Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INOVASI CENTINI

( CEGAH STUNTING SEJAK DINI )

OLEH

Nur Azijah, SST

Muslikhatin Ahmaliah, S.Tr. Gz

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN

UPT. PUSKESMAS NGULAK

TAHUN 2022
CENTINI

(Cegah Stunting Sejak Dini)

UPT. PUSKESMAS NGULAK


DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN

IDENTITAS PRIBADI ( PROFIL )

 Nama : Nurazijah, SST

Tempat Tanggal Lahir : Seri Tanjung, 07 April 1987

Agama : Islam

Pendidikan : D-IV Kebidanan

Jabatan : Kepala UPT Puskesmas Ngulak

Alamat : Dusun I Desa Panai, Kecamatan Sanga Desa,


Kabupaten Musi Banyuasin

 Nama : Muslikhatin Ahmaliah, S.Tr.Gz

Tempat Tamggal Lahir : Palembang, 29 Mei 1998

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika

Jabatan : Nutrisionis Puskesmas Ngulak

Alamat : Jalan Raya Sekayu- Lubuk Linggau, Desa Ngunang,

Ds.IV Kecamatan Sanga Desa, Kab. Musi Banyuasin


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah Dengan Judul “INOVASI CENTINI”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sanga Desa, September 2002

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian stunting merupakan masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak
penyebab atau multi faktor atau multi dimensi. Intervensi yang paling menentukan
adalah intervensi yang dilakukan pada 1000 HPK. Hal ini sebabkan karena masa 1000
HPK merupakan masa yang tepat dalam usaha peningkatan nutrisi. Masa ini disebut
dengan window of opportunity yang yang memiliki dampak yang cukup besar. Pada
1000 HPK sistem organ perlambatan dan pengurangan jumlah dan pengembangan sel
otak dan organ lainnya. Kekurangan gizi pada usia sekolah akan mengakibatkan anak
menjadi lemah secara kognitif dan kecerdasan fisik maupun mental. Tidak hanya dapat
berpengaruh pada penurunan kecerdasan pada anak tetapi juga dapat mempengaruhi
peningkatan risiko terjadi berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit
jantung koroner dan diabetes dan lain-lain pada usia dewasa.
Menurut UNICEF (2010) faktor yang menyebabkan stunting terdiri immediate
causes atau penyebab langsung yaitu kurangnya asupan gizi, dan penyakit infeksi.
Underlaying causes atau penyebab tidak langsung tingkat keluarga yaitu , kebersihan
lingkungan dan akses terhadap layanan kesehatan, pola asuh, ketersediaan dan pola
konsumsi rumah tangga. Basic causes atau penyebab dasar tingkat masyarakat yaitu
pendidikan, politik dan pemerintahan, kepemimpinan sumber daya dan keuangan
serta sosial ekonomi politik dan lingkungan. Beberapa faktor risiko pada anak yang
tidak di perhatikan dengan baik maka anak dapat menjadi stunting seperti BBLR,
Penyakit infeksi, asupan nutrisi seperti ASI eksklusif, imunisasi suplementasi vit A,
dan pemantauan pertumbuhan. Berdasarkan penelitian Darwin dkk di Kota
Yogkayarta menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara BBLR
terhadap kejadian stunting. Anak BBLR berisiko 5,60 kali untuk mengalami stunting
dibandingkan dengan anak normal.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2019 yang dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), angka stunting yang terjadi
di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 30,8 % sedangkan menurut WHO standar yang
ditetapkan World Health Organisation (WHO) yaitu di bawah 20 persen, sehingga
Indonesia termasuk wilayah yang mengalami gizi akut.
Berdasarkan hasil E-PPGBM prevalensi stunting yang terjadi di Kab. Musi
Banyuasin pada tahun 2018 sebesar 10.12 % dan mengalami penurunan pada tahun
2020 sebesar 7,67%.
Puskesmas Ngulak, merupakan salah satu Puskesmas yang berada di
Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Musi Banyuasin. Wilayah Kerja Puskesmas
Ngulak terdiri dari 11 desa dan 2 keluarahan. Prevalensi stunting di Sanga Desa pada
tahun 2020 sebesar 1,89% dan pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi sebesar
0,96% ( EPPGBM bulan Agustus tahun 2020 dan 2021). Faktor yang menyabkan
kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Ngulak beberapa diantaranya adalah
Terdapat keluarga balita stunting yang merokok sebesar 90%, Pemberian MP ASI dini
sebesar 30,4%, Riwayat Ibu hamil KEK sebesar 20%, Tidak imunisasi dasar lengkap
sebesar 2%, Riwayat Penyakit Penyerta 3,4%, Tidak memiliki Askes/JKN sebesar
3,4%. Dari beberapa permasalahan diatas dapat dicegah melalui Edukasi Gizi,
Konseling ASI Ekslusif, PMBA pada 100 HPK nya. Periode 1000 dimulai dari usia 0
bulan di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.

B. Rumusan Masalah

Untuk meningkatkan perhatian dan pengertian masyarakat terhadap pentingnya


kesehatan, diperlukan suatu upaya penyebarluasan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan terhadap kesehatan yang memerlukan upaya inovatif. Maka dari itu kami
membuat inovasi dengan judul “ CENTINI” (Cegah Stunting Sejak Dini).
C. Tujuan Inovasi
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan sehingga meningkatkan derajat keshatannya.
b. Tujuan Khusus
1) Masyarakat mengetahui tentang Stunting
2) Masyarakat mengetahui dampak dan pencegahan stunting.
3) Masyarakat mengetahui pentingnya 1000 HPK
4) Perubahan Perilaku masyarakat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Stunting
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oeleh asuapn gizi yang
kurang dalam waktu yang lama . Hal ini terjadi karena asupan makanan yang tidak
sesuai denga kebutuhan gizi.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat
pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur
(PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah
stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat
diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu
dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita pendek
adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut
umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan
sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.
Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi
dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang
diderita selama masa balita. Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya terkait
masalah kesehatan, namun juga dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak
langsung mempengaruhi kesehatan.
Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23
bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000
HPK. Periode 1.000 HPK meliputi yang 270 hari selama kehamilan dan 730 hari
pertama setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode
yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu periode ini ada yang
menyebutnya sebagai "periode emas", "periode kritis", dan Bank Dunia (2006)
menyebutnya sebagai "window of opportunity". Dampak buruk yang dapat ditimbulkan
oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada
rendahnya produktivitas ekonomi.
Upaya intervensi tersebut meliputi:
1. Pada Ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu
hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal
90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak
mengalami sakit.
2. Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan
diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif)
3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar lengkap.
4. Memantau pertumbuhan Balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan Walaupun
remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1.000 HPK, namun status
gizi remaja putri atau pra nikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan
keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila rema ja putri menjadi ibu.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap
rumah tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas
sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan kejadian
sakit terutama penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan
teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh
tubuh dan terhambatnya pertumbuhan.
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan
oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu
dengan yang lainnya.
Ada beberapa faktor utama penyebab stunting (UNICEF, 2007) yaitu :
a. Asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air)
b. Asupan ASI ekslusif kurang
c. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
d. Riwayat penyakit (UNICEF, 2010)
B. Pengertian Inovasi

Inovasi yaitu konsep yang berkembang dari waktu kewaktu, sehingga dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan serta perkembangan zaman. Menurut Damanpour,
sebagaimana dikutip Suwarno (2008), inovasi organisasi sebagai adopsi gagasan atau
perilaku baru dalam organisasi seperti produk dan jasa baru, teknologi proses produksi
baru, struktur dan sistem administrasi baru ataupun perencanaan atau program baru
dalam organisasi.
BAB III
INOVASI
CENTINI

A. Inovasi “ Centini “
Inovasi Centini merupakan kepanjangan dari Inovasi Cegah Stunting Sejak Dini.
Inovasi Centini berjalan sejak tahun 2021. Inovasi Centini artinya melakukan pencegahan
Stunting sejak dini, dengan cara pencegahan mulai dari bayi baru lahir, bayi yang
menyusui hingga balita.
B. Sasaran tepat untuk Inovasi Centini
Inovasi Centini, sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita dan balita yang
beresiko stunting.
C. Mitra Kerja Inovasi Centini
- Dokter
- Gizi
- Promkes
D. Metode Pelaksanaan Inovasi sesuai Sasaran
1) Ibu Hamil
Pada sasaran Ibu Hamil membuat kelas Ibu Hamil, Edukasi Gizi Ibu Hamil,
Pemeriksaan ANC minimal 4 x selama kehamilan.
2) Ibu Balita
Pada sasaran Ibu Balita membuat kelas Ibu Balita. Mulai dari Edukasi Gizi
Ibu Menyusui, Pentingnya ASI Ekslusif, Demo Praktik Masak MP-ASI,
PMBA
( Pemberian Makan Bayi dan Anak), Gizi Seimbang Anak.
3) Bayi dan Balita Beresiko
Pada sasaran Bayi dan Balita beresiko (Faktor Ekonomi, Ibu hamil riwayat
KEK, Keluarga Merrokok dirumah, Tidak memiliki jamban sehat dan tidak
datang ke posyandu) dilakukan kunjungan rumah. Memastikan bayi dan
balita mendapat ASI Ekslusif, Imunisasi dasar lengkap, Mendapatkan
Vitamin A 2x setahun, Obat Cacing 2 x setahun, Pemantauan dan
Pertumbuhan minimal 8 x dalam setahun.
E. Pelaksanaan Inovasi Centini

NO Desa Waktu Kegiatan Tempat Kegiatan


1 Ngunang Tanggal 6 per 3 bulan sekali Posyandu, Balai
Desa,Rumah warga
2 Ngulak III Tanggal 8 per 3 bulan sekali Posyandu, Balai
Desa,Rumah warga
3 Kel. Ngulak I Tanggal 10 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga
4 Ngulak II Tanggal 11 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga
5 Terusan Tanggal 17 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga
6 Kemang Tanggal 14 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga
7 Tanjung Raya Tanggal 15 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga
8 Keban I Tanggal 18 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga
9 Air Itam Tanggal 6 per 3 bulan sekali Posyandu, Balai
Desa,Rumah warga
10 Kel. Ngulak Tanggal 16 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga
11 Macang Sakti Tanggal 20 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga
12 Keban II Tanggal 18 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga
13 Ulak Embacang Tanggal 19 per 3 bulan Posyandu, Balai
sekali Desa,Rumah warga

F. Hasil Inovasi Centini


1) Ibu Hamil
 Menambah pemahaman ibu menyusui mengenai pentingnya ASI ekslusif
 Perubahan Perilaku Ibu Hamil
 Pemberian PMT Ibu Hamil KEK.
2) Ibu Menyusui
 Menambah pemahaman ibu menyusui mengenai pentingnya ASI ekslusif
 Menambah wawasan ibu mengenai bahaya MP ASI Dini
 Gizi Seimabng Pada Anak
 Perubahan Perilaku
3) Bayi dan Baduta
 Dapat diketahui jumlah bayi dan baduta yang merupakan resiko kejadian
Stunting
 Deteksi dini bayi dan baduta stunting
 Pemberian PMT Bagi Balita Kurus.
BAB IV

KESIMPULAN

A. Evaluasi Inovasi “ Centini “


Kegiatan Inovasi Centini di latar belakangi karena Kurangnya pengetahun
masyarakat mengenai Stunting, Penyebab Stunting, Dampak Stunting dan Cara
Pencegahan Stunting.
B. Rencana Tindak Lanjut
 Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk melakukan pencegahan
stunting
 Membuat PMT Anak dan Bumil berbasis pangan lokal ( Berdasarkan Produk
Unggulan dari desa masing-masing).
 Membangun kerja sama yang lebih baik lagi dengan lintas program dan
sektoral.
C. Kesimpulan
 Setelah dilakukan inovasi CENTINI maka ibu mengetahui pentingnya untuk
datang ke posyandu tiap bulannya sampai balita umur 5 tahun untuk
memeriksakan tumbuh kembang bayi balita diposyandu.
 Setelah dilakukan CENTINI, ibu mengetahui pentingnya punya buku KIA.
 Setelah dilakukan CENTINI, Ibu lebih terampil dalam memilih jenis
makanan dan gizi seimbang pada balita.
 Setelah dilakukan kelas ibu balita, maka Ibu dapat memantau pertumbuhan
dan melaksanakan stimulasi perkembangan balita (CENTINI)
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S., Ramdhan, T. dan Yanis, M. 2015. Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional
Tanaman Kelor (Moringa oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2
2015:35-44.

Ariani, M., Hermanto, Hardono, G, S., Sugiarto, Wahyudi, T, S. 2013. Kajian Strategi
Pengembangan Diversifikasi Pangan Lokal. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. [serial online]. http://pse.litbang.pertanian.go.id

(Diakses tanggal 20 September 2022)

E-PPGBM Gizi Puskesmas Ngulak

Riset Kesehatan Dasar Tahun 2019

Foto Kegiatan :
 Pemberian

Anda mungkin juga menyukai