Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

LUKA BAKAR

Disusun Oleh:
dr. Nanda Putri Agusni

Konsulen Pembimbing:
dr. Dewa Gede Andi, Sp. B, FINACS, FICS

Dokter Pendamping:
dr. Fatah Abdul Yasir

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
KEBUMEN – JAWA TENGAH
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus ini dengan judul “Luka Bakar”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Internship Dokter Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada konsulen
pembimbing, yaitu dr. Dewa Gede Andi, Sp. B, FINACS, FICS, yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini, serta dokter pendamping, dr. Fatah Abdul Yasir
yang telah membimbing penulis selama mengikuti program internship.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Kebumen, Januari 2023

Penulis

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Internsip:

Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Pelaksanaan Internship Dokter Indonesia

Di RS PKU Muhammadiyah Gombong Kebumen

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal:

Januari 2023

Disusun oleh:

dr. Nanda Putri Agusni

Mengetahui,

Konsulen Pembimbing Dokter Pendamping

dr Dewa Gede Andi, Sp. B, FINACS, FICS dr Fatah Abdul Yasir

dr. Fahmi Sisindra, Sp. OT dr. Fatah Abdul Yasir

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...............................................................................................

Kata Pengantar .............................................................................................. i

Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

Daftar Gambar ............................................................................................... iv

Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1

Bab II Tinjauan Pustaka ............................................................................... 2

A Definisi Luka Bakar ............................................................................... 2

B Etiologi Luka Bakar ................................................................................. 2

C Epidemologi Luka Bakar ......................................................................... 3

D Klasifikasi Luka Bakar ............................................................................ 4

E Luas Luka Bakar ..................................................................................... 6

F Patofisiologi Luka Bakar.......................................................................... 8

G Penatalaksanaan Luka Bakar .................................................................. 9

Bab III Laporan Kasus .................................................................................. 13

Bab IV Analisa Kasus .................................................................................... 19

Bab V Kesimpulan ......................................................................................... 21

Daftar Pustaka

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rule of nine................................................................................7


Gambar 2. Skema Zona pada Respons Lokal………………………………9

Gambar 3. Tatalaksana Luka Bakar………………………………………12

iv
BAB I
LATAR BELAKANG

Combusio atau luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi, yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak
awal pada fase syok sampe fase lanjut.1
Berdasarkan dari American Burn Association (ABA) tahun 2018 insidensi luka
bakar di Ameika Serikat sekitar 450.000 orang yang mendapatkan pengobatan luka
bakar. Diperkirakan 4000 orang meninggal setiap tahunnya karena luka bakar.
Dilaporkan hampir 71% pasien luka bakar adalah laki-laki, 17% kasus anak
dibawah usia 5 tahun, 67% luka bakar dengan luas kurang dari 10% Total Body
Surface Area (TBSA).2
Data WHO menunjukan sekitar 180.000 orang didunia meninggal aibat luka
bakar setiap tahun. (whi,2018) Berdasarkan data pasien di RS Ciptro
Mangunkusoma (RSCM) tahun 2011-2012 didapatkan 303 pasien luka bakar, laki-
laki berbanding dengan perempuan 2,26:1, usia rata-rata 25 tahun (15-54 tahun),
luka bakar 20-50% terdapat 45,7% kasus. Data luka bakar diRSCM pada dewasa
didapatkan 53,1% api, 19,1% air panas, 14% listrik, kimia 3%, sedangkan pada
anak air panas 52% kasus, 26% api, listrik 60%, dan kimia 1%.3
Pentingnya pertolongan pertama pada luka bakar yang benar yaitu dengan
mengurangi keparahan serta kedalam, mengurangi resiko hipotermia dan
memperkecil komplikasi. Evaluasi pasien luka bakar dimulai dengan evaluasi jalan
nafas dan sirkulasi, setelah jalan nafas stabil lakukan pemeriksaan fisik evaluasi,
nilai derajat dan luas luka bakar dan dilakukan debridement dan diberikan
antmikroba. Tujuan perawatan luka di fase awal ini untuk mempercepat
penyembuhan dan mengontrol reposisi kolagen berlebih pada jaringan parut dan
mencegah terjadinya kotraktur dan keloid.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Combusio atau luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik, dan radiasi. Kasus luka bakar lebih banyak disebabkan oleh
air panas dan api.1
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat,
khususnya kejadian luka bakar di rumah tangga yang paling sering ditemukan
yaitu luka bakar I dan II . Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan
morbiditas kecacatan, adapun derajat cacat yang diderita relative tinggi
dibanding cedera oleh penyebab lain, sehingga biaya yang diberikan beum
cukup banyak.4
B. ETIOLOGI
Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan
evaluasi dan penanganan. Menurut Moenadjat (2009) luka bakar dapat
dibedakan menjadi 4 macam, antara lain: 5
1. Paparan Api (Thermal Burn)
a. Api (Flame)

Flame terjadi akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,
sehingga menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami pada
pakaian memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik
cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa
cedera kontak.
b..Benda Panas (Kontak)
Cedera ini terjadi akibat kontak dengan benda panas. Luka bakar yang
dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.

2
c. Scald (Air Panas)
Semakin kental cairan dan lama waktu kontaknya, menimbulkan kerusakan yang
semakin besar. Luka disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan
pola luka bakar.
2. Bahan Kimia (Chemical Burn)
Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam,basa, dan
bahan lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan jumlah jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injury. Luka bakar kimia terjadi karena
kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang dipergunakan dalam bidang
industri dan pertanian.
3. Listrik (Electrical Burn)
Luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik
yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lamanya kontak, tingginya tegangan (voltage) dan cara gelombang elektrik
itu sampai mengenai tubuh.
4. Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar sinar matahari atau terpapar
sumber radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industri.

C. EPIDEMOLOGI

Luka bakar adalah masalah kesehatan yang sangat global. Menurut


WHO, pada tahun 2016 diperkirakan 265.000 kematian setiap tahun
disebabkan oleh luka bakar, dan hampir setengah kejadian luka bakar terjadi di
Asia Tenggara. Mayoritas kejadian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah
sampai menengah. Sedangkan pada negara dengan penghasilan tinggi, angka
kematian akibat luka bakar sudah menurun setiap tahunnya. Dan tingkat
kematian anak karena luka bakar 7 kali lebih tinggi di negara berpenghasilan
rendah sampai menengah daripada negara dengan penghasilan tinggi. 3

3
Menurut WHO, terdapat beberapa data negara :

1. Di India, lebih dari 1.000.000 orang setiap tahun terluka dari derajatsedang
hingga berat akibat luka bakar.
2. Hampir 173.000 anak-anak setiap tahun di Bangladesh tercatat memiliki
kecacatan derajat sedang hingga berat akibat luka bakar.
3. Dan pada tahun 2008, lebih dari 410.000 kejadian luka bakar terjadi di
Amerika Serikat, dengan 40.000 orang membutuhkan perawatan medis.
Kasus luka bakar ini kebanyakan terjadi di rumah dan di tempat kerja.
Survey di Bangladesh dan Ethiopia menunjukkan bahwa 80-90% luka bakar
terjadi di rumah.Menurut data terbaru, wanita mempunyai resiko lebih tinggi
dibandingkan pria, dikarenakan wanita kerap melakukan pekerjaan rumah
yang berhubungan dengan sumber panas.3
Adapun faktor resiko lain adalah anak-anak, karena seringkali sebagai
orangtua lalai dalam mengawasi putra putri mereka dalam bermain atau
melakukan aktifitas yang berdekatan dengan sumber panas. 3
Menurut sebuah studi yang dilakukan di RSCM pada tahun 2011-2012
melaporkan jumlah pasien luka bakar sebanyak 257 pasien dengan rerata usia
28 tahun (2,5 bulan-76 tahun) dengan rasio laki-laki dan perempuan 2,7 : 1.
Terdapat luka bakar karena api (54,9%). Diikui luka bakar karena air panas
(29,2%), luka bakar listrik(12%) dan luka bakar kimia (3,1%). 3

D. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar. 5
Tabel 1. Klasifikasi berdasarkan derajat dan kedalam luka bakar

4
Derajat Keluhan
I Epidermis Eritema, nyeri
IIa Epidermis + dermis, tetapi Nyeri (+), bula (+), eritema
masih ada epitel yang (+)
tersisa
IIb Epidermis + dermis Nyeri (+), bula amudah
pecah, eritema sampai putih
III Epidermis + dermis + Kulit tampak pucat/abu-abu
subkutis + struktir dalam gelap/ hitam, bulla(-), nyeri
(-)
IV Otot tulang

2. Klasifikasi derajat luka bakar bedasarkan keparahan, dibagi menjaid 3 jenis yaitu
yang bersifat ringan, sedang, dan berat. Berikut ini klasifikasinya:5
➢ Derajat ringan ( Minor Burns)
a. Luka bakar derajat dua pada dewasa dengan luas permukaan tubuh
kurang dari 15%.
b. Luka bakar derajat dua pada anak dengan luas permukaan tubuhkurang
dari 10%.
c. Luka bakar derajat tiga pada anak atau dewasa dengan luaspermukaan
tubuh kurang dari 2%.
➢ Derajat sedang (Moderate Burn)

a. Luka bakar derajat dua pada dewasa yang meliatkan 15-25% luas
permukaan tubuh.
b. Luka bakar derajat dua padaanak yang melibatkan 10-20% luas
permukaan tubuh.
c. Luka bakar derajat tiga pada anak atau dewasa yang melibatkan 10%
luas permukaan tubuh.

5
➢ Derajat berat (Major Burn)

a. Pada dewasa, luka bakar derajat dua yang lebilatkan 25% luas

permukaan tubuh.

b. Pada anak, luka bakar derajat dua yang melibatkan lebih dari 20% luas

permukaan tubuh.

c. Pada anak atau dewasa, luka bakar derajat tiga yang melibatkan lebih

dari 10% luas permukaan tubuh.

d. Cedera inhalasi

e. Luka bakar listrik

f. Luka bakar dengan truma tambahan (trauma kepala, trauma

intraabdomen, fratur).

g. Luka bakar pada kehamilan

h. Penyakit komorbid yang menyertai luka bakar (diabetes melitus,

penggunaan kortikosteroid)

E. LUAS LUKA BAKAR


Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar
meliputi Rule of nine, Lund and Browder dan hand palm. Ukuran luka
bakar ditentukan dengan presentase dari permukaan tubuh yang
terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut
metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan
luas luka bakar.5,6

6
1) Metode rule of nine
Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-
bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9% kecuali
daerah genitalia 1%. Metode ini adalah metode yang baik dan cepat
untuk menilai luka bakar menengah dan berat pada penderita yang
berusia diatas 10 tahun. Tubuh dibagi menjadi area 9%. Metode ini
tidak akurat pada anak karena adanya perbedaan proporsi tubuh anak

dengan dewasa.

Gambar 1. Rule of nine

2) Metode Hand Palm


Metode permukaan telapak tangan. Area permukaan tangan
pasien (termasuk jari tangan) adalah sekitar 1% total luas permukaan
tubuh. Metode ini biasanya digunakan pada luka bakar kecil.
3) Metode Lund and Browde
Metode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena
berdasarkan lokasi dan usia. Metode ini merupakan metode yang
paling akurat pada anak bila digunakan dengan benar. Metode
lund and browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-
bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan

7
yang lebih akurat tentang luas luka bakar yaitu kepala 20%, tangan
masing-masing 10%, kaki masing-masing 10%, dan badan kanan
20%, badan kiri 20%.

F. PATOFISIOLOGI
Pasca paparan trauma termal, terjadi kerusakan kulit dan jaringan
dibawahnya yang dipengaruhi lama kontak dan tinggi suhu. Daerh yang
mengalami kontak langsungmengalami kerusakan terberat. Panas disebarkan
ke jaringan sekitar sehingga dijumpai kerusakan. Kondisi ini muncul oleh
penelitian Jackson (1950) adanya tiga zona, yaitu:5,6
a. Zona Koagulasi
Terdiri dari jaringan nekrosis yang membentuk eskar, yang terbentuk
dari koagulasi protein akibat cedera panas, berlokasi ditengah.luka bakar,
tempat yang langsung mengalami kerusakan dan kontak.dengan panas.
b..Zona Stasis
Pada zona stasis biasanya terjadi kerusakan vaskular, sehingga terjadi
gangguan perfusi diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons
inflamasi lokal, yang berisiko iskemia jaringan. Zona ini dapat menjadi zona
hyperemis jika resuscitation diberikan adekuat atau menjadi zona koagulasi
jika resuscitation diberikan tidak adekuat.

c. Zona Hiperemis
Reaksi berupa vasodilation dan terjadi peningkatan aliran darah
sebagai respons luka bakar. Mengalami penyembuhan spontan atau berubah
menjadi zona statis.

8
Gambar 2. Skema Zona pada Respons Lokal Luka Bakar

Pada luka bakar yang melibatkan epidemis dan dermis superficial (luka
bakar superficial), protein bertautan dengan epidermis dan dermis kemudian
epidermis akan terlepas disebut epidermolysis. Kemudian diikuti dengan
respon imflamasi yang menyebabkan transudate dan eksudat mengisi antara
epidermis dan dermis sehingga terbentuk bula.5

G. PENATALAKSANAAN
ASSESSMENT AWAL
Assessment awal dengan melaukan primary dan secondary survey. Primary
survey dengan pemeriksaan keadaan pasien, secondary survey dengan
pemeriksaan head to toe. Pastikan tidak ada trauma inhalasi, trauma inhalasi
ditandai dengan adanya luka bakar pada wajah, rambut hidung yang hangus,
dahar berkarbon, dan takipneu.
PRIMARY SURVEY
A. Airway
- Adakah trauma inhalasi (stridor, hoarseness, carbonaceous sputum
and dyspnoea), gagal napas
B. Breathing (oksigenasi, ventilasi)
C. Circulation
- Resusitasi cairan

9
D. Disability
E. Exposure
- Atasi hipotermia terutama pada anak dan lansia.
- Penentuan luas permukaan luka bakar untuk menghitung resusitasi
cairan.
SECONDARY SURVEY
▪ Anamnesis, pemeriksaan head to toe
▪ Analisis laboratorium meliputi darah rutin, elektrolit,
profil koagulasi, dan pengukuran gas darah arteri (luas
luka ≥ 15%TBSA) dan imaging
▪ Mengevaluasi kedalaman dan luas luka

RESUSITASI
Resusitasi cairan adalah prosedur peberian cairan secara agresif untuk
memperbaiki perfusi jaringan. Resusitasi cairan merupakan tindakan dalam
manejemen syok dan diindikasikan pada pasien dengan luka bakar TBSA 10%.
Pemilihan cairan pada resusitasi awal ialah kristaloid, cairan yang diberikan
mengandung elektrolit dengan komposisi sesuai tubuh, khususnya pada bayi dan
anak. Caian yang dapat diberikan Ringer lactat (RL), pada anak <2 tahun dapat
diberikan dextrose 5%.5,6
Formula untuk resusitasi berdasarkan Pakland 4cc/kg/%TBSA, 50% total
perhitungan cairan dibagi 1 tahap dalam waktu 4 jam pertama. Tahap 1 diberikan
8 jam dan tahap 2 dalam 24 jam. Rumus maintence dewasa (post resusitasi fase
akut

(1500x%TBSA)+((25+%LBx%TBSA))

Pasien anak menggunakan formula parkland + cairan rumatan : 3-4 ml x


KgBBx %TBSA, rumus maintence :

100 ml/kg untuk 10 kg pertama

10
+50 ml/kg untuk 10 kg kedua

+20ml/kg untuk 10 berikutnya

Pemberian caira resusitasi dilakukan agak mengembalikan volume plasma.

PERAWATAN LUKA PADA LUKA BAKAR


Wound dressing atau penggunaan balutan menjadi salah satu menajemen
luka bakar yang berfungsi menghindari eksuudat, mengurangi nyeri local, dan
mempertahankan kelembaban dan menghangatkan guna mendukung proses
penyembuhan. 5
Pada derajat 2A menggunakan film dressing karena dapat menutup area yang
luas, mudah untuk memonitor kedalam luka tanpa harus menbuka balutan, dan tidak
nyeri saat pergantian balutan. 5
Untuk luka bakar derajat 2B menggynakan kasa berparafit atau sale antibotik
seperti silver sulfadizin krim atau yang sesuai pola kuman seperti gentamisin krim
untuk pseudomonas dn mupirocin untuk MRSA. Pada luka bakar dejarat 3
dilakukan eskaratomi dini, karen pada daerah eskar atau dibawahnya dapat
membuat kolonisasi bakteri sehingga memicu inflamasi luas.5

11
Gambar 3. Tatalaksana luka bakar

12
BAB III
ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 0459484
Nama : Ny.K
Usia : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sukomulyo 1/3 Rowokele
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk RS : 19 Oktober 2022

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Kaki kanan melepuh
2. Keluhan Tambahan
Nyeri pada kaki kanan
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh kaki kanan melepuh sejak 1 minggu SMRS, keluhan
disertai nyeri dan adanya benjolan berisi air yang pecah dengan
sendrinya. Seminggu sebelum pasien datang ke RS pasien berniat akan
merendam kaki di air panas, akan tetapi air terlalu panas sehingga
menyebabkan kaki pasien melepuh. Pasien mengobati luka bakar
dirumah hanya dengan merendam dengan air dingin setiap harinya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami hal serupa. Riwayat alergi, hipertensi,
dan diabetes mellitus disangkal.
5. Riwayat penyakit keluarga

13
Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit serupa, alergi, hipertensi, dan
diabetes melitus di keluarga.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Primary survey
a. Airway : bebas (Paten)
b. Breathing : Dada simetris, Frekuensi nafas 20 kali/menit, Suara
napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
c. Circulation : TD : 135/95 mmHg, Nadi 102x/menit, SpO2 : 99%
d. Disability : GCS 15 (E4V5M6)
e. Enviroment : 36,9%

Secondary survey
1. Status generalis
a. Mata : Konjungtiva anemis -/- sclera ikterik -/-
b. Hidung : Normosepta, secret -/-, hiperemis -/-
c. Telinga : Normotia, secret -/-
d. Leher : deviasi trakea -/- limfonodi tidak teraba
e. Toraks
i. Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kedua lapang paru
Palpasi : Vocal fremitus teraba simetris di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
ii. Jantung
Inspeksi : Iktus krodis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal
dekstra

14
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicula
sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternal
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
f. Abdomen
Inspeksi : Datar. Jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
g. Ekstremitas : Akral hangat +/+
2. Status lokalis

15
- Tampak luka bakar, eritem (+), hipopigmentas (+), nyeri (+) at regio
dorsum dan plantar pedis dextra
- Jaringan nekrosis at regio digiti 3 manus dextra.
- Luas luka bakar : 3%

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Darah Lengkap
Leukosit 17,07 H 3,6-11 rb/ul
Eritrosit 4,41 3,8-5,2 juta/L
Hemoglobin 13,3 11,7-15,5 gr/dL
Hematokrit 39,3 35-47 %
MCV 89,2 80-100 fL
MCH 30,3 26-34 Pg
MCHC 33,9 32-36 g/dL
Trombosit 517 H 150-440 rb/ul
Hitung Jenis
Basofil 0,1 0,0-1,0 %
Eosinofil 0,6 L 2,0-4,0 %
Neutrofil 80,2 H 50,00-70,00 %
Limfosit 12,1 L 25,0-40,0 %
Monosit 7,0 2,0-8,0 %
Kimia
Diabetes
Glukosa darah 109 70-105 mg/dl
sewaktu
Faal Ginjal
Ureum 32 15,38 mg/dl
Creatinin 1,55 H 0,9-1,3 mg/dl
Faal hati
SGOT 9,2 0-50 U/L
SGPT 12,3 0-50 u/l

16
E. RESUME MEDIS
Pasien perempuan berusia 70 tahun dating dengan keluhan kaki kanan
melepuh sejak 1 minggu SMRS, keluhan disertai nyeri dan adanya benjolan
berisi air yang pecah dengan sendrinya. Seminggu sebelum pasien datang
ke RS pasien berniat akan merendam kaki di air panas, akan tetapi air terlalu
panas sehingga menyebabkan kaki pasien melepuh.
Pasien mengobati luka bakar dirumah hanya dengan merendam dengan
air dingin setiap harinya. Pasien belum pernah merasakan keluhan serupa,
tidak ada riwayat alergi, darah tinggi, dan diabetes melitus.
Pada pemeriksaan fisik kepala, leher, jantung, paru, abdomen dalam
batas normal. Pada pemeriksaan ekstremitas bawah kanan terlihat luka
bakar, eritem, dan jaringan nekrosis luas luka bakar 3%.

F. DIAGNOSIS
Luka bakar grade II B 3%

G. PENATALAKSANAAN
o Airway : clear
o Breathing : clear
o Circulation : IVFD RL
o Drug :
- Inj ranitidin 50 mg
- Inj ketorolac 30 mg
- Konsul sp.B : pro debridement
o Tatalaksana post debridement
- IVFD RL 1500 cc/2 jam
- Inj ceftriaxone 1 gr/24 jam
- Inj ketorolac 30 mg/8 jam
- Rawat luka setiap hari dengan gentamisin salep 1x1

17
H. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Fungsionam : ad bonam

I. FOLLOW UP
Tanggal Subjektif/Objektif/Assesment/Planning
20 oktober 2022 S: Nyeri pada kaki kanan (+)
O: KU CM, sakit sedang
TD 132/93 mmHg
Nadi 82x/menit
RR 20x/menit
S 36,2° C
A: luka bakar grade II B 35 post debridement
P: Infus RL
Inj ranitidine 50 mg
Inj ketorolac 30 mg
Perawatan luka dengan gentamisin salep 1x1

21 oktober 2022 S: Nyeri pada kaki kanan berkurang


O: KU CM, sakit sedang
TD 130/90 mmHg
Nadi 76x/menit
RR 20x/menit
S 36,2° C
A: luka bakar grade II B 35 post debridement
P: Infus RL
BLPL

18
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien perempuan usia 70 tahun, dari jenis kelamin pasien sesuai dengan
epidemologi dimana wanita mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan pria,
dikarenakan wanita kerap melakukan pekerjaan rumah yang berhubungan dengan
sumber panas. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Marc G el al, bahwa trauma
termal lebih tinggi mengenai anak-anak dan wanita dengan social ekonomi rendah.
Dikarenkan wanita lebih banyak melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
sumber panas.7
Datang dengan keluhan kaki kanan melepuh setelah merendam kaki dengan
air panas. Dari keluhan pasien menunjukan bahwa pasien mengalami luka bakar,
luka bakar disebabkan oleh paparan panas yaitu air panas. Luka bakar yang
disebabkan air panas dapat menimbulkan kerusakan yang besar berdasarkan waktu
paparan. Luka bakar akibat air panas adalah salah satu etilogi tersering
menyebabkan luka bakar, Menurut sebuah studi yang dilakukan di RSCM pada
tahun 2011-2012, Terdapat luka bakar karena api (54,9%). Diikui luka bakar karena
air panas (29,2%), luka bakar listrik(12%) dan luka bakar kimia (3,1%).3
Keluhan disertai nyeri serta adanya benjolan berisi air yang pecah dengan
sendirinya. Hal tersebut menunjukan pasien mengalami luka bakar derajat II B,
pada luka bakar derajat II B keluhan yang dapat ditemukan ialah nyeri, adanya bula
yang mudah pecah, luka bakar tampak eritem sampai putih.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan luka bakar dengan dasar eritem,
hipopigmentasi disertai nyeri at regio dorsum dan plantar pedis dextra, jaringan
nekrosis at regio digiti 3 manus dextra.
Keluhan eritem termasuk kedalam zona hiperemis dimana adanya
kerusakan yang menyebabkan vasodilatasi dan terjadi peningkatan aliran darah
sebagai respons cedera luka bakar. Keluahan disertai dengan bagian yang tampak
putih dimana pada zona stasis biasanya terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi diikuti
perubahan permeabilitas kapiler dan respons inflamasi lokal, yang berisiko iskemia

19
jaringan. Pada manus dextra terjadi zona koagulasi dimana Terdiri dari jaringan
nekrosis yang membentuk eskar, yang terbentuk dari koagulasi protein akibat
cedera panas
Pada pemeriksaan Luka bakar mengenai kaki telapak kaki dan ½ punggung
kaki kanan. Berdasarkan Lund and browder burn diagram and table total body
surface area (TBSA) 3%.
Terapi yang dilakukan pada pasien ialah debridement, surgical debridement
adalah gold standar untuk luka bakar. Proses debridement dapat menghentikan
kaskade inflamasi yang menyebabkan kerusakan sekunder, dengan menghilangkan
jaringan nekrosis dapat menghambat terjadinya infeksi pada luka bakar.

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien masuk RS dengan keluhan kaki kanan melepuh disertai nyeri dan
benjolan yang berisi air serta mudah pecah sendri, daerah yang terkena luka bakar
meliputi telapak kaki dan ½ punggung kaki seningga didapatkan diagnosis luka
bakar deraat IIB 3%.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Young et al. (2018) Rehabilitation of Burn Injuries


2. American Burn Association (ABA).2018.Advanced Burn Life Support
Course. Chicago: America Burn Association.
3. Kemenkes RI,2019. PedomanNasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Luka Bakar.
4. Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah
SJjamsuhidajat-De Jong. Sistem organ dan Tindak Bedahnya.4 th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG:2017
5. Moenadjat Y. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. Jakarta. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2016
6. Sabiston. Textbook of surgery. Canada.Elsever.2022. hal 485-492
7. Marc G el al. Burn Injury. Departemen of Surgery. Ontario.Canada

22

Anda mungkin juga menyukai