Disusun oleh:
Cindy Cecilia
010911203
Fumansha Cipto
010911208
010911214
010911223
BAB 1
LATAR BELAKANG
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretori dan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah. ( Horne dan Swearingen, 2000 )
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data- data statistik dari
berbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%)
merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri. Tersiram air mendidih pada anak- anak
yang baru belajar berjalan, bermain- main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera
karena arus listrik pada remaja laki- laki, penggunaan obat bius, alkohol serta rokok pada
orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik tersebut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa
serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh
kehilangan cairan antara % - 1 %, Blood Volume setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih
(insensible water loss meningkat). (Kartohatmodjo, 2007)
Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas
yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal). (Kartohatmodjo, 2007)
Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap
atau uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara
serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau
gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu mengikat
oxygen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing, mual dan muntah.
Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO, penderita akan
meninggal. (Kartohatmodjo, 2007)
Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali yang terjadi pada luka
bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala
yang sama gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan Tukak Curling yang
dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis
melena. (Kartohatmodjo, 2007)
Luka bakar umumnya tidak steril.Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium yang
baik untuk pertumbuhan kuman,akan mempermudah infeksi.Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya
tidak
tercapai
oleh
pembuluh
kapiler
yang
mengalami
Akibatnya ,luka bakar yang mula-mula derajat 2 menjadi derajat 3.Infeksi kuman
menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler dijaringan yang terbakar dan menimbulkan
trombosis. (Hasibuan, dkk.,2010)
Bila penderita dapat mengatasi infeksi,luka bakar derajat 2 dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut.Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang
masih vital,misalnya sel kelenjar sebasea ,sel basal,sel pembuluh keringat,atau sel pangkal
rambut.Luka bakar derajat 2 yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang
nyeri,gatal,kaku,dan secara eksterik sanagt jelek. (Hasibuan, dkk.,2010)
Luka bakar derajat 3 yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur.Bila ini
terjadi di persendian; fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik.Pada fase akut,peristaltis usus menurun
atau berhenti karena syok.Juga peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion Kalium.
Stres atau beban faali serta hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar berat
dapat menyebabkan terjadinya tukak dimukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang
sama dengan gejala tukak peptik.Kelainan ini dikenal sebagai tukak curliung atau stres
ulcer.Aliran darah kelambung berkurang sehinga terjadi iskemia mukosa.Bila keadaan ini
berlanjut,dapat timbul ulkus akibat nekrosis mukosa lambung.Yang dikhawatirkan pada tukak
curling ini adalah penyulit pendarahan yang tampil sebagai hematemesis dan /atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif.Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi,metabolisme tinggi dan mudah
terjadi infeksi.Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori
tambahan.Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran
protein dari otot skelet.Oleh karena itu,penderita menjadi sangat kurus,otot mengecil,dan
berat badan menurun.Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat,terutama bial mengenai
wajah.Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat tersebut,sampai bisa
menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia postburn. (Hasibuan, dkk.,2010)
2.3 LUAS LUKA BAKAR
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa
digunakan "rumus 9" yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan
bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai, dan kaki
kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1 % adalah daerah genitalia.
Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk
anak-anak.
Untuk anak, kepala, leher 15%, badan depan dan belakang, masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri
masing-masing 15%. (Hasibuan, dkk.,2010)
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat
menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka
c. Keadaan hipermetabolisme.
(Kartohatmodjo, 2007)
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan.
Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur. (Kartohatmodjo, 2007)
Penanganan luka bakar fase akut
1. Hentikan proses terbakar (dan sisa panasnya)
- Siram air (jangan air es)
2. Penanganan Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure
a. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma
lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae
c. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena
kebocoran plasma yang luas. (Wikipedia, 2008)
3. Tentukan luas luka bakar
4. Berikan infuse cairan yang cukup
Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Cairan yang dipakai adalah RL / RA / NaCl0,9%. Pertahankan produksu urine 0,5 1
ml/kg/jam.
Formula Baxter
- Total cairan = 4cc x berat badan x luas luka bakar
- Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam
berikutnya (24 jam dihitung dari saat kejadian luka bakar).
