Disusun oleh:
UMMI ZAHRA
Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.31.22.1.078
Disusun Oleh :
UMMI ZAHRA
PO.71.31.22.1.078
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Instalasi Gizi Clinical Instructure (CI)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
serta kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) untuk mata kuliah “Asuhan Gizi Klinik” di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis menyadari karena berkat dan karunia Tuhan melalui bimbingan,
bantuan, dorongan dan petunjuk dari semua pihak, maka Laporan PKL ini dapat
diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang
2. Ibu Susyani, S.SiT, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Palembang.
3. Ibu Maya Ija, SST, MPH, RD selaku Kepala Instalasi Gizi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
4. Ibu ika Retno Wahyuni, S.Gz,RD , Dietesien selaku pembimbing lapangan RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang
5. Ibu Mulaiha, S.G, selaku Koordinator PKL di RSUP Dr.Mohammad Hoesin
Palembang
6. Bapak/Ibu Dietesien pembimbing di Instalasi Gizi di RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang
Penulis menyadari bahwa Laporan PKL ini masih banyak kekurangan baik
dari segi materi maupun penulisan. Ibarat pribahasa “Tiada gading yang tak retak”,
untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan guna menyempurnakan Laporan
PKL ini. Penulis berharap Laporan PKL ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman bagi penulis dan pembaca,
Palembang, April 2022
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar termasuk penyebab umum luka traumatis dan kondisi krisis
besar di ruang krisis yang memiliki berbagai jenis masalah, tingkat kematian dan
kengerian tinggi membutuhkan penatalaksanaan luar biasa dari awal dalam tahap
syok hingga tahap lanjutan (Young et al, 2019). Tingkat keparahan luka bakar
anak yang lebih tinggi dibanding dewasa disebabkan kondisi kulit anak lebih
tipis dibanding dewasa (Cox et al, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kejadian yang menyebabkan luka bakar berbeda, pada anak-anak lebih sering
terjadi di rumah (terutama di dapur) (WHO, 2018). Peran orang tua sebagai
pendamping anak dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh penting dalam
proses tumbuh kembang anak, khususnya ibu (Ibrahem et al, 2017). Kejadian ini
adalah salah satu bentuk paling serius dari kerusakan parah yang menciptakan
masa lalu jangka panjang dan butuh waktu yang lama bagi para peneliti untuk
mengambil dorongan dalam hasil terakhir dari rangkaian perawatan luka bakar.
(Sminkey, 2020).
Luka bakar pada anak-anak merupakan masalah kesehatan yang vital
tetapi belum terungkap secara luas dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak
pertimbangan di dunia menghubungkan kematian dengan karakteristik luka
bakar, menghitung usia, jenis kelamin, penyebab luka bakar, kedalaman, derajat
luka bakar, dekat atau tidaknya luka bakar, penyebab meninggal dan sebagainya.
Etiologi luka bakar dapat dijadikan parameter untuk tingkat kejadian dan
kematian. Secara umum, luka bakar thermal paling sering terjadi pada anak-anak,
baik karena api atau air panas. Perawatan pasien luka bakar umumnya ditentukan
oleh keseriusan luka bakar yang dialami pasien , derajat keparahan yang semakin
berat akan membutuhkan waktu penyembuhan luka yang semakin panjang (Jain
et al., 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Proses Asuhan Gizi Terstandar pada pasien Luka Bakar
Minyak Panas TBSA (Total Body Surface Area) 25,5% di Ruang Lakitan 1.2
RSUP Dr. Mohammad Hoesin.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan penapisan gizi (Nutrition Screening) pada pasien Luka Bakar
Minyak Panas TBSA (Total Body Surface Area) 25,5% di Ruang Lakitan
1.2 RSUP Dr. Mohammad Hoesin.
b. Melakukan pengkajian gizi (Nutrition Assessment) pada pasien Luka
Bakar Minyak Panas TBSA (Total Body Surface Area) 25,5% di Ruang
Lakitan 1.2 RSUP Dr. Mohammad Hoesin.
c. Melakukan diagnosa gizi (Nutrition Assessment) pada pasien Luka Bakar
Minyak Panas TBSA (Total Body Surface Area) 25,5% di Ruang Lakitan
1.2 RSUP Dr. Mohammad Hoesin.
d. Melaksanakan intervensi gizi pada pasien Luka Bakar Minyak Panas
TBSA (Total Body Surface Area) 25,5% di Ruang Lakitan 1.2 RSUP
Dr. Mohammad Hoesin.
e. Melakukan edukasi dan konseling gizi pada pasien Luka Bakar Minyak
Panas TBSA (Total Body Surface Area) 25,5% di Ruang Lakitan 1.2
RSUP Dr. Mohammad Hoesin.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien pasien Luka Bakar
Minyak Panas TBSA (Total Body Surface Area) 25,5% di Ruang Lakitan
1.2 RSUP Dr. Mohammad Hoesin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LUKA BAKAR
a. Definisi
Luka bakar adalah suatu kondisi kerusakan atau kemalangan jaringan
khas yang disebabkan oleh kontak langsung dengan sumber panas seperti
kobaran api, pengenalan air panas, kontak dengan benda panas, sengatan
listrik, paparan bahan kimia, dan paparan radiasi. Luka bakar yang
disebabkan oleh benda panas berhubungan dengan kemungkinan besar
untuk kematian pada pasien (Kara, 2018). Luka bakar adalah penyebab
umum dari kerusakan traumatis dan kondisi krisis utama di dalam ruang
krisis yang memiliki berbagai jenis masalah, tingkat mortalitas dan
morbiditas yang memerlukan penatalaksanaan yang luar biasa dari tahap
syok sampai fase lanjutan (Young et al, 2019). Luka bakar adalah
penyebab ketiga dari kematian yang tidak disengaja dalam beberapa
kelompok usia (Ardabili ,2016).
b. Etiologi
Luka bakar sering terjadi dikehidupan dan menjadi tantangan bagi
tenaga medis. Luka bakar paling sering terjadi di negara menengah ke
bawah (WHO, 2018). Etiologi luka bakar adalah api, air panas, listrik,
kimia, kontak radiasi, dan cedera dingin. Luka bakar dapat mengenai
segala usia, jenis kelamin, serta dapat memengaruhi kondisi psikologis
dan fisik pasien, bahkan dapat kehilangan pekerjaan akibat luka bakar.
Luka bakar dan komplikasinya memengaruhi mortalitas dan morbiditas
(KEMENKES RI, 2019). Luka bakar dengan etiologi terbanyak pada
anak usia 0 – 5 tahun adalah luka bakar api, berbeda dengan studi yang
lain dengan hasil terbanyak merupakan scald burn. (Frans et al, 2018).
Data menyebutkan bahwa 65% kasus luka bakar pada balita terjadi akibat
kontak dengan air panas (scald burn), 20% terjadi akibat kobaran api
(flame burn), dan 15% terjadi akibat etiologi lainnya, seperti akibat aliran
listrik dan paparan bahan kimia. Luka bakar jenis ini mampu merusak
kulit hingga bagian dermis, sehingga dapat digolongkan sebagai luka
bakar grade II (Partial Thickness Burn) (Kara, 2018). (Kai-Yang, et al,
dan Qian Xu, et al) menyataan bahwa air panas, sup, dan minyak panas
sebagai penyebab tersering di dalam rumah. Berikut penjelasan etiologi
luka bakar, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Luka Bakar Thermal
Luka bakar thermal adalah luka bakar yang disebabkan oleh panas
yang tak terkontrol, seperti kontak langsung dengan air panas (scald
burn), permukaan benda yang panas, hingga kobaran api (flame burn).
Luka bakar jenis ini dapat merusak kulit hingga bagian epidermis,
sehingga dapat digolongkan sebagai luka bakar grade I (Superficial
Partial Thickness Burn). Luka bakar jenis ini dapat menyebabkan
pasien mengalami luka hingga bagian subkutis, sehingga dapat
diklasifikasikan sebagai luka bakar grade III (Full Thickness Burn)
(Belleza, 2016)
2) Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn).
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau antasida
yang biasa digunakan dalam industri militer atau pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan keluarga. (brunner, 2015).
3) Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn).
Listrik menyebabkan berbagai macam kerusakan akibat arus,
kebakaran, dan ledakan.. Arus listrik di sepanjang bagian tubuh yang
memiliki hambatan paling kecil. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah terutama tunika intima, menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Seringkali risikonya jauh dari titik kontak, baik dalam kontak
dengan sumber saat ini maupun yang dikembangkan (brunner, 2015).
4) Luka bakar radiasi (Radiasi Injury).
Luka bakar radiasi disebabkan oleh paparan sumber radioaktif.
Kerusakan semacam ini sering disebabkan oleh penggunaan radio
hidup untuk keperluan penting di bidang farmasi dan mekanik.
Pengenalan matahari terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi (brunner, 2015).
c. Patofisiologi
Patofisiologi luka bakar pada dewasa dan anak pada dasarnya tidak
memiliki perbedaan yang bermakna, namun luas permukaan tubuh dan
tingkat metabolisme yang berbeda memerlukan pertimbangan dan
perhatian ekstra dalam penatalaksanaan luka bakar (Mathias, 2017). Luka
bakar mampu menyebabkan perubahan, baik lokal maupun sistemik
(Garcia et al, 2017). Hal ini mampu mempengaruhi kedalaman luka bakar
pada anak-anak sehingga tingkat keparahannya lebih tinggi dibandung
dewasa. Ketebalan kulit dapat dipengaruhi oleh usia, lokasi pada tubuh,
hingga ras tertentu. Anak memiliki ketebalan kulit kurang lebih 70% dari
ketebalan kulit dewasa (Vallez et al, 2017).
Pajanan suhu yang tinggi juga mengakibatkan pembuluh kapiler di
bawah kulit dan area sekitarnya akan mengalami kerusakan sehingga
permeabilitasnya akan meningkat. Hal ini terjadi dalam tumpahan cairan
intravaskular ke interstitium. Reaksi sistemik yang terjadi di dalam tubuh
akibat luka bakar akan lebih sering terjadi bila luas permukaan tubuh
yang dipengaruhi oleh luka bakar melebihi 10%.(GarciaManzano, 2017).
Wallace (2017), tubuh dibagi atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan Rule of Nines atau rule of Wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 18%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 7% : 28%
The Rule of Nines adalah alat yang digunakan oleh penyedia perawatan
trauma dan darurat untuk menilai menambahkan hingga zona permukaan tubuh
termasuk dalam luka bakar. Estimasi luas permukaan luka bakar sangat penting
dalam menilai kebutuhan untuk pemulihan cairan, karena pasien dengan luka bakar
yang serius akan melibatkan kehilangan cairan yang luas karena evakuasi obstruksi
kulit. Alat ini hanya digunakan untuk luka bakar tingkat dua dan tingkat tiga (juga
disebut sebagai ketebalan parsial dan luka bakar ketebalan penuh) dan membantu
penyedia dalam penilaian cepat untuk menentukan tingkat keparahan dan kebutuhan
cairan intravena. Perubahan pada Aturan Nines dapat dibuat berdasarkan indeks
massa tubuh (IMT) dan usia (Moore & Burns, 2018). (Garcia-Espinoza et al, 2017)
mengklasifikasikan luka bakar menjadi 3 derajat berdasarkan kedalaman luka
bakarnya, sebagai berikut:
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 141 135-155 mEq/L Normal
Kalium (K) 4.9 3.5-5.5 MEq/L Normal
Pemeriksaan Penunjang
HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Tanggal Pemeriksaan : 25 Maret 2022/ 16.30
Tindakan : Rontgen Thorax PA/AP
Kesan : Tidak tampak kelainan radiologi pada foto toraks
Tabel 3.
Asupan Makan Sebelum Masuk RS
Penuka
Golongan Energi Protein Lemak KH
r
Minyak 2 90 0 10 0
Buah 3 120 0 0 30
Berdasarkan hasil recall Anak.A sebelum msuk RS, asupan energy sebesar 1110
kkal (68% dari kebutuhan). Asupan energy pasien termasuk ke dalam kategori
defisit.
Berdasarkan hasil recall Anak.A sebelum msuk RS, asupan lemak sebesar 22
gram (40% dari kebutuhan). Asupan lemak pasien termasuk ke dalam kategori
deficit.
FH.1.5.1 Asupan Protein
Berdasarkan hasil recall Anak.A sebelum msuk RS, asupan protein sebesar 20
gram (69% dari kebutuhan). Asupan protein pasien termasuk ke dalam kategori
deficit.
Berdasarkan hasil recall Anak.A sebelum msuk RS, asupan karbohidrat sebesar
161 gram (80% dari kebutuhan). Asupan protein pasien termasuk ke dalam
kategori adekuat..
Fisik Klinis Luka bakar Thorax anterior (dada NI.5.1 Peningkatan kebutuhan
depan) 13,5% zat gizi spesifik (energy)
Thorax posterior 3%
Ekstermitas superior dx 8%
Ekstermitas Inferior sin 1%
Biokimia Anemia defisiensi zat besi (NI) NI5.1.Peningkatan Kebutuhan
Trombositosis Protein
Riwayat Personal Pasien suka jajanan snack kemasan NB.1.1 Kurang pengetahuan
terkait makanan dan gizi
C. Diagnosa Gizi
NI. 2.1 Asupan oral inadekuat (P) penurunan kemampuan untuk mengkonsumsi asupan (E)
ditandai dengan hasil recall 24 jam diketahui bahwa jumlah Energi : 68% , Protein : 69%,
Lemak : 40%, KH : 80% (S)
NI 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi spesifik (protein) (P) berkaitan dengan penyembuhan luka
yang lambat (E) ditandai dengan Luka bakar Thorax anterior (dada depan) 13,5%, Thorax
posterior 3%, Ekstermitas superior dx 8% , Ekstermitas Inferior sin 1% (S)
NB.1.1. Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi (P) berkaitan dengan kurang terpapar
informasi yang akurat terkait gizi (E) ditandai pasien suka jajanan snack kemasan (S)
D. Intervensi Gizi
1. Domain Pemberian Makan atau Zat Gizi (ND)
1) Tujuan Intervensi
a. Meningkatkan asupan gizi sesuai kebutuhan pasien
b. Memberikan makanan sedini mungkin untuk mencegah timbul dan
berkembangnya sindrom respon inlamasi sistemik, kegagalan multi organ dan
infeksi
c. Mempeertahankan fungsi organ dan mencegah disfungsi sistem
kardiovaskuler, respirasi dan kekebalan tubuh
d. Mempertahankan keseimbangan kalori dan protein tinggi
e. Meningkatkan pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
2) Prinsip Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein sesuai dengan kebutuhan kalori
dan zat gizi
3) Syarat Diet :
a. Energi diberikan sesuai kebutuhan yaitu 1612,5 kkal
b. Protein diberikan rendah yaitu 20% dari Energi total sebesar 65,5 gram
(20%) dengan bernilai biologis tinggi.
c. Lemak diberikan cukup 30% dari kebutuhan energi total yaitu 53,7 gram
d. Karbohidrat diberikan 50% dari kebutuhan energi total yaitu sebesar 201
gram.
e. Kebutuhan vitamin dan mineral cukup
f. Jumlah cairan yang diberikan disesuaikan dengan produksi urine berkisar 5-
100ml/jam
4) Preskripsi Diet
a) Nama diet : TKTP diet luka bakar
b) Bentuk Makanan : Nasi Biasa
c) Rute Pemberian : Oral
d) Frekuensi : 3x makan utama + 2x Snack marie regal + selingan
susu 5 x100 ml @1kkal/ml
Rencana Pemberian : 3x makanan utama + 2x selingan
8) Konseling (C)
C.1.2 Konseling Gizi
Memberikan konseling mengenai Diet TKTP pada luka bakar
Hari/Tanggal : Jumat/ 1 April 2022
Jam : 10.00
Tempat : Lakitan 1.2
Sasaran : Orangtua pasien
Media : Leaflet, Daftar Bahan Makanan Penukar
Preskripsi : TKTP
Materi : Menjelaskan tujuan Diet Tinggi Energi Tinggi
Protein, prinsip diet serta menginformasikan makanan
yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
9) Rencana Koordinasi Asuhan Gizi
Tabel 8.
Rencana Koordinasi Asuhan Gizi
No. Tenaga Kesehatan Koordinasi
1. Perawat Ruangan Meminta izin untuk melihat rekam medis
pasien atas nama Anak. A menanyakan
perkembangan pasien
2 Ahli Gizi Ruangan Berkolaborasi dalam menentukan dan
memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
3. Keluarga Pasien Meminta persetujuan keluarga pasien
untuk melakukan intervensi terhadap pola
makan dan asupan pasien selama di rawat
di Rumah Sakit, menanyakan kondisi
pasien setiap hari, memberikan konseling
dan edukasi terkait gizi
4. Tenaga Pengolahan Melakukan rapat menu
10) Monitoring dan Evaluasi Gizi
Tabel 9.
Rencana Monitoring dan Evaluasi
Indikator Target Pelaksanaan
Meningkatkan asupan dan daya
1. Asupan Gizi Makro Setiap hari
terima > 80%
Diakhir intervensi
2. Antropometri Peningkatan sebesar 0,5-1kg/
akan dilakukan
Berat Badan minggu
penimbangan
3. Biokimia
Hemoglobin
Gula darah sewaktu Sesuai Rekomendasi
Menuju nilai normal
Trombosit dokter
4. Fisik
f) Nyeri Membaik Setiap hari
g) Lemas Nfsuk makan membaik Setiap hari
h) Nafsu makan
5. Klinis
Normal
a. Tekanan darah
Normal
b. Nadi Setiap hari
Normal
c. Suhu
Normal
d. Respirasi
Di akhir intervensi
6. Pengetahuan Makanan dan Memahami terkait makanan dan
akan dilakukan
Gizi gizi
wawancara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 26 Maret 2022- 1 April
2022. Aspek yang dimonitoring dan evaluasi yang dilakukanmeliputi antropometri,
biokimia, fisik/klinis, asupan dan lain-lain. Terapi yang diberikan kepada pasien
berupa terapi obat, terapi diet dan terapi edukasi. Untuk bagian gizi yang diberikan
kepada pasien berupa terapi diet dan terapi edukasi, terapi diet yaitu pengaturan
jumlah, jenis dan jadwal makan setiaphari bertujuan untuk membantu penyembuhan
pasien. terapi gizi merupakanalur proses kegiatan perencanaan makan sampai
makanan disajikan kepada pasien. terapi diet tidak bersifat mutlak karena dapat
berubah-ubah sesuai dengankoondisi dan keadaan pasien (Kemenkes, 2013).
Terapi diet memiliki tujuan yang disesuaikan dengan diagnosis gizi. Tujuan
pertama pemberian diet adalah memenuhi kebutuhan gizi pasiendikarenakan asupan
makan pasien masih kurang dari kebutuhan. Kurangnyaasupan makan dikarenakan
pasien mengalami mual. Meningkatkan asupan makan pasien dengan memberikan
makanan dengan energi cukup. Makananberfungsi sebagai pendukung penyembuhan
pasien dari penyakitnya. Olehkarena itu, pasien diusahakan memiliki asupan makan
yang baik untukmempercepat proses penyembuhan.
B. Perkembangan Biokimia
Tabel 11.
Hasil Data Laboratorium Anak. A
Tanggal Data Nilai
Hasil Ket
Pemeriksaan Biokimia Rujukan
5 April 2022 Hemoglobin 9.3 11.3-14.1 Rendah
5 April 2022 Albumin 4,1 3,8-5,4 Normal
5 April 2022 Trombosit 490 217-497 Normal
Setelah dilakukan pasca operasi ke 3 pada tanggal 4 April 2022 Dari hasil Data
Laboratorium Anak. A terjadi penurunan hemoglobin
data biokimia pada nilai eritrosit,leukosi dan hemoglobin. Tetapi, pada nilai
trombosit sudah normal.
C. Perkembangan Fisik/Klinis
Fisik/Klinis Hari 1 Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI
Nyeri + + - + + -
Nafsu makan - - - - -
Tekanan Darah 120/80 110/70 120/80 120/80 120/80 120/80
Suhu 37° 37° 37° 37° 36° 36°
Nadi 80 80 80 80 80 80
Respirasi 22 22 22 22 22 22
Pada hari pertama skrinning awal Anak. A terlihat rewel, tidak mau makan dan
tampak nyeri pada luka bakar yang dialami, namun membaik di saat akhir
intervensi. Kondisi nyeri mulai berkurang, asupan makan Anak A mulai
membaik.
Pada hari pertama intervensi Anak. A merasa lemas dan rewel akibat nyeri
dari luka bakar nya. Hingga akhir intervensi Anak. A mulai membaik, Ibu pasien
mengatakan, anaknya sudah bisa menggerakkan tangan nya dan bisa digendong
oleh ibunya. Dihari pertama intervensi asupan makan Anak. A kurang baik hanya
mengkonsumsi Asi dan air putih saja akibat nyeri pada bagian pipi sebelah kanan
sehingga nafsu makan kurang baik. Dihari kedua, Anak. A sudah mau menerima
susu dari RS dan nyemil biscuit saja dan belum mau menerima Asupan bubur.
