Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN STUNTING

Pokok Bahasan : Penyuluhan


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Stunting
Sasaran : Orang tua balita RW05
Tempat : Perum. Senjoyo Indah, Kel. Bener, Tengaran, Kab. Semarang
Waktu : Jumat, 7 Mei 2021 | Pukul 10.00 - 10.30 WIB

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting.
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat
mengetahui tentang:
1. Mengetahui Mengetahui defenisi defenisi Stunting 
2. Mengetahu Mengetahu penyebab penyebab stunting 
3. Mengetahui Mengetahui dampak stuntig 
4. Mengetahui Mengetahui cara mencegah mencegah stunting 
5. Mengetahui zat Mengetahui zat gizi mikro gizi mikro yang berperan yang berperan
untuk menghindari menghindari stunting (pendek)
C. Materi Penyuluhan Kesehatan (terlampir)
Materi penyuluhan kesehehatan yang diberikan yaitu meliputi:
1. Defenisi Stunting 
2. Penyebab stunting 
3. Dampak stuntig 
4. Cara mencegah mencegah stunting 
D. Metode Penyuluhan Kesehatan
Metode penyuluhan kesehatan yang digunakan adalah dengan oral presentation.
Materi penyuluhan akan disampaikan oleh empat orang mahasiswa secara bergantian
sesuai sub pokok pembahasan yang telah ditentukan.
E. Media dan Alat
Media penyuluhan yang digunakan adalah dengan media leafflat. Media leafflat
akan dibagikan kepada seluruh peserta penyuluhan setelah materi penyuluhan selesai
disampaikan pemateri.
F. Kegiatan Penyuluhan
Strategi Waktu Materi Repon Peserta
Metode : Jum’at,
Oral 02/05/21
10.00 WIB Pembukaan  Menjawab salam
Presentation
 Mendengarkan

Media :
10.5 Menyapaikan materi: Mendengarkan
Leafflat
WIB  Defenisi Stunting 
 Penyebab stunting 
Pemateri :  Dampak stuntig 
Ulil, Syifa,  Cara mencegah
Uswa, Tyas mencegah stunting 

10.25 WIB Melakukan tanya jawab dan  Melakukan tanya


review materi jawab
 Mendengarkan

10.30 WIB Penutup  Mendengarkan


 Menjawab salam
 Mengucapkan
terimakasih

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Surat Ijin Penyelenggaraan Penyuluhan
b. Peralatan memadai dan berfungsi
c. Media dan materi tersedia dan memadai
d. SDM memadai 2) Evaluasi Proses
e. Tempat tetap kondusif, bersih, dan nyaman
f. Urutan acara tersrtuktur
g. Fasilitator menyebar, berinteraksi dengan peserta
2. Evaluasi Hasil (peserta mampu mengulang materi)
a. Mengetahui tentang pengertian stunting
b. Mengetahui faktor penyebab stunting
c. Mengetahui dampak stunting
d. Mengetahui cara mencegah stunting
H. Lampiran Materi
1. Definisi Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. (Depkes, 2018). Kerdil (Stunting) pada
anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bawah 5 Tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun.
Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat
perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan
produktivitas seseorang di masa depan (TNP2K 2017).
2. Penyebab Stunting
Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut (kemenkes,
2018) :
a. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
b. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Riwayat penyakit
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep model
faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau disability dan
kematian.
a. Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin,kekurangan
asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
b. Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan
protein dan infeksi penyakit.
c. Tidak optimalnya pemberian Air Susu ibu merupakan salah satu penyebabnya
tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan
kematian.
d. Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga
menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian
e. Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi
penyakit, ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan
merupakan merupakan faktor yang secara bersama-sama maupun secara
sendiri;sendiri berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro,
asupan energi yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu ibu.
3. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan,
peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan
yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan
tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting
berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan
menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh
proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya
angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta
fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2016). Gagal tumbuh
yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang,
yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
4. Cara mencegah Stunting
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya
umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi
dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita,
maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan,
sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka
peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah
faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil
maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan
rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar
tidak semakin berat (Kuku & Nuryanto, 2017).
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan
suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi
baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah
umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi
zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu
merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan
pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting
(Kemenkes, 2018).
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta
pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan
dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap
informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah
dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif
dalam mencegah terjadinya balita stunting.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2018. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan dan JICA.
Jakarta.
Kuku KE & Nuryanto. 2017. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2 – 3 Tahun
Di Kecamatan Semarang Timur. Journal Of Nutrition College. 2(4) : 523 – 530.
Notoatmodjo S . 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Soetjiningsih, Ranuh G. 2018. Tumbuh Kembang Anak Ed.4. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai