Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tentang Stunting


Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian Stunting
2. Faktor penyebab stunting
3. Dampak Stunting
4. Cara mencegah Stunting
5. Kebutuhan gizi anak 1-2 tahun
6. Penatalaksanaan
Waktu pertemuan : 14.00 WIB s/d Selesai
Hari/ tanggal : Kamis, 25 November 2021
Sasaran : Balita
Penyuluh : Risa Intan Fitriyani
Tempat : Rumah

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan ibu memahami dan dapat
memperbaiki status gizi pada anaknya.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan ini diharapkan ibu mampu:
1. Mampu memahami pengertian Stunting
2. Mampu memahami faktor penyebab stunting
3. Dapat mengetahui dampak Stunting
4. Dapat mengetahui cara mencegah Stunting
5. Mampu memahami kebutuhan gizi anak 1-2 tahun
6. Mampu memahami penatalaksanaan
B. POKOK-POKOK MATERI
1. Pengertian Stunting
2. Faktor penyebab stunting
3. Dampak Stunting
4. Cara mencegah Stunting
5. Kebutuhan gizi anak 1-2 tahun
6. Penatalaksanaan
C. KEGIATAN BELAJAR - MENGAJAR
Tahap/ Kegiatan Media &
Waktu Kegiatan penyuluh audien alat Metode
Pendahuluan 1. Memberikan salam Menjawab salam Laptop &  Ceramah
5 menit pembuka PPT  Tanya
2. Menjelaskan cakupan Memperhatikan jawab
materi  Demonst
3. Menjelaskan tujuan Memperhatikan rasi
yang ingin dicapai  Diskusi
4. Menjelaskan manfaat Memperhatikan
penyuluhan ini
5. Melakukan apersepsi
Penyajian 6. Menerangkan tentang
20 menit a. Pendidikan
kesehatan tentang
stunting Bertanya
b. Pengertian Stunting
c. Faktor penyebab
stunting
d. Dampak Stunting
e. Cara mencegah
Penutup Stunting
5 menit f. Kebutuhan gizi
anak 1-2 tahun
g. Penatalaksanaan
7. Memberi kesempatan
untuk bertanya bila
kurang jelas
8. Menjawab dan
menjelaskan kembali
9. Melakukan evaluasi
10. Memberikan
kesimpulan dari materi
kuliah
11. Berterimakasih dan
mengucapkan salam

D. Evaluasi
Prosedur : Tes dalam proses dan pada akhir penyuluhan
Jenis : Lisan
MATERI
STUNTING
A. Pengertian Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. (Vinet & Zhedanov,
2011)

B. Faktor Penyebab Stunting


Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
 Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan
zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak,
mineral, vitamin, dan air).
 Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
 Riwayat penyakit.
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu
konsep model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan
atau disability dan kematian.

 Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis


atau pendek lebih dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan
pada masa janin,kekurangan asupan zat gizi mikro dan
kekurangan asupan energy dan protein.
 Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang
atau kurus lebih banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya
asupan gizi terutama kalori dan protein dan infeksi penyakit.
 Tidak optimalnya pemberian Air Susu ibu merupakan salah
satu penyebabnya tingginya infeksi pada bayi yang
mengakibatkan kekurangan gizi akut dan kematian.
 Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan
gizi kronis juga menyebabkan disability, yang meningkatkan
risiko kematian
 Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya
infeksi penyakit, ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan
dan kualitas pelayanan merupakan merupakan faktor yang secara
bersama-sama maupun secara sendiri;sendiri berpengaruh pada
keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energi yang
rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu ibu.
C. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga


prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila
mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar
dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan
rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi
kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak
tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,
produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi
beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh
proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
(Rahmawati et al., 2020)

Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko


meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan
motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen
& Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada
masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan
sulit diperbaiki. Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam
jangka waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat
gizi mikro.

D. Cara Mencegah Stunting


Mencegah Stunting pada Balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani
masalah gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus
bekerja keras untuk menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9%
agar target MD’s tahun 2014 tercapai yang berdampak pada turunnya
prevalensi gizi kurang pada balita kita.

Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan


bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang
sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan
pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan
tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia
sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar
untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah
faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS),
ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan
tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap
balita yang telah stunting agar tidak semakin berat. (Trihono, 2015)

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin


dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi
bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang
cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau
kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja
sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas
selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi
berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan
balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita
di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini
terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan
terjadinya balita stunting. (Saputri & Tumangger, 2019)

Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi


lingkungan dan penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap
sumber air terlindung, serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan
akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila sakit
melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.

Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada


pengetahuan dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi
keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan status gizi yang baik.
Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan penyediaan
informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan
dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam
mencegah terjadinya balita stunting. (Trihono, 2015)

E. Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun


Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat
tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi
lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan
sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami
gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan
diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh
kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan.

Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai
kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang
diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet
dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati
anda tanpa efek samping.

F. Penatalaksaan
Pengobatan pada stunting antara lain :
1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi,
pembekuan darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber
kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju, kacang-
kacangan.
2. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon
tiroid mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan
tubuh. Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan
kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan
kerang.

3. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka,
fungsi kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki.
Bahan makanan sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-
kacangan.

4. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh,
pertumbuhan otak, dan metabolisme energi. Sumber zat besi antara
lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah-
buahan.

5. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan
pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah
anemia. Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacang-
kacangan, serealia dan sayur-sayuran.
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, R., Bagata, D. T. R., Raodah, R., Almah, U., Azis, M. I., Zadi, B. S.,
Noormansyah, D. A., Khodijah, S., Al Jauhariy, M. R., & Risyki, M. F. (2020).
Sosialisasi Pencegahan Stunting Untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia
Unggul. Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (JP2M), 1(2), 79–84.
Saputri, R. A., & Tumangger, J. (2019). Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting Di
Indonesia. Journal of Political Issues, 1(1), 1–9.
https://doi.org/10.33019/jpi.v1i1.2
Trihono. (2015). No Title. In pendek (stunting) indonesia masalah dan solusinya.
Vinet, L., & Zhedanov, A. (2011). A “missing” family of classical orthogonal
polynomials. Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1689–
1699. https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

Anda mungkin juga menyukai