Anda di halaman 1dari 26

RESPONSI DOKTER MUDA

Presentasi Kasus Ruang Observasi Intensif


Penanganan Luka Bakar

Disusun oleh:
Cindy Cecilia

010911203

Fumansha Cipto

010911208

Anak Agung Fendy Tri

010911214

Nora Sakinah Eka Sundusia

010911223

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA


LAB / SMF ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
2014

BAB 1
LATAR BELAKANG

Anestesiologi dan reanimasis sebagai cabang ilmu kedokteran menjabarkan bidang


kajiannya menjadi pengelola life support dan pengelola stress dan nyeri. Dalam hal
pengelolaan life support, kunci penting adalah time is life saving. Saat menghadapi penderita
gawat darurat, factor waktu sangat memegang peranan penting. Tindakan pada menit pertama
dalam menangani kegawatan medic sangat berarti besar dalam menentukan hidup mati
penderita.
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain . Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga
karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api
atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga. ( Sjamsuhidajat, 2005 )
Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma dan
penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin
angka- angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan akan
terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami trauma inhalasi,
mempertahankan hemodinamik dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan
mengobati penyulit- penyulit yang mungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya
rabdomiolisis dan disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan /
mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari
penanganan trauma termal. ( American College of Surgeon Committee on Trauma, 1997)

Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretori dan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah. ( Horne dan Swearingen, 2000 )
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data- data statistik dari
berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%)
merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak- anak
yang baru belajar berjalan, bermain- main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera
karena arus listrik pada remaja laki- laki, penggunaan obat bius, alkohol serta rokok pada
orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik tersebut.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LUKA BAKAR


Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbukan efek sistemik yang
sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh
kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain
beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi prognosis. (Hasibuan, dkk.,2010)

2.2 PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa
serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh
kehilangan cairan antara % - 1 %, Blood Volume setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih
(insensible water loss meningkat). (Kartohatmodjo, 2007)
Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas
yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal). (Kartohatmodjo, 2007)
Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap
atau uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara
serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau
gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat
oxygen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing, mual dan muntah.

Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO, penderita akan
meninggal. (Kartohatmodjo, 2007)
Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali yang terjadi pada luka
bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala
yang sama gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan Tukak Curling yang
dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis
melena. (Kartohatmodjo, 2007)
Luka bakar umumnya tidak steril.Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium yang
baik untuk pertumbuhan kuman,akan mempermudah infeksi.Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya

tidak

tercapai

oleh

pembuluh

kapiler

yang

mengalami

trombosis.Padahal,pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik.Kuman


penyebab infeksi pada luka bakar,selain berasal dari kulit penderita sendiri,juga dari
kontaminasi kuman saluran napas dan kontaminasi kuman dilingkungan rumah sakit.Infeksi
nosokomial* biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten
terhadap berbagai antibiotik. (Hasibuan, dkk.,2010)
Pada awalnya,infeksi biasanya disebabkan oleh kokus gram positif yang bersal dari kulit
sendiri atau dari saluran napas,tapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram negatif.
pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang
berbahaya,terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar.infeksi pseudomonas
dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup pada luka bakar.Kuman memproduksi enzim
penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk
nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas
dengan nanah yang banyak.infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering
dengan perubahan jaringan ditepi keropeng ang mula-mula sehat menjadi nekrotik :

Akibatnya ,luka bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3.Infeksi kuman
menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler dijaringan yang terbakar dan menimbulkan
trombosis. (Hasibuan, dkk.,2010)
Bila penderita dapat mengatasi infeksi,luka bakar derajat 2 dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut.Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang
masih vital,misalnya sel kelenjar sebasea ,sel basal,sel pembuluh keringat,atau sel pangkal
rambut.Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang
nyeri,gatal,kaku,dan secara eksterik sanagt jelek. (Hasibuan, dkk.,2010)
Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur.Bila ini
terjadi di persendian; fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik.Pada fase akut,peristaltis usus menurun
atau berhenti karena syok.Juga peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion Kalium.
Stres atau beban faali serta hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar berat
dapat menyebabkan terjadinya tukak dimukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang
sama dengan gejala tukak peptik.Kelainan ini dikenal sebagai tukak curliung atau stres
ulcer.Aliran darah kelambung berkurang sehinga terjadi iskemia mukosa.Bila keadaan ini
berlanjut,dapat timbul ulkus akibat nekrosis mukosa lambung.Yang dikhawatirkan pada tukak
curling ini adalah penyulit pendarahan yang tampil sebagai hematemesis dan /atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif.Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi,metabolisme tinggi dan mudah
terjadi infeksi.Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori
tambahan.Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran
protein dari otot skelet.Oleh karena itu,penderita menjadi sangat kurus,otot mengecil,dan
berat badan menurun.Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat,terutama bial mengenai

wajah.Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat tersebut,sampai bisa
menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia postburn. (Hasibuan, dkk.,2010)
2.3 LUAS LUKA BAKAR
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa
digunakan "rumus 9" yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan
bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai, dan kaki
kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1 % adalah daerah genitalia.
Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk
anak-anak.
Untuk anak, kepala, leher 15%, badan depan dan belakang, masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri
masing-masing 15%. (Hasibuan, dkk.,2010)

2.4 FASE LUKA BAKAR


Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya dibedakan
dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi tiga
tersebuttidaklah berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan
demikian kerangka berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan
tetap harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis
pada fase selanjutnya. (Kartohatmodjo, 2007)

1. Fase akut / fase syok / fase awal.


Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD / Unit luka
bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan mengalami
ancaman dan gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernafas) dan gangguan
circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat
setelah terjadi trauma , inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan
penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak
sistemik. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan
hiperdinamik yang masih berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi. (Kartohatmodjo,
2007)

2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat
menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka

c. Keadaan hipermetabolisme.
(Kartohatmodjo, 2007)

3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan.
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur. (Kartohatmodjo, 2007)
Penanganan luka bakar fase akut
1. Hentikan proses terbakar (dan sisa panasnya)
- Siram air (jangan air es)
2. Penanganan Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure
a. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma
lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae
c. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena
kebocoran plasma yang luas. (Wikipedia, 2008)
3. Tentukan luas luka bakar
4. Berikan infuse cairan yang cukup
Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Cairan yang dipakai adalah RL / RA / NaCl0,9%. Pertahankan produksu urine 0,5 1
ml/kg/jam.

Formula Baxter
- Total cairan = 4cc x berat badan x luas luka bakar
- Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam
berikutnya (24 jam dihitung dari saat kejadian luka bakar).
5. Cegah hipotermia

2.5 OBAT-OBATAN
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai
adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi,
antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.

Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan opiat melalui IV dalam dosis serendah mungkin yang
bisa menimbulkan efek analgesika yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi.
Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan atau toksoid. (Hasibuan,
dkk.,2010)

2.6 NUTRISI
Pada pasien luka bakar, status

nutrisi harus dilibatkan bersama dengan tingkat

keparahan luka bakar. Penentuan status nutrisi sebaiknya dinilai secara berkala. Pada saat
akan menilai status nutrisi pada pasien luka bakar, perlu diketahui beberapa hal antara lain:
riwayat luka bakar, tinggi dan berat badan sebelum terkena luka serta tampilan klinis saat
akan dinilai. Selain status nutrisi, risiko nutrisi juga perlu dinilai. Risiko gizi berhubungan
tidak hanya untuk status gizi yang sudah ada, tetapi juga faktor-faktor yang dapat mengubah
kemampuan pasien untuk menerima dan memanfaatkan nutrisi selama mereka rumah sakit

tetap seperti keparahan luka bakar, usia, dan kondisi rumit seperti cedera inhalasi danke
gagalan organ.
Penilaian status nutrisi sebaiknya meliputi :
-

Tinggi dan berat badan sebelum trauma


Data tentang status nutrisi sebelum sakit
Luas luka bakar dan lokasi luka bakarnya
Fungsi system gastrointestinal
Kontrolnyeri
Kondisi kesehatan sebelumnya
Pola makan dan diet sebelumnya

Kebutuhan Energi
Kalorimeterindirek (KI) merupakan baku emas untuk mengestimasi kebutuhan energy
dan beberapa tambahan nutrisi dan dapat dihitung secara individu. Meskipun terjadi fluktuasi
energi yang dikarenakan adanya perubahan kondisi luka,

aktivitas dan infeksi harus

diperhitungkan secara berkala. Namun, permasalahannya akses terhadap KI sangat terbatas


dan sampai saat ini belum ditemukan formulasi yang mempunyai hasil yang setara dengan
penghitungan KI terutama pada kasus luka bakar (2).
Saat ini banyak formulasi yang dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan
energy pada pasien luka bakar. Semuanya mempunyai keterbatasan, pada formulasi yang
lebih lama

terdapat laporan terjadi overfeeding dan kemudian dimodifikasi untuk

mengurangi reaksi overfeeding tersebut. Untuk yang lain terdapat pula yang tidak
memperhitungkan kondisi lingkungan sekitar seperti temperature, cangkok kulit, penutup
yang digunakan dan variasi aktivitas pasien. Saat ini sangat sedikit bukti tentang faktor
trauma yang biasa digunakan. Dibawah ini beberapa formulasi yang dapat digunakan untuk
menghitung estimasi kebutuhan energy pada pasien lukabakar:
1. TORONTO FORMULA
AKE (kkal) = -4343 + (10.5 x Luaslukabakar) + (0.23 x kkals) +(0.84 x Harris
Benedict) + (114 x T (oC)) - (4.5 x hari post-bakar)
*ket :
Harris-Benedict: formulasi untuk menghitung kebutuhan energi basal.

2. MODIFIKASI HARRIS-BENEDICT
Laki-laki
BEE (kJ) = 278 + (57.5 x kg Wt) + (20.9 x cm Ht) (28.3 x age)
Perempuan
BEE (kJ) = 2741 + (40 x kg Wt) + (7.7 x cm Ht) (19.6 x age)
AKE = BEE x Faktor Trauma
Faktor Trauma
% Luaslukabakar

Faktor Trauma

<10

1.2

10 20

1.3

21 30

1.5

31 50

1.8

>50

2.0

3. MODIFIKASI SCHOFIELD
Wanita (kkal/hari)

Laki-laki (kkal/hari)

15 18 th

13.3xkgBB + 690

15 18 th

17.6 x kgBB + 656

18 30 th

14.8 x kgBB + 485

18 30 th

15.0 x kgBB + 690

30 60 th

8.1 x kgBB +842

30 60 th

11.4 x kgBB + 870

> 60th

9.0 x kgBB + 656

>60 th

11.7 x kgBB + 585

AKE = BMR x IF x AF
Faktor Trauma
% Luaslukabakar

Faktor Trauma

<10

1.0 1.1

10 25

1.1 1.3

25 90

1.2 1.7

Activity Factor (AF) termasuk thermogenesis yangtergantung diet


JenisAktivitas

FaktorAktivitas

Tidakbergerak

1.1

Sedikitbergerak

1.15 1.2

DapatJalan-jalan

1.25

KEBUTUHAN MAKRONUTRIEN
Protein
Diet tinggi protein sebanyak 1.5 3.0 g/kgBB/hariatau 20 25% dari total
energiharusdipenuhipadapasiendenganlukabakar.
ratiosebaiknyadipertahankanantara

150:1

Non-protein
dan

100:1

luaslukabakardantingkatkeparahanluka, sebagaimanaberikut:
% luasluka

Protein (g)/kgBB/hari

NPC : N ratio

< 15

1.0 1.5

150 : 1

15 30

1.5

120 : 1

31 49

1.5 2

100 : 1

50+

2 2.3

100 : 1

Karbohidrat
Pemberianinfusglukosatidakbolehmelebihidari 5-7 mg/kgBB/menit
Lemak

kalori

to

nitrogen

sesuaidengan

Lemak yang diubahmenjadienergitidakbolehmelebihi 25-30%, tetapipadakenyataanya 1520% energi non-protein yang diubahmenjadilemaklebih optimal.

Cairan
Pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien luka bakar dapat menggunakan formula Parkland:

Kebutuhancairan (dalam 24 jam) : 4 x kgBB x % luaslukabakar.


KEBUTUHAN MIKRONUTRIEN
Kriteria untuk menghitung pemberian vitamin/mineral meliputi status nutrisi sebelum
trauma, penyulit yang didapatkan, keparahan luka bakar, umur, nutrisi yang masuk setelah
trauma, penyembuhan luka dan kondisi biokimia pasien. Kebutuhan spesifik belum secara
pasti disebutkan pada pasien dengan luka bakar, meskipun demikian, beberapa
vitamin/mineral dapat direkomendasikan untuk membantu penyembuhan luka, misalnya zinc,
vitamin A dan C. DemlingdanSeigne (2000) dalam penelitiannya memberikan rekomendasi
tentang pemberian mineral seperti tembaga, selenium, zinc, vitamin A, C, E dan B kompleks
seperti tertera tabel di bawah.
Dalam pemberian nutrisi mikro nutrient ini perlu dipertimbangkan beberapa interaksi
antara nutrisi untuk keperluan dosis yang tinggi, misalnya pemberian zinc dosis tinggi dapat
menyebabkan defisiensi tembaga.
JenisNutrisi
Vit. B Kompleks

DosisHarian
Thiamine

10 mg

Riboflavin

10mg

Niacin

200mg

Vit. B6

20

Folat

2mg

Kobalamin

20g

Vit. C
Minerals

2g
Selenium

100 g

Copper

2 3 mg

Zinc

50 mg

Magnesium

25 50mg

MONITORING
Monitoring Pasien
Parameter

Frekuensi

KeseimbanganCairan

Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu

GulaDarah

Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu

Vital sign (TD/HR/RR/temp)

Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu

Residual Gaster

Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu

SaluranCerna

Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu

Penyembuhanluka

Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu

Intake nutrisi

Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu

Beratbadan

Setiapminggu (tanpapenutupluka)

MonitoringBiokimia
Parameter

Frekuensi

Urea danElektrolit

Setiaphari

LFT

Seminggu 2 kali

BGA

Setiaphari

CRP

Seminggu 2 kali

BAB3
LAPORAN KASUS
Identitas

Nama
Umur
Alamat
No. registrasi
Jam Datang

: Tn. C
: 28 th
: Surabaya
: 12.33.18.13
: 15 Mei 2014 pukul 9.15

KronologiKejadian/Penyakit
Pasien rujukan dari RS Muji Rahayu.
Pasien terkena elpiji yang tebakar saat keluar dari kamar mandi saat keluar dari kamar mandi.
Saat terkena api pasien langsng menceburkan diri ke dalam bak mandi. Kejadian berada di
dalam ruangan dapur yang tertutup. Pasien mengaku tidak terkena ledakan atau terbentu saat
kejadian. Kejadian terjadi saat pukul 5 pagi. Pasien segera di bawa ke RS Muji Rahayu.

Sesampainya di RSDS pasienmasukkeruangresusitasidengan:


Primary Survey
A: Bebas, terpasang O2 nasal, Alis dan bulu hidung terbakar, jelaga (-)
B: Spontan respirasi, RR : 22x/menit, suara nafas vesikuler/vesikuler, simetris, rhonki
-/- wheezing -/-, retraksi (-)
C: perfusi hangat kering merah, CRT <2, Nadi 95 x/menit ireguler, TD = 136/100,
terpasang double IV line RL 500 cc kolf ke 5
D: alert
Status lokalis:
Extrimitas Sup. D:
Extrimitas Sup. S:
Abdomen:

I. Combutio gr. III


P. Nyeri (+)
I. Combutio gr. III
P. Nyeri (-)
I. Combutio gr. III 2%
P. Nyeri

Secondary Survey
Reg. Ext. Superior D: Combutio gr. IIB 2% III 4%
- Muscle exp., lukabakarmelingkar
- Sat. dig. I-V: 71-72%
Reg. Ext. Superior S: Combutio gr. IIB-III 3%
- Muscle exposed (+), Bone exposed (+)
- Sat. dig. I-V sulitdievaluasi, lukabakarmelingkar
Reg. Thoracal:
Combutio gr. IIB 1% III 1%
Reg. Ext. Inferior S: Combutio gr. III 1%
Total combutio gr. IIB 3% III 9%
HasilLaboratorium
Laboratorium Darah
WBC 14,1
Ly
3,9
MO 3,8
GR
90,8
LY# 0,8
MCV 90,8
MCH 32,2
MCHC35,6
RDW 11,4
Plt
226.000
MPV 7,1
K:
3,6
Na:
139
Cl:
109
BUN 8,5

MO# 0,5
GR# 12,7
RBC 6,05
Hb
19,5
Hct
54,8
SK
0,79
Albumin
2,89
SGOT 73
SGPT 36
Kalsium 7,9
CRP 2,64
APTT 26,9 detik
Control APTT 26,8 detik
PPT 14,4 detik
Control PPT 13,0 detik

Blood Gas Analysis


pH
7,38
pCO2 29,2
pO2 190,8
HCO3 117,5
BE
-7,8
SO2 99,7%

Keadaan penderita di ROI/Base data ( 15 Mei 2014 pukul 9.15)


S:
Sadarbaik, mual muntah (-)
O:
B1
A: Bebas
B: SR, RR 14x/menit, ves/ves, Rh -/-, Wh -/B2

: perfusi hangat kering merah, CRT<2, HR= 73/menit


Cor S1s2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

B3
B4
B5
B6
Ass:

: GCS 456
: BAK kateter, Produksiurin 100-150 cc/jam
: Abdsupel, BU (+)
: edema (-)

Combustio grade II A-B 70%

Plan:
Pdx : BGA, Albumin
Ptx: PosisiSlight head up
O2 masker 6 lpm
Oral & Personal hygiene 2x/hari
Infus D5 PZ 1500 cc/24 jam
Sonde E4 E5 E6 nm ( 3x250 mg)
Sonde E4 E5 E6 Proten ( 3 x250 mg )
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram
Inj. Ceftozidime 3 x 1 gram
Inj. Metamizole 3 x 1 gram
Inj. Ranitidine 2 x 50 mg
Drip Tramadol 3x100 mg I.v
????
Pmx: Kesadaran, Produksi urin dan Balance cairan
Balance Cairan :
Input
Output
RD5
1000 cc
urine : 500 cc
Sonde
1200 cc
Obat
40 cc
RL
1000 cc
Albumin
100 cc
CATATAN PERKEMBANGAN 5 AGUSTUS 2013
S:
O:
B1
A: Bebas
B: SR, RR= 18-20x/menit, Rh -/-, Wh -/B2

: perfusihangatkeringmerah, CRT<2

B3

: Alert

B4
B5
B6

: BAK via kateter


: supel BU (+)
: sesuaidiagnosa

Ass: Combutioe.c EIHV gr. IIB 3%, gr. III 8% + TTA


Plan:
Pdx: DL, SE, Alb, RFT, LFT, Thorax, UL
Ptx: Slight head up
O2 masker 6 lpm
Oral & Personal hygiene 2x/hari
MSS Diet TKTP 2200 kkal
Infus D5 NS 2000cc/24 jam
Inj. Omeprazole 2x40 mg
Inj. Metoclopramid 3x100 mg
Inj. Antrain 3x1 gram
Drip Tramadol 3x100 mg
Inj. AmpisilinSulbactam 3x1 gram
Inj. Lasix 5x1 ampul
Pmx: VS, BalansCairan, Nyeri

CATATAN PERKEMBANGAN 6 AGUSTUS 2013


S:
O:
B1
A: Bebas
B: SR, RR= 18x/menit
B2

: perfusihangatkeringmerah, CRT<2

B3
B4
B5
B6

: Alert
: BAK via kateter
: supel
: dead limb (+) ext. atas D

EWL= 25+11/2 x 1,7= 30 cc/jam


= 720 cc/hari
KebutuhanCairanFaal
= 2800 cc/hari
Total Kebutuhan
= 3520 cc/hari
KebutuhanKalori total= (40x70) + (25x11)=3065 kkal, Natrium= 70-140 g
Na= 140-280
K= 70-210

Jenis

Volume

Kalori

RD5

1500

300

Triofusin E 1000

1000

1000

Protein

45

Kalbamin

500

Susu 2 x 250

500

AP 2 x 250

500

TKTP I P
3500
Ass:

300

14

1112,5

32,5

2712,5

91,5

Combutioec. EIHV gr. IIB 3% + gr. III 8% + TTA

Plan:
Pdx:
Ptx:

SE, Alb, RFT, UL


Slight head up 30o
Oral & Personal hygiene 2x/hari
MSS Diet TKTP
Infus D5 PZ 1500 cc / 24 jam
Inj. OMZ 2x40 mg
Inj. Metoclopramid 3x100 mg
Inj. Antrain 3x1 gram
Drip Tramadol 3x100 mg
Inj. AmpisilinSulbactam 3x1 gram
Inj. Lasix 4x1 ampul
KoreksiHiperkalemijika K5

Pmx: VS, BalansCairan


CATATAN PERKEMBANGAN 7 AGUSTUS 2013
S:
O:
B1
A: Bebas
B: SR, RR= 16-18x/menit

Ass:

B2

: perfusihangatkeringmerah, CRT<2

B3
B4
B5
B6

: Alert
: BAK via kateter
: supel BU (+)
: Edema -/-

Combutioec. EIHV gr. IIB 3% + gr. III 8% + peningkatan serum Transaminase


+ Hiperkalemia + Post TTA

Plan:
Pdx:
Ptx:

SE, Alb, RFT, UL


Slight head up
Oral & Personal hygiene 2x/hari
Diet TKTP

Infus D5 NS 4000cc/24 jam


Inj. OMZ 1x40 mg
Inj. Metoclopramid 3x100 mg
Inj. Antrain 3x1 gram
Drip Tramadol 3x100 mg
Inj. AmpisilinSulbactam 3x1 gram
Inj. Lasix 5x1 ampul
KoreksiHiperkalemijika K5
Pmx: VS, BalansCairan
CATATAN PERKEMBANGAN 8 AGUSTUS 2013
S:
O:
B1
A: Bebas
B: SR, RR= 16-18x/menit

Ass:

B2

: perfusihangatkeringmerah, CRT<2

B3
B4
B5
B6

: Alert
: BAK via kateter
: BU (+) N
: Edema -/-

Combutioec. EIHV gr. IIB 3% + gr. III 8% + peningkatan serum Transaminase


+ Hiperkalemia + Post TTA

Plan:
Pdx:
Ptx:

SE, Alb, RFT, UL, DL


Slight head up
Oral & Personal hygiene 2x/hari
Diet TKTP
Infus D5 NS 4000cc/24 jam
Inj. AmpisilinSulbactam 3x1 gram
Inj. OMZ 2x40 mg
Inj. Metoclopramid 3x100 mg
Inj. Metamizole 3x1 gram
Inj. Lasix 5x1 ampul
Drip Tramadol dalam PZ 100cc

Pmx: VS, BalansCairan

CATATAN PERKEMBANGAN 9 AGUSTUS 2013


S:
O:
B1
A: Bebas

B: SR, RR= 18x/menit, Rh -/-, Wh -/-

Ass:

B2

: perfusihangatkeringmerah, CRT<2, TD= 130/75

B3
B4
B5
B6

: Alert
: BAK via kateter
: BU (+) N
: Edema -/-

Combutioec. EIHV gr. IIB 3% + gr. III 8% + peningkatan serum Transaminase

Plan:
Pdx:
Ptx:

SE, Alb, RFT, UL, DL


Slight head up
Oral & Personal hygiene 2x/hari
Diet TKTP
Infus D5 NS 4000cc/24 jam
Inj. AmpisilinSulbactam 3x1 gram
Inj. OMZ 1x40 mg
Inj. Metamizole 3x1 gram
Inj. Lasix 5x1 ampul

Pmx: VS, BalansCairan

HasilLaboratorium

Variabel
Kimia Klinik
BUN
Alb
Glukosa
SK
SGOT
SGPT

Tanggal& Jam
5/8/2013 5/8/2013 6/8/2013 8/8/2013 8/8/2013 9/8/2013
6.23
15.31
8.53
2.45
22.30
9.51
18,6
2,99
215
1,29
1179
293

25,2
2,85
2,06
812
259

20,9
3,21
165
1,9
583
196

9,7
3,07

7,2
2,93

6,2
2,95

0,99

1,02

0,89

Kalsium
CRP
DarahLengkap
Leu
Hb
Hct
Plt
Elektrolit
Na
K
Cl
Urine Lengkap
BLD
PRO
URO
LEU
Ery
(Mikroskopik)
Epitel

8,7

7,9
82,06

31,1
18,2
52,2
348

34,3
16,7
52,6
372

6,7
101

136
6,1
102

7,5

12,8
8,2
27,4
188

19,4
11
37,6
233

135
5,1
97

130
3,8
101

136
3,8
92

3+
2+
3,2
1+

3+
1+
3,2
1+

3+
1+
33
1+

3+
1+

10-25

5-10

10-25

10-25

sedang

sedikit

sedikit

Sedang

DAFTAR PUSTAKA

17,5
9,7
28,9
185

3+

ATLS. American College of Surgeons Committee On Trauma. 1997. First Impression. United
States of America.
Agency for Clinical Innovation, 2011, Clinical Practice Guidelines Nutrition Burn Patient
Management, NSW Statewide Burn Injury Service.Didapatkandari :
http://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0009/162639/SBIS_Nutrition_CPG_
new_format.pdf
Demling, RH and Seigne, P. Metabolic Management of Patients with Severe Burns. World
Journal of Surgery 2000; 24: 673 680.
Hasibuan, Lisa Y; Soedjana, Hardisiswo; Bisono. 2010. Luka. Buku Ajar Ilmu Bedah: hal 103
-110. Jakarta: EGC
Horne.M, Mima. Swearingen, L. Pamela, 2001. Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa. Jakarta : EGC
Kartohatmodjo,

Sunarso.

2007.

Luka

Bakar:

Combustio.

Tersedia

di:

http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu%20Kedokteran%20Terintegrasi
%20-%20PBL/Materi%20PBL%20IIa%202007-2008/luka%20bakar%20akut
%20text.pdf . Diakses tanggal 11 Agustus 2013.
Sjamsuhidajat, R. de Jong, Wim, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Wikipedia.

2008.

Luka

Bakar.

Tersedia

di:

http://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar#Penanganan . Diakses tanggal 11 Agustus


2013.

Anda mungkin juga menyukai