Abstraksi
PELATIHAN PEMBUATAN Torbangun atau bangun-bangun merupakan sebutan dalam bahasa
Batak untuk tumbuhan Coleus amboinicus Lour. Daun torbangun
TEPUNG TORBANGUN telah dimanfaatkan oleh masyarakat suku Batak dari Sumatera Utara
secara turun-temurun. Daun torbangun umumnya diolah menjadi
DAN PRODUK PANGAN sayur atau sop dan biasanya dikonsumsi segera setelah ibu
melahirkan selama ±30 hari agar produksi ASI meningkat atau
FUGSIONAL UNTUK IBU sebagai laktagogum (Damanik 2009). Hingga saat ini
MENYUSUI DI DESA pengembangan produk makanan tambahan untuk ibu menyusui
berbasis bahan pangan lokal yang mengandung fungsi laktagogum
PUNDEN REJO belum banyak dilakukan. Demikian juga halnya dengan
pemanfaatan torbangun dan pengembangannya menjadi suatu
KECAMATAN TANJUNG produk pangan fungsional dan sekaligus sebagai suatu bentuk
makanan tambahan bagi ibu menyusui.Oleh karena itu, sebagai
MORAWA KABUPATEN salah satu upaya pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian
DELI SERDANG tentang torbangun (Doloksaribu et. al. 2016) maka perlu dilakukan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan
pembuatan tepung torbangun dan pengembangannya menjadi
produk pangan fungsional untuk ibu menyusui. Khalayak sasaran
Melva Grace Mendrofa1 pada tahap kegiatan ini adalah masyarakat Desa Punden Rejo
Kecamatan Tanjung Morawa yang terdiri dari perangkat desa
Punden Rejo, Ketua dan anggota kelompok tani, ibu PKK, kader
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan
posyandu, ibu hamil dan WUS. Pada pelatihan ini, dijelaskan
Kemenkes Medan
pembuatan tepung torbangun dan bersama dengan peserta
dilakukan pembuatan produk pangan fungsional untuk ibu menyusui
yaitu food bar, bakso, mie basah. Pada pelatihan ini juga dilakukan
pengolahan daun torbangun segar menjadi sayur. Pengetahuan dan
Article history sikap tentang keunggulan dan manfaat tanaman torbangun
Received : diisi oleh editor sebagai bahan baku makanan fungsional bagi ibu menyusui
Revised : diisi oleh editor mengalami peningkatan. Peserta sudah terampil membuat produk
Accepted : diisi oleh editor pangan fungsional untuk ibu menyusui berbahan dasar tepung
torbangun.
*Corresponding author
Melva Grace Mendrofa
Email: Kata Kunci: pangan, torbangun, kewirausahaan
Melvamendrofa3@gmail.com
Abstract
© 20xx Segala bentuk plagiarisme dan penyalahgunaan hak kekayaan intelektual akibat diterbitkannya paper pengabdian
masyarakat ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Penulis pertama dkk, Jurnal Pengabdian Masyarakat Wikrama Parahita, Volume Nomor Bulan Tahun: Nomor Halaman
DOI http://dx.doi.org/10.30656/jpmwp.v4i1.1931
PENDAHULUAN
Torbangun atau bangun-bangun merupakan sebutan dalam bahasa Batak untuk tumbuhan Coleus
amboinicus Lour. Daun torbangun telah dimanfaatkan oleh masyarakat suku Batak dari Sumatera Utara secara
turun-temurun. Daun torbangun umumnya diolah menjadi sayur atau sop dan biasanya dikonsumsi segera
setelah ibu melahirkan selama ±30 hari agar produksi ASI meningkat atau sebagai laktagogum (Damanik 2009).
Fungsi daun torbangun sebagai laktagogum telah dibuktikan oleh sejumlah penelitian pada manusia dan
hewan coba, diantaranya penelitian oleh Santosa (2001), Damanik et al. (2006), Permana (2008) dan Rumetor
(2008).
Hingga saat ini potensi torbangun belum termanfaatkan secara optimal oleh masyarakat luas.
Pemanfaatannya masih terbatas dikalangan masyarakat suku Batak tertentu saja dengan olahan sebagai
sayur atau sop. Rice (2011) menguraikan bahwa tanaman torbangun sangat potensial untuk dikembangkan
baik dari segi fungsinya sebagai laktagogum maupun dari segi budidaya yang relatif mudah dengan umur
panen yang singkat dibandingkan tumbuhan yang memiliki aktifitas laktagogum lainnya seperti tanaman
katuk. Keunggulan tersebut menjadi penting dalam ketersediaan bahan baku dan menjadi suatu potensi
dalam pengembangan produk dari tanaman tersebut. Namun hasil observasi di pasar tradisional di Lubuk
Pakam menunjukkan bahwa ketersediaan torbangun sangat sulit dan hanya dijual pada hari tertentu saja yaitu
hari Sabtu dan Minggu oleh 1-2 orang penjual dalam jumlah yang terbatas sekitar 5-10 ikat.
Pengolahan torbangun segar menjadi tepung torbangun merupakan salah satu upaya untuk
memperluas pemanfaatannya karena membuatnya lebih fleksibel untuk pengembangan produk pangan
yang lebih beragam dengan sasaran pengguna yang lebih luas, tidak terbatas hanya suku Batak. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Neacsu et al. (2015) bahwa pengolahan bahan pangan dari tumbuhan
khususnya kelompok sayuran menjadi bentuk tepung akan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan untuk
pengembangan produk yang kaya akan komponen bermanfaat pada bahan pangan tersebut. Pengolahan
menjadi tepung torbangun juga sebagai salah satu upaya mengatasi kelemahan tanaman torbangun yang
mudah rusak karena kadar air yang tinggi.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi bangsa Indonesia, ibu yang sedang menyusui bayi
pada 6 bulan pertama membutuhkan tambahan energi sebesar 330 kkal dan protein 20 g dibandingkan
dengan ibu yang tidak menyusui, pada golongan umur yang sama (Menkes 2013). Tambahan tersebut penting
untuk membantu penyembuhan setelah melahirkan, meningkatkan status gizi dan kesehatan ibu serta mengisi
ulang cadangan zat gizi ibu (Gillespie 1999).
Doloksaribu (2015) melakukan penelitian tentang pengolahan torbangun segar menjadi tepung
torbangun dan pengembangannya menjadi produk pangan fungsional untuk ibu menyusui. Selanjutnya
Doloksaribu et. al. (2016) melakukan pengembangan produk pangan fungsional untuk ibu menyusui berbasis
tepung torbangun berupa food bar yang memiliki kandungan gizi dan daya terima yang baik oleh panelis
konsumen yang berasal dari berbagai suku yaitu suku Batak, Jawa, Sunda dan Sasak
Berdasarkan uraian di atas maka sebagai salah satu upaya peningkatan potensi pemanfaatan
torbangun untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu menyusui dan sekaligus juga meningkatkan sekresi dan
produksi ASI, maka perlu dilakukan kegiatan pelatihan pembuatan tepung torbangun dan pengembangan
produk pangan fungsional untuk ibu menyusui. Melalui kegiatan ini masyarakat diharapkan memiliki
pengetahuan tentang torbangun dan ketrampilan untuk mengolahnya menjadi produk pangan dalam skala
2
Penulis pertama dkk, Jurnal Pengabdian Masyarakat Wikrama Parahita, Volume Nomor Bulan Tahun: Nomor Halaman
DOI http://dx.doi.org/10.30656/jpmwp.v4i1.1931
rumah tangga. Hal ini diharapkan menjadi salah satu usaha dalam penyelesaian masalah gizi melalui
pemanfaatan pekarangan untuk menanam tanaman torbangun, mengolahnya menjadi tepung dan
mengembangkannya menjadi berbagai produk sehingga dapat menambah asupan gizi ibu menyusui dan
meningkatkan pendapatan keluarga.
Referensi
Daun torbangun( Coleus amboinicus Lour) memiliki minyak atsiri( 0, 043% pada daun fresh ataupun 0. 2% pada
daun kering), berpotensi selaku antiseptik serta memiliki kegiatan besar melawan peradangan cacing(
Vasquez et angkatan laut(AL). 2000). Phytochemical database memberi tahu kalau dalam daun ini memiliki vit
C, vit B1, vit B12, beta karoten, niasin, karvakrol, kalsium, asam- asam lemak, asam oksalat, serta serat( Duke
2000). Kegiatan biologik dari senyawa- senyawa tersebut selaku antioksi serta, diuretik, analgesik, menghindari
kanker, antitumor, antivertigo, immunostimulan, antiradang, antiinfertilitas, hipokolesterolemik, hipotensif, serta
lain- lain manfaat yang butuh diteliti lebih lanjut( Roshan et angkatan laut(AL). 2010).
Ibu menyusui membutuhkan zat- zat gizi yang lebih banyak daripada ibu yang tidak menyusui (LIPI 2004).
Tumbuhan torbangun berpotensi untuk dikembangkan baik dari fungsi laktagogumnya, maupun dari sifatnya
yang sangat gampang berkembang dengan masa panen yang pendek (Rice 2011).
Indonesia sangat kaya dengan sumber fitofarmaka dari tipe tumbuhan herba salah satunya merupakan
tumbuhan torbangun. Di Sumatera Utara tumbuhan torbangun ataupun diketahui dengan istilah daun
bangun- bangun ialah daun yang dipercayai sanggup menolong bunda menyusui sehabis melahirkan. Secara
empiris daun torbangun bisa tingkatkan penciptaan (ASI) serta mempunyai isi gizi yang besar paling utama
mineral zat besi serta senyawa karoten (Hutajulu serta Junaidim 2013).
Ada perbandingan yang bermakna pemberian daun torbangun (Coleus Amboinicus L) terhadap kandungan
prolaktin serta penciptaan ASI. Daun torbangun ialah sumber santapan yang bisa teruji sanggup tingkatkan
kandungan prolactin serta volume ASI sehingga mutu ASI jadi lebih baik. Diharapkan bisa dicoba kajian lebih
lanjut menimpa pemanfaatan bahan alam selaku sumber kenaikan mutu ASI.
Menurut Vidianti (2010), perubahan intensitas gejala yang dirasakan dikarenakan terdapat pengaruh dari
beberapa kandungan vitamin dan mineral yang terkandung di dalam minuman fungsional torbangun
yaitu vitamin B6, kalsium besi, dan magnesium. Vitamin B6 sebagai kofaktor pada proses akhir pembentukan
neurotrans-mitter di otak terutama serotonin yang berperan penting dalam regulasi emosi, sehingga
rasa sensitif dan rasa ingin marah dapat berkurang karena otak menjadi lebih tenang. Penurunan gejala
keluhan fisik yang meliputi nyeri sendi, sakit kepala, nyeri payudara, dan kembung dipengaruhi oleh
kandungan magnesium yang berperan dalam produksi hormon serotonin dan dopamin yang dapat
meringankan keluhan tersebut (Si-mon 2003).
METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat adalah motode Metode observasional dan
eksperimental dimana Observasi adalah penelitian dimana peneliti hanya mengumpulkan data berdasarkan
pada apa yang dilihat dan diamati, serta menyimpulkan berdasarkan data yang dikumpulkan. Peneliti pada
observasi tidak melakukan perubahan pada obyek penelitian atau merubah variabel dengan cara apapun.
Pada eksperimen, peneliti melakukan tindakan tertentu pada obyek penelitian dan mencatat hasilnya.
Kemudian peneliti membandingkan keadaan pada hasil tersebut dengan keadaan populasi yang tidak
mengalami tindakan eksperimen. Dari perbandingan keadaan tersebut, peneliti kemudian mengambil
kesimpulan
3
Penulis pertama dkk, Jurnal Pengabdian Masyarakat Wikrama Parahita, Volume Nomor Bulan Tahun: Nomor Halaman
DOI http://dx.doi.org/10.30656/jpmwp.v4i1.1931
PEMBAHASAN
3. Penyuluhan Tentang ASI, Gizi untuk Ibu Menyusui dan Manfaat Tanaman Torbangun
Kegiatan penyuluhan ini dihadiri oleh sebanyak 30 orang yang terdiri dari Kepala Desa, TPG
Puskesmas Tanjung Morawa, Dinas Ketahanan Pangan Kab. Deli Serdang, PPL Desa Punden Rejo,
Bidan Desa, Karang Taruna, Kepala Dusun, Kader Posyandu, PKK Desa Punden Rejo, Perangkat
Desa Punden Rejo (Daftar Hadir Terlampir). Bersama Kepala Desa disepakati peserta adalah
Perangkat Desa, PPL, PKK, Karang Taruna, Bidan Desa, Kader Posyandu, Ibu Hamil dan Ibu WUS.
Evaluasi terhadap tahap kegiatan ini menunjukkan bahwa Peserta mengikuti kegiatan ini
dengan antusias, tanpa ada seorangpun peserta yang meninggalkan kegiatan ini dari awal
hingga berakhir. Pada saat sesi tanya-jawab ada 5 orang peserta sangat yang mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan yang di akhir tahap diajukan adalah
Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2010), salah satu strategi untuk perubahan perilaku
adalah dengan pemberian informasi dengan melakukan penyuluhan. Melakukan penyuluhan
dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan responden. Evaluasi terhadap
kegiatan ini juga menunjukkan bahwa terjadi peruban perilaku tentang materi yang disampaikan.
Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan peserta menjawab pertanyaan yang diajukan
secara lisan di akhir kegiatan dibandingkan di awal kegiatan. Pertanyaan secara lisan yang
diajukan di awal dan di akhir kegiatan kepada peserta yaitu :
4
Penulis pertama dkk, Jurnal Pengabdian Masyarakat Wikrama Parahita, Volume Nomor Bulan Tahun: Nomor Halaman
DOI http://dx.doi.org/10.30656/jpmwp.v4i1.1931
4. Pelatihan Pembuatan Tepung Torbangun dan Produk Pangan Fungsional untuk Ibu Menyusui
Pada pelatihan ini, dijelaskan pembuatan tepung torbangun dan bersama dengan
peserta dilakukan pembuatan produk pangan fungsional untuk ibu menyusui yaitu food bar,
bakso, mie basah. Pada pelatihan ini juga dilakukan pengolahan daun torbangun yang bagus
menjadi sayur.
Evaluasi terhadap tahap kegiatan ini menunjukkan bahwa peserta mengikuti kegiatan ini
dengan antusias, dan menyatakan mampu membuatnya sendiri di rumah maupun untuk kegiatan
PMT di Posyandu. Pada akhir pelatihan, semua produk yang dibua t dimakan bersama oleh seluruh
peserta dan menyatakan bahwa produk tersebut memiliki rasa dan mutu organoleptik yang
dapat diterima.
Peserta yang hadir sebanyak 15 orang yang terdiri dari Sekretaris Desa Punden Rejo, PPL
Desa Punden Rejo, Kelompok wanita tani, PKK Desa Punden Rejo, Ibu Hamil, Ibu WUS, Perangkat
Desa Punden Rejo (terlampir). Kendala yang dihadapi pada pelaksanaan kegiatan ini adalah
pada waktu yang bersamaan ada kegiatan yang diselenggarakan oleh Kantor Kecamatan
Tanjung Morawa yang harus diikuti oleh aparat Desa, ketua PKK dan kader posyandu. Upaya
pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan mengusulkan dan meminta agar ada
perwakilan dari aparat desa dan kader serta ibu PKK yang mengikuti tahap kegiatan pengabdian
masyarakat ini. Upaya lainnya yang dilakukan adalah dengan membagikan dan menitipkan
leaflet dan prosedur pembuatan produk kepada peserta yang tidak datang.
Tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) mudah ditanam di tanah yang basah. Tabel 1
menunjukkan kadar air dalam simplisia daun torbangun sebesar 7,7%. Hal ini menunjukkan bahwa daun
aman disimpan sebelum digunakan untuk ekstraksi karena kadar air di bawah 10% dapat mencegah
terjadinya proses enzimatik dan kerusakan oleh mikroba seperti bakteri, kapang, dan khamir (Seham et al.
2012). Analisis kadar abu dalam daun torbangun merupakan parameter kandungan mineral (bahan
anorganik), didapatkan 13,48%. Kandungan bahan anorganik yang terdapat di dalam suatu bahan
diantaranya kalsium, kalium, fosfor, besi, magnesium, yang biasa digunakan sebagai bahan baku untuk
obat herbal (Luckoba et al. 2006).
Hasil analisis kromatogram daun, dahan bagian atas dan akar tanaman torbangun (Coleus
amboinicus Lour) menunjukkan kadar senyawa kimia n.Hexadecanoic acid (C16H32O2 ) yang berbeda,
dan hal ini sudah dilaporkan mempunyai aktivitas biologis sebagai antioksidan, penurun kolesterol dan
inhibitor hemolisis. Demikian juga senyawa kimia Octadecadienoic acid, berperan dalam perlindungan
sel β-pankreas (Uma et al. 2011). Dari hasil penelitian sebelumnya juga diperoleh hasil bahwa pemberian
makanan tambahan yang mengandung tepung torbangun kepada ibu menyusui berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan bayi berdasarkan para-meter waktu yang dibutuhkan untuk
peningkatan kembali berat badan lahir dan berdasarkan lingkar kepala bayi.
Karekteristik responden sebagian besar adalah umur 20-35 tahun sebanyak 31 responden (96,9%),
bekerja sebagai pedagang sebanyak 17 responden (53,1%), berpendidikan SMA yaitu sebanyak 15
responden (46,9%), paritas 2 sebanyak 20 responden (62,5%), frekwensi makan paling banyak 3 kali
sebanyak 21 responden (65,6%), dan tidak ada masalah laktasi sebanyak 28 responden (87,5%). Hasil
pengeluaran rata-rata prolaktin pada kelompok perlakuan lebih banyak daripada kelompok kontrol.
Kelompok kontrol memiliki rata-rata prolaktin yang lebih tinggi karena adanya pemberian daun
torbangun. Daun torbangun yang diberikan pada responden berupa teh yang diseduh, dan diberikan 3
kali sehairi. Daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) adalah salah satu tanaman pangan yang
mempunyai fungsi laktagogum, yaitu dapat meningkatkan sekresi dan produksi air susu ibu. Tanaman
daun bangun- bangun ini mengandung berbagai jenis flavonoid yaitu quercetin, apigenin, luteolin,
salvigenin, genkwanin.Pada Ibu menyusui dengan adanya prolaktin yang tinggi maka akan
meningkatkan produksi dan volume ASI. Pada ibu menyusui, kadar prolaktin masih tinggi, karena hormon
ini penting dan berfungsi merangsang kalenjar air susu. Kalenjar air susu tersebut mendapat rangsangan
5
Penulis pertama dkk, Jurnal Pengabdian Masyarakat Wikrama Parahita, Volume Nomor Bulan Tahun: Nomor Halaman
DOI http://dx.doi.org/10.30656/jpmwp.v4i1.1931
dari hormon prolaktin untuk memproduksi ASI, sehingga pada saat bayi akan menyusi, ASI sudah
siap.Dengan menyusui bayinya, maka hormon prolaktin dalam tubuh ibu akan bekerja secara sempurna.
Penurunan jumlah subjek pada tingkat keluhan menjadi keluhan ringan terjadi pada per lakuan
yang diberikan minuman fungsional torbangun, dan pada kontrol dalam tingkat keluhan ringan dan
sedang, baik sebelum maupun sesudah intervensi. Subjek pada perlakuan yang diberikan minuman
torbangun mengalami penurunan intensitas tingkat keluhan yang signifikan (p<0,05), sedangkan tingkat
keluhan pada kelompok kontrol tidak mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan tingkat keluhan
pada kelompok pemberian minuman fungsional torbangun sebelum dan sesudah intervensi sejalan
dengan penelitian Subakti (2015) yang menyatakan bahwa tingkat keluhan subjek pada pemberian
minuman fungsional torbangun mengalami penurunan yang signifikan (p<0,05).
Beberapa kandungan dalam minuman torbangun yang dapat menghambat proses terbentuknya
prostaglandin antara lain vitamin E, zink, dan flavanoid. Vitamin E seba-gai salah satu zat gizi yang
memengaruhi proses terjadinya prostaglandin. Peran vitamin yaitu menghambat metabolisme
prostaglandin dengan memengaruhi pelepasan asam arakhidonat dari fosfolipid dan konversi menjadi
prostaglandin terhambat melalui enzim fosfolipase A2 dan siklooksigenase (Brigelius-Flohe & Traber MG
1999).
Flavanoid merupakan zat bioaktif untuk anti inflamasi, adapun golongan flavonoid yang
terkandung dalam daun torbangun adalah golongan flavonol glikosida, flavon glikosida, biflavonil, dan
flavon (Batubara et al. 2004). Flavonoid juga terdapat pada olahan daun torbangun yaitu minuman
fungsional torbangun (Subakti 2015). Peran flavonoid sendiri yaitu dapat memblokir prostaglandin
sehingga dapat menghambat enzim siklooksigenase dan enzim lipoksigenase (mediator inflamasi) yang
akan menyebabkan terjadinya penurunan prostaglandin dan leukotrien yang merupakan mediator
radang (inflamasi) dan berdampak terhadap penurunan intensitas nyeri saat gejala pramenstruasi (Giti
et al. 2009; Prawirohardjo 2010).
6
Penulis pertama dkk, Jurnal Pengabdian Masyarakat Wikrama Parahita, Volume Nomor Bulan Tahun: Nomor Halaman
DOI http://dx.doi.org/10.30656/jpmwp.v4i1.1931
Tabel
Tabel 1. Komposisi zat gizi daun torbangun per 100 g
KESIMPULAN
Berisi berbagai kesimpulan yang diambil
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.Berisi
pernyataan singkat tentang hasil yang disarikan dari
pembahasan. Bagian akhir dapat ditambahkan
Gambar saran kegiatan pengabdian selanjutnya.
.
DAFTAR PUSTAKA
Judul bagian pustaka di atas tidak diberi nomor.
Format seperti ini akan mudah Anda buat dengan
bantuan aplikasi EndNote. Jika aplikasi ini tidak ada
di komputer Anda, tidaklah sukar untuk
menggunakan format dalam contoh di bawah (APA
Style). Untuk semua pengarang, tulis nama belakang
diikuti singkatan nama tengah dan depan. Hanya
published paper (judul buku, nama dan nomor
volume jurnal) yang ditulis miring. Perhatikan untuk
rujukan dari Internet, semua bagian rujukan tetap
ditulis lengkap. Berikut adalah contoh penulisan
daftar pustaka.
Jangan lupa mengembalikan seting Macro Security
seperti keadaan semula, setelah selesai mengedit
makalah JPM Wikrama Parahita ini.
Daftar rujukan disusun dengan tata cara seperti
7
Penulis pertama dkk, Jurnal Pengabdian Masyarakat Wikrama Parahita, Volume Nomor Bulan Tahun: Nomor Halaman
DOI http://dx.doi.org/10.30656/jpmwp.v4i1.1931
8
Penulis pertama dkk, Jurnal Pengabdian Masyarakat Wikrama Parahita, Volume Nomor Bulan Tahun: Nomor Halaman
DOI http://dx.doi.org/10.30656/jpmwp.v4i1.1931
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Syarief, H., Damanik, M, R., Sinaga, T.,
Rumetor SD. 2008. Studi histopatologi Doloksaribu, H, T. (2014). Pemanfaatan
pengaruh pemberian daun Daun Bangun-Bangun Dalam
torbangun (Coleus amboinicus Pengembangan Produk Makanan
Lour) terhadap produksi susu Tambahan Fungsional Untuk Ibu
kelenjar mammae mencit (Mus Menyusui. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
musculus) [skripsi]. Bogor: Fakultas (JIPI), 19(1), 38-42.
Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor. Hutajulu, F, T., dan Junaidi, L. (2013). Manfaat
Rice, LJ., Brits, GJ., Potgieter, CJ., Van- Ekstrak Daun Bangun-Bangun (Coleus
Staden, J., (2011). Plectranthus: A Ambonicius) Untuk Meningkatkan
plant for the future? South African J Produksi Air Susu Induk Tikus. Jurnal Riset
of Botany 77 (4):947–959.
Industri, 7(1),15-24.
doi:10.1016/j.sajb. 2011.07.001.
Rumetor, SD., 2008. Suplementasi daun Fahriani R, Rohsiswatmo R, Hendarto A. Faktor
bangun-bangun (Coleus yang Memengaruhi Pemberian ASI
amboinicus Lour) dan Zink-vitamin Eksklusif pada Bayi Cukup Bulan yang
E dalam ransum untuk Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Sari
memperbaiki metabolisme dan Pediatr. 2016;
produksi susu kambing peranakan
Etawah [disertasi]. Bogor: Program Siregar MA. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-
Pascasarjana, Institut Pertanian faktor yang Mempengaruhi. Gizi. 2014;
Bogor.
Santosa CM. 2001. Khasiat konsumsi https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/
daun bangun-bangun article/view/18715
(Coleus amboinicus, l)
sebagai pelancar sekresi air Novaria, A. A., Hardinsyah, H., & Damanik, M. R.
susu ibu menyusui dan M. (2017). Minuman fungsional torbangun
pemacu pertumbuhan bayi (Coleus amboinicus Lour) dapat menurunkan
[tesis]. Bogor: Program tingkat keluhan dan kadar prostaglandin pada
Pascasarjana, Institut remaja dengan sindrom pramenstruasi. Jurnal
Pertanian Bogor. Gizi dan Pangan, 12(2), 123-128.
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/
article/view/11590/9053