Hari ketiga ibu pasien mencoba memberikan bubur kepada Anaknya sedikit demi
sedikit, dengan susu dan biscuit tetap diberikan sebagai cemilan untuk Anak.A.
Dihari ke empat pagi harinya Anak A puasa karena akan melakukan operasi ke 2
selama 2 jam. Setelah operasi ibu dari pasien memberikan teh manis karena
menurut ibu psien bisa menambah tenaga untuk anaknya. Sore harinya Anak A
menolak diberikan susu, tetapi menerima diberikan nasi oleh ibunya. Pada hari
kelima Asupan Makan Anak,A mulai meningkat. Setelah intervensi terakhir,
Pasien A ditimbang berat badan hasilnya ada kenaikan berat badan Anak.A
sebanyak 0,5 kg.
A s upan ener gi
100% 95%
90%
82%
79%
80%
70%
59%
60%
50%
50% 43%
40% 34%
30%
20%
10%
0%
Hari ke 1 hari ke 2 hari ke 3 hari ke 4 hari ke 5 hari ke 6 hari ke 7
Asupan Protein
90%
70%
61%
60% 55%
50%
40%
40%
29%
30% 24%
20%
10%
0%
hari ke 1 hari ke 2 hari ke 3 harike 4 hari ke 5 hari ke 6 hari ke 7
Asupan Lemak
90% 85%
79%
80%
70%
62%
60% 54%
50%
42%
40% 34%
30% 27%
20%
10%
0%
hari ke 1 hari ke 2 hari ke 3 hari ke 4 hari ke 5 hari ke 6 hari ke 7
Asupan Karbohidrat
120%
105%
99%
100%
90%
80%
68%
61%
58%
60%
38%
40%
20%
0%
hari ke 1 hari ke 2 hari ke 3 hari ke 4 hari ke 5 hari ke 6 hari ke 7
TABEL 5
Asupan Makan Setelah Masuk RS
A. Kesimpulan
1. Pasien A di diagnose Luka bakar minyak panas TBSA 25,5% dan status gizi
pasien baik.
2. Hasil skrinning gizi pasien mengalami penurunan nafsu makan dan dengan
diagnose khusus sehingga kategori beresiko malnutrisi sedang.
3. Hasil assessment asupan makan 1x24 jam SMRS yaitu : Energi 68%, Protein
69%, Lemak 40% dan Karbohidrat 80% dengan standar pembanding
kebutuhan energy dan zat gizi makro perhari yaitu : energy 1612,5 kkal,
Protein 65,5 gr, Lemak 53,7 gr dan Karbohidrat 201 gr.
4. Proritas masalah yang menjadi diagnose gizi adalah asupan oral tidak adekuat,
peningkatan kebutuhan zat gizi spesifik (protein), dan kurang pengetahuan
terkait makanan dan zat gizi.
5. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan asupan makanan berupa Nasi
biasa TKTP dengan penambahan biscuit marie regal untuk snack pagi dan
ekstrak putih telur.
6. Hasil perhitungan energy setelah dilakukan intervensi selama 7 hari yaitu :
hari pertama 34%, hari kedua 51%, hari ketiga 59%, hari kempat 54%, hari ke
lima 66%, hari ke enam 74% dan hari ketujuh 85%. Asupan makan pasien
sudah mencapai target intervensi dengan kategori adekuat.
7. Pada hari terakhir intervensi pasien diberikan konsultasi dan edukasi yang
berupa motivasi kepada pasien agar mau menghabiskan makanan sesuai
dengan kebutuhan pasien serta memberikan edukasi tentang makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk pasien post operasi untuk membantu
proses penyembuhan luka bekas operasi. Pasien pulang pada tanggal 5 April
2022 dengan kondisi membaik.
B. Saran
1. Bagi pasien
Diharapkan kepada pasien agar selalu mengkonsumsi makanan sesuai
dengan asupan energy yang dibutuhkan oleh tubuh dan mengkonsusmsi
protein hewani serta menghindari kebiasaan minum susu kaleng bendera
vanilla dan jajan snack ciki-cikian.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan melakukan pengkajian gizi sesuai dengan Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) dan menggali informasi yang dibutuhkan secara rinci
dan mendalam
3. Bagi Instalasi Gizi
Agar lebih memperhatikan diet yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
kondisi pasien agar sisa makanan yang dihasilkan tidak banyak
Lampiran