5. Cegah hipotermia
2.5 OBAT-OBATAN
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai
adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi,
antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan opiat melalui IV dalam dosis serendah mungkin yang
bisa menimbulkan efek analgesika yang adekuat namun tanpa disertai hipotensi.
Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan atau toksoid. (Hasibuan,
dkk.,2010)
2.6 NUTRISI
Pada pasien luka bakar, status
keparahan luka bakar. Penentuan status nutrisi sebaiknya dinilai secara berkala. Pada saat
akan menilai status nutrisi pada pasien luka bakar, perlu diketahui beberapa hal antara lain:
riwayat luka bakar, tinggi dan berat badan sebelum terkena luka serta tampilan klinis saat
akan dinilai. Selain status nutrisi, risiko nutrisi juga perlu dinilai. Risiko gizi berhubungan
tidak hanya untuk status gizi yang sudah ada, tetapi juga faktor-faktor yang dapat mengubah
kemampuan pasien untuk menerima dan memanfaatkan nutrisi selama mereka rumah sakit
tetap seperti keparahan luka bakar, usia, dan kondisi rumit seperti cedera inhalasi danke
gagalan organ.
Penilaian status nutrisi sebaiknya meliputi :
-
Kebutuhan Energi
Kalorimeterindirek (KI) merupakan baku emas untuk mengestimasi kebutuhan energy
dan beberapa tambahan nutrisi dan dapat dihitung secara individu. Meskipun terjadi fluktuasi
energi yang dikarenakan adanya perubahan kondisi luka,
mengurangi reaksi overfeeding tersebut. Untuk yang lain terdapat pula yang tidak
memperhitungkan kondisi lingkungan sekitar seperti temperature, cangkok kulit, penutup
yang digunakan dan variasi aktivitas pasien. Saat ini sangat sedikit bukti tentang faktor
trauma yang biasa digunakan. Dibawah ini beberapa formulasi yang dapat digunakan untuk
menghitung estimasi kebutuhan energy pada pasien lukabakar:
1. TORONTO FORMULA
AKE (kkal) = -4343 + (10.5 x Luaslukabakar) + (0.23 x kkals) +(0.84 x Harris
Benedict) + (114 x T (oC)) - (4.5 x hari post-bakar)
*ket :
Harris-Benedict: formulasi untuk menghitung kebutuhan energi basal.
2. MODIFIKASI HARRIS-BENEDICT
Laki-laki
BEE (kJ) = 278 + (57.5 x kg Wt) + (20.9 x cm Ht) (28.3 x age)
Perempuan
BEE (kJ) = 2741 + (40 x kg Wt) + (7.7 x cm Ht) (19.6 x age)
AKE = BEE x Faktor Trauma
Faktor Trauma
% Luaslukabakar
Faktor Trauma
<10
1.2
10 20
1.3
21 30
1.5
31 50
1.8
>50
2.0
3. MODIFIKASI SCHOFIELD
Wanita (kkal/hari)
Laki-laki (kkal/hari)
15 18 th
13.3xkgBB + 690
15 18 th
18 30 th
18 30 th
30 60 th
30 60 th
> 60th
>60 th
AKE = BMR x IF x AF
Faktor Trauma
% Luaslukabakar
Faktor Trauma
<10
1.0 1.1
10 25
1.1 1.3
25 90
1.2 1.7
FaktorAktivitas
Tidakbergerak
1.1
Sedikitbergerak
1.15 1.2
DapatJalan-jalan
1.25
KEBUTUHAN MAKRONUTRIEN
Protein
Diet tinggi protein sebanyak 1.5 3.0 g/kgBB/hariatau 20 25% dari total
energiharusdipenuhipadapasiendenganlukabakar.
ratiosebaiknyadipertahankanantara
150:1
Non-protein
dan
100:1
luaslukabakardantingkatkeparahanluka, sebagaimanaberikut:
% luasluka
Protein (g)/kgBB/hari
NPC : N ratio
< 15
1.0 1.5
150 : 1
15 30
1.5
120 : 1
31 49
1.5 2
100 : 1
50+
2 2.3
100 : 1
Karbohidrat
Pemberianinfusglukosatidakbolehmelebihidari 5-7 mg/kgBB/menit
Lemak
kalori
to
nitrogen
sesuaidengan
Lemak yang diubahmenjadienergitidakbolehmelebihi 25-30%, tetapipadakenyataanya 1520% energi non-protein yang diubahmenjadilemaklebih optimal.
Cairan
Pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien luka bakar dapat menggunakan formula Parkland:
DosisHarian
Thiamine
10 mg
Riboflavin
10mg
Niacin
200mg
Vit. B6
20
Folat
2mg
Kobalamin
20g
Vit. C
Minerals
2g
Selenium
100 g
Copper
2 3 mg
Zinc
50 mg
Magnesium
25 50mg
MONITORING
Monitoring Pasien
Parameter
Frekuensi
KeseimbanganCairan
Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu
GulaDarah
Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu
Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu
Residual Gaster
Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu
SaluranCerna
Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu
Penyembuhanluka
Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu
Intake nutrisi
Setiapharipadafaseakutkemudianbilaperlu
Beratbadan
Setiapminggu (tanpapenutupluka)
MonitoringBiokimia
Parameter
Frekuensi
Urea danElektrolit
Setiaphari
LFT
Seminggu 2 kali
BGA
Setiaphari
CRP
Seminggu 2 kali
BAB3
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
Umur
Alamat
No. registrasi
Jam Datang
: Tn. C
: 28 th
: Surabaya
: 12.33.18.13
: 15 Mei 2014 pukul 9.15
KronologiKejadian/Penyakit
Pasien rujukan dari RS Muji Rahayu.
Pasien terkena elpiji yang tebakar saat keluar dari kamar mandi saat keluar dari kamar mandi.
Saat terkena api pasien langsng menceburkan diri ke dalam bak mandi. Kejadian berada di
dalam ruangan dapur yang tertutup. Pasien mengaku tidak terkena ledakan atau terbentu saat
kejadian. Kejadian terjadi saat pukul 5 pagi. Pasien segera di bawa ke RS Muji Rahayu.
Secondary Survey
Reg. Ext. Superior D: Combutio gr. IIB 2% III 4%
- Muscle exp., lukabakarmelingkar
- Sat. dig. I-V: 71-72%
Reg. Ext. Superior S: Combutio gr. IIB-III 3%
- Muscle exposed (+), Bone exposed (+)
- Sat. dig. I-V sulitdievaluasi, lukabakarmelingkar
Reg. Thoracal:
Combutio gr. IIB 1% III 1%
Reg. Ext. Inferior S: Combutio gr. III 1%
Total combutio gr. IIB 3% III 9%
HasilLaboratorium
Laboratorium Darah
WBC 14,1
Ly
3,9
MO 3,8
GR
90,8
LY# 0,8
MCV 90,8
MCH 32,2
MCHC35,6
RDW 11,4
Plt
226.000
MPV 7,1
K:
3,6
Na:
139
Cl:
109
BUN 8,5
MO# 0,5
GR# 12,7
RBC 6,05
Hb
19,5
Hct
54,8
SK
0,79
Albumin
2,89
SGOT 73
SGPT 36
Kalsium 7,9
CRP 2,64
APTT 26,9 detik
Control APTT 26,8 detik
PPT 14,4 detik
Control PPT 13,0 detik
B3
B4
B5
B6
Ass:
: GCS 456
: BAK kateter, Produksiurin 100-150 cc/jam
: Abdsupel, BU (+)
: edema (-)
Plan:
Pdx : BGA, Albumin
Ptx: PosisiSlight head up
O2 masker 6 lpm
Oral & Personal hygiene 2x/hari
Infus D5 PZ 1500 cc/24 jam
Sonde E4 E5 E6 nm ( 3x250 mg)
Sonde E4 E5 E6 Proten ( 3 x250 mg )
Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram
Inj. Ceftozidime 3 x 1 gram
Inj. Metamizole 3 x 1 gram
Inj. Ranitidine 2 x 50 mg
Drip Tramadol 3x100 mg I.v
????
Pmx: Kesadaran, Produksi urin dan Balance cairan
Balance Cairan :
Input
Output
RD5
1000 cc
urine : 500 cc
Sonde
1200 cc
Obat
40 cc
RL
1000 cc
Albumin
100 cc
CATATAN PERKEMBANGAN 5 AGUSTUS 2013
S:
O:
B1
A: Bebas
B: SR, RR= 18-20x/menit, Rh -/-, Wh -/B2
: perfusihangatkeringmerah, CRT<2
B3
: Alert
B4
B5
B6
: perfusihangatkeringmerah, CRT<2
B3
B4
B5
B6
: Alert
: BAK via kateter
: supel
: dead limb (+) ext. atas D
Jenis
Volume
Kalori
RD5
1500
300
Triofusin E 1000
1000
1000
Protein
45
Kalbamin
500
Susu 2 x 250
500
AP 2 x 250
500
TKTP I P
3500
Ass:
300
14
1112,5
32,5
2712,5
91,5
Plan:
Pdx:
Ptx:
Ass:
B2
: perfusihangatkeringmerah, CRT<2
B3
B4
B5
B6
: Alert
: BAK via kateter
: supel BU (+)
: Edema -/-
Plan:
Pdx:
Ptx:
Ass:
B2
: perfusihangatkeringmerah, CRT<2
B3
B4
B5
B6
: Alert
: BAK via kateter
: BU (+) N
: Edema -/-
Plan:
Pdx:
Ptx:
Ass:
B2
B3
B4
B5
B6
: Alert
: BAK via kateter
: BU (+) N
: Edema -/-
Plan:
Pdx:
Ptx:
HasilLaboratorium
Variabel
Kimia Klinik
BUN
Alb
Glukosa
SK
SGOT
SGPT
Tanggal& Jam
5/8/2013 5/8/2013 6/8/2013 8/8/2013 8/8/2013 9/8/2013
6.23
15.31
8.53
2.45
22.30
9.51
18,6
2,99
215
1,29
1179
293
25,2
2,85
2,06
812
259
20,9
3,21
165
1,9
583
196
9,7
3,07
7,2
2,93
6,2
2,95
0,99
1,02
0,89
Kalsium
CRP
DarahLengkap
Leu
Hb
Hct
Plt
Elektrolit
Na
K
Cl
Urine Lengkap
BLD
PRO
URO
LEU
Ery
(Mikroskopik)
Epitel
8,7
7,9
82,06
31,1
18,2
52,2
348
34,3
16,7
52,6
372
6,7
101
136
6,1
102
7,5
12,8
8,2
27,4
188
19,4
11
37,6
233
135
5,1
97
130
3,8
101
136
3,8
92
3+
2+
3,2
1+
3+
1+
3,2
1+
3+
1+
33
1+
3+
1+
10-25
5-10
10-25
10-25
sedang
sedikit
sedikit
Sedang
DAFTAR PUSTAKA
17,5
9,7
28,9
185
3+
ATLS. American College of Surgeons Committee On Trauma. 1997. First Impression. United
States of America.
Agency for Clinical Innovation, 2011, Clinical Practice Guidelines Nutrition Burn Patient
Management, NSW Statewide Burn Injury Service.Didapatkandari :
http://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0009/162639/SBIS_Nutrition_CPG_
new_format.pdf
Demling, RH and Seigne, P. Metabolic Management of Patients with Severe Burns. World
Journal of Surgery 2000; 24: 673 680.
Hasibuan, Lisa Y; Soedjana, Hardisiswo; Bisono. 2010. Luka. Buku Ajar Ilmu Bedah: hal 103
-110. Jakarta: EGC
Horne.M, Mima. Swearingen, L. Pamela, 2001. Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa. Jakarta : EGC
Kartohatmodjo,
Sunarso.
2007.
Luka
Bakar:
Combustio.
Tersedia
di:
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu%20Kedokteran%20Terintegrasi
%20-%20PBL/Materi%20PBL%20IIa%202007-2008/luka%20bakar%20akut
%20text.pdf . Diakses tanggal 11 Agustus 2013.
Sjamsuhidajat, R. de Jong, Wim, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Wikipedia.
2008.
Luka
Bakar.
Tersedia
di: