan. Serangan yang ringan kadang-kadang berhenti setelah beberapa
jam atau dapat terus terjadi selama beberapa hari.
Serangan akut yang berat biasanya berhenti dalam beberapa hari hingga beberapa minggu.
Sesudah serangan akut sembuh pasien akan masuk ke stadium interkritikal.
3. Tahap ketiga adalah stadium interkritikal
Pada stadium ini secara klinis tidak muncul tanda-tanda terjadinya radang akut, meskipun pada
cairan sendi masih ditemukan kristal urat yang menunjukkan, bahwa proses kerusakan sendi
terus berlangsung. Stadium ini dapat berlangsung beberapa tahun sampai 10 tahun tanpa
serangan akut. Jika tanpa tatalaksana penyembuhan yang menunjang maka akan berlanjut ke
stadium gout arthritis kronik.
4. Tahap keempat adalah stadium gout arthritis kronik
Pada stadium ini penumpukan asam urat terus meluas dan jika tidak dilakukan penatalaksanaan
penyembuhan maka akan menyebabkan nyeri, sakit, dan kaku, serta pembesaran dan penonjolan
pada sendi.

2.4.1 Tanda dan Gejala Gout Arthritis

▪ Tanda dan Gejala Menurut Naga (2013), tanda dan gejala penyakit gout bisa dilihat
sebagai mana berikut:
▪ Hiperurisemia.
▪ Artritis pirai/gout akut, bersiat eksplosif,nyeri hebat, bengkak, merah, teraba panas pada
persendian, dan akan sangat terasa pada waktu. bangun tidur di pagi hari.
▪ Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
▪ Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi.
▪ Telah terjadi lebih dari satu serangan akut.
▪ Adanya serangan pada satu sendi, terutama pada sendi ibu jari kaki.
▪ Sendi terlihat kemerahan.
▪ Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi.
▪ Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan dan inflamasi.
▪ Kista subkortikal tanpa erosi (radiologi).
▪ Kultur mikroorganisme negatif pada cairan sendi.
▪ Kadar Asam Urat

Kadar asam urat adalah jumlah kadar asam urat dalam darah setelah dihitung menggunakan AU
Sure digital asam urat yang dinyatakan dalam satuan mg/dl. Dibagi ke dalam dua kategori yaitu,
hiperurisemia (pemeriksaan menunjukkan hasil diatas 7,2) dan kategori dalam batasan normal
(pemeriksaan menunjukkan hasil 5,0 – 7,2) (Andry dkk., 2009). Kadar normal asam urat dalam
darah untuk pria adalah 3,4 – 7 mg/dl, sedangkan kadar normal asam urat dalam darah untuk
wanita adalah 2,4-6 mg/dl. Kadar asam urat diharapkan stabil pada kisaran 5 mg/dl
(Wijayakusuma, 2011).

2.5 Terapi Farmakolog

2.5.1 Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)


OAINS dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout secara efektif. Efek
samping yang sering terjadi karena OAINS adalah iritasi pada sistem gastroinstestinal, ulserasi
pada perut dan usus, dan bahkan pendarahan pada usus. Penderita yang memiliki riwayat
menderita alergi terhadap aspirin atau polip tidak dianjurkan menggunakan obat ini. Contoh dari
OAINS adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150-200 mg/hari selama 2-3 hari dan
dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu berikutnya (Anastesya W, 2009).

2.5.2 Kolkisin
Kolkisin efektif digunakan pada gout akut, menghilangkan nyeri dalam waktu 48 jam pada
sebagian besar pasien . Dosis efektif kolkisin pada pasien dengan gout akut berhubungan dengan
penyebab keluhan gastrointestinal. Obat ini biasanya diberikan secara oral pada awal dengan
dosis 1 mg, diikuti dengan 0,5 mg setiap dua jam atau dosis total 6,0 mg atau 8,0 mg telah
diberikan. Kebanyakan pasien, rasa sakit hilang 18 jam dan diare 24 jam; Peradangan sendi reda
secara bertahap pada 75-80% pasien dalam waktu 48 jam (Azari RA, 2014).

2.5.3 Kortikosteroid
Kortikosteroid biasanya berbentuk pil atau dapat pula berupa suntikan yang lansung disuntikkan
ke sendi penderita. Efek samping dari
steroid antara lain penipisan tulang, susah menyembuhkan luka dan juga penurunan pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Steroids digunakan pada penderita gout yang tidak bisa menggunakan
OAINS maupun kolkisin (Anastesya W, 2009).

2.5.4 Urikosurik
Obat golongan urikosurik adalah obat yang menghambat reabsoprsi asam urat di tubulus ginjal
sehingga ekskresi asam urat meningkat melalui ginjal. Sebaiknya terapi dengan obat golongan
urikosurik dimulai dengan dosis yang rendah untuk menghindari efek terbentuknya batu urat.
Obat ini dikontraindikasikan pada orang yang memiliki riwayat batu ginjal, gout arthritis akut.
Contoh urikosurik adalah sulfinpirazon (Julian, 2008).

2.5.5 Xanthine Oxidase Inhibitor


Contoh dari obat penghambat asam urat adalah alopurinol. Alopurinol bekerja dengan cara
menghambat xantin oksidase, sehingga perubahan hipoxantin menjadi xantin, dan xantin
menjadi asam urat akan terhambat. Alopurinol diberikan jika penderita tidak memberikan respon
yang baik pada pemberian obat urikosurik, penderita intoleran terhadap obat golongan
urikosurik, penderita batu urat ginjal, penderita dengan tofi yang besar sehingga memerlukan
kombinasi alopurinol dan urikosurik (Julian, 2008).

2.6 Konseling Gizi

2.6.1 Pengertian Konseling Gizi


Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan pada pasien rawat jalan adalah salah satunya
dengan konseling gizi. Konseling adalah suatu proses komunikasi interpersonal atau dua arah
antara konselor dan klien untuk membantu klien mengatasi dan membuat keputusan yang benar
dalam mengatasi masalh gizi yang dihadapi (Supariasa, 2012).
Sedangkan menurut Depkes (2015), konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada
pasien atau klien yang ditandai dengan hubungan kerjasama antara konselor dengan pasien/klien
dalam menentukan prioritas, tujuan atau target, merancang rencana kegiatan yang dipahami, dan
membimbing kemandirian dalam merawat diri sesuai kondisi dan menjaga kesehatan.

2.6.2 Tujuan Konseling Gizi


Secara umum, tujuan konseling gizi adalah membantu klien dalam upaya mengubah perilaku
yang berkaitan dengan gizi, sehingga status gizi dan kesehatan klien menjadi lebih baik
(Supariasa, 2012). Sedangkan menurut Depkes (2015), tujuan dari konseling gizi adalah untuk
meningkatkan motivasi pelaksanaan dan penerimaan diet yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi
pasien. Tujuan konseling gizi pada pada penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
kepada pasien mengenai diet rendah purin agar kadar asam urat mendekati batas normal dan
hilangnya rasa nyeri.

2.6.3 Manfaat Konseling Gizi


Menurut Persagi (2010), manfaat konseling gizi adalah sebagai berikut:
▪ Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi yang dihadapi.
▪ Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah.
▪ Membantu klien untuk mencari alternatif pemecahan masalah.
▪ Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang paling sesuai baginya.
▪ Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien.

2.6.4 Sasaran Konseling Gizi


Sasaran konseling gizi dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandang usia
dan kasus gizi. Perlu disadari bahwa yang memerlukan konseling gizi bukan hanya individu
yang mempunyai masalah gizi, tetapi juga individu yang sehat atau individu yang memiliki
berat badan ideal agar kesehatan optimal tetap dapat dipertahankan atau berat badan ideal tetap
dipertahankan serta bagaimana mencegah penyakit-penyakit yang berkaitan dengan gizi
(Supariasa, 2012).
Persagi (2010) menyatakan bahwa sasaran konseling gizi adalah:
o Klien yang mempunyai masalah kesehatan yang terkait gizi.
o Klien yang ingin melakukan tindakan pencegahan.
o Klien yang ingin mempertahankan dan mencapai status gizi normal.

2.7 Persyaratan Konselor


Menurut Supariasa (2012), beberapa persyaratan dan karakteristik seorang konselor antara lain:
2.7.1 Keahlian (Expertness)
Seorang ahli gizi harus menguasa bidang dietetik, strategi konseling, dan dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang gizi.
2.7.2 Menarik (Attractiveness)
Seorang konselor harus menarik. Menarik dalam artian berpenampilan rapi, bertutur kata sopan
dan sebagainya.
o Dipercaya (Trustworthness)
Seorang konselor harus dapat dipercaya oleh klien. Dipercaya meliputi saran-saran yang
disampaikan konselor sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
serta informasi klien dijamin kerahasiaannya oleh konselor.
o Empati (Empathy)
Konselor turut merasakan permasalahan klien, tetapi tidak boleh ikut terlarut dalam
permasalahan klien tersebut.
o Kesadaran tentang diri sendiri
Konselor harus sadar akan kebutuhan untuk membantu klien, sadar akan kelebihan dan
kekurangan untuk dapat memperbaiki diri dan pengembangan potensi seorang konselor.
o Keterbukaan (Open-Mindedness)
Keterbukaan seorang konselor mempunyai peran penting dalam konseling. Dengan
keterbukaan konselor dapat berinteraksi dengan berbagai jenis klien.
o Objektivitas
Memandang masalah klien secara objektif akan membantu konselor dalam memberikan
alternatif pemecahan masalah. Objektivitas akan menyelamatkan konselor dari klien yang
manipulatif, dan mencegah komunikasi yang disfungsional.
o Kompeten
Kompeten berarti konselor mempunyai pengetahuan, informasi dan keterampilan untuk
membantu.
o Kesehatan psikologis
Seorang konselor harus sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga dapat melayani klien
dengan baik dan benar berdasarkan masalah yang dihadapinya.

2.7.3 Langkah-langkah Konseling


Menurut Persagi (2010) dalam Supariasa (2012), langkah-langkah konseling gizi, yaitu:
▪ Membangun dasar-dasar konseling
▪ Menggali permasalahan
▪ Memilih solusi dengan menegakkan diagnosis
▪ Memilih rencana
▪ Memperoleh komitmen
▪ Monitoring dan evaluasi.

2.7.4 Media Konseling


Media konseling adalah alat bantu atau pendukung untuk memperjelas pesan dan meningkatkan
proses efektifitas proses konseling gizi agar mudah dipahami klien. Media yang dimaksud yaitu:
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang dilipat sehingga dapat terdiri atas beberapa halaman yang
berisi tulisan tentang sesuatu masalah untuk suatu saran dan tujuan tertentu. Keuntungan leaflet
antara lain; dapat disimpan dalam waktu lama, lebih informatif dibandingkan dengan poster,
dapat dijadikan sumber referensi, jangkauan lebih luas karena satu leaflet mungkin dibaca oleh
beberapa orang, Namun leaflet
juga memiliki keterbatasan antara lain; mudah tercecer dan hilang, hanya bermanfaat untuk
orang yang melek huruf atau dapat membaca, perlu persiapan khusus untuk membuatnya
(Supariasa, 2012).

2.7 .5 Diet Rendah Purin


Salah satu penatalaksanaan bagi penderita gout arthritis adalah dengan menjalani diet rendah
purin. Diet asam urat merupakan salah satu metode pengendalian gout secara alami (Noviyanti,
2015).

2.7.6 Tujuan Diet :


Tujuan dari diet rendah purin adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
serta menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.

2.7.7 Syarat Diet :


a. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih atau kegemukan,
asupan energi sehari dikurangi secara bertahap sebanyak 500-1000 kkal dari kebutuhan energi
normal hingga tercapai berat badan normal.
b. Protein cukup, yaitu 1,0 – 1,2 g/kg BB atau 10-15% dari kebutuhan energi total.
c. Hindari bahan makanan sumber protein, yang mempunyai kandungan purin > 500
mg/100 g.
d. Lemak sedang, yaitu 10 – 20% dari kebutuhan energi total. Lemak berlebih dapat
menghambat pengeluaran asam urat melalui urin.
e. Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak, yaitu 65 – 75 % dari kebutuhan energi total.
Dianjurkan menggunakan karbohidrat kompleks.
f.Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan. Memperbanyak konsumsi buah-buahan
yang mengandung banyak vitamin C, seperti tomat, stroberi, sirsak dan jeruk.
g. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Rata-rata asupan cairan
yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½ liter/hari.
Tabel 1. Bahan Makanan Sehari

Bahan Makanan Diet Rendah Purin

Berat (g) urt


Beras 200 3 gls nasi
Telur ayam 50 1 btr
Ayam tanpa kulit 50 1 ptg sdg
Ikan 50 1 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg sdg
Sayuran 250 2 ½ gls
Buah 400 4 ptg sdg
pepaya
Minyak 15 1 ½ sdm
Gula pasir 10 1 sdm
Tepung susu 20 4 sdm
skim
Sumber: Almatsier, Sunita. 2004.

Tabel 2. Kandungan Gizi Diet Rendah Purin

N Energi dan Zat Gizi Diet Rendah Purin


o.
1. Energi (kkal) 1500
2. Protein (g) 61
3. Lemak (g) 31
4. Karbohidrat (g) 247
5. Serat (g) 25
6. Kalsium (mg) 547
7. Besi (mg) 15,4
8. Vitamin A (RE) 23,3
9. Thiamin (mg) 1
10 Vitamin C (mg) 198
.
Sumber: Almatsier, Sunita. 2004.
2.7.8 Prinsip Diet :
o Diet rendah purin lebih banyak mengandung karbohidrat, dan sedikit lemak untuk
membantu pengeluaran kelebihan asam urat. Karbohidrat kompleks, seperti nasi singkong, ubi
dan makanan berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan sangat baik dikonsumsi oleh
penderita gout karena dapat meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Oleh karena itu,
konsumsi karbohidrat kompleks disarankan tidak kurang dari 100 g. Hindari karbohidrat
sederhana seperti sirup atau permen. Fruktosa dalam karbohidrat sederhana dapat
meningkatkan kadar asam urat serum.
o Sumber protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein yang berasal
dari susu, keju, dan telur.
o Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Kandungan lemak yang tinggi
akan menimbulkan asidosis yang membuat urin menjadi lebih asam sehingga menyulitkan
eksresi asam urat Batasi makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega dan santan.
Ambang batasan lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15% dari total kalori/hari (Sustrani L,
2004 dalam Lina dkk, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek dengan kadar
kolesterol tinggi (>200 mg/dl) ternyata memiliki risiko menderita hiperurisemia 9 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol (<200 mg/dl) (Kusumayanti, dkk. 2014).
o Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan dan beberapa diantaranya
dapat diberikan lebih tinggi dalam bentuk suplemen seperti vit C, B, E dan asam folat. Vitamin
C dosis tinggi memberikan efek menigkatkan pembuangan asam urat melalui urin, tetapi perlu
di waspadai vitamin C dosis tinggi memberikan efek samping pada sistem pencernaan. Vitamin
B sangat penting sebagai koenzim. Asam pantotenat membantu pemecahan asam urat,
sedangkan vitamin E membantu menjaga kestabilan asam urat agar berada dalam keadaan
normal (Kusumayanti, dkk. 2014).
o Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui urine. Oleh
karena itu, disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas
sehari. Minuman sebaiknya berasal dari air putih, sari buah atau jus buah. Buah-buahan yang
mengandung banyak cairan seperti semangka, melon, dan jambu air baik untuk dikonsumsi.
Hindari konsumsi alkohol dikarenakan orang yang mengonsumsi alkohol memiliki risiko
terkena penyakit gout arthritis sekitar 50%. Hal ini disebabkan alkohol meningkatkan kadar
asam laktat darah. Asam laktat yang dihasilkan akan menghambat pengeluaran asam urat
(Kusumayanti, dkk. 2014)

Tabel 3. Pengelompokkan Bahan Makanan Menurut Kadar Purin

Kelompok Kandungan Purin Contoh Bahan Makanan


Kelompok 1 Kandungan Purin Otak, hati, jantung, ginjal,
Tinggi jeroan, ekstrak daging/kaldu,
(> 1000) mg purin/100 gram bouilion, bebek, ikan sarden,
bahan makanan) sebaiknya makarel, remis, dan kerang.
dihindari.
Kelompok 2 Kandungan Purin Maksimal 50 – 75 gram (1 – 1
Sedang ½ potong) daging, ikan atau
(500-1000 mg purin/100 gram unggas, atau 1 mangkok (100
bahan makanan) dibatasi. gram) sayuran sehari. Daging
sapi dan ikan (kecuali yang
termasuk kelompok 1), ayam,
udang, kacang kering beserta
olahannya seperti tahu dan
tempe, asparagus, bayam,
jamur, kembang kol, daun
singkong, kangkung, daun dan
biji melinjo.
Kelompok 3 Kandungan Purin Nasi, ubi, singkong, jagung,
Rendah (< 500 mg/100 gram roti, mie, bihun, tepung beras,
bahan cake, kue kering, puding, susu,
makanan) dapat diabaikan atau keju, telur, lemak dan minyak,
dapat dimakan setiap hari. gula, sayuran, dan buah –
buahan (kecuali sayuran dalam
kelompok 2).
Sumber: Diantari dan Candra. 2013
● Asupan Purin
Purin merupakan suatu senyawa yang di metabolisme di dalam tubuh dan menghasilkan produk
akhir yaitu asam urat. Sejak dahulu masyarakat percaya bahwa konsumsi makanan tertentu
dapat menyebabkan asam urat seperti jeroan, emping, dan bayam. Jenis makanan yang kaya
purin biasanya bersumber protein hewani seperti daging sapi, seafood, kambing, kacang-
kacangan, jamur (Suiraoka, 2012). Menurut Yenrina (2001), dalam bahan pangan, purin terikat
dalam asam nukleat berupa nukleoprotein. Di dalam usus, asam nukleat dibebaskan dari
nukleoprotein oleh enzim pencernaan, dan asam nukleat dipecah menjadi mononukleotida.
Selanjutnya mononukleotida dihidrolisis menjadi nukleosida.
● Menghindari konsumsi purin sangatlah tidak mungkin karena purin
● terdapat dalam hampir seluruh makanan yang mengandung protein sehingga yang dapat
dilakukan adalah membatasi kadar purin yang dikonsumsi (Soeroso dan Algristian, 2011).
Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar asam urat darah
antara 0,5
– 0,75 g/ml purin yang dikonsumsi (Krisnatuti dkk, 2008). Asupan purin normal berkisar
500-1000 mg per hari. Di bawah 500 mg per hari dikategorikan rendah dan berlebih bila di atas
1000 mg per hari (Diantari, 2013). Bagi penderita gout sebaiknya mengonsumsi makanan
rendah purin <150 mg per hari, bahkan bila sudah disertai nyeri dan pembengkakan sendi,
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan bebas purin (Kusumayanti dkk, 2014).
2.8 Peran Senyawa Flavonoid dan Vitamin C pada Penyakit Gout Arthritis

2.8.1 Senyawa Flavonoid

Gambar 3. Kerangka 𝑪𝟔 - 𝑪𝟑 - 𝑪𝟔 Flavonoid


Sumber: Redha, A. (2010).

Flavonoid merupakan salah stau antioksidan dari kelompok senyawa febolik yang ditemukan di
dalam buah dan sayur. Salah satu buah yang mengandung flavonoid adalah buah sirsak.
Flavonoid dapat ditemukan pada batang, daun, dan buah. Flavonoid dalam tubuh manusia
berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa flavonoida bersifat diuretik untuk menambah jumlah
produksi urin, sehingga purin dapat keluar melalui urin (Handayani, 2015). Flavonoid
mengabsorbsi cairan ion-ion elektrolit seperti natrium yang ada di dalam ekstraseluler darah
untuk menuju tubulus ginjal. Glomerular Filtration Rate (GFR) yang tinggi akibat adanya
aktivitas flavonoid tersebut menyebabkan ginjal mampu mengeluarkan produk buangan dari
tubuh dengan cepat (Septian dan Widyaningsih, 2014).
2.8.2 Vitamin C

Gambar 4. Struktur Vitamin C


Sumber: Nerdy. (2017).

Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C
cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan
udara terutama bila terkena panas.Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil
dalam larutan asam (Almatsier, 2003). Vitamin C adalah vitamin yang paling dominan pada
buah sirsak, yaitu sekitar 20 mg/100 g daging buah. Kandungan vitamin C berfungsi sebagai
antioksidan dan memiliki kemampuan untuk menghambat produksi enzim xanthin oksidase,
Vitamin C memiliki efek urikosurik yang disebabkan adanya kompetisi absorbsi asam urat dan
Vitamin C melalui anion exchange transport system di tubulus proksimal ginjal (Mulyasari dan
Dieny, 2015). Aminah (2012) juga menyatakan bahwa, vitamin C dapat membantu
meningkatkan ekskresi pembuangan asam urat melalui urin. Dengan kemampuan ini kadar asam
urat dalam tubuh dapat berkurang. Menurut Pakaya (2014), Vitamin C di absorpsi melalui
saluran cerna, pada bagian atas usus halus secara difusi lalu masuk ke peredaran darah melalui
vena porta. Vitamin C terdistribusi luas dalam jaringan tubuh. Eliminasi vitamin C melalui urin
setelah ekskresi dari ginjal. Urin berbentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi apabila
kadarnya dalam darah melewati ambang rangsang ginjal 1,4 mg%.
2.8.3 Tanda dan gejala serangan gout
Gout arthritis dibagi menjadi dua jenis yaitu gout primer dimana 99 persen penyebabnya belum
diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi
asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Dan
gout sekunder disebabkan antara antara lain 52 karena meningkatnya produksi asam urat karena
nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa
basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk asam amino, unsur
pembentuk protein. Produksi asam urat juga akan meningkat apabila adanya penyakit darah
(penyakit sumsum tulang, polisetemia), mengonsumsi alkohol, dan penyebab lainnya adalah
faktor obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigiserin yang tinggi.
a. Tanda dan Gejala Serangan gout sering secara mendadak dan ditimbulkan oleh beberapa
pemicu seperti:
1) Luka ringan
2) Pembedahan
3) Pemakaian sejumlah besar alcohol atau makanan yang kaya akan protein
4) Kelelahan
5) Stress emosional

b. Gout arthritis dibagi menjadi 4 tahap yaitu:


1) Tahap 1 (tahap gout arthritis akut) Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis
yang khas untuk pertama kalinya. Serangan artritis tersebut akan menghilang tanpa pengobatan
dalam waktu sekitar 5-7 hari. Bila dilakukan pengobatan maka akan lebih cepat menghilang.

2) Tahap 2 (tahap gout interkritikal) Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang
waktu tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda beda. Dari rentang waktu 1-10 tahun.
Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini
menyebabkan seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan aout arthritis akut.

3) Tahap 3 ( tahap gout arthritis akut intermiten) Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama
bertahun-tahun tanpa gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan
serangan artritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan
(kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin
rapat dan lama serangan makin lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang semakin
banyak.

4) Tahap 4 (tahap gout arthritis kronik tofaceous) Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita
sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi
yang sering meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi
serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya.

c. Faktor risiko terjadinya gout arthritis


1) Pola makan yang tidak terkontrol, mengontrol makanan yang tinggi akan kadar purin
2) Obesitas atau kegemukan
3) Peminum alkhohol
4) Riwayat keluarga dengan asam urat
5) Kurangnya mengkonsumsi air putih
6) Adanya gangguan ginjal dan hipertensi
7) Seseorang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang

d. Pencegahan
1) Diet untuk mempertahankan berat badan ideal serta diet makanan yang mengandung kadar
purin tinggi.
2) Makanan yang mengandung asam lemak jenuh yang tinggi dikurangi
3) Kurangi asupan karbohidrat sederhana 4) Tidak mengkonsumsi alkhohol
5) Batasi asupan makanan yang mengandung protein hewani tinggi
6) Asupan cairan yang cukup

e. Diagnosa fisioterapi
1) Impairment Terdapat kekakuan dan nyeri pada pagi hari yang menghilang setelah beberapa
jam, adanya edema serta nyeri tekan, adanya Kristal urat dicairan sendi, pembengkaan sendi yang
asimetris, terdapat tofus yang berisi kristal sendi, adanya inflamasi, asthritis monoartikuler,
kemerahan pada sendi, adanya nyeri tekan.
2) Fungsional limitation Sulit tidur karena rasa nyeri yang dirasakan, keterbatasan gerak yang
mengakibatkan terganggunya aktifitas sehari-hari seperti, menyisir, memakai baju, makan dan
minum.
3) Disability problem yang berupa gangguan, terhambatnya dan ketidakmampuan dalam
beraktifitas bersosialisasi kepada masyarakat

2. Intervensi Fisioterapi pada Kasus Gout Arthritis a. Pemberian MWD b. Terapi latihan : active
exercise, assisted exercise, passive exercise c. Edukasi
2.8.4 kadar asam urat
Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah disebut hiperurisemia dengan kriteria diagnosis
kadar asam urat dalam darah > 6,9 mg/dl untuk laki-laki dan > 5,6 pada perempuan (Roche,
2011). Hiperurisemia terjadi karena adanya gangguan dari pemecahan purin menyebabkan asam
urat diproduksi dalam jumlah yang banyak atau karena ginjal tidak dapat berfungsi
mengeluarkan asam urat ini ke luar tubuh dengan baik (Hidayat, 2009). Pemeriksaan kadar asam
urat memerlukan puasa 10-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Selama 24 jam sebelum
pemeriksaan, sebaiknya pasien tidak makan makanan yang mengandung purin, tidak
mengkonsumsi obat yang dapat berpengaruh pada hasil pemeriksaan. Hal ini dilakukan agar
hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan obat terakhir sehingga dapat
diinterpretasikan dengan benar. Waktu yang optimal untuk melakukan pemeriksaan asam urat
adalah pagi hari (Sutedjo, 2013). Pemeriksaan asam urat menjadi pemeriksaan yang cukup
penting bagi masyarakat. Kontrol kadar asam urat dapat dilakukan secara mandiri dengan alat
otomatis Point of care test (POCT) yang saat ini banyak dijual secara bebas.

2.8.5 Buah yang Mengandung Senyawa Flavonoid dan Vitamin C

o Alpukat

Gambar 5. Buah Alpukat


Sumber: Giles, (2012).

Alpukat (Persea americana mill) adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah dan masuk
ke Indonesia pada abad ke-18. Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah
buahnya. Buah alpukat mengandung flavonoid tinggi, yaitu 94,5 mg dibandingkan dengan buah
yang lain (Febrianti dan Sari, 2016). Namun, kandungan vitamin C nya rendah, yaitu 10 mg per
100 gram.

o Jambu Biji
Gambar 6. Buah Jambu Biji
Sumber: Setiaji, (2018).

Jambu biji (Psidium guajava L.) adalah tanaman yang berasal dari Brazilia, Amerika Tengah
menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia.
Jambu biji merah adalah varietas yang sering ditemukan di Indonesia. Jambu biji mengandung
vitamin C, yaitu 42,9 mg/100 gram (Padang dan Maliku, 2017). Kandungan flavonoid pada buah
jambu biji, yaitu 37,7 mg per 100 gram.

o Sirsak

Gambar 7. Buah Sirsak


Sumber: Balitbang, 2014.

Buah sirsak merupakan buah semu, berbentuk bulat telur memanjang, berwarna hijau tua, dan
tertutup oleh duri-duri lunak (Latief 2014 dalam Setyawan 2015). Setelah tua daging buah
berwarna putih, lembek, berserat dan memiliki rasa manis masam dengan biji banyak, berbentuk
bulat telur sungsang, berwarna coklat kehitaman dan berkilap (Haryoto 1999, dalam Setyawan
2015).Setiap 100 gram buah sirsak yang dapat dimakan mengandung 3.3 g serat sehingga dapat
memenuhi 13% kebutuhan serat per hari.
Kandungan vitamin C dalam jus sirsak berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki
kemampuan untuk menghambat produksi enzim xanthine oksidase. Oleh karena itu, jus sirsak
dapat menghambat proses pembentukan asam urat dalam tubuh. Menurut Wardani (2015),
pemberian jus buah sirsak 1 gelas sehari (500 ml) selama dua minggu dapat menurunkan kadar
asam urat sebesar 1,37 mg/dl. 500 ml jus buah sirsak dengan menggunakan dagiang buah sirsak
sebesar 350 gram mengandung energi 322,4 kkal, protein 2,5 g, lemak 1,1 g, karbohidrat 82,3 g
dan vitamin C 133 mg.
Kandungan senyawa alkaloid inquinolin dalam jus sirsak berperan sebagai analgesik. Jadi jus
sirsak juga bisa meredamkan rasa nyeri akibat asam urat. Selain itu, jus sirsak pun berfungsi
sebagai antiinflamasi. Kombinasi dari antiinflamasi dan analgetik inilah yang berkhasiat
mengobati asam urat (Noormindhawati, 2013). Kandungan senyawa flavonoid dan vitamin C
pada buah sirsak lebih tiinggi dibandingkan dengan lain, sehingga buah sirsak juga dapat
digunakan sebagai solusi dalam terapi non-farmakologi untuk membantu menurunkan kadar
asam urat pada pasien Gout Arthritis.

2.8.6 Lansia Penderita Gout Arthritis


Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia
dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi
ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian meninggal. (Darmojo, 2004).
Batasan lanjut usia menurut WHO meliputi:
1.1. Usia pertengahan (middle age), usia 45 sampai 59 tahun.
1.2. Lanjut usia (elderly) usia antara 60 sampai 74 tahun.
1.3. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 sampai 90 tahun.
1.4. Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun.
Pada usia lansia, sangat rentan menderita berbagai macam penyakit seperti penyakit
degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang paling sering dialami oleh golongan lansia,
yaitu gout (Indraswari, 2012). Penurunan berbagai fungsi organ pada usia lanjut juga
menyebabkan proses metabolisme asam urat mengalami gangguan. Inilah yang menyebabkan
kadar asam urat meningkat seiring peningkatan usia (Nengsi,dkk. 2014). Pada lansia
menurunnya kemampuan merespon stress dan perubahan fisik normal pada penuaan
menempatkan lansia pada risiko terkena penyakit fungsional. Pria memiliki resiko lebih besar
terkena gout arthritis dibandingkan dengan perempuan.
Hal ini disebabkan karena pada pria tidak memiliki hormon estrogen, sedangkan pada wanita
memiliki hormon estrogen yang berfungsi sebagai urisoric agent, yaitu suatu bahan kimia yang
membantu ekskresi asam urat lewat ginjal (Setyoningsih, 2009). Kadar asam urat akan
meningkat pada pria yang berusia di atas 40 tahun, sedangkan pada wanita yaitu pada masa
setelah menopause, yaitu pada rentang usia 60-80 tahun. Peningkatan kadar asam urat akan
terjadi pada wanita setelah menopause akibat adanya penurunan kadar estrogen yang berperan
dalam peningkatan ekskresi asam urat melalui urin. Setelah menopause, jumlah estrogen dalam
tubuh ikut mengalami penurunan. Hormon estrogen berfungsi dalam membantu pengeluaran
asam urat melalui urin.

2.9 Persiapan Pembuatan Media Audiovisual (Video) Penyuluhan Asam Urat


a. Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan yang dilakukan dalam pembuatan aplikasi media audio visual penyuluhan Asam
Urat adalah
1. Kamera, yamg digunakan untuk merekam video penyuluhan tentang Asam Urat;
2. Alat perekam, yang digunakan untuk mereka audio untuk video penyuluhan tentang Asam
Urat;
3. Laptop dan aplikasi edit video, yang digunakan untuk mengedit dan menyatukan video yang
telah direkam;
4. Spidol dan kertas karton, yang digunakan untuk menuliskan materi yang akan diberikan di
video peyuluhan.
Setelah semua alat yang dibutuhkan ada maka dilakukan pembuatan video penyuluhan tentang
Asam Urat.
b. Persiapan Kegiatan Aplikasi Media Audiovisual Penyuluhan Asam Urat
Selanjutnya penulis mempersiapkan apa saja yang akan dibutuhkan dalam kegiatan aplikasi
media audio visual penyuluhan Asam Urat seperti survey tempat untuk penyuluhan,
persiapan alat dan bahan yang akan dibutuhkan untuk aplikasi media audio visual penyuluhan
Asam Urat. Kemudian penulis melakukan kontrak waktu pada ketua perwiridan untuk
melakukannya kegiatan aplikasi media audio visual penyuluhan Asam Urat.
C.Pelaksanaan Kegiatan Aplikasi Media Audiovisual Penyuluhan Asam Urat
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam mengaplikasi media audio visual penyuluhan Asam Urat
adalah:
a. Mengumpulkan warga di tempat penyuluhan kesehatan;
b. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kegiatan aplikasi media audio visual
penyuluhan Asam Urat kepada responden;
c. Mengkaji pengetahuan masyarakat yang menjadi responden pada kegiatan aplikasi media
audio visual penyuluhan Asam Urat menggunakan kuesioner yang dibagikan kesetiap
masyarakat yang hadir;
d. Menampilkan media audio visual (video) penyuluhan tentang Asam Urat: menggunakan
LCD;
e. Mengkaji pengetahuan responden setelah terpapar media audio visual (video) penyuluhan
tentang Asam Urat dengan cara membagikan kuesioner kesetiap responden.
D.Aplikasi Media Audiovisual Penyuluhan tentang Asam Urat
POCT merupakan alat meter yang dirancang untuk serangkaian pemeriksaan laboratorium sederhana
dengan sampel whole blood darah kapiler bukan sampel serum atau plasma. POCT asam urat terdiri dari
alat meter asam urat, strip test asam urat, dan autoclick lanset (Kemenkes, 2011).

Gambar alat:
1. Meter asam urat

Alat meter asam urat adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar asam urat berdasarkan deteksi
elektrokimia dengan dilapisi enzim asam urat oksidase pada strip membran (Kemenkes RI, 2010).
2. strip test asam urat

Uric acid blood test strips ini dapat mengukur kadar asam


urat dalam darah. Sangat mudah dan praktis untuk digunakan. Kegunaan dari
alat test ini adalah untuk mengukur tingkat tinggi/rendahnya kadar gula dalam darah.

3.autoclick lanset

Lancing Device Plastic Autoklik merupakan alat tembak bentuknya seperti


pulpen. fungsinya untuk mengambil sampel darah yang di perlukan pengecekan kadar gula
darah,kolesterol maupun asam urat dalam darah. Lancing Device ni sangat otomatis karna
hanya cukup 1 kali tekan maka dia akan kembali sperti bntuk smula.

Prinsip pemeriksaan kadar asam urat dengan alat POCT menggunakan teknologi biosensor menghasilkan
muatan listrik dari interaksi kimia antara zat tertentu dalam darah (misalnya asam urat) dan zat kimia
pada reagen kering (strip). Perubahan potensial listrik yang terjadi akibat reaksi kedua zat tersebut akan
diukur dan dikonversi menjadi angka yang sesuai dengan jumlah muatan listrik yang dihasilkan. Angka
yang dihasilkan dalam pemeriksaan dianggap setara dengan kadar zat yang diukur dalam darah (Menkes,
2010). Lokasi pengambilan darah kapiler orang dewasa dipakai ujung jari atau cuping telinga. Pijatan
pada jari mempengaruhi cairan jaringan keluar bersama darah berakibat konsentrasi darah menjadi lebih
encer sehingga komponen darah berubah yang kemungkinan besar didapat hasil tidak valid. Tetesan
darah yang pertama keluar sebaiknya dibuang atau dihapus menggunakan kapas kering karena
kemungkinan masih mengandung alkohol dan cairan intrastitial, tetesan darah berikutnya dipakai sebagai
bahan pemeriksaan (Gandasoebrata, 2013).
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gout Arthtritis atau yang biasa disebut dengan penyakit asam urat adalah salah satu penyakit
inflamasi sendi yang disebabkan karena adanya penumpukan kristal monosodium urat pada
tubuh. Penyakit gout arthtritis sering ditemukan pada lansia pria dan lansia wanita. Penurunan
berbagai fungsi organ pada usia lanjut menyebabkan proses metabolisme asam urat mengalami
gangguan.Pembentukan asam urat bermula dari metabolisme DNA dan RNA menjadi adenosine
dan guanosine. Adenosine yang terbentuk, dimetabolisme menjadi hypoxanthine kemudian
dimetabolisme kembali menjadi xanthine, sedangkan Guanosine langsung dimetabolisme menjadi
xanthine. Xanthine yang berasal dari metabolisme Adenosine dan Guanosine dimetabolisme
dengan bantuan enzim xanthine oxidase menjadi asam urat. Asam urat hanya dihasilkan oleh
jaringan yang mengandung xanthine oxidase terutama di hepar dan usus kecil (Nasrul, 2012).
Asam urat yang diproduksi oleh tubuh sebagian besar berasal dari metabolisme nukleotida purin
endogen, guanic acid (GMP), inosinic acid (IMP), dan adenic acid (AMP). Nukleotida merupakan
unit protein yang dibutuhkan untuk ekspresi informasi genetik. Jenis nukleotida yang paling
dikenal karena perannya itu adalah purin dan pirimidin (Kusumayanti, 2014).

Tanda dan Gejala Gout Arthritis

Tanda dan Gejala Menurut Naga (2013), tanda dan gejala penyakit gout bisa dilihat sebagai
mana berikut:
▪ Hiperurisemia.
▪ Artritis pirai/gout akut, bersiat eksplosif,nyeri hebat, bengkak, merah, teraba panas pada
persendian, dan akan sangat terasa pada waktu. bangun tidur di pagi hari.
▪ Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
▪ Terdapat tofi dengan pemeriksaan kimiawi.
▪ Telah terjadi lebih dari satu serangan akut.
▪ Adanya serangan pada satu sendi, terutama pada sendi ibu jari kaki.
▪ Sendi terlihat kemerahan.
▪ Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi.

3.3 Saran

Sebaiknya ilakukan penyuluhan agar masyarakat dapat memahami dan mengukur Asam urat
serta melakukan pola hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

https://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/9c3328ce6af0718eaed776e316fa075a
.pdf
http://eprints.umm.ac.id/41764/2/jiptummpp-gdl-kasyifaurr-47158-2-babi.pdf
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1503410052/BAB_2.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3559/4/Chapter%202.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2365/3/BAB%20II_1.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68490/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
http://eprints.umm.ac.id/41764/3/jiptummpp-gdl-kasyifaurr-47158-3-babii.pdf
http://repository.unimus.ac.id/409/3/BAB%20II.pdf
https://www.halodoc.com/artikel/4-jenis-gejala-artritis-gout-yang-perlu-diketahui
buku penuntun diet editor DR. Sunita Almatsier,M.SC
http://eprints.aiska-university.ac.id/514/1/MODUL%20reumatologi.pdf
http://repository.unimus.ac.id/2716/3/1.%20BAB%20I%20%28hal%201-4%29.pdf
buku reumatik oleh Misnadiarly
buku saku Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Artritis Rematik
Asam urat penerbit Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai