Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENYULUHAN GIZI

(PENYULUHAN STUNTING PADA ANAK )

Disusun Dalam Rangka Untuk Memenuhi Mata Kuliah Konsultasi Gizi


OLEH :
NAMA : REZKY SABRINA SIMAMORA
NIM : P01031219094
PRODI : DIV 4B

JURUSAN SARJANA TERAPAN DIETIKA DAN GIZI


POLTEKKES KEMENKES MEDAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penyuluhan : PENYULUHAN STUNTING PADA ANAK

Tempat Pelaksana : DOLOKSANGGUL,HUMBANG HASUNDUTAN

Nama : REZKY SABRINA SIMAMORA

Nim : P01031219094

Prodi : DIV GIZI

Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 HARI

Menyetujui

DOSEN PEMBIMBING Medan , 07 Juni 2021

BERLIN SITANGGANG , SST , M.Kes REZKY SABRINA SIMAMORA

NIP : 196206211984031001 NIM : P01031219094


SISTEMATIKA PENYULUHAN LAPORAN PENYULUHAN GIZI

( ISI SESUAI RESPONDEN MASING – MASING )

I . ANALISIS SITUASI

- Pengaturan waktu antara anak dan penyuluh


- penyuluhan dilakukan di rumah(mengundang anak ke rumah)

II . RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu stunting?
2. Apa Faktor yang Mempengaruhi Stunting pada Anak?
3. Apa kategori stunting pada anak?
4. Bagaimana Hubungan Status Keluarga Miskin dengan Kejadian Stunting pada Anak?
III . TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN PENYULUHAN
TUJUAN :
1. menjelaskan pengertian stunting
2. menjelaskan Faktor yang Mempengaruhi Stunting pada Anak
3. menjelaskan kategori stunting pada anak
4. menjelaskan Hubungan Status Keluarga Miskin dengan Kejadian Stunting pada anak?

MANFAAT : Hasil penelitian ini diharapkan adanya suatu kebijakan dalam hal penangganan terjadinya Stunting wilayah kerja
di Kabupaten Humbang Hasundutan. Bagi ibu diharapkan dapat menjadikan suatu panduan dalam pencegahan penanganan
anak Stunting anak untuk meningkatkan derajat kesehatan anak melalui upaya peningkatan pola makan sesuai kebutuhan
anak. Bagi penelitain selanjutnya untuk meneliti khusus tentang faktor yang mempengaruhi anak Stunting di Kabupaten
Humbang Hasundutan.
IV TINJAUN PUSTAKA / PEMBAHASAN.

A. Pengertian Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru
nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek
disbanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia).

B.Faktor yang Mempengaruhi Stunting pada Anak


a. Praktek Pengasuhan yang Kurang Baik Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6
bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan atau mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain
berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang
tidak lagi dapat disokong oleh ASI. Serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan system imunologis anak terhadap
makanan maupun minuman.
b. Terbatasnya Layanan Kesehatan
Layanan kesehatan yang terbatas termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilan ), Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan
Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu.
c.Masih Kurang Akses Rumah Tangga/Keluarga ke Makanan Bergizi
Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal, menurut beberapa sumber Terbatasnya akses ke
makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.
d. Kurangnya Akses Air Bersih dan Sanitasi Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk dapat meningkatkan
kejadian penyakit infeksi yang dapat membuat enrgi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi
infeksi, zat gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan.

C. Kategori penyebab stunting


Berdasarkan WHO (2013) penyebab terjadinya stunting pada anak dibagi menjadi 4 kategori besar, yaitu :
a. Faktor keluarga dan rumah tangga
1) Faktor maternal Berupa nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi, kehamilan dan laktasi. Tinggi badan ibu yang rendah,
infeksi, kehamilan pada usia remaja, kesehatan mental, intrauterine groeth restriction (IUGR), kelahiran preterm, jarak kehamilan
yang pendek dan hipertensi saat kehamilan.
2) Faktor lingkungan rumah Berupa stimulasi dan aktivitas anak yang tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan suplai
air yang tidak mencukupi, akses dan ketersediaan pangan yang kurang, alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak sesuai
dan rendahnya edukasi mengenai pengasuhan.
b. Makanan tambahan yang tidak adekuat 1) Kualitas makanan yang rendah Kualitas mikronutrien yang rendah, kurangnya
keberagaman makanan yang dikonsumsi dan rendahnya konsumsi lauk hewani, makanan yang tidak atau kurang mengandung
nutrisi/zat gizi dan makanan pendamping yang mengandung energi rendah.5 2) Cara pemberian yang tidak adekuat Frekuensi
pemberian makanan yang kurang, pemberian makanan yang tidak adekuat saat sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang
kurang tepat, pemberian makanan dalam jumlah yang tidak mencukupi.
3) Kemanan makanan dan minuman Makanan dan minuman yang dikonsumsi terkontaminasi, kebersihan yang rendah,
penyimpanan dan persiapan makanan yang kurang aman dan bersih.
c. Pemberian ASI (fase menyusui) Praktek yang kurang memadai dalam hal inisiasi yang terlambat, tidak ASI eksklusif,
penghentian menyusui yang terlalu cepat.
d. Infeksi Infeksi klinis dan subklinis,seperti infeksi pada usus: diare, environmental enteropathy, infeksi cacing, infeksi
pernafasan, malaria, peradangan dan nafsu makan yang kurang akibat infeksi.

D.Hubungan Status Keluarga Miskin dengan Kejadian Stunting pada anak


Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural.
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum yaitu pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin
relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namunmasih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
Sedangkan miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. Dikalangan ahli ekonomi ada
anggapan bahwa masalah kemiskinan adalah akar dari masalah gizi. Kemiskinan menyebabkan akses terhadap pangan di rumah
tangga sulit dicapai sehingga orang akan kekurangan berbagai zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
Kemiskinan dapat dilihat dari pendapatan. Pendapatan keluarga berkaitan dengan kemampuan rumah tangga tersebut dalam
memenuhi kebutuhan hidup baik primer, sekunder, maupun tersier. Pendapatan yang rendah akan mempengaruhi kualitas
maupun kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Biasanya makanan yang diperoleh akan kurang bervariasi dan
sedikit jumlahnya terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk pertumbuhan anak sehingga risiko kurang gizi meningkat.
Keterbatasan tersebut akan meningkatkan risiko seorang balita mengalami stunting. Keluarga yang status ekonomi baik akan
dapat memperoleh pelayanan umum yang lebih baik seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, akses jalan dan lainnya sehingga
dapat mempengaruhi status gizi anak. Selain itu, daya beli keluarga semakin meningkat sehingga akses keluarga terhadap pangan
akan menjadi lebih baik.
Masyarakat yang berpenghasilan rendah biasanya membelanjakan sebagian besar dari pendapatan untuk membeli
makanan. Pendapatan juga menentukan jenis pangan yang akan dikonsumsi. Di negara yang berpendapatan rendah mayoritas
pengeluaran untuk membeli serealia, sedangkan di negara yang memiliki pendapatan per kapita tinggi pengeluaran untuk
membeli bahan pangan protein meningkat. Status ekonomi rumah tangga dinilai memiliki dampak yang signifikan terhadap
kemungkinan anak menjadi pendek. WHO merekomendasikan stunting sebagai alat ukur atas tingkat sosial ekonomi yang
rendah.
V . Metode yang digunakan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 1 (1997), metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Berikut akan diuraikan beberapa merode dalam
penyuluhan :
a. Ceramah
b. Meninjau Lapangan (field trip)

VI . INFORMASI TAMBAHAN
1. Rencana dan Jadwal Pelaksana

LANGKAH – LANGKAH DURASI / WAKTU KEGIATAN PENYULUH Kegiatan Sasaran


PENDAHULUAN 5 Menit Memberikan Salam Menjawab Pertanyaan
Memperkenalkan diri
Menjelaskan Maksud
dan tujuan
PENYAJIAN 15 Menit Penyampaian Materi Mendengarkan
EVALUASI 30 Menit Memberikan Hiburan Partisipasi
Atau sekedar Bermain
Game
Menyajikan Makanan
yang sudah kita Masak
PENUTUP 5 Menit Memberi Salam Menjawab Salam

2. Lokasi Penyuluhan : DOLOKSANGGUL,HUMBAHAS

- Hari / Tanggal : 7 JUNI 2021

VII . HASIL KEGIATAN

Pada penelitian ini, sebanyak 1 anak yang mengalami kejadian gizi stunting dipilih secara acak dari data yang

ada di Doloksanggul dan memenuhi kriteria yaitu mengalami kejadian stunting, berusia 48 bulan, bersedia

menjadi sampel. Ketiga kasus yang telah terpilih secara acak akan diberikan asuhan gizi.

asupan dan tinggi badan dengan cara pemantauan asupan menggunakan metode food recall 24 jam.
1. FAKTOR PENGHAMBAT YANG TERJADI PADA SAAT PENYULUHAN

- Faktor Penghambat :
- Pengaturan waktu antara anak dan penyuluh

- Faktor Pendukung :
- anak yang melakukan penyuluhan mudah diajak
- adanya dukungan dari orangtuab
2. FORMULIR PENYULUHAN

FORMULIR ASUHAN GIZI

Nama : WINA SINAGA No RM :


ASUHAN GIZI
Umur : 5 tahun Bangsal/Kamar :

Tanggal Masuk :

Diagnosis Medis : Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk mengonfirmasi adanya infeksi
atau kondisi sakit lain yang dapat menyebabkan stunting.

Anamnesis
Anamnesis yang mendalam harus dilakukan untuk dapat mengetahui etiologi dan faktor risiko
yang dapat mendasari kondisi stunting. Selain itu, anamnesis lebih dalam diharapkan dapat
mendeteksi adanya infeksi penyerta, gangguan tumbuh kembang anak, dan riwayat asupan gizi
anak. Dengan anamnesis, klinisi juga dapat mengeksklusi diagnosis banding terhadap gangguan
pertumbuhan anak seperti hipotiroid.
PENGKAJIAN/ASSESSMENT GIZI
A. Antropometri
BB : 19 kg TB : 110 cm IMT : -0,34 SD LLA :2,35cm LK :
BBI :15,7

BB/U :-0,5 TB/U : -0,07 BB/TB :0,172 LLA/U :-0,28

Kesimpulan : menurut hasil antropometri didapat bahwa :


BB/U :GIZI BAIK, TB/U : NORMAL, BB/TB :KURUS,LLA/U :NORMAL,BB:
KURUS,TB: NORMAL,IMT: NORMAL

B. Biokimia
Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan dalam penelitian adalah tehnik pengukuran kandungan
berbagai zat gizi dan subtansi kimia lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut
dibandingkan dengan standar normal yang telah ditetapkan. Dalam berbagai hal pemeriksaan
biokimia hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat kesehatan, dan pada pemeriksaan ini hanya
dapat dilakukan oleh orang yang ahli
kesimpulan : dilakukan oleh pihak Kesehatan di rumah sakit

C. Klinis/Fisik

Gangguan GIT : tidak ada mual  muntah diare  batuk


Sulit mengunyah/menelan  lain-lain (demam,flu)
Pemeriksaan penunjang : Leaflet diet TKTP, leaflet gizi seimbang untuk anak 4-7 tahun, dan
leaflet bahan penukar.
Kesimpulan : Setelah diperiksa terdapat keluhan anak dalam beberapa hari yang lalu seperti
munth,batuk,demam,flu

D. Dietary History
1. Alergi Makanan  tidak ya, jenis Coret yang tidak alergi :
Telur, susu sapi, kacang, gluten/gandum,
Udang, ikan, hazelnut
2. Pantangan makanan  tidak ya, jenis :
3. Diet yang dijalani  tidak ya, jenis :

4. Asupan Makanan Energi : 933,3kkal Protein : 22,9 gram Lemak :


42,4 gram KH :114,3 gram

Kesimpulan : Tingkat Konsumsi energi Balita Stunting Gizi Baik

Tingkat Konsumsi protein Baliat Stunting Gizi Baik

Tingkat Konsumsi Lemak Baliat Stunting Gizi Baik

Tingkat Konsumsi karbohidrat Baliat Stunting Gizi Baik

E. Riwayat Penyakit Pasien


Riwayat gizi juga merupakan aspek yang dilihat pada proses assessment.

Riwayat gizi pada ketiga kasus diperhatikan baik itu riwayat gizi dahulu

maupun riwayat gizi saat ini. Adapun riwayat gizi pada ketiga kasus dapat

dilihat pada tabel berikut :

1. Sering demam
2. Nafsu makan kurang
3. Mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dan masih menyusu sampai sekarang
4. Mulai diberikan MP- ASI sejak usia 6 bulan
5. Bentuk MP-ASI yang pertama kali diberikan adalah makanan cair kental
6. MP-ASI yang pertama kali diberikan adalah makanan buatan sendiri
7. Frekuansi makan 3x sehari

1) Sosial ekonomi

Anak balita merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Ayahnya merupakan seorang buruh bangunan, sedangkan ibunya


merupakan seorang ibu rumah tangga. Tinggal dirumah pribadi

yang dihuni oleh ayah, ibu, dan saudaranya.

2) Ketersediaan pangan di rumah tidak selalu ada.

3) Sanitasi lingkungan rumah dan sekitar rumah bersih.

4) Riwayat penyakit dahulu : demam.

5) Riwayat penyakit keluarga: Tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga.

6) Status Gizi : Stunting

DIAGNOSIS GIZI
a. NI:Kekurangan intake lemak yang disebabkan karena pemilihan makanan yang tidak tepat

ditandai dengan lemak : 42,4 gram

b. NC:kelebihan intake karbohidrat yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu

mengenai makanan da nutrisi ditandai dengan hasil recall karbohidrat 114,3 gram

c. NB: Kepercayaan yang salah mengenai makanan disebabkan karena social ekonomi yang

rendah ditandai dengan intake makanan menunjukkan ketidak seimbangan zat gizi/jenis

makanan tertentu.

INTERVENSI GIZI
1. Tujuan Diet :
Menambah berat badan dan tinggi badan hingga mencapai berat badan

normal.
2. Bentuk Makanan : Biasa (Nasi)
3. Cara Pemberian (Route) :
4. Syarat Diet :
a. Energy cukup 816 kkal

b. Protein cukup 15% yaitu 30,6 gram

c. Lemak diberikan 20% darikebutuhanyaitu 18,13 gram

d. Karbohidrat yang dibutuhkanyaitu 132,6 gram

e. Vitamin dan mineral cukup,sesuai kebutuhan normal

f. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna


5. Terapi Diet :
Preskripsi diet
Jenis Diet : TKTP
Bentuk makanan biasa (Nasi)
Cara pemberian : Oral

6. Kebutuhan Gizi :
Energi: 1600 kilo kalori (kkal) Protein: 35 gram. Karbohidrat: 220 gram. Lemak: 62 gram

DAFTAR MAKANAN SEHARI


Nama : WINA SINAGA Jenis Diet : TKTP

WAK HIDANGAN BAHAN BERAT KAL PROT LEM HA Ca Fe VIT VIT NA S


TU AK

H N (gr) (gr) (mg) (mg) A C

(gr) (gr) (SI) (mg)

07. Nasi putih Beras 50 174,5 - 3,4 0,3 0,0 38, 0,3 0,0 0,0 3,0 3,0
00 9

Ikan jahir Ikan 20 19,1 4,4 - 0,1 0,0 0,0 0,1 1,6 0,4 4,0 25,
goreng jahir 6

Minyak 3 26,5 - 0,00, 3,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0
3

Telur Telur 18 26,8 2,2 0,1 1,9 0,0 0,1 0,3 50,8 0,0 9,7 13,
ayam ayam 1
goreng

Sup Wortel 15 10,3 - 0,33, 0,0 0,0 2,1 0,1 0,2 1,8 0,9 0,3
wortel+ 0
kentang

Kentang 15 3,9 - 0,11, 0,0 1,2 0,7 0,3 236,1 1,0 6,2 9,0
9

Roti Roti 10 22,2 - 0,10, 0,1 0,0 5,1 0,0 1,0 0,0 5,7 83,
coklat coklat 0 7

12. Nasi putih Beras 50 174,5 - 3,4 0,3 0,0 38, 0,3 0,0 0,0 3,0 3,0
00 9

Ikan 20 19,1 4,4 - 0,1 0,0 0,0 0,1 1,6 0,4 4,0 25,
kakap 6

Minyak 3 - 26,5 0,00, 3,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0
3

Biscuit 5,1 0,0 1,0 0,0 10 22,2 - 0,10, 0,1 0,0 1,0 0,0
0
18. nasi Nasi 50 174,5 - 3,4 0,3 0,0 38, 0,3 0,0 0,0 3,0 3,0
00 9

Telur Telur 18 26,8 2,2 0,1 1,9 0,0 0,1 0,3 50,8 0,0 9,7 13,
ayam ayam 1
goreng

Minyak minyak 3 - 26,5 0,00, 3,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0
3

mnyak minyak 26,5 - 0,0 3,0 0,0 0,0 0,0 1,0 0,2 3,1 0,0 0,0

Tahu Tahu 0,8 0,5 15,0 0,0 0,6 9,4 0,0 0,0 0,0 0,0
goreng 0
3. HASIL DOKUMENTASI
( BERUPA FOTO – FOTO MULAI DARI PENYULUHAN SERTA AKHIR DARI PENYULUHAN , LAMPIRKAN JUGA BEKAL MENU ANAK
TERSEBUT )
4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Juni 2021 dengan judul StudiKasus Pada Balita

Gizi Buruk di Doloksanggul,kabupaten Humbang Hasundutan.Dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Pada awal pengamatan berat badan Wina Sinaga 19 kg Sampai akhir penelitian tidak ada perubahan berat
badan.Sehingga hasil antropometri menunjukan status gizi responden berdasarkan indukator BB/U digaris normal -3 SD
(Gizi baik) dan berdasarkan indikator BB/PB digaris -3 SD.

2) Diagnosa gizi responden Wina Sinaga yaitu Domain intake yaitu kekurangan intake makanan dan minuman oral dan
malnutrisi energi protein yang nyata,sedangkan domain behavior yaitu pengetahuan yang kurang tentang makanan dan
zat gizi.

5. DAFTAR PUSTAKA

Azwar ,2004.Aspek kesehatan gizi dan gizi dalam ketahanan pangan dalam widya karya

Almatsier,S 2002,Prinsip dasar ilmu gizi,penerbit PT.Gramedia pustaka utama

https://api55o.ilovepdf.com/v1/download/

hdbvf88jyktfdzlvwl6g2343lm6tj7wjqh8pnwz989nwr38gk3fpcx5hAhj9nAqfj5tjpchw4y9A2ngh8f4d357y74979zd62gyrtffAv

4l1334g412t90n5Ak29zzxby9jwrn6kfjltt2m7pvwnpk9mmx7czgsstpkvgbd3qxx71mllpAt1

Azwar,2004.Aspek kesehatan gizi dan gizi dalam ketahanan pangan dalam widya karya

Indonesia.Azwar.,2004.Aspek kesehatan gizi dan gizi dalam ketahanan pangan dalam widya karya pangan dan izi nasional VII.17-19
MEI 2004,Jakarta

Almatsier,S.2004.Prinsip dasar ilmu gizi.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama


Berg,Alen,1999,faktor gizi; Rineka Cipta,Jakarta
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1057/1/Anselmo%20Ferdial%20Karya%20Tulis%20Ilmiah.pdf

LEAFLET STUNTING
REZKY SABRINA SIMAMORA
P01031219094
DIV 4B

PUSKESMAS UJUNG BATU III

Cegah
Stunting ini Penting
Membangun Gizi
Menuju Bangsa
Sehat Berprestasi

Anda mungkin juga menyukai